1, Januari 2021
Abstrak
Salah satu titik fokus dari pendidikan saat ini adalah penilaian berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan tersebut mendorong peserta didik
mampu berpikir kritis, analitis, sistematis, terutama dalam konteks pemecahan masalah,
berkomunikasi, dan berkolaborasi dengan teman sebaya. Namun demikian, belum
semua pendidik mampu menyusun soal yang berorientasi pada keterampilan yang
dimaksud. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberikan pengetahuan
terkait penyusunan soal yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi kepada
para guru SMA yang berjumlah 45 orang. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, dan presentasi. Hasilnya menunjukkan,
para peserta pelatihan memahami hakikat penyusunan soal yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam pembelajaran. Dari empat pertemuan yang
telah dijalankan, para peserta pelatihan mampu mengklasifikasi dan menyusun soal
yang berorientasi pada Lower Order Thinking Skill (LOTS), Medium Order Thinking Skill
(MOTS), dan Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Abstract
One of the focuses of education today is assessment oriented to the higher-order
thinking skills. This skill encourages students could be able to think critically, analytically,
systematically, particularly in the context of problem-solving, communicating, and
collaborating with peers. However, not all educators have been able to construct the
items test based on the skill needed. The purpose of this community service is to
provide the knowledge related to the construction of item tests that oriented to the
higher-order thinking skills of 45 Senior High School teachers. The methods used to
achieve this objective were lecture, question answer, discussion, and presentation. The
result showed, the trainees understood the nature of the tests construction oriented to
the higher-order thinking skill in learning process. From the four meetings done, the
trainees could be able to classify and construct the tests oriented to the lower-order
thinking skill, medium-order thinking skill, and higher-order thinking skill.
14
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
15
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
Higher Order Thinking Skill (HOTS) kebutuhan dan persoalan yang dihadapi
adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi para Guru.
yang berada pada tingkat kemampuan Data pada studi pendahuluan di atas
berpikir analisis, evaluatif, dan menciptakan juga, memiliki peran penting dalam
(C4-C6 dalam taksonomi Bloom) (Ahmad, mendukung keberhasilan suatu kegiatan
2019). Penyusunan soal-soal dalam setiap pelatihan. Menggo, Suastra, Budiarsa, dan
mata pelajaran tetap mempertimbangkan Padmadewi (2019) mengklaim bahwa
komposisi yang proporsional antara analisis kebutuhan mempunyai peran
kemampuan berpikir tingkat rendah (lower strategis, yaitu menyediakan data untuk
order thinking skill), yaitu mengingat dan membantu para guru dalam mengambil
memahami (C1 dan C2), dan kemampuan suatu keputusan yang tepat untuk
berpikir tingkat sedang (medium order mengembangkan materi ajarnya. Esensi
thinking skill), yaitu mengaplikasikan (C3) dari analisis kebutuhan ini juga diperkuat
(Ahmad, 2018). Soal-soal yang berorientasi oleh hasil penelitian dari Andi dan Arafah
pada HOTS merupakan porsi yang lebih (2017), yang melaporkan bahwa analisis
banyak dalam implementasi kurikulum 2013 kebutuhan memiliki peran vital dalam suatu
yang diterapkan di sekolah formal mulai proses pembelajaran. Andi dan Arafah
tingkat dasar, menengah maupun menambahkan bahwa data pada analisis
perguruan tinggi (Pamungkas, 2018). kebutuhan dapat menuntun guru untuk
Studi pendahuluan (preliminary study) merefleksi standar evaluasi hasil belajar
berupa Focus Group Discussion (FGD) dan serta mengetahui keinginan, keperluan, dan
kuesioner yang dilakukan oleh Menggo, kebutuhan nyata para peserta didik. Di
Par, Gunas, dan Guna (2020) dengan para samping itu, hasil analisis tersebut
guru SMA Swasta Pancasila Borong, di dipahami sebagai ruang refleksi bagi guru
kecamatan Borong, kabupaten Manggarai untuk menemukan faktor-faktor yang
Timur, NTT, diperoleh bahwa 1) 88% para menghambat ketercapaian hasil belajar
guru belum sepenuhnya memahami siswa dan meningkatkan motivasi
penyusunan soal-soal yang berorientasi belajarnya (Menggo, Suparwa, & Astawa,
pada kemampuan berpikir tingkat tinggi 2019).
(higher order thinking skill); 2) 82% kurang Berdasarkan data dan kebutuhan di
memahami klasifikasi penyusunan soal-soal atas, maka dipandang perlu melakukan
yang berbasis pada HOTS, MOTS, dan suatu pelatihan bagi para guru. Pelatihan
LOTS; 3) 86% kurang memahami penilaian ini dirancang lebih komprehnsif dan
portofolio sebagai asesmen yang mendalam sbagai jalan keluar tentang
ditekankan dalam pembelajaran dewasa ini; penyusunan soal-soal berorientasi pada
dan 4) 92% menginginkan adanya sharing HOTS yang dapat memenuhi target
konsep merdeka belajar, sekolah merdeka kebutuhan pembelajaran para guru dan
dalam mendorong semangat belajar peserta didik.
peserta didik. Hasil studi awal ini perlu
ditindaklanjuti dengan suatu pelatihan yang METODE
lebih komprehensif dan mendalam Kegiatan Pengabdian ini dilaksanakan
sehingga berkontribusi nyata terhadap pada tanggal 15-17 Februari 2020, di SMA
Swasta Pancasila Borong, kecamatan
16
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
17
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
ways and contexts is English important mengapa dan apa itu HOTS, klasifikasi
for your future life? (C4). MOTS, taksonomi Bloom (HOTS, MOTS, dan LOTS),
misalkan, Can you give me simple dan peran HOTS dalam meningkatkan
sentence of applying simple present keterampilan berpikir kritis para perserta didik.
tense? (C3). LOTS, yaitu: Do you Pemaparan pemateri pertama ini
understand the classification of English sejalan dengan penilaian yang menekankan
word classes? (C2) dan do you know the pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
use of simple present tense? (C1). (higher order thinking skill), yaitu target
Selain itu, para narasumber juga penilaian yang berorientasi pada
memberikan contoh-contoh soal UN ketercapaian berpikir kritis, kreatif, inovatif,
bahasa Inggris yang berorientasi pada serta mampu memecahkan sejumlah
HOTS. Misalnya, what does second masalah yang lebih kompleks dengan tepat
paragraph discuss about? (C4); Why dan benar (Ndiung & Jediut, 2020;
does second speaker suggest her friend Poerwanti & Tribudhiart, 2020).
to go home? (C5),dan masih banyak lagi. Pemateri kedua adalah Dr. Sebastianus,
Setelah itu, para guru memahami, M.Pd yang berlatar belakang pendidikan doktor
mengikuti contoh yang dibuat oleh tim di bidang ilmu Linguistik, memaparkan dan
pelatih, lalu para peserta pelatihan menyajikan topik “inovasi dan kreativitas
mempresentasikan hasil kerjanya di pembelajaran”. Pamateri kedua ini menekankan
depan tim pelatih, lalui diakhiri dengan pada alokasi waktu dan peran peserta didik
evaluasi bersama. dalam pembelajaran. Menurutnya, sediakan
waktu yang seluas-luasnya kepada peserta didik
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mereka berinovasi dan berkreasi. Guru
Workshop menjalankan perannya sebagai fasilitator dan
Workshop diawali dengan perkenalan stimulator dalam pembelajaran. Berikan apresiasi
singkat biodata dari empat orang dosen . yang sepantasnya terhadap hasil kreativitas
Workshop dimoderatori oleh mahasiswa yang peserta didik dalam menyelesaikan sejumlah
mendampingi tim pengabdi di SMA Swasta tugas yang diberikan. Inovasi merupakan cikal
Pancasila Borong. Kegiatan pengabdian ini bakal dari kreativitas dan itu bisa terwujud ketika
bernaung dibawah tema “HOTS in English guru memberikan alokasi waktu yang cukup dan
Classroom”. Tema ini disajikan oleh empat pendampingan yang prima terhadap peserta
narasumber yang berkompeten dengan topik didik.
yang relevan dengan tema ini. Topik pertama Pemateri ketiga adalah Tobias Gunas,
tentang “penyusunan soal-soal berorientasi M.Pd, seorang magister dalam bidang
pada HOTS” disajikan oleh Dr. Leonardus Par pendidikan bahasa Inggris menyajikan materi
yang merupakan dosen Program Studi tentang “HOTS dalam penilaian portofolio dan
Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Katolik penilaian berbasis proyek dalam pembelajaran”.
Indonesia Santu Paulus Ruteng yang berlatar Menurut pemateri yang ketiga ini, guru didorong
belakang pendidikan doktor di bidang untuk mampu menerapakan konsep HOTS
pendidikan bahasa Inggris. Pemateri pertama dalam sejumlah jenis penilaian. Dia
ini menjelaskan secara sistematis materi yang menambahkan bahwa guru harus mampu
menjadi tanggung jawabnya, seperti hakikat membedakan antara penilaian portofolio,
HOTS dalam sistem penilaian pembelajaran, autentik, performansi, dan penilaian proyek
18
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
dengan penilaian berbasis pada tugas-tugas peserta didik. Motivasi sebagai mesin penggerak
harian dari setiap mata pelajaran yang diajarkan utama bagi siswa dalam memenuhi learning
oleh guru. Penilaian dari hasil pekerjaan rumah outcomes yang maksimal (Menggo, 2018).
siswa tidak sama dengan penilaian berbasis Menggo menambahkan bahwa semakin
proyek. Guru juga didorong untuk bisa bekerja tinggi motivasi yang dimiliki, semakin besar
lebih ekstra untuk mengumpulkan, menilai, nilai juang seseorang untuk menggapai
mengomentari sejumlah portofolio dari setiap target pembelajarannya.
peserta didik. Dengan portofolio tersebut, guru
dapat menilai kekurangan dan kemajuan belajar Penyusunan dan presentasi hasil
setiap peserta didik serta level kemampuannya kegiatan
pada tingkat LOTS, MOTS atau HOTS. Kegiatan pengabdian pada
penyusunan soal-soal berbasis pada HOTS
dilakukan secara individu dan kelompok
sesuai dengan mata pelajarannya masing-
masing. Para peserta dibagi dalam rumpun
mata pelajaran, setelah mereka memahami
hakikat HOTS dalam sistem penilaian yang
telah dijelaskan oleh para narasumber.
Para narasumber mendampingi secara
bergilir pada setiap kelompok dalam
melakukan diskusi internal kelompok.
Pendekatan dan bahasa yang berbasis
budaya digunakan dalam pendampingan
setiap kelompok tersebut. Dengan diskusi
berbasis budaya, para peserta pelatihan
merasa senang dan antusias untuk
membagi tantangan yang mereka hadapi
dalam menyusun soal-soal yang
Gambar 1. Pelatihan Bersama Narasumber berorientasi pada HOTS. Pendekatan
sosiokultural dapat digunakan dalam
Pemateri keempat adalah Stanislaus diskusi ilmiah. Pendekatan tersebut dapat
Guna, M.Pd, seorang magister dalam bidang mendorong peserta diskusi untuk terlibat
pendidikan bahasa Inggris menyajikan materi secara aktif selama kegiatan berlangsung
tentang “strategi guru dalam meningkatkan (Menggo, 2017). Menggo menambahkan
motivasi belajar”. Pemateri yang keempat ini bahwa diskusi yang berbasis pada budaya
berfokus pada esensi dari motivasi dalam setempat memengaruhi psikologi peserta
keberhasilan belajar siswa. Motivasi menurutnya diskusi untuk menyampaikan pendapatnya
adalah variabel moderator yang berkontribusi secara terbuka dan jujur. Setiap peserta
signifikan dalam ketercapaian target belajar terlibat aktif dalam penyusunan soal-soal
peserta didik. Hal ini sejalan dengan yang dan hasilnya ditelaah bersama dalam
ditegaskan oleh Rismiyenti (2018), yang kelompok, lalu dipresentasikan depan para
mengatakan bahwa motivasi berperan penting narasumber dan kelompok mata pelajaran
dalam mempercepat ketercapaian belajar lainnya. Dalam mempresentasikan hasil
19
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
kerja dalam kelompok tersebut, kelompok dideskripsikan pada pada Tabel 1 di atas.
lain aktif bertanya dan memberikan Esensi pelatihan sangat bermanfaat bagi
masukan yang relevan atas soal-soal yang peserta pelatihan. Konsep ini sejalan
telah disusun oleh kelompok. Kelompok dengan apa yang diungkapkan oleh Yuniarti
yang mempresentasikan hasil kerjanya dan Lingga (2019). Mereka menegaskan
menanggapi dengan cermat atas berbagai bahwa Pelatihan berpengaruh terhadap
bentuk pertanyaan dan masukan yang kinerja para guru. Guru-guru menurut
diberikan oleh kelompok lain. Selama mereka, semakin termotivasi untuk
proses diskusi antar kelompok berlangsung, melaksanakan tugasnya dan lebih
para narasumber mendengar dan mencatat memahami proses dalam mendidik,
masukan dan pertanyaan dari peserta mengarahkan, dan mengevaluasi capaian
diskusi. Di samping itu, para mahasiswa pembelajaran peserta didik. Dengan
juga aktif dalam sesidiskusi ini. Mereka pelatihan para guru memperoleh,
bergabung dengan kelompok diskusi para meningkatkan, serta mengembangkan
guru. Ketika kelompok menemukan jalan kompetensi yang dimilikinya. Begitupun
buntu atas pertanyaan dan masukan, yang dilaporkan oleh Rusdin (2017) dan
mereka memberikan kesempatan kepada Emaliana, Rahmiati, Suwarso, dan Inayati
para narasumber untuk menanggapinya. (2019). Mereka memaparkan bahwa
Pendampingan masing-masing kelompok pelatihan dapat meningkatkan kompetensi
berjalan dengan baik dan lancar yang ditandai para guru, kecakapan, dan keterampilan,
oleh banyaknya peserta yang bertanya dan dalam menjalankan profesinya.
kelompok lain memberikan respon, lalu diakhiri
dengan input dari para pemateri untuk masing- Evaluasi
masing kelompok. Selanjutnya, para peserta Evaluasi sebagai langkah akhir dari
pelatihan menyetujui bahwa pelatihan kegiatan pelatihan ini. Evaluasi dibuat
penyusunan soal-soal berorientasi HOTS dalam bentuk lembar kuesioner. Tujuan
dijadikan workshop rutin untuk mendukung utamanya adalah untuk merefleksikan
keberhasilan mereka dalam menyusun soal- kekurangan, kelemahan, dan keunggulan
soal HOTS serta penyegaran pengetahuan pelaksanaan pelatihan. Evaluasi berperan
tentang inovasi pembelajaran. Para peserta penting terhadap keberlanjutan kegiatan
pelatihan juga memohon pengertian dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan apa yang
kesedian para narasumber untuk mendampingi disampaikan oleh Muryadi (2017), yang
mereka dalam penyusunan soal-soal HOTS mengatakan bahwa kegiatan suatu
tahap selanjutnya. Tabel 1 dibawah ini pelatihan tak dapat dihindari dari evaluasi.
merupakan hasil sejumlah cuplikan sesi tanya Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apa
jawab peserta dengan para pemateri pada saat yang telah dicapai, apa yang belum dicapai
kegiatan pelatihan berlangsung. Setelah berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
melakukan workshop tentang penyusunan Widyastuti dan Es (2015) juga menegaskan
soal-soal berorientasi pada HOTS, inovasi dan bahwa evaluasi memiliki peran vital dalam
kreativitas pembelajaran, dan strategi guru dalam suatu pelatihan, yaitu untuk mengetahui
meningkatkan motivasi belajar, peserta keefektifan pelatihan yang telah dijalankan.
pelatihan memahami sejumlah persoalan Widyastuti dan Es menambahkan bahwa
yang mereka hadapi, seperti yang evaluasi suatu pelatihan merupakan bagian
20
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
yang tidak dapat dipisahkan dari pelatihan ini, mereka hanya mengkonstruksi soal-soal
itu sendiri dan evaluasi tersebut merupakan yang merujuk pada buku-buku wajib setiap
kegiatan yang harus dilakukan untuk mata pelajaran. Pelatihan ini membuka
mengetahui apakah pelatihan secara wawasan mereka terkait proporsional
keseluruhan berlangsung secara efektif penyusunan soal sesuai dengan taksonomi
atau tidak. Bloom, yaitu soal-soal yang berorientasi
Dari pelatihan yang telah dijalankan, pada keterampilan berpikir tingkat rendah
para peserta mampu menyusun soal-soal (C1 dan C2), berpikir tingkat sedang (C3),
yang berorientasi pada HOTS dalam dan berpikir tingkat tinggi (C4-C6).
pembelajaran. Setiap kelompok mata pelajaran Peran Perguruan Tinggi untuk
mempresentasikan hasil kerjanya di depan mendampingi sekolah yang membutuhkan
peserta pelatihan dan narasumber. pemecahan masalah terkait konstruksi soal-
soal yang berorientasi pada HOTS berjalan
sesuai perencanaan. Sejumlah usul-saran
terkait hal-hal teknis didapatkan dalam
pelatihan ini. Secara keseluruhan hasil dari
tahapan evaluasi menunjukkan respon
positif akan kebermanfaatan pelatihan
konstruksi soal-soal HOTS dalam
meningkatkan kompetensi guru. Kepala
sekolah yang mewakili SMA Swasta
Pancasila Borong, memberi kesan yang
positif terhadap pelatihan ini. Menurutnya,
Gambar 2. Evaluasi bersama para guru dan tim pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para
pengabdian guru terutama terkait dengan konstruksi
soal-soal HOTS. Sekolah memberikan
Hasil evaluasi bersama pada bagian apresiasi dan mengharapkan adanya
akhir kegiatan ini menunjukkan bahwa kerjasama sebagai mitra strategis dan
pelatihan ini mendorong para guru saling menguntungkan antara Prodi
memahami konstruksi soal-soal berorientasi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas
pada HOTS, sesuai dengan mata pelajarannya Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng dan
masing-masing. Di samping itu, para peserta pihak sekolah sehingga kegiatan ini
pelatihan merasa senang dan puas dengan dilakukan secara berkesinambungan dalam
materi yang disajikan oleh keempat meningkatkan kompetensi para guru.
narasumber. Para peserta pelatihan
menuturkan bahwa sebelum ada kegiatan
21
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari
2021
dan Apa HOTS berlaku bersaing dan menjadi pemenang dalam persaingan yang ada.
bagi peserta didik kelas Aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan
rendah? Mohon berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu dari peningkatan
tanggapan dan kualitas lulusan kita. Sesungguhnya, soal-soal yang berorientasi
penjelasannya. pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order
Thinking Skill (HOTS) memampukan peserta didik berpikir analitis,
evaluatif, dan kreatif. Pemerintah melalui Kemendikbud
mewajibkan semua guru pada setiap satuan pendidikan formal
untuk mendesain pembelajaran dan standar penilaian berorientasi
pada HOTS demi peningkatan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Bapak/ibu guru yang terbiasa dengan penyusunan soal-soal
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Rendah atau
Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan Keterampilan Berpikir
Tingkat Sedang atau Medium Order Thinking Skill (MOTS) untuk
segera beradaptasi dengan tuntutan HOTS demi kualitas peserta
didik kita.
Penanya 2: Pemateri 2:
Saya telah Pengalaman bapak sudah luar biasa dalam mendidik,
berpengalaman mengarahkan, dan menilai keberhasilan belajar peserta didik.
mengajar kelas 1 dan 2 Tentu begitu banyak suka dan duka yang bapak alami, dan semua
SMA kurang lebih 14 itu bapak jalani dengan penuh tanggungjawab demi masa depan
tahun. Berbagai putra-putri kita. Sesungguhnya, merdeka belajar, sekolah merdeka
persoalan saya hadapi yang dicanangkan oleh menteri Nadiem patut diapresiasi oleh kita
dan berjalan dengan semua. Merdeka belajar yang dimaksud oleh beliau adalah
baik. Namun, konsep berikan waktu yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik
merdeka belajar yang untuk berkreasi dalam proses pembelajaran. Berikan kepercayaan
dipopulerkan oleh untuk memanfaatkan potensi yang ada pada diri mereka. Desain-
Menteri Nadiem desain aktivitas pembelajaran yang berbasis student-centered
disalahartikan oleh menjadi fokus utama kita, seperti task-based learning, problem-
sebagain siswa saya. based, project-based, cooperative learning, contextual-based,
Mohon tanggapan dan serta menerapkan performance-based assessment. Ketika porsi
komentar bapak waktu yang diberikan kepada siswa banyak maka bukan tidak
pemateri kedua tentang mungkin mereka akan berinovasi dan berkreasi sesuai dengan
konsep merdeka belajar pemahaman mereka. Kita sebagai pendidik terus mengarahkan
yang dengan sistem kemajuan belajar peserta didik dengan memberikan masukan-
penilaian berorientasi masukan yang substansial atas hasil yang mereka telah lakukan.
HOTS. Merdeka belajar, sekolah merdeka adalah siswa menjadi
pembelajar mandiri, inovatif, dan kreatif dengan tetap mengikuti
kaidah-kaidah yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
Penanya 3: Pemateri 3:
Saya selaku guru mata Penilaian berbasis proyek sesungguhnya tidak begitu sulit kita
pelajaran sosiologi, terapkan dalam suatu proses pembelajaran. Penilaian proyekpun
selama ini agak sulit dapat diterapkan pada semua mata pelajaran yang kita ampu.
menerapkan penilaian Penilaian proyek mefasilitasi siswa kita untuk lebih mengenal (C1),
berbasis proyek pada mengevalusi, dan menganalsis (C4 dan C5) potensi dirinya dan
siswa saya. Seperti apa meningkatkan kompetensi sosialnya karena mereka harus bekerja
22
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari
2021
bentuk nyata dan teknik sama dengan teman sebayanya dalam menyelesaikan proyek
penilaian berbasis tersebut. Dari situasi ini HOTS yaitu C4 dan C5 sudah
proyek berorientasi terimplementasikan dengan baik. Penilaian berbasis proyek
HOTS yang bisa saya berfokus pada tiga poin penting, seperti 1) manajemen waktu,
berikan? yaitu siswa didorong untuk mampu memanfaatkan waktu yang
diberikan untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap
mengikuti pedoman dari guru; 2) relevansi, yaitu sesuaikan
dengan karateristik mata pelajaran yang kita ampu dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan target capaian belajar
siswa, 3) orisinalitas, yaitu proyek yang telah diselesaikan oleh
siswa merupakan hasil karya mereka sendiri. Guru dapat
membandingkan progres akademik siswa dalam kelas dengan
hasil karya yang dikerjakan di luar kelas. Dari situasi ini, poin
nomor 2 dan 3 dapat dikategorikan dalam HOTS, yaitu revelansi
terkait dengan analisis (C4) dan orisinalitas terkait dengan C6,
karena siswa didorong untuk menghasilkan karya autentik mereka.
Penanya 4: Pemateri 4:
Saya selaku guru Saya setuju dengan bapak terkait dengan penguasaan kosa kata
bahasa Inggris di kelas adalah kunci dalam belajar bahasa Inggris. Masalah ini hampir
X dan XI. Dalam proses terjadi di setiap sekolah di wilayah kita bahkan Negara kita.
pembelajaran saya Sharing pengalaman dari teman-teman kami di Prodi juga
menemukan masalah menekankan bahwa mahasiswa tidak bisa berpartisipasi aktif pada
terkait dengan mata kuliah speaking, writing, dan reading karena keterbatasan
keterbatasan kosa kata penguasaan kosa kata. Pengalaman saya sendiri ketika mengajar
siswa. Sehebat apapun bahasa Inggris di SMA, sejumlah langkah telah saya terapkan
penilaian yang kita untuk meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kosa kata
terapkan tidak akan para siswa, seperti daily vocabulary report program, describing
berhasil karena masalah favorite palce/thing, paraphrasing, dan book review. 15 menit
ini. Mohon sharing sebelum pelajaran bahasa Inggris dimulai, setiap siswa wajib
tipsnya, terutama dosen melaporkan 25 kosa kata baru yang mereka belum ketahui
yang berpengalaman sebelumnya. Dalam kegiatan ini, guru bahasa Inggris hanya
dalam mengampu mata memilih 3 siswa secara acak dari keseluruhan siswa. Ketika
kuliah vocabulary. seorang siswa mempresentasikan 25 kosa kata baru di depan
kelas, siswa yang lainnya wajib menjawab sinonim dan antonim
dari kata-kata tersebut. Konsisten teknik ini dijalankan selama satu
semester, hasilnya sangat menakjubkan. Kosa kata mereka
banyak, maka keterampilan-keterampilan lain dalam bahasa
Inggris pasti berjalan. Bahasa Inggrisnya bagus, motivasi
belajarnya pasti meningkat. Teknik ini bisa diselingi dengan teknik
yang lain untuk menghindari kejenuhan belajar siswa.
24
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
25
Jurnal Widya Laksana, Vol.10, No.1, Januari 2021
26