Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN KURIKULUM SMK

INOVASI KURIKULUM 2013

Disusun oleh :
Zaradiya Audrey Tritania (19050634046)
Tasya Aisyah Ramadani M. (19050634057)
Nadia Agnissia Putri (19050634076)

KELAS B
PRODI S1 PENDIDIKAN TATA RIAS 2019
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi, bahkan para filosof
berpendapat bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan.
Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi tetapi tidak jarang
dihindari oleh manusia. Semua perubahan akan membawa resiko, tetapi strategi
mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan akan membawa bencana
dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam posisi status quo
menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut tidak dapat
mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan. Dengan demikian, inovasi
selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk mengatasi masalah-
masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi juga masalah-masalah
yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan. 
Kata inovasi sering kali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap
perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers (1983 : 11) memberikan
batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek
benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru"
bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena
baru mau menerima meskipun sudah lama tahu.
Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa
munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi
permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah
"pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus
merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional.
Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan
dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki
situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Seperti telah dikemukakan bahwa munculnya suatu inovasi adalah sebagai
alternatif pemecahan masalah, maka langkah pertama pengembangan suatu inovasi
didahului dengan pengenalan terhadap masalah. Rogers (1983). Identifikasi terhadap
masalah inilah yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian dan
pengembangan (R&D) atau evaluasi kurikulum, yang dirancang untuk menciptakan
suatu inovasi. Dalam hal ini perlu untuk diperhatikan bahwa inovasi akan mempunyai
makna jika inovasi tersebut diterapkan atau diadopsi, sebab jika inovasi tersebut tidak
diterapkan/diadopsi/disebarluaskan maka inovasi tersebut hanya akan menjadi inovasi
yang tidak terpakai. Terhadap pengadopsian ini dikenal strategi sentralisasi dan
strategi desentralisasi. (disebut penyebaran/difusi inovasi jika ditinjau dari sisi
pengembang inovasi, sedangkan adopsi inovasi merupakan prosedur yang dilihat dari
sisi calon pemakai/adopter). Baik strategi sentralisasi maupun desentralisasi akan
memunculkan permasalahan baru pada saat adopsi/difusinya.
Salah satu aspek penting dalam konteks pendidikan di manapun adalah dengan
memperhatikan kurikulum yang diusung oleh pendidikan tersebut. Seringkali
kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu
pendidikan diakibatkan terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal,
seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti
perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Cuban (1991 : 216) mengemukakan
bahwa untuk memahami perubahan kurikulum perlu untuk dipahami tiga pokok
pemikiran tentang perubahan tersebut yakni (a) rencana perubahan itu selalu baik, (b)
harus dipisahkan antara perubahan (change) dengan kemantapan (stability), dan (c)
apabila rencana perubahan sudah diadopsi maka perlu untuk dilakukan perbaikan
terhadap rencana tersebut (improvement).
Kurikulum 2013 merupakan salah satu inovasi pendidikan yang ada di
Indonesia dan perlu di desiminasikan, agar pendidikan di negara kita bisa berubah
menjadi lebih maju dan sesuai dengan perkembangan zaman, dalam proses tersebut
perlu di analisis sejauh mana proses difusi inovasi kurikulum 2013 sudah berjalan di
lapangan.

1.2. Rumusan Masalah


Mengacu kepada apa yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan yaitu berkaitan dengan :
1)      Bagaimana Esensi Innovasi Kurikulum 2013?
2)      Bagaimana perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum 2013?
3)      Sumber terjadnya Inovasi Kurikulum 2013?
4)      Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013?
5)      Analisis proses difusi Inovasi Kurikulum 2013?
1.3. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1)      Esensi Innovasi Kurikulum 2013.
2)      Perbedaan kurikulum lama (KTSP) dengan Kurikulum 2013.
3)      Sumber Inovasi Kurikulum 2013.
4)      Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013.
5)      Proses difusi Inovasi Kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keunggulan Kurikulum 2013


Keunggulan Kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut :
1. Siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam pemecahan masalah.
2. Penilaian didapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga dari nilai kesopanan, religi, praktek,
sikap dan lain lain.
3. Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4. Kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
5. Kompetensi menggambarkan secara hoIistik: domain sik:ap, keterampilan, dan
pengetahuan.
6. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,
keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan).
7. Kurikulum 2013 tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun global. Untuk tingkat SD, penerapan sikap masih
dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP
penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya
dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK, dituntut
memiliki sikap kepribadian yang mencenninkan kepribadian bangsa dalam
pergaulan dunia.
8. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional).
9. Menuntut adanya remediasi secara berkala.
10. Tidak memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena Pemerintah
menyiapkan semua komponen kurikulum, bahkan buku teks dan pedoman
pembahasan sudah tersedia.
11. Sifat pembelajaran kontekstual.
12. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogik, sosial, dan personal.
13. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan
memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat
guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan
scientific secara benar.
2.2. Asumsi Kurikulum 2013
Asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan
dispesifikasikan. Dalam kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi,
sedikitnya ada tujuh asumsi yang mendasari. Ketujuh asumsi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional, dan tidak mampu
melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu, penerapan
kurikulum berbasis kompetensi menuntut peningkatan kemampuan
profesional guru.
2. Banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan
pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
3. Peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat
diisi atau ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki
sejumlah potensi yang perlu dikembangkan.
4. Peserta didik memiliki potensial yang berbeda dan bervariasi, dalam hal
tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin biasa-biasa
saja, bahkan rendah. Di samping itu, mereka memiliki tingkatan yang
berbeda dalam menyikapi situasi baru, sehingga guru harus dapat
membantu menghubungkan pengalaman yang sudah dimiliki dengan situasi
baru.
5. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta
didik mengembangkan berbagai potensial yang dimilikinya secara optimal.
6. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-
kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari
seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
7. Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai
kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensinya secara optimal.
2.3. Perbedaan Kurikulum Lama (KTSP) dengan Kurikulum baru (2013).
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014
pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi
pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan
yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut
ini adalah perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP.
No Kurikulum 2013 KTSP
1 SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu
ditentukan terlebih dahulu, melalui melaui Permendiknas No 22 Tahun
Permendikbud No 54 Tahun 2013. 2006. Setelah itu ditentukan SKL
Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, (Standar Kompetensi Lulusan)
yang bebentuk Kerangka Dasar melalui Permendiknas No 23 Tahun
Kurikulum, yang dituangkan dalam 2006
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70
Tahun 2013
2 Aspek kompetensi lulusan ada lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan hard skills pengetahuan
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik Terpadu untuk
kelas I-VI kelas I-III
4 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih dan jumlah mata pelajaran lebih
sedikit dibanding KTSP banyak dibanding Kurikulum 2013
5 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam pembelajaran
jenjang SD dan semua mata pelajaran di terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan Konfirmasi
dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Mengamati,
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7 Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu mengukur semua aspek pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil.
8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI
untuk jenjang SMA/MA
10 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan
potensi siswa masalah siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya


terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun
sebenarnya terdapat kesamaan esensi Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan
ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada
siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah
implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang
diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan
kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam
pembelajaran di kelas.
2.4. Esensi Inovasi Kurikulum 2013
2.2.1. Pengertian Inovasi dan Inovasi Pendidikan.
Secara umum inovasi sering diartikan sebagai pembaharuan atau perubahan yang
terjadi dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang berbeda dengan keadaan
sebelumnya. Dalam kamus ilmu sosial Hugo F. Reading ( 1986 : 204 ) dijelaskan
istilah innovation dalam tiga katagori yaitu “innovation, innovation material dan
innovation non material“. Innovation diartikan sebagai elemen cultural baru atau
penerimaan tujuan-tujuan cultural baru oleh individu sembari menolak alat-alat
kelembagaan masyarakat. Innovation material diartikan sebagai inovasi dalam
kebudayaan material, sedangkan innovation non material diartikan sebagai inovasi
atau pembaharuan dalam kebudayaan non material.
Rogers et el (1983) menyatakan “innovation is an idea, practice or object as
new by an individual“. Artinya bahwa inovasi merupakan suatu gagasan, ide atau
pemikiran, praktek atau praktek kerja, objek atau suatu produk berupa barang yang
dianggap baru oleh seseorang sebagai pihak yang menerima. Sepintas lalu istilah
inovasi hampir sama pengertiannya dengan perubahan, namun tidak semua perubahan
adalah pembaharuan atau inovasi. Suatu perubahan dapat digolongkan pada inovasi
apabila perubahan tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan
sebelumnya agar menguntungkan bagi peningkatan kualitas hidup. Pembaharuan
dalam sektor pendidikan dilakukan sebagau upaya sengaja untuk memperbaiki hal-hal
tentang pendidikan, baik itu berbentuk hal, ide, praktek-praktek pendidikan yang baru
untuk meningkatkan kemampuan mencapai tujuan pendidikan secara efektif efisien.
Ahli lainnya seperti Robbins (1994) mengatakan bahwa inovasi sebagai
gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki produk atau
proses dan jasa. Disni Robbins memfokuskan pada tiga hal yaitu :
1. Gagasan Baru
2. Produk dan Jasa
3. Usaha Perbaikan. 
Kemudian Santoso S. Hamijoyo (1974 : 8) menyatakan pengertian inovasi
pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang
ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna
mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah inovasi tidak
hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan pada keadaan lainnya. Dalam
perubahan yang tergolong inovasi, selain terjadi suatu yang baru harus ada unsur
kesengajaan, kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan mengarah pada
peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan
.2.2. Inovasi Pendidikan
Menurut Hamijoyo (1974) menyatakan pengertian inovasi pendidikan sebagai
suatu perubahan yang baru dalam kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya
dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam bidang pendidikan
Sedangkan menurut Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan
adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat),
baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang),
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah
pendidikan nasional.
Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention
adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia.
Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan
dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu
sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi
adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha)
baik invention dan discovery.
2.2.3. Tujuan Inovasi Pendidikan
           Menurut Santoso, (1974), tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber
sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Sedangkan menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan
tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,relevansi, kualitas, dan
efektivitas. Sarana serta jumlah peserta didik sebanyak banyaknya, dengan hasil
pendidikan sebesar besarnya, dengan jumlah yang sekecil kecilnya.
2.2.4. Esensi Inovasi kurikulum 2013.
Menurut Fathur, (2013) yang paling esensial dalam kurikulum 2013 yaitu
mengenai persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan pasca
pembelajaran. Persiapan pembelajaran pembelajaran berkaitan dengan adminstrasi,
pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan metode dan pendekatan, sedangkan pasca
pembelajaran berkaitan dengan penilaian.
a. Administrasi Pembelajaran
Dari sekian banyak administrasi pembelajaran yang paling penting adalah silabus dan
RPP. Untuk silabus sudah disiapkan oleh pemerintah, sehingga guru tinggal membuat
RPP. Di dalam pembuatan RPP hal penting yang harus ditulis adalah proses
pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan menyimpulkan.
b. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran terdapat paling tidak 3 kata kunci yang harus guru
perhatikan yaitu saintific Approach (Pendekatan Ilmiah), Pembelajaran Berbasis
Proyek, dan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Esensi Pendekatan Ilmiah (Pendekatan Scientific) pada hakikatnya adalah sebuah
proses  pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan  sebagai
sebuah proses  ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum  2013 diamanatkan
tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran.
Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan  ilmiah merupakan sebentuk titian  emas 
perkembangan  dan  pengembangan  sikap (ranah afektif),  keterampilan (ranah
psikomotorik), dan  pengetahuan (ranah kognitif) siswa.
Pada suatu pendekatan yang dilakukan  atau  proses  kerja  yang  memenuhi  kriteria 
ilmiah,  para  saintis lebih mementingkan penggunaan pelararan  induktif  (inductive 
reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif  (deductive reasoning).
Penalaran  deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat  fenomena-
fenomena  umum  untuk  kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus.
Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif
justru memandang  fenomena-fenomena  atau  situasi-situasi yang khusus lalu
berikutnya membuat sebuah simpulan  secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada
penggunaan penalaran  induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke dalam
suatu relasi (hubungan) gagasan/ide yang lebih luas (umum). Sedangkan metode 
ilmiah pada umumnya meletakkan  fenomena-fenomena  unik  dengan  kajian 
khusus/spesifik dan  detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah simpulan
yang bersifat umum.

Metode  ilmiah  adalah sebuah metode yang merujuk  pada  teknik-teknik 


penyelidikan terhadap suatu  atau  beberapa fenomena atau gejala,  memperoleh 
pengetahuan  baru,  atau  mengoreksi  dan  memadukan  pengetahuan sebelumnya. 
Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode 
penyelidikan/inkuiri/pencarian (method  of  inquiry)  haruslah  didasarkan pada 
bukti-bukti  dari  objek  yang  dapat  diobservasi,  empiris,  dan  terukur  dengan 
prinsip-prinsip penalaran  yang  spesifik. Oleh sebab itulah metode  ilmiah  umumnya 
memuat  serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji
hipotesis.
c. Penilaian Pembelajaran
Penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Dalam
penilaian autentik tidak hanya mengandalkan tes tulis, tapi banyak jenis model tes
misal unjuk kerja, observasi, porto folio, dan yang lainya.
Ketiga hal di atas menurut saya memang merupakan esensi kurikulum 2013.
Bila ketiga hal di atas tidak dilaksanakan maka pada akhirnya sama saja dengan
kurikulum sebelumnya, Jangan sampai kita hanya melaksanakan kurikulum sebatas
kulitnya saja.
2.2.5. Sumber Terjadinya Inovasi Kurikulum 2013.
Menurut Hamijoyo ( 1974; 26 ) awal dari arus informasi dan inovasi biasanya
datang dari dua sumber yaitu dari pihak bawahan atau dari pihak atasan, pemimpin,
badan atau orang-orang institusional. Mengenai sumber datangnya inovasi dalam
bidang pendidikan sekurang-kurangnya ada tiga pandangan, yaitu :
1. Pertama : Agar pembaharuan dapat terlaksana dengan penuh makna dan tumbuh
berkembang di masyarakat luas, sebaiknya ide pembaharuan itu muncul dari
bawah (change from the grass root).
2. Kedua : pembaharu berasal dari atasan, karena tanpa ada restu atau kebijaksanaan
dari pihak atas/pusat, orang-orang yang ada di tingkat bawah dan daerah akan
ragu-ragu untuk ikut menyebarluaskan dan melaksanakan pembaharuan.
3. Ketiga : Bahwa yang penting gagasan pembahruan itu berlangsung sedikit demi
sedikit, aspek demi aspek, tetapi berlangsung secara konstan dan kontinue.

Sehubungan dengan inovasi kurikulum 2013, arus informasi atau sumber


terjadinya inovasi berasal dari pihak atasan atau institusi pemerintah. Karena
perubahan akan semakin cepat berhasil apabila diprakarsai oleh pimpinan atau
institusi pemerintah, pemerintah berencana dengan matang dengan menganalisis
kebutuhan-kebutuhan akan pendidikan serta mencarikan solusinya agar pendidikan
berjalan dengan baik sesuai perkembangan zaman.
Dalam realita, berhasil dan tidaknya suatu gagasan baru akan bergantung juga
pada situasi dan kondisi kehidupan soaial, ekonomi, budaya, politik di mana sistem
yang akan dikenai pembaharuan atau inovasi tersebut. Penggunaan kombinasi sumber
inovasi antara atas dan bawah secara seimbang dan bijaksana merupakan upaya yang
menunjukkan tercapainya hasil yang efektif.
2.2.6. Karakteristik Inovasi Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 ini dapat dijabarkan menurut karakteristik inovasi
pendidikan, suatu inovasi memiliki karakteristik sebagaimana yang dapat menjadi
dasar pertimbangan bagi seseorang atau organisasi untuk menerima atau
menolaknya. Menurut Roger (1995 ) terdapat “five attributes of innovations”, yaitu :
1. Relative advantage
2. Compatibility
3. Complexity
4. Triability
5. Observability.
Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik kurikulum 2013 tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut :
1. Keuntungan relatif. 
Kurikulum 2013 mempunyai beberapa keuntungan diantaranya dapat memudahkan
siswa dalam belajar, tidak memberatkan siswa, mempermudah guru dalam mengajar,
pembelajaran jadi lebih bermakna dan menyenangkan siswa.
2. Kompatibel 
Dilihat dari segi kompatibilitasnya dengan tujuan pendidikan nasional maupun
kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kurikulum 2013 dirasakan mempunyai
tingkat kesesuaian yang tinggi dengan penerapan nilai maupun proses pendidikan
yang ada dengan pola pendidikan pada satuan pendidikan.
3. Kompleksitas 
Perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu tiada henti, sesuai dengan
perkembangan zaman, kurikulum 2013 ini hadir merupakan salah satu inovasi yang
tiada henti dan berasal dari suatu analisa yang kompleksitas. Berbagai macam
pertimbangan dan kendala dalam mengimplementasikan merupakan tantangan inovasi
yang harus di lewati, agar inovasi kurikulum tersebut berhasil.
4. Triabilitas 
Apabila kita lihat di media baik cetak maupun elektronik, banyak yang pro dan
kontra, oleh karena itu evalusi kurikulum memerlukan waktu dalam pelaksanaannya,
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Uji atau evaluasi kurikulum bisa saja
dilakukan apabila pelaksanaan implementasi kurikulum sudah berjalan oleh semua
sekolah dan semua jenjang pendidikan.
5. Dapat diamati
pelaksanaan kurikulum 2013 dapat saja kita amati dan dipantau pelaksanaannya, baik
oleh pengawas ataupun pemangku kepentingan lainnya, mereka dan kita semua bisa
mengamati jalannya pelaksanaan kurikulum dan bisa mengamati apa saja kendala
yang di hadapi di lapangan, sehingga apabila ada kendala maka segera akan dilakukan
tindakan untuk mengatasinya oleh para fakar dan aahli pendidikan untuk menuju
kesempurnaan implementasi kurikulum 2013.

2.5. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas
tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;


2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah


Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama mengamalkan ajaran agama mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. yang dianutnya. yang dianutnya.
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
Mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung- jujur, disiplin, tanggung- jujur, disiplin, tanggung-
jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, royong, kerjasama, toleran, royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif damai), santun, responsif damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan dan pro-aktif dan dan pro-aktif dan
menunjukan sikap sebagai menunjukan sikap sebagai menunjukan sikap sebagai
bagian dari solusi atas bagian dari solusi atas bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan berbagai permasalahan berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara dalam berinteraksi secara dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan efektif dengan lingkungan efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam sosial dan alam serta dalam sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai menempatkan diri sebagai menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam cerminan bangsa dalam cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia. pergaulan dunia. pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan 3. Memahami, menerapkan, 3. Memahami, menerapkan,
dan menganalisis dan menganalisis menganalisis, dan
pengetahuan faktual, pengetahuan faktual, mengevaluasi pengetahuan
konseptual, dan prosedural konseptual, prosedural, dan faktual, konseptual,
berdasarkan rasa ingin metakognitif berdasarkan prosedural, dan
tahunya tentang ilmu rasa ingin tahunya tentang metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan teknologi, seni, budaya, dan seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan humaniora dalam wawasan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban kenegaraan, dan peradaban kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena terkait penyebab fenomena terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang dan kejadian dalam bidang dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk kerja yang spesifik untuk kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah. memecahkan masalah. memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar,


menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah konkret menyaji, dan mencipta
konkret dan ranah abstrak dan ranah abstrak terkait dalam ranah konkret dan
terkait dengan dengan pengembangan dari ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang yang dipelajarinya di sekolah pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu secara efektif dan kreatif, dan secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas mampu melaksanakan tugas melaksanakan tugas
spesifik di bawah spesifik di bawah spesifik di bawah
pengawasan langsung. pengawasan langsung. pengawasan langsung.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perubahan dalam kurikulum merupakan hal yang harus dilakukan sejalan
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Kurikulum sekolah selalu mengikuti
perubahan jaman, sebab jika tidak dilakukan perubahan maka pendidikan tidak dapat
menghasilkan generasi berikut yang tanggap terhadap perkembangan. Kurikulum
2013 merupakan bentuk kurikulum baru yang sarat dengan perubahan / inovasi. Hal
ini dilakukan sebagai jawaban terhadap perlunya mengantisipasi perubahan
masyarakat.
Meskipun kurikulum berubah, tidak berarti otomatis akan terjadi perubahan
dalam proses implementasi di lapangan. Perubahan tidak akan terjadi apabila guru
sebagai pelaksana pendidikan tidak atau belum melakukan perubahan tersebut. Dalam
hal ini mungkin saja terjadi pengimpangan dari apa yang diharapkan oleh kurikulum
tersebut. Antisipasi terhadap penyimpangan pelaksanaan kurikulum di lapangan dapat
dilakukan jika telah diketahui apa yang menjadi hambatan terhadap pelaksanaan
kurikulum tersebut.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 tersebut berkorelasi secara positif
dengan usaha atasan langsung, yaitu kepala sekolah. Sehingga perlu pendampingan
dan supervise. Kepala sekolah perlu memberikan penghargaan pada guru, berupa
pujian lisan, misalnya atas keberhasilan menerapkannya, dan koreksi atau penguatan
negatif atas kegagalan atau kekurang berhasilannya. Partisipasi kepala sekolah tidak
boleh turun atau lemah sampai guru telah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai
dengan prinsip Kurikulum 2013 yang telah ditetapkan. Bila kebiasaan tersebut telah
terbentuk, maka frekuensi pujian dan penguatan negatif bisa berkurang sampai batas
pelaksanaan pembelajaran tetap efektif dan efisien. Bila terlihat terjadi penurunan
semangat dan kualitas pembelajaran, maka kepala sekolah harus segera melakukan
upaya menaikkannya kembali melalui persuasi lebih dalam, keterlibatan langsung
lebih dekat, supervisi lebih ketat, penghargaan yang lebih dalam, dan koreksi yang
lebih intensif.
3.2. Saran
1. Agar pengembangan inovasi kurikulum 2013 berjalan efektif dan sesuai dengan
harapan maka perlu partisipasi dari seluruh komponen serta sumber daya manusia
dalam suatu organisasi pendidikan, serta komitmen top manajer harus mampu
mengarahkan transformasi pengetahuan, sikap, dan perilaku sesuai dengan harapan
dan tujuan inovasi pendidikan.
2. Mari berinovasi, karena sampai kapan pun pendidikan membutuhkan inovasi
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
bermutu/berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Cuban, L. (1991). Curriculum Stability and Change. Dalam Handbook of Research on


Curriculum. New York : Macmillan Publishing Co.

Fathur (2013). Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Di akses


melalui http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-
ktsp/. Pada tanggal  7 Oktober 2015.

Habibi Ahmad. (2013). Keunggulan dan Kekurangan Pendidikan Pada Kurikulum 2013.
Tersedia: http://www.beritahu.me/2013/09/keunggulan-dan-kekurangan-pendidikan.
html#sthash. zB5lFhOO.dpuf. Diakses : 29 Desember 2013.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013, (Jakarta:


Kemendikbud, 2012), hlm. 6-7.

Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovations. New York : The Free Press, A Division of


Macmillan Publishing Co. Inc.

Rogers, E.M. (1995) Diffusion of Inovations. Forth Edition. New York: Free Press.
Hugo F. Reading (1986). Kamus Ilmu Social: Bandung: Refika Aditama
Ibrahim, (1988), Inovasi Pendidikan, Jakarta PPLPTK, Ditjen Depdikbud.

Santoso.S.Hamidjoyo, (1974), Inovasi Pendidikan : Meninjau Beberapa Kerangka Analisis


Untuk Penelitian dan Pelaksanaannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar , Bandung :
IKIP Bandung.

Jurnal :

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/PDK-2013-70-Kerangka-Dasar-
Kurikulum-Kompetensi-SMK.pdf

Anda mungkin juga menyukai