Anda di halaman 1dari 22

PERAN FILOSOFI PANCASILA

DALAM PENANGKALAN ISU SARA


Prof. Dr. Wasino, M.Hum.

Fakultas Ilmu Sosial, Unnes .Hp 081325750881


Pancasila sebagai Landasan Filosofis
Secara intrinsik nilai-nilai Pancasila berwujud
dan bersifat filosofis, secara praktis nilai-nilai
tersebut berupa pandangangan hidup yang
merupakan kebulatan ajaran tentang berbagai
segi/bidang kehidupan suatu
masyarakat/bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila adalah
filsafat hidup yang berkembang
dalam sosio-budaya Indonesia.
Nilai Pancasila merupakan nilai
dasar dan puncak budaya
bangsa sebagai hasil
perenungan/pemikiran
mendalam.
Nilai-Nilai Pancasila merupakan jiwa dan
kepribadian bangsa. Oleh karena mendasarnya
nilai Pancasila yang dijiwai dan memberikan
watak (kepribadian, identitas) bangsa, maka
pengakuan atas kedudukan Pancasila sebagai
filsafat merupakan suatu kewajaran.
Ideologi Pemengaruh
Kepribadian Indonesia

NASIONALISME
RADIKAL
MARXISME
SOSIALISME
KOMUNIS

TRADISIONALISME
ISLAM
JAWA

Keterangan
Pengaruh Barat
Pengaruh Timur
Posisi strategis Nusantara dari segi geografis
mengakibatkan para penguasa lokal sudah terbiasa
menerima hal-hal baru yang siap dikombinasikan dengan
kebudayaan lama yang sudah ada pada lokalitas daerahnya
(Nusantara sebagai Kuali Penyerbukan Silang Budaya).

Menurut Lombard, Nusantara masih tetap dapat


menunjukkan keaslian budayanya di tengah-tengah
gempuran budaya yang masuk dari luar.
Kebhinnekaan merupakan suatu keniscayaan
sebagai akibat interaksi kebudayaan yang terjadi
secara dua arah. Interaksi keberagaman itulah
yang membentuk kepribadian bangsa
Indonesia.
Pancasila sebagai Titik Persetujuan
(Common Denominator) Elemen Kebhinnekaan
Ir. Soekarno memiliki pandangan prinsip-prinsip yang
dapat memersatukan keragaman, yaitu: (1) Kebangsaan
Indonesia; (2) Internasionalisme/Perikemanusiaan; (3)
Mufakat/Demokrasi; (4) Kesejahteraan Sosial; (5) Ketuhanan
yang Berkebudayaan.
Kelima prinsip tersebut oleh Ir. Soekarno disebut
dengan “Panca Sila”. Urutan-urutan kelima sila
tersebut disebutkan olehnya sebagai urutan
sequential, bukan urutan prioritas. Masing-
masing sila Pancasila merupakan satu kesatuan
integral, yang saling mengandalkan dan saling
mengunci.
Penyederhanaan Pancasila Menurut Ir. Soekarno
Kebangsaan Perikema- Kesejahtera- Ketuhanan
Demokrasi
Indonesia nusiaan an Sosial yg Berkebud.

Socio-Nationalisme Socio-Democratie Ke-Tuhanan

Gotong-Royong

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka jelas bahwa dasar


dari semua sila Pancasila adalah gotong-royong.
Pancasila sebagai Karya Bersama
Setiap fase konseptualiasi Pancasila melibatkan partisipasi
pelbagai unsur dan golongan. Oleh karena itu, Pancasila
benar-benar merupakan karya bersama milik bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan “dasar falsafah”
(philosopische grondslag) dan juga “pandangan dunia”
(weltanschauung) dengan penjelasannya yang runtut, solid,
dan koheren.
Pertanyaan
Bagaimana memperdalam pemahaman, penghayatan, dan
kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung
pada setiap sila Pancasila dan kesalingterkaitannya, untuk
kemudian diamalkan secara konsisten di segala lapis dan
bidang kehidupan berbangsa dan bernegara?
Tantangan Kebhinnekaan

SUKU AGAMA

ANTAR-
RAS GOLONGAN
Bukan Sekadar Tantangan

KEKUATAN KELAMAHAN

TANTANGAN PELUANG
Merebaknya isu dan kekerasan/kekejaman dengan
memanfaatkan latar belakang SARA diantaranya
disebabkan oleh tidak terwujudnya keadilan sosial
secara proporsional. Pluralisme pada dasarnya bukan
merupakan faktor pemerhalang persatuan. Sebaliknya,
keberagaman merupakan modal dasar persatuan.
Ketidakadilan dan realitas keragaman memerlukan solusi
kompleks yang mampu menganggulangi berbagai
macam kemungkinan yang lebih buruk. Gotong-royong
merupakan solusi konkret meminimalisasi ketidakadilan
yang dalam pelaksanaannya harus sejalan dengan nilai-
nilai Pancasila.
Kegotong-Royongan Pancasila

Ketuhanan GOTONG-ROYONG Bukan saling menyerang dan mengucilkan

Kemanusiaan Bukan bermental menjajah dan eksploitatif

Persatuan Bukan meniadakan perbedaan dan menolak persatuan

Kerakyatan Bukan demokrasi yg didikte oleh mayoritas/minoritas

Keadilan Bukan keadilan berbasis individualism-kapitalisme


Dalam konteks ini, yang diperlukan adalah apa yang
oleh Kuntowijoyo (2001) disebut sebagai proses
“radikalisasi Pancasila”. “Radikalisasi” (penguatan)
dalam hal ini berarti revolusi gagasan, demi membuat
Pancasila tegar, efektif, dan menjadi petunjuk
bagaimana negara ini ditatakelola secara benar.
Agenda Penguatan Pancasila
Mengembalikan Pancasila sebagai ideologi Negara.

Mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi


Pancasila sebagai ilmu.

Mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi


dengan produk-produk Perundangan, koherensi
antarsila, dan korespondensi dengan realitas sosial.

Pancasila yang semula melayani kepentingan vertical


(negara) menjadi Pancasila yang melayani kepentingan
horizontal.

Menjadikan Pancasila sebagai kritik kebijakan negara.


Secara konseptual, Indonesia telah memiliki prinsip
dan visi kebangsaan yang kuat, yang bukan saja dapat
mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam
kebauran komunitas politik bersama, tetapi juga
mampu memberi kemungkinan bagi keragaman
komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan
kesejarahan masing-masing.
-- Yudi Latif --
Pancasila merupakan sintesis kreatif antara Declaration
of American Independence (yang merepresentasikan
ideologi kapitalis) dengan Manifesto Komunis (yang
merepresentasikan ideology komunis)
-- Bertrand Russel dikutip Yudi Latif --
?
Semoga Bermanfaat
Matur Nuwun

Prof. Dr. Wasino, M.Hum.


Jurusan Ilmu Sejarah
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai