Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Tentang
MODEL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Oleh:

Kelas 3A

Kelompok III

1. Abdul Azis 186510657


2. Lismayani Fauziyah 186510230
3. Nurhayatun Mahmudah 186510218
4. Revida rani 186510146
5. S. Bariq Mukhti 166511281
6. Wahyu Fatmawati 186510344

Dosen Pengajar Mata Kuliah : Nurul Fauziah S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat sampai saat ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN dengan judul MODEL PEMBELAJARAN
DALAM BIOLOGI.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Fauziah S.Pd., M.Pd.
serta semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar Dan
Pembelajaran serta untuk menambah pengetahuan dalam pendidikan, serta
memberikan pemahaman lebih mengenai model pembelajaran dalam Biologi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami. Penulis juga berharap
pembaca dapat memberikan keritik atau sarannya terhadap makalah ini agar dapat
diperbaiki, dan dapat menciptakan karya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 07 Oktober 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Model ..................................................................................................... 3
2.2 Macam – Macam Model Pembelajaran Dalam Biologi ........................................... 4
2.2.1 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan STS ................................................. 4
2.2.2 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Konstruktivistik .............................. 4
2.2.3 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL ................................................ 6
2.2.4 Model Pembelajaran Inkuiri.............................................................................. 6
2.2.5 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving .............................. 8
2.2.6 Model Pembelajaran Berbasis Masalah .......................................................... 11
2.2.7 Model Pembelajaran Langsung ....................................................................... 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasila peroses pembelajaran tidak lepas dari kemampuan guru
mengembangkan model – model pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam peroses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga dapat meraih hasil belajar
yang optimal.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif setiap guru
harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara –
cara pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam peroses
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan
tingkat pemahaman guru terhadap perkembengan dan kondisi siswa di kelas.
Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah
yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lainnya. Tanpa pemahaman
terhadap kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat
meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada
akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.
Kondisi dunia pendidikan sudah banyak berubah, sehingga tuntutan
pembelajaran juga berubah. Oleh karena itu, paradigma pendidikan dan
pembelajaran juga harus berubah sesuai dengan perkembangan sains dan
teknologi serta tuntutan zaman. Beberapa teori dan pemikiran yang menggiring
lahirnya paradigma baru tentang pendidikan dan pembelajaran telah muncul
seperti: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh anak didik,
(2) anak didik membangun pengetahuannya secara aktif, (3) pendidik
bertugas mengembangkan kompetensi anak didik secara optimal, (4)
pembelajaran terjadi melalui interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru, serta antara siswa dengan lingkungan. Berdasarkan paradigma baru

1
pembelajaran maka muncullah berbagai model pembelajaran yang dikembangkan
oleh para ahli dalam bidangnya.
Sering muncul pertanyaan dari mahasiswa yang sedang belajar
Strategi Belajar Mengajar tentang perbedaan makna antara pendekatan, metode
dan model pembelajaran. Memang tidak banyak literatur membahas perpedaan itu
secara tajam, bahkan sering juga istilah itu disilihgantikan penggunaanya, kadang
kala dipakai istilah pendekatan, kadang kala dipakai istilah metode dan
kadangkala dipakai pula istilah model pembelajaran. Namun, masih ada juga para
ahli membedakannya dari istilah-istilah tersebut, terutama melihat kepada akar
kata dari istilah tersebut. Perbedaan pendekatan dan metode sudah dibahas pada
Bab Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Di sini dicoba menjelaskan makna
dari model pembelajaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), model berarti pola (contoh,
acuan, ragam,dan sebagainya). Sesungguhnya model yang dimaksudkan dalam
pembelajaran juga sama atau hampir sama yang dikemukakan dalam KBI
tersebut. Model pembelajaran, artinya pola atau contoh pembelajaran yang sudah
didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode atau strategi pembelajaran
yang lain, serta dilengkapi dengan langkah-langkah (sintaks) dan perangkat
pembelajarnnya. Suatu model pembelajaran mungkin terdiri dari satu atau
beberapa pendekatan, satu atau beberapa metode, atau perpaduan antara
pendekatan dengan metode.

1.2 Tujuan
1. Dapat memahami definisi Motivasi Dalam Belajar
2. Dapat mengetahui macam-macam model pembelajaran Motivasi Dalam
Belajar

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar para mahasiswa dapat
memahami secara mendalam mengenai Motivasi Dalam Belajar. Diharapkan
mahasiswa sebagai calon pendidik mampu menerapkan menggali apa saja yang
mampu membangkitkan minat dan motivasi peserta didik dalam proses belajar,
serta memahami betul motivasi dan prestasi belajar peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), model berarti pola (contoh,
acuan, ragam,dan sebagainya). Sesungguhnya model yang dimaksudkan dalam
pembelajaran juga sama atau hampir sama yang dikemukakan dalam KBI
tersebut. Model pembelajaran, artinya pola atau contoh pembelajaran yang sudah
didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode atau strategi pembelajaran
yang lain, serta dilengkapi dengan langkah-langkah (sintaks) dan perangkat
pembelajarnnya. Suatu model pembelajaran mungkin terdiri dari satu atau
beberapa pendekatan, satu atau beberapa metode, atau perpaduan antara
pendekatan dengan metode.
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam
bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi
informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk
mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya.
Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang
sesungguhnya yang hanya berisi informasi- informasi yang dianggap penting
untuk ditelaah. (Mahmud Achmad, 2008: 1). Kata ”model” diturunkan dari bahasa
latin mold (cetakan) atau pettern (pola). Menurut Mahmud Achmad (2008: 2)
bahwa bentuk model secara umum ada empat, yaitu model sistem, model mental,
model verbal, dan model matematika.
Model sistem adalah alat yang kita gunakan untuk menjawab
pertanyaanpertanyaan tentang sistem tanpa melakukan percobaan. Sebagai contoh
sebuah model dari perilaku seseorang untuk mengatakan bahwa dia orang ”baik”.
Model ini membantu kita untuk menjawab pertanyaan bagaimana dia akan
bereaksi apabila kita bertanya padanya.

3
2.2 Macam – Macam Model Pembelajaran Dalam Biologi

2.2.1 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan STS


Model pembelajaran STS merupakan model pembelajaran yang dapat
mengaitkan antara sains dan teknologi, keterkaitan antara sains dan teknologi akan
menghasilkan pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan
teknologi, dan pengembangan teknologi dapat menghasilkan cara atau solusi
untuk memecahkan masalah sains.

2.2.2 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Konstruktivistik


Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema
sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan
proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai
suatu keseimbangan. Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks
filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.Sedangkan menurut Tran Vui
Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa
dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang
lain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna

4
mengembangkan dirinya sendiri.Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai
berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
4. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa
juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.
Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang
dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap
tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989:
159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak
melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran
karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat
(Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses
mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan
baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa
dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993;
Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).

5
2.2.3 Model Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya
dalam. Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa
belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat,
tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia
mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya.

2.2.4 Model Pembelajaran Inkuiri


Karakteristik Pembelajaran Inkuiri
Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa
mengembangkan pikiran dan kemampuan siswa secara mandiri melalui suatu pola
penyelidikan yang teratur. Jika kita memperhatikan anak berusia antara 4 -5 tahun,
kita akan menemukan mereka amat sering bertanyas eperti ”darimana susu yang
saya minum?” atau “mengapa saya harus makan sayur bayam?”. Sejumlah
pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa anak-anak sangat ingin tahu tentang
segala sesuatu, terutama tentang lingkungannya. Mereka amat suka mengamati
dan selalu berrusaha memahami apa yang mereka lihat. Hal inilah sebenarnya
yang dapat dijadikan wahana yang sempurna bagi mereka untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan pengembangan ilmu. Banyak guru menyatakan
sependapat bahwa pertanyaan siswa mempunyai peran penting dalam mempelajari
Biologi. Tetapi di sisi lain guru merasa khawatir tidak dapat menemukan jawaban
yang dapat memuaskan siswa. Hal ini dianggap mengganggu wibawa guru di

6
kelas. Akibatnya begitu memasuki usia sekolah banyak siswa yang segan
bertanya.
Dampak lebih jauh dari keengganan bertanya adalah sikap yang skeptis
terhadap segala sesuatu yang menyebabkan siswa kurang mempunyai gairah
untuk menemukan sesuatu. Sebenarnya kekhawatiran guru tidaklah perlu. Jika
guru menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran Biologi, guru tidak
harus mengetahui lebih dulu jawaban dari semua pertanyaan. Yang penting adalah
guru membimbing siswa untuk dapat menemukan pengertiannya sendiri.
Guru lebih ditekankan untuk selalu bersikap terbuka dan berpikir positif.
Belajar merespon pertanyaan dan jawaban siswa, mengelola pembelajaran yang
lebih berorientasi pada siswa akan memberikan pengalaman yang lebih berharga
dalam mengajar. Selain itu yang lebih penting adalah pendekatan ini akan
menyediakan kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang menyenangkan pada saat belajar biologi.
Sifat utama dari sains pada umumnya termasuk juga biologi adalah progresif dan
selalu terbuka untuk memperbaiki diri sendiri.
Sejumlah peneliti yang berminat pada genetika bekerja berdasarkan
persoalan yang sama dengan yang dipikirkan oleh Gregori Mendel di abad 18
tetapi dijawab dengan cara pandang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Para
peneliti akan saling bersaing maupun bekerjasama untuk memecahkan berbagai
pertanyaan yang sebelumnya hanya dianggap sebagai pertanyaan anak kecil yang
sulit dicari jawabannya secara rasional. Yang perlu disadari adalah para peneliti
ini bukan hanya sekedar penemuan fakta-fakta baru, tetapi harus dipandang
sebagai sebuah ide baruyang secara bersama-sama dapat menjelaskan sekumpulan
hasil observasi yang sebelumnya kelihatan tidak saling berkaitan.
Menurut Carind dan Sund (1980:6) inkuiri adalah mencari kebenaran dan
pengetahuan. Pencarian dimulai dari adanya suatu masalah dimana seseorang
diharapkan menyelesaikan masalah melalui serangkaian observasi dan cara-cara
tertentu (Harlen, 1991). Sedangkan menurut Suchman (dalamTobing, 1984)
model latihan inkuiri membantu siswa dalam menyusun fakta, membentuk
konsep, dan kemudian menghasilkan penjelasan atau menemukan suatu teori yang
dapat menerangkan suatu fenomena.

7
Pembelajaran inkuiri meliputi langkah :
1. penyajian masalah
pada tahap ini siswa dihadapkan pada situasi teka-teki. Rumusan masalah
didapat setelah siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan ini
merupakan stimulus yang efektif untuk mendorong siswa untuk berpikir
dan memulai belajar.
2. pengumpulan dan verifikasi data
pada tahap ini siswa merancang jawaban sementara (hipotesis) dan
selanjutnya merancang kegiatan untuk menguji kebenaran jawaban
sementara yang telah dibuat.
3. mengadakan eksperimen dan pengumpulan data
pada tahap ini siswa melaksanakan kegiatan yang telah dirancang dan
mengobservasi fakta yang muncul, mencatat datanya, dan melakukan
interpretasi terhadap data hasil pengamatan
4. merumuskan penjelasan
pada tahap ini siswa menentukan apakah jawaban sementara yang telah
disusun sebelumnya terbukti kebenarannya
5. mengadakan analisis tentang proses inkuiri
pada tahap ini siswa melakukan refleksi terhadap cara-cara mereka saat
melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran jawaban sementara.
Hasil yang diharapkan dari tahap ini adalah siswa mengetahui cara
pemecahan masalah yang paling baik.

2.2.5 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving


Model pembelajaran problem solving ini termasuk model pembelajaran
yang sudah tua, tapi sampai sekarang masih termasuk model pembelajaran yang
sangat penting atau sangat dianjurkan digunakan dalam pembelajaran. Karena
sudah hasil banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving
ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi anak didik. Sudah
banyak variasi pola pembelajaran problem solving ini ditemukan dari berbagai
literatur. Berikut ini akan disajikan berbagai pola proses atau tahapan problem
solving yang dikemukakan oleh berbagai pakar.

8
Proses ideal Problem Solving menurut Bransford & Stein (1984 dalam
Marzano et al.,1988)
1) Identifikasi masalah (Identifying the problem = I)
2) Mendefinisikan masalah (Defining the problem = D)
3) Mengeksplorasi strategi-strategi (Exploring strategies = E)
4) Mengemukakan ide-ide (Acting on ideas = A)
5) Mencari pengaruhnya (Looking for the effects)
Tahapan proses pronlem solving menurut Wisconsin dalam Mc Intosh,
1995):
1) Pengajuan masalah (problem posing)
2) Pendekatan masalah (problem approach)
3) Solusi masalah (problem solution)
4) Komunikasi (communication)
Skema problem Solving ( menurut Karl R. Popper disadur oleh Taryadi,
1989)
1) Problem awal (P1)
2) Solusi tentatif (tentative solution = TS)
3) Error elimination (EE) atau evaluasi dengan tujuan menemukan dan
membuang masalah
4) Situasi yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritis atau solusi tentatif
terhadap problem awal, sehingga timbul problem baru (P2)
Proses pemecahan masalah secara ilmiah menurut Tek (1998)
1) Menemukan masalah yang butuh pemecahan
2) Mendefinisikan masalah
3) Meneliti kemungkinan solusi atau membuat rancangan gambar atau
rancangan suatu penelitian
4) Mempertimbangkan sejumlah solusi atau memilih solusi yang menjanjikan
5) Mengujicoba atau membuat alat.
Ururtan Strategi berpikir (mis. Problem Solving) menurut Beyer (1988
dalam Zeidler et al., 1992)
1) Mengenal masalah
2) Menggambarkan (represent) masalah

9
3) Memilih (devise/choose) rencana solusi
4) Melaksanakan rencana (execute the plan)
5) Mengevaluasi solusi
Tahap-tahap Problem Solving menurut Philippine Education Quarterly
(1994)
1) Mengenal masalah (recognize a problem)
2) Menggambarkan masalah (represent the problem)
3) Memilih/menemukan rencana solusi (devise/choose solution plan)
4) Melaksanakan rencan (execute the plan)
5) Mengevaluasi solusi (evaluate the solution)
Tahapan Problem Solving menurut Gagne (1985)
1) Penyajian masalah (presentation of the problem), dapat dinyatakan dalam
pernyataan verbal atau beberapa sarana (means) yang lain
2) Mendefinisikan masalah, atau membedakan sifat-sifat esensial (essential
features) dari situasi
3) Memformulasikan hipotesis, yang dapat diaplikasikan terhadap solusi
4) Pengujian hipotesis (verification of the hypotesis), atau dilakukan secara
berturut-turut (successive) sampai menemukan jawaban yang mencapai
solusi.
Proses Problem Solving menurut UNESCO (1986)
1) Indentification of problem (preparation phase)
2) Analysis of problem (limiting phase)
3) Selection of hypothesis (productive phase)
4) Planning investigation (operative phase)
5) Carrying out investigation (active phase)
6) Drawing conclusion (critical phase)
Tahapan Problem Solving menurut Dewey (1910; 1933 dalam Glover &
Bruning, 1990)
1) Presentation of the problem
2) Problem definition
3) Development of hypothesis
4) Testing hypotesis

10
5) Selection of the best hypothesis
Tahapan Problem Solving dalam Biologi Perkembangan Hewan menurut
Lufri, (2003)
1) Memahami masalah
2) Merumuskan masalah (dalam bentuk kalimat tanya dan kalimat perintah)
3) Mengajukan beberapa alternatif pemecahan atau solusi masalah
4) Memilih solusi yang paling tepat dan menguraikan rasionalnya sehingga
masalah dapat dipecahkan.

2.2.6 Model Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah
dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai
diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri
dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inquiri (Trianto, 2010:91).
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan
dalam Trianto, 2010:92). Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94)
pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di
mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan
berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Mereka mengajukan situasi kehidupan
nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan
adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

11
2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Sebagai contoh, masalah populasi
yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Chesapeake mencakup
berbagai subjek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi,
ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.
3. Penyelidikan autentik. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan
masalah menuntut siswa untuk menghasilkan prodik tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5. kolaborasi. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk
berbagi inquiri dan dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir.
Di sini dikemukakan dua model tahapan (sintaks) pembelajaran berbasis
masalah:
Menurut Greenwald (2000) ada sepuluh (10) tahapan Problem- Based
Learning (PBL) atau Problem- Based Instruction (PBI):
2) Menemukan sebuah masalah yang didefinisikan sebagai suatu hal yang
kabur (Encounter an ill-defined problem)
3) Meminta para anak didik mengajukan pertanyaan tentang minat yang
menimbulkan teka teki (Have students ask questions about what is
interesting , puzzling, or important to find out (IPF question)
4) Mengejar atau mengikuti temuan masalah (Pursue problem finding)
5) Memetakan temuan dan memprioritaskan sebuah masalah (Map problem
finding and prioritize a problem)
6) Meneliti masalah (Investigate the problem)
7) Menganalisis hasil-hasil (Analize results)
8) Mengulangi pernyataan pembelajaran atau menyajikan apa yang telah
mereka lakukan (Reiterate learning)

12
9) Menghasilkan solusi dan rekomendasi (Generate solutions and
recommendations)
10) Mengkomunikasikan hasil-hasil (Communicate the results)
11) Melakukan penilaian sendiri. (Conduct self-assessment)

2.2.7 Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung atau direct intruction (DI) mempunyai ciri sebagai
berikut:
(1) adanya tujuan pembelajaran,
(2) adanya pengaruh model terhadap siswa,
(3) adanya prosedur penilaian hasil belajar,
(4) adanya sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran,
(5) adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar.
Istilah lain yang juga sering digunakan untuk model pembelajaran lngsung
ini ialah Pengajaran Aktif (Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter,
1982), dan Explicit Instruction (Rosenshine & Stevens, 1986). Di samping itu,
metode yang berhubungan erat dengan model ini adalah metode kuliah/ceramah
dan resitasi (Kardi dan Nur, 2000).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari Makalah ini yaitu
diantaranya sebagai berikut:
1. Pengertian Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide
dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model
berisi informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan
tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya.
2. Macam-macam model dalam pembelajaran
A. Model pembelajaran STS merupakan model pembelajaran yang dapat
mengaitkan antara sains dan teknologi
B. Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Konstruktivistik Menurut faham
konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang
mengenal sesuatu (skemata).
C. Model Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata,secara mutlak.

D. Model Pembelajaran Inkuiri


Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa
mengembangkan pikiran dan kemampuan siswa secara mandiri melalui suatu
pola penyelidikan yang teratur
E. Model pembelajaran problem solving ini termasuk model pembelajaran yang
sudah tua, tapi sampai sekarang masih termasuk model pembelajaran yang
sangat penting atau sangat dianjurkan digunakan dalam pembelajaran.
F. Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Istilah Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction
(PBI).Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik

14
sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di
kemudian hari.
G. Model Pembelajaran Langsung, Istilah lain yang juga sering digunakan untuk
model pembelajaran lngsung ini ialah Pengajaran Aktif

15
DAFTAR PUSTAKA

Anitah S, Dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Pendidikan.id.2017.Penyebab Kurangnya Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah.


Diakses dari https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/artikel-
berita/9307-penyebab-kurangnya-motivasi-belajar-pada-siswa-sekolah

16

Anda mungkin juga menyukai