Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN REKAYAS IDE

MAKALAH TELAAH

DOSEN PENGAMPU : Drs. Thamrin M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAMUEL BERNAD HASUGIAN

NIM : 7193343005

M. KULIAH : TELAAH KURIKULUM

PROGRAM S1 PENDIDIKAN BISNIS A

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
RahmatNyalah saya dapat, menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide untuk memenuhi mata
kuliah Kurikulum Telaah, tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu, saya berharap sekiranya
tugas rekayasa ide ini dapat diterima dan berkenan di hati pembaca.

Saya sadar makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saya berharap saran dan kritik
dari pembaca yang bersifat membangun dan saya berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Medan, 11 Mei 2020

Samuel B Hasugian

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB 1. HAKIKAT KURIKULUM......................................................................3

BAB 2. PENDEKATAN DAN MODEL

PENGEMBANGAN KURIKULUM....................................................................5

BAB 3. LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM..............................11

BAB 4. PENGEMBANGAN TUJUAN DAN ISI KURIKULUM....................16

BAB 5. PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA .......................21

BAB 6. KTSP........................................................................................................24

BAB 7. PENNGEMBANGAN KURIKULUM 2017.........................................29

BAB 8. EVALUASI KURIKULUM...................................................................32

BAB 9. GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM..............................34

BAB 10. SILABUS DAN RPP.............................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

BAB I

2
HAKIKAT KURIKULUM

A.PENGERTIAN KURIKULUM

Pengertian kurikulum mulai dari yang sangat sederhana, yakni kurikulum merupakan
kumpulan sejumlah mata pelajaran sampai dengan kurikulum sebagai kegiatan sosial.
Pengertian kurikulum akan mempengaruhi praktik-praktik pengembangan kurikulum. Mac
Donald(1965) menyatakan bahwa sistem persekolahan terbentuk atau empat subsistem, yaitu
mengajar (teaching), belajar (learning), pembelajaran (instruction), dan kurikulum
(curriculum). Mengajar merupakan kegiatan profesional yang diberikan oleh guru kepada
peserta didik. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik sebagai respons
terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Interaksi belajar-mengajar disebut
pembelajaran.Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam proses belajar-mengajar agar berlangsung secara efektif danefisien.

Mengacu pada berbagai pengertian kurikulum di atas, selanjutnya Hasan (2011)


mengelompokkan pengertian kurikulum ke dalam empat dimensi, yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; (2) kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu
ide; (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan/aktivitas, yang sering disebut pula dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, yang sebenarnya merupakan
pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; (4) kurikulum sebagai suatu hasil,
yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

B. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

Kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah :


1. Sebagai construct yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa
lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau dikembangkan;
2. Jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan
pendidikan; dan
3. Untuk membangun kehidupan masa depan di mana kehidupan masa lalu, masa
sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan
dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan (Sutarto, dkk, 2013); serta
4. Sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun2003).

C. FUNGSI KURIKULUM

Kurikulum memiliki berbagai fungsi. Bagi guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, dan
peserta didik fungsi kurikulum sebagai berikut (Sanjaya, 2011).

1. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses


pembelajaran.
2. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan
program sekolah. penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana-prasarana sekolah

3
kepada Komite Sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intrakulikuler,
kokulikuler, ektrakulikuler, dan kegiatan-kegiatan lainnya didasarkan pada kurikulum
yang digunakan.
3. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi ke sekolah.
4. Bagi orang tua peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah dan membantu putra- putrinya belajar
di rumah sesuai dengan program sekolah.
5. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa yang harus dicapai, baik
itu pengetahuan keterampilan, maupun sikap.

Alexander Inglis (dalam Sanjaya, 2011) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk
peserta didik, yaitu :

1. Fungsi penyesuaian berarti kurikulum harus dapat mengantar peserta didik agar
mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.
2. Fungsi integrasi berarti kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi peserta didik
secara utuh, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3. Fungsi diferensiasi berarti kurikulum harus mampu melayani perbedaan kemampuan
dan karakteristik setiap peserta didik, antara lain meliputi perbedaan bakat, minat,
kemampuan, dan kecepatan belajarnya.
4. Fungsi persiapan berarti bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman
belajar peserta didik untuk melanjutkan studi ke satuan atau jenjang pendidikan
berikutnya, maupun untuk terjun ke kehidupan di masyarakat.
5. Fungsi pemilihan berarti bahwa kurikulum dapat memberikan kesempatan pada
setiap peserta didik untuk memilih programprogram pendidikan, terkait dengan
jumlah beban belajar yang diambil maupun mata pelajaran yang diikutinya, sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan kecepatan belajarnya.
6. Fungsi diagnostik berarti bahwa kurikulum harus mampu mengeksplorasi berbagai
kekuatan dan kelemahan peserta didik. Apabila kekuatan dan kelemahan peserta didik
sudah dikenalinya, dapat disusun program-program pendidikan khusus dan layanan
khusus yang sesuai.

BAB II

4
PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandangan seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum.

Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata


(2000:1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali
baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curriculum improvement). Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada suatu sisi
pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-
dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran,
sampai dengan pedoman-pedoamn pelaksanaan (macro curriculum).

1.Pendekatan TopDown

Dikatakan pendekatan top down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif
para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat)
pendidikan seperti dirjen atau para kepala Kantor Wilayah. Dilihat dari cakupan
pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum
yang benar-benar baru (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum
yang sudah ada (curriculumimprovement).

Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai
berikut:

a. Dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim
biasanya terdiri dari pejabat yang ada dibawahnya, seperti para pengawas, ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga ditambah dengan para tokoh dari dunia
kerja.
b. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-
rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Tugas pokok tim ini adalah
merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih
dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau
petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi
guru.
c. Apabila kurikulum selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya
diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan- catatan atau direvisi.
Bila dianggap perlu kurikulum itu di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh
suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai
bahan penyempurnaan.

5
d. Para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.

Dari langkah-langkah tersebut dapat diketahui bahwa inisiatif penyempurnaan atau


perubahan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang
berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum
yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan. Oleh karena itulah, proses
pengembangan dengan pendekatan top down dinamakan juga pendekatan dengan sistem
komando.

2. Pendekatan Grass Roots

Pengembangan kurikulum dengan model grass roots dimulai dari lapangan atau dari guru-
guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya
penekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah keatas.Dalam kondisi
yang bagaimana kira-kira guru dapat berinisiatifmemperbaharui dan/atau menyempurnakan
kurikulum dengan pendekatan semacam ini? Ya, minimal ada syarat, sebagai kondisi yang
memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung.

a. Manakala kurikulum itu bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada


setiap guru secara terbuka untuk memperbaharui atau menyempurnakan kurikulum
yang sedang diberlakukan.
b. Pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap
profesional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap profesional itu
biasanya ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru
dalam upaya meningkatkan kinerjanya.

B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model
memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu
sendiri maupun dilihat dari tahapan penegmbangannya sesuai dengan pendekatannya.

1.ModelTyler

Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang
sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang
berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction. Menurut Tyler ada 4 hal yang
dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum.

1. Berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai


2. Berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan,
3. Pengorganisasian pengalaman belajar
4. Berhubungan dengan evaluasi.

a. Menentukan tujuan

6
Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama
dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran
pendidikan. Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat bergantung dari teori
dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembangan
kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori seperti yang
tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum yang
demikian yang kemudian dinamakan sebagai kurikulum yang bersifat “discipline
oriented”.

b. Menentukan pengalaman belajar


Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan
pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan
pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan
pengalaman belajar siswa.
1. Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
3. Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4. Mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yangberbeda.

c. Mengorganisasi pengalaman belajar


Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan
pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk
laporan. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan
pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

d. Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah penting untuk mendapatkan informasi tentang
tujuan yang ditetapkan. Sebab melalui evaluasi dapat ditentukan apakah kurikulum
yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau
belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi.
1. Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
2. Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu
tertentu. Dengan demikian, penilaian suatu program tidak mungkin hanya dapat
mengandalkan hasil tes siswa setelah akhir proses pembelajaran.

2. Model Taba

Model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai


suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini dikembangkan

7
tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Hilda Taba
mengembangkan model kurikulum secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif.
Terdapat lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba, antara lain:

a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melaluilangkah-langkah:


1. Mendiagnosis kebutuhan, melalui diagnosis kekurangan (defeciencies), dan perbedaan
latar belakangsiswa.
2. Memformulasikan tujuan. Setelah tujuan kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis,
selanjutnya para pengembang kurikulummerumuskan tujuan.
3. Memilih isi, pemilihan isi harus disesuaikan dengan tujuan melainkanharus
mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuksiswa.
4. Mengorganisasi isi yaitu menyusun secara berurutan isi kurikulum yang telah
ditentukan, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa kurikulum tersebut
sebaiknyadiberikan.
5. Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman- pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
6. Mengorganisasi pengalaman belajar, guru selanjutnya menentukanbagaimana
mengemas pengalaman belajar yang telah ditentukan kedalam paket kegiatan dengan
mengikutsertakan siswa agar mereka memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan
kegiatanbelajar.
7. Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada
penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai tujuan
ataubelum.
8. Menguji keseimbangan isi kurikulum, pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.

b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan
validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengkonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang
diperoleh dalam ujicoba
d. Mengembangkan keseluruhan kerangkakurikulum
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.

3. Model Oliva

Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif, dan sistematik.
Oliva menggambarkan model pengembangan kurikulum sebagai berikut:

Rumusan Rumusan Rumusan Desain


Implementasi Evaluasi
filsafat tujuan umum tujuan khusus Perencaan

8
Gambar 2.2 Model Oliva

Komponen-komponen seperti yang tampak dalam Gambar 2.2 di atas menurut Oliva adalah
komponen pokok saja, sebab dalam kenyataannya dalam mengembangkan suatu kurikulum
ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan.

4.Model Beauchamp

Model ini dinamakan Sistem Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan
oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah
dalam proses pengembangan kurikulum.

a. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau
mungkin tingkat provinsi dan tingkatnasional.
b. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.
c. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan
umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar sertamenetapkan
evaluasi.
d. Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai
hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas
penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang kurikulum itu sendiri, sarana
atau fasilitas yang kedua, manajemen sekolah, dan lain sebagainya.
e. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1) Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru disekolah
2) Evaluasi terhadap desain kurikulum
3) Evaluasi keberhasilan anak didik
4) Evaluasi sistem kurikulum

5. Model Wheeler

Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk


lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus- menerus. Wheeler
berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap).

Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap,yakni:

a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan
yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan
pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah
tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objetive) yakni tujuan yang mudah
diukurketercapaiannya.
b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkahpertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalamanbelajar
d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar

9
e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaiantujuan.

6. Model Nicholls

Dalam bukunya Developing a curriculum: A Practical Guide (1978), Howard Nicholls


menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen
kurikulum yang membentuk siklus. Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan
pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun
kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.

Ada 5 langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:

a. Analisissituasi
b. Menentukan tujuankhusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isipelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasimetode
e. Evaluasi.

7. Model Dynamic Skill beck

Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,


adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased
CurriculumDevelopment). Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru
yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses
pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu
memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai pada
melakukan penilaian.

10
BAB III

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan pengembangan kurikulum berkaitan dengan tujuan pendidikan. Terdapat beberapa


landasan utama dalam pengembangan kurikulum. Sanjaya (2011) mengelompokkan empat
landasan pengembangan kurikulum, namun dua diantaranya digabung menjadi satu-kesatuan,
yaitu landasan filosofis, psikologis, dan sosiologis teknologis.

Dari pendapat para ahli, landasan pengembangan suatu kurikulum dapat dikelompokkan
seperti di bawah ini.

A. LANDASAN FILOSOFIS

Filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi
individu. Henderson (dalam Sanjaya, 2011) mengemukakan “populary philosophy menas
one’s general view of life of men, of ideals, and of values, in the scene everyone has a
philosophy of life”. Dengan demikian, setiap individu atau setiap kelompok masyarakat
memiliki pandangan hidup yang hidup berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianggapnya
baik.

1. Filsafat sebagai Dasar Menentukan Tujuan Pendidikan

Hummel (1977) dalam Sanjaya (2011) mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan tujuan pendidikan, yaitu (1) Autonomy. Gives individuals and groups
the maximum awareness, knowledge and ability so that they can manage their personal and
collective life to the greates possible extent; (2) Equity. Enable all citizens participate in
cultural and economic life by offering them an equal basic education; (3) Survival. Permit
every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation, but also guide
education towards mutual understanding and towards what has become worldwide
realizations of commondetiny.

2. Filsafat sebagai Proses Berpikir

Filsafat sering diartikan sebagai cara berpikir. Berfilsafat pada hakikatnya merupakan
berpikir sedalam-dalamnya sampai dengan keakar-akarnya untuk menjawab pertanyaan
tentang “ke-apaan”, “ke-mengapa-an”, “ke-bagaimana-an” tentang segala sesuatu, untuk
mencari kebenaran (Widyastono, 1988). Sementara itu, hakikat kebenaran ternyata berbeda-
beda. Nasution (1989) mengelompokkan empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme,
realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme, seperti diuraikan oleh Sanjaya (2011) di bawah
ini.

Aliran idealisme memandang bahwa kebenaran itu datangnya dari “Yang Maha Kuasa”.
Manusia tidak dapat melihatnya secara lengkap apalagi menciptakannya. Aliran idealisme
beranggapan bahwa pengetahuan datangnya dari kekuasaan yang Maha Tinggi, seperti yang
telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu..

11
Aliran realisme memandang bahwa manusia dapat menemukan dan mengenal realitas
sebagai hukun-hukum universal, hanya saja dalam menemukannya dibatasi oleh kelambanan
sesuai dengan kemampuannya.

Aliran pragmatisme memandang bahwa kenyataan berada pada hubungan sosial, antara
manusia dengan manusia lainnya. Berkat hubungan sosial itu, manusia dapat memperbaiki
mutu kehidupannya.

Aliran eksistensialisme memandang bahwa individu setiap manusia memiliki kelemahan-


kelemahan, namun setiap individu dapat memperbaiki dirinya sendiri sesuai dengan norma
dan keyakinan yang ditentukannya sendiri. Setiap individu memiliki kebebasan untuk
memiliki sehingga norma ditentukan sendiri sesuai dengan kebebasannya. Artinya, setiap
individu bisa memiliki norma yangberbeda.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS

Pada hakikatnya, setiap anak merupakan pribadi yang unik, khas, yang memiliki bakat,
minat, kemampuan dan kecepatan belajar berbeda satu sama lain. Akan tetapi, setiap anak
juga memiliki kesamaan secara universal. Oleh karena itu, kurikulum harus memperhatikan
kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak, seperti diuraikan oleh Sanjaya
(2011) berikut ini.

1. Psikologi perkembangan anak

Untuk memahami perkembangan anak, salah satu teori guna memahami perkembangan anak
adalah teori Piaget, yang dikenal dengan istilah teori perkembangan intelektual (kognitif).
Menurut Piaget (1971), perkembangan intelektual setiap individu berlangsung dalam
tahapan-tahapan tertentu, yang meliputi empat tahap, yaitu:

a. Sensorimotor (0- 2tahun)


b. Pra operasional, (2-7tahun)
c. Operasional konkret, (7-11tahun)
d. Operasional formal, (11-14 tahun keatas)

2. Psikologi belajar

Pengembangan kurikulum selain mengacu pada psikologi perkembangan anak, juga mengacu
pada psikologi belajar. Pada hakikatnya, kurikulum disusun untuk membelajarkan peserta
didik. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku manusia karena setiap teori belajar
berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia. Terdapat dua pandangan tentang hakikat
manusia yaitu pandangan John Locke dan pandangan Leibnits (Sanjaya, 2011).

Menurut John Locke, manusia merupakan organisme yang pasif. Manusia dianggapnya
seperti kertas putih, akan ditulis apa pun kertas itu sangat bergantung kepada orang yang
menulisnya. Dari pandangan ini memunculkanaliran belajar behavioristik-elementeristik.
Pada hakikatnya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap

12
pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan
Respon (S- R). Proses belajar sangat bergantung pada adanya rangsangan atau stimulus, yang
muncul dari luar diri anak atau dikenal dengan faktor lingkungan,yang merupakan motivasi
ekstrinsik.

C. Landasan Sosial Budaya

Hal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam pengembangan kurikulum sehubungan
dengan perubahan sosial budaya masyarakat adalah perubahan pola hidup dan perubahan
kehidupan sosial politik (Sanjaya, 2011).

1. Perubahan pola hidup

Penggunaan teknologi informasi komunikasi merupakan faktor yang mendorong terjadinya


perubahan pola hidup dan tatanan sosial masyarakat. Perubahan pola hidup, yakni dari yang
bersifat agraris tradisional menuju industri modern.

a. Pola kerja sangat teratur yang berlangsung dari pagi sampai sore hari yang relatif tetap,
menuju pola kerja yang tidak teratur, cenderung menggunakan waktu yang relatif lama
dari pagi sampai sore, dilanjutkan dari sore sampai dengan pagi.
b. Pola hidup sangat bergantung pada hasil-hasil teknologi. Ketergantungan terhadap
hasil-hasil teknologi melenyapkan jenis-jenis pekerjaan tertentu dan memunculkan jenis
pekerjaan baru yang menuntut keahlian tertentu. Misalnya, seorang petani untuk
meningkatkan hasil panennya, bukan berpikir berapa jumlah kerbau yang harus
digunakan untuk membajak sawahnya dengan cepat, melainkan berpikir bagaimana
menggunakan traktor dan merawatnya dengan baik.
c. Pola hidup dalam sistem perekonomian baru. Hal ini ditandai dengan penggunaan
produk jasa perbankan dan asuransi untuk kegiatan perekonomian, seperti menabung,
perkreditan dan permodalan usaha.

2. Perubahan kehidupan social politik

Arus globalisasi yang bergerak sangat cepat dan tak terbendung membawa perubahan
kehidupan sosial politik ke seluruh penjuru dunia, termasuk kehidupan sosial politik di
Indonesia. Perubahan kehidupan sosial politik di Indonesia dimulai dengan munculnya
gerakan reformasi, yang menjatuhkan rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun.
Pada awalnya, sistem pendidikan kita bersifat sentralistik, segala sesuatunya sifatnya seragam
dari Sabang sampai Merauke, ditetapkan dan diatur oleh pemerintah pusat. Dengan
demokratisasi pendidikan, kurikulum pendidikan harus mampu membebaskan manusia dari
keterbelakangan (Freire 1993, dalam Sanjaya, 2011). Hal ini harus diperhatikan oleh
pengembang kurikulum, terutama isi kurikulum yang harus sejalan dengan arus globalisasi
yang membawa perubahan kehidupan sosial politik.

13
D. Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sejak abad pertengahan, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Periode setelah abad
pertengahan sering disebut sebagai zaman modern. Pengetahuan berkembang sedemikian
pesatnya, terutama di bidang ilmu-ilmu sosial, yang ditandai dengan teori-teori baru yang
kemudian menggugurkan teori-teori sebelumnya. Misalnya, di negara tertentu, karena
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang-bidang tertentu, penulisan karya
ilmiah di perguruan tinggi, sebagai salah satu kriterianya adalah buku literatur yang dirujuk
paling lama usianya 5 tahun terakhir.

E. Landasan Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi yang begitu pesat beberapa dekade terakhir, terutama dominasi oleh
perkembangan di bidang teknologi transportasi, teknologi komunikasi dan informatika, serta
teknologi media cetak (Sukmadinata, 2009). Perkembangan teknologi transportasi
berkembang pesat seperti transportasi darat, laut dan udara. Berbagai jenis alat transportasi
yang bermutu tinggi dengan perlengkapan mutakhir telah tersedia, yang memungkinkan
orang dan barang bisa berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan mudah dan cepat.
Jarak geografis sudah tidak menjadi hambatan lagi untuk hubungan antar orang dan antar
bangsa.

F. Landasan Empiris

Kurikulum dikembangkan atas dasar pertimbangan berbagai pengalaman yang diperoleh


dalam proses pengembangan kurikulum sebelumnya, yang siklusnya mulai dari perencanaan,
penyusunan, implementasi, dan evaluasi kurikulum.Oleh karena itu, pengembang kurikulum
harus memperhatikan fakta empiris dan mengantisipasi berbagai masalah tersebut, agar
dokumen kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak, dapat
dipahami oleh guru dan siswa, tidak terlalu cepat tertinggal dengan perkembangan IPTEK,
tuntutan zaman, serta kondisi kekinian. Selain itu, dapat diimplementasikan oleh pendidik
dan tenaga kependidikan sesuai dengan harapan. Antisipasi dilakukan dalam proses
pengembangan kurikulum dan penyiapan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dari
segi substansi, metodolgi pembelajaran, penialaian, dan manajemennya.

G. Landasan Yuridis

Kurikulum dikembangkan mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan


nasional tercantum dalam UUD 1945. Selanjutnya dijabarkan dalam berbagai UU seperti UU
Sistem Pendidikan Nasional (UU SisDikNas). UU sisdiknas dan UU lainnya yang terkait
dengan pendidikan kemudian dijabarkan ke dalam berbagai Peraturan Pemerintah (PP)

14
seperti Peraturan Pemerintahtentang Standar Nasional Pendidikan. PP lebih lanjut dijabarkan
dalam Peraturan Menteri seperti Peraturan Menteri tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Akhirnya, peraturan pemerintah juga
dijabarkan ke dalam Rencana Strategis Kementrian, kemudian dirumuskan ke dalam
program-program kementerian.

Sehubungan dengan landasan-landasan pengembangan kurikulum di atas pengembang


kurikulum harus memperhatikan dan mengantisipasi hal-halberikut (Oliva, 1997) : (1)
Perubahan/pengembangan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, bahkan
diperlukan. (2) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.

15
BAB IV

PENGEMBANGAN TUJUAN DAN ISI KURIKULUM

A. PENDAHULUAN

Zeis, memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan


landasan atau azas-azas pengembangannya sebagai fondasi, selanjutnya mengembangkan
komponen-komponen inilah yang kemudian membentuk sistem kurikulum. Sistem adalah
satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan. Kurikulum merupakan suatu
sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Manakala salah satu komponen yang
membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya,
maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.

B.. PENGEMBANGAN TUJUAN KURIKULUM


Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam kurikulum.

1. Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya
pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan
demikian perumusan tujuan merupakan salah satu komponen uang harus ada dalam
sebuah kurikulum.
2. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru
dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat
memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus
dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran, menentukan alat, media,
dan sumber pembelajaran, serta merancang alat evaluasi untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa.
3. Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menetukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para
pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah
memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum
yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan
kualitas sekolah.

1. KlasifikasiTujuan

Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun
1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam
tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Domain kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah.

16
b. Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Domain ini
merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya
seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah
memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.

c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan seseorang. Ada enam tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini:
1. Gerakrefleks;
2. Keterampilandasar;
3. Keterampilanperseptual;
4. Keterampilanfisik;
5. Gerakanketerampilan;
6. Komunikasinondiskursif.

Dengan bahasa lain, ketiga domain itu (kognitif, afektif dan psikomotor) dapat digambarkan
dalam “3H”, yaitu “head” (kepala) atau pengembangan bidang intelektual (kognitif), “heart”
(hati), yaitu pengembangan sikap (afektif) dan “hand” (tangan) atau pengembangan
keterampilan (psikomotor).

2. Hirarkis Tujuan

Dilihat hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dari yang bersifat umum
sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)


TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis suatu bangsa. TPN
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usahapendidikan,
artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan pendidikan harus dapat membentuk
manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal. TPN merupakan sumber
dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.
b. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan institusional, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefenisikan sebagai kualifikasi yang
harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan
antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompensasi
lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar,
menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
c. Tujuan Kurikuler(TK)

17
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran. Tujuan kurikuler dapat didefenisikan sebagai kualifikasi yang harus
dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam
suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan
untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler
harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
Pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan
pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan
khusus pada jenjang pendidikan dan menengah terdiri atas:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlakmulia;
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dankepribadian;
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan danteknologi;
4. Kelompok mata pelajaranestetika;
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dankesehatan.
d. Tujuan Pembelajaran/Instruksional
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut juga
dengan tujuan instruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan
pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Hal
ini seperti yang dikemukakan Dick & Carey: The intructional goal is statement that
descibes what it is that student will be able to do after they have completed
instruction.

C. PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM

Bahan atau materi kurikulum (curriculum materials) adalah isi atau muatan kurikulum yang
harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum
berhubungan dengan pertanyaan: apakah yang harus diajarkan dan dipahami oleh siswa?
Masalah ini tentu saja erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai.

1. Sumber-sumber MateriKurikulum

Isi atau materi kurikulum pun harus bersumber pada tiga hal tersebut, yakni:

1. Masyarakat beserta budayanya


2. Siswa
3. Ilmupengetahuan

Dalam menentukan isi kurikulum ketiga sumber tadi harus digunakan secara seimbang. Isi
kurikulum yang menonjolkan salah satu aspek, dapat mempengaruhi keseimbangan
maknapendidikan.

a. Masyarakat sebagai Sumber Kurikulum


Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat.
Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum. Kurikulum yang tidak

18
memperhatikan kebutuhan masyarakat akan kurang bermakna. Kebutuhan masyarakat
yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum meliputi masyarakat dalam
lingkungan sekitar (lokal), masyarakat dalam tatanan nasional dan masyarakat global.
Kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar atau lokal diperlukan oleh sebab setiap
daerah memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda baik dilihat dari sudut
geografis, budaya dan adat istiadat maupun potensi daerah.

b. Siswa sebagai Sumber Materi Kurikulum


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum dikaitkan
dengan siswa, yakni:
1) Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangananak
2) Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan.
3) Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar
penerima secara pasif apa yang diberikanguru.
4) Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa.

c. Ilmu Pengetahuan sebagai Sumber Kurikulum


Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis. Dengan
demikian tidak semua pengetahuan yang memiliki objek, dan metodetertentu. Oleh
karena itu, kita mengenal Ilmu Alam (natural science) seperti Kimia, Fisika dan
Biologi dan Ilmu-ilmu Sosial (sosial science) seperti ekonomi, psikologis, geografis,
sejarah dan lain sebagainya.
Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari ilmu pengetahuan tersebut. Isi
kurikulum diambil dari setiap disiplin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu
susah-susah menyusun bahan sendiri. mereka tinggal memilih materi mana yang perlu
dikuasai oleh anak didik berdasarkan disiplin ilmu sesuai dengan taraf perkembangan
anak didik serta sesuai dengan kepentingannya.

2. Tahap Penyeleksian Materi Kurikulum

Tahap penyeleksian materi kurikulum adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh
pengembang materi kurikulum dalam menentukan isi atau muatan kurikulum. Tahap
penyeleksian merupakan tahap penting dalam pengembangan materi atau isi kurikulum. Ada
beberapa tahap dalam menyeleksi bahan kurikulum yakni:

1. Identifikasi kebutuhan,
2. Mendapatkan bahan kurikulum,
3. Menganalisis bahan,
4. Menilai bahan, dan
5. Membuat keputusan.

3. Jenis-jenis Materi Kurikulum

19
Biasanya materi kurikulum yang harus dipelajari siswa terdiri dari fakta, konsep, prinsip,
hukum dan keterampilan. Fakta, adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang
wujudnya dapat ditangkap oleh panca indera. Fakta merupakan pengetahuan yang
berhubungan dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi
yang dapat diuji atau diobservasi.

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda dan sifat.
Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Artibut adalah karakteristik yang
dimiliki suatu konsep.

Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan
manipulasi dan koordinasi informasi. Keterampilan dapatdibedakan dalam dua bentuk, yaitu
keterampilan intelektual dan keterampilan fisik.

4. Kriterian Penetapan Materi Kurikulum

Secara umum ada beberapa pertimbangan dalam menetapkan materi kurikulum yang baik
khususnya ditinjau dari sudut siswa, yakni:

a. Tingkat kematangan siswa


Seperti yang telah dikemukakan, setiap anak memiliki taraf perkembangan atau taraf
kematangan yang berbeda. Tingkat kematangan anak usia SD berbeda dengan tingkat
kematangan anak usia SMP. Isi atau materi kurikulum harus sesuai dengan tahap
perkembangan psikologis anak.
b. Tingkat pengalaman anak
Tingkat pengalaman akan menentukan tingkat kemampuan anak dalam melakukan
sesuatu. Anak yang mampu menghadapi suatu masalah berarti ia memiliki
pengalaman dalam masalah tersebut. Pengalaman inilah yang harus dijadikan dasar
dalam menentukan materi kurikulum, sehingga materi itu akan memberikan
pengalaman belajar yang lebih tinggi.
c. Taraf kesulitan materi
Materi kurikulum harus disusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Materi kurikulum
harus disusun dari yang mudah menuju yang sulit; dari yang konkret menuju yang
abstrak; dari yang sederhana menuju yang kompleks.

Ditinjau dari cakupannya, penetuan materi kurikulum harus didasarkan pada beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

1. Materi kurikulum mencakup nilai-nilai yang harus ditanamkan pada anak didik sesuai
dengan pandangan hidup masyarakat.
2. Materi kurikulum adalah materi yang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan
siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa.
3. Materi kurikulum adalah materi yang sesuai dengan disiplin ilmu yang cepat
berkembang.
4. Materi kurikulum harus dapat menjawab tantangan dan kebutuhan
masyarakat yang cepat berubah.

20
BAB V

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

Setelah zaman kemerdekaan, telah terjadi beberapa kali perubahan (penyempurnaan)


kurikulum, yang sampai saat ini sekurang-kurangnya sudah terjadi 11 kali, yakni 8 kali
terjadi sebelum era otonomi daerah dan 3 kali terjadi setelah era otonomi daerah.

Sebelum era otonomi daerah, sesuai dengan sistem pengelolaan pemerintahan pada saat itu
yang bersifat sentralistik, pengelolaan pendidikan juga bersifat sentralistik sehingga
kurikulumnya juga bersifat sentralistik. Kurikulum yang sentralistik, ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat, sekolah tinggal mengimplementasikan saja. Setelah diberlakukan UU No
22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, dan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, terjadi
perubahan sistem pengelolaan pemerintahan, yakni yang semula bersifat sentralistik diubah
menjadi desentralistik. Pengelolaan pendidikan juga desentralistik sehingga pengembangan
kurikulumnya harusnya juga berubah bersifat desentralistik. Kurikulum desentralistik, yakni
sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi sekolahnya masing-masing, mengacu
pada Standar NasionalPendidikan.

Secara sekilas, perkembangan kurikulum di Indonesia dapat dijelaskan seperti di bawah ini.

A. SEBELUM OTONOMI DAERAH

Perkembangan kurikulum sebelum era otonomi daerah terdiri atas:

1. Kurikulum1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan,
memakai istilah leer plan (Bahasa Belanda), yang artinya rencana pelajaran. Disebut
dengan nama “Rentjana Pelajaran Terurai Sekolah Dasar”.
2. Kurikulum1964
Pada tahun 1964, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1947 dengan Rentjana
Pendidikan Sekolah Dasar 1964. Rasionalnya, pemerintah mempunyai keinginan agar
rakyat mendapat pengetahuan akademik serendah-rendahnya jenjang Sekolah Dasar
sehingga pengajaran dipusatkan pada Program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa , karsa, karya, dan moral (Hamalik, dalam Sutarto,
dkk, 2013)
3. Kurikulum1968
Pada tahun 1968, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1964 dengan kurikulum
baru yang diberi nama Kurikulum 1968. Rasionalnya, kurikulum 1964 dicitrakan
sebagai produk Orde Lama (Tualeka, 2013), perlu perubahan struktur kurikulum
pendidikan, dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
21
4. Kurikulum 1973 (Proyek Perintis SekolahPembangunan)
Pada tahun 1973 pemerintah mengadadakan Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) di seluruh IKIP Negeri di Indonesia, sebagai sekolah laboratorium. Dengan
adanya PPSP, sebelum kebijakan di bidang pendidikan didesiminasikan secara
nasional, terlebih dahulu diterapkan/dirintis secara terbata (Pilot Project) di sekolah-
sekolah laboratorium.
5. Kurikulum1975
Pada tahun 1975, pemerintah mengembangkan Kurikulum 1975. Rasionalnya,
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif, yang dipengaruhi
oleh pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu management by object (MBO)
yang terkenal pada waktu itu.
6. Kurikulum1984
Pada tahun 1984, pemerintah menyempurnakan Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum
1984. Rasionalnya, yang belajar adalah peserta didik sehingga yang harus aktif adalah
peserta didik belajar dengan cara didikte oleh gurunya. Maka, Kurikulum 1984
peserta didik harus belajar melakukan sendiri, mencari tahu sendiri, dari berbagai
sumber yang relevan yang ada di sekitarnya.
7. Kurikulum1994
Pada tahun 1994, kurikulum 1984 disempurnakan menjadi Kurikulum 1994.
Rasionalnya, menyesuaikan ketentuan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU tentang SPN No. 2 Tahun 1989). Salah satu amanah dalam
UU tentang SPN No. 2 tahun 1989, yaitu perubahan pembagian waktu pelajaran, dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Perubahan lainnya, Kurikulum 1994, lebih
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah (Depdikbud, 1994).
8. Kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang di sempurnakan)
Pada tahun 1999, kurikulum 1994 untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diubah
menjadi Kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang disempurnakan), yang berbasis
kompetensi. Pembelajaran bukan hanya mengembangkan pengetahuan (kognitif)
semata-mata, melainkan juga harus mengembangkan keterampilan (psikomotor), dan
sikap (afektif).

B. SETELAH OTONOMI DAERAH

Perkembangan kurikulum setelah era otonomi daerah terdiri atas: (1) Kurikulum 2004
(Kurikulum Berbasis Kompetensi; (2) Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang Berbasis kompetensi; (3) Kurikulum 2013 (kurikulum yang menekankan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara holistik, juga berbasis
kompetensi).

22
23
BAB VI

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

A. PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru di Indonesia


yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan
pendidikan. KTSP merupakan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh
sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
atau yang kita kenal dengan KBK (Kurikulum 2004). Ini dapat dilihat dari unsur yang
melekat pada KTSP itu sendiri, yakni adanya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
serta adanya prinsip dalam pengelolaan kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum
Berbasis Sekolah (KBS).

B. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KTSP

1. Pengertian KTSP

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP.

Manakala kita analisis konsep di atas, beberapa hal yang berhubungan dengan makna
kurikulum operasional, antara lain:

a. Sebagai kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam pengembangannya, KTSP


tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional.
Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan
tetapi kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan operasionalnya saja;
sedangkan yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh
pemerintah, misalnya jenis mata pelajaran beserta jumlah jam pelajarannya, isi dari
setiap mata pelajaran itu sendiri, serta kompetensi yang harus dicapai oleh setiap mata
pelajaran itu.
b. Sebagai kurikulum operasional, KTSP dituntut dan harus memperhatikan ciri khas
kedaerahan, sesuai dengan bunyi UU No. 20 Tahun 2003 ayat 2 yakni, bahwa kurikulum
pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
c. Sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di daerah memiliki
keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran, misalnya
dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran, dalam menentukan media
pembelajaran dalam menentukan evaluasi yang dilakukan termasuk dalam menentukan
beberapa kali pertemuan dan kapan suatu topik materi harus dipelajari siswa agar
kompetensi dasar yang telah ditentukan dapattercapai.

2. Karakteristik KTSP

24
Dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum di atas, maka KTSP memiliki
semua unsur tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP itu sendiri, yakni:

a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
Hal ini dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang harus
dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan jumlah
jam pelajaran secara ketat. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur
dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem
kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang
diukur dari hasil Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan
seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran.
Walaupun dianjurkan kepada guru menggunakan sistem penilaian proses misalnya
dengan portofolio, namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh sejauh mana
siswa menguasai materi pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada
aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui
berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya melalui
CTL, inkuiri, pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. Demikian juga secara
tegas dalam struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri, yakni
komponen kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan
bakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan
lokalnya, KTSP didasarkan pada keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbeda
masing-masingdaerahnya.
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar
kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar,
yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.

C. TUJUAN KTSP

Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan.
Dengan demikian, melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya
yangtersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

25
kurikulum melalui pengambilan keputusanbersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akandicapai.

D. DASAR PENYUSUNAN KTSP

Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni landasan empiris dan
landasan formal. Yang menjadi landasan empirik di antaranya adalah:

1. Adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat dari sudut proses
maupun hasil belajar.
2. Kurikulum selama ini yang bersifat sentralistis cenderung mengabaikan potensi dan
kebutuhan daerah yang berbeda akibatnya, lulusan pendidikan tidak sesuai dengan
harapan kebutuhan daerah dimana siswa tinggal.

Landasan formal KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP RI No 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

E. PRINSIP- PRINSIP PENGEMBANGAN KTSP

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik


danlingkungannya
2. Beragam danterpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan IPTEK danseni
4. Relevan dengan kebutuhankehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjanghayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Disamping itu, dalam mengimplementasikan KTSP juga harus memperhatikan


prinsip-prinsip pelaksanaan, diantaranya sebagai berikut:

1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlakmulia


2. Pengembangan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan pesertadidik
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah danlingkungan
4. Tuntutan pengembangan daerah dannasional
5. Tuntutan duniakerja
6. Perkembangan IPTEK danseni
7. Agama
8. inamika perkembanganglobal
9. Persatuan dan nila-nilaikebangsaan
10. Kondisi sosial budaya masyarakatsetempat
11. Kesetaraangender

26
12. Karakteristik satuan pendidikan

F. KOMPONEN KTSP

Sebagai sebuah pedoman KTSP terdiri atas empat komponen, yakni:

1. Tujuan pendidikan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 26 dikemukakan:
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebihlanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebihlanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengankejuruannya.

2. Struktur program dan muatanKTSP


Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlakmulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dankepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan danteknologi
d. Kelompok mata pelajaranestetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dankesehatan

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan


kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di
samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam
isikurikulum.
a. Matapelajaran
b. Muatanlokal
c. Pengembangandiri
d. Pengaturan bebanbelajar
e. Kenaikan kelas, penjurusan dankelulusan
f. Pendidikan kecakapanhidup
g. Pendidikan berbasis keunggulan lokal danglobal

3. Kalenderpendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam standarisi.

27
4. Silabus dan rencanapembelajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Berdasarkan silabus yang telah disusun guru bisa mengembangkannya
menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.

G. PROSES PENYUSUNAN KTSP

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun KTSP yaitu:

1. Analisiskonteks

a. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kemampuan Kelulusan sebagai


sumber dan acuan penyusunanKTSP
b. Menganalisis kondisi yang ada dari satuan pendidikan yang meliputi peserta
didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya
danprogram-program.
c. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan
sekitar, komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi,
dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.

2. Mekanisme penyusunan
a. Tim penyusun, terdiri atas guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua
merangkap anggota. Dalam kegiatan ini penyusun melibatkan komite sekolah dan
narasumber serta pihak lain yangterkait.
b. Kegiatan penyusuna KTSP dapat berupa rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi
penyiapan dan penyusunan draft, review, seta finalisasi, pemantapan
danpenilaian.
c. Pemberlakuan, dokumen dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah
mendapatkan pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas tingkat
kabupaten dan kota yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan untuk SD
dan SMP dan tingkat provinsi untuk SMA danSMK.

28
BAB VII

PENGEMBANGAN KURIKULUM 2017

Pengembangan Kurikulum 2013, dilandasi oleh Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan.

A. RASIONAL
Pembahasan rasional pengembangan Kurikulum 2013 meliputi konsep dasar, faktor-faktor
pengembangan, karakteristik, dan tujuan Kurikulum 2013.

1. Konsep Dasar
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran
untuk mencapai pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN). Kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik
secara holistik (seimbang). Kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap tagih dalam
rapor dan merupakan penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik.

2. Faktor-faktor Pengembangan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut (kemdikbud,
2012).

a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8
Standar Nasional Pendidikan, meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

3. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut (Kemdikbud, 2013).
a. Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama
dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang.
b. Memberikan pengalaman belajar terencana ketika peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar secara seimbang.

29
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut
dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements)
kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)

4. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia

B. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013


Pembahasan kerangka dasar Kurikulum 2013 meliputi landasan filosofis, landasan teoritis,
dan landasan yuridis (Kemdikbud, 2013).

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang
akan dicapai kurikulum, sumber, dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan
alam di sekitarnya.

2. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based


education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Competency-based curriculum).

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013, antara lain:

a) UUD Republik Indonesia 1945;


b) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c) UU No.17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJP), beserta segala ketentuan yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM); dan

30
d) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendikan

31
BAB VIII

EVALUASI KURIKULUM

A. Evaluasi dan Kurikulum

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penetuan kebijaksanaan


pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-
hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan
para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan
sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Evaluasi
kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor:

a. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.


b. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep
kurikulum yang digunakan.
c. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang
sifatnya juga berubah.

B. Konsep Kurikulum

Kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas. Banyak teori tentang kurikulum.
Beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar filosofis,
dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Ini menunjukkan betapa
luasnya teori-teori tetang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan
atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada
organisasi kurikulum.

C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum


Di muka telah diutarakan bahwa, perbedaan penekanan dalam kurikulum mengakibatkan
perbedaan dalam pola rancangan, dalam pengembangan serta dalam desiminasinya. Konsep
kurikulum yang menekankan isi, memberikan perhatian besar pada analisis pengetahuan baru
yang ada, konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar, dan
konsep organisasi memberi perhatian beda pada sttruktur dan sekuens belajar. Kurikulum
yang menekankan isi sangat mengutamakan peranan desiminasi, meskipun umpamanya
kurikulum itu kurang baik, mereka dapat memaksakannya melalui jalur birokrasi. Tipe
kurikulum ini mengikuti model penyebaran (difusi) dari pusat ke daerah. Sebaliknya
penyebaran kurikulum yang menekankan situasi sangat mementingkan penyiapan unsur-
unsur yang terkait (catalyc ingredient). Pengembangan kurikulumnya bersifat lokal,
individual, dan khas.

32
D. Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial. Proyek-
proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di negara-negara lain,
merupakan institusi sosial dari gerakan penyempurnaan kurikulum. Evaluasi kurikulum
sebagai institusi sosial mempunyai asal-usul, sejarah, struktur serta interest sendiri. beberapa
karakteristik dari proyek-proyek kurikulum yang telah dikembangkan di Inggris, umpamanya
(1) lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada, (2) lebih berskala
nasional daripada lokal, (3) dibiayai oleg grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh
anggapan tetap, (4) lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat
psikometris daripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial. Peranan evaluasi
kebijaksanaan dalam kurikulum khusunya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan
tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgement, evaluasi dan penetuan keputusan, evaluasi,
dan konsensus nilai.

33
BAB IX

GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Guru sebagai Pendidik Profesional

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan.
Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah
hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh
unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah
pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan
pendidik profesional.

Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara
profesional, tetapi juga memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi
pengambangan modelpendidikan profesional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan
oleh PPS IKIP Bandung Tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu:

a. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial.


b. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu.
c. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
e. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
f. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.
g. Memiliki kode etik.
h. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup
kerjanya.
i. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.

B. Guru sebagai Pembimbing Belajar

Telah dijelaskan bahwa dalam kurikulum dapat dibedakan antara official atau written
curriculum dengan actual curriculum. Official atau written curriculum merupakan kurikulum
resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan pengajaran dalam kelas. Actual
curriculum merupakan kurikulum nyata yang dilaksanakan oleh guru-guru. Kurikulum nyata
merupakan implementasi dari official curriculum di dalam kelas. Beberapa ahli menyatakan
bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), hasilnya sangat bergantung pada apa
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian, guru memegang peranan
penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum. Pada keempat konsep
pendidikan yang telah diuraikan di muka terdapat perbedaan peranan atau kedudukan guru.
Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu,
sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan.

34
Dalam konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep
pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.
Dalam praktik pendidikan di sekolah, jarnag sekali digunakan satu konsep pendidikan secara
utuh.

C. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang
bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral. Dalam pengembangan kurikulum
yang bersifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh sesuatu tim khusus di tingkat pusat.
Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/jenis sekolah.

Di Indonesia dewasa ini terutama pada jenjang pendidikan pendidikan dasar dan menengah
digunakan model ini. Kurikulum untuk SD, SMP, SMA, dan SMK pada prinsipnya seragam.
Perkembangan kurikulum tersebut sudah tentu memiliki tujuan dan latar belakang tertentu
yang sangat mendesak dan mendasar.

Tujuan utama pengembangan kurikulum yang uniform ini adalah untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar penguasaan yang sama begi
seluruh wilayah.

35
BAB X
SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

 SILABUS

A. Silabus danKomponennya
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen- komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

B. Menulis Tujuan
Tujuan perlu mencerminkan upaya pencapaian kompetensi melalui produksi hasil
belajar yang cukup bertahan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Cara Menulis Tujuan
1. Pelajari kompetensi.
2. Tentukan berapa lama kompetensi tersebut akandicapai
3. Pernyataan tujuan harus fokus, jelas, lugas, dan konkret atau dapat dilaksanakan ketika
menulis tujuan fokuskan pikiran pada peserta didik, seolah -olah anda sedang
berkomunikasi dengannya.
4. Pernyataan tujuan harus berfokus pada kompetensi apa yang akand imiliki peserta
didik setelah melaksanakan kegiatanpembelajaran
5. Periksa apakah pernyataan telah cukup konkret dan layak diapai pada alokasi waktu
tertentu

C. Mengenali Kompetensi MataPelajaran


Kompetensi mata pelajaran dimuat pada standar kompetensi mata pelajaran yang
merupakan salah satu perangkat kurikulum berbasis kompetensi yang disusun oleh
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Pada standar kompetensi mata pelajaran ini
dimuat seperangkat kompetensi dasar yang dibakukan dan materi pokok dari berbagai
mata pelajaran.

D. Menyusun KegiatanPembelajaran
Pembelajaran memuat rangkaian kegiatan peserta didik yang dikelola secara sistematis
dan menyeluruh untuk mecapai tujuan pembelajaran. Urutan pembelajaran perlu
ditentukan bila pembelajaran tersebut memerlukan konsep prasyarat atau bersifat spiral
(mudah ke sukar; konkret ke abstrak; dekat ke jauh).
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam penentuan kegiatan dan
materi pembelajaran sebagaiberikut:
a. Kegiatan Pembelajaran
Rumusan kegiatan belajar perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Mengandung pengalaman belajar yang berpusat pada pesertadidik;

36
2. Mengandung kegiatan yang sesuai dengan kompetensi yang akandicapai;
3. Mengelola kegiatan yang bervariasi, misalnya kegiatan belajar perseorangan, pasangan,
kelompok, danklasikal;
4. Melayani perbedaanindividu;
5. Menggunakan sarana yang tersedia atau yang dapat disediakan;serta
6. Menunjang berkembangnya kecakapan hidup yang meliputi kecakapan personal, sosial,
akademi, pengendalian emosi, danvokasional.
b. Materi
Materi dapat diperdalam secara kontekstual dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kebenaran materi secarakeilmuan;
2. Kebermanfaatan materi sesuai usia, kebutuhan, dan potensi peserta didik; serta
3. Menarik minat peserta didik sehingga dapat mendorong rasa ingin tahu dan memotivasi
peserta didik untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada
peserta didik harus mampu menumbuh kembangkan sendiri kemampuan mereka untuk
menguasai kompetensi tertentu dan untuk belajar lebihlanjut.

E. Menentukan AlokasiWaktu
Penentuan besarnya alokasi waktu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kedalaman
dan keluasan materi, serta kemanfaatannya bagi peserta didik, potensi, dan
kondisisekolah/daerah.

F. Penentuan Sarana dan Sumber Belajar Sarana


Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Oleh karena itu,
hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Menarik perhatian dan minat pesertadidik.
2. Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkret yang sekaligus
mencegah atau mengurangiverbalisme.
3. Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangannilai-nilai.
4. Berguna dan berfungsiganda.
5. Sederhana, mudah digunakan, dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil
dari lingkungansekiatrnya.
Sumber Belajar
Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah,
surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan
sekitar.

G. MenyusunPenilaian.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
mencafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Perumusan kegiatan penilaian perlu disesuaikan dengan
indikator yang akan dicapai.

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)


37
A. Pengertian dan FungsiRPP
RPP adalah perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap kegiatan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan
didasarkan pada silabus. KomponenRPP
Dalam RPP minimal ada 5 komponen pokok, antara lain:
1. Tujuanpembelajaran
Dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan tujuan pembelajaran dirumuskan
dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa. Melalui rumusan
tujuan, guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhir
suatu proses pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tugas guru adalah
menjabarkan standar
2. Materi/isi
Materi/isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Materi pelajaran harus digali dari berbagai sumber belajar
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai.
3. Strategi dan metodepembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu;
sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi.
Dengan demikian, strategi dan metode tidak bisa dipidahkan. Strategi dan metode
pembelajaran harus dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang
berhubungan dengan bidang kognitif berbeda strategi dan metodenya dengan tujuan
dalam bidang afektif dan psikomotor.
4. Media dan sumberbelajar
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi
pelajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam KTSP siarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan
setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk mengumpulkan informasi
tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa.

38
DAFTAR PUSTAKA

Buku Kurikulum dan Telaah.Pdf

39

Anda mungkin juga menyukai