Anda di halaman 1dari 17

TUGAS SWOT

“ KERANGKA BERPIKIR ILMIAH ”

OLEH :

ZASKIA PUTRI RAHMADANI (J1A120254)

KELOMPOK 28 (ENVIRON)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

2021
A.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri


dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan
kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Karenanya manusia dikatakan sebagai
makhluk hidup yang paling sempurna.

menurut Poespoprodjo, berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk-


beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Menurut
Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi berpikir
merupakan sebuah proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam memahami,
mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan
sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada
sebuah kesimpulan yang benar.

Kegiatan penalaran adalah proses berfikir yang membuahkan sebuah


pengetahuan. Selain itu, melalui proses penalaran atau berfikir ilmiah berusaha
mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk mendapatkan sebuah kebenaran, kegiatan
penalaran harus memehuni dua persyaratan penting, yakni logis dan analitis.

manusia memiliki kemampuan berfikir yang akhirnya menyebabkan rasa ingin


tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuan berfikir itulah sehingga manusia
selalu menggabungkan pengetahuannya yang terdahulu hingga menghasilkan
pengetahuan yang baru yang bersumber pada kebenaran melalui kajian-kajian
ilmu pengetahuan. Dan seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang
haus akan rasa ingin tahu melalui kajian ilmu pengetahuan tersebut yang pada
akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang ilmiah selalu
membutuhkan alasan dan penjelasan secara sistematis untuk memberikan suatu
penegasan atau keyakinan. Dan golongan terpelajar yang wajib memiliki kerangka
berpikir ilmiah adalah mahasiswa.

Tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak
semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan
dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga
proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
2. Rumusan Masalah

1) Apa definisi dari berfikir ilmiah ?


2) Bagaimana metode berfikir ilmiah ?
3) Bagaimana pembagian berfikir ilmiah ?
4) Mengapa berfikir ilmiah menggunakan bahasa sebagai saranan ?

3. Tujuan

Penulisan dilakukan untuk membahas dan memahami tentang kerangka dan


sarana berpikir ilmiah, meliputi: pengertian berpikir ilmiah, pembagian berpikir
ilmiah, sarana berpikir ilmiah, tujuan sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana berpikir
ilmiah, bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah, logika sebagai sarana berpikir
ilmiah, matematika sebagai sarana berpikir ilmiah, dan statistika sebagai sarana
berpikir ilmiah.

B.PEMBAHASAN

1. Definisi Berpikir Ilmiah


Kerangka berpikir ilmiah selalu dikaitkan dengan logika dan filsafat
karena tiga komponen ini masih saling berhubungan. Kerangka berpikir
ilmiah (epistemologi) merupakan salah satu cabang dari filsafat ilmu,
setelah ontologi dan aksiologi, yang secara khusus mengkaji dan
mempelajari tentang hakikat ilmu itu sendiri (teori dan tekniknya) dengan
pengetahuan ilmiah. Kerangka adalah sesuatu yang menyusun yang lain
sehingga yang lain dapat berdiri. Berpikir adalah proses untuk
memperoleh pengetahuan. Sedangkan, ilmiah adalah sesuatu hal atau
pernyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir ilmiah
membahas secara mendalam mengenai proses untuk memperoleh
pengetahuan yang sesuai dengan kebenarannya.

 Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau


aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir
ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan.

 Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah,


yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih
komplek disertai pembuktian-pembuktian.
 Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses
berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.

2. Metode Befikir Ilmiah

Seseorang yang mampu berpikir ilmiah adalah orang yang menggunakan metode
berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh Mulyana
Mubarak. SE).

Apabila suatu teori yang telah ada tidak bisa dibuktikan kebenerannya dengan uji
eksperimental,Maka bisa dikatakan bahwa teori tersebut tidak bisa di yakini
kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains (Goldstein, 1980)

Kamu bisa menggunakan 2 metode yang ada untuk berpikir secara ilmiah, yakni
dengan metode :

1. berpikir ilmiah dengan metode induksi

Metode induksi adalah analisa ilmiah yang bergerak dari suatu hal yang khusus
(individu) menuju ke hal yang umum (Universal).Untuk dapat menjalankan
metode berpikir model ini, seseorang akan memulai penelitiannya terhadap suatu
yang abstrak dan yang sifatnya general lalu di akhiri dengan kesimpulan yang
umum.Metode induksi ini sangat banyak digunakan oleh para ilmuwan karena
biasanya sumber pengetahuan utamanya merupakan ilmu pengetahuan alam,Dan
berdasarkan kepada fakta – fakta yang dapat diuji kebenarannya. Metode ini
biasanya di lakukan melalui pengamatan / observasi dan eksperimentasi.

2. berpikir ilmiah dengan metode deduksi

Kamu juga bisa memilih metode cara deduksi untuk berpikir ilmiah. metode
deduksi biasanya akan dimulai dengan suatu hal yang bersifat umum menuju hal
yang bersifat khusus.Seseorang yang menggunakan metode deduksi ini biasanya
akan memakai kerangka logika klasik Aristoteles, salah satu Filsuf Tersohor, dan
dalam bentuk Syllogisme. Premis yang terdapat dalam metode deduksi ada dua,
yaitu premis mayor dan premis minor seperti pada contoh :

1. Semua manusia bisa mati

2. Socrates adalah manusia


Langkah-Langkah Berpikir Ilmiah

1. Merumuskan masalah.

2. Merumuskan hipotesis.

3. Mengumpulkan data.

4. Menguji hipotesis.

5. Merumuskan kesimpulan.

Penjelasan :

1. Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya
masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang
yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya,
menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah
adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan
dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih


memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode
ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti
merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis
yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

3. Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan


sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan.
Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan
data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data
memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian
hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data
yang dikumpulkan.
4. Menguji Hipotesis

Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau
menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena
itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu
menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan
maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu
penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan
ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

5. Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah
kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan
masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam
bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk
menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun
dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh
dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak
relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Berpikir Ilmiah akan sangat berguna untuk mengkaji ilmu pengetahuan yang
sedang dianalisa dan berikut cara – cara yang bisa kamu terapkan dalam berpikir
ilmiah :

3. Bagaimana Pembagian Berpikir Ilmiah


Akal Merupakan Salah Satu Unsur Kejiwaan Di Samping Rasa . Berpikir dapat
Dilihat Secara Alamiah Dan Ilmiah.
1. Berpikir Alamiah
Pola Penalaran Berdasarkan Kebiasaan Sehari-Hari Dari Pengaruh Alam
Sekelilingnya. Misalnya penalaran tentang panasnya api yang dapat
membakar.
2. Berpikir Ilmiah
Pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian
ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana
berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir
ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat
dilakukan.

Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia


untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi
kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia
terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh
pengetahuan:

1. Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)


2. Merujuk kepada pendapat ahli
3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4. Menggunakan metode ilmiah

Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar


kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara
ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan
untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian.

Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan
yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan
pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah,
memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap
masalah yang di hadapinya. Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis,
berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas
terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran
filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat
pengetahuan yang hakiki.
Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara
menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah
selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan
metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan
pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di
awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa
diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut
telah teruji.
Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan
kepada beberapa hal mendasar, yaitu:

1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam
dokumen tertentu.
3. Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan.
4. Adanya uji validitas.
5. Adanya penarikan kesimpulan yang operasional
6. Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.
7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.
8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.

Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh
karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan
pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan
menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat.
Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:

a. Kemana arah yang hendak dituju ?


b. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang
ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?

Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah.
Dalam kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran,
baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus
berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal
itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.

 Fungsi Berpikir Ilmiah

Secara Garis Besar Berpikir ilmiah merupakan suatu cara dan usaha untuk
memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan dalam kalangan para civitas
studi untuk membuktikan suatu kebenaran atau menemukan suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya baru.

Dengan metode dan langkah – langkah yang dilakukan,Manusia dapat melebarkan


pandangannya mengenai kehidupan dan segala sesuatu hal yang berguna bagi
kelangsungan hidup pada masyarakat, bangsa, negara ataupun dunia.

4. Sarana Berpikir Ilmiah

Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda
dengan metode ilmiah. Untuk dapat berfikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Oleh karena itu,
kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus di dukung oleh penguasaan sarana
berfikir yang baik pula.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.


Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah
secara teratur dan cermat. Penguaaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu
hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka
kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika, agar dalam kegiatan ilmiah
tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat. Filsafat juga berfungsi
memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para
ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan lairan filsafat tertentu,
mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-
teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan
hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau
membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. fungsi sarana
berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau
teori yang lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang


didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita


melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif
bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik
tak dapat dilakukan. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-
fungsi yang khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Sarana befikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi
tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berfikir ilmiah ini seperti mempelajari
berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus mempelajari dua hal, yaitu:

Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah
bukan merupakan ilmu pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Secara tuntas dapat dikatakan bahwa bahwa sarana berfikir ilmiah mempunyai
metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan
metode ilmiah.

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan


penelaahan ilmiah secara baik. Lebih sederhana lagi, sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.
Fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan
merupakan ilmu itu sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, statistika.
Bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berfikirnya maka ilmu
merupakan gabungan antara berfikir deduktif dan induktif. Matematika
mempunyai pernanan yang penting dalam berfikir deduktif, sedangkan statistika
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif.

MACAM SARANA BERFIKIR ILMIAH ANTARA LAIN

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini


merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu
yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus;
sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat
khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai
peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam
keseluruhan proses berpikir ilmiah.

BAHASA

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh


proses berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri
menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk
makna. Sedangkan dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia), diterakan
bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan bunyi, lambang, sistematika,
komunikasi, dan alat.

Bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut :

a. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.


b. Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara
tidak logis dengan apa yang disimbolkannya.
c. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.
d. Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.
e. Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya
sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu
sendiri.
f. Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
g. Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat
komunikasi dan interaksi.

CIRI-CIRI BAHASA ILMIAH

Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau


intersubjektif, dan antiseptik.

Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atauØ


pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas
untuk menghindari kesalahpahaman.

Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasiØ


yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.

Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektifØ dan tidak
memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit
dilepaskan dari unsur informatif.

Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif
(descriptive language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran;
dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar-salahnya.
Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen menambahkan ciri intersubjektif, yaitu
ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi
para pemakainya.

KELEMAHAN BAHASA

Bahasa sangat vital bagi manusia dalam aktivitas ilmiah (maupun aktivitas non-
ilmiah). Bahasa memperjelas cara berpikir manusia, maka orang yang terbiasa
menulis dengan bahasa yang baik akan mempunyai cara berpikir yang lebih
sistematis.

Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu :

Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,


deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-
pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan
afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.

Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.

Bahasa sering kali bersifat sirkular (berputar-putar).


Bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang
makhluk-makhluk lainnya. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai
fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain,
bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi pencapaian
tujuan dari aktivitas-aktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini barangkali
akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya,
yaitu matematika dan statistika.

MATEMATIKA

Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu
dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu
studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari
perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan
dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu
pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari
bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya
peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan
masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya.

Peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh


kemampuan-kemampuan meliputi :

a. Menggunakan algoritma,
b. Melakukan manipulasi secara matematika,
c. Mengorganisasikan data,
d. memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya,
e. Mengenal dan menemukan pola,
f. Menarik kesimpulan,
g. Membuat kalimat atau model matematika,
h. Membuat interpretasi bangun geometri,
i. Memahami pengukuran dan satuanya,
j. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti
tabel matematika, kalkulator, dan komputer.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MATEMATIKA

Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut :

a. Tidak memiliki unsur emotif


b. Bahasa matematika sangat universal
c. Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak
mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa
matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku
dimana saja.

STATISTIKA

Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep


statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan
yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian
dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas
yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.

Statistic merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses


pengetahuan secara ilmiah.sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka
statistic membantu dalam melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik
suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan .

Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian namun


memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu
kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Langkah
yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika adalah:

a. Observasi dan eksperimen,

b. Memunculkan hipotesis ilmiah,

c. Verifikasi dan pengukuran, dan

d. Sebuah teori dan hukum ilmiah. (Sumarna, 2008:146)

Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus melakukan


pengukuran satu persatu terhadap semua obyek yang sama, tetapi cukup dengan
melakukan pengukuran terhadap sebagian obyek yang dijadikan sampel.
Walaupun pengukuran terhadap sampel tidak akan seteliti jika pengukuran
dilakukan terhadap populasinya, namun hasil dari pengukuran sampel dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian merumuskan suatu


hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba terhadap data dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Berdasarkan pengkajian-pengkajian terhadap data dan
keadaan di lapangan tersebut dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang nantinya
menjadi sebuah teori atau hukum ilmiah. Artinya, kesimpulan yang ditarik
bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir
tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.

LOGIKA.

Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:

Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika


berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika
ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan
pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.

Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang
mengikuti aristotelian dan Logika Modern

Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan
Logika Material.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

seseorang dapat berfikir tepat dan benar yang memerlukan kerja otak dan akal
sesuaai dengan ilmu-ilmu logika sehingga ketika ia akan berbuat sesuatu dia akan
menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Kekurangan logika pada dasarnya hanya
terbatas pada perhitungan akal pikiran manusia serta realiti yang ada sehingga jika
ditemui fakta atau kejadian yang tidak dapat dinalar oleh perhitungan akal
manusia maka fakta tersebut dinilai sehingga fakta yang tidak logis bagi sebagian
orang yang mengagung-agungkan ilmu pengetahua tanpa didasari kepercayaan
terhadap tuhan.

HUBUNGAN ANTARA SARANA ILMIAH BAHASA, LOGIKA,


MATEMATIKA, DAN STATISTIKA

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir
induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika
deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam
berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
C.PENUTUP

Kesimpulan

Kerangka berpikir ilmiah selalu dikaitkan dengan logika dan filsafat karena tiga
komponen ini masih saling berhubungan. Kerangka berpikir ilmiah (epistemologi)
merupakan salah satu cabang dari filsafat ilmu, setelah ontologi dan aksiologi,
yang secara khusus mengkaji dan mempelajari tentang hakikat ilmu itu sendiri
(teori dan tekniknya) dengan pengetahuan ilmiah.

metode yang ada untuk berpikir secara ilmiah, yakni dengan metode :

1. berpikir ilmiah dengan metode induksi

2. berpikir ilmiah dengan metode induksi

Fungsi Berpikir Ilmiah Secara Garis Besar Berpikir ilmiah merupakan suatu cara
dan usaha untuk memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan dalam
kalangan para civitas studi untuk membuktikan suatu kebenaran atau menemukan
suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya baru.

Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda
dengan metode ilmiah. Untuk dapat berfikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Oleh karena itu,
kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus di dukung oleh penguasaan sarana
berfikir yang baik pula.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang


didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita


melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Macam sarana berfikir ilmiah yaitu :

1. Bahasa

2. Matematika

3.Statistik

4.Logika
DAFTAR PUSTAKA

Admin . 2011. Definisi Berpikir Ilmiah.[internet]. tersedia di


https://galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikir-ilmiah/. Diakses
16 maret 2021.

Abdullalangwaejare. 2014. METODE DAN LANGKAH LANGKAH BERPIKIR


ILMIAH.[internet].tersedia di:
https://abdullalangwaejare.wordpress.com/2016/12/24/metode-dan-langkah-
langkah-berpikir-ilmiah/ .diakses 17 maret 2021.

Burhanuddin, Afid. 2017. Sarana Berfikir Ilmiah. [internet]. tersedia di :


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/07/sarana-berfikir-ilmiah-12/.
Diakses 18 maret 2021.

Mustofa, Imran . 2016. JENDELA LOGIKA DALAM BERFIKIR;DEDUKASI


DAN INDUKSIMSEBAGAI DASAR PENALARAN ILMIAH.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=berfikir+ilmiah&b
tnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DdSILzgpeYwcJ . diakses 17 maret 2021.

Haryanto,rudy.SARANA BERFIKIR ILMIAH.


https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=berfikir+ilmiah&b
tnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dwy8qBaFc-BcJ. Diakses 18 maret 2021.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai