Anda di halaman 1dari 157

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan
seseorang terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat menjurus kepada
keingintahuan ilmiah. Misalnya dari pertanyaan apakah bulan mengelilingi bumi,
apakah matahari mengelilingi bumi. Timbul keinginan untuk mengadakan
pengamatan secara sistematik, yang akhirnya melahirkan kesimpulan, bahwa bumi itu
bulat, bahwa bulan mengelilingi matahari dan bumi juga mengelilingi matahari.
Contoh lain dibidang pendidikan, sosial, agama, dan lain-lain. Keingintahuan tentang
masalah-masalah pendidikan telah membuat seseorang mengadakan pengamatan-
pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang dimaksud.
Pengamatan-pengamatan yang dlakukan seseorang dalam upaya untuk menjawab
keingintahuan, telah melahirkan sebuah kesimpulan. Hal ini membutuhkan ‘ilmu’
sebagai dasar untuk melakukan upaya tersebut. Ilmu atau sains adalah pengetahuan
tentang fakta-fakta, baik natural atau sosial, yang berlaku umum dan sistematik.
Menurut Maranon, Ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau
semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh, termasuk didalamnya
pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematik melalui pengamatan dan
percobaan yang terus-menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang
bersifat umum. Tan berpendapat, ‘Ilmu’ bukan saja merupakan suatu himpunan
pengetahuan yang sistematik, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah
memberikan metode dan sistem. Tanpa ilmu, sesuatu pekerjaan tidak akan berjalan
dengan teratur. Nilai dan ilmu dapat menjadikan seseorang yang ilmiah, baik dalam
keterampilan, dalam pandangan maupun dalam tindak tanduknya.
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan rasionalisasi sebagai
hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan dan dapat meningatkan keterampilan
observasi, eksperimen, klasifikasi, analisis, dan membuat generalisasi. Dengan adanya
keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang, dan
membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering
disebut penalaran. Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Keduanya dimulai

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 2


adanya rasa sangsi, keingintahuan, dan kebutuhan akan sesuatu hal yang bersifat
umum, kemudian timbul pertanyaan, selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif.
Menurut Kelly, proses berpikir manusia senantiasa mengikuti langlah-langkah
sebagi berikut:
1. Timbul rasa sulit
2. Rasa sulit tersebut didefinisikan.
3. Mencari pemecahan sementara
4. Menambah keterangan terhadap pemecahan masalah tersebut, yang menuju
kepada kepercayaan, bahwa pemecahan tersebut adalah benar.
5. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi, eksperimen (percobaan)
6. Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju
pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak, sehingga kembali
menimbulkan rasa sulit.
7. Memberi suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang
akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar
mempunyai dua buah kriteria penting, yaitu:
1. Ada unsur logis di dalamnya
2. Ada unsur analisis di dalamnya
Ciri yang pertama dari berpikir adalah adanya unsur logis di dalamnya. Tiap
bentuk berpikir mempunyai logikanya sendiri, dan selalu menggunakan nalar.
Berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal, karena
kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain.
Ciri kedua dari berpikir adalah adanya unsur analitis di dalam berpikir itu
sendiri. Dengan logika yang ada, kegiatan berpikir secara sendirinya mempunyai sifat
analitis. Berpikir ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan
logika secara ilmiah. Dengan demikian berpikir tidak terlepas dari imajinasi, akan
tetapi rasio dan fakta merupakan sumber utama dari nalar untuk memperoleh
kebenaran dalam berpikir, hal ini digolongkan dalam madzab rasionalisme, sedangkan
sumber utama dari kebenaran dalam berpikir adalah fakta yang ditangkap melalui
pengalaman manusia, digolongkan dalam madrzab empirisme. Pada hakikatnya,
berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara deduktif dan induktif, yang erat
berkaitan dengan rasionalisme dan empirisme.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 3


Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dalam me mahami alam
sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu
manusia), ilmu dan filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari
manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar
menjawab what melainkan akan menjawab pertanyaan why dan how,
misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar,
mengapa manusia bernapas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat
menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilm u dapat menjawab mengapa
dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi. Pengetahuan mempunyai sasaran
tertentu serta metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga
memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara
universal maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan kata lain, pengetahuan itu
dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai objek kajian
b. Mempunyai metode pendekatan
c. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum)
Sementara filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas
pada fakta-fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta sampai batas
kemampuan logika manusia. Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika
atau jalan pikiran manusia. Dengan kata lain, batas kajian ilmu adalah fakta
sedangkan batas kajian filsafat adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu
menjawab pertanyaan why dan how sedangkan filsafat menjawab pertanyaan
why, why, dan why dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat
diberikan oleh pikiran atau budi manusia.
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam
taraf peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak
lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan
moral secara keseluruhan melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu
ekonomi. Namun demikian dengan taraf ini secara konseptual ilmu masih
mendasarkan diri pada norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi masih
merupakan penerapan etika (appliet ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 4


kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif dan deduktif
(berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat khusus) berdasarkan asas-
asas moral yang filsafat.
Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-
konsep filsafat dan bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana
adanya. Pada tahap peralihan, ilmu masih mendasari diri pada norma yang
seharusnya sedangkan dalam tahap terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-
penemuan. Karenanya dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang
alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang
bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan
induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang
bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian hipotesis. Selanjutnya
proses ini dikenal sebagai metodade ducto - hipotetico - verifikatif dan
metode ini dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih
dikenal dengan metode penelitian. Selanjutnya melalui atau menggunakan
metode ilmiah ini akan menghasilkan ilmu.
August Comte (1798-1857) membagi 3 tingkat perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal
ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan
postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran
dari ajaran religi (deducto).
Dalam tahap kedua, orang mulai berspekulasi, berasumsi, atau membuat
hipotesis-hipotesis tentang metafisika (keberadaan) wujud yang menjadi objek
penelaahaan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem
pengetahuan berdasarkan postulat metafisika tersebut (hipotetico). Sedangkan
tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah dimana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif
(verifikatif). Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut
yang selanjutnya merupakan kerangka-kerangka metode ilmiah dapat
digambarkan seperti terlihat dalam skema berikut:
DEDUKSI - Berdasarkan pengalaman-pengalaman atau teori-teori atau dogma-
dogma yang bersifat umum dilakukan dugaan-dugaan atau hipotesis.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 5


HIPOTESIS - Merupakan dugaan yang ditarik berdasarkan teori dogma, atau
pengalaman- pengalaman.
VERIFIKASI- Merupakan proses pembuktian untuk hipotesis-hipotesis yang
telah disusun melalui kegiatan.
INDUKSI -Hasil penelitian tersebut disusun ke dalam suatu teori yang umum.
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat
ilmu. Oleh sebab itu, filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakekat ilmu tersebut, seperti:
1. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki objek tersebut?
Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia (misalnya
berpikir, merasa, mengindera)?
2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara, teknik, atau
sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu?
3. Untuk apa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dan norma-norma moral/profesional?
Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan -landasan
ilmu, yakni kelompok pertama merupakan landasan ontologi, kelompok kedua
merupakan landasan epistemologi, dan kelompok yang terakhir merupakan
landasan aksiologis.

1.2. Manusia Mencari Kebenaran


Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense)
dan dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan yang mendasar antara keduanya ialah
berkisar pada kata “sistematik” dan “terkendali”. Ada lima hal pokok yang
membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu pengetahuan
dikembangkan melalui struktur-struktur teori dan diuji konsistensi internalnya. Dalam

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 6


mengembangkan strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara
empiris/faktual. Sedang penggunaan akal sehat biasanya tidak. Yang kedua, dalam
ilmu pengetahuan, teori dan hipotesis selalu diuji secara empiris/faktual. Berbeda
halnya dengan orang yang bukan ilmuwan dengan cara “selektif”. Yang ketiga, adanya
pengertian kendali (kontrol) yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai
pengertian yang bermacam-macam. Yang keempat, ilmu pengetahuan menekankan
adanya hubungan antara fenomena secara sadar dan sistematis. Pola penghubungnya
tidak dilakukan secara asal-asalan. Yang kelima, perbedaan terletak pada cara
memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu fenomena. Dalam
menerangkan hubungan antar fenomena, ilmuwan melakukan dengan hati-hati dan
menghindari penafsiran yang bersifat metafisis. Proposisi yang dihasilkan selalu
terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.

1.3. Terjadinya Proses Sekularisasi Alam


Pada mulanya manusia menganggap alam suatu yang sakral, sehingga antara subyek
dan obyek tidak ada batasan. Dalam perkembangannya sebagaimana telah disinggung
diatas terjadi pergeseran konsep hukum (alam). Hukum didefinisikan sebagai kaitan-
kaitan yang tetap dan harus ada diantara gejala-gejala. Kaitan-kaitan yang teratur
didalam alam sejak dulu diinterpretasikan ke dalam hukum-hukum normative. Disini
pengertian tersebut dikaitkan dengan Tuhan atau para dewa sebagai pencipta hukum
yang harus ditaati. Menuju abad ke-16 manusia mulai meninggalkan pengertian
hukum normative tersebut. Sebagai gantinya muncullah pengertian hukum sesuai
dengan hukum alam. Pengertian tersebut berimplikasi bahwa terdapat tatanan di alam
dan tatanan tersebut dapat disimpulkan melalui penelitian empiris. Para ilmuwan saat
itu berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta hukum alam secara berangsur-angsur
memperoleh sifat abstrak dan impersonal. Alam telah kehilangan kesakralannya
sebagai ganti muncullah gambaran dunia yang sesuai dengan ilmu pengetahuan alam
bagi manusia modern dengan kemampuan ilmiah manusia mulai membuka rahasia-
rahasia alam.

1.4. Berbagai Cara Mencari Kebenaran


Dalam sejarah manusia, usaha-usaha untuk mencari kebenaran telah dilakukan dengan
berbagai cara seperti :

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 7


1. Secara kebetulan
Ada cerita yang kebenarannya sukar dilacak mengenai kasus penemuan obat
malaria yang terjadi secara kebetulan. Ketika seorang Indian yang sakit dan
minum air dikolam dan akhirnya mendapatkan kesembuhan. Dan itu terjadi
berulang kali pada beberapa orang. Akhirnya diketahui bahwa disekitar kolam
tersebut tumbuh sejenis pohon yang kulitnya bisa dijadikan sebagai obat
malaria yang kemudian berjatuhan di kolam tersebut. Penemuan pohon yang
kelak dikemudian hari dikenal sebagai pohon kina tersebut adalah terjadi
secara kebetulan saja.
2. Trial And Error
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran ialah dengan menggunakan metode
“trial and error” yang artinya coba-coba. Metode ini bersifat untung-untungan.
Salah satu contoh ialah model percobaan “problem box” oleh Thorndike.
Percobaan tersebut adalah seperti berikut: seekor kucing yang kelaparan
dimasukkan kedalam “problem box”—suatu ruangan yang hanya dapat dibuka
apabila kucing berhasil menarik ujung tali dengan membuka pintu. Karena rasa
lapar dan melihat makanan di luar maka kucing berusaha keluar dari kotak
tersebut dengan berbagai cara. Akhirnya dengan tidak sengaja si kucing
berhasil menyentuh simpul tali yang membuat pintu jadi terbuka dan dia
berhasil keluar. Percobaan tersebut mendasarkan pada hal yang belum pasti
yaitu kemampuan kucing tersebut untuk membuka pintu kotak masalah.
3. Melalui Otoritas
Kebenaran bisa didapat melalui otoritas seseorang yang memegang kekuasaan,
seperti seorang raja atau pejabat pemerintah yang setiap keputusan dan
kebijaksanaannya dianggap benar oleh bawahannya. Dalam filsafat Jawa
dikenal dengan istilah ‘Sabda pendita ratu” artinya ucapan raja atau pendeta
selalu benar dan tidak boleh dibantah lagi.
4. Berpikir Kritis/Berdasarkan Pengalaman
Metode lain ialah berpikir kritis dan berdasarkan pengalaman. Contoh dari
metode ini ialah berpikir secara deduktif dan induktif. Secara deduktif artinya
berpikir dari yang umum ke khusus; sedang induktif dari yang khusus ke yang
umum. Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun semenjak
jamannya Aristoteles.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 8


5. Melalui Penyelidikan Ilmiah
Menurut Francis Bacon Kebenaran baru bisa didapat dengan menggunakan
penyelidikan ilmiah, berpikir kritis dan induktif.
Catatan :
Selanjutnya Bacon merumuskan ilmu adalah kekuasaan. Dalam rangka
melaksanakan kekuasaan, manusia selanjutnya terlebih dahulu harus
memperoleh pengetahuan mengenai alam dengan cara menghubungkan
metoda yang khas, sebab pengamatan dengan indera saja, akan menghasilkan
hal yang tidak dapat dipercaya. Pengamatan menurut Bacon, dicampuri dengan
gambaran-gambaran palsu (idola): gambaran palsu (idola) harus dihilangkan,
dan dengan cara mengumpulkan fakta-fakta secara telilti, maka didapat
pengetahuan tentang alam yang dapat dipercaya. Sekalipun demikian
pengamatan harus dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan dalam
keadaan yang dapat dikendalikan dan diuji secara eksperimantal sehingga
tersusunlah dalil-dalil umum. Metode berpikir induktif yang dicetuskan oleh
F. Bacon selanjutnya
dilengkapi dengan pengertian adanya pentingnya asumsi teoritis dalam
melakukan pengamatan serta dengan menggabungkan peranan matematika
semakin memacu tumbuhnya ilmu pengetahuan modern yang menghasilkan
penemuan-penemuan baru, seperti pada tahun 1609 Galileo menemukan
hukum-hukum tentang planet, tahun 1618 Snelius menemukan pemecahan
cahaya dan penemuan-penemuan penting lainnya oleh Boyle dengan hukum
gasnya, Hygens dengan teori gelombang cahaya, Harvey dengan penemuan
peredaran darah, Leuwenhock menemukan spermatozoide, dan lain-lain.

1.5. Dasar-Dasar Pengetahuan


Dalam bagian ini akan dibicarakan dasar-dasar pengetahuan yang menjadi ujung
tombak berpikir ilmiah. Dasar-dasar pengetahuan itu ialah sebagai berikut :
1. Penalaran
Yang dimaksud dengan penalaran ialah Kegiatan berpikir menurut pola
tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan
Pengetahuan. Berpikir logis mempunyai konotasi jamak, bersifat analitis.
Aliran yang menggunakan penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 9


aliran rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat tertangkap melalui
pengalaman sebagai kebenaran disebut aliran empirisme.
2. Logika (Cara Penarikan Kesimpulan)
Ciri kedua ialah logika atau cara penarikan kesimpulan. Yang dimaksud
dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S ialah “pengkajian
untuk berpikir secara sahih (valid). Dalam logika ada dua macam yaitu logika
induktif dan deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berpikir
dengan silogisma, seperti contoh dibawah ini :
Silogisma
_ Premis mayor : semua manusia akhirnya mati
_ Premis minor : Amir manusia
_ Kesimpulan : Amir akhirnya akan mati

1.6. Sumber Pengetahuan


Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap manusia yang meragukan
setiap gejala yang ada di alam semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal
yang ada termasuk nasib dirinya sendiri. Rene Descarte pernah berkata “DE
OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti bahwa segala sesuatu harus
diragukan. Persoalan mengenai kriteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit
dipercaya. Dari berbagai aliran maka muncullah pula berbagai kriteria kebenaran.
Kriteria Kebenaran
Salah satu kriteria kebenaran adalah adanya konsistensi dengan pernyataan terdahulu
yang dianggap benar. Sebagai contoh ialah kasus penjumlahan angka-angka tersebut
dibawah ini
3+5=8
4+4=8
6+2=8
Semua orang akan menganggap benar bahwa 3 + 5 = 8, maka pernyataan berikutnya
bahwa 4 + 4 = 8 juga benar, karena konsisten dengan pernyataan sebelumnya.
Beberapa kriteria kebenaran diantaranya ialah:
1. Teori Koherensi (Konsisten)
Yang dimaksud dengan teori koherensi ialah bahwa suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan-

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 10


pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya ialah matematika
yang bentuk penyusunannya, pembuktiannya berdasarkan teori koheren.
2. Teori Korespondensi (Pernyataan sesuai kenyataan)
Teori korespondensi dipelopori oleh Bertrand Russel. Dalam teori ini suatu
pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung
berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contohnya ialah apabila ada seorang yang mengatakan bahwa ibukota Inggris
adalah London, maka pernyataan itu benar. Sedang apabila dia mengatakan
bahwa ibukota Inggris adalah Jakarta, maka pernyataan itu salah; karena secara
kenyataan ibukota Inggris adalah London bukan Jakarta.
3. Teori Pragmatis (Kegunaan di lapangan)
Tokoh utama dalam teori ini ialah Charles S Pierce. Teori pragmatis
mengatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Kriteria
kebenaran didasarkan atas kegunaan teori tersebut. Disamping itu aliran ini
percaya bahwa suatu teori tidak akan abadi, dalam jangka waktu tertentu itu
dapat diubah dengan mengadakan revisi.

1.5. Ontologi (apa yang dikaji)


Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang
bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai
berikut : Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas,
dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap
nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita
berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera. Ilmu merupakan
pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena
itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada
didalamnya. Dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam
mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang
memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini.
Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 11


melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia,
maka berbagai penegertianpun akan muncul pula.
Contoh : Siapakah manusia itu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi Sedang
ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia
pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.

1.6. Epistimologi (Cara Mendapatkan Kebenaran)


Yang dimaksud dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang
benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :
1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi pada Pengkajian objek
yang berada dalam lingkup manusia. tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat
transcendental (gaib/tidak nyata).
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu
diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode
ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan aksiologis ilmu itu
sendiri
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang
terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses
terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak
tergolong pada kelompok ilmu tersebut. (disiplin ilmu yang sama)
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan
yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :
A. Ilmu eksakta : deduktif, rasio, kuantitatif
B. Ilmu sosial : induktif, empiris, kualitatif

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 12


Beberapa Pengertian Dasar :
Konsep :
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala
secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, kelompok. Diharapkan peneliti
mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya
dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dalam dunia penelitian dikenal dua pengertian mengenai konsep, yaitu Pertama
konsep yang jelas hubungannya dengan realita yang diwakili, contoh : meja, mobil dll
nya Kedua konsep yang abstrak hubungannya dengan realitas yang diwakili, contoh :
kecerdasan, kekerabatan, dan lain-lainnya.
Konstruk :
Konstruk (construct) adalah suatu konsep yang diciptakan dan digunakan dengan
kesengajaan dan kesadaran untuk tujuan-tujuan ilmiah tertentu.
Proposisi :
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Contoh : dalam penilitian
mengenai mobilitas penduduk, proposisinya berbunyi : “proses migrasi tenaga kerja
ditentukan oleh upah“ (Harris dan Todaro). Dalam penelitian sosial dikenal ada dua
jenis proposisi; yang pertama aksioma atau postulat, yang kedua teorema. Aksioma
ialah proposisi yang kebenarannya sudah tidak lagi dalam penelitian; sedang teorema
ialah proposisi yag dideduksikan dari aksioma.
Teori :
Salah satu definisi mengenai teori ialah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi
dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sisitematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep (Kerlinger, FN). Definisi lain mengatakan bahwa
teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu
faktor tertentu dari satu disiplin ilmu. Teori mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut;
a. harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontraksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b. harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun
konsistennya apabila tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 13


Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx :
1) Model Based Theory, Berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya
jaringan konseptual yang kemudian diuji secara empiris. Validitas substansi
terletak pada tahap-tahap awal dalam pengujian model, yaitu apakah model
bekerja sesuai dengan kebutuhan peneliti.
2) Teori deduktif, Teori kedua mengatakan suatu teori dikembangkan melalui
proses deduksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkan sebuah
kesimpulan yang didapatkan melalui penggunaan logika pikiran dengan
disertai premis-premis sebagai bukti. Teori deduktif merupakan suatu teori
yang menekankan pada struktur konseptual dan validitas substansialnya. Teori
ini juga berfokus pada pembangunan konsep sebelum pengujian empiris.
3) Teori induktif, Teori ketiga menekankan pada pendekatan empiris untuk
mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan pada observasi
realitas yang berulang-ulang dan mengembangkan pernyataan-pernyataan
yang berfungsi untuk menerangkan serta menjelaskan keberadaan pernyataan-
pernyataan tersebut.
4) Teori fungsional
Teori keempat mengatakan suatu teori dikembangkan melalui interaksi yang
berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan pengujian empiris yang
mengikutinya. Perbedaan utama dengan teori deduktif terletak pada proses
terjadinya konseptualisasi pada awal pengembangan teori.
Pada teori deduktif rancangan hubungan konspetualnya diformulasikan dan pengujian
dilakukan pada tahap akhir pengembangan teori.
Logika Ilmiah :
Gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme
bersama-sama dalam suatu system dengan mekanisme korektif.
Hipotesis :
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah instrumen kerja
dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris. Dalam
merumuskan hipotesis pernyataannya harus merupakan pencerminan adanya
hubungan antara dua variabel atau lebih.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 14


Hipotesis yang bersifat relasional ataupun deskriptif disebut hipotesis kerja (Hk),
sedang untuk pengujian statistik dibutuhkan hipotesis pembanding hipotesis kerja dan
biasanya merupakan formulasi terbalik dari hipotesis kerja. Hipotesis semacam itu
disebut hipotesis nol (Ho).
Variabel :
Variabel ialah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari. Contoh : jenis
kelamin, kelas sosial, mobilitas pekerjaan dan lain-lainnya. Ada lima tipe variable
yang dikenal dalam penelitian, yaitu: variable bebas (independent), variable
tergantung (dependent), variable perantara (moderate), variable pengganggu
(intervening) dan variable kontrol (control) Jika dipandang dari sisi skala
pengukurannya maka ada empat macam variabel: nominal, ordinal, interval dan ratio.
Definisi Operasional :
Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah spesifikasi kegiatan peneliti dalam
mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberi batasan
atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk
mengukur variabel tersebut.
Kerangka Ilmiah
1. Perumusan masalah : pertanyaan tentang obyek empiris yang jelas batas-
batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor- faktor yang terkait didalamnya.
2. Penyusunan kerangka dalam pengajuan hipotesis:
a. Menjelaskan hubungan anatara faktor yang terkait
b. Disusun secara rasional
c. Didasarkan pada premis-premis ilmiah
d. Memperhatikan faktor-faktor empiris yang cocok
3. Pengujian hipotesis :
mencari fakta-fakta yang mendukung hipotesis
4. Penarikan kesimpulan
1.7. Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa
Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi
ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan,
syarat-syarat :

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 15


• bebas dari unsur emotif
• reproduktif
• obyektif
• eksplisit

Matematika
Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana berpikir deduktif sifat
• jelas, spesifik dan informatif
• tidak menimbulkan konotasi emosional
• kuantitatif

Statistika
statistika ialah pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif sifat :
• dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian
• untuk menentukan hubungan kausalitas antar factor terkait

Aksiologi (Nilai Guna Ilmu)


Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama,
bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Contoh kasus : penelitian di Taiwan

Dampak kemajuan teknologi moderen telah diteliti dengan model penelitian yang
terintegrasi, khususnya terhadap masyarakat dan budaya. Hasil kemajuan teknologi di
Taiwan telah membawa negara itu mengalami “keajaiban ekonomi”, sekalipun
demikian hasilnya tidak selalu positif. Kemajuan tersebut membawa banyak
perubahan kebiasaan, tradisi dan budaya di Taiwan. Berdasarkan penelitian tersebut
terdapat lima hal yang telah berubah selama periode perkembangan teknologi di
negara tersebut yaitu :
1. Perubahan-perubahan dalam struktur industri berupa : meningkatnya sektor
jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 16


2. Perubahan-perubahan dalam sruktur pasar berupa : pasar
3. menjadi semakin terbatas, sedang pengelolaan bisnis menjadi semakin
beragam.
4. Perubahan-perubahan dalam struktur kepegawaian berupa : tenaga
professional yang telah terlatih dalam bidang teknik menjadi semakin
meningkat.
5. Perubahan-perubahan struktur masyarakat berupa : Meningkatnya jumlah
penduduk usia tua dan konsep “keluarga besar” dalam proses diganti dengan
konsep “keluarga kecil”.
6. Perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial berupa : penghargaan yang lebih
tinggi terhadap keuntungan secara ekonomis daripada masalah-masalah
keadilan, meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk bersikap
individualistik.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 17


BAB II
METODE ILMIAH DAN KLASIFIKASI PENELITIAN

Apa yang dimaksud dengan penelitian ? Mengapa penelitian diperlukan ? Apa ciri
metode ilmiah ? Bagaimana penelitian yang baik ?
Research is a systematic attempt to provide answers to questions. Such answer may
be abstract and general as is often the case in basic research or they may be highly
concrete and specific as is often the case in applied research. (Tuckman 1978:1)
Berdasarkan definisi di atas secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian
merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang sedang diteliti.
Kata sistematis merupakan kata kunci yang berkaitan dengan metode ilmiah yang
berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan ketuntasan. Secara lebih
detil Davis (1985) memberikan karakteristik suatu metode ilmiah sebagai berikut:
1. Pertama: Metode harus bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan
adanya proses yang tepat dan benar untuk mengidentifikasi masalah dan
menentukan metode untuk pemecahan masalah tersebut.
2. Kedua:Metode harus bersifat logis, artinya adanya metode yang digunakan
untuk memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara
rasional didasarkan pada bukti-bukti yang tersedia.
3. Ketiga:Metode bersifat obyektif, artinya obyektivitas itu menghasilkan
penyelidikan yang dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
4. Keempat:Metode harus bersifat konseptual dan teoritis; oleh karena itu, untuk
mengarahkan proses penelitian yang dijalankan, peneliti membutuhkan
pengembangan konsep dan struktur teori agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5. Kelima: Metode bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada
kenyataan / fakta di lapangan.
Setiap ilmu pengetahuan selalu diperoleh dari penelitian. Ilmuwan cenderung
memiliki pandangan yang agak ketat memiliki pandangan yang ketat mengenai apa
yang disebut penelitian ilmiah dan bukan ilmiah. Secara umum penelitian ilmiah dapat
didefinisikan sebagai investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 18


suatu preposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena. (krlinger,
1986:17-8).

Tabel 2.1. Kriteria Penelitian Ilmiah dan Bukan Ilmiah

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim
diketahui orang dalam dunia tulis menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah, baik
karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-
keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama,
karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Yang dimaksud dengan faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan
objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Dengan kata lain, ia harus ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan
karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang kadangkala menjadi dasar bagi para
ahli bahasa untuk melakukan pengklasifikasian.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 19


Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semiilmiah/karya ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan
kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum
daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat
dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis.
Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki preliminaris. Ini tentu saja tidak terdapat
pada karangan ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah
disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah,
skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain
artikel, feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah
anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

2.1. Jenis Karya Ilmiah


Adapun jenis karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Laporan
Laporan merupakan bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu
kegiatan (Hasani, 2005:68). Fakta yang tersaji dalam laporan berkenaan dengan
tanggung jawab pelapor kepada pemberi tugas. Ia merupakan bahan atau
keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh pelapor
ketika ia melakukan suatu kegiatan.
Laporan yang komunikatif didukung oleh empat unsur penunjang yang meliputi
pelapor, penerima laporan, bahan yang dilaporkan, dan sarana. Baik tidaknya
laporan lebih banyak dipengaruhi oleh keterampilan penyusun atau pembuat
laporan. Fakta-fakta yang lengkap belum tentu dapat dijadikan andalan dalam
penyusunan laporan yang baik. Meskipun fakta sudah lengkap, pelapor masih

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 20


dituntut melaporkannya dengan bahasa yang baik dan benar. Dalam hal ini unsur
bahasa merupakan unsur penunjang yang sangat penting (Hasani, 2005:68).
Bentuk laporan sangat beragam. Berdasarkan metode penyampaiannya, dikenal
adanya laporan lisan dan laporan tertulis. Dilihat dari segi keresmiannya, dikenal
adanya laporan formal dan nonformal.
2. Makalah
Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang memuat pemikiran tentang suatu
masalah atau topik tertentu yang ditulis secara runtut dan sistematis dengan
disertai analisis yang logis dan objektif (Universitas Negeri Malang, 2000:5).
Makalah disusun untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen
atau ditulis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah. Penulisan
makalah memiliki sistematika yang berbeda-beda, bergantung kepada ketentuan
lembaga atau editor yang akan menerbitkan makalah tersebut. Namun, secara
sederhana isi makalah berupa pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Makalah juga
harus ditulis secara objektif, tidak memihak, berdasarkan fakta, sistematis, dan
logis. Berdasarkan kriteria ini, baik tidaknya makalah dapat diamati dari
signifikansi masalah atau topik yang dibahas, kejelasan tujuan pembahasan,
kelogisan pembahasan, dan kejelasan pengorganisasian pembahasannya.
Berdasarkan sifat atau jenis penalaran yang digunakan, makalah dapat
dibedakan menjadi tiga macam: makalah deduktif, induktif, dan campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada
kajian teoretis yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif
merupakan makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari
lapangan serta relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran
merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis
digabung dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang
paling banyak digunakan.
Dari segi jumlah halaman, makalah dapat dibedakan menjadi makalah panjang
dan makalah pendek. Makalah panjang memiliki jumlah halaman lebih dari 20
halaman, sedangkan makalah pendek kurang dari 20 halaman.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 21


3. Tugas Akhir
Jenis karya ilmiah ini ditujukan untuk kepentingan masyarakat akademik. Ia
cenderung bersifat teknis, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal
itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan
kesimpulan penelitian. Isinya disajikan secara lugas dan objektif. Format
laporan cenderung baku, mengikuti ketentuan dari perguruan tinggi atau suatu
kelompok masyarakat akademik. Yang dibahas dalam skripsi, tesis, dan disertasi
ini dapat berupa penelitian kualitatif dan dapat pula berupa penelitian kuantitatif,
hasil kajian pustaka, atau hasil kerja pengembangan.

2.2. Karya Semi Ilmiah


1. Artikel
Jenis karya ilmiah ini terdapat di media cetak seperti jurnal, koran, majalah, buletin,
dan mungkin juga di buku. Karena itu, artikel sering disebut induk dari semua jenis
tulisan, misalkan tulisan sastra, dapat pula disebut dengan artikel sastra, kecuali
puisi. Tulisan dalam skripsi, tesis, laporan, disertasi, dan sejenisnya pun disebut
dengan artikel.
Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan artikel adalah jenis tulisan yang
dimuat di media publikasi seperti koran dan majalah. Artikel yang diterbitkan di
koran, selain berita, cenderung berupa gagasan yang disampaikan oleh seorang
penulis melalui ruang yang disediakan oleh koran. Karena tulisan itu berupa
gagasan atau ide yang sifatnya sangat subjektif, koran-koran yang menyediakan
ruang untuk artikel tersebut sering menamakan ruang tersebut dengan ruang/desk
opini.
Sebelum melihat ciri-ciri artikel yang dimuat di koran, terlebih dahulu kita
menyimak ciri-ciri artikel yang dimuat di jurnal. Setiap artikel yang dimuat di
jurnal memiliki gaya selingkung tersendiri, tetapi artikel-artikel tersebut memiliki
ciri umum yang menjadi sistematika penyusunan artikel dimaksud. Perlu diketahui,
umumnya artikel yang dimuat dalam jurnal berupa artikel hasil penelitian. Jurnal
biasanya diterbitkan berkala, misalnya bulanan, dwibulanan,atau enambulanan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 22


Ciri-ciri artikel di dalam jurnal dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Judul
Judul diletakkan di bagian atas sebagai kepala tulisan.
2. Nama Penulis
3. Abstrak
Abstrak berisi gambaran umum penelitian. Dalam abstrak, judul tidak perlu
disebutkan. Antara tujuan dan rumusan masalah, pilih salah satu untuk dimuat
dalam abstrak, tidak boleh dua-duanya. Selain itu, dalam abstrak dijelaskan
metode penelitian secara garis besar. Hasil penelitian perlu dijelaskan, tetapi
untuk saran, jika memang dianggap sangat penting, perlu dijelaskan (jika tidak
penting, tak perlu dijelaskan). Selanjutnya, di bawah abstrak perlu dijelaskan
kata kunci. Kata kunci berisi satu kata atau frasa yang dianggap menjadi kata
penting yang terdapat dalam artikel tersebut. Karenanya, kata kunci ini
biasanya tidak perlu banyak, yang penting dapat mewakili saja.
4. Pendahuluan
Secara umum bagian ini memuat latar belakang, masalah, dan tujuan penulisan
artikel tersebut. Rumusan masalah dan tujuan dapat pula menjadi subjudul
tersendiri.
5. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian dijelaskan metode yang digunakan oleh penulis,
misalnya metode deskriptif kualitatif atau kuantitatif.
6. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian, penulis memaparkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
7. Penutup
Bagian ini berisi simpulan dan saran.
Catatan:
Sistematika penulisan artikel untuk jurnal seperti disebutkan di atas dapat pula
berlaku untuk penulisan makalah. Semua poin di atas ditulis tanpa mesti
mengikuti penomoran yang ada, tetapi dapat disesuaikan dengan gaya selingkung
masing-masing jurnal.
Berbeda dengan ciri-ciri artikel di jurnal, artikel di koran atau di majalah tidak
mesti berformat. Artikel di koran terkadang tidak memiliki subjudul meskipun

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 23


untuk menjelaskan beberapa bagian seperti pendahuluan, tujuan, dan hasil
analisis. Namun, semua itu dijelaskan dalam bentuk paragraf-paragraf yang
koherensi. Kalaupun subjudul, biasanya bukan untuk menjelaskan beberapa item
berformat, tetapi hanya menjadi penegas saja. Selain itu, bahasa yang digunakan
dalam artikel di koran, cenderung lebih komunikatif daripada bahasa artikel di
jurnal. Penggunaan bahasa-bahasa sehari-hari memiliki peluang lebih besar dalam
artikel koran. Selain itu, pembuka tulisan dapat pula dimulai dengan sebait puisi,
pantun, kata-kata mutiara, slogan, atau berita dari media massa (lihat beberapa
contoh artikel koran). Di samping opini, jenis artikel di koran dapat pula berupa
esai (lihat penjelasan esai).
Dari segi ukuran (panjang), artikel di koran lebih pendek daripada artikel di jurnal.
Hal ini karena koran terikat dengan kolom yang tersedia. Oleh karena itu, ada
artikel di koran yang tidak memiliki simpulan dan saran sama sekali, bahkan
keputusan terhadap apa yang ditelaah (ditulis) dipertanyakan (diserahkan) kepada
pembaca.
2. Feature
Tulisan berita kreatif yang dirancang untuk memberi informasi tentang suatu
kejadian, situasi, atau aspek kehidupan seseorang sambil menghibur dinamakan
feature. Ia juga merupakan karangan lengkap nonfiksi, bukan berita lempang
dalam media massa yang tak tentu panjangnya, dipaparkan secara hidup sebagai
pengungkapan daya kreativitas. Jika dibandingkan dengan artikel, feature
memiliki kekhasan. Kekhasan tersebut terletak pada unsur kreativitas (dalam
penciptaannya), isinya yang informatif, menghibur (gaya penulisan). Karena itu,
feature disebut dengan tulisan jurnalisme sastrawi.
Sebagaimana jenis artikel, feature dapat dibagi atas beberapa jenis. Kusnawan
(2004:143) menyebutkan bahwa secara umum feature terdiri atas beberapa jenis.
Jenis feature yang pertama adalah news feature. Feature jenis ini biasanya muncul
bersamaan dengan suatu peristiwa. Dalam hal ini news feature membicarakan
kejadian dari peristiwa tersebut diserta proses timbulnya kejadian itu. Dengan
kata lain, yang diperlukan dalam feature adalah apa dan bagaimana terjadinya
peristiwa tersebut, sedangkan mengapa tidak begitu menjadi perhatian. Jenis
feature yang kedua adalah feature pengetahuan. Tulisan jenis ini biasanya
dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 24


penjelasan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Dalam operasionalnya, ia
tidak hanya menjelaskan mengapa dan bagaimana, tetapi juga harus dapat
menjelaskan sesuatu secara ilmiah yang dapat diterima secara logis. Tulisan
feature pengetahuan dapat dijumpai dalam bagian suplemen Republika, Kompas,
Media Indonesia, Pikiran Rakyat, dll. Jenis feature yang ketiga adalah human
inters feature. Feature ini lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang
dengan cara penyajian yang menyentuh hati dan menggugah perasaan.
Karena penulisan feature mengandalkan tuturan kejadian, situasi, peristiwa atau
juga proses terjadinya suatu peristiwa, penyajiannya harus jelas dan logis. Penulis
tidak dibenarkan menggunakan kalimat yang didramatisasi, dilebih-lebihkan atau
diberikan penafsiran secara subjektif oleh penulisnya. Hal lain yang juga perlu
dihindari adalah penggunaan nada yang menggurui pembaca dan yang sejenisnya.
Dengan demikian, tulisan ini akan lebih menarik jika dibiarkan bercerita sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya.
3. Kritik
Kritik adalah jenis tulisan ilmiah populer atau cenderung disebut semiilmiah.
Tulisan ini berisi beberapa hal kritikan/masukan terhadap teks/nonteks yang
sudah ada, baik dari segi isi maupun cara penulisan/pemaparan yang digunakan
oleh si pengkarya yang dikritik. Istilah kritik ini mulanya muncul pada karya
sastra sehingga ungkapan kritik cenderung dikaitkan pada kritik sastra. Namun
demikian, tidak tertutup kemungkinan kritik juga dapat diberikan kepada karya
nonsastra. Adanya tulisan kritik untuk memperbaiki atau menyempurnakan karya
yang sudah ada. Orang yang membuat tulisan kritik disebut kritikus. Kritik itu
penting karena kritik merupakan bentuk apresiasi yang mendalam. Di kalangan
akademik, ketika menulis kritik, itu artinya ia sedang mengaplikasikan berbagai
teori dalam satu metode. Seorang kritikus harus tahu ruang lingkup, pisau analisis,
metode, serta teknik yang ia gunakan. Kriteria, kategori, dan skema dalam kritik
tak dapat dilakukan tanpa pijakan. Karenanya, tulisan kritik bukan rangkuman
atau resume pemikiran dari seorang kritikus. Kritik mesti memiliki nilai seni
dalam bertutur, sebab kritik tidak bertujuan untuk mencari kejelekan, melainkan
memberikan solusi penyempurnaan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 25


5. Esai
Esai adalah tulisan yang menuntut sangat kreativitas penulisnya. Berbeda dengan
tulisan artikel seperti opini, meskipun dalam esai opini (pendapat) penulis boleh
muncul, tetapi tulisan esai penggaliannya lebih mendalam sehingga
membutuhkan data dan fakta akurat. Namun, bahasa yang digunakan ringan
seperti bahasa bertutur. Esai membahas satu masalah dari sudut pandang penulis
dengan bahasa yang mudah dipahami, tidak terlalu ilmiah, tetapi ia menjadi
bacaan yang serius. Karenanya, esai sering ditulis di koran.
Farid Gaban, mantan wartawan Tempo, dalam sebuah perbincangan ringan
setahun lalu, menyebutkan tantangan bagi penulis esai lebih berat daripada
penulis opini. Agar dapat membedakan beberapa jenis penulisan artikel, orang-
orang sepakat memberi nama penulisan jenis artikel yang mendalam ini dengan
“esai”. Kreativitas mendalam saat menulis esai disebut dengan creative non-
fiction atau “nonfiksi yang ditulis secara kreatif. Disebut demikian, karena bahasa
bertutur dalam penulisan esai mengadopsi bahasa teknik penulisan fiksi (dialog,
narasi, anekdot, klimaks dan antiklimaks, serta ironi).

2.3.Metode Ilmiah
Benturan antara tuntutan praktis dengan tuntutan adanya pengetahuan yang
tahan uji membuahkan suatu tuntutan normatif untuk adanya suatu metode ilmiah.
Meskipun tidak ada konsesus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode ilmiah
umumnya memiliki bebrapa karakteristik umum sebagai berikut:
- Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis. Karakteristik ini mendorong suatu
kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode
untuk mendapatkan solusinya.
- Metode ilmiah adalah logis. Logis merujuk pada metode dari argumentasi
ilmiah. Kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada.
- Metode ilmiah adalah objektif. Objektivitas mengandung makna bahwa hasil
yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama
dilakukan pada kondisi yang sama. Dengan kata lain hasil penelitian dikatakan
ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 26


- Metode ilmiah bersifat konseptual dan dan teoritis. Ilmu pengetahuan
mengandung arti pengembangan struktur konsep dan teoritis untuk menuntun
dan mengarahkan upaya penelitian.
- Metode ilmiah adalah empiris. Metode ini pada prinsipnya bersandar pada
realitas.
- Metode ilmiah adalah sistematis. Sistematis mengandung arti suatu prosedur
yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku.
Sasaran dari usaha peningkatan pengetahuan secara ilmiah adalah
menjelaskan, memprediksi, dan atau mengendalikan fenomena. Sasaran ini
berdasarkan asumsi bahwa semua perilaku adalah kejadian adalah berurutan, dan dari
kejadian tersebut terdapat dampak yang dapat ditemukan penyebabnya.
Perkembangan dari pencapaian sasaran tersebut meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan, perkembangan serta uji teori. Berdasarkan teori yang telah ditemukan,
ilmu pengetahuan ini terus berkembang melalui penjelasan berbagai fenomena secara
simultan. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan lain, misalnya pengalaman dan
kekuasaan, tidak perlu diragukan lagi bahwa aplikasi dari pengetahuan ilmiah adalah
yang paling efisien dan dapat diandalkan. Sejak zaman dahulu dikenal adanya metode
berpikir kritis. Orang sudah mulai menggunakan alur pemikiran kritis melalui
silogisme, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan premis yang ada. Umumnya
dibedakan pola berpikir deduktif dan induktif. Pola berpikir deduktif adalah penarikan
kesimpulan untuk hal spesifik dari gejala umum. Contoh dari pola berpikir ini adalah:
- Semua manusia harus mengambil mata kuliah metodologi penelitian
- Ita adalah mahasiswa
- Oleh karena itu, Ita harus mengambil mata kuliah Metodologi Penelitian.
Pola berpikir induktif adalah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan
spesifik untuk hal-hal yang umum. Contoh dari pola berpikir ini adalah:
- Mahasiswa A membawa buku teks pada saat kuliah metodologi penelitian.
- Mahasiswa B membawa buku teks pada saat kuliah metodologi penelitian
- Kesimpulan: semua mahasiswa membawa buku teks pada saat kuliah
metodologi penelitian.
Apabila dipergunakan secara sendiri-sendiri, sangat mungkin bahwa pola berpikir
tersebut kurang memuaskan. Namun apabila dipergunakan secara bersama sebagai
bagian bagian internal dari ilmu pengetahuan, pola pemikiran ini secara bermanfaat.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 27


Penelitian ilmiah adalah aplikasi secara formal dan sistematis dari metode ilmiah
untuk mempelajari dan menjawab permasalahan. Tujuan penelitian identik dengan
tujuan ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu membuat penjelasan, menyusun
prediksi, serta mengendalikan fenomena yang terjadi di dalam suatu batasan yang
ditentukan. Penelitian adalah proses, sedangkan ilmu pengetahuan adalah hasil dari
penelitian (Nazir, 1988:13-17). Karena itu “bahasa dasar” bagi seorang peneliti
ditemukan dalam filsafat ilmu. Bangunan dasar suatu ilmu pengetahuan meliputi:
observasi, fakta, konsep, definisi, variable, masalah, hipotesis, hokum, teori, dan
model (David dan Cosenza, 1993).

2.4.Klasifikasi Penelitian menurut Tujuan


Berdasar tujuannya, penelitian dapat dipisahkan menjadi penelitian dasar dan
penelitian terapan (Sekaran, 2000:6-9, Zikmund, 2000: 6-7). Berikut ini akan
diuraikan masing-masing jenis penelitian ini.
1. Penelitian Dasar/Murni
Penelitian dasar, sering disebut sebagai penelitian murni atau basic research
merupakan penelitian yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian semacam ini memang tidak secara langsung bertujuan memecahkan
masalah. Oleh karena itu penelitian dasar biasanya dilakukan untuk menguji
kebenaran teori tertentu, atau mengetahui konsep tertentu secara mendalam.
Pembahasan tentang penelitian dasar dan penelitian terapan pada umumnya
tidak terpisahkan, karena keduanya memang satu kesatuan. Penelitian bisnis
termasuk dalam penelitian terapan, namun demikian tidak tertutup
kemungkinan ditemukannya teori baru dalam penelitian bisnis. Penelitian
terapan seperti namanya dilakukan untuk menerapkan ilmu pengetahuan atau
uji teori untuk kepentingan pemecahan permasalahan bisnis. Penelitian
terapan lebih menekankan kepada apa karya terbaik dan bukannya mengapa
harus berkarya.
Penelitian dasar yang benar-benar murni semata-mata bertujuan untuk
pengembangan dan perbaikan teori yang ada, bukan untuk tujuan penerapan
teori. Penelitian lebih banyak dilakukan di dalam laboratorium dengan
pengendalian yang cukup untuk penelitian ilmiah. Penelitian dasar lebih
banyak memperhatikan tentang prinsip umum dari perilaku yang ada. Dalam

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 28


kenyataannya, beberapa penelitian tertentu kadang-kadang berada di antara
penelitian dasar dan penelitian terapan.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan, sering disebut sebagai applied research merupakan
penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan
tertentu. Ada tiga macam contoh dari penelitian terapan yaitu: 1) Penelitian
evaluasi, yaitu: penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau
mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih
alternative tindakan; 2) penelitian dan pengembangan yaitu: penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut
mempunyai kualitas yang lebih tinggi; 3) penelitian tindakan, yaitu penelitian
yang dilakukan untuk segera dipergunakan sebagai dasar tindakan pemecahan
masalah yang ada.
1. Penelitian evaluasi
Penelitian evaluasi dalam hubungannya dengan penelitian terapan,
merupakan proses pengumpulan dan analisis secara sistematis dengan
tujuan untuk membuat keputusan tertentu. Misalnya: Sebuah penelitian
yang berjudul Evaluasi penetapan Kawasan Andalan (KAPET) di Kawasan
Timur Indonesia.
2. Penelitian dan pengembangan
Tujuan utama dari penelitian dan pengembangan bukan untuk formulasi
dan uji hipotesis melainkan untuk mendapatkan produk baru atau proses
baru. Melalui penelitian dan pengembangan produk, perusahaan akan
menghasilkan produk baru dengan kualitas yang lebih tinggi, sehingga
dapat memenuhi selera konsumen. Sehubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk dengan kualitas yang lebih tinggi sehingga dapat
memenuhi selera konsumen. Sehubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk, perusahaan dapat menerapkan pengendalian
kualitas total yang prinsip utamanya adalah Kaizen atau selalu
mengadakan perbaikan secara berkesinambungan. Sebagai contoh,
persoalan yang dapat dijawab melalui penelitian research and development
adalah sebuah penelitian yang berjudul “Peramalan penjualan kendaran
roda empat PT Toyota Astra Motor 2007-2011”

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 29


3. Penelitian tindakan
Penelitian tindakan berttujuan memecahkan masalah, bukan membuat
kontribusi kepada ilmu pengetahuan. Misalnya penelitian “Penyelesaian
Kredit Bermasalah UMKM Pasca Gempa”.

Jenis – jenis penelitian dibedakan berdasarkan jenis data yang diperlukan secara
umum dibagi menjadi dua: penelitian primer dan penelitian sekunder.
1. Penelitian Primer
Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama,
biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui
pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan
menggunakan metode wawancara. Yang termasuk dalam kategori ini ialah:
a. Studi Kasus: Studi kasus menggunakan individu atau kelompok sebagai
bahan studinya. Biasanya studi kasus bersifat longitudinal
b. Survei: Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan
untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada
umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar,
semakin hasilnya mencerminkan populasi.
c. Riset Eksperimental: Riset eksperimental menggunakan individu atau
kelompok sebagai bahan studi. Pada umumnya riset ini menggunakan dua
kelompok atau lebih untuk dijadikan sebagai obyek studinya. Kelompok
pertama merupakan kelompok yang diteliti sedang kelompok kedua sebagai
kelompok pembanding (control group). Penelitian eksperimental
menggunakan desain yang sudah baku, terstruktur dan spesifik.
2. Penelitian Sekunder
Penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama
sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab
masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang
menggunakan studi kepustakaan dan yang biasanya digunakan oleh para
peneliti yang menganut paham pendekatan kualitatif.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 30


2.5. Klasifikasi Penelitian Menurut Metode
Berdasarkan metode penelitian yang dilakukan, penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi penelitian historis, penelitian deskriptif, penelitian korelasional, penelitian
kausal komparatif, dan penelitian eksperimental. Berikut ini akan diuraikan masing-
masing jenis penelitian ini.
1. Penelitian historis
Penelitian historis meliputi kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan
keadaan yang telah lalu. Tujuan penelitian historis adalah sampai dengan suatu
kesimpulan mengenai sebab-sebab, dampak, atau perkembangan dari kejadian
yang telah lalu yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang
dan mengantisipasi kejadian yang akan dating. Peneliti historis pada
umumnya tidak mengumpulkan data kejadian yang telah ada. Sumber data
yang dipergunakan dapat dapat bersumber dari data primer dan data sekunder.
Contoh sumber data primer adalah laporan saksi mata dan dokumen asli.
Sumber data sekunder misalnya deskripsi yang disusun orang lain namun
bukan saksi mata. Evaluasi data historis meliputi kritik eksternal dan internal.
Kritik eksternal berhubungan dengan keotentikan data, sementara kritik
internal berhubungan dengan nilai dari data tersebut. Nilai data ditentukan dari
tingkat akurasi dan reliabilitas serta dukungannya kepada hipotesis. Beberapa
contoh penelitian historis anatara lain:
- Perkembangan industri kecil selama sepuluh tahun terakhir.
- Dampak deregulasi terhadap ekspor nonmigas
- Dampak pernyataan Gus Dur terhadap perilaku kurs
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau
menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe
yang paling umum dari penelitian deskriptif ini adalah meliputi penelitian
sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, atau keadaan, ataupun
prosedur. Contoh dari penilaian ini antara lain adalah survey pasar. Data
deskriptif pada umumnya dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam
survey, wawancara, ataupun observasi. Penelitian deskriptif berbeda dengan
eksploratif terutama dalam formalitas pembentukannya. Penelitian eksploratif
ditandai dengan fleksibilitas sementara penelitian deskriptif berupaya untuk

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 31


memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat dari suatu situasi (Boyd, et al,
1989). Disain formal diperlukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi
mencakup semua tahapan yang diinginkan. Desain ini juga diperlukan untuk
mencegah dikumpukannya data yang tidak perlu. Kendati penekanan dan
analisisnya adalah pada deksripsi data studi semacam ini tidak hanya
mengumpulkan fakta.
Kelemahan utama dalam dalam penelitian deskripsi data studi semacam ini
tidak hanya mengumpulkan fakta. Kelemahan utama dalam penelitian
deskriptif adalah kurangnya tanggapan subjek penelitian. Kelalaian subjek
penelitian untuk mengembalikan daftar pertanyaan atau datang ke tempat
wawancara yang telah ditentukan menyebabkan rendahnya tanggapan
terhadap penelitian yang dilakukan. Jika tanggapan yang ada rendah,
kesimpulan yang benar atau valid tidak dapat ditemukan. Beberapa contohnya
pertanyaan dari penelitian deskriptif antara lain adalah:
- Bagaimanakah tingkat kepuasan karyawan perusahaan swasta ?
- Bagaimanakah tanggapan karyawan terhadap peraturan jam kerja yang
baru ?
- Bagaimanakah tanggapan mahasiswa Jurusan Sistem Informasi STMIK
PalComTech terhadap pelayanan perpustakaan dan bagian pengajaran ?
- Bagaimana karakter dan jenis pekerjaan para alumni jurusan Sistem
Informasi STMIK PalComTech ?
Setidaknya ada dua manfaat penggunaan penelitian deskriptif. Pertama untuk
studi dalam bidang bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis. Kedua, studi deskriptif diperlukan untuk mengenali
distribusi dan perilaku data yang kita miliki.
Untuk mengetahui apilkasi penelitian dekriptif, contohnya seperti: Peluang,
Tantangan, Dan Hambatan Pengembangan Ekspor DIY: Sebelum Dan Setelah
Gempa.
3. Penelitian korelasional
Penelitian korelasional berusaha untuk menetukan apakah terdapat hubungan
(asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada
di antara varaibel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu
konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisar nilai. Contoh: pendapatan,

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 32


umur, tingkat pendidikan, motivasi dan keberhasilan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan sebab-akibat,
melainkan hanya menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang
diteliti. Kalau dalam suatu penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara biaya penjualan dengan jumlah penjualan, belum
diketahui hubungan kualitasnya. Contoh: apakah biaya penjualan yang
mempengaruhi penjualan, ataukah sebaliknya. Beberapa contoh dari penelitian
korelasional adalah:
- Hubungan antara produktivitas dan struktur tugas
- Hubungan antara kekhawatiran dan ketelitian
- Penggunaan tes kecerdasan untuk prediksi keberhasilan dalam pekerjan
Untuk keperluan mengukur asosiasi ini, ada beberapa alternatif teknik, yaitu:
korelasi bivariat, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kanoikal dan
analisis frekuensi multiarah (multiway frequency analysis) (Tabachick dan
Fidell, 1996). Teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang
diamati, macam data yang digunakan (kontinu atau diskrit, dan apakah variabel
independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa
variabel independen diukur setelah dampak variabel independen lain
dihilangkan).
Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekeuatan hubungan antar variabel
tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Korelasi bivariat
merupakan jenis korelasi yang paling popular. Korelasi bivariat menjelaskan
hubungan linier antara 2 variabel x dan y. korelasi antara x dan y secara
numerik dapat dihitung dengan koefieisn korelasi Pearson Product Moment
(Rxy).
Nilai Rxy adalah antara -1 dan +1. Nilai korelasi yang positif berarti arah
hubungan antara x dan y adalah satu arah. Bila x naik maka y juga naik, bila
x turun makan y juga turun. Nilai korelasi yang negatif berarti arah hubungan
antara x dan y berkebalikan; bila x turun maka y naik, dan bila y naik maka x
turun.
4. Penelitian Kausal Komparatif dan Eksperimental
Berbeda dengan korelasi, studi kausalitas selain mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih juga juga menunjukkan arah hubungan antara

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 33


variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, studi kausalitas
mempertanyakan masalah sebab akibat. Dalam analisis kausalitas dibedakan
menjadi:
1. Kausalitas satu arah
- X - Y artinya X menyebabkan Y
- Y - X artinya Y menyebabkan X
2. Kausalitas dua arah Y - X, artinya ada hubungan simultan antara Y dan
X karena Y menyebabkan X, dan X menyebabkan Y.
Kendati penelitian kausal-komparatif dan eksperimental merupakan dua
macam penelitian yang berbeda, namun keduanya memiliki beberapa
persamaan. Kedua metode penelitian ini berusaha untuk melihat adanya
hubungan sebab akibat, juga meliputi perbandingan antargrup.
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam penelitian
eksperimental, pernyataan “sebab” dikendalikan, sedang dalam penelitian
kausal komparatif tidak. Dalam penelitian eksperimal, aktivitas atau
karakteristik yang dipercaya menyebabkan perubahan disebut variabel
bebas sedangkan perubahan atau akibat yang diperhitungkan terjadi atau
tidak terjadi disebut sebagai variabel terikat, artinya terikat kepada variabel
bebas. Jadi penelitian ini, merupakan studi yang menyelidiki hubungan
sebab – akibat, menyelidiki akibat yang ditimbulkan oleh variabel bebas
kepada variabel terikat.
Dalam studi eksperimental peneliti mengendalikan setidaknya satu
variabel bebas dan mengamati akibat yang terjadi kepada satu atau lebih
variabel terikat. Esensi dari eksperimen adalah pengendalian. Beberapa
contoh penelitian eksperimental adalah:
- Dampak dari penilaian diri sendiri pada moral karyawan. Variabel
bebas adalah penilaian (oleh diri sendiri atau oleh pengawas), variabel
terikat adalah moral.
- Dampak pengarahan atasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Variabel bebas adalah tipe pengarahan (pengarahan yang bersifat
positif dibandingkan dengan pengawasan secara fisik, atau dapat pula
diberikan atau tidak diberikan pengarahan) variabel terikat adalah
kinerja pekerjaan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 34


Untuk mengetahui contoh aplikasi penelitian eksperimental, berikut ini
disajikan hasil penelitian tentang eksperimen yang menelusuri seberap jauh
dampak iklan dan advertorial terhadap pengetahuan konsumen pada kasus
pangan.
Dalam penelitian kausal komparatif, variabel bebas merupakan hal yang
sudah terjadi dan tidak dikendalikan. Variabel bebas yang secara alami
tidak dapat dikendalikan misalnya jenis kelamin (pria atau wanita).
Variabel bebas yang secara alami tidak dapat dikendalikan misalnya cacat
fisik, dan variabel yang tidak perlu dikendalikan walaupun mungkin bisa,
misalnya metode pelatihan. Adanya hubungan sebab-akibat yang jelas dari
hasil penelitian kausal komparatif tidak terdapat pengendalian terhadap
variabel bebas, hasil dari penelitian ini pada umumnya bersifat tentatif.
Namun demikian, sisi positif dari penelitian ini adalah biaya penelitian
yang relatif murah dan waktu yang lebih pendek apabila dibandingkan
dengan penelitian eksperimental. Beberapa contoh dari penelitian kausal
komparatif adalah:
- Pengaruh jenis kelamin terhadap keberhasilan lulusan program jurusan
Teknik Informatika STMIK PalComTech. Variabel bebas adalah jenis
kelamin, sedangkan variabel terikat adalah keberhasilan lulusan
Jurusan Teknik Informatika wanita.
- Dampak tingkat kedewasaan orang tua terhadap tingkat absensi
karyawan. Variabel bebas adalah kedewasaan orang tua (karyawan
mempunyai orang tua yang bersikap dewasa ataukah tidak), variabel
teikat adalah absensi. Kedua grup karyawan diidentifikasi, kemudian
absensi dari kedua grup karyawan tersebut diperbandingkan.
Contoh penelitian kausal komparatif, yaitu penelitian tentang
pengembangan model perilaku konsumen berwawasan lingkungan yang
membandingkan kota metropolitan dan non metropolitan.
Kata penelitian atau riset dipergunakan dalam pembicaraan sehari-hari untuk
melingkup spektrum arti yang luas, yang dapat membuat bingung mahasiswa—
terutama yang harus mempelajari arti kata tersebut dengan tanda-tanda atau petunjuk
yang jelas untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Dapat saja, sesuatu yang
dulunya dikenali sebagai penelitian ternyata bukan, dan beberapa konsep yang salah

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 35


tentunya harus dibuang dan diganti konsep yang benar. Pada dasarnya, manusia selalu
ingin tahu dan ini mendorong manusia untuk bertanya dan mencari jawaban atas
pertanyaan itu. Salah satu cara untuk mencari jawaban adalah dengan mengadakan
penelitian. Cara lain yang lebih mudah, tentunya, adalah dengan bertanya pada
seseorang atau “bertanya” pada buku—tetapi kita tidak selalu dapat mendapat
jawaban, atau kita mungkin mendapatkan jawaban tapi tidak meyakinkan.
Pengertian penelitian sering dicampuradukkan dengan: pengumpulan data atau
informasi, studi pustaka, kajian dokumentasi, penulisan makalah, perubahan kecil
pada suatu produk, dan sebagainya. Kata penelitian atau riset sering dikonotasikan
dengan bekerja secara eksklusif menyendiri di laboratorium, di perpustakaan, dan
lepas dari kehidupan sehari-hari. Menjadi tujuan bab ini untuk menjelaskan
pengertian penelitian dan membedakannya dengan hal-hal yang bukan penelitian.
Pengertian penelitian yang disarankan oleh Leedy (1997:3) sebagai berikut: Penelitian
(riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi
(data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang fenomena yang kita minati
atau menjadi perhatian kita.
Mirip dengan pengertian di atas, Dane (1990:4) menyarankan definisi sebagai
berikut: Penelitian merupakan proses kritis untuk mengajukan pertanyaan dan
berupaya untuk menjawab pertanyaan tentang fakta dunia. Seperti disebutkan di atas,
mungkin di masa lalu, kita mendapatkan banyak konsep (pengertian) tentang
penelitian, yang sebagian daripadanya merupakan konsep yang salah. Untuk
memperjelas hal tersebut, di bawah ini dikaji pengertian yang “salah” tentang
penelitian (menurut kita—kaum akademisi).

2.6. Pengertian Yang Salah Tentang Penelitian


Secara umum, berdasar konsep-konsep yang “salah” tentang penelitian, maka perlu
digarisbawahi empat pengertian sebagai berikut:
(1) Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
(2) Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
(3) Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
(4) Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 36


Lebih lanjut kesalahan pengertian tersebut dijelaskan di bawah ini.
1. Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
Pernah suatu ketika, seorang mahasiswa mengajukan usul (proposal) penelitian
untuk “meneliti” sudut kemiringan sebuah menara pemancar TV di kotanya. Ia
mengusulkan untuk menggunakan peralatan canggih dari bidang keteknikan untuk
mengukur kemiringan menara tersebut. Meskipun peralatannya canggih, tetapi
yang ia lakukan sebenarnya hanyalah suatu survei (pengumpulan data/informasi)
saja, yaitu mengukur kemiringan menara tersebut, dan survei itu bukan penelitian
(tapi bagian dari suatu penelitian). Para siswa suatu SD kelas 4 diajak gurunya
untuk melakukan “penelitian” di perpustakaan. Salah seorang siswa mempelajari
tentang Columbus dari beberapa buku. Sewaktu pulang ke rumah, ia melapor
kepada ibunya bahwa ia baru saja melakukan penelitian tentang Columbus.
Sebenarnya, yang ia lakukan hanya sekedar mengumpulkan informasi, bukan
penelitian. Mungkin gurunya bermaksud untuk mengajarkan keahlian mencari
informasi dari pustaka (reference skills).
2. Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
Seorang mahasiswa telah menyelesaikan sebuah makalah tugas “penelitian”
tentang teknik -teknik pembangunan bangunan tinggi di Jakarta. Ia telah berhasil
mengumpulkan banyak artikel dari suatu majalah konstruksi bangunan dan secara
sistematis melaporkannya dalam makalahnya, dengan disertai teknik acuan yang
benar. Ia mengira telah melakukan suatu penelitian dan menyusun makalah
penelitian. Sebenarnya, yang ia lakukan hanyalah: mengumpulkan informasi/data,
merakit kutipan-kutipan pustaka dengan teknik pengacuan yang benar. Untuk
disebut sebagai penelitian, yang dikerjakannya kurang satu hal, yaitu: interpretasi
data. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain menambahkan misalnya:
“Fakta yang terkumpul menunjukkan indikasi bahwa faktor x dan y sangat
mempengaruhi cara pembangunan bangunan tinggi di Jakarta”. Dengan demikian,
ia bukan hanya memindahkan informasi/data/fakta dari artikel majalah ke
makalahnya, tapi juga menganalis informasi/data/fakta sehingga ia mampu untuk
menyusun interpretasi terhadap informasi/data/fakta yang terkumpul tersebut.
3. Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
Seorang Menteri menyuruh stafnya untuk memilihkan empat buah kotamadya (di
wilayah Indonesia bagian timur) yang memenuhi beberapa kriteria untuk diberi

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 37


bantuan pembangunan prasarana dasar perkotaan. Stafnya tersebut berpikir bahwa
ia harus melakukan “penelitian”. Ia kemudian pergi ke Kantor Statistik,
membongkar arsip/dokumen statistik kotamadya -kotamadya yang ada di wilayah
IBT tersebut. Dengan membandingkan data statistik yang terkumpul dengan
kriteria yang diberi oleh Menteri, ia berhasil memilih empat kotamadya yang
paling memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Staf tersebut melaporkan hasil
“penelitiannya” ke Menteri. Sebenarnya yang dilakukan oleh staf tersebut
hanyalah mencari data (data searching, rummaging) dan mencocokknnya
(matching) dengan kriteria , dan itu bukan penelitian.
4. Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian
Kata “…penelitian” sering dipakai oleh surat kabar, majalah populer, dan iklan
untuk menarik perhatian (“mendramatisir”). Misalnya, berita di surat kabar:
“Presiden akan melakukan penelitian terhadap Pangdam yang ingin ‘mreteli’
kekuasaan Presiden”. Contoh lain: berita “Semua anggota DPRD tidak perlu lagi
menjalani penelitian khusus (litsus)”. Contoh lain lagi: “Produk ini merupakan
hasil penelitian bertahun-tahun” (padahal hanya dirubah sedikit formulanya dan
namanya diganti agar konsumen tidak bosan).

2.7. Pengertian Yang Benar Tentang Penelitian dan Karakteristik Proses


Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research atau riset.Research
berasal dari re, yang berarti kembali, dan to search yang berarti mencari. Dengan
demikian arti research atau riset adalah mencari kembali.
Pengertian yang benar tentang penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari
suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena (Kerlinger,
1986: 17-18).
2. Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa
fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta
atau fenomena merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu
pertanyaan atau masalah (Indriantoro & Supomo,1999: 16).
3. Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik
untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 38


yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti
lain.
4. Menurut Leedy (1997: 5): Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai (secara
sistematis dan didukung oleh data) jawaban terhadap suatu pertanyaan,
penyelesaian terhadap permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu
fenomena.
5. Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; atau suatu penyelidikan
yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
6. Menurut ilmuwan Hillway, penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah.
7. Menurut John, penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif
yang jelas untuk menemukan hubungan antarfakta dan menghasilkan dalil atau
hukum.
8. Menurut Dewey, penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah
dari situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan
hubungannya, seperti mengubah unsur dari situasi orisional menjadi suatu
keseluruhan yang bersatu padu.
Dari berbagai definisi penelitian, terandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan,
yakni adanya suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan
baru. Metode yang digunakan secara ilmiah, pandangan selalu kritis terhadap
permasalahan, fakta dan data objektif, membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang
cukup, dan semua dilakukan secara terorganisir, penuh kehati-hatian.
Definisi penelitian di antara keempat ahli ini tentu didasarkan pada latar belakang
pendidikan yang berbeda juga latar belakang waktu yang berbeda. Kerlinger
mendefinisikan penelitian pada tahun 1986. Kerlinger memuat beberapa istilah yang
tidak mudah dikenali orang dalam definisi penelitiannya. Sehingga orang awam akan
kesulitan memahami maksud definisi yang diuraikannya. Meski definisi di atas sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, tapi tetap saja memuat istilah yang tidak
semua orang dapat memahaminya, seperti kata “investigasi” atau “proposisi”.
Namun penggunaan istilah ini digunakan untuk keefisienan definisi tersebut. Sehingga
satu kalimat definisi singkat, menjabarkan banyak makna. Karlinger menyebutkan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 39


empat karakteristik penelitian yaitu sistematis, terkontrol, empiris dan kritis. Empat
karakterisitik ini sudah melingkupi prasyarat dari sebuah penelitian. Selanjutnya
Karlinger menyebutkan objek penelitian yaitu proposisi hipotesis mengenai hubungan
tertentu antarfenomena, sehingga definisi Karlinger bisa disebut lengkap karena
memuat kata kerja utama penelitian yaitu investigasi atau penyelidikan, karakteristik
penelitian, dan objek penelitian.
Selanjutnya definisi dari Indriantoro & Supomo pada tahun 1999, cukup berbeda
dengan definisi yang diuraikan Karlinger. Indriantoro tidak menyematkan
karakteristik penelitian dalam definisinya. Hal unik dari pengertian ini adalah adanya
pengertian “refleksi dari keinginan”, karena sangat benar jika dikatakan sebuah
penelitian diawali oleh sebuah keinginan, juga rasa keingintahuan terhadap
sesuatu. Tidak akan lahir sebuah penelitian jika tidak ada pemikiran kritis yang
menimbulkan keingintahuan untuk mencari tahu lebih dalam tentang sesuatu.
Indriantoro & Supomo memiliki kesamaan dengan Karlinger dalam menyebutkan
objek dari penelitian ini, yaitu fenomena. Namun bedanyam Karlinger menyebutkan
objeknya yaitu hubungan antarfenomena, sedangkan Indriantoro & Supomo hanya
menyebutkan fenomena dan fakta secara umum.
Definisi yang ketiga dari Fellin dkk. menyebutkan kembali satu karakteristik yang
disebutkan Kerlinger sebelumnya yaitu “sistematik”. Uniknya, mereka menguraikan
tujuan dari penelitian itu sendiri, yaitu “meningkatkan, memodifikasi dan
mengembangkan pengetahuan” tidak seperti kedua definisi sebelumnya yang tidak
menyematkan tujuan penelitian pada definisi miliknya.
Dari analisis ketiga definisi dari para ahli di atas, dapat saya simpulkan bahwa
pengertian penelitian yaitu :
Suatu penyelidikan yang bersifat sistematik, terkontrol, empiris dan kritis, dalam
mengungkap suatu fenomena atau hubungan fenomena tertentu dengan maksud
meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat
diverifikasi.
Proses tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi penelitian,
mempunyai delapan macam karakteristik:
1) Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.
2) Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.
3) Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 40


4) Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub
masalah yang lebih dapat dikelola.
5) Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau hipotesis
penelitian yang spesifik.
6) Penelitian menerima asumsi kritis tertentu.
7) Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam upaya
untuk mengatasi permasalahan yang mengawali penelitian.
8) Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus; atau lebih
tepatnya,

2.8. Macam Tujuan Penelitian


Seperti dijelaskan di atas, penelitian berkaitan dengan pertanyaan atau
keinginan tahu manusia (yang tidak ada hentinya) dan upaya (terus menerus) untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian, tujuan
terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan
menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat
beranak cabang yang me ndorong penelitian lebih lanjut. Tidak satu orangpun mampu
mengajukan semua pertanyaan, dan demikian pula tak seorangpun sanggup
menemukan semua jawaban bahkan hanya untuk satu pertanyaan saja. Maka, kita
perlu membatasi upaya kita dengan cara membatasi tujuan penelitian. Terdapat
bermacam tujuan penelitian, dipandang dari usaha untuk membatasi ini, yaitu:
1) eksplorasi (exploration)
2) deskripsi (description)
3) prediksi (prediction)
4) eksplanasi (explanation) dan
5) aksi (action).

Penjelasan untuk tiap macam tujuan diberikan di bawah ini. Tapi perlu kita ingat
bahwa penentuan tujuan, salah satunya, dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengethaun
yang terkait dengan permasalahan yang kita hadapi (“state of the art”). Misal, bila
masih “samarsamar”, maka kita perlu bertujuan untuk menjelajahi (eksplorasi) dulu.
Bila sudah pernah dijelajahi dengan cukup, maka kita coba terangkan (deskripsikan)
lebih lanjut.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 41


1. Eksplorasi
Seperti disebutkan di atas, bila kita ingin menjelajahi (mengeksplorasi) suatu topik
(permasalahan), atau untuk mulai memahami suatu topik, maka kita lakukan
penelitian eksplorasi. Penelitian esplorasi (menjelajah) berkaitan dengan upaya
untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian yang
mempunyai tujuan seperti ini dip akai untuk menjawab bentuk pertanyaan
“Apakah X ada/terjadi?”. Contoh penelitian sederhana (dalam ilmu sosial):
Apakah laki-laki atau wanita mempunyai kcenderungan duduk di bagian depan
kelas atau tidak? Bila salah satu pihak atau keduanya mempunyai kecend erungan
itu, maka kita mendapati suatu fenomena (yang mendorong penelitian lebih
lanjut). Penelitian eksplorasi dapat juga sangat kompleks. Umumnya, peneliti
memilih tujuan eksplorasi karena tuga macam maksud, yaitu: (a) memuaskan
keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami, (b) menguji kelayakan
dalam melakukan penelitian/studi yang lebih mendalam nantinya, dan (c)
mengembangkan metode yang akan dipakai dalam penelitian yang lebih
mendalam. Hasil penelitian eksplorasi, karena merupakan penelitian penjelajahan,
maka sering dianggap tidak memuaskan. Kekurang-puasan terhadap hasil
penelitian ini umumnya terkait dengan masalah sampling (representativeness)—
menurut Babbie 1989: 80. Tapi perlu kita sadari bahwa penjelajahan memang
berarti “pembukaan jalan”, sehingga setelah “pintu terbuka lebar-lebar” maka
diperlukan penelitian yang lebih mendalam dan terfokus pada sebagian dari “ruang
di balik pintu yang telah terbuka” tadi.

2. Deskripsi
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau
membedakannya dengan fenomena yang lain. Sebagai contoh, meneruskan contoh
pada bahasan penelitian eksplorasi di atas, yaitu misal: ternyata wanita lebih
cenderung duduk di bagian depan kelas daripada laki-laki, maka penelitian lebih
lanjut untuk lebih memerinci: misalnya, apa batas atau pengertian yang lebih tegas
tentang “bagian depan kelas”? Apakah duduk di muka tersebut berkaitan dengan
macam mata pelajaran? tingkat kemenarikan guru yang mengajar? ukuran kelas?
Penelitian deskriptif menangkap ciri khas suatu obyek, seseorang, atau suatu
kejadian pada waktu data dikumpulkan, dan ciri khas tersebut mungkin berubah

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 42


dengan perkembangan waktu. Tapi hal ini bukan berarti hasil penelitian waktu lalu
tidak berguna, dari hasil-hasil tersebut kita dapat melihat perkembangan
perubahan suatu fenomena dari masa ke masa.

3. Prediksi
Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang
memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan
mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari,
misalnya dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu—
yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai kemungkinan besar
untuk berhasil dalam studinya (prediksi hubungan antara skor ujian masuk dengan
tingkat keberhasilan studi nantinya).

4. Eksplanasi
Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena atau
lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah suatu eksplanasi
(keterkaitan sebab-akibat) valid atau tidak, atau menentukan mana yang lebih valid
diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing. Penelitian eksplanasi
(menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan, misalnya, “mengapa” suatu kota
tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan lebih tinggi dari kota-kota tipe lainnya.
Catatan: dalam penelitian deskriptif hanya dijelaskan bahwa tingkat kejahatan di
kota tipe tersebut berbeda dengan di kota-kota tipe lainnya, tapi tidak dijelaskan
“mengapa” (hubungan sebab-akibat) hal tersebut terjadi.

5. Aksi
Penelitian aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di atas dengan
penetapan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu.
Penelitian ini umumnya dilakukan dengan eksperimen tidakan dan mengamati
hasilnya; berdasar hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui
fenomena bahwa meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin dari suhu ruang,
orang tetap memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 43


tindakan dibuat berbagai alat bantu mengingatkan orang bahwa udara luar sudah
lebih dingin dari udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu, ada satu yang
paling dapat diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi terhadap
fenomena di atas.
2.9. Hubungan Penelitian dengan Perancangan
Hasil penelitian, antara lain berupa teori, disumbangkan ke khazanah ilmu
pengetahuan, sedangkan ilmu yang ada di khazanah tersebut dimanfaatkan oleh para
perancang/perencana/pengembang untuk melakukan kegiatan dalam bidang
keahliannya.
Menurut Zeisel (1981), perancangan mempunyai tiga langkah utama, yaitu:
imaging, presenting dan testing, sedangkan imaging dilakukan berdasar empirical
knowledge. Perancangan/perencanaan/pengembangan, selain menggunakan
pengetahuan dari khazanah ilmu pengetahuan, juga mempertimbangkan hal-hal lain,
seperti estetika, perhitungan ekonomis, dan kadang pertimbangan politis, dan lain-
lain. Terhadap hasil perencanaan/perancangan/pengembangan juga dapat dilakukan
penelitian evaluasi yang hasilnya juga akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Latihan :
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah ? Adakah penelitian yang tidak
ilmiah?
2. Dengan kata-kata anda sendiri, coba didefinisikan apa yang dimaksud dengan
penelitian sistem informasi ?
3. Apa perbedaan antara penelitian dasar dan terapan ?
4. Jelaskan berbagai jenis penelitian disertai contohnya ?
5. Jelaskan bagaimana cara memilih metode penelitian yang paling tepat ?

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 44


BAB III
RAGAM PENELITIAN

Penelitian itu bermacam-macam ragamnya. Dalam bab “Pengantar: Apakah Penelitian


Itu?” telah dibahas macam penelitian dilihat dari macam tujuannya, maka dalam bab
ini ragam (variasi) penelitian dilihat dari:
1) macam bidang ilmu
2) macam pembentukan ilmu
3) macam bentuk data
4) macam paradigma keilmuan yang dianut
5) macam strategi (esensi alamiah data, proses pengumpulan dan pengolahan data)
6) lain-lain.
Selain itu, sebetulnya masih banyak ragam penelitian dilihat dari segi lainnya, tapi
dalam bab
ini tidak akan dibahas karena tidak berkaitan.

3.1. Ragam Penelitian menurut Bidang Ilmu


Secara umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu dasar dan ilmu-
ilmu terapan. Termasuk kelompok ilmu dasar, antara lain ilmu-ilmu yang
dikembangkan di fakultas-fakultas MIPA (Mathematika, Fisika, Kimia, Geofosika),
Biologi, dan Geografi.
Kelompok ilmu terapan meliputi antara lain: ilmu-ilmu teknik, ilmu
kedokteran, ilmu teknologi pertanian. Ilmu-ilmu dasar dikembangkan lewat penelitian
yang biasa disebut sebagai “penelitian dasar” (basic research), sedangkan penelitian
terapan (applied research) menghasilkan ilmu-ilmu terapan. Penelitian terapan
(misalnya di bidang fisika bangunan) dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar
(misal: fisika). Oleh para perancang teknik, misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar
dimanfaatkan untuk membuat rancangan keteknikan (misal: rancangan bangunan).
Tentu saja, dalam merancang, para ahli teknik bangunan tersebut juga
mempertimbangkan hal-hal lain, misalnya: keindahan, biaya, dan sentuhan budaya.
Catatan: Suriasumantri (1978: 29) menamakan penelitian dasar tersebut di atas sebagai

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 45


“penelitian murni” (penelitian yang berkaitan dengan “ilmu murni”, contohnya: Fisika
teori).
Pada perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit menngkatagorikan ilmu
dasar dibedakan dengan ilmu terapan hanya dilihat dari fakultasnya saja. Misal, di
Fakultas Biologi dikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang mempunyai ciri-
ciri ilmu terapan karena sangat dekat dengan penerapan ilmunya ke praktek nyata
(perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu Farmasi dikatagorikan sebagai ilmu
dasar, tapi kini dimasukkan sebagai ilmu terapan karena dekat dengan terapannya di
bidang industri. Karena makin banyaknya hal-hal yang masuk pertimbangan ke proses
perancangan/perencanaan, selain ilmu-ilmu dasar dan terapan, produk-produk
perancangan/perencanaan dapat menjadi obyek penelitian. Penelitian seperti ini
disebut sebagai penelitian evaluasi (evaluation research) karena mengkaji dan
mengevaluasi produk-produk tersebut untuk menggali pengetahuan/teori “yang tidak
terasa” melekat pada produk-produk tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang
sudah ada sebelumnya). Bila tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka
macam penelitian menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung sesuai macam ilmu.
Contoh: penelitian pendidikan, penelitian keteknikan, penelitian ruang angkasa,
pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya (Arikunto, 1998: 11).

3.2. Ragam Penelitian menurut Pembentukan Ilmu


Ilmu dapat dibentuk lewat penelitian induktif atau penelitian deduktif.
Diterangkan secara sederhana, penelitian induktif adalah penelitian yang
menghasilkan teori atau hipotesis, sedangkan penelitian deduktif merupakan
penelitian yang menguji (mengetes) teori atau hipotesis (Buckley dkk., 1976: 21).
Penelitian deduktif diarahkan oleh hipotesis yang kemudian teruji atau tidak teruji
selama proses penelitian. Penelitian induktif diarahkan oleh keingintahuan ilmiah dan
upaya peneliti dikonsentrasikan pada prosedur pencarian dan analisis data (Buckley
dkk., 1976: 23). Setelah suatu teori lebih mantap (dengan penelitian deduktif) manusia
secara alamiah ingin tahu lebih banyak lagi atau lebih rinci, maka dilakukan lagi
penelitian induktif, dan seterusnya beriterasi sehingga khazanah ilmu pengetahuan
semakin bertambah lengkap. Secara lebih jelas, penelitian deduktif dilakukan berdasar
logika deduktif, dan penelitian induktif dilaksanakan berdasar penalaran induktif
(Leedy, 1997: 94-95). Logika deduktif dimulai dengan premis mayor (teori umum);

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 46


dan berdasar premis mayor dilakukan pengujian terhadap sesuatu (premis minor) yang
diduga mengikuti premis mayor tersebut. Misal, dulu kala terdapat premis mayor
bahwa bumi berbentuk datar, maka premis minornya misalnya adalah bila kita
berlayar terus menerus ke arah barat atau timur maka akan sampai pada tepi bumi.
Kelemahan dari logika deduktif adalah bila premis mayornya keliru.
Kebalikan dari logika deduktif adalah penalaran induktif. Penalaran induktif
dimulai dari observasi empiris (lapangan) yang menghasilkan banyak data (premis
minor). Dari banyak data tersebut dicoba dicari makna yang sama (premis mayor)
yang merupakan teori sementara (hipotesis), yang perlu diuji dengan logika deduktif.
3.3. Ragam Penelitian Menurut Bentuk Data (Kuantitatif Atau Kualitatif)
Macam penelitian dapat pula dibedakan dari “bentuk” datanya, dalam arti data
berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data kuantitatif diartikan sebagai data yang
berupa angka yang dapat diolah dengan matematika atau statistik, sedangkan data
kualitatif adalah sebaliknya (yaitu: datanya bukan berupa angka yang dapat diolah
dengan matematika atau statistik). Meskipun demikian, kadang dilakukan upaya
kuantifikasi terhadap data kualitatif menjadi data kuantitatif. Misal, persepsi dapat
diukur dengan membubuhkan angka dari 1 sampai 5.
Penelitian yang datanya berupa data kualitatif disebut penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian seperti itu, sering dipakai statistik atau pemodelan matematik.
Sebaliknya, penelitian yang mengolah data kualitatif disebut sebagai penelitian
kualitatif. Berkaitan dengan macam paradigma (positivisme, rasionalisme,
fnomenologi) yang dibahas di bagian berikut, macam penelitian dapat
dikombinasikan, misal: penelitian rasionalisme kuantitatif, penelitian rasionalisme
kualitatif (misal: penelitian yang mengkait pola kota atau pola desain bangunan).

3.4. Ragam Penelitian menurut Paradigma Keilmuan


Menurut Muhajir (1990), terdapat tiga macam paradigma keilmuan yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu: (1) positivisme, (2) rasionalisme, dan (3)
fenomenologi. Ketiga macam penelitian ini dapat dibedakan dalam beberapa sudut
pandang (a) sumber kebenaran/teori, dan (2) teori yang dihasilkan dari penelitian. Dari
sudut pandang sumber kebenaran, paradigma positivisme percaya bahwa kebenaran
hanya bersumber dari empiri sensual, yaitu yang dapat ditangkap oleh pancaindera,

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 47


sedangkan paradigma rasionalisme percaya bahwa sumber kebenaran tidak hanya
empiri sensual, tapi juga empiri logik (pikiran: abstraksi, simplifikasi), dan empiris
etik (idealisasi realitas). Paradigma fenomenologi menambah semua empiris yang
dipercaya sebagai sumber kebenaran oleh rasionalisme dengan satu lagi yaitu empiri
transcendental (keyakinan; atau yang berkaitan dengan Ke-Tuhan-an). Dari
pandangan teori yang dihasilkan, penelitian dengan berbasis paradigma positivisme
atau rasionalisme, keduanya menghasilkan sumbangan kepada khazanah ilmu
nomotetik (prediksi dan hukum-hukum dari generalisasi). Di lain pihak, penelitian
berbasis fenomenologi tidak berupaya membangun ilmu dari generalisasi, tapi ilmu
idiografik (khusus berlaku untuk obyek yang diteliti). Sering ditanyakan manfaat dari
ilmu yang berlaku local dibandingkan ilmu yang berlaku umum (general). Keduanya
saling melengkapi, karena ilmu lokal menjelaskan kekhasan obyek dibandingkan yang
umum. Misal, kini sedang berkembang ilmu tentang ASEAN (ASEAN studies).
Manfaat dari ilmu semacam ini dapat dicontohkan sebagai berikut: di negara barat,
banyak orang ingin berdagang di ASEAN; agar berhasil baik, mereka perlu
mempelajari tatacara/kebiasaan/kultur berdagang di ASEAN, maka mereka
mempelajari ilmu lokal yang menjelaskan perbedaan tatacara perdagangan di kawasan
tersebut dibanding tatacara perdagangan yang umum di dunia.
Untuk lebih menjelaskan perbedaan antar ketiga macam penelitian berbasis
tiga macam paradigma yang berbeda tersebut, di bawah ini (lihat Tabel Ragam-1)satu
per satu dibahas lebih lanjut, terutama dari (a) kerangka teori sebagai persiapan
penelitian, (b) kedudukan obyek dengan lingkungannya, (c) hubungan obyek dan
peneliti, dan (d) generalisasi hasil—sumber: Muhadjir (1990).
Tabel 3.1. Perbedaan Antar Tiga Macam Penelitian Berbasis Paradigma Yang
Berbeda (Positivisme, Rasionalisme Dan Fenomenologi)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 48


3.5. Ragam Penelitian Berdasarkan sifat
a. Penelitian dasar
Suatu penelitian yang bermula dari kenyataan objektif yang diamati secara
empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk disusun sebagai laporan ilmiah.
Penelitian semacam ini biasanya dilakukan untuk penelitian suatu teori melalui
pengujian hipotesis, yang dirumuskan berdasarkan teori yang berkaitan dengan
kenyataan objektif yang sedang diamati.
b. Penelitian vertikal
Suatu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemudian dihubungkan
dengan kenyataan objektif yang diamati secara empirik dan ditelaah melalui analisis
ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut.
c. Penelitian survei
Suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap
gejala yang berlangsung di lokasi penelitian.

3.6. Ragam Penelitian Berdasarkan tempat


a. Penelitian pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan
menganalisis data yang bersumber dari kepustakaan, baik berupa buku-buku,
periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala,

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 49


kisah-kisah sejarah, dokumen dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan
sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.
b. Penelitian laboratorium
Suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang
dilengkapi perangkat khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap gejala tertentu
melalui tes-tes atau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.
c. Penelitian lapangan
Suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian, suatu
tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi di
lokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.
3.7. Ragam Penelitian Berdasarkan jenis
a. Penelitian eksploratif
Suatu yang bermaksud mengadakan penjajakan dan pengenalan terhadap
gejala tertentu. Dalam penelitian ini belum diperlukan rujukan teori dan belum
digunakan hipotesis.
Contoh: di suatu desa secara berturut-turut terjadi kematian penduduk, terutama di
bawah umum 5 tahun. Kejadian ini kelihatan misterius, sehingga menarik perhatian
para dokter untuk mengadakan penelitian.
b. Penelitian deskriptif
Suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran
terhadap gejala-gejala tertentu. Dalam penelitian macam ini landasan teori mulai
diperlukan tetapi bukan digunakan sebagai landasan untuk menentukan kriteria
pengukuran terhadap yang diamati dan akan diukur.
c. Penelitian konformatif
Suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan
antara dua variabel atau lebih, yang jenis ini dukungan teori telah dibutuhkan, baik
untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk
menentukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabel-variabel
yang diteliti, diantaranya melalui pengujian hipotesis.
d. Penelitian Evaluatif
Suatu penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan dan dibedakan
lagi ke dalam dua macam, evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif
dilakukan untuk meneliti pencapaian tujuan suatu program dan lazimnya dilakukan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 50


pada akhir kegiatan pelaksanaan suatu program. Sedangkan evaluasi formatif
dilakukan untuk meneliti pelaksanaan program yang sedang berjalan, guna mencari
umpan balik untuk memperbaiki program itu sendiri jika ternyata ada unsur-unsur
program yang secara teknis tidak mungkin dapat dilaksanakan.
e. Penelitian prediktif
Suatu penelitian untuk meramalkan gejala yang mungkin terjadi pada masa
yang akan datang, berdasarkan proteksi dari hasil penelaahan terhadap gejala yang
diamati melalui evaluasi atau penyelidikan saat ini.
f. Penelitian Developmental
Penelitian developmental artinya penelitian pengembangan atau penelitian yang
dilakukan untuk mengadakan percobaan dan penyempurnaan. Contoh: pada tahun
1984, departemen P dan K mencoba menerapkan metode pengajaran CBSA. Semua
kegiatan dicatat, diteliti, dan diadakan penyempurnaan seperlunya, sehingga akhirnya
ditemukan model CBSA yang lebih berkualitas, dan diterapkan kembali pada tahun
1994.
g. Penelitian Verifikatif
Penelitian verifikatif artinya penelitian yang bertujuan untuk mengecek
kebenaran hasil penelitian. Contoh: pada tahun 1970 pernah diadakan penelitian
tentang rasa solidaritas rakyat pedesaan, dan dihasilkan suatu kesimpulan. Dua tahun
kemudian seorang peneliti lain mengadakan penelitian yang sama dengan tujuan untuk
mengecek kebenaran hasil penelitian yang telah dilakukan terdahulu.
h. Penelitian Kebijakan
Penelitian kebijakan artinya penelitian yang dilakukan untuk menentukan kebijakan
yang diambil oleh lembaga/instansi sebagai upaya meningkatkan kualitas.
Contoh: sebuah lembaga mengadakan beberapa upaya untuk meningkatkan
kedisiplinan karyawan. Setelah diketemukan strategi yang diperkirakan paling tepat,
lembaga tersebut menyebarkan angket kepada karyawan untuk menanyakan usul-usul
guna mengefektifkan strategi dimaksud. Hasil yang diperoleh digunakan untuk
menentukan kebijakan.

3.8. Ragam Penelitian Berdasarkan guna


a. Penelitian murni

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 51


Suatu penelitian yang semata-mata digunakan untuk memelihara
kesinambungan dan integritas pemikiran ilmiah, guna menunjang perkembangan ilmu
bidang tertentu.
b. Penelitian terapan
Suatu penelitian yang digunakan untuk kepentingan praktis, baik untuk
pengembangan atau perbaikan tata dan nilai sosial maupun tata nilai ekonomi.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 52


BAB IV
PENELITIAN YANG BAIK

Penelitian (riset) yang baik adalah penelitian yang benar. Secanggih dan sedalam
apapun penelitiannya, tetapi jika hasil penelitian tidak dapat dipercaya maka penelitian
ini tidak akan berguna. Penelitian yang benar tidak akan digunakan di praktek dan
pendidikan karena hasilnya dapat menyesatkan. Penelitian yang baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut ini:
1. mampu menjual ide penelitian
2. dirancang dengan baik
3. dikomunikasikan hasilnya dengan baik
Banyak orang terpelajar beranggapan bahwa meneliti adalah tugas para ahli, doktor,
profesor. Sangat disayangkan apabila anggapan semacam itu merembes ke pikiran
mahasiswa. Siapa pun, dari bidang mana pun orang boleh mengadakan penelitian atau
membutuhkan penelitian untuk meningkatkan usaha yang dilakukan. Caranya ada dua
macam, yaitu :
1. Meneliti apa yang terlaksana menurut kejadiannya, sengaja menimbulkan
kejadian (eksperimen)
2. Meneliti apa yang sudah ada (noneksperimen)
Misalnya penelitian pendidikan, berhubungan dengan pelaksanaan belajar mengajar
di sekolah, meliputi: kurikulum, guru, karyawan, siswa, pengelolaan, sarana, dan lain-
lain.
Ruang lingkup objek penelitian sangat luas, mencakup hal-hal apa saja, misalnya:
1. penelitian pendidikan, berhubungan dengan pendidikan, baik pendidikan di
sekolah, di keluarga, maupun di masyarakat.
2. Penelitian sosial, berhubungan dengan kehidupan sosial, kemiskinan, budaya,
dan lain-lain.
3. Penelitian industri, berhubungan dengan dunia industri.
4. Penelitian lingkungan, berhubungan dengan lingkungan, alam, pencemaran,
dan lain-lain.
Menurut pendapat Somers, bahwa beberapa syarat supaya pelaksanaan
penelitian dapat berjalan lancar dan berhasil, syaratnya sebagai berikut:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 53


1. Adanya kesadaran masyarakat
2. Harus pembiayaan yang memadahi
3. Hasil penelitian harus dapat diterapkan
4. Harus ada kebebasan dalam meneliti
5. Peneliti harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan.
Kualifikasi peneliti harus didasarkan pada intelegensia, kekuatan bekerja, memiliki
sifat jujur, dan rajin. Menurut Whitney, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh
seorang peneliti (secara internal), antara lain : 1. Daya nalar, 2. Originalitas, 3. Daya
ingat, 4. Kewaspadaan, 5. Akurat, 6. Konsentrasi, 7. Dapat bekerja sama, 8. Kesehatan,
9. Semangat, dan 10. Pandangan moral.

4.1.Menjual Ide Penelitian


Penelitian dimulai dengan membuat suatu usulan atau proposal penelitian. Seperti
halnya menjula suatu produk, proposal penelitian juga harus dijual. Peneliti harus
mampu menjual ide penelitiannya. Peneliti menjual ide penelitiannya kepada satu atau
beberapa pihak. Mahasiswa menjual ide penelitiannya kepada dosen pembimbing.
Peneliti menjual ide penelitiannya kepada pemberi dana atau sponsor jika
menginginkan mnedapatkan dana penelitiannya. Peneliti juga mnejual ide
penelitiannya kepada perusahaan yang memesan penelitiannya, Peneliti juga menjual
ide penelitiannya kepada jurnal jika ingin hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal
tersebut. Mereka semua pembeli dari ide penelitian. Jika ide penelitian tidak dapat
meyakinkan mereka, maka mereka tidak akan mau membelinya. Untuk dapat mnejual
ide penelitian dengan berhasil maka proposal awal penelitian harus mempunyai isu
yang relevan, menarik, penting dan bermanfaat. Isu yang relevan merupakan
merupakan isu atau topik yang sedang hangat dibicarakan dan sesuai dengan
keinginan pemakai hasil risetnya. Isu yang relevan ini dicerminkan dari isu atau topik
yang dipilih. Riset yang menarik adalah riset yang mempunyai ceriteria kontek yang
membuat riset menarik untuk dibaca dan dipelajari. Ceriteria kontek dari riset
disajikan di bagian latar belakang masalahnya. Ceritera kontek menceritakan cerita
dari fenomena atau kontek yang terjadi yang akan diteliti. Riset yang dilakukan harus
riset yang penting. Kalau riset tidak penting untuk dilakukan maka akan timbul
pertanyaan mengapa dilakukan. Peneliti mempunyai motivasi melakukan riset jika
riset tersebut penting. Oleh karena itu riset yang penting juga ditunjukkan oleh

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 54


motivasi peneliti melakukan penelitiannya. Riset yang penting mempunyai
tujuanRiset yang baik juga merupakan riset yang bermanfaat. Riset yang bermnanfaat
mempunyai kontribusi bagi pemakainya.
Proposal awal penelitian ini biasanya disajikan di bab 1 laporan hasil penelitian. Bab
1 ini merupakan bab yang paling penting di suatu penelitian , karena dengan
menggunakan bab ini peneliti mencoba menjual ide penelitiannya. Oleh karena itu
menunjukkan bahwa isu penelitian, relevan, menarik, penting dan bermanfaat maka
bab 1 dibuat menjadi beberapa sub bab yaitu:
- Latar belakang isu dan identifikasi isu
Latar belakang isu menunjukkan fenomena yang terjadi. Di latar belakang
isu ini, gejala dari isu dan isunya harus diceriterakan dengan menarik.
Ceritera kontek harus diterapkan di bagian ini.
- Motivasi penelitian
Motivasi penelitian menunjukkan mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan
mengapa penelitian ini penting.
- Tujuan penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan apa yang akan dicapai oleh penelitian ini.
- Kontribusi penelitian
Kontribusi penelitian menunjukkan siapa yang akan menerima dan bagaimana
manfaat dari penelitian jika tujuan penelitian tercapai.
Tabel 4.1 Isi dari Bab 1 untuk dapat Menjual Ide Penelitian
Isu Penerapan Letak pada bab 1
relevan Topik yang dipilih Judul penelitian
Menarik Mempunyai ceritera kontek Latar belakang isu dan
yang menarik identifikasi isu
Penting Mengapa penelitian harus Motivasi penelitian
dilakukan dan apa tujuannya Tujuan penelitian
bermanfaat Siapa dan bagaimana manfaat Kontribusi penelitian
penelitian akan didapatkan

4.2.Merancang Riset Dengan Baik


Menurut Kenney, Jr. (1986) merancang riset melibatkan empat faktor penting. Salah
satu dari keempat faktor ini adalah faktor disain (D). Faktor disain adalah D = δ / σ.
Faktor disain ini melibatkan dua hal, yaitu δ dan σ dengan δ adalah besaran dari
treatment effect (X) tergantung dari struktur teori yang mendukung dan σ adalah

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 55


deviasi standar dari kesalahan residu. Dan faktor desain tersebut terletak pada bab 2
dan bab 3 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Isi dari Bab 2 dan Bab 3 Untuk Merancang Riset Yang Baik

4.3.Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Dengan Baik


Setelah penelitian selesai dilakukan, hasil penelitian perlu
dikomunikasikan. Dilaporan hasil riset, hasil penelitian dikomunikasikan
biasanya di bab 4 dan bab 5.Bab 4 menyajikan hasil dari penelitianya, Bab
5 menyajikan ringkasan, simpulan, diskusi , keterbatasan-keterbatasan dan saran-
saran.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 56


BAB V
UNSUR-UNSUR PROPOSAL PENELITIAN

Proposal atau usulan penelitian diperlukan untuk mengawali suatu kegiatan


penelitian. Propsoal tersebut perlu dikaji atau dievaluasi oleh pembimbing penelitian
atau evaluator dari pihak sponsor pemberi dana. Untuk memperlancar evaluasi atau
kajian, proposal perlu mengikuti format tertentu dalam hal susunan isi, pengetikan,
dan pengesahan (yang diminta oleh pembimbing atau evaluator). Dalam bab ini hanya
format susunan isi yang dibahas, sedangkan untuk format pengetikan dan pengesahan
silahkan mengacu pada pedoman yang berlaku. Untuk membahas format susunan isi
proposal penelitian, pertama dibahas unsur unsure proposal beserta keterkaitan antar
unsur tersebut. Bahasan selanjutnya menyangkut tiap unsur, tetapi dibahas secara
singkat dan dalam keterkaitannya dengan unsur –unsur lainnya. Bahasan yang lebih
panjang lebar dan terfokus hanya pada unsur-unsur yang dianggap terpenting
diberikan pada bab-bab tersendiri.
Usulan penelitian merupakan sarana bagi peneliti untuk mengkomunikasikan
pemikirannya mengenai masalah yang akan diteliti dan berfungsi untuk meyakinkan
pembaca atau penilai bahwa pemikiran peneliti layak untuk dilaksanakan dan setidak-
tidak akan memberikan manfaat terkait dengan disiplin ilmu yang bersangkutan.
Karena fungsi usulan penelitian tersebut, maka usulan penelitian hendaknya ditulis
berorientasi kepada pembaca / penilai / pemberi dana. Selanjutnya usulan penelitian
ditulis dengan menggunakan bahasa yang persuasive agar pihak yang membaca selain
dapat memahami permasalahan juga akan dengan mudah memberikan persetujuan
pelaksanaan usulan tersebut. Dalam menulis usulan penelitian, peneliti juga sebaiknya
menggunakan bahasa yang baku dan lugas. Meski tujuannya bersifat persuasif, hindari
bahasa yang bertele-tele dan panjang lebar. Hal yang paling penting ialah apa yang
kita tulis dapat menjadi sarana yang paling efektif untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan kita sehingga pihak pembaca merasa perlu untuk menyetujuinya.
5.1. Unsur-unsur Isi Proposal dan Keterkaitannya
Secara umum, isi proposal penelitian meliputi.unsur-unsur sebagai berikut (menurut
pedoman penulisan Skripsi dan LTA):
1) Judul
2) Latar belakang & perumusan permasalahan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 57


3) Batasan masalah
4) Tujuan dan manfaat penelitian
5) Jenis data
6) Metode pengumpulan data
7) Landasan Teori
8) Metodologi pengembangan sistem
9) Studi kelayakan
10) Jadwal penelitian
11) Daftar Pustaka
12) Lampiran
Keterkaitan antar unsur tersebut terlihat seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.1. Keterkaitan Antar Usur Proposal Penelitian


(Sumber: Castetter Dan Heisler, 1984:2)

Dari gambar di atas terlihat bahwa ada tiga unsur yang menjadi “sentral” keterkaitan
unsur-unsur proposal, yaitu: (a) rumusan permasalahan, (b) tinjauan pustaka, dan (c)
cara penelitian. Rumusan masalah berfungsi mengarahkan fokus penelitian,
sedangkan tinjauan pustaka merupakan dialog dengan khazanah ilmu pengetahuan,
dan cara (metode) penelitian menjadi cetak biru (rancangan) untuk pelaksanaan
penelitian. Karena ketiga unsure ini menjadi sentral dari isi proposal penelitian, maka
bahasan dimulai dari ketiga unusr tersebut. Bahasan di bawah ini bersifat singkat,
sedangkan bahasan yang lebih panjang lebar diberikan dalam bab-bab tersendiri.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 58


5.2. Judul, Latar belakang, dan Rumusan Permasalahan
Bagian pertama atau awal sebuah proposal dimulai dengan (1) judul, disusul dengan
(2) latar belakang, (3) rumusan masalah, (4) faedah atau manfaat penelitian.
3. Judul proposal penelitian
Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal
penelitian. karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian
perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi
bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya. Judul karya ilmiah
berbeda dengan judul novel atau semacamnya dalam hal kejelasan kaitannya
dengan isi. Judul novel cenderung menarik minat pembaca dengan mencerminkan
suatu “misteri” tentang isinya sehingga pembaca tergelitik ingin tahu isinya.
Contoh judul novel: “Di Balik Kegelapan Malam”. Judul penelitian ilmiah
biasanya tidak perlu dimulai dengan kata “Studi…”, “Penelitian…”, “Kajian..”
dan sebagainya karena hal itu terlalu berlebihan. Demikian pula contohnya dalam
dunia novel, tidak ada judul yang berbunyi “Novel tentang di balik kegelapan
malam”. Judul sering berubah-ubah, makin singkat, dan makin tajam (sejalan
dengan makin tajamnya rumusan permasalahan). Bila memang tidak dapat
dipersingkat, meskipun tetap panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu
judul utama, dan anak judul. Penghalusan atau perubahan judul juga perlu
mempertimbangkan bahwa judul tersebut akan diakses (dicari) dengan komputer,
sehingga pakailah kata atau istilah yang umum dalam bidang ilmunya.
4. Latar belakang
Dua pertanyaan perlu dijawab dalam rangka mengisi bagian latar belakang ini,
yaitu: Mengapa kita memilih permasalahan ini? Apakah ada opini independen
yang menunjang diperlukannya penelitian ini ?
Untuk menjawab pertanyaan “mengapa kita memilih permasalahan ini?”, maka
langkah pertama, kita perlu memilih bidang keilmuan yang kita ingin lakukan
penelitiannya. Pemilihan bidang tersebut diteruskan ke sub-bidang dan seterusnya
hingga sampai pada topik tertentu yang kita minati. Langkah kedua, kita perlu
melakukan kajian terhadap pustaka berkaitan kemajuan terakhir ilmu
pengetahuan dalam topik tersebut untuk mencari peluang pengembangan atau
pemantapan teori. Minar maupun peluang tersebut seringkali didorong oleh isu
nyata dan aktual yang muncul di jurnal ilmiah terbaru atau artikel koran bermutu

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 59


atau pidato penting dan aktual, atau direkomendasikan oleh penelitian
sebelumnya. Ini semua merupakan opini independen yang menunjang
diperlukannya penelitian yang diusulkan tersebut.
5. Rumusan permasalahan
Rumusan permasalahan perlu dituliskan secara singkat, jelas, mudah dipahami
dan mudah dipertahankan. Rumusan yang tersamar terkandung dalam alinea tidak
diharapkan karena memaksa pembaca untuk mencari sendiri dan
menginterpretasikan sendiri bagianbagian dari alinea atau kalimat-kalaimat yang
bersifat rumusan permasalahan. Tuliskanlah rumusan permasalahan sebagai
kalimat terakhir dari bagian ini agar mudah dibaca (dan mudah dicari) bahasan
lebih panjang lebar tentang cara-cara merumuskan permasalahan termuat di bab
tersendiri.

5.3. Tujuan dan Lingkup Penelitian


Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan permasalahan penelitian dalam
khazanah ilmu pengetahuan (yang tercermin dalam tinjauan pustaka). Kedudukan
permasalahan dilihat dari pandangan tertentu mempunyai lima macam kemungkinan,
yaitu; ekplorasi (masih “meraba-raba”), deskripsi (menjelaskan lebih lanjut),
eksplanasi (mengkonfirmasikan teori), prediksi (menjelaskan hubungan sebab-
akibat), dan aksi (aplikasi ke tindakan). Pandangan yang lain (Castetter dan Heisler,
1984: 9) membedakan tujuan penelitian (purpose of study) menjadi sembilan, yaitu:
1) mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu
fenomena unik; 2) meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu; 3) menguji validitas
suatu teori; 4) menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada;
5) memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan; 6) memperbaiki
metodologi yang keliru; 7) memperbaiki interpretasi yang keliru; 8) mengatasi
kesulitan dalam praktek; 9) memperbarui informasi, mengembangkan bukti
longitudinal (dari masa ke masa). Seringkali untuk mencapai tujuan memerlukan
waktu yang “terlalu” lama atau memerlukan tenaga yang “terlalu” besar. Agar
penelitian dapat dikelola dengan baik, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap
pencapaian tujuan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan membatasi lingkup
penelitian. Pernyataan batasan lingkup ini juga berfungsi untuk lebih mempertajam
rumusan permasalahan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 60


5.4. Faedah/Manfaat yang diharapkan
Dalam bagian ini perlu ditunjukkan manfaat atau faedah yang diharapkan dari
penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan atau pembangunan negara.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan dapat berupa penemuan/pengembangan teori baru
atau pemantapan teori yang telah ada. Bagi pembangunan negara, apakah hasil
penelitian ini dapat diterapkan langsung ke praktek nyata? atau bila tidak langsung,
jalur atau batu-batu loncatannya apa saja?

5.5. Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis dan bersifat diskusi tentang hasil-
hasil penelitian sebelumnya dan terkait serta ilmu pengetahuan mutakhir (berupa
pustaka) yang terkait dengan permasalahan. Tinjauan pustaka berbeda dengan resensi
pustaka. Resensi pustaka membahas pustaka satu demi satu, sedangkan tinjauan
pustaka membahas pustaka-pustaka per topik (bukan per pustaka), dalam bentuk debat
atau diskusi antar pustaka tentang suatu topik tertentu. Urutan topik diatur secara
sitematis, dalam arti terdapat suatu kerangka yang jelas dalam merangkai topik-topik
tersebut dalam suatu sistem.
Menurut Castetter dan Heisler (1984), tinjauan pustaka berfungsi: 1) untuk
mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan bahwa
permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang ada
belum mantap); 2) untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari
pengalaman penelitian sebelumnya); 3) untuk memahami kerangka atau latar belakang
teoritis dari permasalahan yang diteliti (hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri
sebagai “Landasan Teori”); 4) untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-
studi terdahulu (tidak semua penelitian menghasilkan temuan yang mantap); 5) untuk
menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai
“Keaslian penelitian”); 6) untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan
permasalahan (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “latar belakang”).
Catatan: Pustaka-pustaka yang diacu dalam tinjauan pustaka harus termuat
informasinya dalam “Daftar Pustaka”. Cara pengacuan secara konsisten perlu

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 61


mengikuti corak (style) tertentu.yang dianjurkan dalam pedoman penulisan tesis atau
proposal penelitian.
5.6. Landasan Teori dan Hipotesis (jika ada)
Seperti diterangkan di bagian “Tinjauan Pustaka”, landasan teori diangkat
(disarikan) dari tinjauan pustaka tentang kerangka teori yang melatarbelakangi
(menjadi landasan) bagi permasalahan yang diteliti. Landasan teori merupakan satu
set teori yang dipilih oleh peneliti sebagai tuntunan untuk mengerjakan penelitian
lebih lanjut dan juga termasuk untuk menulis hipotesis. Landasan teori dapat
berbentuk uraian kualitatif, model matematis, atau persamaan-persamaan. Catatan:
untuk beberapa macam penelitian (missal penelitian yang berbasis paradigma
fenomenologi) tidak boleh atau tidak perlu mempunyai landasan teori dan hipotesis.
Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau
tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan
yang diteliti. Karena diangkat dari landasan teori, maka hipotesis merupakan
“kesimpulan teoritik” (hasil perenungan teoritis) yang perlu diuji dengan kenyataan
empirik. Hipotesis masih perlu diuji kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat
dapat diuji atau dapat dikonformasikan.
Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998: 70), penulisan hipotesis perlu
mengikuti persayaratan sebagai berikut:
a) dirumuskan secara singkat tapi jelas;
b) dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau
lebih;
c) didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti
yang terkait (tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka).
5.7. Cara Penelitian dan Jadwal Penelitian
Secara umum, dalam cara penelitian perlu dijelaskan:
1) ragam penelitian yang dianut (Amirin, 1986: 89, menyebutkannya sebagai
“corak” penelitian)—lihat bab “Ragam Penelitian”;
1) variabel-variabel yang diteliti;
2) sumber data (tempat variabel berada; populasi dan sampelnya);
3) instrumen atau alat yang dipakai dalam pengumpulan data/survei (termasuk
antara lain: kuesioner);
4) cara pengumpulan data atau survei;

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 62


5) cara pengolahan dan analisis data.
Butir ke 5 dan 6 di atas juga dicerminkan dalam bentuk jadwal penelitian. Jadwal
penelitian menguraikan kegiatan dan waktu yang direncanakan dalam: (a) tahap-tahap
penelitian, (b) rincian kegiatan pada setiap tahap, dan (c) waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan tiap tahap. Jadwal dapat dipresentasikan dalam bentuk
tabel/matriks atau uraian narasi.

5.8. Daftar Pustaka dan Lampiran


Daftar Pustaka memuat informasi pustaka-pustaka yang diacu dalam proposal
penelitian. Kadangkala untuk menunjukkan bahwa peneliti membaca banyak pustaka,
maka dalam daftar pustaka dituliskan juga pustaka-pustaka yang nyatanya tidak diacu
dalam narasi proposal. Hal ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena sudah umum
bahwa peneliti tentu membaca banyak pustaka dalam rangka penelitiannya. Dalam
daftar pustaka, biasanya, buku dan majalah tidak dipisahkan dalam daftar sendiri-
sendiri. Untuk penulisan daftar pustaka terdapat banyak corak tata penulisan ikutilah
petunjuk yang berlaku dan terapkan corak tersebut secara konsisten.
Lampiran dapat diisi dengan materi yang “kurang penting” dalam arti “boleh dibaca
atau tidak dibaca”. Biasanya lampiran memuat antara lain: kuesioner dan daftar
sumber data yang akan dikunjungi atau diambil datanya. Sebaiknya jumlah halaman
lampiran tidak terlalu banyak agar tidak terasa lebih penting dibanding dengan isi
utamanya.

5.9. Hubungan antara Proposal dan Laporan Penelitian


Penyusunan proposal sebenarnya merupakan kegiatan yang menerus, meskipun pada
saat yang telah ditetapkan kita harus memasukkan proposal untuk dievaluasi. Proposal
yang telah selesai dievaluasi dan diterima untuk dilaksanakan tetap harus
dikembangkan penulisannya. Isi proposal akan menjadi bahan awal bagi penulisan
laporan penelitian, yaitu terlihat pada tabel di bawah ini:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 63


Tabel 5.1. Hubungan antara isi proposal dengan isi laporan penelitian

Catatan: Bahan awal tersebut perlu dikembangkan terus sejalan dengan berjalannya
penelitian.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 64


BAB VI
PERUMUSAN PERMASALAHAN

Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang diminatinya,


kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem
generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam
penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian tidak
perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan juga dinyatakkan oleh
ungkapan: “Berhasilnya perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan
penelitian”. Penemuan permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang ilmu;
seperti diungkapkan oleh Mario Bunge (dalam : Buckley dkk., 1976, 14) dengan
pernyataan: “Kriteria terbaik untuk menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup
atau tidak adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu
menghasilkan permasalahan . . . . Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari
bidang ilmu yang sudah mati”. Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu
dirumuskan ke dalam suatu pernyataan (problem statement). Dengan demikian,
pembahasan isi bab ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan permasalahan,
dan (2) perumusan permasalahan.
Masalah itu akan diidentifikasi jika :
1. Ada kesenjangan antara cita dengan realita.
2. Ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam kehidupan.
3. Ada kesenjangan antara perencanaan dengan realisasi lapangan, atau
fenomena tertentu maupun penjelasan tentang hubungan antar variabel.
4. Ada tantangan, keingintahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.

6.1. Penemuan Permasalahan


Dalam buku ”methods of psychological research”, Craig menjelaskan bahwa
masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara-cara :
1. Observation (melakukan observasi)
2. Brainstorming
3. Theorical prediction (membaca hasil penelitian)
4. Technological development (perkembangan teknologi)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 65


5. Knowledge of the research literature (pengetahuan tentang research
literature)
Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai ke
perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan
diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal
ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang terbaru karena
penerbitan buku merupakan proses yang memakan waktu cukup lama, sehingga buku
yang terbit—misalnya hari ini—ditulis sekitar satu atau dua tahun yang lalu.
Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya dipublikasikan sebagai artikel dalam
majalah ilmiah; sehingga suatu (usulan) penelitian sebaiknya banyak mengandung
bahasan tentang artikel-artikel (terbaru) dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah bidang
yang diteliti. Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas,
didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang
diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang
permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai
kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan
pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Sutrisno Hadi (1986, 3)
mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan,
ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan
semacamnya”. Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan
permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut
menemukan permasalahan secara “naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
menemukannya. Cara-cara menemukan permasalahan ini, telah diamati oleh Buckley
dkk. (1976) yang menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan secara
“formal’ maupun ‘informal’. Cara formal melibatkkan prosedur yang menuruti
metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”.
Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding cara informal. Rincia
n cara-cara yang diusulkan Buckley dkk. dalam kelompol formal dan informal terlihat
pada gambar di bawah ini.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 66


Gambar 6.1. Beberapa Cara Penemuan Permasalahan
(Sumber: Buckley dkk, 1976:5)
Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara-cara penemuan permasalahan—baik
formal maupun informal—sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah
permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi
terhadap permasalahan tersebut— sebelum dilakukan perumusan permasalahan.

6.2. Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan


Cara-cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka menemukan
permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1) Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir
memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan
kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan
kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan
permasalahan.
2) Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil”
pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti.
Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam
tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara
analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer
dapat diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui
perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan
dalam hal sifat pembuatan keputusannya yang Judgmental).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 67


3) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak
cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada
korelasiyang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu
dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat
direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan
bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan
rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”.
Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat
pendidikan yang berbeda.
4) Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik,
peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan
tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.
5) Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren
(trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.
6) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan
kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.
7) Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke
dalam komponen-komponennya.
8) Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti
dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa
penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang
lebih rumit, kompleks.

6.3. Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan


Ada tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik, yaitu :
1. Masalah itu harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau
lebih.
2. Masalah harus jelas dan spesifik, sehingga semua orang akan mempunyai
pemahaman yang sama tentang masalah tersebut.
3. Masalah dan pertanyaan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang
mengisyaratkan adanya pengujian empiris.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 68


4. Masalah harus signifikan, yakni memberi kontribusi yang nyata terhadap
pengembangan ilmu, atau penguatan bangunan ilmu dan atau memiliki
kontribusi dalam pengembangan kebijakan.
5. Masalah harus fleksibel, yakni layak dan bisa untuk diteliti.
6. Masalah harus sesuai dengan bidang keahlian peneliti.

Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat


dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1) Konjektur (naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur
(naluriah), tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar-dasar atau latar
belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara
alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu
terhadap lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan
alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2) Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan
fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena
pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk
mencetuskan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya gunaan
komputer dalam proses perancangan arsitektural.
3) Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal,
terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi
kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal
ini merupakan konsensus nasional).
4) Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi
permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya
permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman
keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan.
Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan
komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.

6.4. Pemeriksaan Hasil Penemuan Permasalahan


Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan
tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan ini, biasanya,

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 69


didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan
faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan atau penerapan pada praktek (pembangunan). Ditanyakan: apakah
penelitian atas permasalahan tersebut akan berfaedah untuk ilmu pengetahuan, misal
dapat merevisi, memperluas, memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan
pengetahuan baru. Dicek pula: apakah penelitian tersebut mempunyai aplikasi
teoritikal dan atau praktikkal. Suatu penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana
atau pemberi “nilai’ perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah
diharapkan bukan hanya bersifat “klise”).
Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan permasalahan yang
berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama (di luar
jangkauan). Misal: penelitian untuk “menemukan cara terbaik pelaksanaan
pembangunan rumah tinggal” akan memerlukan waktu yang “tak terhingga” karena
harus membandingkan semua kemungkinan cara pelaksanaan pembangunan rumah
tinggal. Lingkup penelitian, biasanya, cukup sempit, tapi diteliti secara mendalam.
Faktor kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek. Penelitian,
bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan memprosesnya untuk
mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya interpretasi (pembahasan) atas hasil.
Penelititan perlu dapat menjawab: apa “arti” semua fakta yang terkumpul. Dengan
pengertian ini, suatu pengukuran kemiringan menara pemancar teve belum dianggap
mempunyai kedalaman yang cukup (hanya merupakan pengumpulan data dan
pelaporan hasil pengukuran). Tetapi, penelitian tentang “pengaruh kemiringan menara
pemancar teve terhadap kualitas siaran” merupakan penelitian karena memerlukan
interpretasi tehadap persepsi pirsawan atas kualitas siaran yang dipengaruhi oleh
kemiringan.
Indikasi permasalahan yang belum merupakan permasalahan penelitian
ditunjukkan oleh Leedy (1997: 46-48), yaitu:
1) yang bersifat hanya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk mengerti
lebih banyak tentang suatu topik;
2) yang jawabnya ya atau tidak; pembandingan dua set data tanpa intepretasi;
3) pengukuran koefisien korelasi antara dua set data.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 70


6.5. Perumusan Permasalahan
Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat “latar belakang permasalahan”
secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh rumusan (pernyataan)
permasalahan. Pernyataan permasalahan sebenarnya merupakan kesimpulan dari
uraian “latar belakang” tersebut. Castetter dan Heisler (1984, 11) menerangkan bahwa
pernyataan permasalahan merupakan ungkapan yang jelas tentang hal-hal yang akan
dilakukan peneliti. Cara terbaik unutk mengungkapkan pernyataan tersebut adalah
dengan pernyataan yang sederhana dan langsung, tidak berbelit-belit. Pernyataan
permasalahan dari suatu penelitian merupakan “jantung” penelitian dan berfungsi
sebagai pengarah bagi semua upaya dalam kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan
permasalahan yang jelas (tajam) akan sanggup memberi arah (gambaran) tentang
macam data yang diperlukan, cara pengolahannya yang cocok, dan memberi batas
lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan.
Contoh ungkapan permasalahan yang jelas, tajam, diberikan oleh Sumiarto (1985)
yang meneliti dalam bidang perumahan pedesaan. Permasalahan yang
dikemukakannya, sebagai berikut: “Kesimpulan yang dapat ditarik sebagai
permasalahan P3D [Perintisan Pemugaran Perumahan Desa] yang dapat memberikan
arah pada studi yang akan dilakukan adalah mempertanyakan keberhasilan dari tujuan
P3D. Secara lebih spesifik dapat dikemukakan beberapa (sub) permasalahan sebagai
berikut:
a) Apakah setelah menerima bantuan P3D, kondisi mereka akan menjadi lebih
baik, dalam arti adanya peningkatan dalam cara bermukin yang lebih baik serta
lebih sehat?
b) Apakah bantuan yang diberikan oleh P3D telah memberikan hasil sesuai
seperti yang diharapkan, yaitu penerima bantuan telah memberikan respon
yang positif yang berupa tenaga, material, bahkan finansial, sehingga lebih dari
apa yang diberikan oleh P3D.
c) Lebih jauh lagi, apakah P3D telah mampu membangkitkan efek berlifat ganda
(multiplier effect), sehingga masyarakat yang tidak meneriman bantuan P3D
terangsang secara swadata menyelenggarakan sendiri peningkatan kondisi
rumah dan lingkungannya?” (Sumiarto 1985, 17-18)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 71


6.6. Bentuk Rumusan Permasalahan
Contoh pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan disusul
oleh beberapa pertanyaan. Castette dan Heisler (1984, 11) menjelaskan bahwa secara
keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1) bentuk satu pertanyaan (question);
(2) bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik;
(3) bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan (question).
(4) bentuk hipotesis; dan
(5) bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
Bentuk Hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula, biasanya perletakan hipotesis
dalam laporan atau usulan penelitian tidak menempati posisi yang biasa ditempati oleh
pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan seringkali dapat
diujudkan (diubah) pula sebagai bentuk pernyataan. Dengan demikian, secara umum,
hanya ada dua bentuk pernyataan permasalahan:
(1) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan
Misal:
a) Pertanyaan:
“Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah
perumahan KPR?” “Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh
masing-masing factor pada persepsi penghuni terhadap desain rumah
sub–inti?”
b) Pernyataan (biasanya diungkapkan sebagai “maksud”) “Maksud penelitian
ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada
perubahan fisik rumah perumahan KPR.” “Maksud penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh
masing-masing faktor pad persepsi terhadap desain rumah sub–inti.
(2) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa pertanyaan
atau pernyataan yang spesifik (Catatan: kebanyakan permasalahan terlalu besar
atau kompleks sehingga perlu dirinci)
Misal: Permasalahan umum: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor? Lebih spesifik lagi,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 72


a. Apakah sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek secara
umum di Amerika Serikat terjadi pula di Indonesia?
b. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil desain
arstiek di Indonesia?

6.7. Karakteristik Rincian Permasalahan


Karakteristik tiap rincian permasalahan atau sub-problema (menurut Leedy, 1997:56-
57) sebagai berikut:
1) Setiap rincian permasalahan haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti (a
researchable unit).
2) Setiap rincian terkait dengan interpretasi data.
3) Semua rincian permasalahan perlu terintegrasi menjadi satu kesatuan
permasalahan yang lebih besar (sistemik).
4) Rincian yang penting saja yang diteliti (tidak perlu semua rincian permasalahan
diteliti)
5) Hindari rincian permasalahan yang pengatasannya tidak realistik.

Contoh Rumusan Permasalahan


Di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah, sebagai berikut: “. . . . . . .
permasalahan sebagai berikut: Apakah kalsium hidroksida mempunyai pengaruh
sitotoksik terhadap sel fibroblast embrio Gallus domesticus secara in Vitro, dan apakah
besar konsentrasi kalsium hidroksida berpengaruh terhadap sifat sitotoksisitasnya?”
“. . . . . . . . . dengan penelitian ini ingin diketahui faktor – faktor apa yang dapat
mempengaruhi perilaku ibu – ibu dalam menangani diare pada bayi dan anak balita.

6.8. Keterkaitan antara Rumusan Permasalahan dengan Hipotesis dan Temuan


Penelitian
Bila penelitian telah selesai dilakukan, maka dalam laporan penelitian perlu
ditunjukkan “benang merah” (keterkaitan yang jelas) antara rumusan permasalahan
dengan hipotesis (sebagai “jawaban” sementara terhadap permasalahan penelitian).
Rincian dalam permasalahan perlu berkaitan lengasung dengan rincian dalam

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 73


hipotesis, dalam arti, suatu rincian dalam hipotesis menjawab suatu rincian dalam
permasalahan. Demikian pula, perlu diperlihatkan keterkaitan tiap rincian dalam
temuan (sebagai jawaban nyata terhadap permasalahan) dengan tiap rincian dalam
rumusan permasalahan.
Baik permasalahan, hipotesis dan temuan—sebagai upaya pengembangan atau
pengujian teori—berkaitan secara substantif dengan tinjauan pustaka (sebagai kajian
terhadap isi khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian). Kaitan substantif diartikan sebagai hubungan “isi”, tidak perlu dalam
bentuk keterkaitan antar rincian.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 74


BAB VII
PENGUMPULAN DATA

7.1.Pengertian Pengumpulan Data


Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena
hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung
sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan.
Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan teknik sampling
yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan prosedur yang akan kita gunakan
dalam mencari data di lapangan. Pada bagian ini, kita akan membahas jenis data apa
saja yang dapat kita pergunakan untuk penelitian kita. Yang pertama ialah data
sekunder dan yang kedua ialah data primer. Data sekunder merupakan data yang sudah
tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan; sedang data primer adalah
data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Jika data sekunder
dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, misalnya di
perpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat
statistik, dan kantor-kantor pemerintah; maka data primer harus secara langsung kita
ambil dari sumber aslinya, melalui nara sumber yang tepat dan yang kita jadikan
responden dalam penelitian kita.

7.2. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Mencari Data Sekunder


Meski data sekunder secara fisik sudah tersedia dalam mencari data tersebut kita
tidak boleh lakukan secara sembarangan. Untuk mendapatkan data yang tepat dan
sesuai dengan tujuan penelitian, kita memerlukan beberapa pertimbangan, diantaranya
sebagai berikut:
a. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah kita tentukan
sebelumnya.
b. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah tetapi pada
kualitas dan kesesuaian; oleh karena itu peneliti harus selektif dan hati-hati
dalam memilih dan menggunakannya.
c. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer; oleh
karena itu kadang-kadang kita tidak dapat hanya menggunakan data sekunder

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 75


sebagai satu-satunya sumber informasi untuk menyelesaikan masalah
penelitian kita.

7.3. Kegunaan Data Sekunder


Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman Masalah: Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana
pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh
apabila kita akan melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan
menyediakan company profile atau data administratif lainnya yang dapat kita
gunakan sebagai pemicu untuk memahami persoalan yang muncul dalam
perusahaan tersebut dan yang akan kita gunakan sebagai masalah penelitian.
b. Penjelasan Masalah: Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas
masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan
pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-komponen
situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah
bagi peneliti untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalaman-pengalaman
yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti.
c. Formulasi Alternatif-Alternatif Penyelesaian Masalah yang Layak Sebelum
kita mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan beberapa alternative
lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan beberapa alternative
lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan diteliti. Dengan
semakin banyaknya informasi yang kita dapatkan, maka peneyelesaian
masalah akan menjadi jauh lebih mudah.
d. Solusi Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam membantu
mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder juga kadang
dapat memunculkan solusi permasalahan yang ada. Tidak jarang persoalan
yang akan kita teliti akan mendapatkan jawabannya hanya didasarkan pada
data sekunder saja.

7.4. Strategi Pencarian Data Sekunder


Bagaimana kita mencari data sekunder? Dalam mencari data sekunder kita
memerlukan strategi yang sistematis agar data yang kita peroleh sesuai dengan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 76


masalah yang akan diteliti. Beberapa tahapan strategi pencarian data sekunder adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Kebutuhan Sebelum proses pencarian data sekunder
dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu.
identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut: 1) Apakah kita memerlukan data sekunder dalam
menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data sekunder seperti apa yang
kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu
mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya.
b. Memilih Metode Pencarian Kita perlu memilih metode pencarian data
sekunder apakah itu akan dilakukan secara manual atau dilakukan secara
online. Jika dilakukan secara manual, maka kita harus menentukan strategi
pencarian dengan cara menspesifikasi lokasi data yang potensial, yaitu: lokasi
internal dan / atau lokasi eksternal. Jika pencarian dilakukan secara online,
maka kita perlu menentukan tipe strategi pencarian; kemudian kita memilih
layanan-layanan penyedia informasi ataupun database yang cocok dengan
masalah yang akan kita teliti.
c. Menyaring dan Mengumpulkan Data Setelah metode pencarian data sekunder
kita tentukan, langkah berikutnya ialah melakukan penyaringan dan
pengumpulan data. Penyaringan dilakukan agar kita hanya mendapatkan data
sekunder yang sesuai saja, sedang yang tidak sesuai dapat kita abaikan. Setelah
proses penyaringan selesai, maka pengumpulan data dapat dilaksanakan.
d. Evaluasi Data: Data yang telah terkumpul perlu kita evaluasi terlebih dahulu,
khususnya berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data. Jika peneliti merasa
bahwa kualitas data sudah dirasakan baik dan jumlah data sudah cukup, maka
data tersebut dapat kita gunakan untuk menjawab masalah yang akan kita teliti.
e. Menggunakan Data: Tahap terakhir strategi pencarian data ialah menggunakan
data tersebut untuk menjawab masalah yang kita teliti. Jika data dapat
digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan, maka tindakan
selanjutnya ialah menyelesaikan penelitian tersebut. Jika data tidak dapat
digunakan untuk menjawab masalah, maka pencarian data sekunder harus
dilakukan lagi dengan strategi yang sama.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 77


7.5. Memilih Metode Pengambilan Data
Pengambilan data sekunder tidak boleh dilakukan secara sembarangan, oleh karena
itu kita memerlukan metode tertentu. Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan
secara a) manual, b) online dan c) kombinasi manual dan online. Adapun penjelasan
sebagai berikut:
a. Pencarian Secara Manual: Sampai saat ini masih banyak organisasi,
perusahaan, kantor yang tidak mempunyai data base lengkap yang dapat
diakses secara online. Oleh karena itu, kita masih perlu melakukan pencarian
secara manual. Pencarian secara manual bisa menjadi sulit jika kita tidak tahu
metodenya, karena banyaknya data sekunder yang tersedia dalam suatu
organisasi, atau sebaliknya karena sedikitnya data yang ada. Cara yang paling
efisien ialah dengan melihat buku indeks, daftar pustaka, referensi, dan
literature yang sesuai dengan persoalan yang akan diteliti. Data sekunder dari
sudut pandang peneliti dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data internal
data yang sudah tersedia di lapangan; dan data eksternal data yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber lain. Lokasi Internal: Lokasi internal dapat
dibagi dua sebagai sumber informasi yang berasal dari database khusus dan
database umum. Data base khusus biasanya berisi informasi penting
perusahaan yang biasanya dirahasiakan dan tidak disediakan untuk umum,
misalnya, data akutansi, keuangan, sdm, data penjualan dan informasi penting
lainnya yang hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu di perusahaan
tersebut. Data jenis ini akan banyak membantu dalam mendeteksi dan
memberikan pemecahan terhadap masalah yang akan kita teliti di perusahaan
tersebut. Sebaliknya, database umum berisi data yang tidak bersifat rahasia
bagi perusahaan dan boleh diketahui oleh umum. Data jenis ini biasanya dapat
diketemukan di perpustakaan kantor / perusaahaan atau disimpan dalam
komputer yang dapat diakses secara umum. Data ini diperoleh dari luar
perusahaan biasanya berbentuk dokumen-dokumen peraturan pemerintah
mengenai perdagangan, berita, jurnal perusahaan, profil perusahaan dan data-
data umum lainnya. Lokasi Eksternal: Data eksternal dapat dicari dengan
mudah karena biasanya data ini tersimpan di perpustakaan umum,
perpustakaan kantor-kantor pemerintah atau swasta dan universitas, biro pusat
statistik dan asosiasi perdagangan, dan biasanya sudah dalam bentuk standar

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 78


yang mudah dibaca, seperti petunjuk penelitian, daftar pustaka, ensiklopedi,
kamus, buku indeks, buku data statistik dan buku-buku sejenis lainnya.
b. Pencarian Secara Online: Dengan berkembangnya teknologi Internet maka
munculah banyak data base yang menjual berbagai informasi bisnis maupun
non-bisnis. Data base ini dikelola oleh sejumlah perusahaan jasa yang
menyediakan informasi dan data untuk kepentingan bisinis maupun non bisnis.
Tujuannya ialah untuk memudahkan perusahaan, peneliti dan pengguna
lainnya dalam mencari data. Pencarian secara online memberikan banyak
keuntungan bagi peneliti, diantaranya ialah:
a) hemat waktu: karena kita dapat melakukan hanya dengan duduk
didepan komputer,
b) ketuntasan: melalui media Internet dan portal tertentu kita dapat
mengakses secara tuntas informasi yang tersedia kapan saja tanpa
dibatasi waktu,
c) Kesesuaian: peneliti dapat mencari sumber-sumber data dan informasi
yang sesuai dengan mudah dan cepat, d)hemat biaya: dengan
menghemat waktu dan cepat dalam memperoleh informasi yang sesuai
berarti kita banyak menghemat biaya.

7.6. Kriteria Dalam Mengevaluasi Data Sekunder


Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai berikut:
- Waktu Keberlakuan: Apakah data mempunyai keberlakuan waktu? Apakah
data dapat kita peroleh pada saat diutuhkan. Jika saat dibutuhkan data tidak
tersedia atau sudah kedaluwarsa, maka sebaiknya jangan digunakan lagi untuk
penelitian kita.
- Kesesuaian: Apakah data sesuai dengan kebutuhan kita? Kesesuaian
berhubungan dengan kemampuan data untuk digunakan menjawab masalah
yang sedang diteliti.
- Ketepatan: Apakah kita dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan yang
dapat mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah sumber data dapat
dipercaya? Bagaimana data tersebut dikumpulkan atau metode apa yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 79


- Biaya: Berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut? Jika
biaya jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya kita tidak perlu menggunaknnya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 80


BAB VIII
PENYUSUNAN TINJAUAN PUSTAKA (STUDI LITERATUR)

8.1. Tujuan Penyusunan Tinjauan Pustaka


Tujuan utama melakukan studi literatur ialah 1) menemukan variabel-variabel yang
akan diteliti. 2) membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-hal
yang perlu dilakukan, 3) melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru, 4)
menentukan makna dan hubungan antar variabel.
Tujuan pertama melakukan studi literatur ialah menemukan variable-variabel yang
akan diteliti. Pada praktiknya, peneliti sering mengalami kesulitan untuk merumuskan
masalah yang layak untuk diteliti. Masalah yang diteliti pada hakekatnya merupakan
variable-variabel yang akan diteliti. Disamping membantu mengidentifikasi masalah
yang akan diteliti, studi literature juga dapat membantu peneliti dalam mendefinisikan
variabel baik secara konseptual
ataupun secara operasional dan yang lebih penting ialah membantu dalam
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel yang secara konseptual atupun
operasional penting untuk diteliti.
Tujuan kedua ialah membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-
hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi penelitian atau karya di masa lalu
yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Perlu diketahui juga bahwa penelitian
masa lalu dapat menjadi bahan atau setidaktidaknya memberikan gagasan atau
inspirasi terhadap penelitian yang akan dilakukan saat ini, khususnya penemuan-
penemuan sebelumnya dapat
memberikan arahan kepada kita dalam melakukan penelitian saat ini. Kita sering
mendapatkan banyak hasil penelitian di masa lalu menyarankan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut / mendalam mengenai topik yang sudah diteliti.
Tujuan yang ketiga ialah melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru,
maksudnya jika seorang peneliti dengan cermat dapat melakukan sintesa hasil hasil
penelitian sejenis di masa lalu, maka ada kemungkinan peneliti tersebut menemukan
sesuatu yang penting mengenai gejala yang sedang dipertanyakan dan cara-cara
bagaimana mengaplikasikan kedalam konteks penelitian saat ini. Pada umunya para

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 81


peneliti lebih memilih hal-hal yang bersifat spesifik daripada hal-hal yang bersifat
umum.
Tujuan keempat ialah menentukan makna dan hubungan antar variable karena semua
variabel yang diteliti harus diberi nama, didefinisikan dan disatukan dengan masalah
yang sudah dirumuskan beserta Hipotesisnya. Jika seseorang melakukan proses
mendefenisikan variable dengan tanpa melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu
maka kemungkinan yang akan diperoleh ialah kesalahan dalam pendefenisian
variabel. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti yang bersangkutan akan
mendapatkan tuntunan secara teori cara-cara mendefenisikan suatu variable dan juga
kemungkinan-kemungkinan adanya variable yang secara konseptual sudah
didefinisikan oleh peneliti sebelumnya. Khususnya dalam ilmu-ilmu social dan
psikologi, pada umumnya gejala atau variable sudah didefinisikan secara konseptual
dan operasional dalam buku-buku teori yang ada.

8.2. Sumber-Sumber Kepustakaan/Referensi

Dalam kehidupan akademis, seorang pelajar ataupun mahasiswa akan


melakukan pengkajian terhadap berbagai macam bacaan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pemikiran-pemikiran yang ada ataupun untuk mengetahui pendapat-
pendapat terkini mengenai sebuah topik pembahasan. Informasi yang didapatkan dari
hasil membaca tersebut dapat digunakan oleh sang penulis untuk mendukung
argumentasi dalam tulisan ilmiahnya. Dengan mereferensikan sumber informasi,
seorang pelajar atau mahasiswa telah:
 Menunjukan luasnya cakupan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang telah
dikumpulkan dan dikajinya.
 Menunjukan dari mana saja informasi-informasi tersebut didapatkan.
 Menyatakan penghormatan kepada pemilik ide atau karya.
Dengan menggunakan referensi dengan baik, seorang akademis telah membuktikan
luas dan kualitas penelitian yang dilakukan, serta menghindari tindakan plagiat.
Plagiat adalah menampilkan pemikiran ataupun karya orang lain yang seakan akan
berasal dari hasil kerja penulis itu sendiri. Jadi, apabila dalam sebuah tulisan ilmiah
terdapat kalimat-kalimat yang berasal dari pemikiran orang lain tetapi tidak disertai
dengan pencantuman referensi, maka secara tidak langsung sang penulis mengatakan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 82


bahwa pemikiran tersebut berasal dari dirinya. Secara akademis, hal ini akan dianggap
sebagai bentuk kecurangan dan merupakan pelanggaran yang berat. Pihak sekolah
atau universitas secara otomatis menolak tulisan ilmiah seorang pelajar atau
mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan plagiat. Sayangnya, plagiat biasanya
dilakukan secara tidak sengaja. Oleh karena itu, dengan membiasakan diri untuk selalu
menggunakan referensi akademis dengan baik, seorang penulis dapat menghindari
segala bentuk tindakan plagiat.

Seorang penulis akademis harus menyertakan referensi ketika orang tersebut


menggunakan informasi diantaranya dari:
o Buku atau bagian dari buku.
o Jurnal atau artikel surat kabar.
o Dokumen konferensi dan publikasi formal lainnya.
o Video, televisi, ataupun radio.
o Komunikasi personal, seperti wawancara, surat elektronik (email), ataupun surat
menyurat.
o Sumber-sumber elektronik seperti dokumen Internet, database online, bahkan
perangkat lunak (software).
Ada tiga kaidah dalam mereferensi:
1. Referensi harus selalu digunakan apabila menggunakan ide atau informasi
seseorang.
2. Referensi harus selalu digunakan dalam:
a. Parafrase (mengemukakan ide orang lain dengan kata-kata kita sendiri).
b. Rangkuman (mengemukakan ide orang lain dalam bentuk
rangkuman/gambaran umum dengan menggunakan kata-kata kita sendiri).
c. Kutipan langsung (mengemukakan ide orang lain dengan kata-kata mereka
sendiri).
d. Copy (menggunakan diagram, tabel, angka-angka, ataupun gambar yang
berasal dari karya orang lain).
3. Referensi harus ditampilkan di dua tempat:
- a. Ditampilkan di dalam teks sebagai referensi versi pendek (in-text
reference)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 83


- b. Ditampilkan di dalam daftar referensi pada akhir tulisan. Daftar referensi
ini mencantumkan secara detail referensi-referensi yang digunakan dalam
tulisan.
Beberapa sumber kepustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti diantaranya ialah
1) abstrak hasil penelitian, 2) indeks, 3) review, 4) jurnal 5) buku referensi. Abstrak
hasil penelitian merupakan sumber referensi yang berharga karena dalam abstrak
biasanya peneliti menuliskan intisari dari penelitian yang meliputi: metode yang
digunakan, perumusan masalah, hasil penelitian dan kesimpulan. Dengan membaca
abstrak hasil penelitian kita akan mendapatkan gambaran secara keseluruhan tentang
penelitian yang sudah dilakukan. Keuntungan utama membaca abstrak ialah kita dapat
mempelajari metode yang digunakan oleh peneliti tersebut, sehingga memberikan
inspirasi kepada kita untuk menggunakan metode sejenis dalam konteks dan latar yang
berbeda.
Indeks menyediakan judul-judul buku yang disusun berdasarkan deskripsi utama
masing-masing buku tetapi tidak menyediakan abstraknya, misalnya Indeks Internet
akan ditampilkan sebagai berikut: bagian heading (kepala berita) Internet, proxy
server. Heading memberikan informasi pada kita buku mengenai Internet, hal utama
yang dibahas ialah mengenai proxy server.
Review berisi tulisan-tulisan yang mensintesis karya-karya atau buku yang pernah
ditulis dalam suatu periode waktu tertentu. Tulisan disusun berdasarkan topik dan isi.
Dalam review biasanya penulisnya memberikan perbandingan dan bahkan juga kritik
terhadap buku atau karya yang direview oleh yang bersangkutan. Kadang penulis
review juga memberikan kesimpulan alternatif kepada pihak pembaca yang tujuannya
ialah agar pembaca dapat memperoleh pandangan yang berbeda dari buku yang
dibacanya.
Jurnal berisi tulisan-tulisan dalam satu bidang disiplin ilmu yang sama, misalnya ilmu
manajemen dalam ilmu ekonomi atau teknik informatika dalam ilmu komputer.
Kegunaan utama jurnal ialah dapat digunakan sebagai sumber data sekunder karena
pada umumnya tulisan-tulisan di jurnal merupakan hasil penelitian. Kita dapat juga
menggunakan tulisan di jurnal sebagai bahan kutipan untuk referensi dalam penelitian
kita sebagaimana buku-buku referensi.
Buku referensi berisi tulisan yang umum dalam disiplin ilmu tertentu. Ada baiknya
kita memilih buku yang bersifat referensi bukn buku yang bersifat sebagai penuntun

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 84


dalam menggunakan atau membuat sesuatu. Buku eferensi yang baik akan berisi
tulisan yang mendalam mengenai topik tertentu dan disertai dengan teori-teori
penunjangnya sehingga kita akan dapat mengetahui perkembangan teori dalam ilmu
yang dibahas dalam buku tersebut.

8.3. Cara Pencarian


Cara pencarian kepustakaan dapat dilakukan secara manual atau secara online. Jika
dilakukan secara manual maka peneliti harus mengunjungi perpustakaan, tempat-
tempat sumber informasi, seperti Biro Pusat Statistik. Jika dilakukan secara online,
maka peneliti harus mempunyai komputer yang disambungkan dengan Internet. Cara
melakukan pencarian secara online sebagai berikut: Carilah web site yang berfungsi
sebagai “search engine”, misalnya www.google.com Masukkan kata kunci kedalam
kolom pencarian, misalnya “bahasa pemrograman PHP” Klik kata “search” atau “go”,
maka anda akan memperoleh alamat-alamat yang berisi masalah yang kita cari terebut.
a) Tip dalam melakukan pencarian di Internet:
b) Tentukan tujuan pencarian,
c) Definisikan secara jelas dan detil tipe informasi yang seperti apa yang
dibutuhkan
d) Identifikasikan kata kunci (key word), frasa, atau kategori subyek
e) Pelajari mekanisme pencarian dalam web site tersebut, misalnya penggunaan
f) Logika Boolean yang menggunakan operator pencarian utama: AND, OR, OT.
g) Menggunakan kata AND berarti kita menyempitkan hasil pencarian dalam
Mesin tersebut.
h) Menggunakan OR berarti kita memperluas hasil pencarian.
i) Menggunakan NOT akan membuat operator menghilangkan munculnya
dokumen-dokumen yang tidak diikutsertakan.
j) Selain Logika Boolean, banyak web site menggunakan metode “Relevancy
Ranking” atau menggunakan istilah yang dikenal dengan WAIS (Wide Area
Information Information Server). Metode ini menggunakan 3 (tiga) ekspresi
sbb: ALL (yang mirip dengan penggunaan AND pada logika Boolean), ANY
(yang mirip dengan penggunaan OR pada logika Boolean), dan PHRASE yang
mencarikan dokumen yang mirip atau berdekatan dengan yang dicarinya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 85


Dikarenakan tidak adanya sensor dalam Internet, maka kita perlu mengevaluasi
kualitas tulisan / buku / acuan yang ada di Internet. Berikut ini dibahas cara-cara
mengukur kualitas tulisan di Internet:
Reliabilitas: referensi yang dicari sebaiknya dipertimbangkan reliabilitasnya,
khususnya dari sisi pengarangnya. Jika pengarangnya memang ahli di bidangnya,
maka tulisan tersebut dapat dipercaya kualitasnya. Pada bagian kover belakang buku,
biasanya ditulis riwayat singkat penulisnya, misalnya pengalaman menulis buku,
studinya, dan jenjang kariernya. Dari informasi ini kita dapat menilai seberapa besar
reliabilitas buku yang ditulis saat ini dalam hubungannya dengan bidang ilmunya dan
pengalaman dalam menulis buku. CARS (Credibility Accuracy Reasonableness and
Support) checklist: Cars checklist (Robert Harris, 1997) dapat digunakan untuk
menguji kualitas informasi yang berasal dari Internet.
• Pertama, kredibiltas menyangkut sumber informasinya yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan yang memungkinkan kita dapat mempercayainya; kejelasan
latar belakang pengarang yang menyangkut pendidikan, alamat, pengalaman,
kedudukan, dan penilaian sesama penulis; adanya kontrol kualitas dari sesama penulis;
refeferensi yang jelas diambil dari jurnal atau hasil penelitian lainnya.
• Kedua, akurasi meliputi tidak ketinggalan jaman (up to date), bersifat factual, detil,
pasti, komprehensive, berorientasi pada pembaca dan tujuan, menjadikan sumber saat
ini bukan informasi yang sudah kedaluwarsa, dan dapat memberikan gambaran
kebenaran secara utuh.
• Ketiga, dapat diterima dengan akal sehat yang meliputi adil dan tidak memihak,
memberikan keseimbangan, bersifat obyektif, tidak memunculkan konflik
kepentingan, tidak bersifat menghasut; mempunyai tujuan untuk dijadikan sebagai
sumber yang dapat dipercaya karena memunculkan kebenaran yang utuh.
• Keempat, adanya dukungan seperti sumber-sumber acuan, informasi kontak,
memungkinkan adanya layanan tuntutan, tujuannya ialah memberikan bukti yang
meyakinkan kepada para pembaca jika pembaca melakukan tuntutan.

8.4. Alamat Mesin Pencari


Berikut ini beberapa alamat web site yang mempunyai mesin pencari sangat
baik:
a. http://www.google.com

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 86


b. http://www.yahoo.com
c. http://www.pusatriset.com/netseeker.html
d. http://www.msn.com

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 87


BAB IX
PENULISAN TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka-pustaka yang


terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan
pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian,
dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan—tidak selalu harus tepat identik
dengan bidang permasalahan yang dihadapi—tetapi termasuk pula yang seiring dan
berkaitan (collateral). Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan merupakan
hal yang mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy (1997) bahwa
semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami tentang
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan
topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung jawabkan caranya meneliti
permasalahan yang dihadapi. Walaupun demikian, sebagian penulis (usulan penelitian
atau karya tulis) menganggap tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting
sehingga ditulis “asal ada” saja atau hanya untuk sekedar membuktikan bahwa
penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian
keaslian penelitian tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa kegunaan
tinjauan pustaka. Kelemahan lain yang sering pula dijumpai adalah dalam
penyusunan, penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan pustaka. Banyak penulisan
tinjauan pustaka yang mirip resensi buku (dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan
yang bersistem) atau mirip daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan
di pustaka mana ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis). Berdasar kelemahan-
kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini berusaha untuk memberikan
kesegaran pengetahuan tentang cara-cara penulisan tinjauan pustaka yang lazim
dilakukan. Cakupan tulisan ini meliputi empat hal, yaitu: (a) kegunaan, (b) organisasi
tinjauan pustaka, (c) kaitan tinjauan pustaka dengan daftar pustaka, dan (d) cara
pencarian bahan-bahan pustaka, terutama dengan memanfaatkan teknologi informasi.

9.1.Kegunaan Tinjauan Pustaka


Leedy (1997, hal. 71) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka mempunyai
kegunaan untuk: (1) mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 88


penelitian yang (akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian-
penelitian tersebut menjawab permasalahan dan merancang metode penelitiannya; (2)
membantu memberi gambaran tentang metoda dan teknik yang dipakai dalam
penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian yang kita
hadapi; (3) mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul-judul pustaka yang
berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya; (4) mengenal peneliti-
peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang kita hadapi (yang mungkin
dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri karya -karya tulisnya yang lain—
yang mungkin terkait); (5) memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita
lakukan dalam sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat
penelitian ini berada; (6) menungkapkan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang
mungkin belum kita kenal sebelumya; (7) membuktikan keaslian penelitian (bahwa
penelitian yang kita lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya); dan
(8) mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah ada
pihakpihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan mereka telah
mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik tersebut.
Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984, hal. 38-43)
menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu: (1) mengkaji
sejarah permasalahan; (2) membantu pemilihan prosedur penelitian; (3) mendalami
landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan; (4) mengkaji kelebihan dan
kekurangan hasil penelitian terdahulu; (5) menghindari duplikasi penelitian; dan (6)
menunjang perumusan permasalahan. Karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas
lebih jelas, maka pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam
tulisan ini mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling kait
mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini.

Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan


Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan perkembangan
penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap perkembangan
permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 89


keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang
perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu ke waktu: berkurang atau
bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan
bagian “Latar belakang permasalahan” yang biasanya ditulis di bagian depan suatu
usulan penelitian. Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada
pustaka yang ada. Pengkajian kronologis atas penelitian–penelitian yang pernah
dilakukan atas permasalahan akan membantu memberi gambaran tentang apa yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut. Gambaran
bermanfaat terutama tentang pendekatan yang dipakai dan hasil yang didapat.

Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian


Dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak untungnya untuk
mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh peneliti-
peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa. Pengkajian
meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab
permasalahan. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur
tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur
yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.

Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan


Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah berada
pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian pustaka, dalam hal ini,
akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified explanation) tentang
teori atau bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan
teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk
merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris
yang diharapkan.

Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu


Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka yang dikenal
umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan) belum pernah
dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian ini bersumber pada pengkajian

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 90


terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja
berupa kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam
permasalahan itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih
mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau
dilengkapi. Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan
terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat kegunaan 2). Kehati-
hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup
keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam terhadap kelebihan
dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam memahami tingkat kepercayaan
(level of significance) hal-hal yang diacu. Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi
apakah temuan dan kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut
mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan
pustaka ke dalam dua kelompok: 1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature);
dan 2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature).

Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian


Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat jelas
maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara luas. Dengan
demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian
sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber informasi
pustaka dan mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan
pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan
yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga
dapat menyakinkan bahwa tidak terjadi duplikasi).

Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan


Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan permasalahan.
Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif dan bersistem, pada
akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat permasalahan apa
yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan penelitian yang
diusulkan dengan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam
kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang kemantapannya (justified).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 91


9.2. Organisasi Tinjauan Pustaka
Seperti telah dijelaskan di atas, banyak dijumpai kelemahan dalam penulisan tinjauan
pustaka dilihat dari cara menyusun atau mengorganisasi materinya. Organisasinya
yang lemah ditunjukan oleh tidak adanya sistem (keterkaitan) yang jelas ditampilkan
dalam tinjauan pustaka tersebut. Berkaitan dengan persyaratan untuk bersistem
tersebut:
“TINJAUAN PUSTAKA (Buatlah suatu uraian yang baik, luas dan bersistem
mengenai penelitian-penelitian yang sudah pernah diadakan dan yang mempunyai
kaitan dengan penelitian yang diusulkan ini….)”.
Dalam hal organisasi tinjauan pustaka, Castetter dan Heisler (1984, hal. 43-45)
menyarankan tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi: (1).
pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan. Dalam bagian pendahuluan,
biasanya ditunjukan peninjauan dan kriterian penetapan pustaka yang akan ditinjau
(dapat diungkapkan dengan sederetann pertanyaan keinginan–tahu). Pada bagian
pendahuluan ini pula dijelaskan tentang organisasi tinjauan pustaka, yaitu
pengelompokan secara sistematis dengan menggunakan judul dan sub-judul
pembahasan; umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasar
perioda (waktu, kronologis). Contoh “bagian pendahuluan” dari suatu tinjauan pustaka
sebagai berikut:
Contoh 1: Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi lima kelompok pembahasan.
Pembahasan pertama merupakan tinjauan singkat tentang sistem permodelan
transportasi kota, sebagai pengantar atau pengenalan tentang penyebaran beban
lalulintas ke ruas-ruas jalan. Pembahasan kedua berkaitan dengan pengetahuan
penyebaran beban lalulintas ke ruas-ruas jalan (trip assignment) itu sendiri, dan
pembahasan kelompok ketiga menyangkut tinjauan kronologis pengembangan paket-
paket program komputer untuk perhitungan sebaran beban lalulintas. Pembahasan
keempat bersangkut–paut dengan kritik terhadap paket-paket komputer dalam bidang
sistem permodelan transportasi kota yang ada; sedangkan pembahasan kelima
memfokuskan pada interaksi (dialog) antara program komputer dan pemakai.
(Sumber: Djunaedi, 1988)

Contoh 2:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 92


….tinjauan pustaka ini dirancang untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1) Seperti apakah proses perencanaan kota komprehensif itu?
2) Bagian mana saja dari proses tersebut yang terstruktur dan bagian mana saja yang
tidak terstruktur?
3) Sejauh mana bagian-bagian proses tersebut sampai saat ini telah terkomputerkan?
4) Siapa saja atau pihak mana yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
5) Seperti apakah produk akhir dari proses perencanaan tersebut?
(Sumber: Djunaedi, 1986: hal. 9)

Bagian kedua, pembahasan, disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan dalam
bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan keterbatasan bahwa
tidak mungkkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang
sama; ada pustaka yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka
lainnya. Dalam hal ada kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu
pustaka; sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci. Misal :
Komponen Sistem Penunjang Pembuatan Keputusan, seperti dijelaskan oleh Mittra
(1986), meliputi empat modul: pengendali, penyimpan data, pengolah data, dan
pembuat model. Penjelasan serupa diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982),
dan Bonczek et al. (1981). Sebagai peninjauan yang bersistem, disamping menuruti
organisasi yang telah ditetapkan, dalam pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan
keterkaitan satu pustaka dengan pustaka lainnya. Bukan hanya menyebut “Si A
menjelaskan bahwa . . . . . . Si B menerangkan . . . .
. . Si Z memerinci . . . . . . “; tapi perlu dijelaskan keterkaitannya, misal “Si B
menerangkan bahwa . . . . . . sebaliknya si G membantah hal tersebut dan menyatakan
bahwa . . . . . .
Bantahan serupa muncul dari berbagai pihak, misalnya diungkapkan oleh si W, si S
dan si Y. Ketiga penulis terakhir ini bahkan menyatakan bahwa . . . . . .

Tinjauan Pustaka diakhiri dengan kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan


tentang “apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)”. Secara
rinci, kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat jawaban terhadap
pertanyaanpertanyaan berikut ini, tentang:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 93


(a) status saat ini, mengenai pengetahuann yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas terjawab?);
(b) penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang dihadapi (adakah
sesuatu dan apakah yang dapat dimanfaatkan?);
(c) kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai
sebagian saja?);
(d) kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan
yang ada.

Isi tinjauan pustaka di atas dapat diringkas sebagai berikut:


1. Telah tersedia pengetahuan tentang teknik perhitungan sebaran beban lalulinas ke
ruas-ruas jalan.
2. Teknik tersebut telah diwujudkan dalam suatu bagian dari program komputer
berskala besar sampai menengah, yang dijalankan denngan komputer besar
(main–frame).
3. Dibutuhkan penerapan teknik tersebut pada komputer mikro mengingat komputer
mikro telah tersebar luas di Indonesia.
4. Untuk pembuatan program simulator ini perlu dipertimbangkan hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan menyangkut interaksi (dialog) antara program
komputer dan pemakai yang bukan pemrogram, terutama dalam bentuk dialog,
keterlibatan pemakai, dan keterbatasan waktu dalam diri pemakai. (Sumber:
Djunaedi, 1988)

9.3. Kaitan Tinjauan Pustaka dengan Daftar Pustaka


Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat penulisan tinjauan
pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: “Tentang hal A dibahas oleh si H dalam
buku . . .
. . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan tentang hal J diterangkan oleh si P dalam
buku . .

. . . . “. Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh
masing masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 94


Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan
menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidak
disarankan. Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara
yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama
pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan; tetapi
peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan ini.

Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang
dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor halaman). Misal: Dalam hal
organisasi tinjauan pustaka, Castetter dah Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan
tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2)
pembahasan, dan (3) kesimpulan. Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat
dengan cara penulisan daftar pustaka.

Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir penulis;
dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya. Susunan dan format
daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang lengkap tentang
yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka:
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”

Dalam daftar pustaka, tertulis:


Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and Techniques, John Wiley &
Sons, New York, N. Y.

Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan
bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam
tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya
ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut aturan
pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya
hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan
pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu terjadi.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 95


Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan dalam
tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)—dikutip dari petunjuk yang dikeluarkan oleh
Program Pascasarjana UGM (1997: hal. 16-17):

9.4. Penulisan Nama


Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka,
nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang
diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
1. Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan narna akhimya saja, dan
kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan dlikuti
dengan dkk atau et al:
a. Menurut Calvin (1978) ....
b. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
c. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) ...
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumiah 4 orang, yaitu Meisel, S.L.,
McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.

2. Nama penulis dalam daftar pustaka


Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak boleh
hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ....
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.

3. Nama penulis lebih dari satu sutu kata


Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah narna
akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang
semuanya diberi titik, atau nama akhir dilkuti dengan suku kata nama depan, tengah,
dan eterusnya.

Contoh:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 96


a. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan
Takdir.
b. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.

4. Nama dengan garis penghubung


Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di antara
dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.

Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.

5. Nama yang diikuti dengan singkatan


Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu
dengan suku kata yang ada di depannya.

Contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
b. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D.

6 . Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan.
Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three Dimensional Structure
in Preparing Specimens for the Electron Microscope. Trans. N.Y. Acad. Sci.
13: 130- 134.

Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in-Paleabotany. John Wiley & Sons, Inc., New
York. Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical Microtechnique and
Cytochemistry. The lowa State University Press, Ames. Iowa.

Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas
Publishing House PVT Ltd., New Delhi.

Cronquist, A. 1973. Basic Botany. Warper & Row Publisher,New York.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 97


Cutler, D.F., 1978. Applied P/ant Anatomy. Longman, London.

Dawes. C.J. 1971. Bio/ogica/ Techniques in E/ectron Microscopy. Barnes & Nob/e,
/nc., New York.

Dv Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cel/ and Mo/ecu/ar Bio/ogy. Cell and Molecular
Biology Council, Standford, Califomia.

Bohlin, P. 1968. Use of the Scanning Reflection Electron Microscope in the Study of
Plant and Microbial Material. J. Roy. Microscop. Soc. 88: 407 - 418.

Erdtman, G. 1952. Po/len Morpho/ogy and P/ant Taxonomy. Almquist & Wiksell,
Stockholm – The Chronica Botanica Co., Waltham, Mass.

Esau, K. 1965. P/ant Anatomy. JohnWiley & Sons. Inc., New York.

Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. John Wiley 8 Sons. New York.

Faegri, K. and J. Iversen.- 1975. Texbook of Po/len Ana/ysis. Hainer Press, New
York.

9.5. Pencarian Pustaka secara elektronis/on-line


Pada saat ini, banyak informasi ilmiah yang tersedia untuk diakses secara elektronis
atau on-line. Informasi ilmiah tersebut tersedia dari media seperti: CD-ROM (yang
dibaca lewat komputer), pita rekaman suara, pita rekaman video, dan lewat internet.
Leedy (1997: hal. 73) menjelaskan beberapa keuntungan mencari informasi ilmiah
secara on-line, yaitu antara lain: tersedia jutaan informasi dalam bentuk elektronis
yang dipasarkan mendunia, publikasi elektronis biasanya lebih baru karena prosesnya
lebih cepat daripada publikasi cetak, dan pencarian informasi berkecepatan tinggi
(karena menggunakan komputer). Masalah yang saat ini dihadapi adalah beberapa
institusi pendidikan belum mempunyai standar pengacuan bagi informasi ilmiah yang
didapat dari sumber elektronis.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 98


Misal: seperti apa format sumber pustaka elektronis dari CD-ROM dan internet?
Untuk mengisi kekosongan format tersebut, di bawah ini dikutipkan format yang
disarankan oleh Kennedy (1998: hal. 175-176):
Komponen dasar dari sitasi (pengacuan) pustaka adalah sebagai berikut: Nama
pengarang, Inisial. Tahun publikasi (bila ada). Judul karya. Judul tempat atau media
informasi (tanggal informasi dikumpulkan dari media tersebut).

Contoh untuk situs FTP (File Transfer Protocol):


Johnson, P. 1994. Tropical Indonesian Architecture
ftp://indoarch.com/Pub/CCC94/johnson-p (22 Apr. 2000).

Contoh untuk situs WWW (World Wide Web):


Djunaedi, A. 2000. The History of Indonesian Urban Planning. http://www.mpkd -
ugm.ac.id/adj/riset99/ (18 Apr. 2000).

Contoh untuk informasi lewat e -mail:


Djunaedi, A. 22 Maret 2000. The urban pattern of some coastal cities in the northern
Central Java. research-news@ugm.ac.id (19 Apr. 2000).

9.6.Referensi dengan Sistem Harvard


Berikut ini adalah berbagai jenis referensi (daftar pustaka) dengan cara yang berbeda
berdasarkan sistem Harvard (Anna, 1997):
Buku dengan satu penulis
Nama keluarga inisial judul dengan huruf miring atau garis bawah edisi kota penerbit

Jordan, R. 1996, Academic Writing Course, 2nd ed., Harlow, Longman.

Buku Dengan Lebih Dari Satu Penulis

Cantumkan semua penulis dalam daftar referensi

McTaggart, D., Findly, C. & Parkin, M., 1996, Economics, 2nd ed., Sydney, Addison-
Wesley.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 99


Bagian Dari Buku Yang Diedit Oleh Penulis Yang Berbeda Dan Bab Yang
Berbeda

Cantumkan judul artikel dalam tanda petik editor gunakan tanda ‘&’

Daniels, P., 1992, “Australia’s Foreign Debt: Searching for the Benefits” in, P. Maxwell & S.
Hopkins, Macroeconomics: Contemporary Australian readings, 2nd ed., Pymble, Harper.

Judul dengan cetak miring atau garis bawah cantumkan sub-judul

Artikel Jurnal

Abrahamson, A., 1991. ‘Managerial Fads and fashions: The Diffusion and rejection of
Inovations’ Academy of management Review, 16(3), 586-612.

Judul jurnal yang dicetak miring atau garis bawah volume terbitan halaman
Artikel Majalah

Jayasankaran, S. 2000. “Malaysia: Miracle Cure”, Far Eastern Economic Review, May
11, p36.

Cantumkan tanggal

Sumber Dari Internet Dengan Penulis

Nama artikel

Chan, P. 1997. Same or Different?: A Comparison of The Beliefs Australian and Chinese
University Students Hold about Learning’ Proceeding of AARE conference,
Swinburne University.
http://www.swin.edu.au/aare/97pap/CHAN97058.html

URL atau alamat web organisasi atau website

Sumber dari internet tanpa penulis

Statsoft, inc. 1997. Electronic Statistics Textbook, Tulsa OK., StatSoft Online,
http://www.statsoft.com/textbook/stathome.html accessed May 27, 2000.

Gunakan organisasi tempat penulis cantumkan tanggal akses

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 100


9.7.Daftar Pustaka
Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka
adalah:
- Di akhir esai atau tugas Anda yang lain, cantumkan daftar semua
mencantumkan referensi yang telah Anda kutip. Dalam praktek, biasanya
hanya mencantumkan referensi yang benar-benar Anda kutip, bukan semua
sumber yang Anda yang Anda baca. Jika ternyata sumber yang anda baca
dirasa penting, anda seharusnya mengutip dalam badan essai.
- Daftar pustaka anda harus disusun sesuai dengan urutan abjad berdasarkan
nama keluarga. Tidak perlu memkai nomor. Tidak perlu memisahkan sumber
menurut jenisnya, misalnya artikel jurnal, buku, dan sebagainya.
- Nama penulis harus diketik rapat kiri, baris berikutnya harus diketik menjorok
ke dalam.
- Judul jurnal harus diketik dalam huruf besar untuk huruf pertama setiap kata,
judul lainnya hanya perlu huruf besar untuk huruf pertama pada kata pertama
pada kata pertama atau untuk nama.
- Jika anda memiliki dua penulis dengan nama keluarga yang sama, gunakan
inisial mereka, baik pada badan essai dan pada daftar pustaka, contoh Costello,
P. Dan Costello, T.
- Jangan mereferensi materi kuliah yang disampaikan secara lisan atau
komunikasi personal.
- Daftar pustaka harus ditempatkan di akhir tugas, pada halaman yang terpisah,
sebelum lampiran, dengan judul Daftar Pustaka.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 101


Contoh daftar pustaka:
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, A. 1992. Analysis Of Regional Growth And Disparity: The Impact Analyisis
of The Inpres Project on Indonesian Development. Unpublished PhD
dissertation, University of Pensylvania, US.

Bachruddin, Z., Kuncoro, M., Widyobroto, B.P., Murti, T.W., Zuprizal, & Ismoyo.
1996. Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan
Usaha Kecil. Yogyakarta: LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi &
PPK.

BPS. 1999. Statistical Yearbook of Indonesia 19989. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

Darmapatni, I. A. I., & Firman T. 1995. Problems and Challenges of Mega Urban
Regions in Indoensia: The Case of Jabotabek and the Bandung metropolitan
Southeast Asia. Vancouver: UBC Press.

Dick, H. 1993. The Economic Role of Surabaya. In H. Dick, J.J. Fox, & J. Mackie
(Eds.), Balanced Development: East Java in The New Order (pp. 326-343).
Singapore: Oxford University Press.

Gelder, L. V. (1994). Industrial Agglomeration and Factor Market Segmentation with


Empirical Applications to Indonesia. Unpublished PhD Dissertation, Cornell
University, US.

Henderson, J. V., Kuncoro, A., & Nasution, D. (1996). The Dynamic of Jabotabek
Development. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 32(1), 71-95.

Hill, H. (1996). The Indonesian Economy Since 1966: Southeast Asia’s Emerging
Giants. Cambridge: Cambridge University Press.

Kompas. (2000). Kebijakan Nasional sektor Industri: Aglomerasi dengan Kemitraan


(The National Policy of Industrial Sector: Agglomeration with Partnership).
Kompas Available: http//www.kompas.com.kompas-
cetak/008/19/EKONOMI/aglo14.html [2000, 19 August].

Krugman, P. (1998). Space.: The Final Frontier. Journal of Economic Perspective ,


12(2), 161-74.

Ray, D. (1997). Innovation and Growth in The Indonesian Economy. Unpublished


PhD Thesis, Victoria University of Technology, Melbourne.

UN. (1998). World Urbanization Prosepects The 1996 Revision: Estimates and
projections of Urban and Rural Populations and of Urban Agglomerations. New
York: Departement of Economics and Social Affairs, Population Division,
United Nations.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 102


WB. (1996). Indonesia Dimension of Growth. Washington DC: Country Departement
III-East Asia and Pacific Region-World bank.

9.8.Kutipan
Kutipan adalah pengarang yang diacu dalam badan tulisan. Kutipan mencantumkan
nama keluarga penulis dan tahun peneribitan di dalam kurung. Nomor halaman juga
dicantumkan jika anda memakai uraian dengan kata-kata sendiri yang mirip dengan
pendapat orang lain atau catatan. Beberapa pedoman dasar yang perlu diperhatikan:
- Kutipan harus diletakkan di akhir kalimat, di dalam tanda baca. Contoh,
aspek sistem perpajakan tersebut paling signifikan (Larsen, 1971). Atau
dengan cara lain, nama keluarga penulis dapat digabungkan ke dalam teks.
Contoh, Larsen (1971) menyatakan bahwa aspek sistem perpajakan tersebut
sangat signifikan.
- Kutipan dapat ditulis dengan cara (Cooper, 1999) atau (Cooper, 1999:23) atau
Cooper (1999) atau Cooper (1999:23) tergantung bagaimana cara mengutip
dan apakah mencantumkan halaman referensi atau tidak.
- Kutipan harus digunakan setiap kali anda mengutip pemikiran dan informasi
berdasarkan karya penulis yang dipublikasikan. Jika anda menggunakan
catatan atau kata-kata sendiri yang sangat mirip dengan pernyataan sumber,
anda harus mencantumkan halaman referensi Halaman referensi dan tahun
publikasi dipisahkan dengan titik dua. Contoh: (Cooper, 1999:23)
- Jik aterdapat dua atau lebih penulis, gunakan penghubung (&) di dalam
kurung. Contoh, (Dunphy & Stace, 1990) atau Dunphy & Stace (1990).
- Jika terdapat tiga penulis atau lebih, penulisan pertama kali sebutkan semua
penulis, kemudian untuk penulisan berikutnya cukup tuliskan nama penulis
pertama diikuti dengan et. al. Contoh Mc taggart et al.
- Jika sebuah publikasi tidak memiliki pengarang, gunakan nama organisasi
sebagai pengarang.
- Dua atau lebih pernyataan yang telah dikutip oleh penulis lain, anda perlu
menyatakan (carini, dikutip dalam Patton, 1990).
- Dua atau lebih kutipan harus dituliskan sesuai urutan abjad dan dipisahkan
dengan tanda titik koma. Contoh, (Abrahamson, 1991; Daniels, 1992).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 103


9.9.Menggunakan catatan
- Jika anda mengutip, kutiplah dengan kalimat yang sama persis.
- Jika anda menghilangkan sebagian dari teks, tuliskan dengan menggunakan
titik-titik di akhir kalimat. Contoh, tiga titik (...)
- Jika anda memasukkan kata-kata anda sendiri, untuk menjadikan kalimat
menjadi lebih kelas, tuliskan dengan menempatkan tambahan kata tersebut ke
dalam kurung [ ].
- Usahakan untuk tidak terlalu sering mengutip.
- Hindari kutipan yang terlalu panjang.
- Kutiplah hanya jika kutipan dengan kata-kata yang sama sangat penting untuk
dicantumkan.
- Gunakan tanda kutip untuk kutipan pendek. Contoh, tarif merupakan “pajak
untuk barang impor” (Arnott, 1986).
- Cantumkan kutipan setelah catatan.
- Jika kutipan lebih dari 40 kata, tuliskan kutipan menjorok ke dalam dengan
spasi tunggal dan tidak memakai tanda kutip. Contoh: komite Pemeriksa
Campbell dan Martin menyatakan bahwa
Kontrol nilai tukar memiliki pengaruh terhadap kestabilan ekonomi. Terbukti
pada tahun 1983 setelah devaluasi pada bulan Maret, masuknya modal secara
besar-besaran telah meningkatkan kekhawatiran terhadap tekanan inflasi.

9.10. Menggabungkan kutipan ke dalam tulisan


Berikut ini adalah contoh bagaimana menggabungkan kutipan ke dalam tulisan,
skripsi, tesis, atau penelitian:
Penemuan Russell (1999) dengan jelas menunjukkan bahwa...
McKenzie (1998) menantang pandangan bahwa...
Lee (2000) berpendapat bahwa...
Briggs (1990) menyatakan bahwa...
Seperti yang dilaporkan Walston (1997)...
Seperti pendapat Black (1999)...
Menurut Smith (1996)...
Huynh (1992) menggarisbawahi bahwa...
Patel (1989) menunjuk pada...

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 104


Studi yang dilakukan oleh Chen (1993) mengidentifikasi...
Watts (1999) berkomentar/berpendapat/mengklaim/menyatakan/bertahan dengan
pendapatnya bahwa...
Hansen (1988) telah menyelidiki...
Nguyen (1995) mendiskusikan...
Adalah mendesak bahwa ...(Gartner, 1989: 259)
Telah diperdebatkan bahwa... (Williams, 1997).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 105


Latihan:
1. Mengapa referensi menjadi penting dalam setiap studi ?
2. Bagaimana cara melakukan editing dan revisi laporan penelitian ?
3. Dengan mencantumkan kutipan tidak menunjukkan kelemahan, bahkan
sebaliknya menunjukkan kelebihan sebuah studi. Mengapa demikian ?
4. Format dan organisasi laporan penelitian harus disesuaikan dengan siapa pembaca
laporan tersebut. Bagaiman format laporan penelitian untuk kalangan akademis ?
Apa perbedaan format laporan penelitian untuk kalangan akademis dan birokrat ?
5. Menurut metode Harvard, apakah penulisan daftar pustaka di bawah ini sudah
benar ? Apabila salah, bagaimanakah yang benar ?
- Abraham, Z., Managerial Fads and Fashions, Academy of Management
Review, 1991, Vol. 16, No.3 pp.586-600.
- Porter, M.E. and Solvell, O. (1998). The Role of Geography in the Process of
Innovation and the Sustanaible Competitive Adventage of Firms, in: J. Alfred
D. Chandler, P. Hagstrom and O. Solvell (Eds) The Dynamic Firm: The Role
of Technology, Strategy, Organization, and Regions (Oxford, Oxford
University Press), Vol. 10, pp. 339-378.
- Fujita, M. & Thisse, J. (1996) The Economics of Agglomeration, Journal of
Japanese and International Economics, Vol. 10, pp. 339-378.
- Fujita, Masahisa, Krugman, Paul & Venables, Anthony (1999) The Spatial
Economy: Cities, Regions, and International Trade (Cambridge and London,
The MIT Press)
- Statsoft, Inc. (1997), “Electronic Statistics Textbook”, Tulsa OK., Statsoft
Online, accessed May 27, 2000,
http://www.statsoft.com/textbook/stahome.html.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 106


BAB X
TEKNIK WAWANCARA YANG BAIK

Wawancara, menurut Lexy J. Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara


adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan
responden berhadapan langsung (face to face) untu mendapatkan informasi secara
lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan
penelitian. Jenis wawancara yaitu: wawancara berstruktur, Wawancara tidak
berstruktur, Wawancara secara terang-terangan, Wawancara dengan menempatkan
informan sebagai jawatan. Cara mengajukan pertanyaan yang baik. Cara-cara ini
dilakukan untuk menghindari kesalahan sebagaimana dideskripsikan di atas. Untuk
mendapatkan hasil wawancara yang optimal, sikap pewawancara juga sangat
menentukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan akibat sikap pewawancara
sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial. Dalam hidupnya ia selalu
memerlukan orang lain. Karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan bagi
kehidupannya. Di manapun manusia berada, betapa pun sederhananya tata kehidupan
suatu masyarakat, komunikasi tetap diperlukan. Karena begitu lekatnya komunikasi
dengan kehidupan manusia, maka komunikasi telah dianggap sebagai kegiatan
manusia yang sedemikian otomatis hingga terlupakan bahwa keterampilan untuk
berkomunikasi juga merupakan hasil belajar manusia yang menurut dugaan
diketemukan 500.000 tahun yang lalu. Dengan berkomunikasi orang bisa
menyampaikan ide atau pengalamannya kepada orang lain, hingga ide dan
pengalaman ini menjadi milik orang lain pula, dengan tidak perlu mengalaminya
sendiri.
Di zaman dahulu, komunikasi kebanyakan dilakukan secara langsung, yaitu
berhadap-hadapan secara lisan. Dengan ditemukannya tulisan dan simbol lainnya. Ini
dilakukan melalui berbagai media, misalnya daun lontar, dinding candi, tanah liat/batu
yang dipahat, dan sebagainya. Sesudah ditemukan kertas dan tehnik mencetak, maka
terbukalah kesempatan yang baru bagi manusia untuk berkomunikasi dengan jumlah
sasaran yang lebih banyak. Bahkan dengan penggunaan teknologi modern di bidang

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 107


komunikasi, yaitu telekomunikasi, secara teoritis komunikasi dapat mencapai
penerima pesan dalam jumlah yang tidak terbatas. Selain itu masalah jarak dan waktu
dapat diatasi pula.
Dalam penelitian dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik, salah
satunya adalah tehnik wawancara, yang memang dibutuhkan dalam rangka
pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan, data yang diperoleh
dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian atau hasil penelitian yang
dilakukan.
Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu diketahui kaidah-kaidah atau tehnik
wawancara yang dibutuhkan sebagai pedoman surveyor dalam melaksanakan
wawancara sebagai rangkaian kegiatan penelitian.
10.1.Pengertian dan Lingkup Wawancara
Wawancara, menurut Lexy J. Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara
adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan
responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara
lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan
penelitian. Selain itu yang dimaksud dengan pewawancara adalah orang yang
menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam
proses wawancara tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan
diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri. Akan tetapi kadang kala responden
pun menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara
dilaksanakan.
Sedangkan responden adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara, ia diperkirakan menguasai data, informasi, ataupun fakta dari suatu
objek penelitian.
Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan
oleh Faisol (1990:63) yaitu:
 Wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah
disusun sebelumnya.
 Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara dengan mengajukan beberapa
pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul secara

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 108


spontan sesuai dengan perkembangan situasi adan kondisi ketika melakukan
wawancara. Dengan tehnik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung, luwes
dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan
luas.
 Wawancara secara terang-terangan, tehnik ini dipergunakan untuk memperoleh
informasi secara leluasa dengan baik dan benar dari lawan bicara, karena
berawal dari keterbukaan dan keterusterangan bahwa peneliti menginginkan
beberapa informasi dari responden.
 Wawancara dengan menempatkan informan sebagai jawatan, karena data dan
informasi yang diperoleh sangat mempengaruhi kualitas hasil penelitian, maka
informan atau responden sebagai penentu, untuk itulah peneliti juga
menempatkan informan atau responden sebagai co-researcher (pasangan atau
sejawat) peneliti. Pada kesempatan ini, peneliti berterus terang mengungkapkan
maksud dan tujuan penelitian, juga beberapa harapan yang diinginkan dari
informan.

10.2.Proses dan langkah-langkah tehnik wawancara


Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak
mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua
jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau
responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips
saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai
dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan
pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan
kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
Di bawah ini dikemukakan beberapa cara mengajukan pertanyaan yang baik.
Cara-cara ini dilakukan untuk menghindari kesalahan sebagaimana dideskripsikan di
atas.
1. Kuesioner ditanyakan kepada responden dengan cara membacanya ada adanya
sebagaimana yang tertulis. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi antara
satu pewawancara dengan pewawancara lainnya. Akan tetapi seringkali
pertanyaan yang tertulis terlalu kaku dan tidak nyaman untuk ditanyakan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 109


dalam bahasa lisan. Itu adalah tantangan bagi peneliti untuk membuat
pertanyaan yang sederhana dengan makna yang tepat, tidak kaku dan cukup
nyaman untuk bahasa lisankan.
2. Tidak dianjurkan untuk menyerahkan kuesioner kepada responden untuk di isi.
Sebab selain karena banyak hal yang tidak boleh diperlihatkan kepada
responden juga karena kuesioner survei opini publik tidak dirancang untuk
diisi oleh responden. Selain itu banyak kasus terjadi pada saat kuesioner
diserahkan, ternyata kuesioner tersebut tidak diisi oleh responden yang
dimaksud.
3. Tanyakan semua pertanyaan sesuai urutan yang tertulis di kuesioner. Sebab
urutan pertanyaan dalam kuesioner pada umunya sudah diformat sedemikian
rupa sehingga mengikuti sekuensi yang sesuai.
4. Sesuaikan tempo (kecepatan) wawancara dengan responden. Terutama bila
wawancara dilakukan pada responden yang menggunakan bahasa keseharian
(bahasa daerah), tempo wawancara sangat menentukan.
5. Usahakan agar pembicaraan tidak menyimpang. Seringkali ditemui ada
responden yang tidak puas hanya dengan memberi jawaban ya dan tidak atau
setuju dan tidak setuju. Mereka berusaha untuk menjelaskan lebih jauh maksud
dari jawaban singkat itu. Agar waktu wawancara lebih efisien usahakan
mengalihkan kembali wawancara sebelumnya.
6. Tanyakan semua pertanyaan dengan sikap terus terang dan netral. Dalam
interview jangan menunjukan reaksi, kecuali memperlihatkan rasa tertarik
yang sopan.

Beberapa jurus yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam usaha


meningkatkan kemahiran mengajukan pertanyaan dalam kegiatan wawancara tertera
sebagai berikut:
1. Pertanyaan pembukaan hendaknya bersifat netral dan ringan. Pertanyaan yang
mendadak sontak dan terlalu berat akan dapat menimbulkan goncangan yang
mengakibatkan sifat menarik diri, melawan dan sebagainya.
2. Gaya bicara sederhana dan tidak berbelit-belit.
3. Nada dan irama lemah lembut, sopan dan bicara tidak terlalu cepat. Hindarkan
mengatakan kata:eeeeee, apa itu, menimbulkan suara yang kurang sopan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 110


4. Sikap bertanya dengan asumsi pewawancara lebih menguasai dan tahu
persoalannya.
5. Hindarkan sikap menghakimi, menggurui, tidak memihak dan kurang
menghargai.
6. Mengadakan paraphrase, yaitu bertindak sebagai orang ”penterjemah” bebas,
secara runtut, teratur dan lengkap, jangan mengambil kesimpulan.
7. Mengadakan Prodding atau probing. Prodding dimaksudkan mendakan
penggalian lebih mendalam, dan probing diartikan menyelidiki yang lebih
menyeluruh dan seksama. Semuanya dilakukan dengan alasan atau dorongan
sesuatu sikap/pendapat atau perbuatan yang telah dinyatakan sebelumnya
8. Mengadakan pencatatan: menunjukan kesan bahwa pembicaraan penting,
mengurangi beban ingatan, jangan sampai pembicaraan terputus karena
pewawancara sedang mencatat
9. Menilai jawaban, dalam menilai jawaban harus teliti, yang harus diperhatikan:
sikap pheno menalogik yaitu kesediaan menanggalkan preconception,
prejudice, dan motif subyektif. Sikap faktual, yaitu tidak boleh menarik
kesimpulan tanpa dasar.

10.3.Cara Melakukan Probing


Seringkali ditemui responden tidak memberi jawaban sesuai dengan maksud
atau kehendak pertanyaan. Dengan kata lain pertanyaan dijawab kurang sempurna
oleh responden. Terhadap hal seperti ini pewawancara diharuskan melakukan probing.
Di bawah ini dikemukakan cara probing yang baik.
1. Mengulang pertanyaan sebagaimana saat bertanya pada awalnya dan tidak
mencoba mengarahkan responden agar memilih jawaban tertentu. Cara
probing seperti ini dapat dimulai dengan ungkapan ”Pak saya mengulangi
pertanyaanya ya...”
2. Jika jawaban responden tidak jelas terdengar, ajukan probing dengan
mengungkapkan kalimat sebagai berikut:
 ”mohon diulangi jawaban Bapak”
 ”dapatkah Bapak mengulang jawaban sekali lagi”

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 111


 ”mohon jelaskan maksud bapak”
 ”apa yang Bapak maksud?”
Jika Responden Menjawab ”tidak tahu”
Dalam wawancara, sering ditemui jawaban responden dengan menyatakan kata”tidak
tahu”. Sebenarnya jawaban tidak tahu tetap dibenarkan dan responden tidak dapat
dipaksa untuk memilih di antara satu jawaban yang disediakan. Bahkan dalam
kuesioner sebaiknya harus selalu disediakan jawaban tidak tahu tersebut karena
responden benar-benar tidak mengetahui jawabannya. Sebab jawaban tidak tahu juga
dapat berarti:
1. Responden tidak begitu mengerti pertanyaan.
2. Responden sedang berfikir, tetapi merasa kurang enak kalau membiarkan TPD
menunggu lama.
3. Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya.
Terhadap ketiga hal ini pewawancara harus melakukan probing kepada responden.
Tentu saja apabila jawaban tidak tahu responden karena sikap pewawancara yang
kurang sabar misalnya, maka pewawancara harus segera memperbaiki sikap. Jawaban
tidak tahu boleh dianggap sebagai jawaban apabila responden betul-betul tidak tahu
terhadap tema pertanyaan yang dimaksud.
Karena saat mencatat jawaban responden seringkali terjadi kesalahan, di bawah ini
dikemukakan aturan pada saat mencatat jawaban responden.
1. Jawaban harus dituliskan secara jelas. Sebaiknya menggunakan pulpen
2. Jika ada kesalahan beri tanda jawaban yang dianggap benar. Kertas jawaban
menjadi kotor bukan masalah
3. Pertanyaan terbuka haruslah dicatat apa adanya
4. Jika ada jawaban responden yang tidak ada dalam pilihan, tulislah jawaban
tersebut di sekitar pertanyaan yang dimaksud.
10.4.Sikap Pewawancara yang baik
Untuk mendapatkan hasil wawancara yang optimal, sikap pewawancara juga
sangat menentukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan akibat sikap pewawancara
sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Sikap pewawancara yang baik meliputi :
1. Memiliki sifat ambisi (untuk memenuhi target), ulet, disipilin dan sabar
2. Menjaga penampilan (Pakaian, rambut, atribut)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 112


3. Menciptakan”rapport” (senyum, rasa humor yang tinggi, mengucapkan pujian
tentang rumah/halaman atau anak) akan membantu menciptakan suasana yang
santai dan akrab
4. Dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa aman
dan berkeinginan untuk memberi informasi yang sebenarnya
5. Bersikap netral
6. Tidak bereaksi terhadap jawaban responden
7. Menunjukan perhatian, misalnya dengan menganggukan kepala atau
mengucapkan”O, ya!”
8. Terus menerus menarik perhatian responden selama wawancara berlangsung.
9. Menghindari Pendapat Orang Lain pada Saat wawancara
Dalam kenyataan seringkali tidak mudah melakukan wawancara dimana hanya ada
pewawancara dan responden. Sanak keluarga, tetangga atau siapapun banyak ditemui
bergabung bersama responden saat wawancara. Kalau mereka ini diam saja saat
wawancara dilakukan tidak menjadi problem. Akan tetapi seringkali mereka turut
memberi jawaban atau komentar terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara. Jika hal ini terjadi maka pewawancara tidak sedang mengukur”isi
kepala” responden saja, akan tetapi pendapat orang lain juga mewarnai wawancara.
Untuk menghindari hal tersebut di bawah ini dikemukakan bebarapa tips:
1. Hindari adanya orang ketiga di dalam ruangan. Jika tidak ada ruangan
tersendiri, sarankan untuk melakukan wawancara di sudut ruangan yang
biasanya lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih sesuai/menyenangkan
2. Jika ada orang ketiga ingin memberikan pendapat, tolak dengan sopan tapi
tegas. Pertama-tama sarankan agar mereka mengemukakan pendapat mereka
belakangan lalu coba pusatkan perhatian pada responden anda dan tidak lagi
mmperhatiikan orang ketiga tersebut
3. Usahakan untuk duduk berhadapan dengan responden agar dia tidak dapat
membaca kuesioner anda. Ciptakan suasan santai (tidak tegang) agar
responden anda dapat menjawab pertanyaan anda dengan tenang dan bebas

10.5. Wawancara yang Baik


Berbicara dengan orang lain merupakan aktivitas yang relatif mudah, tetapi
melakukan wawancara merupakan kegiatan yang tidak mudah. Hal ini disebabkan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 113


wawancara memiliki batas-batas metodologis yang harus dipatuhi oleh pewawancara,
sedangkan berbicara (ngobrol) tidak memiliki metodologi tertentu, dalam arti orang
boleh saja mengajak ngobrol lawan bicaranya sesuka hati tanpa dikendalikan oleh misi
pembicaraannya. Oleh karena itu, apabila muncul pertanyaan bagaimana melakukan
wawancara dengan baik, maka ada jawabannya. Untuk melaksanakan wawancara
dengan baik, maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan dalam
wawancara yaitu: bagaimana pewawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi
wawancara, dan bagaimana kesiapan responden.
Paling utama di dalam melakukan wawancara adalah memerhatikan kemampuan
pewawancara dalam mengendalikan wawancaranya. Ini disebabkan efektivitas
wawancara banyak tergantung pada pewawancara. Dalam beberapa situasi, diketahui,
perasaan rasa aman dari pewawancara atau responden juga menentukan makna
jawaban yang dibutuhkan. Dalam keadaan yang tidak menjamin rasa aman, kadang
kala orang akan bertanya lain atau menjawab lain dari apa yang sesungguhnya
dilakukan, ini semua agar mereka terhindar dari kesulitan yang dibayangkan akan
terjadi.

10.6.Hal-hal lain yang penting diperhatikan


1. Jelaskan maksud dilakukannya survai ini sebelum memulai wawancara
2. Berikan penjelasan singkat atau pemahaman seputar topik yang dibahas
3. Sebelum mengakhiri wawancara, pastikan semua pertanyaan telah diajukan
dan semua jawaban telah dicatat dengan rapi.
4. Di akhir wawancara ucapkan terima kasih kepada responden.

Latihan: Praktik Teknik Wawancara

Karakteristik Rural:
Karakteristik Urban:
Skenario 1:
Rumah tangga dengan karakteristik :

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 114


Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal tapi bisa baca tulis. Rumah tangga
terdiri dari Keluarga besar (extended family), punya anak balita dan istrinya sedang
hamil 7 bulan. Keadaan sosial ekonomi cukup.
Skenario 2:
Rumah tangga dengan karakteristik :
Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal dan tidak bisa baca tulis. Rumah
tangga terdiri dari Keluarga inti, tidak punya anak balita. Keadaan sosial ekonomi
kurang.
Skenario 3:
Rumah tangga dengan karakteristik :
Rumah tangga dengan Kepala rumah tangga (suami) sudah meninggal. Ibu rumah
tangga berpendidikan Sarjana. Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar (extended
family), punya anak balita. Keadaan sosial ekonomi cukup.
Skenario 4:
Rumah tangga dengan karakteristik :
Kepala rumah tangga sekolah formal SLTA. Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar
(extended family), punya anak balita dan istrinya sedang hamil 7 bulan. Keadaan
sosial ekonomi cukup.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 115


BAB XI
TEKNIK MEMBUAT KUESIONER

Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau
disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat
dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut
juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan
menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner. Daftar pertanyaan (questionnaire)
adalah suatu daftar yang berisi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus
yang memungkinkan analis sistem untuk mengumpulkan data dan pendapat dari
responden-responden yang dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudian akan dikirimkan
kepada responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat mereka.
Penggunaan daftar pertanyaan ini mendapat banyak kritik karena diragukan hasilnya.
Akan tetapi untuk mengumpulkan data dari jumlah sumber yang banyak, tidak ada
teknik pengumpulan data lainnya yang lebih efisien dibandingkan dengan daftar
pertanyaan. Sebelum anda menggunakan daftar pertanyaan, pertimbangkanlah
terlebih dahulu kebaikan dan kejelekan.
11.1.Kebaikan Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan mempunyai beberapa kebaikan dibandingkan dengan teknik
pengumpulan data yang lainnya. Kebaikan dari daftar pertanyaan adalah sebagai
berikut:
1. Daftar pertanyaan baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi daftar pertanyaan
dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
3. Daftar pertanyaan secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
4. Karena daftar pertanyaan biasanya tidak mencantumkan identitas responden,
maka hasilnya dapat lebih objektif.
11.2.Kejelekan Daftar Pertanyaan
Disamping daftar pertanyaan mempunyai beberapa kebaikan, tetapi juga mempunyai
beberapa kejelekan sebagai berikut:
1. Daftar pertanyaan tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan
dengan sepenuh hati.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 116


2. Daftar pertanyaan cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus
dijawab terbatas yang dicantumkan di daftar pertanyaan saja, tidak dapat
dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan
daftar pertanyaan, lain halnya dengan observasi yang dapat sekaligus
mengumpulkan sampel.
4. Daftar pertanyaan yang lengkap sulit untuk dibuat.

11.3.Tipe dari daftar pertanyaan


Ada dua macam format dari daftar pertanyaan, yaitu format bebas (free format) dan
format pasti saja atau berisi gabungan dari keduanya.
1. Daftar pertanyaan format bebas
Daftar pertanyaan format bebas (free format questionnaire) berisi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden di tempat yang sudah
disediakan. Contoh dari daftar pertanyaan fiormat bebas adalah sebagai
berikut:
Laporan-laporan apa saja yang telah saudara terima selama ini
dan apakah laporan-laporan ini berguna atau tidak ?
_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________

2. Format Pasti
Daftar pertanyaan format pasti (fixed format questionner) berisi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah pasti dengan memilih jawaban
yang tersedia. Hasil dari daftar pertanyaan tipe ini akan lebih mudah untuk
ditabulasi dan diisi oleh responden. Daftar pertanyaan tipe ini mempunyai
beberapa bentuk pertanyaan.
1. Check-off questions
Macam dari pertanyaan-pertanyaan ini dibuat sehingga responden dapat
memeriksa (Check-off) jawaban-jawaban yang sesuai misalnya :
Mana yang menjadi pemasok dari perangkat keras saudara ?

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 117


___ Compaq
___ IBM
___ Univac
___ DEC
___ Burroughs
___ Commodore
___ Apple
___ Xerox
Bentuk dari check-off questions dapat juga berupa:
Mana yang menjadi pemasok dari perangkat keras saudara ?
Compaq
IBM
Univac
DEC
Burroughs
Commodore
Apple
Xerox
2. Yes/No questions
Macam dari pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan responden untuk
menjawab “ya” atau “tidak” misalnya:
Apakah semua orang boleh memasuki ruang komputer ?
Ya
Tidak. Bila tidak sebutkan siapa saja yang berhak
________________________________________
3. Opinion/choise, questions
Macam dari pertanyaan-pertanyaan ini memungkinkan responden untuk
memberikan pendapatnya, misalnya:
Berilah ranking dalam persentase jumlah waktu yang saudara habiskan
untuk menangani transaksi berikut:
____ % membuat order penjualan baru
____ % merubah order penjualan
____ % membuat faktur penjualan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 118


Bagaimana pendapat saudara tentang komputerisasi yang akan dilakukan
ini. Lingkarilah satu dari 5 (lima) jawaban yang tersedia:
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = kurang setuju
4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
11.4.Petujuk Membuat daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan yang baik harus dirancang. Berikut ini adalah petunjuk
di dalam membuat daftar pertanyaan yang baik.
1. Rencanakanlah terlebih dahulu fakta-fakta atau opini-opini apa saja yang ingin
dikumpulkan
2. Berdasarkan fakta-fakta dan opini-opini tersebut tentukanlah tipe dari daftar
pertanyaan yang paling tepat untuk masing-masing fakta dan opini tersebut.
3. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan
harus tidak boleh mengandung kesalahan serta harus jelas serta sederhana
4. Uji daftar ini kepada responden yang kecil terlebih dahulu (2 atau 3
responden). Bila responden-responden ini mengalami kesulitan dalam mengisi
daftar pertanyaan ini, perbaiki kembali daftar pertanyaan ini.
5. Perbanyaklah dan distribusikan daftar pertanyaan yang sudah dianggap baik
ini.
Sebelum membuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan
adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data
dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan
bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987),
sebagai berikut:
(a) Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan
sering menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan
tertentu misalnya komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah
menyampaikannya dalam pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan
benar-benar untuk tujuan nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang
baik dan sopan.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 119


(b) Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang
dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa.
Pemecahannya adalah menghindari pertanyaan yang sensitif, serta
diyakinkan bahwa tidak akan ada nama responden di dalamnya.
(c) Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan
untuk meyakinkan responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa
responden dalam hal ini turut berjasa dalam membantu penelitian ini.
(d) Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah
karena sering dijadikan kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di
negeri kita. Namun jika hal seperti ii terjadi, peneliti bisa menggunakan
instrumen lain., atau bahkan mencari sumber data yang lain.
(e) Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan
ditelitinya. Cara pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang
penting tadi, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-
satunya yang bisa memberikan informasi tentang masalah ini.
(f) Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek.
Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk pengembangan
ilmu, dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden juta tidak
perlu dicantumkan.
(g) Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan
ini. Katakan kepadanya bahwa jawaban apapun dari responden itu penting,
dan tidak ada yang salah dalam menjawab.
(h) Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu
bukan bidang minatnya. Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah
satu-satunya orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Persyaratan lain dalam membuat kuesioner
(a) Relevansi kuesioner: Relevansi pertanyaan dengan tujuan studi, relevan
pertanyaan dengan responden secara perorangan.
(b) Relevansi pertanyaan dengan studi: betul
(c) Relevansi pertanyaan dengan responden: betul.
Kegagalan-kegagalan dalam membuat kuesioner:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 120


(a) Luncuran pertanyaan ganda: Jangan menanyakan satu masalah dalam
satu pertanyaan. Contoh, apakah anda sering menyobek buku di perpustakaan
selagi tidak ada pengawas yang melihatnya; dan apakah anda juga sering
mencoreti buku milik perpustakaan untuk kepentingan penjelasan secara
khusus?.
(b) Pertanyaan yang mengaahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh,
menurut presiden, kita harus mengencangkan ikat pinggang dalam
menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Anda setuju, bukan?.
Pertanyaan seperti ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata ‘setuju’.
Bisa dibayangkan bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.
(c) Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh
berikut: Anda pernah melakukan onani?; Anda pernah melakukan hubungan
seks sebelum nikah?. Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif, bahkan
kurang ajar.
(d) Pertanyaan yang menakut-nakuti: Contoh. Di daerah ini sering terjadi
perampokan dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya?;
atau, Anda tentu mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa
waktu lalu di daerah ini, karena andalah yang paling dekat dengan tempat
kejadian perkara (TKP). Kami datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu
tolong jawab dengan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan kami.
Kuesioner tertutup dan terbuka
Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan
gabungan tertutup dan terbuka. Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan
yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini
peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan dengan
jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah
disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang
dianggapnya sesuai.
(a) Kuesioner dengan jawaban tertutup: Salah satu keuntungannya untuk
kuesioner ini adalah sebagai berikut: (1) jawaban-jawaban bersifat standar dan
bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain; (2) jawaban-jawabannya jauh
lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat
dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 121


dan waktu; (3) responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya,
terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin; (4) jawaban-jawaban
relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti; dan
(5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model
kuesioner dengan jawaban terbuka. Meskipun demikian, ada juga
kelemahannya, yakni: (1) sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap
jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya; (2)
responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang
sesuai dengan keinginannya; (3) sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu
banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya; (4) tidak bisa
mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti
karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
(b) Kuesioner dengan jawaban terbuka: Keuntungannya antara lain adalah: (1)
dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh
peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa
jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk
menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya; (2)
membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas
apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat
diketahui dengan baik oleh peneliti.
(c) Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk
menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan
pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan
tebuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu
pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu
disediakan alternatif terbuka (c. …………… ) untuk diisi sendiri oleh
responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data
untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua
jawaban responden pada alternatif terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat
ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk
ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata
jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun
dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 122


seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan sederhana
dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan
adalah: (1) mengerjakan tugas-tugas akademik; (2) mencari informasi
akademik untuk kepentingan tugas dari dosen; (3) menambah wawasan; (4)
………… menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan
sendiri pada alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya
jawaban responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor
(3) menambah wawasan.
Susunan pertanyaan
Ada aturan umum dalam menyusun urutan pertanyaan yang dibuat, meskipun tidak
mutlak, yakni sebagai berikut:
(a) Pertanyaan sensitif dan pertanyaan model jawaban terbuka sebaiknya
ditempatkan di bagian akhir kuesioner.
(b) Pertanyaan-pertanyaan yang mudah sebaiknya ditempatkan pada bagian awal
kuesioner.
(c) Susunlah pertanyaan dengan pola susunan yang saling berkaitan satu sama lain
secara logis.
(d) Susunlah pertanyaan sesuai dengan susunan yang logis, runtut, dan tidak
meloncat-loncat dari tema satu ke tema yang lain.
(e) Jangan gunakan pasangan pertanyaan yang mengecek reliabilitas. Misalnya,
setujukah Anda terhadap aborsi? Sementara itu di tempat lain, ada pertanyaan,
tidak setujukan Anda terhadap aborsi?.
(f) Gunakan pertanyaan secara singkat dan jelas, tidak bertele-tele.
Pertanyaan kontingensi
Maksudnya adalah bentuk pertanyaan yang masih ada kelanjutannya. Misalnya, Anda
pernah mabuk?. Jika pernah, bagaimana rasanya?. Jenis pertanyaan seperti ini
dimungkinkan adanya, namun harus berpatokan kepada kemungkinan adanya
hubungan tertentu antara tema yang satu dengan tema yang lain. Selain itu, jawaban-
jawaban dari responden atas pertanyaan lanjutan ini akan sangat membantu
memperdalam wawasan peneliti.

Kata pengantar kuesioner

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 123


Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner
tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam
menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati
responden, bahkan mungkin ditolak.
Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan
terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan
terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya.

Uji coba instrumen (kuesioner)


Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih dahulu kepada
sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat
ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan
diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata
dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau
menyempurkannya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 124


BAB XII
PENULISAN TUGAS AKHIR

Penulisan skripsi untuk semua jenis penelitian disajikan dalam lima bab sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab III : Tinjauan Umum
Bab IV : Analisis dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
Untuk lebih lanjut: Lihat Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang berlaku di
STMIK/Politeknik PalComTech !
Setiap penulisan dari bab ke bab dianggap perlu untuk menyajikan alinea
pembuka/penghubung berisi uraian pengantar yang menjelaskan keterkaitan bab yang
bersangkutan dengan bab sebelumnya. Alinea penghubung ini ditulis dalam alinea
pertama dari setiap awal bab.
12.1. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun penjelasan secara rinci sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Permasalahan
b. Perumusan Permasalahan
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian
PENJELASAN
a. Latar Belakang Permasalahan
1) Latar Belakang Permasalahan merupakan penjelasan fenomena yang diamati
dan menarik perhatian peneliti dan bukan merupakan alasan pemilihan judul.
2) Latar Belakang Penelitian harus dapat didukung oleh data penunjang, yang
dapat digali dari sumber utama dan/atau sumber kedua seperti Biro Pusat
Statistik, laporan keuangan perusahaan, dokumen perusahaan (dokumen
terstruktur dan tidak baku dan telah diolah oleh peneliti), data kinerja
jaringan, hasil penelitian terdahulu, jurnal dan internet. (didukung data
kuantitatif)

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 125


3) Latar Belakang Penelitian memuat hasil penelitian terdahulu (dari jurnal)
dengan menyebutkan sumber jurnal yang dipakai sebagai referensi.

b. Rumusan Permasalahan
1) Rumusan permasalahan disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat
tanya, yang isinya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu
dipecahkan atau adanya permasalahan yang perlu untuk dijawab.
2) Rumusan permasalahan merupakan inti penelitian, sehingga bisa dipakai
pertimbangan menyusun judul dan hipotesa
c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti
sebelum melakukan penelitian dan mengacu pada permasalahan. Berikut
ini beberapa contoh cara pengungkapan tujuan penelitian yang umumnya
diawali dengan kalimat tujuan penelitian adalah untuk …………. atau
penelitian ini bertujuan untuk …………………dan sebagainya.
2) Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian, menguraikan kontribusi yang diharapkan dari hasil
penelitian itu sendiri.
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Kerangka Teori
b. Hipotesis Penelitian (jika ada)
PENJELASAN
a. Kerangka Teori
1) Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian
terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri)
2) Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai
keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
3) Penulisan nama pengarang dalam Endnotes atau Footnotes yang
bersumber dari kepustakaan tidak perlu mencantumkan gelar akademik.
4) Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus
memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan
yang ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 126


yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak terbit
lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak
berlaku.
5) Semakin banyak sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10
(sepuluh) sumber, baik dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal,
artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
6) Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian.
7) Dalam kerangka teori, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan dapat
dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan.
8) Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah
ditulis di BUKU)
9) Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model
teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab
tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori
dan beri keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka
pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu
dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang
berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang
sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu
memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
b. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Jika penelitian bersifat korelasional maka:
1) Hipotesis penelitian beraspek empiris disajikan pada akhir bab II dalam
sub-sub tersendiri dengan memperhatikan teori pendukungnya, sedangkan
hipotesis penelitian beraspek statistik disajikan dalam bab III.
2) Apabila analisis data (akhir bab IV) direncanakan tidak untuk menganalisis
data secara luas baik masalah utama (mayor) maupun bagian-bagiannya
(minor) maka dalam hipotesis tidak perlu dicantumkan hipotesis mayor
dan minor.
3) Hipotesis harus berlandaskan teori, jika ingin mengubah harus
mencantumkan alasan mengapa merubah teori tersebut.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 127


3. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
b. Peubah dan Pengukuran
c. Populasi dan Sampel
d. Metode Pengumpulan Data
e. Metode Analisis

PENJELASAN
a. Jenis Penelitian
Penelitian bisa bersifat kuantitaif maupun kualitatif, misalnya:
1) Historis;
2) Deskriptif;
3) Perkembangan;
4) Kasus dan penelitian lapangan;
5) Korelasional;
6) Kausal komparatif;
7) Eksperimen murni;
8) Eksperimen semu;
9) Kaji tindak.
1) Pemilihan jenis penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
berikut:
a) Daya tarik permasalahan;
b) Kesesuaian dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan;
c) Tersedianya alat dan kondisi kerja;
d) Kesesuaian dengan kemampuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan;
e) Kesesuaian dengan waktu, tenaga dan biaya;
f) Resiko kegagalan.
2) Jenis penelitian dimaksud dapat dilacak dari judul, latar belakang permasalahan
dan tujuan penelitian, sehingga dapat dijelaskan alasan penentuan jenis penelitian
tertentu tanpa menyajikan definisi jenis penelitian itu sendiri.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 128


b) Peubah dan Pengukuran
 “Peubah (Variable) merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono, 2003, 32)
 Peubah harus terukur
a) Populasi dan Sampel
 “Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan
dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu
riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas
sebelum penelitian dilakukan.” (Santoso & Tjiptono, 2002, 79)
 “Sampel adalah semacam miniatur (mikrokosmos) dari populasinya” (Santoso
& Tjiptono, 2002, 80)
b) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data misalnya:
1) “Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telpon.
2) Kuesioner (angket) dapat dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
3) Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.” (Sugiyono, 2003, 130-141)
e) Metode Analisis
Metode analisis disesuaikan dengan Rumusan Permasalahan pada Bab I . Jika
metode analisis menggunakan regresi dengan Ordinary Least Square (OLS)
Estimators, maka uji asumsi klasik harus dilakukan. Lihat buku "Ekonometrika
Dasar" oleh Damodar Gujarati alih bahasa Sumarno Zain, 2000.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
a. Penyajian Data
Pada subbab ini dipaparkan data yang ada relevansinya dengan topik skripsi.
b. Analisis Data dan Interpretasi
5. SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 129


b. Saran
PENJELASAN
1) Simpulan menjelaskan butir-butir temuan (hasil penelitian dan bahasan) yang
disajikan secara singkat dan jelas.
2) Saran-saran merupakan himbauan kepada instansi terkait maupun peneliti
berikutnya yang berdasarkan pada hasil temuan. Saran sebaiknya selaras dengan
topik penelitian
Lampiran: memuat hal-hal atau informasi yang mendukung bab-bab sebelumnya,
misalnya: data (hasil Questionaire, data time series), Laporan Keuangan perusahaan
(Neraca, R/L dsb), informasi yang terkait dengan hasil (misal: olahan komputer,
deskripsi, hasil uji validitas dan reliabilitas) dan sebagainya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 130


BAB XIII
PUBLIKASI ILMIAH DAN CARA KOREKSI

Rendahnya publikasi ilmiah peneliti dari perguruan tinggi di Indonesia pada jurnal
ilmiah bereputasi international merupakan faktor penting penghalang masuk ke jajaran
world class university. Data THES tahun 2008 menunjukkan, hanya tiga perguruan
tinggi (UI, ITB, dan UGM) yang masuk dalam peringkat 500 tertinggi di dunia.
Penulisan di dunia perguruan tinggi sangat penting agar mahasiswa dapat bertukar
pikiran dengan masyarakat ilmiah secara luas (Nasional & Internasional), menambah
wawasan berpikir, kepercayaan diri, kemampuan pada saat ujian. Ada latihan-latihan
sejak sarjana adalah sebagai berikut:
1. S1 (bachelor) = skripsi (presentasi sebelum skirpsi)
2. S2 = Thesis (paper ilmiah harus terbit di tingkat nasional atau 1 buah di tingkat
proceeding)
3. S3 = Disertasi (1 buah paper di tingkat internasional 2 buah di tingkat nasional, 1
buah di tingkat proceeding)
Publikasi ilmiah merupakan bukti komitmen dan intensitas karya atau aktivitas
keilmuwan bagi mereka yang berkecimpung dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk seni. Manfaat publikasi:
- menyebarluaskan hasil kegiatan dan temuan penelitian atau telaahan
- menyumbang pengayaan khazanah pengetahuan
- memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
- meningkatkan harkat penulis (derajat, prestise, kehormatan, pengakuan,
promosi)
- mengangkat reputasi lembaga (peringkat, status, ketersohoran)
- mendapatkan kepuasan pribadi
- memperbaiki daya saing bangsa
Karya ilmiah adalah hasil kreasi manusia yang didasarkan atas ilmu yang benar,
apakah berwujud benda fisik atau berwujud tulisan. Ciri-ciri karya ilmiah adalah
sebagai berikut: Bersifat kritis dan analistis (critical and analitical), Memuat konsep
dan teori, Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform, Rasional dan
Obyektif.
Adapun proses perlunya publikasi ilmiah adalah sebagai berikut:

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 131


Gambar 13.1. Publikasi Ilmiah

Adapun jenis publikasi ilmiah adalah sebagai berikut:


1. Karya Tulis: Sifatnya Umum, Biasanya Merupakan Karya Ilmiah Populer
2. Paper: Dibuat Berdasarkan Kajian Pustaka
3. Makalah: Dibuat Untuk Dipresentasikan Dalam Suatu Seminar, Pertemuan Ilmiah
Atau Simposium/ Lokakarya
4. Laporan: Dibuat Berdasarkan Hasil Penelitian/ Pengamatan
5. Skripsi: Merupakan Hasil Penelitian/Hanya Kajian Pustaka (Syarat Jenjang S-1)
6. Tesis: Merupakan Hasil Penelitian (Jenjang S-2)
7. Disertasi: Untuk Jenjang S-3/Gelar Keahlian Tertinggi
8. Buku Teks/Text Book: Buku Wajib Yang Dipakai Dalam Suatu Mata Kuliah
9. Diktat: Tulisan Dari Dosen Yang Mengasuh Suatu Mata Kuliah Tertentu
10.Jurnal: Berisi Hasil-Hasil Penelitian, Yang Terbit Berkala, Dari Bulanan Sampai
Dengan Tahunan
11.Buletin: Berisi Karangan Ilmiah, Resensi Buku-Buku Baru, Berita Acara
Seminar/Lokakarya/Pertemuan Ilmiah
12. Referat: Karya Tulis Yang Berisi Pembahasan Studi Pustaka Dan Bukan Hasil
Penelitian.
Publikasi ilmiah sebagaimana diamantkan oleh PERMENPAN no.16 tahun
2009 mencakup: Publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan
pedoman guru (hand-out) pembelajaran. Dalam kajian materi ini, penulis menekankan
pada publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif Publikasi ilmiah atas

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 132


hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal. Publikasi
bentuk ini biasa disebut dengan artikel (hasil penelitian dan kajian ilmiah). Baik artikel
sebagai hasil penelitian maupun artikel sebagai hasil kajian mendalam secara teoritik
mengenai bidang tertentu atau hasil inovatif tertentu ditulis oleh seorang atau
sekelompok orang, salah satu sebagai ketua dan alinnya anggota dan dipublikasikan
melalui jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga tertentu (perguruan tinggi,
lembaga riset, instansi pendidikan,) secara secara resmi didaftar kepada lembaga
pemegang otoritas ilmiah; dalam hal ini Lembaga Ilmi Pengetahuan Indonesia (LIPI);
dan terbit secara periodic dan konsisten. Jurnal ilmiah ini memiliki dua kategori yakni
nasional dan internasional yang masing-masing meliputi terakreditasi dan tidak
terakreditasi.
Jurnal ilmiah bertaraf internasional adalah jurnal yang diterbitkan oleh lembaga
ilmiah yang memlikii anggota penyunting dari berbagai Negara. Jurnal internasional
harus dibedkan dengan jurnal yang diterbitkan oleh lembaga luar negeri (di Negara
tertentu) dan berbahasa inggris, namun namun jurnal internasional memiliki criteria
tertentu dimana criteria tersebut dipakai sebagai pedoman apakah sebuah jurnal ilmiah
adalah bertaraf internasional atau sekedar terbit di luar negeri atau berbahasa inggris.
Jurnal internasional juga harus dibedakan dengan jurnal yang diberi nama atau kata
“internasional” misal “Jurnal Internasioanal Psikologi Anak Jalanan”. Jurnal
internasional disamping dikelola oleh lembaga yang memiliki anggota penyunting dari
berbagai Negara, juga menggunakan salah satu dari 6 bahasa internasional, serta
penulis berasal dari berbagai Negara di dunia.
Berikutnya, jurnal nasional ialah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga
ilmiah (perguruan tinggi, lembaga riset, instansi-pemerintah) pada suatu Negara
(missal:Indonesia) dan dikelola oleh anggota penyunting dari cukup Negara tersebut.
Penulis bisa dari Negara tersebut, juga bisa bersal dari luar negeri. Jurnal nasional
dapat ditulis dalam bahasa apapu sesuai dengan bahasa nasional Negara tempat jurnal
tersebut diterbitkan atau bahasa kelompok tertentu (sesuai dengan pembaca). Dalam
hal ini, kajian diarahkan ke jurnal khusus yaknik jurnal nasional tentang pendidikan
yang dapat secara resmi menjadi sarana publikasi karya ilmiah para guru. Artikel
tersebut dikategorikan menjadi 2 yakni: (1) artikel hasil penelitian dan (2) artikel
nonhasil penelitian.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 133


13.1. Artikel Hasil Penelitian
Artikel hasil penelitian adalah hasil penelitian dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditulis dalam bentuk artikel yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah
dan dimuat berdasarkan periodisasi jurnal yang bersangkutan. Dalam pemuatan jurnal
hasil penelitian, tim penyunting memiliki teknis resmi dan tahapan maupun prasyarat
yang dipedomani, sehingga hanya artikel yang memenuhi syarat saja yang memiliki
peluang untuk diterbitkan. Artikel ini memiliki nilai lebih secara ilmiah disbanding
dengan publikasi lainnya seperti majalah, koran mingguan maupun harian dan bentuk
publikasi lainnya. Dibanding dengan laporan teknis resmi, artikel jurnal ilmiah ini
lebih kurus atau tidak tebal, tapi memuat seluruh sebagian hasil penelitian dengan
urutan dan kandungn komponen terntu. Di samping ketebalan yang berbeda, hasil
penelitian yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah memiliki janguan pembaca yang
lebih luas daripada laporan hasil penelitian yang ditulis secara resmi. Oleh karena itu,
dengan asumsi bahwa hasil penelitian yang diciptakan oleh guru dapat bermanfaat
bagi guru lain atau pembaca pada umumnya, maka hasil penelitian yang dipublikasi
ini memiliki poin penghargaan lebih tinggi. Artikel hasil penelitian ini memuat hal-
hal penting hari batang tubuh hasil penelitian, tanpa lampiran dan dituangkan dalam
bahasa ilmiah tingkat tinggi. Setiap kali terbit, jurnal memuat sejumlah artikel yang
tidak kurang dari 5 (lima) dan tidak lebih dari 12 (duabelas) lazimnya. Keterbatasan
tempat tersebut, dalam kondisi tertentu penulis harus berkompetitif dan antri sesuai
dengan seberapa animo penulis yang masuk.
13.2. Ciri Pokok
Laporan hasil penelitian dalam bentuk artikel dibedakan setidaknya dalam tiga
segi yakni bahan, sistematika dan prosedur penulisan. Bahan yang diutama dalam
artikel hasil penelitian (karena tempatnya terbatas) hanyalah bagian temuan hasil
penelitian, pembahasan terhadap hasil dan kesimpulan. Tidak kalah penting juga
adalah metode, karena metode akan menggambarkan seberapa sistematis penelitian
dilakukan dan seberapa valid pengukuran dilaksanakan. Di samping itu, kajian pustaka
dalam artikel hasil penelitian disajikan dalam pendahulan(tana kata pendahuluan)
tidak seperti lazimnya dalam laporan penelitian yang disajikan dalam bab II. Kajian
teori sekaligus menjadi bagian terpenting dari komponen latar belakang maslah
penelitian. Kajian teori diakhiri dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Selanjutnya mengenai prosedur penelitian, hasil dan temuan penelitian, pembahasan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 134


hasil dan kesimpulan ditulis secara berturutan setelah kajian teori (sebagai latar
belakang masalah). Sedangkan prosedur yang harus dilalui dalam rangkaian penulisan
artikel hasil penelitian ini ada tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama ditulis dan
dipublikasi sebelum penulisan resmi hasil penelitian dibuat. Tujuannya untuk
menjaring masukan dari para pembaca sekaligus menjadi bahan dalam penulisan resmi
hasil penelitian. Prosedur ini nampaknya sulit karena tahapan pengajuan artikel hasil
penelitian diajukan sampai betul-betul dimuat cukup memakan waktu lama, dan
penulisan resmi hasil penelitian bisanya menuntut segera diselesaikan, kecuali peneliti
bersedia berlama-lama menunggu sampai dengan artikel yang ditulis dimuat dalam
sebuat edisi terbitan. Kemungkinan selanjutnya; peneliti merampungkan tulisan resmi
hasil penelitian, baru ia menulis hasil penelitian dalam bentuk artikel mengusulkannya
untuk dimuat dalam jurnal dan edisi tertentu. Kemungkinan kedua ini terjadi paling
lazim oleh karena, disamping menulis artikel hasil penelitian, penulis dituntut untuk
segera merampungkan leporan hasil penelitian dalam bentuk tulis resmi. Sedangkan
kemungkinan ketiga, dan secara ilmiah diperbolehkan adalah artikel hasil peneltian
yang diusulkan untuk dimuat dalam edisi jurnal tertentu merupakan satu-satunya hasil
penelitian yang ditulis oleh peneliti. Kemungkinan ketiga ini lazim dilakukan oleh
peneliti yang mendanai sendiri kegiatan penelitiannya. Dan tampaknya untuk para
guru, alternative ketiga ini lebih cocok untuk dikerjakan, oleh karena guru disamping
mengajar, ia juga memiliki waktu yang sangat terbatas dan publikasi sebagai kuajiban
yang tidak dapat ditinggalkan.

13.3. Isi Dan Sistematika Artikel Hasil Penelitian


Penulisan artikel hasil penelitian dilakukan dengan tanpa angka dan tanpa abjat
maupun bab dan sub bab. Secara rinci, sistematika penulisan sebagai berikut:
JUDUL
Judul artikel hendaknya informative, singkat dan resmi, boleh tidak sama persis
dengan judul penelitian namun masih dalam satu pengertian. Judul tidak kurang dari
5 kata dan tidak lebih dari 15 kata. Judul artikel memuat variabel-variabel yang diteliti
atau kata-kata kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti. Judul diupayakan
menarik dan mencakup, sehingga pilihlah kata kunci yang tepat dan bernuansa ilmia.
NAMA PENULIS

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 135


Nama penulis dituangkan di bawah judul artikel dengan tanpa menulis atau
mencantumkan nama gelar akademik, gelar bangsawan, jabatan dan status lain sebgaai
pertanda identitas kedudkan penulis. Di bawah penulis, dicantumkan alamat yang
dapat dihubungi (tanpa jabatan), dicantumkan juga nomor telepon,hp maupun e-mail
kalau ada. Alamat ditulis selengkap mungkin, dan jika yang dicantumkan adalah nama
lembaga tempat penulis bekerja, maka alamat lengkap juga dicantumkan.
SPONSOR
Sponsor (kalau penelitian dibiayai oleh pihak tertentu) dicantumkan sebagai catatan
kaki dan dicamtukan dibawah halaman judul.
ABSTRAK DAN KATA-KATA KUNCI
Abstrak dan kata kunci adalah bagian penting, karena abstrak dan kata-kata kunci
dapat member arahan kepada calon pembaca yang sedang menelusuri artikel hasil
penelitian dalam masalah tertentu untuk tidak harus membaca keseluruhan teks artikel
sebelum ia yakin bahwa penelitian tersebut memang kajian yang sedang dicari.
Abstrak terdiri dari satu alinea, dan memuat ide-ide yang paling penting. Masalah dan
tujuan penelitian, prosedur penelitian (secara singkat) dan ringkasan hasil penelitian
(sekaligus sebagai bagian yang sangat ditekankan). Hipotesis, pembahasan dan saran
tidak perlu dicantumkan. Panjang abstrak lazimnya tidak kurang dari 50 kata dan
sebaiknya tidak lebih dari 150 kata. Abstrak ditulis dalam spasi tunggal, dan diformat
lebih sempit (baik margin kiri dan margin kanan) sekitar lima karakter.
PENDAHULUAN
Kata “PENDAHULUAN” tidak perlu dicantumkan, ditulis langsung setelah abstrak
dan baris pertama diketik tidak masuk seperti lazimnya baris pertama alinea baru.
Penekanan dalam pendahuluan ini terletak pada latar Belakang Masalah (baik latar
teoritik maupun latar empiric dan peristiwa) serta rasional mengapa penelitian harus
dilaksanakan, dan masalah serta wawasan pemecahan masalah secara ilmiah serta
tujuan penelitian. Selanjutnya, dalam bagian ini penulis melakukan kajian pestaka
secara mendalam (deduktif) tanpa ber”tele-tele” serta menukik pada kebenaran
pemecahan masalah maupun penjelasan hubungan antar variabel yang diteliti. Pada
intinya, dalam bagian ini penulis menggiring pembaca untuk menyadari benar akan
pentingnya penelitian dan mengerti serta mengakui bahwa pemecahan masalah
maupun paradigm yang ditawarkan oleh peneliti adalah benar. Penulis harus
menyadari (berbeda dengan bentuk bacaan ringan seperti koran dan majalah) bahwa

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 136


pembaca jurnal adalah kalangan khusus diantara ilmuwan, intelektual, praktisi untuk
dan sedikit banyak mengerti tentang kajian ilmiah. Penulis dituntut menuangkan
tulisan secara sistematis dan tidak menggunakan bahasa “lelucon” atau “humor”.
Diperkiran bagian ini dituangkan dalam 2-3 halaman ukuran A4, dan diketik 1,5 spasi.
METODE (Penelitian)
Pada bagian ini, peneliti mencantumkan prosedur sistematis penelitian, termasuk
teknik pengambilan sampel, teknik pengukuran, dan teknik analisis data. Uraian
ditulis beberapa paragraf dan tanpa subbagian. Penelitian yang menggunakan alat dan
bahan tertentu, maka perlu ditulis spesifikasi alat dan bahan tersebut. Dengan
spesifikasi alat, penulis meyakinkan kepada penulis tentang kecanggihan alat, sedang
dengan spesifikasi bahan, penulis meyakinkan bahwa penelitiannya berbeda dengan
penelitian orang lain yang memiliki variabel mungkin sama. Sedang khusus artikel
yang memat hasil penelitian kualitatif, peneliti disarankan merinci mengenai
kehadirannya, subyek penelitian dan informan serta teknik memperoleh data
penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian. Peneliti juga harus meyakinkan
bagaimana ia menvalidasi data kualitatifnya.
HASIL (penelitian)
Bagian ini merupakan bagian utama artikel hasil penelitian. Dalam bagian ini peneliti
dituntut untuk memberi penjelasan yang sangat detail dan lengkap. Terpotongkan
bagian tertentu dari hasil penelitian menyebabkan salah penafsiran terhadap hasil
tersebut. Oleh karenanya, peneliti boleh menuangkan tulisannya dengan cukup
panjang, boleh dibilang bahwa bagian ini merupakan bagian paling panjang diantara
bagian artikel lainnya. Perlu diperhatikan, bahwa dalam bagian ini, penulis tidak perlu
mencantumkan proses analisis data statistic, cukup hasilnya saja yang dapat
dituangkan dalam bentuk paagraf, table maupun grafis. Pada pokoknya, peneliti
mencantumkan hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis. Data hasil penelitian yang
dituangkan dalam bentuk table maupun grafis harus diberikan padan ya makna serta
uraian yang menggambarkan arti dari table maupun grafik tersebut.
Pemilahan dengan melalui subbagian diperolehkan jika dipandang hasil penelitian
terlalu panjang, serta disajikan secara terpisah sesuai dengan masalah penelitian.
Khusus mengenai penulisan hasil penelitian kualitatif, bagian ini bermuatan suptopik-
subtopik sesuai dengan fokus penelitiannya.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 137


PEMBAHASAN
Bagian ini adalah bagian dimana peneliti menuangkan gagasan, pikiran serta
pemahaman terhadap hasil penelitian berdasarkan berspektif dirinya, perspektif teori
dari ahli yang diambil maupun pandangan yang berbeda dari kajian ahli yang berbeda.
Peneliti harus mampu mengkaji mengapa itu terjadi, implikasi-imlikasi ilmiah maupun
empiric maupun ilmplikasi praktis jika penelitian tersebut berhubungan dengan materi
paraktis. Peneliti juga menjawab masalah penelitian, member penjelasan bagaimana
tujuan penelitian itu dicapai, atau bagaimana paradigma yang diajukan dan diuji dapat
sesuai, serta menafsirkan temuan yang ada. Peneliti juga mengelaburasi, dan
mengintegrasi hasil temuannya dengan hasil penelitian orang lain maupun teori besar
yang sudah mapan. Bahkan peneliti dapat memodifikasi teori yang ada ataupun
memodifikasi teori yang ada berdasarkan hasil penelitian yang dicapai. Panafsiran
terhadap hasil temuan dilakukan dengan logika, dan teori-teori yang ada. Kemudian
hasil temuan penelitian diintegrasikan dengan kedalam lingkup pengetahuan yang ada,
hasil temuan penelitian yang lain serta mengelaborasikan dapat sebuah kajian yang
logis, sistematis dan mudah dipahami. Kerangka kajian ini sangat diperlukan agar
penelitian yang dilakukan tidak seperti koleksi data di lapangan lantas dilaporkan atau
dipublikasikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam menulis kesimpulan, hendaknya peneliti benar-benar menukik pada
permasalahan dan fakta-fakta yang didapatkan. Kesimpulan sebaiknya disajikan
dalam bentuk poin-poin dari hasil penelitian dan pembahasan. Banyak peneliti yang
menulis kesimpulan berbeda dengan hasil, namun lebih pada kajian yang dikehendaki.
Peneliti tidak perlu risau kalau memang (misalnya) hipotesis tidak teruji. Penelitian
tetap berhasil, hanya mengapa hal itu terjadi, peneliti harus mampu member
penjelasan yang tuntas.
Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang ditarik, dan bukan berupada saran
bagaimana sebaiknya. Banyak peneliti yang member saran sangat umum mengenai
tindakan yang normatif yang tidak mungkin salah, serta sama sekali tidak menyentuh
hasil penelitian yang ada. Bahkan dalam saran ini, peneliti boleh merinci sampai pada
tingkat teknik yang berdasar, dan tidak sekedar saran umum yang diambil dari
simpulan yag ada.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 138


DAFTAR RUJUKAN
Daftar rujukan ditulis berurutan berdaar alphabet, dan menulis nama harus benar.
Orang-orang barat biasanya ditulis dengan nama belakang diletakkan di depan bagi
penulis tunggal atau penulis pertama untuk rujukan yang ditulis oleh orang secara
berkelompok. Untuk anggota kelompok, tulisan nama disajikan apa adanya.
(2) Atikel Non Penelitian
Artikel non penelitian adalah tulisan ilmiah yang berupa kajian mendalam tentang
teori, gagasan inovetif atau analisis meta dan bukan hasil penelitian. Artikel kategori
ini memuat tori, tulisan mengenai suatu teori, konsep, atau prinsip yang dibahas
dengan tujuan spesifik memecahkan masalah secara khusus dan mendalam. Di
samping itu, artikel dapat berisi pengembangan sebuah model (missal: pembelajaran),
rangkuman sejumlah artikel yang memiliki fokus sma atau serumpun dan bisa berupa
referensi buku baru. Karena banyaknya jenis artikel ini, penyajiannya juga berbeda-
beda.

13.4. Isi dan Sitematika Artikel Non Penelitian


Sistematika tulisan artikel nonpenelitian sedikit berbeda dengan artikel penelitian.
Unsur pokok dalam artikel non penelitian ini meliputi: (1) judul artikel, (2) nama
penulis, (3) abstrak, (4) pendahuluan, (5) bagian inti, (6) penutup dan (7) daftar
rujukan.
JUDUL
Susunan judul dan jumlah kata tidak berbeda dengan judul artikel hasil penelitian.
Judul berisi label dari materi, fokus dan permasalahan yang dikaji. Judul artikel non
penelitian harus dapat mewakili seluruh yang diuraikan dalam bagian inti artikel.
NAMA PENULIS
Teknis penulisan nama dalam artikel non penelitian sama dengan penulisan nama
dalam artikel penelitian, yakni nama (tanpa gelar akademik) diikuti alamat yang dapat
dihubungi (nomor telepon dan alamat email dapat dicantumkan juga) di bawah nama.
Penyebutan nama lembaga tempat bekerja (dapat dilakukan tanpa menyebut jabatan)
dan dilengkapi alamat lengkap nama jalan dan nomor bangunan.
ABSTRAK DAN KATA KUNCI

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 139


Seperti juga halnya abstrak dan kata kunci dalam artikel penelitian, abstrak dan kata
kunci dalam artikel non penelitian adalah bagian penting, karena abstrak dan kata-kata
kunci dapat memberi arahan kepada calon pembaca yang sedang menelusuri artikel
dalam masalah tertentu untuk tidak harus membaca keseluruhan teks artikel sebelum
ia yakin bahwa artikel tersebut memang kajian yang sedang dicari. Abstrak terdiri dari
satu alinea, dan memuat ide-ide yang paling penting.
PENDAHULUAN
Isi tulisan dalam bagian pendahuluan berupa uraian dan abstraksi mengenai
kesenjangan di didapati dalam tempat kerja, masyarakat maupun sumber-seumber
lain. Dalam pendahuluan penulis tetap harus mengkaji permasalahan dan kejanggalan
yang didapatkan bahkan penulis harus menguraikan mengapa gagasan itu muncul dan
perlu dirumuskan. Alasan-alasan dapat hasil kajian dedukti, renungan logis maupun
alasan teoritik.
Bagian Inti
Pada bagian ini ini, penulis memaparkan seluruh gagasan analisis teoritik, karya
enovatif maupun hasil karya pengembangan produk tertentu. Karena penulis tidak
melakukan penelitian, maka dalam bagian ini penulis harus mampu menguraikan
argumentasi teoritik, produk (spesifikasi dan kelebihan) serta pemaparan logis
mengenai prediksi-prediksi. Misalnya guru mengkaji tentang “strategi penumbuh-
kembangan” minat baca bagi anak usia dini, maka di dalam kajiannya guru
menganalisis secara psikologis tahap-tahap perkembangan anak pada usia pra-sekolah
yang mengandung sifat-sifat anak usia 3 tahun, prediksi-prediksi ilmiah yang
didasarkan atas kajian teori dan penelitian orang lain serta teknik-teknik logis dan
tahapan sistematis bagaimana penumbuh-kembangan minat baca anak. Tidak kalah
pentingnya adalah argumentasi logis bagaimana penulis berkeyakinan bahwa langkah-
langkah yang dituangkan adalah efektif, serta strategi yang ditawarkan adalah logis.
Kajian spesifik akan berbeda jika dibandingkan guru yang mengembangkan strategi
“penumbuh-kembangan” minat baca anak usia sekolah dasar kelas rendah maupun
sekolah menengah.
Hasil-hasil penelitian orang lain akan memperkuat argumentasi penulis untuk
mengkaji ke”mengapaan” dan prediksi-prediksi yang ditargetkan. Di samping hasil
pengembangan, dalam bagian ini penulis dapat memaparkan argumentasi ilmiah yang
luas dan mendalam mengenai sejumlah hasil penelitian orang lain. Argumentasi

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 140


penulis boleh me”breack-down” atau menguraikan hasil penelitian orang lain tersebut
menjadi sebuah tindakan implementatif yang sistematis dan praktis, boleh berupa
kajian atau argumentasi penguatan maupun argumentasi tandingan yang didasarkan
pada pendapat orang lain. Di samping mengkaji sejumlah hasil penelitian orang lain,
dalam bagian ini penulis juga dapat mengkaji buku yang ditulis oleh orang lain. Buku
karya tersebut dijelaskan secara implementatif, dirinci secara praktis maupun
dilakukan pembandingan dengan buku-buku karangan penulis sendiri. Pendek kata,
penurunan (baik hasil penelitian maupun buku yang ditulis orang lain), dalam bagian
ini penulis melakukan kajian yang memperjelas, menurunkan menjadi teknik yang
mudah diterapkan, maupun mengutarakan kajian yang bersifat pembandingan.
Tim penulis Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas
Negeri Malang menjelaskan langkah yang ditempuh oleh penulis dalam memaparkan
argumentasinya dalam bagian ini yaitu: (1) meng-identifikasi tipe isi yang akan
dideskripsikan, (2) menetapkan struktur isi, (3) menata isi ke dalam strukturnya, (4)
menata urutan isi, dan (5) mendeskrip-sikan isi dengan mengikuti urutan yang telah
ditetapkan.
Mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan mengadung pengertian bahwa
kajian yang dituangkan apakah berupa konsep, prosedur ataupun langkah teknis-
metodis. Masing-masing tipe memiliki keunikan tersendiri dalam pemaparannya oleh
karena itu penulis harus konsisten dalam menulis kajian dan analisisnya. Konsep
bersifat abstrak yang didasarkan pada kaidah teori dan paradigma yang diajukan dan
biasanya kurang mengandung contoh-contoh tindakan kongkrit. Prosedur biasanya
berupa urutan sistematis langkah-langkah teknik-metodik dan dapat disertakan contoh
pelaksanaannya. Isi tulisan bersifat pemaparan kajian matang dan tidak terlalu
argumentatif. Prinsip lebih bersifdat kaidah-kaidah teoritik yang padanya didasarkan
beberapa prosedur teknis yang dituangkan. Seperti halnya konsep, prinsip dituangkan
dalam bahasa yang tegas tapi masih abstrak dan argumentatif. Sedangkan kajian yang
berupa langkah-langkah teknis-metodis biasanya dituangkan dalam bahasa yang
mudah dimengerti dan praktis. Misalnya guru menguraikan tentang teknik dan metode
dalam “memberikan balikan terhadap hasil pekerjaan tugas kelompok.” yang
diberikan oleh guru Sekolah Dasar kepada muridnya. Memberikan balikan terhadap
hasil pekerjaan tugas kelompok sepertinya tindakan yang mudah. Namun jika dikaji
lebih mendalam, balikan itu apakah efektif meningkatkan kompetensi siswa? Balikan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 141


itu apakah mendukung pencapaian tujuan pembelajaran? Dan lain-lain. Menetapkan
struktur isi adalah langkah berikutnya setelah penulis memertegas tipe kajian yang
ditulisnya. Struktur isi adalah urutan sistematis dari konsep-konsep dasar yang
dituangkan maupun materi-materi logis yang dipaparkan. Struktur isi dibuat terlebih
dahulu sebelum penulis menuangkan kajiannya secara panjang lebar agar keseluruhan
tulisan dapat mencakup seluruh isi materi yang seharusnya termasuk serta
meninggalkan materi yang memang seharusnya tidak masuk. Disamping itu, dengan
penetapan struktur isi terlebih dahulu, penulis dapat menata tataurutan kajian secara
logis dan mudah dimengerti maknanya oleh pembaca tanpa harus mengulang-ulang
kegiatan membacanya.
Menata isi kedalam strukturnya artinya penulis menuangkan tulisan materi tertentu
kedalam struktur isi yang sesuai, dan tidak “salah masuk kamar” sehingga dengan
membaca topik-subtopik maupun judul-subjudul pembaca sudah menebak isi
kandungan yang akan dibaca secara mendalam. Menata urutan isi artinya penulis
menyusun isi mana yang harus didahulukan dan isi yang mana yang harus dituangkan
kemudian. Sedangkan mendeskrip-sikan isi dengan mengikuti urutan yang telah
ditetapkan merupakan kegiatan menulis itu sendiri. Dalam langkah ini penulis
menuangkan panjang lebar tentang konsep, prosedur, prinsip maupun teknis-metodis
sesuai dengan tipe mana yang telah dipilih oleh penulis. Di sinilah penulis
menuangkan kajian, analisis dan argumentasi mengani ide yang ditawarkan.
PENUTUP
Dalam menulis kesimpulan, hendaknya penulis benar-benar menukik pada
permasalahan dan kaidah-kaidah serta proposisi yang didapatkan. Kesimpulan
sebaiknya disajikan dalam bentuk poin-poin dari hasil kajian dan pembahasan. Banyak
penulis yang mencantumkan kesimpulan berbeda dengan kajian inti, namun lebih pada
kajian yang dikehendaki. Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang ditarik, dan
bukan berupada saran bagaimana sebaiknya. Banyak penulis yang memberi saran
sangat umum mengenai tindakan yang normative yang tidak mungkin salah, serta
sama sekali tidak menyentuh hasil kajian yang ada. Bahkan dalam saran ini, penulis
boleh merinci sampai pada tingkat teknik yang berdasar, dan tidak sekedar saran
umum yang diambil dari simpulan yag ada.
DAFTAR RUJUKAN

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 142


Daftar rujukan ditulis berurutan berdaar alphabet, dan menulis nama harus benar.
Orang-orang barat biasanya ditulis dengan nama belakang diletakkan di depan bagi
penulis tunggal atau penulis pertama untuk rujukan yang ditulis oleh orang secara
berkelompok. Untuk anggota kelompok, tulisan nama disajikan apa adanya.
13.5. Cara Mengkoreksi Karya Ilmiah Yang Akan Dipublikasikan
Adapun cara yang biasa dilakukan dalam mengkoreksi karya ilmiah dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Author
Penulisan paper harus memperhatikan siapa saja yang dicantumkan dan untuk
alasan apa. Urutan penulisan author harus dipertimbangkan baik-baik. First author
biasanya diberikan kepada yang paling besar kontribusinya. Mahasiswa/i yang
sedang menempuh degree biasanya diberikan kesempatan menjadi first author
disertai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terbesar. Second author
lazimnya diberikan kepada coauthor yang paling intensif memberikan arahan
kepada first author. Last author biasanya untuk professor pimpinan laboratorium
yang sudah memiliki nama, walau mungkin kontribusi beliau terhadap studi
tersebut tidak sebanyak second author. Urutan ini lazim dipakai diberbagai
journal. Akan tetapi beberapa jurnal seperti Physical Review, memakai alphabetic
order dari nama author.
Kalau yang berkontribusi banyak, tidak perlu malu menuliskan semua penulis.
Paper yang berkaitan dengan kedokteran atau biologi, seringkali mencantumkan
banyak author, karena mereka banyak berperan dalam penyediaan data. Paper
Human Genome Project, misalnya, authornya bisa lebih dari 200.
Dalam penulisan paper, harus selalu berkonsultasi dengan para coauthor, terutama
pembimbing utama atau peneliti utama. Pengiriman harus atas persetujuan semua
author.
2. Introduction:
a) Harus ada penjelasan mengapa studi itu penting untuk dilakukan
b) Jelaskan pula, apa yang dilakukan oleh peneliti lain pada topik yang dipilih,
apa kelebihan dan kelemahan mereka, dan dimana studi yang anda lakukan
memberikan kontribusi terhadap masalah yang belum terpecahkan ? Ini akan
menjaga kesinambungan scientific knowledge, dimana pengetahuan yang

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 143


dibangun oleh peneliti yang lalu akan disempurnakan oleh peneliti yang
datang belakangan.
c) Bagian introduction ini ibaratnya etalase. Anda harus menempatkan barang
yang menarik pengunjung agar mereka mau mampir dan membeli.
Introduction harus dapat memikat orang agar mau membaca paper yang anda
tulis. Para professor atau orang yang sibuk biasanya hanya membaca abstract,
introduction dan conclusion. Karena itu pertanyaan yang dibuka di bagian
introduction harus terjawab saat membaca conclusion. Sehingga setelah
selesai membaca introduction dan conclusion, reader akan memahami posisi
anda, kontribusi apa yang anda berikan.
d) Di akhir introduction, lazim untuk menjelaskan struktur paper yang ditulis.
Section 2 menjelaskan apa, Section 3 menjelaskan apa, dan seterusnya.
3. Penjelasan mengenai metode yang diusulkan (proposed method)
1) Pada bagian ini dibahas novelty studi yang dilakukan. Novelty bisa berupa: (i)
mengusulkan metode baru untuk suatu kasus yang bukan baru, (ii) memakai
metode yang sudah ada untuk suatu kasus yang baru (iii) mengusulkan metode
baru untuk kasus yang baru.
2) Gambar dan Grafik
a) Caption ditulis di bawah gambar/grafik
b) Dalam panduan penulisan paper oleh IEEE, “Figure” ditulis singkat
“Fig.” baik saat muncul di awal maupun tengah.
c) Setiap gambar/grafik harus dibahas di dalam artikel. Jangan membuat
reader menafsirkan sendiri gambar/grafik karena tidak ada penjelasan di
artikel
d) Pastikan sumbu X dan sumbu Y diberi label, masing-masing
merepresentasikan apa dan apa unit-nya.
e) Perhitungkan bahwa paper anda akan diprint pada proceeding hitam
putih. Kalau pemakaian warna akan membuat informasi jadi tidak jelas,
maka pakailah format yang sederhana black on white dan tidak
memaksakan diri memakai gambar berwarna-warni.
f) Grafik tidak perlu diberi border/bingkai. Hati-hati saat memakai MS
Excell untuk meng-generate grafik, karena default-nya menyertakan
border hitam yang tidak diperlukan saat dimuat di paper.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 144


g) Apabila menulis flowchart, lebih baik memakai warna foreground black
dan background white. Apabila anda memberikan warna abu kepada
kotak, seringkali saat diprint membuat tulisan di dalam kotak itu -yang
umumnya berwarna hitam menjadi tidak jelas.
h) Apabila dalam gambar tersebut ada tulisan, perhatikan agar saat diresize
ke dalam paper tulisan itu tidak terlalu kecil. Biasanya dalam panduan
penulisan paper oleh jurnal hal ini akan diperingatkan. Karena author
seringkali lupa, saat copy-paste gambar ke paper, tulisan yang berada
dalam gambar menjadi terlalu kecil.
i) Pastikan tidak memakai gambar yg copyrighted. Pakailah gambar yg
dibuat sendiri, jangan memakai scanning dari paper/buku, untuk
publikasi formal.
j) Adakalanya kita perlu membedakan gambar yang dimuat: apakah untuk
menjelaskan algoritma yang dibahas, ataukah untuk memperlihatkan
hasil eksperimen. Untuk tujuan menjelaskan algoritma yang dibahas,
lebih baik memakai gambar yang sederhana (boleh juga synthetic image)
yang mampu memberikan imajinasi dengan tepat dan cepat kepada
pembaca, bagaimana algoritma itu berjalan. Untuk tujuan kedua, yaitu
memperlihatkan hasil eksperimen, anda boleh memakai gambar yang
lebih kompleks karena tujuannya menjelaskan bagaimana algoritma itu
berhasil dipakai pada data riil. Memakai data riil untuk menjelaskan
algoritma kadangkala menimbulkan unnecessary complexity. Pilihlah
gambar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
k) Masukkan gambar setelah dijelaskan dulu di dalam artikel.
1. Caption ditulis di atas tabel
2. Dalam panduan penulisan paper oleh IEEE, “Table” ditulis singkat
“Tab.” baik saat muncul di awal maupun tengah.
3. Setiap tabel harus dibahas di dalam artikel. Jangan membuat reader
menafsirkan sendiri tabel karena tidak ada penjelasan di artikel
4. Masukkan tabel setelah dijelaskan dulu di dalam artikel.
5. width line untuk plot atau ukuran huruf untuk keterangan plot harus
cukup besar sehingga orang yang sudah berumur masih dapat
membaca dengan jelas gambar dan keterangannya jika papernya

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 145


diprint dalam hitam putih (tidak perlu melihat gambar dan
keterangannya dengan men-zoom sampai 300% di pdfnya)
6. caption gambar harus self-explained. Pembaca harus dapat mengerti
kesimpulan yang dapat diambil dari gambar tersebut hanya dengan
membaca captionnya, tanpa harus mencari di text.
4. Experimental results
1. Selalu bertanya “why”. Mengapa eksperimen ini berhasil ? Mengapa gagal ?
Mengapa tidak optimal ?
2. Reader akan mengevaluasi anda dari kualitas argumen anda dalam menjawab
pertanyaan “why”
3. Experiment terbagi dua: heuristics dan demonstrative. Heuristic experiments
berisi keberhasilan dan kegagalan eksperimen yang dilakukan peneliti untuk
memahami suatu metode, mendalami behavior suatu algoritma/sistem, yang
akhirnya bertujuan menambah pengetahuan peneliti. Demonstrative
experiment dilakukan setelah heuristic experiment selesai/lengkap.
Demonstrative experiment ini tidak bertujuan untuk menambah pengetahuan
sang peneliti, melainkan untuk meyakinkan orang lain mengenai ide yang
ditulis. Jika demonstrative experiment ini tidak mampu meyakinkan
pembaca, maka paper anda tidak akan diterima untuk publikasi. Tetapi terlalu
banyak memakai waktu untuk membuat demonstrative experiment akan
membuat anda kehilangan waktu untuk mengerjakan heuristic experiment.
Akibatnya pengetahuan anda mengenai metode yang dibangun tidak akan
komplit. Trade off antara kedua jenis eksperimen ini harus dipertimbangkan
oleh peneliti dalam memanage waktu yang dimiliki.
4. Tidak harus menceritakan semua eksperimen yang dilakukan. Pilihlah
eksperimen yang dapat dipakai untuk membuat suatu cerita yang baik dan
runut, agar pembaca dapat memahami ide yang disampaikan.
5. Jangan pernah mengklaim bahwa metode anda adalah yang terbaik. Tidak
pernah ada metode yang terbaik untuk semua kasus. Anda harus membahas,
kapan metode itu berhasil dan kapan dia gagal. Dimana kelemahannya.
6. Jangan lupa mencantumkan spesifikasi komputer, OS, waktu pengambilan
data (tergantung sifat eksperimennya), running time (bedakan CPU time dan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 146


elapsed time. pelajari command “time” di linux. Yang dipakai adalah CPU
time)
7. Hati-hati dengan significant figures.
5. Conclusion
1. Conclusion mengulas secara singkat, apa yang dilakukan dan hasilnya
bagaimana
2. Jelaskan juga kelemahan dari studi yang dilakukan sebagai future work
penelitian tersebut.
3. Di bagian Conclusion, harus jelas, apa (academic) contribution dari studi
yang dilakukan. Kesimpulan itu yang akan diingat oleh reader.
6. Referensi
a. Jangan memakai terlalu banyak area paper untuk menuliskan konsep yang
sudah diketahui umum. Larikanlah ke referensi. Tiap halaman paper anda
sangat mahal. Dedikasikan untuk membahas metode/hasil baru yang
merupakan kontribusi orisinil anda.
b. Referensi yang dicantumkan harus dicite di dalam artikel.
c. Urutan prioritas: jurnal, peer review conference paper, conference paper tanpa
review, text book yang benar-benar fundamental dan penting.
d. Paper yang baik, akan memakai referensi yang mutakhir, misalnya 5 tahun
terakhir
e. Hati-hati saat menuliskan referensi dengan mencomot dari sana dan sini.
Karena style penulisan referensi bisa saja berbeda, seperti urutan nama: last
name dan singkatan first name. Harvard style referencing memakai urutan
alphabetic nama pengarang, sedangkan IEEE urutannya berdasarkan
kemunculan di paper. Pastikan anda mengikuti aturan yang ditetapkan editor.
f. Apabila anda akan men-cite software, terlebih dahulu periksa situs
pengembang software tersebut. Biasanya pengembang software akan
merekomendasikan cara membuat sitasi terhadap karyanya. Misalnya untuk
software WEKA, anda harus mengikuti permintaan pengembang sebagaimana
dapat dibaca di http://www.cs.waikato.ac.nz/ml/weka/index_citing.html
g. Jurnal/conference paper lazimnya memiliki informasi volume, issue number,
halaman dsb. Ini harus disitasi lengkap sesuai dengan aturan penulisan paper
(teknik referencing bisa jadi berbeda antara satu jurnal dengan yang lain.).

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 147


Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini prosiding dalam
bentuk CD ROM sudah diterima sebagai publikasi resmi. Adakalanya jurnal
juga diterbitkan secara online, sehingga tidak memiliki informasi halaman,
melainkan nomer unique. Contohnya:
http://www.malariajournal.com/info/about/ menyebutkan Articles in Malaria
Journalshould be cited in the same way as articles in a traditional journal.
However, because articles in this journal are not printed, they do not have page
numbers. Instead, they have a unique article number.The following citation:
Malar J 2004, 2:1
refers to article 1 from volume 2 of the journal.
As an online journal, Malaria Journal does not have issue numbers. Each
volume corresponds to a calendar year.
7. Lain-lain
1. Apabila anda akan memakai singkatan sebuah metode, misalnya SOM
untuk “Self Organizing Map”, pada saat muncul pertama kali di dalam
paper anda harus menyebutkan secara lengkap terlebih dahulu dan diikuti
dengan singkatannya di dalam kurung. Misalnya “Self Organizing Map
(SOM) is used to ….”. Setelah itu, anda boleh memakai singkatan SOM
tanpa harus menjelaskan kepanjangannya. Kesalahan sering terjadi saat
seorang penulis menulis singkatan tanpa menjelaskan terlebih dahulu apa
kepanjangannya.
2. Setelah penulisan draft selesai, seringlah konsultasi dengan pembimbing,
author maupun teman anda untuk membaca dan memberikan masukan.
Seringkali karena terlalu fokus pada wording dan konten, terjadi kesalahan
yang fatal tanpa disadari. Misalnya flowchart ternyata salah, grafik yang
ditampilkan ternyata salah, dsb. Anda mungkin tidak menyadari kesalahan
tersebut karena sedang fokus pada pemilihan argumen. Bantuan dari orang
lain sangat diperlukan, karena mereka lebih “tenang” dalam membaca
paper.
3. Garis bawahi kalimat utama tiap paragraf dan perhatikan, apakah ada
loncatan pembahasan dari satu paragraf ke paragraf yang lain.
4. Adakalanya anda menulis paper mengenai topik yang spesifik untuk negara
tertentu. Misalnya Natural Language Processing pada bahasa Indonesia.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 148


Saat menulis paper internasional, anda harus bayangkan bahwa pembacanya
adalah orang yang tidak memahami bahasa Indonesia. Sehingga untuk
contoh-contoh yang memakai bahasa Indonesia, harus diterjemahkan di
dalam paper. Tanpa terjemahan, paper anda tidak dapat difahami oleh
reader.
5. Saat menulis alamat, hati-hati dengan penulisan singkatan “jalan” sebagai
“Jl.”. Lebih baik anda tulis lengkap “Jalan”, misalnya “Jalan M.H.
Thamrin”, karena Jl ada kemungkinan dibaca “je-i” oleh orang asing.
6. Kalau ada keharusan menuliskan alamat, jangan lupa mencantumkan nama
negara: “Indonesia” di alamat yang tertulis di paper.
7. Orang Indonesia seringkali menulis simbol plus minus untuk menyatakan
lebih kurang, yaitu + 50. Secara teknis ini salah, karena artinya plus 50 dan
minus 50. Hindari singkatan yang spesifik difahami secara informal oleh
orang Indonesia.
8. Dalam menulis angka, perhatikan bahwa bahasa Inggris memakai titik,
bukan koma untuk pemisah pada angka decimal. Demikian juga, penulisan
basis pada logaritma, hendaknya mengacu ke bahasa Inggris. Yaitu basis
ditulis sebagai subscript setelah “log”, bukan super script sebelum log.
Penulisan kita banyak mengacu ke Belanda.
9. Perhatikan jurnal yang dituju. Apabila anda mengirim ke jurnal berbasis
Eropa seperti Nature, ikutilah British English. Jika anda mengirim ke jurnal
berbasis Amerika, ikutilah US English. Lazimnya kalau IEEE mengikuti
US. Contoh beberapa kata yang berbeda penulisan: colour (British)
vs color (US), tumour (British) vs tumor (US)
10. Perhatikan bahwa “that” dan “which” berbeda
11. Reviewer biasanya mengecek: abstract untuk mendapatkan quick view,
introduction untuk mengetahui posisi studi itu di belantara penelitian
sejenis, conclusion untuk mengetahui seberapa bagus hasil yang dicapai,
dan referensi untuk mengecek apakah author memakai referensi yang
terkini (rule of thumb: last 5 years papers), terpercaya dalam artian peer
reviewed.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 149


BAB XIV
PERILAKU ETIS DALAM PENELITIAN

14.1.Pengertian Perilaku Etis


Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam
masyarakat. Etika juga merupakan sopan santun atau tatakrama yang mengatur
hubungan-hubungan dan prilaku di dalam masyarakat. Menurut pandangan
Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas
moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika
membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat,
etika juga membantu kita untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan
norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam
tata kehidupan masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk
pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.Peneliti dalam
melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah
(scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun
intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan (Jacob, 2004).

14.2.Macam Prinsip Etis


Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat
prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan
subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas
(respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian
yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-
McGrath, Polit & Beck, 2004).
Prinsip pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 150


memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari: (1) penjelasan manfaat
penelitian; (2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan; (3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan; (4) persetujuan peneliti
dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur
penelitian; (5) persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja; dan (6)
jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek
tidak cukup memberikan proteksi bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-
penelitian klinik karena terdapat perbedaan pengetahuan dan otoritas antara peneliti
dengan subyek (Sumathipala & Siribaddana, 2004). Kelemahan tersebut dapat
diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian (Syse, 2000).
Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua
orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal
subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden.Prinsip ketiga, prinsip
keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu
kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun
yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di
antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh
dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 151


subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.Prinsip keempat, peneliti melaksanakan
penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat
semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat dijeneralisasikan di tingkat
populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek
(nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau
stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah
terjadinya ceder
a, kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian.
14.3.Tanggung Jawab Etis sebagai Peneliti
Tanggungjawab Peneliti dalam Perilaku dan Tindak-Karyanya Soeriatmaja (
2000) menyatakan bahwa melakukan kiprah penelitian IPTEK --seperti halnya
kegiatan manusia lainnya-- dibina atas suatu landasan kepercayaan masyarakat bahwa
hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti --yang dilaporkannya-- adalah
benar- benar sahih dan terpercaya. Karena itu, kepercayaan masyarakat pada para
peneliti IPTEK, khususnya dan Ilmu Pengetahuan apa pun pada umumnya harus
mencerminkan upaya para peneliti untuk menjunjung tinggi kepercayaan masyarakat
itu. Hal itu pulalah yang kemudian patut menjadi keinginan dan semangat tak kunjung
padam dari peneliti untuk memenuhi kepercayaan masyarakat tersebut. Hingga saat
ini, kiprah penelitian IPTEK sudah berkembang sedemikian rupa hingga penemuan
yang berkembang dari hasil penelitian telah menciptakan berbagai bentuk kemajuan
yang hampir tak bisa tertandingi dalam perjalanan ruang dan waktu di masa kini dan
masa datang. Demikian pula, dengan dampaknya terhadap masa depan Bumi dan
penghuninya sejagat.
Hal yang menjadi penting sekarang, kesadaran peneliti akan dirinya yang
seyogyanya berkiprah dengan menjun-jung kepercayaan masyarakat sepenuhnya.
Bukan hanya harus diwujudkan dalam tindak-karyanya, melainkan juga perlu menjadi
contoh/identitas bagi kiprah kehidupan dan karya manusia di bidang lain. Dengan
demikian, tampak bahwa pada sosok seorang peneliti IPTEK itu tercermin-kan pula
berperilaku dan berpola tindaknya yang tidak tanpa "etika". Dia berkiprah patut bukan
tanpa norma. Masalahnya kemudian, memperkenalkan norma dan etika peneliti dalam
melakukan penelitian IPTEK yang sekarang menjadi semakin kompleks memang
tidak mudah. Karena itu, sebaiknya diperkenalkan dalam proses pendidikan di tingkat

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 152


Pendidikan Tinggi (Dikti). Di Negara yang Maju Industrinya (c.q. Amerika Serikat,
misalnya), National Academy of Sciences & National Academy of Engineering, serta
Institute of Medicine mengeluarkan buku panduan: "On being a Scientist: Responsible
Conduct in Research". Dengan makna lain, "Peneliti bertanggungjawab" itu
mencerminkan suatu matra baru kepada peneliti yang bukan hanya sekedar
mempertanyakan minat besar dan mendalamnya atas kiprah penelitian, sehingga
tampak ketika melakukan suatu penelitian memang menunjukkan ketekunan yang
menggebu-gebu. Melainkan juga mutubaku etika yang dijunjungnya misalnya, dalam
proses pengambilan keputusan ketika berkiprahnya sebagai peneliti itu. Dalam proses
menentukan kesimpulan dari hasil penelitian, misalnya. Meskipun tentunya, yang
dikenal sebagai "etika peneliti" itu hingga saat ini pun masih tetap terbuka untuk
diperdebatkan, dibahas dan dikembangkan. Dijadikan contoh, misalnya, betapa
peneliti itu terpengaruh oleh tata-nilai yang menjadi pegangan atau keyakinan dalam
kehidupan dirinya, bisa tampak mendasari hasil karya penelitiannya Tercermin pada
sosok diri Charles Lyell, seorang peneliti pakar geologi yang amat terkenal.
Geologiwan Abad 19 ini tidak percaya pada perubahan geologi melalui
peristiwa/proses katastrofis (bencana), melainkan berlangsung --menurutnya-- dalam
proses pengimbuhan yang makin menyempurnakan (inkremental).
Lyell tampak lebih terpengaruhi oleh tata-nilai yang mendasari kepercayaan
pada agama yang berkembang dalam dirinya. Bahwa Tuhan Maha Pencipta adalah
juga Maha Penyempurna. Karena itu, etika penelitian --bagaimanapun-- perlu
dikembangkan sejak dini di wahana Dikti, melalui para pembimbingannya sejak S-1
dan S-2 bahkan hingga S-3 terutama yang meliput penelitian IPTEK yang perlu
didasari oleh kandungan kejujuran, keterbukaan, ketekunan, kepekaan, serta
kemitraan dalam tatalaksana penelitian yang bertanggungjawab itu.
Penelitian IPTEK itu bisa berakhir dengan keberhasilan yang membawa kepuasan
yang benar-benar menggugah semangat dan kemasyhuran. Namun bisa juga berbuntut
kekecewaan dan frustrasi yang menyakitkan hati. Bahkan justru berakhir pada tingkat
keprihatinan yang hampir mematahkan semangat. Pembimbing penelitian serta sang
peneliti itu sendiri patut bersiap-siaga untuk menghadapi kenyataan pahit ini sebagai
bagian dari proses guna mencapai kemajuan dalam penelitiannya. Anggaplah bahwa
situasi buruk yang dihadapinya itu adalah sebuah tantangan dalam wahana dan dunia
penelitian. Tantangan yang berarti suatu keadaan tak terhindarkan yang

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 153


menghadapkan sang peneliti pada masalah dalam penelitian yang sedang digarapnya,
sehingga pemecahannya memerlukan suatu kemampuan baru. Menjadi nasib sang
peneliti untuk sering dihadapkan pada keterbatasan dirinya, namun "the show must go
on".
Pelanggaran Terhadap Etika Kegiatan Ilmiah. Kebiasaan baik dalam ilmu
pengetahuan adalah dibenarkanya pemakaian pengetahuan yang ada, dengan syarat
bahwa sumbernya disebutkqan. Kelalaian seseorang melakukan ini sama dengan
mencuri, dan kalau sebagai besar tulisan orang lain diambil alih maka terjadi apa yang
disebut plagiat. Plagiarisme menurut Oxford English Dictionary (Simpson 2002)
adalah: The wrongful appropriation, purloining, publishing, expressing, or taking as
one's own the thoughts, writings, inventions, or ideas (literary, artistic, musical,
mechanical, etc.) of another. Dalam mengajukan suatu pendapat atau penemuan baru
dikenal hak prioritas yaitu orang pertama yang mengemukakan pendapat atau
penemuan itu dianggap sebagai paling berhak. Beberapa factor yang mendorong
palgiarisme, yaitu:
1. Tekanan formal dan informal pada peneliti sistem informasi untuk melakukan
publikasi
Secara informal, peneliti sistem informasi yang secara konsisten dapat
melakukan publikasi jurnal yang memiliki proses review detail dengan tingkat
penolakan tinggi akan lebih dihargai oleh yang lain dari pada peneliti yang
tidak mempublikasikan jurnal seperti itu. Secara formal, tekanan peneliti
sistem informasi sering dihubungkan dengan proses akademik pada universitas
peneliti berada. Banyak proses akademik pada universitas yang memfokuskan
pada pengajaran dan penelitian yang memerlukan publikasi hasil kerja dalam
bentuk jurnal dengan kualitas tinggi. Tetapi jika mereka gagal untuk
melakukannya akan berakibat pemberhentian kerja dan juga akan sulit
menemukan pekerjaan baru.
2. Terbatasnya pengetahuan mengenai seberapa jauh peminjaman ide
diperbolehkan, cara yang tepat dalam melakukannya dan konsekuensi
plagiarisme bagi korban dan plagiator. Proses penelitian berkaitan dengan
membangun pengetahuan awal dan menambahkan pandangan baru ke
pengetahuan awal. Proses ini jarang dilakukan tanpa meminjam dan
mengembangkan dari ide peneliti yang lain. Pemakaian ide walaupun

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 154


diungkapkan dengan cara yang berbeda, harus mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan. Tetapi kemungkinan peraturan ini kurang dipahami oleh setiap
orang dalam komunitas peneliti sistem informasi. Selain itu juga cukup banyak
plagiator yang berpendapat plagiarisme tidak terlalu merugikan korban.
3. Sistem yang menyulitkan tindakan perlawanan terhadap plagiarisme.
Jika masalah plagiarisme ini diselesaikan melalui jalur hukum, kemungkinan
pengarang asli dapat memenangkan kasus tetapi pengarang asli harus
membayar biaya untuk itu. Selain itu ada juga kemungkinan plagiator
menuntut balik Dusta dalam penelitian terjadi bila seorang tidak melaporkan
metodenya selengkapnya, mengubah data atau malah membuat data fiktif.
Kelihatannya memang janggal tetapi kejadian serupa ini sering terjadi
(Rumawas, 2002) Pembubuhan nama seseorang yang tidak melaksanakan
penelitian pada tulisan imiah. Meskipun kelihatan begitu jelas, ada saja
direktur lembaga, pemimpin proyek, dekan atau siapa saja dalam posisi
kekuasaan meuntut pencatuman namanya dan tidak jarang sebagai penulis
utama. Dalam aturan pencantumkan nama pengarang dalam tulisan ilmiah,
biasanya diurut berdasarkan kontribusi dalam pekerjaan yang dilakukan
namun berbagai variasi mungkin saja terjadi. Seorang peneliti senior mungkin
saja mendahulukan anak bimbimnya karena ingin memperkenalkannya
kedalam masyarakat ilmiah.
14.4.Etika Penelitian dan Komisi Etika Univeristas
Melaksanakan dan mengembangkan proses belajar mengajar di pendidikan tinggi
harus dapat mendorong sikap mandiri, inovasi, kreasi dan suasana kondusif untuk
terwujudnya interaksi akademik yang bertanggungjawab dan didasarkan pada "nilai
moral dan etika" guna kehidupan akademik yang bersifat akuntabel, transparan,
mencerminkan profesionalisme dan mengacu pada standar internasional untuk
meningkatkan daya saing bagi masing-masing unit kegiatan (Purnomo, 2004). Dalam
hubungannya dengan maksud proses belajar mengajar harus berdasarkan nilai-nilai
moral dan etika, maka semua sivitas akademika (dosen, mahasiswa, dan staf
administratif) harus mengerti dan melaksanakan landasan nilai etika di universitas.
Kelompok landasan nilai etika di universitas bagi semua sivitas akademika terdiri atas:
1. Etika Universitas
2. Etika Pendidikan

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 155


3. Etika Penelitian
4. Etika Pengabdian Masyarakat
5. Etika Profesi.
Pada kesempatan kali ini hanya mempertajam tinjauan yuridis etika penelitian
(ang sebenarnya tidak jauh berbeda 4 etika lainnya. Di era globalisasi pendidikan
tinggi mengharuskan setiap universitas harus mengembangkan paradigma baru dalam
bentuk kebijakan akademik. Bentuk paradigma baru kebijakan akademik universitas,
pada khususnya dalam kebijakan penelitian sebagai salah satu bagian dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi harus memuat konsepsi tentang (1) Visi dan misi, (2) Tujuan, (3)
Program, (4) Sumber daya, (5) Evaluasi program, (6) Nilai etika / kode etik, dan (7)
Kelembagaan.
Kelembagaan dalam lingkup penelitian harus dikembangkan sebagai embaga yang
berwibawa dan berwenang untuk mensosialisasikan dan menegakan penelitian beserta
etikanya sebagai bagian etika universitas ataupun penegakan terhadap pelanggaran
kode etik penelitian sudah harus dilakukan prevensi oleh universitas yang menetapkan
diri sebagai "research university" yaitu melaksanakan kegiatan penelitian yang hasil
akhirnya digunakan sebagai dasar dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan
Tinggi untuk menjaga prestige universitas.
Pelanggaran etika penelitian bukan saja menyangkut kegiatan di lapangan, akan
tetapi bisa menyangkut keseluruhan 6 komponen proposal penelitian meliputi (1)
judul, (2) latar belakang masalah, (3) fokus permasalahan, 4) tinjauan pustaka, (5)
metode penelitian, (6) hasil penelitian dengan analisis, kesimpulan/rekomendasi. Tiga
uusur normatif sebagai satu kesatuan yang menjadi pelanggaran norma etika penelitian
meliputi ( 1) orisinalitas (2) aktualitas, (3) faktualitas dari obyek penelitian. Dua
bentuk hasil penelitian yang mengandung nilai kebenaran ilmiah berupa produk (1)
laporan umum hasil penelitian berbagai bidang ilmu, dan (2) laporan hasil penelitian
yang tertuang dalam karya tulis ilmiah (disertasi/tests/skripsi) untuk sumbangan
perkembangan i1mu pengetahuan (Iptek) yang satu sama lainnya
dipertanggungjawabkan nilai kebenaran masing-masing berdiri sendiri dan beresiko
tinggi untuk menjadi bahan penjiplakan sebagai pelanggaran etika penelitian.
Potensi pelanggaran etika penelitian yang menyangkut tiga unsur norma ciri khusus
penelitian, enam komponen proposal penelitian yang dapat menuntur terhadap kualitas
dan manfaat penelitian, dan dua bentuk hasil penelitian yang mempunyai nilai

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 156


kebenaran suatu karya ilmiah, harus menjadi salah satu kunci utama pengembangan
ilmu di universitas atau perguruan tinggi lainnya yang wajib menghormati
pertimbangan nilai moral dan nilai etika. Adapun kunci utama lainnya dapat meliputi
tentang kepemilikan hasil penelitian, tentang publikas hasil penelitian, dan seterusnya
juga harus mendapatkan perhatian dari pertimbangan nilai moral dan nilai etika.
Upaya mewujudkan peningkatan kualitas, kuantitas, dan kemanfaatan penelitian
di perguruan tinggi atau suatu universitas yang diperkokoh dengan norma dan sanksi
etika terutama yang sudah disusun dalam bentuk "kode etik" penelitian dapat
dilaksanakan dengan baik, apabila mendapat dukungan semangat penegakan nilai
kebenaran ilmiah dilandasi prinsip kebebasan akademik dengan jaminan senantiasa
diselenggarakan atas kepatuhan/ketaatan pada nilai moral dan nilai etika. Model
penegakan kode etik penelitian dan tindakan atas pelanggaran kode etik dilaksanakan
melalui konsep hukum menormatifkan kode etik di tingkat hukum administratif oleh
peraturan rektor universitas.

MODUL METODOLOGI PENELITIAN 157

Anda mungkin juga menyukai