BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan
seseorang terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat menjurus kepada
keingintahuan ilmiah. Misalnya dari pertanyaan apakah bulan mengelilingi bumi,
apakah matahari mengelilingi bumi. Timbul keinginan untuk mengadakan
pengamatan secara sistematik, yang akhirnya melahirkan kesimpulan, bahwa bumi itu
bulat, bahwa bulan mengelilingi matahari dan bumi juga mengelilingi matahari.
Contoh lain dibidang pendidikan, sosial, agama, dan lain-lain. Keingintahuan tentang
masalah-masalah pendidikan telah membuat seseorang mengadakan pengamatan-
pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang dimaksud.
Pengamatan-pengamatan yang dlakukan seseorang dalam upaya untuk menjawab
keingintahuan, telah melahirkan sebuah kesimpulan. Hal ini membutuhkan ‘ilmu’
sebagai dasar untuk melakukan upaya tersebut. Ilmu atau sains adalah pengetahuan
tentang fakta-fakta, baik natural atau sosial, yang berlaku umum dan sistematik.
Menurut Maranon, Ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau
semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh, termasuk didalamnya
pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematik melalui pengamatan dan
percobaan yang terus-menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang
bersifat umum. Tan berpendapat, ‘Ilmu’ bukan saja merupakan suatu himpunan
pengetahuan yang sistematik, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah
memberikan metode dan sistem. Tanpa ilmu, sesuatu pekerjaan tidak akan berjalan
dengan teratur. Nilai dan ilmu dapat menjadikan seseorang yang ilmiah, baik dalam
keterampilan, dalam pandangan maupun dalam tindak tanduknya.
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan rasionalisasi sebagai
hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan dan dapat meningatkan keterampilan
observasi, eksperimen, klasifikasi, analisis, dan membuat generalisasi. Dengan adanya
keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang, dan
membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering
disebut penalaran. Konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Keduanya dimulai
Matematika
Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana berpikir deduktif sifat
• jelas, spesifik dan informatif
• tidak menimbulkan konotasi emosional
• kuantitatif
Statistika
statistika ialah pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif sifat :
• dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian
• untuk menentukan hubungan kausalitas antar factor terkait
Dampak kemajuan teknologi moderen telah diteliti dengan model penelitian yang
terintegrasi, khususnya terhadap masyarakat dan budaya. Hasil kemajuan teknologi di
Taiwan telah membawa negara itu mengalami “keajaiban ekonomi”, sekalipun
demikian hasilnya tidak selalu positif. Kemajuan tersebut membawa banyak
perubahan kebiasaan, tradisi dan budaya di Taiwan. Berdasarkan penelitian tersebut
terdapat lima hal yang telah berubah selama periode perkembangan teknologi di
negara tersebut yaitu :
1. Perubahan-perubahan dalam struktur industri berupa : meningkatnya sektor
jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur.
Apa yang dimaksud dengan penelitian ? Mengapa penelitian diperlukan ? Apa ciri
metode ilmiah ? Bagaimana penelitian yang baik ?
Research is a systematic attempt to provide answers to questions. Such answer may
be abstract and general as is often the case in basic research or they may be highly
concrete and specific as is often the case in applied research. (Tuckman 1978:1)
Berdasarkan definisi di atas secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian
merupakan cara-cara yang sistematis untuk menjawab masalah yang sedang diteliti.
Kata sistematis merupakan kata kunci yang berkaitan dengan metode ilmiah yang
berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan ketuntasan. Secara lebih
detil Davis (1985) memberikan karakteristik suatu metode ilmiah sebagai berikut:
1. Pertama: Metode harus bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan
adanya proses yang tepat dan benar untuk mengidentifikasi masalah dan
menentukan metode untuk pemecahan masalah tersebut.
2. Kedua:Metode harus bersifat logis, artinya adanya metode yang digunakan
untuk memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara
rasional didasarkan pada bukti-bukti yang tersedia.
3. Ketiga:Metode bersifat obyektif, artinya obyektivitas itu menghasilkan
penyelidikan yang dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
4. Keempat:Metode harus bersifat konseptual dan teoritis; oleh karena itu, untuk
mengarahkan proses penelitian yang dijalankan, peneliti membutuhkan
pengembangan konsep dan struktur teori agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5. Kelima: Metode bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada
kenyataan / fakta di lapangan.
Setiap ilmu pengetahuan selalu diperoleh dari penelitian. Ilmuwan cenderung
memiliki pandangan yang agak ketat memiliki pandangan yang ketat mengenai apa
yang disebut penelitian ilmiah dan bukan ilmiah. Secara umum penelitian ilmiah dapat
didefinisikan sebagai investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim
diketahui orang dalam dunia tulis menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga
sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah, baik
karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-
keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama,
karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Yang dimaksud dengan faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan
objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Dengan kata lain, ia harus ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan
karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang kadangkala menjadi dasar bagi para
ahli bahasa untuk melakukan pengklasifikasian.
2.3.Metode Ilmiah
Benturan antara tuntutan praktis dengan tuntutan adanya pengetahuan yang
tahan uji membuahkan suatu tuntutan normatif untuk adanya suatu metode ilmiah.
Meskipun tidak ada konsesus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode ilmiah
umumnya memiliki bebrapa karakteristik umum sebagai berikut:
- Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis. Karakteristik ini mendorong suatu
kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode
untuk mendapatkan solusinya.
- Metode ilmiah adalah logis. Logis merujuk pada metode dari argumentasi
ilmiah. Kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada.
- Metode ilmiah adalah objektif. Objektivitas mengandung makna bahwa hasil
yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama
dilakukan pada kondisi yang sama. Dengan kata lain hasil penelitian dikatakan
ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
Jenis – jenis penelitian dibedakan berdasarkan jenis data yang diperlukan secara
umum dibagi menjadi dua: penelitian primer dan penelitian sekunder.
1. Penelitian Primer
Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama,
biasanya kita sebut dengan responden. Data atau informasi diperoleh melalui
pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuesioner atau lisan dengan
menggunakan metode wawancara. Yang termasuk dalam kategori ini ialah:
a. Studi Kasus: Studi kasus menggunakan individu atau kelompok sebagai
bahan studinya. Biasanya studi kasus bersifat longitudinal
b. Survei: Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan
untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Pada
umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar,
semakin hasilnya mencerminkan populasi.
c. Riset Eksperimental: Riset eksperimental menggunakan individu atau
kelompok sebagai bahan studi. Pada umumnya riset ini menggunakan dua
kelompok atau lebih untuk dijadikan sebagai obyek studinya. Kelompok
pertama merupakan kelompok yang diteliti sedang kelompok kedua sebagai
kelompok pembanding (control group). Penelitian eksperimental
menggunakan desain yang sudah baku, terstruktur dan spesifik.
2. Penelitian Sekunder
Penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama
sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab
masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang
menggunakan studi kepustakaan dan yang biasanya digunakan oleh para
peneliti yang menganut paham pendekatan kualitatif.
Penjelasan untuk tiap macam tujuan diberikan di bawah ini. Tapi perlu kita ingat
bahwa penentuan tujuan, salah satunya, dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengethaun
yang terkait dengan permasalahan yang kita hadapi (“state of the art”). Misal, bila
masih “samarsamar”, maka kita perlu bertujuan untuk menjelajahi (eksplorasi) dulu.
Bila sudah pernah dijelajahi dengan cukup, maka kita coba terangkan (deskripsikan)
lebih lanjut.
2. Deskripsi
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau
membedakannya dengan fenomena yang lain. Sebagai contoh, meneruskan contoh
pada bahasan penelitian eksplorasi di atas, yaitu misal: ternyata wanita lebih
cenderung duduk di bagian depan kelas daripada laki-laki, maka penelitian lebih
lanjut untuk lebih memerinci: misalnya, apa batas atau pengertian yang lebih tegas
tentang “bagian depan kelas”? Apakah duduk di muka tersebut berkaitan dengan
macam mata pelajaran? tingkat kemenarikan guru yang mengajar? ukuran kelas?
Penelitian deskriptif menangkap ciri khas suatu obyek, seseorang, atau suatu
kejadian pada waktu data dikumpulkan, dan ciri khas tersebut mungkin berubah
3. Prediksi
Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang
memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan
mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari,
misalnya dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu—
yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai kemungkinan besar
untuk berhasil dalam studinya (prediksi hubungan antara skor ujian masuk dengan
tingkat keberhasilan studi nantinya).
4. Eksplanasi
Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena atau
lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah suatu eksplanasi
(keterkaitan sebab-akibat) valid atau tidak, atau menentukan mana yang lebih valid
diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing. Penelitian eksplanasi
(menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan, misalnya, “mengapa” suatu kota
tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan lebih tinggi dari kota-kota tipe lainnya.
Catatan: dalam penelitian deskriptif hanya dijelaskan bahwa tingkat kejahatan di
kota tipe tersebut berbeda dengan di kota-kota tipe lainnya, tapi tidak dijelaskan
“mengapa” (hubungan sebab-akibat) hal tersebut terjadi.
5. Aksi
Penelitian aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di atas dengan
penetapan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu.
Penelitian ini umumnya dilakukan dengan eksperimen tidakan dan mengamati
hasilnya; berdasar hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui
fenomena bahwa meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin dari suhu ruang,
orang tetap memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian
Latihan :
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah ? Adakah penelitian yang tidak
ilmiah?
2. Dengan kata-kata anda sendiri, coba didefinisikan apa yang dimaksud dengan
penelitian sistem informasi ?
3. Apa perbedaan antara penelitian dasar dan terapan ?
4. Jelaskan berbagai jenis penelitian disertai contohnya ?
5. Jelaskan bagaimana cara memilih metode penelitian yang paling tepat ?
Penelitian (riset) yang baik adalah penelitian yang benar. Secanggih dan sedalam
apapun penelitiannya, tetapi jika hasil penelitian tidak dapat dipercaya maka penelitian
ini tidak akan berguna. Penelitian yang benar tidak akan digunakan di praktek dan
pendidikan karena hasilnya dapat menyesatkan. Penelitian yang baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut ini:
1. mampu menjual ide penelitian
2. dirancang dengan baik
3. dikomunikasikan hasilnya dengan baik
Banyak orang terpelajar beranggapan bahwa meneliti adalah tugas para ahli, doktor,
profesor. Sangat disayangkan apabila anggapan semacam itu merembes ke pikiran
mahasiswa. Siapa pun, dari bidang mana pun orang boleh mengadakan penelitian atau
membutuhkan penelitian untuk meningkatkan usaha yang dilakukan. Caranya ada dua
macam, yaitu :
1. Meneliti apa yang terlaksana menurut kejadiannya, sengaja menimbulkan
kejadian (eksperimen)
2. Meneliti apa yang sudah ada (noneksperimen)
Misalnya penelitian pendidikan, berhubungan dengan pelaksanaan belajar mengajar
di sekolah, meliputi: kurikulum, guru, karyawan, siswa, pengelolaan, sarana, dan lain-
lain.
Ruang lingkup objek penelitian sangat luas, mencakup hal-hal apa saja, misalnya:
1. penelitian pendidikan, berhubungan dengan pendidikan, baik pendidikan di
sekolah, di keluarga, maupun di masyarakat.
2. Penelitian sosial, berhubungan dengan kehidupan sosial, kemiskinan, budaya,
dan lain-lain.
3. Penelitian industri, berhubungan dengan dunia industri.
4. Penelitian lingkungan, berhubungan dengan lingkungan, alam, pencemaran,
dan lain-lain.
Menurut pendapat Somers, bahwa beberapa syarat supaya pelaksanaan
penelitian dapat berjalan lancar dan berhasil, syaratnya sebagai berikut:
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada tiga unsur yang menjadi “sentral” keterkaitan
unsur-unsur proposal, yaitu: (a) rumusan permasalahan, (b) tinjauan pustaka, dan (c)
cara penelitian. Rumusan masalah berfungsi mengarahkan fokus penelitian,
sedangkan tinjauan pustaka merupakan dialog dengan khazanah ilmu pengetahuan,
dan cara (metode) penelitian menjadi cetak biru (rancangan) untuk pelaksanaan
penelitian. Karena ketiga unsure ini menjadi sentral dari isi proposal penelitian, maka
bahasan dimulai dari ketiga unusr tersebut. Bahasan di bawah ini bersifat singkat,
sedangkan bahasan yang lebih panjang lebar diberikan dalam bab-bab tersendiri.
Catatan: Bahan awal tersebut perlu dikembangkan terus sejalan dengan berjalannya
penelitian.
Contoh 2:
Bagian kedua, pembahasan, disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan dalam
bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan keterbatasan bahwa
tidak mungkkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang
sama; ada pustaka yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka
lainnya. Dalam hal ada kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu
pustaka; sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci. Misal :
Komponen Sistem Penunjang Pembuatan Keputusan, seperti dijelaskan oleh Mittra
(1986), meliputi empat modul: pengendali, penyimpan data, pengolah data, dan
pembuat model. Penjelasan serupa diberikan pula oleh Sprague dan Carlson (1982),
dan Bonczek et al. (1981). Sebagai peninjauan yang bersistem, disamping menuruti
organisasi yang telah ditetapkan, dalam pembahasan secara rinci perlu ditunjukkan
keterkaitan satu pustaka dengan pustaka lainnya. Bukan hanya menyebut “Si A
menjelaskan bahwa . . . . . . Si B menerangkan . . . .
. . Si Z memerinci . . . . . . “; tapi perlu dijelaskan keterkaitannya, misal “Si B
menerangkan bahwa . . . . . . sebaliknya si G membantah hal tersebut dan menyatakan
bahwa . . . . . .
Bantahan serupa muncul dari berbagai pihak, misalnya diungkapkan oleh si W, si S
dan si Y. Ketiga penulis terakhir ini bahkan menyatakan bahwa . . . . . .
. . . . “. Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh
masing masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis).
Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang
dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor halaman). Misal: Dalam hal
organisasi tinjauan pustaka, Castetter dah Heisler (1984, hal. 43-45) menyarankan
tentang bagian-bagian tinjauan pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2)
pembahasan, dan (3) kesimpulan. Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat
dengan cara penulisan daftar pustaka.
Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir penulis;
dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya. Susunan dan format
daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang lengkap tentang
yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka:
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan
bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam
tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya
ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut aturan
pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya
hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan
pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu terjadi.
Contoh:
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
Contoh:
a. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
b. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D.
6 . Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan.
Anderson, T.F. 1951. Techniques for the Preservation of Three Dimensional Structure
in Preparing Specimens for the Electron Microscope. Trans. N.Y. Acad. Sci.
13: 130- 134.
Andrew, Jr., H.N. 1961. Studies in-Paleabotany. John Wiley & Sons, Inc., New
York. Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical Microtechnique and
Cytochemistry. The lowa State University Press, Ames. Iowa.
Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnagar, 1981. The Embryology of Angiosperms. Vikas
Publishing House PVT Ltd., New Delhi.
Dawes. C.J. 1971. Bio/ogica/ Techniques in E/ectron Microscopy. Barnes & Nob/e,
/nc., New York.
Dv Praw, E.J. 1972. The Bioscience: Cel/ and Mo/ecu/ar Bio/ogy. Cell and Molecular
Biology Council, Standford, Califomia.
Bohlin, P. 1968. Use of the Scanning Reflection Electron Microscope in the Study of
Plant and Microbial Material. J. Roy. Microscop. Soc. 88: 407 - 418.
Erdtman, G. 1952. Po/len Morpho/ogy and P/ant Taxonomy. Almquist & Wiksell,
Stockholm – The Chronica Botanica Co., Waltham, Mass.
Esau, K. 1965. P/ant Anatomy. JohnWiley & Sons. Inc., New York.
Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. John Wiley 8 Sons. New York.
Faegri, K. and J. Iversen.- 1975. Texbook of Po/len Ana/ysis. Hainer Press, New
York.
McTaggart, D., Findly, C. & Parkin, M., 1996, Economics, 2nd ed., Sydney, Addison-
Wesley.
Cantumkan judul artikel dalam tanda petik editor gunakan tanda ‘&’
Daniels, P., 1992, “Australia’s Foreign Debt: Searching for the Benefits” in, P. Maxwell & S.
Hopkins, Macroeconomics: Contemporary Australian readings, 2nd ed., Pymble, Harper.
Artikel Jurnal
Abrahamson, A., 1991. ‘Managerial Fads and fashions: The Diffusion and rejection of
Inovations’ Academy of management Review, 16(3), 586-612.
Judul jurnal yang dicetak miring atau garis bawah volume terbitan halaman
Artikel Majalah
Jayasankaran, S. 2000. “Malaysia: Miracle Cure”, Far Eastern Economic Review, May
11, p36.
Cantumkan tanggal
Nama artikel
Chan, P. 1997. Same or Different?: A Comparison of The Beliefs Australian and Chinese
University Students Hold about Learning’ Proceeding of AARE conference,
Swinburne University.
http://www.swin.edu.au/aare/97pap/CHAN97058.html
Statsoft, inc. 1997. Electronic Statistics Textbook, Tulsa OK., StatSoft Online,
http://www.statsoft.com/textbook/stathome.html accessed May 27, 2000.
Ardani, A. 1992. Analysis Of Regional Growth And Disparity: The Impact Analyisis
of The Inpres Project on Indonesian Development. Unpublished PhD
dissertation, University of Pensylvania, US.
Bachruddin, Z., Kuncoro, M., Widyobroto, B.P., Murti, T.W., Zuprizal, & Ismoyo.
1996. Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan
Usaha Kecil. Yogyakarta: LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi &
PPK.
BPS. 1999. Statistical Yearbook of Indonesia 19989. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
Darmapatni, I. A. I., & Firman T. 1995. Problems and Challenges of Mega Urban
Regions in Indoensia: The Case of Jabotabek and the Bandung metropolitan
Southeast Asia. Vancouver: UBC Press.
Dick, H. 1993. The Economic Role of Surabaya. In H. Dick, J.J. Fox, & J. Mackie
(Eds.), Balanced Development: East Java in The New Order (pp. 326-343).
Singapore: Oxford University Press.
Henderson, J. V., Kuncoro, A., & Nasution, D. (1996). The Dynamic of Jabotabek
Development. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 32(1), 71-95.
Hill, H. (1996). The Indonesian Economy Since 1966: Southeast Asia’s Emerging
Giants. Cambridge: Cambridge University Press.
UN. (1998). World Urbanization Prosepects The 1996 Revision: Estimates and
projections of Urban and Rural Populations and of Urban Agglomerations. New
York: Departement of Economics and Social Affairs, Population Division,
United Nations.
9.8.Kutipan
Kutipan adalah pengarang yang diacu dalam badan tulisan. Kutipan mencantumkan
nama keluarga penulis dan tahun peneribitan di dalam kurung. Nomor halaman juga
dicantumkan jika anda memakai uraian dengan kata-kata sendiri yang mirip dengan
pendapat orang lain atau catatan. Beberapa pedoman dasar yang perlu diperhatikan:
- Kutipan harus diletakkan di akhir kalimat, di dalam tanda baca. Contoh,
aspek sistem perpajakan tersebut paling signifikan (Larsen, 1971). Atau
dengan cara lain, nama keluarga penulis dapat digabungkan ke dalam teks.
Contoh, Larsen (1971) menyatakan bahwa aspek sistem perpajakan tersebut
sangat signifikan.
- Kutipan dapat ditulis dengan cara (Cooper, 1999) atau (Cooper, 1999:23) atau
Cooper (1999) atau Cooper (1999:23) tergantung bagaimana cara mengutip
dan apakah mencantumkan halaman referensi atau tidak.
- Kutipan harus digunakan setiap kali anda mengutip pemikiran dan informasi
berdasarkan karya penulis yang dipublikasikan. Jika anda menggunakan
catatan atau kata-kata sendiri yang sangat mirip dengan pernyataan sumber,
anda harus mencantumkan halaman referensi Halaman referensi dan tahun
publikasi dipisahkan dengan titik dua. Contoh: (Cooper, 1999:23)
- Jik aterdapat dua atau lebih penulis, gunakan penghubung (&) di dalam
kurung. Contoh, (Dunphy & Stace, 1990) atau Dunphy & Stace (1990).
- Jika terdapat tiga penulis atau lebih, penulisan pertama kali sebutkan semua
penulis, kemudian untuk penulisan berikutnya cukup tuliskan nama penulis
pertama diikuti dengan et. al. Contoh Mc taggart et al.
- Jika sebuah publikasi tidak memiliki pengarang, gunakan nama organisasi
sebagai pengarang.
- Dua atau lebih pernyataan yang telah dikutip oleh penulis lain, anda perlu
menyatakan (carini, dikutip dalam Patton, 1990).
- Dua atau lebih kutipan harus dituliskan sesuai urutan abjad dan dipisahkan
dengan tanda titik koma. Contoh, (Abrahamson, 1991; Daniels, 1992).
Karakteristik Rural:
Karakteristik Urban:
Skenario 1:
Rumah tangga dengan karakteristik :
Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau
disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat
dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut
juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan
menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner. Daftar pertanyaan (questionnaire)
adalah suatu daftar yang berisi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus
yang memungkinkan analis sistem untuk mengumpulkan data dan pendapat dari
responden-responden yang dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudian akan dikirimkan
kepada responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat mereka.
Penggunaan daftar pertanyaan ini mendapat banyak kritik karena diragukan hasilnya.
Akan tetapi untuk mengumpulkan data dari jumlah sumber yang banyak, tidak ada
teknik pengumpulan data lainnya yang lebih efisien dibandingkan dengan daftar
pertanyaan. Sebelum anda menggunakan daftar pertanyaan, pertimbangkanlah
terlebih dahulu kebaikan dan kejelekan.
11.1.Kebaikan Daftar Pertanyaan
Daftar pertanyaan mempunyai beberapa kebaikan dibandingkan dengan teknik
pengumpulan data yang lainnya. Kebaikan dari daftar pertanyaan adalah sebagai
berikut:
1. Daftar pertanyaan baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi daftar pertanyaan
dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
3. Daftar pertanyaan secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
4. Karena daftar pertanyaan biasanya tidak mencantumkan identitas responden,
maka hasilnya dapat lebih objektif.
11.2.Kejelekan Daftar Pertanyaan
Disamping daftar pertanyaan mempunyai beberapa kebaikan, tetapi juga mempunyai
beberapa kejelekan sebagai berikut:
1. Daftar pertanyaan tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan
dengan sepenuh hati.
2. Format Pasti
Daftar pertanyaan format pasti (fixed format questionner) berisi dengan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah pasti dengan memilih jawaban
yang tersedia. Hasil dari daftar pertanyaan tipe ini akan lebih mudah untuk
ditabulasi dan diisi oleh responden. Daftar pertanyaan tipe ini mempunyai
beberapa bentuk pertanyaan.
1. Check-off questions
Macam dari pertanyaan-pertanyaan ini dibuat sehingga responden dapat
memeriksa (Check-off) jawaban-jawaban yang sesuai misalnya :
Mana yang menjadi pemasok dari perangkat keras saudara ?
Penulisan skripsi untuk semua jenis penelitian disajikan dalam lima bab sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab III : Tinjauan Umum
Bab IV : Analisis dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
Untuk lebih lanjut: Lihat Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang berlaku di
STMIK/Politeknik PalComTech !
Setiap penulisan dari bab ke bab dianggap perlu untuk menyajikan alinea
pembuka/penghubung berisi uraian pengantar yang menjelaskan keterkaitan bab yang
bersangkutan dengan bab sebelumnya. Alinea penghubung ini ditulis dalam alinea
pertama dari setiap awal bab.
12.1. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun penjelasan secara rinci sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Permasalahan
b. Perumusan Permasalahan
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian
PENJELASAN
a. Latar Belakang Permasalahan
1) Latar Belakang Permasalahan merupakan penjelasan fenomena yang diamati
dan menarik perhatian peneliti dan bukan merupakan alasan pemilihan judul.
2) Latar Belakang Penelitian harus dapat didukung oleh data penunjang, yang
dapat digali dari sumber utama dan/atau sumber kedua seperti Biro Pusat
Statistik, laporan keuangan perusahaan, dokumen perusahaan (dokumen
terstruktur dan tidak baku dan telah diolah oleh peneliti), data kinerja
jaringan, hasil penelitian terdahulu, jurnal dan internet. (didukung data
kuantitatif)
b. Rumusan Permasalahan
1) Rumusan permasalahan disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat
tanya, yang isinya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu
dipecahkan atau adanya permasalahan yang perlu untuk dijawab.
2) Rumusan permasalahan merupakan inti penelitian, sehingga bisa dipakai
pertimbangan menyusun judul dan hipotesa
c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti
sebelum melakukan penelitian dan mengacu pada permasalahan. Berikut
ini beberapa contoh cara pengungkapan tujuan penelitian yang umumnya
diawali dengan kalimat tujuan penelitian adalah untuk …………. atau
penelitian ini bertujuan untuk …………………dan sebagainya.
2) Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian, menguraikan kontribusi yang diharapkan dari hasil
penelitian itu sendiri.
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Kerangka Teori
b. Hipotesis Penelitian (jika ada)
PENJELASAN
a. Kerangka Teori
1) Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian
terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri)
2) Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai
keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
3) Penulisan nama pengarang dalam Endnotes atau Footnotes yang
bersumber dari kepustakaan tidak perlu mencantumkan gelar akademik.
4) Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus
memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan
yang ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka
PENJELASAN
a. Jenis Penelitian
Penelitian bisa bersifat kuantitaif maupun kualitatif, misalnya:
1) Historis;
2) Deskriptif;
3) Perkembangan;
4) Kasus dan penelitian lapangan;
5) Korelasional;
6) Kausal komparatif;
7) Eksperimen murni;
8) Eksperimen semu;
9) Kaji tindak.
1) Pemilihan jenis penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
berikut:
a) Daya tarik permasalahan;
b) Kesesuaian dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan;
c) Tersedianya alat dan kondisi kerja;
d) Kesesuaian dengan kemampuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan;
e) Kesesuaian dengan waktu, tenaga dan biaya;
f) Resiko kegagalan.
2) Jenis penelitian dimaksud dapat dilacak dari judul, latar belakang permasalahan
dan tujuan penelitian, sehingga dapat dijelaskan alasan penentuan jenis penelitian
tertentu tanpa menyajikan definisi jenis penelitian itu sendiri.
Rendahnya publikasi ilmiah peneliti dari perguruan tinggi di Indonesia pada jurnal
ilmiah bereputasi international merupakan faktor penting penghalang masuk ke jajaran
world class university. Data THES tahun 2008 menunjukkan, hanya tiga perguruan
tinggi (UI, ITB, dan UGM) yang masuk dalam peringkat 500 tertinggi di dunia.
Penulisan di dunia perguruan tinggi sangat penting agar mahasiswa dapat bertukar
pikiran dengan masyarakat ilmiah secara luas (Nasional & Internasional), menambah
wawasan berpikir, kepercayaan diri, kemampuan pada saat ujian. Ada latihan-latihan
sejak sarjana adalah sebagai berikut:
1. S1 (bachelor) = skripsi (presentasi sebelum skirpsi)
2. S2 = Thesis (paper ilmiah harus terbit di tingkat nasional atau 1 buah di tingkat
proceeding)
3. S3 = Disertasi (1 buah paper di tingkat internasional 2 buah di tingkat nasional, 1
buah di tingkat proceeding)
Publikasi ilmiah merupakan bukti komitmen dan intensitas karya atau aktivitas
keilmuwan bagi mereka yang berkecimpung dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk seni. Manfaat publikasi:
- menyebarluaskan hasil kegiatan dan temuan penelitian atau telaahan
- menyumbang pengayaan khazanah pengetahuan
- memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
- meningkatkan harkat penulis (derajat, prestise, kehormatan, pengakuan,
promosi)
- mengangkat reputasi lembaga (peringkat, status, ketersohoran)
- mendapatkan kepuasan pribadi
- memperbaiki daya saing bangsa
Karya ilmiah adalah hasil kreasi manusia yang didasarkan atas ilmu yang benar,
apakah berwujud benda fisik atau berwujud tulisan. Ciri-ciri karya ilmiah adalah
sebagai berikut: Bersifat kritis dan analistis (critical and analitical), Memuat konsep
dan teori, Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform, Rasional dan
Obyektif.
Adapun proses perlunya publikasi ilmiah adalah sebagai berikut: