PENDEKATAN ILMIAH
Pendekatan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran
dan telah reflektif.
Masalah, Hambatan, Gagasan
Ilmuwan biasanya mengalami suatu hambatan dalam upayanya memahami. Ada keresahan
yang samar-samar tentang fenomen-fenomen yang teramati dan tak teramati. Langkah
pertama dan terpenting yang dilakukannya adalah mengungkap gagasan itu secara
terbuka. Ilmuwan harus menggulatinya, menguji, dan menghayatinya.
Hipotesis
Setelah intelektualisasi masalah, setelah menengok kebelakang pada pengalaman guna
mencari solusi yang mungkin, dan setelah mengamati fenomena yang relevan, ilmuan
boleh merumuskan hipotesis. Suatu hipotesis adalah pernyataan dugaan, suatu posisi
tentative ( sementara ) mengenai hubungan atau relasi antara dua fenomen ataupun
variable atau lebih. Ilmuwan akan berkata ,� jika `anu` muncul, maka `itu` akan
menjadi sebagai akibatnya�.
Penalaran Deduksi
Langkah atau kegiatan ini sering lolos dari perhatian, atau kurang ditekankan.
Tahap ini barangkali adalah bagian terpenting dalam analisis. Ilmuwan mendeduksi
konsekuensi-konsekuensi dari hipotesis yang telah dirumuskannya.
Sebuah contoh akan dapat membantu pemahaman tentang tahap �penalaran-runutan� ini.
Andaikan seorang penyelidik terusik untuk mempelajari perilaku agresif. Dia
bertanya-tanya mengapa orang sering agresif dalam situasi ketika agresifitas itu
tidaklah pada tempatnya. Dia mencatat bahwa perilaku agresif tampaknya muncul
manakala orang telah mengalami suatu kesulitan. Setelah berpikir beberapa lama,
membaca-baca buku untuk menemukan petunjuk, dan melakukan pengamatan lebih lanjut,
dirumuskannya suatu hipotesis: frustasi mengakibatkan agresi. Frustasi disini
didefinisikan sebagai keterhalangan mencapai tujuan, dan agresi adalah perilaku
yang bercirikan serangan fisik dan verbal terhadap orang atau obyek lain.
Penalaran dapat membantu kita untuk samapai pada masalah-masalah yang lebih luas,
lebih mendasar, dan dengan demikian lebih bermakna, dan juga menyediakan implikasi
operasional ( yang dapat diuji) dari hipotesis aslinya.
Observasi-Tes-Eksperimen
Observasi-tes-eksperimen hanyalah bagian dari upaya ilmiah. Jika masalahnya
dinyatakan dengan baik, hipotesis, atau hipotesis-hipotesisnya dirumuskan secara
memadai, dan implikasi hipotssi itu dirunut secara cermat, langkah ini menjadi
hamper otomatis dengan anggapan bahwa penelitiannya memiliki kompetensi dalam soal-
soal yang bersifat teknis.
Saripati hipotesis adalah menguji hubungan/relasi yang diungkapkan oleh hipotesis.
Dengan demikian yang kita uji bukanlah variabel melainkan hubungan antara variable-
variable itu. Pengamatan pengujian, dan percobaan diabadikan pada satu tujuan besar
yakni menghadapkan hubungan itu pada tes empirik.
Dawey menekankan bahwa runtutan ( sequence ) pemikiran reflektif atau telaah
reflektif tidaklah tetap. Dapat kita katakan bahwa : langkah-langkah atau jenjang-
jenjang ancangan ilmiah tidaklah tertetapkan secara rapi. Langkah pertama tidaklah
rampung secara rapi lebih dulu sebelum langkah kedua diambil. Lebih lanjut kita
dapat melakukan pengujian sebelum membuat runutan yang memadai mengenai implikasi-
implikasi dari hipotesis itu. Hipotesisinya sendiri mungkin tampak memerlukan
penyempurnaan atau elaborasi maupun penghalusan sebagai akibat perunutan implikasi
dari hipotesis tersebut. Yang sangat penting adalah umpan balik terhadap
masalahnya, hipotesis-hipotesisnya, dan akhirnya teori tentang hasil-hasil
penelitian.
Marilah kita meringkas apa yang disebut pendekatan ilmiah dalam melakuakan telaah.
Mula-mula adalah kebimbangan, hambatan, suatu situasi terkatung-katung yang
menuntut penegasan serta penetapan. Ilmuwan mengalami kebimbangan-kebimbangan yang
sayup, gangguan emosional, dicekam oleh gagasan-gagasan yang setengah matang. Dia
berjuang untuk merumuskan masalahnya walaupun belum memadai. Ia mempelajari
kepustakaan, menyimak pengalamnnya sendiri dan pengalaman ilmuwan-ilmuwan lain.
Sering ilmuwan semata-mata harus menunggu suatu lompatan inventif dalam pikiranya.
Mungkin itu terjadi, mungkin pula tidak jika masalah sudah dirumuskan, jika
pertanyaan-pertanyaan dasar telah dirumuskan sepatutnya, yang lain-lain menjadi
mudah. Kemudian hipotesispun dikembangkan dan dari hipotesis ini dijabarkan
implikasi-implikasi empirisnya. Dalam proses ini hipotesis aslinya mungkin diubah.
Mungkin diluaskan atau disempitkan. Bahakan hipotesis asli itu sama sekali
ditinggalkan. terakhir bukan yang final, hubungan atau kaitan yang diungkapkan
dalam hipotesis itu diuji terhadap pengamatan dan eksperimen. Atas dasar bukti
inilah eksperimen ditolak atau diterima. Informasi ini kemudian dikembalikan pada
masalah semula, dan masalah itu dipertahankan atau diubah seperti yang dituntut
oleh bukti yang ada.
REFERENSI
Kerlinger, Fred N. Asas asas Penelitian Behavioral. Cetakan ke-11 tahun 2006.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.