Pada hakikatnya pengetahuan atau knowledge merupakan segenap apa
yang kita ketahui tentang sesuatu objek tertentu termasuk ke dalamnya adalah ilmu, sehingga ilmu dikatakan merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Pengetahuan yang dimilki manusia memang mampu dikembangkan, hal ini karena dua hal utama yakni: Pertama, manusia mempelajari bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuannya berfikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti itu disebut penalaran (pemikiran logis dan analitis). Pengetahuan Non Ilmiah Pengetahuan non ilmiah atau dikenal dengan sains semu (Pseudo science) diperoleh terutama dengan mengandalkan dugaan, perasaan, keyakinan dan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat. Pengetahuan dengan cara ini memiliki prosentase kebenaran yang rendah. Sampai saat ini belum ada metode tertentu atau khusus yang dapat digunakan untuk mendekati kebenaran pengetahuan non-ilmiah namun pada umumnya manusia melakukan pendekatan terhadap suatu hal dengan melalui beberapa cara sebagai berikut: 1. Mitos Mitos merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman, namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi dan kepercayaan. 2. Wahyu Wahyu merupakan komunikasi antara Sang Pencipta dengan makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya. Wahyu merupakan kebenaran mutlak dan tidak dapat dipertanyakan dan diperdebatkan kebenarannya dengan akal pikiran manusia namun dapat dipelajari maksud atau makna yang terkandung didalamnya. 3. Otoritas dan Tradisi Pengetahuan yang telah ada dan mapan sering digunakan oleh pemimpin atau secara tradisi untuk menyatakan kebenaran. 4. Prasangka Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau mungkin juga salah. Dengan prasangka orang mungkin juga sering mengambil keputusan atau kesimpulan yang keliru. 5. Intuisi Cara ini merupakan salah satu kegiatan berpikir tertentu yang non- analitik (tanpa nalar), tidak berdasarkan pada pola berpikir tertentu yang analitik, rasional dan empiris, dan biasanya pendapat tersebut diperoleh dengan cepat tanpa melalui proses yang dipikirkan terlebih dahulu. 6. Penemuan Kebetulan Beberapa pengetahuan pada awalnya ditemukan secara kebetulan dan beberapa diantaranya adalah sangat berguna. Sebagai contoh adalah penemuan kina yang digunakan sebagai obat penyakit malaria. Beberapa penemuan secara kebetulan yang penting lagi adalah penemuan Newton tentang hukum gaya-gaya yang melingkupi alam semesta dan segala benda-benda angkasa, penemuan Archimedes tentang gaya angkut air serta penemuan Flemming tentang obat penisilin, semuanya didasarkan pada penemuan kebetulan. 7. Cara Coba-Coba (Trial and Error) Cara ini merupakan serangkaian percobaan asal atau coba-coba saja yang tidak didasari oleh teori yang ada sebelumnya, sehingga tidak memungkinkan diperolehnya kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang diketahui. Pengetahuan Ilmiah (Science) Pencarian pengetahuan dengan cara ilmiah dilakukan dengan berdasarkan beberapa yaitu: pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta) maupun berdasarkan referensi pengalaman sebelumnya. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara atau metode ilmiah (Scientific Method) disebut ilmu. Nanti dapat disebut ilmu apabila memenuhi dua kriteria utama yaitu rasional dan empirik. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan atau ilmu, menurut para ahli dan pemikir, mempunyai pengertian sebagai berikut. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis bahwa yang artinya ilmu memilki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif, dan keempatnya serentak terpenuhi. Helmy A. Korto, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, konsisten dan berkesinambungan serta telah teruji kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia. Dadang Ahmad Suriamiharja, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan yang berlangsung secara terus menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam semesta itu sendiri. b. Fungsi Ilmu Pengetahuan 1. Menjelaskan (Explaining, Describing) Fungsi menjelaskan mempunyai empat bentuk yaitu: a) Deduktif : Ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Probabilistik : Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti. c) Fungsional : Ilmu dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara keseluruhan. d) Genetik : Ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering terjadi sebelumnya. 2. Meramalkan (Prediction) Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu peistiwa atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik. 3. Mengendalikan (Controlling) Ilmu harus dapat mengendalikan gejala alam berdasarkan teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan harga. c. Kriteria Ilmu Pengetahuan 1. Logis atau masuk akal 2. Objektif 3. Metodik 4. Sistematik 5. Berlaku umum atau universal 6. Kumulatif bekembang interaktif d. Tinjauan Kontsruksi Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan dapat mengalami kemajuan dengan melibatkan kombinasi dari ketiga hal yang merupakan pergeseran pemahaman dari rasional-empirik ke rasional-eksperimental yang interpretativ, tiga hal tersebut adalah: a. Perumusan hipotesis atau “conjecture” secara intuitif, komprehensif dan referensial. b. Eksperimentasi seperangkat peralatan dan fasilitas tertentu yang memungkinkan gejala yang akan ditinjau (dimodelkan) dapat berlangsung. c. Interpretasi melalui kompilasi, seleksi dan memproses data sesuai dengan keperluan metode inferensi yang digunakan dengan melibatkan konsep, hukum dan teori yang tersedia. Konstruksi pembentukan konsepsi teori ilmu pengetahuan harus mengikuti atau memiliki metode ilmiah (scientific method). Metode tersebut dijabarkan dalam beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Perumusan masalah 2. Penyusunan hipotesis 3. Pengujian hipotesis 4. Penarikan kesimpulan e. Unsur-Unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara khusus dan teori yang lebih general, baik dalam rumusan hukum maupun teori dan melibatkan unsur konsep yang merupakan konstruksi mental dalam menginterpretasi hasil observasi. Konsep merupakan simbol-simbol yang membantu untuk mengorganisasikan pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau lebih yang dekat kaitannya dengan hal-hal yang terobservasi. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya adalah: kesesuaiannya dengan observasi, kosistensi internal hubungan konsep- konsepnya, dan sifat komprehensif cakupannya. Kriteria pertama adalah hubungannya dengan data yang dapat direproduksi dalam masyarakat keilmuan, atau kesesuaiannya dengan pengalaman empiris. Kriteria kedua dalah menyangkut konsistensi dan koherensi. Kedua syarat ini mengkonfirmasikan ketidakhadiran suatu kontradiksi diantara konsep-konsep yang menyusun teori. Kelompok kriteria ketiga berkenaan dengan sifat komprehensif suatu teori, termasuk generalitasnya, atau kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam. f. Sikap Ilmiah Berikut ini diuraikan beberapa sikap ilmiah antara lain sebagai berikut. a. Jujur Seorang ilmuwan wajib melaporkan hasil penelitian atau pengamatannya secara objektif dan jujur oleh karena tanggung jawab yang dimilikinya melekat sebagai khalifah Tuhan di bumi, sehingga jika hasil penelitiannya tersebut diuji kembali oleh peneliti lain akan memberikan hasil yang sama. b. Terbuka Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan yang luas, cakupan cakrawala ide yang dipikirkannya seyogyanya sangat dalam, orientasi berpikirnya lebih terbuka, jauh dari praduga dan selalu menghargai pendapat orang lain, meskipun untuk menerimanya harus melakukan pengujian terlebih dahulu. c. Toleran Seorang ilmuwan tidak akan merasa dirinya paling hebat, bersedia belajar dari orang lain atau membandingkan pendapatnya dengan yang lain serta tidak pernah memaksakan pendapatnya pada orang lain. d. Skeptis Dalam kebenaran, seorang ilmuwan seyogyanya bersikap hati- hati, sedapat mungkin mengedepankan sikap ragu terhadap sesuatu yang skeptis akan tetapi tetap bersikap kritis sehingga akan melakukan tahapan penyelidikan atau memverifikasi atau bahkan melakukan observasi (penelitian) terlebih dahulu terhadap bukti-bukti (informasi) yang akan dipakai untuk mendasari suatu kesimpulan, mengambil keputusan atau melakukan pemecahan dalam menyelesaikan masalah. e. Optimis Seorang ilmuwan tidak akan mengatakan bahwa terdapat sesuatu yang tidak dapat dikerjakan sebelum memikirkan dan mencoba mengerjakannya terlebih dahulu, artinya harus selalu bersikap optimis yang dijiwai oleh semangat yang konsisten. f. Pemberani Sifat ilmuwan adalah manusia yang aktivitas hidupnya selalu mencari kebenaran, maka pasti akan selalu berani melawan ketidakbenaran, kepura-puraan yang menghambat kemajuan, sekalipun harus merugikan dirinya sendiri. g. Kreatif dan Inovatif Selalu ingin mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu yang baru terutama guna mendapatkan nilai tambah bagi dirinya. h. Bertanggung Jawab Seorang ilmuwan harus memiliki rasa tanggung jawab baik secara etik maupun moral. Oleh karena itu, ilmu yang dihasilkannya harus diarahkan agar sejalan dengan fungsinya sebagai seorang ilmuwan dan atau sebagai khalifah di muka bumi. Sejarah Ilmu Pengetahuan Manusia Para ahli sejarah membagi sejarah perkembangan pengetahuan manusia menjadi beberapa zaman yaitu: a. Zaman Purba Zaman ini ditandai dengan ditemukannya alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang belulang. Manusia pada zaman ini telah mengetahui cara bercocok tanam dan berternak meskipun masih secara berpindah-pindah. Pengetahuan yang diperolehnya, terbatas pada pengalaman dan kemampuannya mengamati alam sekitarnya. b. Zaman Yunani (600-200 SM) Pada zaman ini kemampuan berpikir manusia sudah mulai lebih maju, oleh karena telah adanya penemuan alat bantu yang lebih baik dan mulai menggunakan akal sehat, sehingga mitos dengan berbagai legendanya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Pola pikir saat itu sudah lebih maju dari mitos, yang ditandai dengan penggabungan antara pengamatan, pengalaman, akal sehat, logika dan pola pikir lebih rasional yang kemudian dikenal sebagai paham “rasionalisme”. c. Zaman Pertengahan Pada zaman pertengahan, merupakan zaman keemasan Islam dimana pengaruh Bangsa Arab sangat menonjol. Banyak peninggalan pengetahuan Yunani diterjemahkan serta penemuan tentang kedokteran yang ditulis dalam bentuk buku yang dipakai sebagai acuan dalam dunia pendidikan Islam dan Eropa. d. Zaman Modern (Abad 15- Sekarang) Zaman ini dimulai abad ke-15, banyak penemuan yang mengubah pola pikir sebelumnya terutama dengan penemuan empiris yang didukung oleh alat bantu yang lebih baik. Pada zaman ini juga menganut metode induksi yang merupakan dasar dari perkembangan metode ilmiah sekarang yang intinya adalah bahwa pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan data pengamatan atau eksperimentasi yang diperoleh berdasarkan fakta. Ruang Lingkup Perkembangan Science 1. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Berdasarkan beberapa argumentasi dalam arti luas, maka ilmu pengetahuan atau sains diklasifikasikan atas: a. Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Sosiolgi : studi tentang tingkah laku sosial. 2) Ekonomi : studi tentang produksi, tukar menukar barang, pengelolaan dalam lingkup rumah tangga perusahaan atau negara. 3) Sejarah : Ilmu yang mempelajari peristiwa yang telah terjadi pada suatu bangsa, negara, atau individu. 4) Antropologi : Ilmu yang mempelajari asal-usul dan perkembangan jasmani, sosial, kebudayaan, serta tingkah laku manusia. 5) Pendidikan : Model perlakuan atau proses latihan terarah, teratur dan sistematis menuju ke suatu tujuan tertentu. 6) Psikologi : Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses yang terjadi dalam diri manusia dalam hal mental, sikap, tingkah laku, dan lain-lain. b. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) 1) Fisika : Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam semesta dengan segala isinya, mulai dari mikrokosmos sampai makrokosmos yang khususnya berkaitan dengan materi baik padat, cair, dan gas, energi dalam aspek wujud dan perubahan fisik yan bersifat sementara. 2) Kimia (chemistry): Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda hidup dan tak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan-perubahan secara kimiawi yang bersifat tetap. 3) Biologi (Biological Science) : Ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya. c. Ilmu Bumi dan Antariksa 1) Geologi : Cabang ilmu yang mempelajari tentang struktur bumi, yang menyangkut pembahasan tentang struktur, perubahan materi baik yang terdapat di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam perut bumi, menggunakan konsep dasar kimia dan fisika. 2) Astronomi : Ilmu pengetahuan yang menbahas tentang benda- benda ruang angakasa dan semua aspek yang berkaitan dengan alam semesta. 3) Geografi : Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang muka bumi dan produk ekonomi sehubungan dengan makhluk hidup terutama manusia. 2. Multidisiplin, Interdisiplin, Transdisiplin Ilmu a. Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu, misalnya kelompok IPA, IPS, dan IPBA. b. Transdisiplin ilmu merupakan kelompok ilmu yang terintegrasi ke dalam satu disiplin ilmu hasil interdisiplin ilmu tertentu. c. Interdisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan satu kelompok disiplin ilmu saja.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita