Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

1. Hasrat Ingin Tahu Manusia

Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu


mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya.
Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan
Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia
mengetahui yang mana yang benar dan mana yang salah, yang mana yang
baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek.
Secara terus-menerus dia dipaksa harus mengambil pilihan: mana jalan yang
benar, mana jalan yang salah.

Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan


pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai
pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan
hidupnya (survival), misalnya: seekor kera tahu mana buah jambu yang
enak, dan sebagainya.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita


ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, jadi
ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia di
samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.

Pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang


dihadapinya, baik alam besar maupun alam kecil. Manusia sebagai “animal
rational” dibekali hasrat ingin tahu dan sifat ingin tahu ini dapat disaksikan
sejak manusia kanak-kanak. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini apa? itu
apa?, telah keluar dari mulut kanak-kanak. Kemudian timbul pertanyaan-
pertanyaan mengapa begini? mengapa begitu? dan selanjutnya berkembang
menjadi pertanyaan-pertanyaan semacam: bagaimana hal itu terjadi?
bagaimana memecahkannya? dan sebagainya. Manusia berusaha mencari
jawab atas berbagai pertanyaan itu, dari dorongan ingin tahu manusia
berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya.

1
Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu
esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut
kebenaran.

2. Dua Pendekatan Untuk Memperoleh Kebenaran

Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh


pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya, dan pengetahuan yang
diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar
atau kebenaran memang secara inhaerent dapat dicapai manusia, baik
melalui pendekatan ilmiah maupun pendekatan non-ilmiah. Pendekatan
ilmiah menuntut dilakukannya cara-cara atau langkah-langkah tertentu
dengan perurutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar itu.
Namun, tidak semua orang melewati tertib pendekatan ilmiah itu untuk
sampai kepada pengetahuan yang benar mengenai hal yang
dipertanyakannya, bahkan di kalangan masyarakat banyak pendekatan non-
ilmiah inilah yang banyak terjadi. Dengan demikian, pendekatan untuk
memperoleh kebenaran itu diperoleh melalui: 1) pendekatan non-ilmiah, dan
2) pendekatan ilmiah.

1). Pendekatan Non-Ilmiah

Ada beberapa pendekatan non-ilmiah yang sering digunakan, yaitu


(a) akal sehat, (b) prasangka, (c) intuisi, (d) penemuan kebetulan dan coba-
coba, dan (e) pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis.

(a) Akal Sehat

Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda, sekalipun dalam
batas tertentu keduanya mengandung persamaan. Akal sehat adalah
serangkaian konsep dan bagan konseptual yang memuaskan untuk
penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah kata yang
menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus. Bagan
konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil,
hipotesis dan teoretis. Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan

2
konsep itu dapat menunjukkan hal yang benar, namun dapat pula
menyesatkan. Misalnya, akal sehat mengenai peranan hukuman dan
ganjaran dalam pendidikan. Pada abad ke 19 menurut akal sehat yang
diyakini oleh banyak pendidik, hukuman adalah alat utama dalam
pendidikan. Penemuan ilmiah ternyata membantah kebenaran akal sehat
tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan
menunjukkan bahwa hukuman bukanlah alat utama dalam pendidikan,
melainkan ganjaran. Akal sehat banyak digunakan oleh orang awam dalam
mempersoalkan sesuatu hal.

(b). Prasangka

Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh


kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu menyebabkan
akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang
cenderung mempersempit pengetahuannya karena diwarnai oleh
pengamatannya itu, dan cenderung mengkambing-hitamkan orang lain atau
mendukung sesuatu pendapat. Orang sering tidak mengendalikan keadaan
yang juga dapat terjadi pada keadaan lain. Orang sering cenderung melihat
hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab-akibat yang langsung
dan sederhana, pada hal sesungguhnya gejala yang diamati itu merupakan
akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung ke arah
pembuatan generalisasi yang terlalu luas, yang kemudian merupakan
prasangka. Jadi prasangka merupakan sesuatu anggapan benar, padahal
merupakan kemungkinan, atau kadang-kadang tidak mungkin benar.

(c). Pendekatan Intuitif

Dalam pendekatan intuitif orang menentukan pendapat mengenai


sesuatu berdasar atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan
cepat melalui proses yang tidak disadari atau yang tidak dipikirkan terlebih
dahulu. Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului sesuatu
renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya,
ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal, namun belum tentu cocok

3
dengan kenyataan. Di sini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik
dan terkendali. Metode yang demikian itu biasa disebut metode a priori. Dalil-
dalil seseorang yang a priori cocok dengan penalaran, tetapi belum tentu
cocok dengan pengalaman atau data empiris.

(d). Penemuan kebetulan dan coba-coba (Trial and Error)

Sepanjang sejarah peradaban manusia, penemuan secara kebutulan


itu banyak terjadi dan banyak di antaranya yang sangat berguna. Misalnya,
penemuan seorang penderita penyakit malaria pada kolam berisi air pahit
yang berasal dari kulit kina yang tumbang ke dalam kolam. Walaupun
penemuan secara kebetulan yang demikian itu sangat berguna, namun
penemuan tersebut bukan penemuan melalui pendekatan ilmiah. Penemuan
secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui
langkah-langkah yang sistematik dan terkendali. Penemuan coba-coba
diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau
pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan
serangkaian percobaan tanpa kesadaran atau pemecahan tertentu.
Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha;
usaha yang berikutnya biasanya agak lain, yaitu lebih maju dari pada yang
mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien
dan tidak terkontrol.

(e). Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis

Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menempuh


pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai pengalaman kerja ilmiah
dalam sesuatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapat mereka
sering diterima tanpa diuji, karena dipandang benar. Namun, pendapat
otoritas ilmiah ini tidak selamanya benar. Ada kalanya, atau bahkan sering
pendapat mereka itu kemudian tidak benar, karena pendapat tersebut tidak
berdasarkan penelitian, melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis.

4
2). Pendekatan Ilmiah

Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, diperoleh


melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu
berkembang melalui penelitian ilmiah, penelitian yang sistematik dan
terkontrol berdasar atas data empiris. Teori itu dapat diuji dalam hal keajegan
dan kemantapan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang
lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan
diperoleh hasil yang konsisten, yaitu hasil yang sama atau hampir sama
dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah penelitian yang teratur dan
terkontrol itu telah terpolakan, dan sampai batas tertentu diakui umum.
Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir
setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi, bias, dan perasaan. Cara penyimpulannya bukan subjektif,
melainkan objektif. Dengan pendekatan ilmiah tersebut orang berusaha
untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan yang benar, yang
kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk
mengujinya.

Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah, bila pengetahuan itu memenuhi


4 syarat, yaitu objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Objektif
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya, kesesuaian
dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris. Misalnya, Galileo
dianggap sebagai tokoh perintis ilmu pengetahuan alam, karena ia berani
menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dengan
hasil pengamatannya. Ia menganjurkan melakukan eksperimen serta
membuat kesimpulan atas hasil observasinya itu. Galileo mendambakan
kebenaran yang objektif atau dasar empiris. Metodik, artinya pengetahuan itu
diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan
terkontrol. Sistematik, artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem,
tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling
menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat

5
diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang
dengan cara eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau
konsisten.

3. Tugas-tugas Ilmu dan Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai


usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah. Pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk
penelitian disebut metodologi penelitian.

Dewasa ini kepanduan antara ilmu dan penelitian sudah demikian


erat, sehingga tidak mungkin orang memisahkannya. Ilmu dan penelitian
diibaratkan dua sisi dari mata uang. Karena itu, tugas ilmu dan penelitian
dapat dikatakan identik. Adapun tugas-tugas ilmu dan penelitian itu secara
singkat adalah seperti yang disajikan berikut ini.

1). Tugas mencandra atau mengadakan deskripsi, yaitu menggambarkan


secara cermat dan jelas hal-hal yang dipersoalkannya.

2). Tugas menerangkan, yaitu menerangkan kondisi-kondisi yang mendasari


terjadinya peristiwa-peristiwa.

3). Tugas menyusun teori, yaitu mencari dan merumuskan hukum-hukum


atau tata-tata mengenai hubungan antara kondisi yang satu dengan
kondisi yang lainnya atau hubungan antara saru peristiwa dengan
peristiwa lainnya.

4). Tugas prediksi, yaitu membuat prediksi, estimasi, dan proyeksi mengenai
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi ataupun gejala-gejala yang akan
muncul.

5). Tugas pengedalian, yaitu melakukan tindakan-tindakan guna


mengendalikan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala.

6
Secara keseluruhan, ilmu dan penelitian mengemban ke lima tugas
tersebut sekaligus. Karena itu seringkali ke lima hal tersebut juga digunakan
sebagai kriteria untuk menentukan bobot suatu karya keilmuan. Sungguhpun
begitu, sampai ke tugas yang ke lima bukanlah pekerjaan yang mudah.
Banyak para ahli yang pandai meramalkan, tetapi belum mampu mengontrol
ataupun mengendalikan gejala. Misalnya: keadaan cuaca, datangnya
bintang-bintang komet, dan penyakit kanker. Meramalkan gejala-gejala itu
telah dapat dilakukan dengan sukses yang tinggi, tetapi mengontrol ataupun
mengendalikannya ataupun mengendalikannya hampir-hampir sama sekali
belum dapat dilakukan.

4. Jenis-jenis Penelitian
Berbagai jenis penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian
dalam bidang pendidikan, sosial, dan manajemen akan dikemukakan berikut
ini, baik penelitian yang bersifat akademik (mahasiswa, dan S1, S2, S3),
professional (pengembangan ilmu, teknologi dan seni) dan institusional
(penelitian untuk perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan).
Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh para
mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian ini
merupakan sarana edukatif, sehingga lebih mementingkan validitas internal
(caranya yang harus betul), variabel penelitian terbatas, serta kecanggihan
analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan (S1, S2, S3).
Penelitian professional merupakan penelitian yang dilakukan oleh
orang yang berprofesi sebagai peneliti, misalnya para Dosen Perguruan
Tinggi, Peneliti di LIPI, Litbang Lembaga Pemerintah dan Swasta. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berkenan dengan ilmu,
teknologi dan seni. Variabel peneliti lengkap, kecanggihan analisis
disesuaikan untuk kepentingan masyarakat ilmiah. Untuk itu penelitiannya
harus dilakukan dengan cara yang betul (validitas internal), dan hasilnya
berguna untuk pengembangan ilmu (validitas eksternal).
Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan
kelembagaan. Hasil penelitian akan sangat berguna bagi pimpinan, manajer,

7
direktur untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu hasil penelitian lebih
menekankan pada validitas eksternal (kegunaan), variabel penelitiaan
lengkap (kelengkapan informasi), dan kecanggihan analisis disesuaikan
untuk pengambilan keputusan.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut, tujuan,
pendekatan, tingkat eksplanasi (level of explanation), dan analisis & jenis
data. Hal ini dapat disusun ke dalam gambar 1.1 berikut. Dengan
mengetahui jenis-jenis penelitian tersebut, maka peneliti pada bidang
administrasi atau manajemen diharapkan dapat memilih metode yang paling
efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk
pengembangan ilmu, teknologi dan seni serta untuk memecahkan masalah-
masalah di bidang Administrasi atau Manajemen.

TUJUAN
1. Murni
2. Terapan

METODE
1. Survey
2. Expost Facto
3. Eksperimen
4. Kualitatif
5. Kebijakan
6. Tindakan
JENIS-JENIS 7. Evaluasi
PENELITIAN 8. Sejarah

TINGKAT EKSPLANASI
1. Deskriptif
2. Komparatif
3. korelatif

JENIS DAN ANALISIS


DATA
1. Kuantitatif
2. Kualitatif
3. Gabungan
Gambar 1.1. Jenis-jenis Penelitian

8
1). Penelitian Menurut Tujuan

Penelitian menurut tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian


murni dan terapan (pure research & applied research). Uma Sekaran dalam
bukunya Research Methods for Business, menyatakan bahwa, bila
penelitian diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian
terapan, tetapi bila penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk
memahami masalah organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan
hasilnya) maka hal itu dinamakan penelitian dasar/murni 1. Hasil penelitian
yang diperoleh akan berguna untuk pengembangan ilmu administrasi atau
manajemen.
Sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar)
dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis
kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak
memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar
pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol
dengan ketat. Penelitian terapkan dilakukan dengan tujuan menerapkan,
menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis. Jadi penelitian murni/dasar
berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu
tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut
akan menjadi penelitian terapan.
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa penelitian dasar atau
murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang
sebelumnya pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis2.

2). Penelitian menurut Metode

1
Uma Sekaran, 1984. Research Methods for Business. Sothern Illionis: University at
Carbondale.
2
Jujun. S., Suriasumantri, 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

9
Penelitian menurut metode dapat dikelompokkan menjadi metode
penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistic, policy research
(penelitian tindakan), evaluasi, dan sejarah.

a. Penelitian survey
Kerlinger mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan
hubungan-hubungan antarvariabel sosiologis maupun psikologis3.
Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun survey
ini tidak memerlukan kelompok control seperti halnya pada metode
eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila
digunakan sampel yang representative. Contoh misalnya : penelitian
untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat dalam memilih
pemimpin nasional dan daerah; kualitas SDM masyrakat Indonesia;
sikap masyarakat terhadap amandemen undang-undang dasar;
pengaruh anggaran pendidikan terhadap kualitas SDM negar, dll.

b. Penelitian Ex Post Facto


Penelitian Ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dap[at menyebabkan
timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar
yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu jika x maka y, hanya
saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap
variabel independen. Contoh misalnya: penelitian untuk
mengungkapkan sebab-sebab terjadinya kebakaran gedung di suatu
lembaga pemerintahan; penelitian untuk mengungkapkan sebab-
sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah; penelitian untuk
3
Fred N. Kerlinger, 1973. Foundation of Behavioral Research . New York: Holt, Rinehart and
Winston.

10
mengungkapakan sebab-sebab si A atau si B terpilih menjadi
Gubernur, Bupati, dll.

c. Penelitian eksperimen
Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian
yang berusaha mencari variabel tertentuterhadap variabel yang lain
dalam kondisi yang control secara ketat. Terdapat empat bentuk
metode eksperimen yaitu : Pre experimental, true experimental,
factorial, dan quasi experimental. Penelitian eksperimen ini pada
umumnya dilakukan pada laboratorium. Contoh misalnya : penelitian
penerapan metode kerja baru terhadap produktivitas kerja, penelitian
penelitaian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan
lalu lintas, pengaruh gaya kepemimpinan tertentu terhadap disiplin
kerja pegawai, dll.

d. Penelitian Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut metode kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), analisis data bersifat indukti, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Contoh :
penelitian untuk mengungkapkan makna upacara ritual dari kelompok
masyarakat tertentu, penelitian untuk mengungkapkan makna
sebenarnya dari kegiatan demonstrasi berbagai kelompok
masyarakat, penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
penelitian untuk menemukan metode mengajar yang paling efektif
untuk anak yang berasal dari daerah terpencil.

e. Peneliti Kebijakan (Policy Research)


Polici research (metode penelitian kebijakan) dimulai karena adanya
masalah dan masalah ini umumnya dimilki oleh para
administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu

11
organisasi. Policy research adalah suatu proses penelitian yang
dilakukan pada atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang
mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan pada
pembuat keputusan agar bertindak secara praktis dalam
menyelesaikan masalah. Policy research ini sangat relevan bagi
perencana dan perencanaan. Contoh : penelitian untuk membuat
undang-undang atau peraturan tertentu, penelitian untuk
mendapatkan informasi guna menentukan system penggajian
karyawan, penelitian untuk mendapatkan informasi guna menentukan
jenis pendidikan yang perlu dikembangkan di suatu daerah, penelitian
untuk mengembangkan struktur organisasi, dll.

f. Penelitian Tindakan (Action research)


Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan metode kerja yang paling efisien sehingga biaya
produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat.
Penelitian melibatkan peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-
sama tentang kelemahan dan kebaikan prosedur kerja, metode kerja,
dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan selanjutkan
mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling efisien.
Metode kerja baru tersebut kemudian dicobakan, dievaluasi secara
terus-menerus dalam pelaksanaanya sehingga sampai ditemukan
metode yang paling efisien untuk dilakukan. Contoh : penelitian untuk
memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam pelayanan
masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang paling baik, dll.

g. Penelitian Evaluasi
Dalam hal yang khusus, penelitian evaluasi dapat dinyatakan sebagai
evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai
penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari
proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu
kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang

12
telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi
untuk menjelaskan fenomena.
Terdapat dua jenis dalam penelitian evaluasi yaitu : penelitian evaluasi
formatif yang menekankan pada proses dan evaluasi sumatif yang
menekankan pada produk4.
Evaluasi formatif digunakan untuk mendapatkan feedback dari suatu
aktivitas dalam bentuk proses, sehingga dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas program atau produk yang berupa barang atau
jasa. Evaluasi sumatif menekankan pada efektivitas pencapaian
program yan berupa produk tertentu. Contoh penelitian evaluasi
formatif : penelitian utnuk mengevaluasi proses pelaksaan pelayanan
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), proses pelaksanaan suatu peraturan
atau kebijakan, proses belajar mengajar. Contoh penelitian evaluasi
sumatif: penelitian hasil dari suatu kebijakan, misalnya efektifitas
program IDT, jaring Pengamanan Sosial, Keluarga Berencana,
kebijakan mobol berpenumpang tiga, kebijakan pendidikan Link and
Match, hasil proses belajar mengajar dengan metode tertentu, dll.

h. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis yang logis terhadap
kejadian-kejadian yang berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak
mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun
demikian sumber datanya bisa primer, yaitu orang yang terlibat
langsung dalam kejadian itu atau sumber-sumber dokumentasi yang
berkenaan dengan kejadian itu.
Tujuan penelitian sejarah menurut Isaac dan Michael adalah untuk
merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan
objektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data
diperoleh sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta untuk mebuat suatu

4
Kidder Louise, 1981. Research Methods in Social Relation. New York: Holt, Rinehart and
Winston, p. 84.

13
kesimpulan 5 . Namun demikian kesimpulan yang diperoleh sifatnya
masih hipotesis.
Penelitian sejarah terutama dapatdigunakan untuk menjawab
pertanyaan tentang : kapan kejadian itu berlangsung, siapa pelaku-
pelakunya, dan bagaimana prosesnya. Contoh : penelitian untuk
mengetahui kapan berdirinya kota tertentu sehingga dapat digunakan
untuk menentukan hari ulang tahun, penelitian untuk mengetahui
bagaimana manajemen pembuatan candi Borobudur atau
Prambanan, penelitian untuk mengetahui perkembangan peradapan
kelompok masyarakat tertentu, dll.

3). Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasinya

Tingkat ekplanasi (level of explanation) adalah tingkat penjelasan.


Jadi penelitian menurut tingkat ekplanasi adalah penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara
satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan hal ini penelitian dapat
dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif, dan korelatif.
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel yang lain. Suatu
penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan seperti,
bagaimanakah profil Presiden di Indonesia, seberapa besar
keuntungan BUMN dan BUMI) tahun ini, bagaimana etos kerja dan
prestasi kerja para karyawan di departemen X, bagaimanakah kualitas
SDM Indonesia, adalah suatu bentuk penelitian yang deskriptif. Yang
dicetak miring adalah variabel yang diteliti, yang bersifat mandiri.

b. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan. Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian

5
Stephen Isaac dan William B. Michael , 1981. Handbook in Research Evaluation. San
Diego : Edits.

14
variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam
waktu yang berbeda. Contoh : adakah perbedaan profil Presiden
Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan keuntungan antara
BUMN dengan Perusahaan Swasta, adakah perbedaan kemampuan
kerja antara lulusan SMK dengan SMU, adakah perbedaan efektivitas
antara Undang-undang dasar yang lama dengan baru.

c. Peneliti Asosiatif / Hubungan


Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
mempunyai tingjatan yang tertinggi. Bila dibandingkan dengan
penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan
dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan.
Bentuk hubungan antar variabel ada tiga yaitu : simetris, kausal, dan
interaktif / reciprocal. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 1.2
berikut :

X Y X Y
Gb 1.2 a.. hubungan Gb .1.2 b. hubungan sebab akibat,
simetris,

X Y
Gb .1.2 c. hubungan timbal balik,

Gambar 1.2. Tiga bentuk hubungan antar variabel

Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya


bersama-sama, misalnya ada hubungan antara datangnya kupu-kupu

15
dengan tamu. Kalau ada kupu-kupu masuk rumah diramalkan akan
ada tamu, yang menyebabkan datangnya tamu bukan kupu-kupu.
Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, bila X maka Y.
contoh bila pelayanan terhadap masyarakat baik, maka tidak akan
terjadi demonstrasi. Jadi yang menyebabkan masyarakat tidak demo
adalah karena pelayanan terhadap masyarakat baik . pengaruh panas
terhadap muai panjang, dalam hal ini yang menyebabkan terjadinya
pemuaian adalah panas. Dalam hal ini pelayanan dan panas adalah
variabel independen, sedangkan demonstrasi dan muai panjang
adalah variabel dependen.
Hubungan interaktif atau reciprocal atau timbal balik adalah hubungan
yang saling mempengaruhi. Bila pengeluaran untuk iklan naik, maka
nilai penjualan juga akan naik, dan bila biaya penjualan naik maka
biaya untuk iklan juga akan naik.
Jenis penelitian menurut tingkat ekplanasi digunakan sebagai dasar
untuk merumuskan judul penelitian. Jadi akan ada judul penelitian
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Contoh ;
Judul penelitian deskriptif ;
a. Disiplin Kerja Pegawai Negeri setelah Otonomi daerah
b. Profil Guru yang Profesional
c. Kesiapan sekolah Melaksanakan Manajemen Berbasis sekolah
Judul Penelitian Komparatif :
a. Perbandingan Disiplin kerja Pegawai Negeri dan Swasta
b. Perbandingan Profil Guru yang Profesional dan Tidak Profesional
c. Perbandingan Tingkat Kesiapan Sekolah Negeri dan Swasta dalam
Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah
Judul Asosiatif :
a. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja Pegawai
b. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Kerukunan Masyarakat di
daerah tertentu
c. Pengaruh Insentif terhadap Prestasi Kerja Pegawai

16
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi merebaknya KKN di instasi
pemerintahan.

4). Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis

Seperti telah dikemukakan pada pengertian penelitian, bahwa pada


dasarnya meneliti itu adalah ingin mendapatkan data yang valid, reliable
dan objektif tentang gejala tertentu. (variabel tertentu). Jenis data dan
analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama
yaitu data kualitatif, kuantitatif, dan gabungan keduanya. Pada suatu proses
penelitian sering hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif
saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam analisis data juga
terdapay yiga macam, yaitu analisis dat kuantitatif dengan statistic dan
kualitatif (tidak mengutamakan statistic) atau gabungan keduanya.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan (skoring)
misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Contoh suatu pernyataan/
pertanyaan yang memerlukan alternative jawaban, sangat setuju, setuju,
kurang setuju, tidak setuju dimana masing-masing jawaban diberi skor
misalnya : sangat setuju diberi angka 5, setuju 4, ragu-ragu 3, tidak setuju 2
dan sangat tidak setuju 1.
Penelitian dengan pendekatan naturalistik/kualitatif kebanyakan
datanya adalah data kualitatif, walaupun tidak menolak data dan analisi
secara kuantitatif.

5. Proses Penelitian
Penelitian kuantitatif didasarkan pada paradikma positivism yang
bersifat logico-hypotheco-verifikatif dengan berlandaskan pada asumsi
mengenai obyek empiris 6 . Asumsi pertama bahwa objek/fenomena dapat
diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna, dsb.

6Suriasumantri, Jujun. S., op. cit.

17
Berdasarkan asumsi ini maka peneliti dapat memfokuskan
penelitiannya pada sebagian dari konteks kegiatan administrasi atau
manajemen yang berupa variabel tertentu dari suatu obyek penelitian yang
ditetapkan menjadi permasalahan.
Peneliti dapat melakukan penelitian pada variabel bisnis, misalnya
tentang proses produksi, pemasaran, akutansi, lembaga-lembaga keuangan,
perpajakan, kepemimpinan, sikap kerja, dsb. Peneliti tidak harus meneilit
terhadap seluruh variabel dalam konteks bisnis, karena hal didasarkan pada
asumsi bahwa apada setiap konteks mempunyai sifat yang dapat
diklasifikasikan. Misalnya klasifikasi sifat orang berdasarkan motivasi
kerjanya, berdasarkan gaya kepemimpinannya, berdasarkan
kemampuannya, dll.
Sebenarnya penelitian kuantitatif juga mengakui bahwa semua sifat
pada diri seseorang (kepribadian, bakat, gaya kepemimpinan, dll) tidak dapat
dipisahkan. Tetapi pada diri seseorang akan mempunyai modus tertentu
dalam sifatnya, misalnya si A, motivasi kerjanya tinggi tetapi gaya
kepemimpinan, kemampuan, dan hubungan dengan orang lain kurang baik.
Selain itu penelitian kuantitaif berpandangan bahwa setiap orang memilki
kemampuan yang terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Mungkin
seorang manajer melihat pegawai yang motivai kerjanya rendah, karena
faktor insentif, hubungan dengan teman kerja dan supervisor kurang baik,
kemampuan rendah; tetapi seorang dokter akan melihat pegawai dari segi
kesehatan fisik pegawai tersebut.
Asumsi ilmu yang kedua adalah determinisme (hubungan sebab
akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada yang menyebabkan.
Perusahaan bias bangkrut karena ada yang menyebabkan, nilai rupiah bias
jatuh karena ada yang menyebabkan, orang malas bekerja karena ada yang
menyebabkan, manjer tidak disukai bawahan karena ada yang
menyebabkan.
Berdasarkan asumsi pertama dan kedua maka peneliti dapat memilih
variabel yang diteliti dan mencari hubungan antara satu variabel dengan

18
variabel yang lain. Dengan demikian judul penelitiannya dapat berbunyi
hubungan X dengan Y, pengaruh X1 dan X2 terhadap Y.
Asumsi ilmu yang ketiga adalah bahwa suatu gejala tidak akan
mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu
berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari. Mahasiswa yang ujian tesis
atau yang disertasi adalah mempertahankan data masa lampau yang
mungkin saja pada waktu ujian data dari obyek yang diteliti sudah berubah.
Apalagi data dari bidang sosial. Berdasarkan asumsi tersebut diatas dan juga
berdasarkan pada metode ilmiah yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif,
maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linear.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa penelitian itu pada
prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan
penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang sesungguhnya.
Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek,
perencanaan dengan pelaksanaan, dsb. Penelitian kuantitatif bertolak dari
studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk
mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari
belakang meja, oleh karena itu harus digali dengan studi pendahuluan
melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan
baik, maka peneliti harus menguasai materi dengan membaca berbagai
referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik
masalah tersebut dirumuskan secara spesifik, dan pada umumnya dibuat
dalam bentuk kalimat tanya.
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara
(berhipotesis) maka peneliti dapat membaca referensi teoretis yang relevan
dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya
relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau
jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis.

19
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih
metode/strategi/ pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan
ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan
dan konsistensi yang dikehendaki.
Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu,
dan kemudahan yang lain. Dalam penelitian kuantitatif, metode penelitian
yang dapat digunakan adalah metode survey, expost facto, eksperimen,
evaluasi, action research, policy research.
Setelah metode penelitian yang dipilih sesuai, maka peneliti dapat
menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat
pengumpul data yang dapat berbentuk angket/kuesioner, untuk pedoman
wawancara atau observasi, namun sebelum instrumen ini digunakan maka
terlebih dahulu diuji validitas dan reliabiltasnya.
Pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk
populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap
temuannya, maka sampel yang diambil harus representative (mewakili).
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisis untuk menjawab masalah
dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
Berdasarkan analisis inilah terjawab apakah hipotesis yang diajukan diterima
atau ditolak.
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah. Walaupun langkah suatu penelitian
kuantitatif bersifat linier, tetapi tidak berarti penelitian beakhir disitu. Proses
penelitian kuantitatif itu dapat juga dilakukan secara berulang-ulang seperti
pada proses penelitian kualitatif, pengulangan dalam penelitian kualitatif
dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi/reliabilitas data penelitian
dan membuktikan penelitian yang ada.
Berdasarkan proses penelitian kuantitatif tersebut maka akan nampak
bahwa pola pikir penelitian kuantitatif bukan hanya deduksi tetapi juga
induksi baik dalam merumuskan hipotesis maupun untuk generalisasi hasil
penelitian.

20
Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap
hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan
aspek logika (logico-hipothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian,
menyususn instrumen, mengumpulkan data dan analisisnya merupakan
aspek metodologik untuk memverifikasi hipotesis yang diajukan.
Selanjutnya uraian-uraian dalam buku ini difokuskan pada penelitian
kuantitatif yang dapat digunakan dalam penelitian bidang sosial, pendidikan,
administrasi, baik untuk kepentingan akademis, profesional, dan institusional.
Penelitian dapat menggunakan metode survey, expost facto, eksperimen,
policy dan tindakan penelitian. Namun setiap metode panelitian apapun
selalu terdapat kegiatan seperti yang dikemukakan yakni menemukan
masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data dengan instrumen,
mengaalisis data, dan membuat kesimpulan dan saran.

21

Anda mungkin juga menyukai