Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang sebagai hasil perkembangan
pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah
mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya
mengandalkan kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua
sisi; yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang
sifatnya non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang
hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure science
(Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah dorongan yang
sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap
hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science (Ilmu
pengetahuan terapan/teknologi). Kedua dorongan inilah yang memicu manusia untuk
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang menjadi titik awal lahirnya
pengetahuan alamiah modern yang semakin berkembang dari zaman ke zaman.
Makalah ini secara tidak langsung akan membahas tentang bagaimana proses
kelahiran pengetahuan alamiah modern yang menjadi suatu hal yang sangat menarik
untuk dipelajari lebih lanjut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alamiah dan Teknologi


Sejak dilahirkan di muka bumi, manusia bersentuhan degan alam.
Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan
kepada manusia melalui panca indera. Jadi panca indera merupakan alat komunikasi
antara alam dengan manusia yang membuahkan pengalaman.
Pengalaman itu saat demi saat bertambah, karena manusia ingin mendapatkan
jawaban atas pertanyaan yang hakiki : apa, bagaimana, dan mengapa baik atas
kehadirannya didunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak
dengan dirinya manusia secara atau tidak, akan mengadakan reaksi terhadap
rangsangan alam. Pengalaman inilah yang memungkinkan terjadinya pengatahuan,
yakni kumpulan fakta-fakta objek atau the bundle of fact. Kumpulan fakta itu selalu
bertambah selama manusia masih berada diatas bumi dan selalu mengalikan fakta-
fakta itu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pertambahan pengetahuan terjadi
atas dua dorongan pokok, yakni :
1 Dorongan yang bersifat praktis, yakni manusia sebagai makhluk yang dapat
berfikir, berbudi, berperasaan yang selalu berusaha menjadikan hidupnya lebih aman
dan tinggkatnya lebih tinggi. Dorangan yang pertama inilah yang pada saat akhirnya
akan membuahkan ilmu terapan atau teknologi.
2. Dorongan yang bersifat nonpraktis atau teoritis, yakni manusia memiliki sifat
ingin tahu dan mengerti sebenar-benarnya akan objeknya. Dorongan inilah yang
menumbuhkan pengetahuan yang disebut murni atau pengetahuan.1
Menurut Prof DR. M. J. Langerveld, Guru besar pada Rijk University di Utrecht
(Belanda) Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal

1
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.

2
tertentu, yang merupakan kesatuan sistematis dan memberikan penjelasan yang
sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebab-sebab suatu kejadian. Ilmu adalah pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan pengetahuan
lainnya, diantara ciri khas ilmu atau ilmu pengetahuan yaitu obyektif, metodik,
sistematik, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang
berkecimpung atau selalu berhubungan dengan pengetahuan akan terbimbing
sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat di uji oleh
panca indra manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadian-kejadian yang besifat
empiris, yang terjangkau oleh fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan
panca indranya. Objek dibedakan atas dua hal yaitu, objek material adalah objek yang
dilihat secara keseluruhan, dan objek formal yang dilihat dari suatu aspek tertentu
saja.
B. Kriteria Ilmiah
Kriteria atau ukuran merupakan faktor penting untuk menentukan benar
tidaknya sesuatu masuk kedalam status tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu
jika memenuhi kriteria berikut : secara berurutan (teratur), berobjek, bermetode,
berlaku umum dan besistem.
Ilmu alamiah mempelajari semua alam yang berada disekitar kita. Jadi benda-
benda alam itulah objek Ilmu alamiah. Sesuai dengan tujuan ilmu, ilmu alamiah ingin
memperoleh kebenaran mengenai objeknya. Kebenaran yang sedalam-dalamnya yang
hendak dicakup oleh ilmu, karena ilmuwan baru merasa puas jika ilmu yang
diperolehnya sesuai dengan objek. Persesuaian antara pengetahuan dengan objek
yang diselidiki itulah yang disebut kebenaran.
Alam sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas,
misalnya aspek fisis, aspek biologis, aspek psikologis, aspek ekonomis dan
sebagainya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan mustahil bahwa ilmu dapat mencapai
seluruh kebenaran mengenai objeknya. Untuk mencapai kebenaran, yakni adanya

3
persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya, biasanya tidak secara kebetulan,
walaupun tidak menutup kemungkinan adanya peluang untuk itu. Kekule seorang
sarjana kimia dalam menentukan rumus bangunan senyawa bensena yang melingkar
itu dianalogikan dengan seokor ular yang dipergoki Kekule didalam kebunnya. Tetapi
hal seperti itu tidak sering terjadi. Biasanya ilmuan menggunakan suatu metode untuk
menjamin agar tidak terjadi kekeliruan.
Dengan metode yang tepat, ilmu akan mencapai kebenaran. Kebenaran yang
bersifat umum mengenai suatu objek walaupun hanya salah satu dari objek, yang
akan dicapai dengan metode ilmiah, dengan kebenaran itu telah dirumuskan perlu
diorganisasikan dan diklarifikasikan.
Metode Keilmuan berguna Untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu memerlukan pencarian pengetahuan yang dapat dilakukan secara non ilmiah dan
ilmiah dengan mengacu pada kerangka filsafat. Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah
(metode ilmiah) dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris
(fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk mendapatkannya
harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Objektif, pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
2. Metodik, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu
yang teratur dan terkontrol.
3. Sistimatis, pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku Umum, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seseoramg atau sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang
sama atau konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut
ilmiah, lewat metode inilah nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang menjadi
cikal bakal lahirnya ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

4
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai
pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah
memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama
yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural
science).
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara
rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan
ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan,
diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan
secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari
penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan
suatu teori dan masih dapat 2diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan
itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta
bersifat terbuka.
Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan
bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan
rasionalisme dan emperisme. Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan
pengetahuan dapat disebut IPA bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman
manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan
serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk
ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah apabila
pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni

2
Jasin Maskuri, Drs. Ilmu Alamiah Dasar, Bina Ilmu, Surabaya 1987

5
kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara
fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
D. Perkembangan Pengetahuan Dari Masa Ke Masa
1. Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga
mewariskan cara bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan alat-
alat, tanaman, ternak tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai
pengetahuan untuk memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara
kebetulan ataupun disengaja semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan
mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan tanpa
dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses”Trial and error”. Dengan
demikian tersusunlah ”know how” meskipun tidak diketahui sebabnya, tidak
diketahui ”mengapanya”. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai oleh
pengetahuan ”know how” yang diperoleh berdasarkan Kemampuan mengamati,
membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang
berlandaskan dengan proses ”Trial and error”.
Setelah zaman ini masa 15000 sampai kurang lebih 600 tahun SM. Masih
merupakan kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari
zaman batu, tetapi diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal
pembuatan logam, alat-alat mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari
perunggu atau besi. Pada zaman purba tersebut manusia menggantungkan diri pada
kepercayaan agama yang politistik. Mereka percaya bahwa dewa-dewa berada di
bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda angkasa itu terus-menerus diamati.
Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman waktu untuk mengatur
kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya
mungkin pada zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu
menggunakan angka-angka dan abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di
samping kemampuan-kemampuan dan penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa

6
membentuk kemampuan mengukur, kemampuan ini digunakan untuk mengukur
bidang tanah dan perladangan juga mengukur hasil panennya. Untuk keperluan
pengukuran-pengukuran tersebut juga telah ditemukan bentuk segitiga, segitiga siku-
siku, dan sudut siku-siku. Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi ilmu
hitung (arithmetic) dan ilmu ukur (geometry).
2. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum
masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses
perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju
daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang
sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap
sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini berdasarkan pada sikap bangsa
Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara pasif receptif.
Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama yang
mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM).
Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang
penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”.
Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan
penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap
mendorong pemikiran dan penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani,
Jabir bin Hayyam, Phytagoras, Aristoteles dan Archimedes.
3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu
pengetahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu
pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya
dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman
manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus, Tycho

7
Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah
ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626)
yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan
dan penegasan ilmu pengetahuan dengan metodenya.3
Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu
pengetahuan tersebut didasarkan pada :
a. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus
b. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis
c. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara.
d. Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan
sehubungan dengan model itu.
e. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar
atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan
berfikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan
demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang didalamnya
terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi
kesalahan secara bertahap menuju kebenaran.
Ilmu pengetahuan Alam terus berkembang, sementara manusia mencoba
menjelaskan mengenai benda-benda dialam sekelilingnya yang tidak diketahuinya.
Astronomi boleh jadi merupakan pengetahuan tertua, karena seperti matahari, bulan,
bintang yang mudah disaksikan sangat bersangkut paut dengan kegiatan mereka
sehari-hari. Peranan matahari jelas sangat penting dalam kehidupan, surutnya lautan

3
Margono, Drs, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Buku IIA, UNS, Solo

8
banyak berhubungan dengan bulan, sedangkan pelaut dilautan banyak menarik
manfaat mengarungi samudra.
Dengan ilmu pengetahuan alam, setiap penginderaan yang dinyatakan
menurut sebuah alat ukur, akan diubah menjadi konsep. Ilmuwan tidak akan lupa
menggunakan penalaran indukftif yang akan berubah ke penalaran deduktif. Akan
tetapi setelah banyak diadakan eksperimen mulailah ilmuwan menyusun suatu teori
dan selanjutnya ia akan mengkaji teori itu dengan sangat kritis.
Kerangka pemikiran semacam ini dinamakan pemikiran dengan metode
ilmiah, yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengajuan Masalah
a. Latar belakang Masalah
b. Identifikasi Masalah
c. Pembatasan Masalah
d. Perumusan Masalah
e. Tujuan Penelitian
2. Penyusunan Kerangka Teoritis dan Pengajuan Hipotesis
a. Pengkajian teori yang digunakan
b. Pembahasan penelitian yang relevan
c. Penyusunan kerangka berfikir
d. Penyusunan hipotesis
3. Metodologi Penelitian
a. Tujuan Penelitian
b. Tempat dan waktu penelitian
c. Metode penelitian
d. Teknik Pengambilan data
e. Teknik pengumpulan data
f. Teknik analisa data
4. Hasil Penelitian
a. Variable

9
b. Teknik analisis
c. Kesimpulan analisis data
d. Penafsiran kesimpulan analisis data
e. Kesimpulan penguji analisis
5. Ringkasan dan Kesimpulan
a. Deskribsi singkat mengenai masalah hipotesis metodologi dan hasil penelitian
b. Kesimpulan penelitian yang merupakan intensif dan seluruh aspek tersebut
diatas
c. Pembahasan hasil penelitian dengan membandingkan penelitian lain
d. Pengkajian inspeksi penelitian
e. Saran-saran.
Manusia menciptakan beraneka ragam ilmiah selama kesibukannya menelaah
alam semesta. Ada yang membantu ilmiah dasar dalam pengukuran dunia kasat mata,
missal Astrobat yang dipergunakan ahli astronomi zaman dulu, diantara ialah
mikroskop dan teleskop. Setelah teleskop ditemukan meskipun masih dengan distorsi
karena lensa yang dipakai kurang baik, maka munculah teleskop pantul yang dibuat
oleh Isacc Newton pada tahun 1866 M dan ternyata lebih baik dari teleskop biasa.
Alat pertama yang memungkinkan para ilmuwan mengadakan eksperimen
dengan gejala yang tak kasat mata, seperti udara, hampa udara, dan elektrik ; pompa
udara buatan Otto Von Duerieke pada abad 17 M, degan alat ini dapat dibuktikan
bahwa udara mempunyai masa. Sedangkan eskperimen dengan bola Magdenburg
dapat membuktikan bahwa udara mempunyai tekanan. Duerieke pernah membuat alat
pembangkit listrik statistik yang pertama, meskipun tidak banyak memperoleh
perhatian.4

4
Salam, Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000 .

10
Alat mula laboratorium kimia dimulai pada awal abad pertengahan dengan
teknik kerja yang bermutu dan alat yang cocok. Alkimiah berusaha mengubah logam
dasar menjadi emas. Pada tahun 1925 M laboratorium dasar modern pertama
dibangun di Universitas
Glessen oleh Baron Jusius Bon Leibig sehingga sejumlah besar senyawa
kimia bernilai niaga ditemukan dan dasar industry batu bara dan bahan celup
dilotakkan.
Kebanyakan saat penting fisika atom terjadi di Laboratorium Cavedvish yang
didirikan Universitas Cambridge eklektro, proton dan neutron ditemukan pada
laboratorium ini. Dengan kamar kabut Wilson akibat zarah (atom) dapat diamati.
Sejak Albert Einstein mengemukakan teori relaktivitas terdapat dampak yang
nyata pada perkembangan ilmu pengetahuan alam pada umumnya dan fisika
khususnya. Satu hal yang membedakan antara fisika klasik dan modern adalah
mengenai cara menemukannya. Fisika modern mencoba melalui penelaahan model
matematika dengan persamaan yang rumit, kemudian model tersebut diuji
kebenarannya melalui eksperimen. Sedangkan fisika klasik mulai dari eksperimen
kemudian disusun suatu teori. Hokum mekanika newton betul untuk gerakan benda
yang berkecepatan rendah, sedangkan benda yang begerak dengan kecepatan tinggi
perlu dibahas dengan hukum relativitas Einstein.
Semua keahlian ilmu berdasarkan dalam empat pandangan utama,
Matematika, fisika, biologi dan ilmu sosial. Matematika menelaah hubungan antara
bilangan, bentuk, lambing logis lainnya. Ilmu fisika menelaah bagian-bagian alam
semesta yang tidak bersenyawa. Biologi menelaah tentang hidup dan materi
kehidupan. Ilmu sosial menelaah tentang prilaku manusia baik kolektif maupun
individual.

11
E. Penerapan Hasil Penemuan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Konsep
Teknologi
Dimuka telah dibicarakan bahwa ilmu pengetahuan alam mempunyai peranan
penting dalam perkembangan teknologi. Tetapi dalam berbagai masalah teknologi
terdapat yang tidak dijumpai dalam ilmu pengetahuan alam, yaitu masalah
mengambil keputusan. Masalah serupa ini dijumpai dalam perencanaan-perencanaan
atau pembuatan suatu desain. Dalam pengambilan suatu keputusan, disertakan pula
berbagai persyaratan pengambilan keputusan ini mengandung 4 unsur yaitu :
1. Model
Model adalah suatu pengambaran permasalahan secara kuantitatif. Model
dapat digunakan sebagai petunjuk bagi usaha-usaha penelitian atau penyelesaian
suatu masalah. Sering kali model-model matematika dikembangkan untuk
mempelajari perkiraan-perkiraan yang diramalkan atau perubahan-perubahan yang
perlu diperhatikan dalam menilai suatu model.
Pertama realisme menyangkut seberapa jauh model matematis itu bila
diterjemahkan ke dalam kata-kata, benar-benar sesuai dengan konsep yang
diwakilinya.
Kedua ketetapan, yakni kemampuan model itu diramalkan perubahan-
perubahan yang bakal terjadi.
Ketiga generalitas yakni seberapa jauh model dapat digunakan dalam situasi
berbeda.
2. Kriteria
Kriteria adalah persyaratan yang menggambarkan tujuan atau sasaran dalam
pengambilan keputusan. Dalam suatu desain, terdapat sasaran-sasaran yang merupaka
tujuan poko dari desain tersebut. Missal untuk membuat desain pesawat, dipilih daya
angkut yang besar dan kecepatan yang tinggi.5

5. Margono, Drs, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Buku IIA, UNS, Solo 1988

12
3. Kendala
Kendala atau pembatasan adalah faktor-faktor yang harus diperhitungkan
dalam desain atau pengambilan keputusan. Missal dalam desain kendaraan angkut,
syarat pencemaran harus sekecil mungkin
4. Optimasi
Optimasi adalah mencapai solusi terbaik, bila masalah tersebut telah
dirumuskan dalam bentuk model dengan memperhatikan sarana dan perhitungan
kendala. Contoh
permasalahan dimana pendekatan ini digunakan adalah dalam masalah
transportasi, industry, perencanaan dalam desain dan sebagainya.6

6
Margono, Drs, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Buku IIA, UNS, Solo 1988

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan pengetahuan sudah dimulai sejak zaman purba, hal tersebut
disebabkan karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang terus berkembang,
sehingga pada zaman Yunani manusia sudah mulai menggunakan metode ilmiah
yang tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi juga harus dengan pengalaman
empirik sehingga apa yang mereka dapatkan dapat dibuktikan dan diterima oleh
umum.
Kelahiran ilmu alamiah modern mungkin saja terjadi pada zaman Yunani,
karena pada zaman inilah pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and
empiric approach, yang selanjutnya menjadi cikal bakal perkembangan Ilmu
Pengetahuan yang pesat pada zaman modern. Pada tahun 1925 M laboratorium dasar
modern pertama dibangun di Universitas Glessen oleh Baron Jusius Bon Leibig
sehingga sejumlah besar senyawa kimia bernilai niaga ditemukan dan dasar industry
batu bara dan bahan celup dilotakkan.

B. Saran
Apabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan
mohon untuk dimaafkan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya dari
Dosen Pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa, agar dalam pembuatan makalah
berikutnya dapat menjadi baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aly, dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Ibnu Mas’ud, dkk. 1998. Ilmu Alamiah Dasar, Bandung : CV Pustaka Setia.
Jasin Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Rajagrapindo Persada.
Mawardi, dkk. 2002. IAD, IBD, ISD, Bandung : Pustaka Setia.
Hidayat Bambang. 1983. Pengantar Ruang Hidup IPA, Solo : UNS.
Tim UNS, 1988. Ilmu Alumni Dasar I-II-III, Solo : UNS.
MT Zen, 1983. Dampak Perkembangan IPA dan Tetnologi Terhadap Kehidupan
Manusia, Jakarta : PT Gramedia.
Margono, dkk. 1982. Ilmu Alamiah Dasar, Surakarta : UNS.
Rosmin Mien, dkk. 1986. Ilmu Alamia Dasar, Semarang : IKIP.
Darmodjo Hendro. 1986. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : Modul 1-3, Karunika.

15

Anda mungkin juga menyukai