Anda di halaman 1dari 9

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Etika Matematika
Dosen Pengampu : Subanji

Disusun oleh:
Offering D
Kelompok II

1. AULIA RAHMI LUBIS 200311867321


2. DARMAWAN MAS’UD RAHMAN 200311867315

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembahasan filosofis yang tajam terjadi dalam pengetahuan manusia dan


pembahasan ini menduduki posisi sentral dalalm filsafat, khususnya dalalm filsafat
modrn. Epistemologi menjadi titik awal kemajuan filosofis menuju pembangunan filsafat
alam semesta dan dunia ini yang solid. Selama sumber pemikiran manusia, kriterianya,
dan nilai-nilainya tidak ditentukan, maka tidak akan mungkin untuk melakukan studi apa
pun, tak peduli apa pun jenisnya.
Salah satu pembahasan yang disebutkan di atas adalah pembahsan perihal dasar-
dasar pengetahuan dan sumber-sumber pengetahuan untuk menemukan prinsip-prinsip
utama struktur intelektual yang kuat yang dianugerahkan kepada manusia. Setiap
manusia mengetahui banyak hal dalam hidupnya dan banyak bentuk pemikiran serta
pengetahuan diekspresikan dalalm jiwanya. Tak pelak lagi, banyak jenis pengetahuan
yang selalau tumbuh satu sama lainya.
Jadi dalam membentuk pengetahuan baru, manusia dibantu oleh pengetahuan
terdahulu. Masalah ini agar kita mampu menggenggam benang-benang dasar utama
pemikiran dan sumber-sumber pengetahuan yang sama secara umum.
Untuk mengawalinya, harus mengetahui bahwa pada intinya adalah persepsi itu
dibagi menjadi dua macam. Salah satunya adalah konsepsi. Ini adalah pengetahuan
sederhana. Yang kedua adalah persetujuan. Ini merupakan pengetahuan yang melibatkan
penilaian. Konsepsi dicontohkan dengan penangkapan kita terhadap ide tentang panas,
cahaya, atau suara. Di lain pihak persetujuan atau disebut dengan tashdiq dicontohkan
dengan penilaian kita bahwa panas adalah kekuatan yang diturungkan dari matahari,
bahwa matahari lebih bercahaya dari bulan dan bahwa atom itu rentan terhadap ledakan.
Berdasarkan uraian di atas tersebut merupakan uraian pengetahuan secara singkat
berupa pentingnya mengkaji pengetahuan berdasarkan dasar-dasar dan sumber-sumber
pengetahuan pada berbagaimacam sudut pandang yang berbeda atau yang ada.

B. Topik Bahasan
Adapun topik bahasan pada pada makalah ini adalah:
1. Pengertian pengetahuan
2. Aliran-aliran pengetahuan
3. Sumber pengetahuan
4. Macam-macam pengetahuan
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan sering digunakan dengan bahasa inggris yakni “knowledge” sebagai


asal bahasanya. Pengetahuan ialah keadaan tahu, pengetahuan ialah semua yang diketahui.
Ini bukan definisi pengetahuan, tetapi sekedar menunjukan apa kira-kira pengetahuan.
Manusia ingin tahu, lantas ia mencari dan memperoleh pengetahuan. Nah, yang
diperolehnya itulah pengetahuan. Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan apabila
seseorang mengenal tentang sesuatu, artinya pengetahuan selalu menuntun adanya subjek
yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang
ingin diketahui.

Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris knowledge. Sedangkan


secara terminologi, Sidi Gazalba menjelaskan bahwa pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. ( Sidi
Gazalba, 1992 )

Ada beberapa aliran yang berpendapat tentang pengetahuan:


1. Empirisme
Kata ini berasal dari yunani yakni empeirikos yang berasal dari kata empeiria,
yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamanya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunani, pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman iderawi.
John Locke (1632-1704), yakni bapak aliran ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah
bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamanya yang
mengisi jiwa yang kosong itu, kemudian ia memiliki pengetahuan. Mula-mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, kemudian ruwet, sehingga tersusunlah
pengetahuan berarti. Berarti. Bagaimana pun kompelksnya pengetahuan manusia, ia
selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Menurut aliran ini, sesuatu yang
tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengetahuan
indera itulah pengetahuan yang benar, karena itulah metode penelitian yang menjadi
tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa “akal adalah dasar kepastian suatu pengetahuan”.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini,
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Renes Descartes
(1596-1650) ialah bapak aliran ini, begitulah orang-orang menyebutnya, akan tetapi
sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang yunani kuno
telah meyakini bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar,
lebih-lebih pada Aristoteles.
Bagi aliran ini, bahwa kekeliruan pada aliran empirisme, yang disebabkan oleh
kelemahan alat indera yang tidak mampu menangkap objek secara utuh, sehingga
pengetahuan yang didapan tidak lengkap. Rasionalisme dalam hal ini tidak mengingkari
kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk
merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapapt bekerja.
Akan tetapi untuk sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata dengan akal.
Tangkapan indera terhadap suatu objek merupakan bahan yang belum jelas. Bahan ini
kemudia dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir dan mengaturnya
sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Akan tetapi, selain pengetahuan
yang dihasilakan oleh akal berdasarkan bahan yang ditangkap oleh indera terhadap
objek, juga akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang bersifat abstrak.

3. Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857) yang menganut empirisme. Ia
berpendapat bahwa indera itu amat penting dalalm memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera
akan dapat dikoreksi lewat ekperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang
jelas, dan memerlukan ukuran yang teliti terhadap objek tersebut. Dari sinilah kemajuan
sains benar-benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung dengan bukti
empiris yang terukur. “Terukur” itulah sumbangan positivisme.
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri, ia
hanya menyempurnakan empiris dan rasionalisme yang bekerja sama dalam
menghasilakan pengetahuan yang benar, tentu pengetahuan benar yang didukung oleh
bukti empiris yang terukur. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah
dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya
bahwa positivisme itu merupakan kaum empiris plus rasionalisme.
4. Intuisionisme
Tokoh aliran ini adalah Henri Bergson (1859-1941). Ia menganggap bahwa tidak
hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas.objek-objek yang ditangkap merupakan
objek yang selalu berubah. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengosentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusia tidak
mengetahui secara keseluruhan, sehingga sifat-sifat yang ada pada objek tersebut tidak
dipahami secara utuh. Menurut aliran ini bahwa, akal hanya mampu memahami bagian-
bagian dari objek, kemudian bagian-bagian itu digabungkan oleh akal. Itu tidak sama
dengan pengetahuan menyeluruh dengan tentang objek.
Dengan menyadari keterbatasan indra dan akal yang selalu menghasilakan
pengetahuan keliru atau tidah utuh terhadap objek, Bergson yakni tokoh aliran ini
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh manusia, yakni
intuisi. Ini merupakan hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip
dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan
kemampuan intuisi ini memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang mampu
memahami kebenaran yang utuh, yang tetap. Intuisi menangkap objek secara langsung
tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan
yang tidak utuh (spatial), sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh,
tetap. (lihat Encyclopedia Americana, 3:580-1)

B. Sumber Pengetahuan

Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam


epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan
berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang
terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a posteriori. Pengetahuan a
priori adalah pengetahuan yang terjadi apa adanya atau melalui pengalaman, baik
pengalaman indera maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan a posteriori adalah
pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman, pengetahuan ini bertumpu pada
kenyataan objektif.

Kajian filsafat tentang pengetahuan memiliki sumber dijelaskan dengan jelas.


Dengan kata lain bahwa pengetahuan tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat
sumber pengetahuan. Yakni: ( Abbas Hamami, 2011)
1. Empiris
Merupakan yang bersumber dari alam berdasarkan pengalaman, alatnya
adalah panca indra. Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan
manusia yang suka memperhatikan gejala-gejala alam yang terjadi.
2. Rasio
Merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. Sumber
pengetahuan ini didapat dari hasil pemikiran manusia.
3. Intuisi
Merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapat secara tiba-
tiba. Terkadang ketika dihadapkan dengan suatu masalah, otak akan berpikir
sangat keras untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Tingkat berpikir otak
berbanding lurus dengan masalah yang akan diselesaikan. Tetapi dalam kondisi
yang berlawanan ketika kita sedang tidak berpikir dalam enyelesaikan masalah,
kita seakan menemukan solusi untuk menyelesaikan. Solusi itu muncul tiba-tiba
dalam benak kita. Hal ini disebut dengan kinerja intuisi.

C. Macam – Macam Pengetahuan

Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran pengetahuan di atas, bahwa macam-


macam pengetahuan dapat dibagi dengan beberapa macam:
1. Pengetahuan sains
Objek empiris, paradigma sains, metode sains, kebenaranya ditentukan logis dan bukti
empiris.
2. Pengetahuan filsafat
Objek abstrak tetapi logis, paradigmanya logis, metode rasio, ukuran kebenaranya
logis atau tidak logis.
3. Pengetahuan mistik
Objek abstrak supralogis atau metarasional, paradigma mistik, metode latihan, ukuran
kebenaranya ditentukan oleh rasa dan yakin.

Di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan


kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat,
dan pengetahuan agama. ( Baharudin Salam, 2000)
a. Pengetahuan biasa
Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari
pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan
dapat memuaskan rasa lapar, dan sebagainya.
b. Pengetahuan ilmu
Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu pada
prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan
dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
c. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan
pengetahuan yang lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis.

d. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui
para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk
agama.Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama.
PENUTUP

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah


pengamatan. Saat seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari
pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.


Apa yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses
berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh
sebab itu, cara berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan
untuk menemukan kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abas Hamami M. Epistemomologi Bagian 1 Tori Pengetaguan Diktat.


Yogyakarta:Fakultas Filsafat UGM.

Ahmad Tafsir (2013), Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra), PT
Remaja Rosda Karya, Bandung.

Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Muhammad Baqir Shadr (2013). Filsafatuna (Materi, Filsafat, dan Tuhan dalan Filsafat
Barat dan Rasionalisme Islam), JAKFI, Yogyakarta

Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Yuniarti. 2005. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum 2004 terhadap


Prestasi belajar Siswa Kelas VII mata pelajaran Pengetahuan Sosial di SMP Negeri 2
Semarang. SKRIPSI: UNS

Anda mungkin juga menyukai