Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN EPISTEMOLOGI PENGEMBANGAN ILMU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yang diampu oleh
Prof. Dr. Drs. Suroso, M.Pd.

Disusun Oleh:

Hend Ahmed 21215259002

Choirul Imsa Hastuti 22215251040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas
dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan cara
bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut
terkadang belum memuaskan. Manusia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk
mengukur apakah yang dimaksud bukanlah kebenaran  yang bersifat semu, tetapi kebenaran
yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidak membuat manusia
berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, manusia semakin terus berusaha
mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya
untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia
sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari
solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena hal tersebut bersifat  dinamis dan
tidak kaku, artinya tidak akan berhenti pada satu titik namun akan terus berlangsung seiring
dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
ada di alam semesta ini secara mendalam, sistematis dan menyeluruh demi
memperoleh kebenaran yang hakiki. Dalam filsafar terdapat landasn epistemologi.
Epistemologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mengandung pertanyaan bagaimana
cara memperoleh pengetahuan. Seseorang dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah
sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Hal tersebut membuat eksistensi
epistemologi sangat penting untuk menggambarkan manusia berpengetahuan, yaitu dengan
cara menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi.
Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga
ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Menurut (Suriasumantri, 2010) epistemologi merupakan arah berpikir manusia
dalam menemukan dan memperoleh suatu ilmu pengetahuan degan menggunakan
kemampuan rasio. Secara linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani
yaitu: kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, ilmu,
uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan
yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge.
Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan
yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara
terminologi, epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu
filsafat tentang pengetahuan. Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara
memperoleh pengetahuan. Seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila
telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi, artinya pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan.

Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan membahas secara mendalam


mengenai tiga masalah pokok, yaitu sumber ilmu pengetahuan, metode ilmu
pengetahuan,dan kebenaran ilmu pengetahuan.

B. Sumber Ilmu Pengetahuan

Sumber ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang diyakini sebagai sumber darimana
ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh. Ada dua macam sumber ilmu pengetahuan yaitu
pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan. Menurut tradisi filsafat Barat, ada dua
aliran epistemologi yaitu aliran rasionalisme (akal) dan aliran empirisme (indra). Aliran
rasionalisme memberikan tekanan pada akal sebagai sumber pengetahuan dan aliran
empirisme merupakan sumber pengetahuan yang sumbernya yaitu pengalaman indrawi
manusia.
Pengetahuan wahyu dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu Ilmu yang
diperoleh oleh manusia (ilmu aqli) dan ilmu wahyu (ilmu naqli). Ilmu aqli didapat melalui
akal (ilmu pengetahuan konseptual) dan pengalaman indrawi(ilmu pengetahuan persepsi).
Ilmu ini bertujuan untuk membantu manusia menjalankan perannya sebagai khalifah.
Ilmu wahyu atau disebut ilmu naqli merupakan ilmu yang bersumber dari Tuhan seperti
ilmu ketauhidan, keimanan, kewahyuan, fikh, ushuluddin, dan sebagainya. Tujuannya
yaitu untuk menyempurnakan tugas manusia sebagai hamba Allah, atau untuk
menyempurnakan fardhu ain.

C. Metode Ilmu Pengetahuan

Ilmu-ilmu yang diperoleh melalui akal dan pengalaman manusia didapatkan


dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan tersebut didapatkan melalui suatu rangkaian
langkah yang disebut berpikir ilmiah. Terdapat lima langkah berpikir ilmiah yaitu
perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan
pengambilan kesimpulan.

Sesuai dengan pendekatan ilmiah , ilmu-ilmu rasional menggunakan metode


apriori dan deduksi. Apriori merupakan pengetahuan yang diperoleh sebelum
dilakukan pengamatan atau tanpa pengamatan, yang karena itu pengetahuan tersebut
bukanlah pengetahuan yang baru. Deduksi merupakan cara berpikir dari yang umum
kepada yang khusus. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh secara deduktif-
aprioris adalah pengetahuan yang pasti atau mutlak, tetapi tidak baru.

Ilmu-ilmu empiris memakai metode aposteriori dan induksi. Aposteriori adalah


pengetahuan yang diperoleh setelah dilakukan ekperimen atau pengamatan secara
empiris, yang karena itu pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang baru.
Induksi adalah berpikir dari yang khusus kepada yang umum. Pengetahuan yang
diperoleh secara induktif-aposterioris adalah pengetahuan yang baru tetapi tidak pasti
atau tidak mutlak.

Ada dua macam proses berpikir, yaitu menggunakan metode deduktif dan
induktif. Metode deduktif adalah suatu proses bepikir yang bertolak dari hal-hal yang
abstrak kepada yang konkret. Dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan
yang bersifat khusus dengan menggunakan kaidah logika tertent, yaitu logika
deduktif. Cara berpikir deduktif sudah dimulai oleh Aristoteles dan para pengikutnya,
yaitu melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme. Silogisme trdirid ari 3
pernyataan yaitu.

1. Premis mayor (dasar pikiran utama)


2. Premis minor (dasar pikiran kedua)
3. Kesimpulan
Contoh:
1. Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor)
2. Manusia adalah makhluk hidup (premis minor), karena itu
3. Manusia pasti mati (kesimpulan)
Cara berpikir dedeuktif memiliki kelebihan, yaitu apabila dasar pikirannya
benar, maka kesimpulannya pasti benar. Dengan cara berpikir deduktif
memungkinkan kita menyusun premis-premis menjadi pola-pola yang dapat
memberikan bukti yang kuat bagi kesimpulan yang benar. Akan tetapi cara berpikir
secara deduktif juga memiliki kelemahan yaitu dengan cara ini kita tidak akan
memperoleh pengetahuan yang baru karena kesimpulan deduktif selalu merupakan
perluasan dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, kesimpulan silogisme tidak
pernah dapat melampaui isi premis-premisnya, harus mulai dengan premis terlebih
dahulu untuk sampai kepada kesimpulan yang benar.
Berpikir deduktif bersifat analitis aprioris. Kita akan memperoleh pengetahuan
yang bersifat mutlak, tetapi bukan pengetahuan yang baru. Karena itu penyelidikan
ilmiah tidak dapat dilaksanakan hanya dengan menggunakan cara berpikir deduktif
saja, karena sulitnya menentukan kebenaran universal dari berbagai pernyataan
mengenai gejala ilmiah. Dengan metode deduktif, kesimpulan yang diambil hanya
benar apabila premis yang menjadi dasar kesimpulan itu benar.

Metode Induktif dikemukakan oleh Francis Bacon (1561-1626). metode


induktif dimulai dari bukti-bukti yang khusus, dan atas dasar bukti-bukti yang khusus
itu ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Untuk mengetahui sesuatu, seorang
peneliti dapat membuat kesimpulan umum berdasarkan fakta yang dikumpulkan
melalui pengamatan langsung. Untuk memperoleh kebenaran mengenai alam ini,
peneliti harus mengamati alam itu secara langsung, dan harus membebaskan pikiran
dari berbagai bentuk prasangka. Untuk memperoleh pengetahuan menurutnya
seseorang harus mengamati alam itu sendiri, mengumpulkan fakta, dan merumuskan
generalisasi dari fakta-fakta tersebut.

Ciri-ciri pengetahuan ilmiah


a. Objektif, artinya bebas dari penilaian yang bersifat subjektif dan kebenarannya
evidence (didukung oleh bukti-bukti).
b. Rasional, artinya sesuai dengan logika atau aturan penalaran.
c. Sistematis, artinya dilakukan dan disusun secara teratur, dan sesuai dengan teori-teori
d. Generalisasi, artinya pengetahuan itu dapat diterapkan pada fenomena lain bukan
hanya pada obyek tertentu.
D. Kebenaran Ilmu Pengetahuan

Plato mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan alat dria adalah
pengetahuan yang semu, sedangkan pengetahuan yang benar adalah yang diperoleh dengan
akal yang disebutnya idea. Aliran empirisme mengatakan bahwa pengetahuan yang benar
adalah yang diperoleh dengan perantaraan pancaindera, sedangkan pengetahuan yang
diperoleh dengan akal hanyalah merupakan pendapat saja. Empirisme mengeritik akal, bahwa
akal manusia itu diperlengkapi dengan pengetahuan apriori, pengetahuan yang sudah ada,
dibawa sejak lahir, yang oleh Plato disebut innate ideas. Menrut empirisme pengetahuan itu
bukan sudah ada atau tidak dibawa lahir, tetapi diperoleh dari pengalaman. Pengalamanlah
yang menentukan pengetahuan kita. Berdasarkan perspektif Barat dikenal 3 macam teori
kebenaran pengetahuan, yaitu.
1. Teori Korespondensi
Menurut teori korespondensi pengetahuan kita itu adalah benar apabila sesuai dengan
kenyataan. Suatu pernyataan atau suatu proposisi dikatakan benar apabila pernyataan
itu sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Kalau tidak sesuai dengan fakta maka
pernyataan itu tidak benar.

2. Teori Konsistensi atau Koherensi


Menurut teori konsistensi suatu proposisi dianggap benar apabila proposisi tersebut
memiliki hubungan dengan gagasan dari proposisi sebelumnya yang telah dianggap
benar, atau proposisi itu konsisten dengan proposisi sebelumnya.

3. Teori Pragmatik.
Menurut teori ini suatu proposisi dikatakan benar apabila proposisi itu berlaku, dapat
digunakan, berguna. Dengan kata lain bahwa sesuatu itu dikatakan benar apabila ia
berguna, dapat digunakan dalam praktek, akibat atau pengaruhnya memuaskan. Jelas
bahwa teori ini berdasarkan pada filsafat pragmatisme.

Ketiga macam teori kebenaran menurut pandangan sains Barat itu dapat digolongkan
ke dalam dua macam kebenaran, yaitu kebenaran empiris (yang bertolak dari aliran
empirisme), dan kebenaran logis (yang bertolak dari logika deduktif). Di samping diakui
adanya kebenaran logis dan kebenaran empiris, terdapat pula kebenaran wahyu.
Kebenaran wahyu adalah kebenaran yang datangnya dari Tuhan, dan karena itu bersifat
mutlak. Wahyu diturunkan oleh Allah SWT kepada rasul-rasulNya untuk menjadi sumber
ilmu pengetahuan dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

E. Aliran-Aliran Filsafat Epistemologi

1. Idealisme dan Rasionalisme


Kedua aliran filsafat ini pada dasarnya adalah sama, yaitu yang memandang
bahwa kenyataan yang sesungguhnya adalah dunia idea atau rasio. Tokoh Idealisme
di zaman Yunani klasik ialah Plato dan di zaman modern (neo-idealisme) adalah
Frederick Hegel, sedangkan tokoh rasionalisme (disebut juga idealisme rasional)
adalah Rene Descartes, yang terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (saya
berpikir maka saya ada). Aliran filsafat idealisme bermacam-macam, masih dapat
dibedakan antara idealisme rasional, idealisme etis, idealisme estetis, dan idealisme
religius. Menurut filsafat idealisme dan rasionalisme gagasan dan konsepsi atau
pengetahuan kita tentang sesuatu itu memang telah ada pada diri kita, yang
merupakan fitrah manusia, yang secara esensial telah ada dalam lubuk jiwa kita,
dibawa sejak kita lahir, yaitu akal atau idea.
2. Realisme dan Empirisme
Filsafat realisme mempersoalkan objek pengetahuan manusia. Menurut realisme,
objek pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Benda-benda di luar diri
manusia seperti gunung, pohon, kota, bintang dan sebagainya adalah kenyataan yang
sesungguhnya. Benda-benda itu bukan hanya ada dalam pikiran orang-orang yang
mengamatinya tetapi memang sudah ada dan tidak tergantung pada jiwa manusia. Ada
dua macam filsafat realisme, yaitu realisme rasional dan realisme alam atau realisme
ilmiah.
3. Filsafat Kritisisme.
Merupakan penggabungan antara rasionalisme dan empirisme, yaitu bahwa
pengetahuan kita itu diperoleh melalui akal dan pancaindera kita. Obyek di luar diri
kita memberikan pengalaman kepada kita melalui indera. Pengalaman itu
dirasionalkan oleh subyek (kita) menjadi pengetahuan. Aliran kritisisme ini dikenal
pula sebagai Kritisisme Kant, karena filosof Emanuel Kant yang pertama kali
mengkritik dan menganalisis kedua macam sumber pengetahuan itu dan
menggabungkan keduanya.
4. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat ilmu pengetahuan yang muncul pada abad ke-17
yang merupakan elaborasi oleh Francis Bacon dari aliran empirisme yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Galileo dan rekan-rekannya. Ada 3 aliran filsafat
post positivisme yang memberikan kritikan dan pemikiran perbaikan terhadap
positivisme, yaitu: positivisme logical, rasionalisme kritikal, dan teori Paradigma
Thomas Kuhn.

5. Teori Paradigma Thomas Kuhn


Thomas Kuhn adalah seorang sejarahwan dan sosiolog ilmu. Karyanya yang
utama ialah: The Structure of Scientific Revolutions. Kuhn mengemukakan pandangan
tentang ilmu dengan mengemukakan 5 macam istilah atau konsep kunci, yaitu:
paradigm, revolusi ilmiah, pra-paradigmatik, ilmu normal, dan anomali.
BAB III
PENUTUP

Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang diartikan sebagai teori


pengetahuan benar yang dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan.
Secara terminologi, epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan
atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Masalah utama dari epistemologi adalah
bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Seseorang baru dapat dikatakan
berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan
epistemologi, artinya pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia
mencintai pengetahuan. Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan membahas secara
mendalam mengenai tiga masalah pokok, yaitu sumber ilmu pengetahuan, metode
ilmu pengetahuan,dan kebenaran ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar. Jakarta: ITB Pres.
Soelaiman, Darwis A. 2019. Filsafat ilmu pengetahuan :Perspektif Barat dan Islam. Aceh:
Bandar Publishing.

Anda mungkin juga menyukai