Anda di halaman 1dari 59

RetnoFajarwati

Minggu, 28 April 2013


Filsafat MIPA

Pengertian Tentang Ilmu Pengetahuan Alam

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui manusia, tanpa menghiraukan apakah benar atau
salah tanpa menghiraukan dari mana datangnya pengetahuan itu. Sumber utama dari
pengetahuan adalah melalui panca-inderanya.
Sumber pengetahuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pikiran manusia. Dengan
berpikir manusia dapat memperoleh pengetahuan yang tak terbatas jumlahnya, terlepas dari
benar atau salahnya hasil pemikiran itu.
Hasil olah pikir manusia itu ada berbagai bentuk. Ada yang disebut mitos, yaitu gabungan
antara pemikiran, pengalaman, dan kepercayaan. Ada yang disebut filsafat, yaitu hasil pemikiran
yang mendalam tentang sesuatu hal dengan mengandalkan pikiran semata. Ada yang disebut
ilmu, yaitu hasil pemikiran yang diuji kebenarannya dengan kenyataan.
Selain panca-indera dan pikiran masih banyak sumber-sumber pengetahuan yang lain. Yang
penting adalah wahyu. Dengan wahyu, para nabi menyusun kitab-kitabnya yang kemudian
disebarluaskan kepada masyarakat. Selain wahyu ada juga yang disebut intuisi yang merupakan
gabungan antara pikiran dan perasaan.

2. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.
Ada perbedaan yang nyata antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan yaitu di mana pengetahuan
adalah semua yang kita ketahui tanpa menghiraukan yang benar dan yang salah, adapun ilmu
pengetahuan membatasi pada yang benar saja. Jadi ilmu pengetahuan merupakan bagian dari
pengetahuan, yaitu yang benar saja.
Ditinjau secara deduktif benar maksudnya masuk akal, sedangkan ditinjau secara induktif
benar artinya sesuai dengan kenyataan. Kesesuaian dengan kenyataan ini biasa disebut objektif
artinya sesuai dengan objeknya atau dalam teori kebenaran disebut juga sebagai kebenaran
korespondensi karena berhubungan langsung dengan objeknya. Di samping kebenaran ilmu
masih ada kebenaran lain misalnya kebenaran filosofis yang ukuran atau kriteria kebenarannya
didasarkan atas logika atau rasio. Jadi sesuatu itu dianggap benar kalau memang ‘masuk akal’
atau dapat diterima oleh akal sehat kita bahwa hal itu memang benar.
Kriteria kebenaran yang digunakan adalah berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan itu untuk
kehidupan manusia. Pragmatisme adalah suatu pola pikir yang berlandaskan pada suatu konsep
bahwa kebenaran suatu pernyataan adalah dinilai dari konsekuensinya secara praktis atau dengan
kata lain suatu pernyataan dianggap benar kalau ia berfungsi atau ada efeknya secara praktis.
Ilmu pengetahuan itu dapat ditinjau dari segi proses atau dari segi keluaran. Dari segi proses
maksudnya dari segi cara mendapatkan ilmu pengetahuan itu sedangkan dari segi keluaran
maksudnya hasil dari proses itu atau kumpulan dari ilmu pengetahuan. Dari segi keluaran kita
dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu:

1. Objektif

Pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, maksudnya adalah bahwa ada kesesuaian atau
dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empirik.

2. Metodik

Pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.

3. Sistematik

Pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya
saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan kesatuan yang utuh.

4. Universal atau berlaku umum

Pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang
saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama
atau konsisten.
Salah satu syarat ilmu pengetahuan adalah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh
melalui metode ilmiah. Dengan metode ilmiah tentu saja diharapkan akan dihasilkan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bercirikan objektivitas, konsistensi, sistematik, dan
universal.
Langkah-langkah tersebut singkatnya terdiri dari empat langkah, yaitu:

1. Perumusan masalah, yang dimaksud dengan masalah di sini adalah merupakan


pertanyaan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti.
2. Penyusunan hipotesis, adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-
kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada.
Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus
diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.
3. Pengujian hipotesis, yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta ini dapat
diperoleh melalui pengamatan langsung atau tidak langsung.
4. Penarikan kesimpulan, didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data)
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis dapat
diterima bila fakta-fakta yang terkumpul mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-
fakta tidak mendukung maka hipotesis ditolak. Bila hipotesis diterima maka kesimpulan
yang diperoleh merupakan ilmu pengetahuan yang baru.

3. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang objeknya adalah alam dengan segala
isinya. Ilmu Pengetahuan Alam sering juga disebut science atau sains dalam bahasa Indonesia.
Sains juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang sistematik dari gejala-
gejala alam.
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam yang bidang sasarannya adalah alam semesta dan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang bidang sasarannya adalah tingkah laku manusia. Ilmu Pengetahuan Alam pun berkembang
menjadi dua cabang ilmu yang besar yaitu bidang ilmu Alam yang bidang sasarannya adalah
benda-benda tak hidup dan bidang Biologi atau ilmu Hayat yang bidang sasarannya adalah
makhluk hidup.

…… o0o ……
Pengertian Tentang Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam

1. Arti Kata Filsafat

Kata ‘Filsafat’ berasal dari kata Yunani ‘Philosophia’. ‘Philos’ artinya ‘suka kepada’ dan
‘sophia’ artinya ‘kebijaksanaan’. Jadi philosophia secara harfiah artinya ‘suka kepada
kebijaksanaan’. Kata ‘Filsafat’ atau Philosophia pada mulanya berarti pengetahuan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta.
Penemuan-penemuan baru atas dasar pengamatan mengubah pola berpikir manusia yang
cenderung lebih percaya atas kebenaran induktif (atas dasar pengamatan) dari pada kebenaran
filosof yang didasarkan atas pola berpikir deduktif. Maka philosophia terpecah menjadi dua
aliran:

1. Aliran yang mendambakan kebenaran atas dasar induktif, yang kemudian menjadi aliran
Epistemologi yang melahirkan metode ilmiah, dan
2. Aliran yang mendambakan kebenaran yang lebih hakiki sifatnya, yang tak terjangkau
oleh pengalaman manusia. Aliran ini kemudian disebut Metafisika (di luar jangkauan
fisika).

2. Filsafat Sebagai Bagian dari Pengetahuan

Segala sesuatu yang kita ketahui baik melalui pengamatan panca-indera, pemikiran, atau dari
manapun asal usulnya, semua itu merupakan pengetahuan. Jadi filsafat pun merupakan
pengetahuan. Pengetahuan manusia itu dapat digolongkan menjadi dua bagian menurut
sumbernya, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui usaha atau pengalamannya sendiri dan
pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan (wahyu Illahi).
Pengetahuan yang berasal dari usaha sendiri dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode
ilmiah.
2. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pikiran, tak terbatas pada
pengamatan panca-indera.
3. Pengetahuan yang tak termasuk golongan satu dan dua.

3. Asal-Usul Filsafat

Sedikitnya ada tiga hal yang mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk
berfilsafat, yaitu keheranan, rasa ingin tahu yang sedalam-dalamnya, dan kekaguman. Dari rasa
heran orang akan terdorong untuk mencari jawab atas pertanyaan mengapa demikian. Adalah
suatu naluri manusia untuk mempunyai rasa ingin tahu.
Sebagian dari rasa ingin itu dapat dijawab melalui pengamatan panca-inderanya. Namun
sebagian besar yang lain tidak terjawab. Untuk menjawab pertanyaan itu semua manusia harus
berpikir sedalam-dalamnya melampaui batas panca-inderanya. Pendorong munculnya filsafat
yang ketiga adalah kagum. Orang yang merasa kagum selalu merasa dirinya kecil, lemah,
sedangkan yang dikaguminya adalah besar dan bagus. Hal-hal semacam itulah yang mendorong
orang berpikir tentang betapa besar dan hebatnya yang dikagumi itu. Kemudian mereka juga
berpikir tentang dirinya yang merupakan bagian yang sangat kecil dan mungkin tidak berarti
terhadap apa yang mereka kagumi itu. Jadi pada hakikatnya Filsafat itu apapun bentuknya adalah
merupakan hasil olah pikir manusia yang sedalam-dalamnya tentang sesuatu hal.

4. Persamaan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Persamaan yang jelas adalah bahwa keduanya berasal dari olah pikir manusia, keduanya
sama-sama mencari kebenaran. Namun berbeda dalam menetapkan kriteria kebenaran tersebut,
pada Ilmu Pengetahuan, kebenaran didasarkan atas kesesuaiannya dengan kenyataan yang
konkret, sedangkan dalam filsafat, kriteria kebenarannya ditetapkan atas dasar logika deduksi.
Bidang sasaran ilmu pengetahuan terbata pada hal-hal yang bersifat nyata (fisik) sedangkan
filsafat, bidang sasarannya tidak terbatas pada dunia fisik; ia dapat melampaui hal-hal yang
bersifat fisik (metafisik).

5. Cabang-Cabang Filsafat

Ada berbagai cabang filsafat menurut bidang sasarannya misalnya: Filsafat alam yang bidang
sasarannya adalah alam semesta dengan segala isinya disebut juga Kosmologia. Filsafat manusia
yang bidang sasarannya adalah manusia dengan perilakunya, cara berpikirnya maupun seni dan
budayanya disebut juga Antropologia. Hal ihwal tentang tingkah laku manusia dalam bidang
filsafat disebut Etika yang mempermasalahkan baik dan buruknya perilaku manusia. Hal ihwal
tentang cara berpikir manusia disebut juga Logika, yaitu yang mempermasalahkan tentang benar
dan salah. Hal ihwal budaya manusia disebut Estetika yang mempermasalahkan tentang
keindahan. Ada juga Filsafat Agama atau disebut juga sebagai Teologia.

6. Hakikat dan Bidang Telaah Filsafat

Filsafat itu pada hakikatnya adalah penafsiran dari apa yang ada di alam semesta ini dengan
segala isinya melalui pemikiran untuk memperoleh kebenaran, makna, tujuan, dan nilai-nilai.
Untuk itu semua filsafat dapat menelaah segala sesuatu atau objeknya melalui tiga sudut
pandang, yaitu:

 Sudut pandang ontologi, yang mencari jawab atas pertanyaan “apa” sesungguhnya objek
yang diselidiki itu.
 Sudut pandang epistemologi, yang mencari jawab atas pertanyaan dari mana asal-usul
dari objek yang diselidiki.
 Sudut pandang aksiologis, yang mencari jawab atas pertanyaan “kemanakah akhir dari
segala sesuatu” atau dapat juga diartikan “apakah tujuan/manfaatnya”.

7. Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam


Filsafat ilmu pengetahuan alam adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk memperoleh
kebenaran, makna, tujuan, serta nilai-nilai ilmu pengetahuan tersebut bagi kehidupan manusia.

…… o0o ……
Pola Berpikir Manusia dari Zaman Batu sampai Pola Berpikir Deduksi

1. Zaman Batu Purba (4.000.000 – 10.000 SM)

Sisa-sisa budaya manusia yang dapat ditemui dari masa itu adalah berbagai batu yang jelas
dibentuk oleh manusia, kecuali batu mereka juga menggunakan tulang binatang untuk alat, jelas
dari adanya lubang pada tulang untuk memasukkan tali seperti halnya lubang pada jarum masa
kini. Penggunaan batu sebagai alat berburu dapat ditafsirkan bahwa manusia pada masa itu telah
mampu berpikir untuk dapat membedakan mana batu yang dapat diguanakan untuk alat berburu
dan mana yang tidak, mana binatang yang enak disantap atau diburu dan mana yang tidak. Satu
langkah lebih maju dari membedakan adalah mengamati. Untuk dapat berburu tentulah mereka
mengamati kelakuan dari binatang buruannya itu.
Manusia pada masa itu telah pandai menggunakan alat, hal ini dapat diartikan mereka telah
mampu meningkatkan efisiensi dari alat tubuhnya sendiri untuk memenuhi hidupnya. Pada
zaman itu manusia juga telah dapat bercocok tanam atau bertani. Tentunya mereka telah mampu
untuk memilih mana pucuk tanaman yang enak dimakan atau buah-buahan yang enak disantap.
Kemampuan bertani berarti pula bahwa mereka telah mampu untuk membuat desain ataupun
membuat rencana. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa manusia pada zaman itu
telah pandai menulis maupun berhitung. Oleh karena itu, perkembangan pengetahuan mereka
begitu lamban. Zaman ini disebut zaman pra sejarah.

2. Zaman Timbulnya Pola Berpikir Koheren (10.000 – 500 SM)

Pada zaman ini telah timbul berbagai kerajaan besar di dunia, antara lain di negeri Cina, India,
Mesir, Babilonia, Athena, dan Yunani. Namun yang sangat menonjol pengaruhnya dan masih
terasa sampai saat ini adalah budaya yang ditinggalkan oleh orang-orang Babilonia dari daerah
Mesopotamia. Mereka ternyata telah begitu tinggi tingkat berpikirnya. Berikut ini adalah
beberapa cuplikan budaya mereka untuk dapat kita simak bagaimana pola ataupun kemampuan
berpikir mereka itu dalam dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yang pertama adalah dalam bidang perbintangan. Dalam pengamatannya terhadap peredaran
bintang-bintang mereka telah sampai pada kesimpulan bahwa semua benda-benda angkasa itu
beredar menurut garis edarnya masing-masing, dan semuanya terletak pada suatu sabuk (belt)
besar yang melingkar “mengelilingi bumi” yang mereka sebut zodiak. Peredaran bintang-bintang
itu dipergunakan untuk perhitungan waktu. Waktu satu tahun dihitung dari waktu yang
digunakan oleh bintang itu beredar dari suatu titik sampai ke titik semula. Waktu satu bulan
dihitung dengan memperhatikan peredaran bulan mengelilingi bumi dari suatu posisi sampai
kembali ke posisi semula. Ternyata dalam satu tahun bulan beredar mengelilingi bumi dua belas
kali jadi satu tahun sama dengan dua belas bulan.
Waktu satu hari dihitung dari peredaran matahari ‘mengelilingi bumi’ dari suatu titik ke titik
semula. Dan ternyata dalam waktu satu bulan ada tiga puluh hari. Jadi satu tahun sama dengan
tiga ratus enam puluh hari. Kenyataan-kenyataan itu membuat orang-orang Babilonia
mempunyai system perhitungan Matematika kombinasi antara decimal dan Sexagesimal, artinya
segala perhitungan didasarkan atas fraksi atau bagian dari enam puluh. Meskipun demikian
mereka pada akhirnya membuat koreksi berdasarkan perhitungan matematika yang tepat. Mereka
berkesimpulan bahwa satu tahun sama dengan 365,25 hari.
Dari kerajaan Mesir pada masa itu didapatkan sisa-sisa kebudayaan yang menunjukkan bahwa
mereka juga telah pandai tulis baca serta matematika. Tulisannya didasarkan atas abjad dengan
tanda-tanda bunyi yang kita kenal sebagai huruf hieroglif. Dalam bidang matematika orang
Mesir telah mengenal bilangan phi ( ) untuk menghitung luas suatu lingkaran. Mereka
membagi hari menjadi dua bagian yaitu siang dan malam yang masing-masing dibagi menjadi
dua belas jam. Terdapatnya pula peninggalan jam matahari yang didasarkan atas panjang
bayang-bayang tongkat.
Dari negeri Cina ada dua hal yang menarik yaitu tulisannya yang didasarkan atas gambar-
gambar. Dan juga tentang mesin hitung berupa abacus yang mungkin merupakan kalkulator
tertua di dunia yang ternyata masih digunakan sampai saat ini.Dari kenyataan-kenyataan tersebut
di atas dapat kita simpulkan bahwa pada 1500 SM orang telah mampu berpikir abstrak.
Baik orang Babilonia maupun Mesir percaya kepada adanya dewa-dewa artinya mereka
percaya ada suatu kekuatan gaib di luar jangkauan pengalaman yang nyata. Ini berarti pikirannya
telah jauh melampaui batas pengalamannya. Pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman,
pemikiran, dan kepercayaan semacam itu kita sebut mitos.

3. Zaman Timbulnya Pola Berpikir Rasional (600 SM – 200 M)

Zaman ini dikenal sebagai zaman Yunani oleh karena ajaran-ajaran atau pola berpikir orang
Yunanilah yang paling dominan pada saat itu. Ciri perbedaan yang khas antara pola berpikir
orang-orang Babilonia dengan orang-orang Yunani adalah dalam hal menetapkan kebenaran.
Orang Yunani menggunakan rasional atau akal sehat dengan metode deduksi. Sedangkan orang
Babilonia memasukkan unsur kepercayaan di dalam mencari kebenaran.
Seorang ahli pikir bangsa Yunani bernama Thales (624 – 565 SM) seorang astronom yang
juga ahli di bidang matematika dan teknik. Ialah yang pertama kali berpendapat bahwa bintang-
bintang mengeluarkan sinarnya sendiri sedangkan bulan hanya sekedar memantulkan cahayanya
dari matahari. Dialah orang pertama yang mempertanyakan asal-usul dari semua benda yang kita
lihat di alam raya ini. Ia berpendapat bahwa adanya beraneka ragam benda-benda di alam
sebenarnya merupakan gejala alam saja bahan dasarnya amat sederhana.
Pendapat tersebut merupakan perubahan besar dari alam pikiran manusia masa itu. Pada masa
itu, orang-orang beranggapan bahwa aneka ragam benda di alam itu diciptakan oleh dewa-dewa
seperti apa adanya. Karena kemampuan berpikir manusia makin maju dan disertai pula oleh
perlengkapan pengamatan, misalnya berupa teropong bintang yang makin sempurna, maka mitos
dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan orang. Mereka cenderung menggunakan akal
sehatnya atau rasionya.
Orang-orang Yunani yang patut dicatat sebagai pemberi iuran kepada perubahan pola berpikir
masa itu adalah Anaximander (610 – 547 SM) seorang pemikir kontemporer, ia adalah murid
Thales. Juga Anaximenes (585 – 528 SM), Herakleitos (540 – 480 SM), dan Pythagoras (540
SM). Pythagoras terkenal di bidang matematika. Salah satu temuannya yang terpakai sampai
sekarang adalah ‘dalil pythagoras’ tentang segitiga siku-siku, yaitu: “Kuadrat panjang sisi miring
sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya”.
Pernyataan yang lain tentang segitiga oleh pithagoras adalah bahwa jumlah sudut suatu segitiga
adalah 180o.
Yang lainnya adalah Demokritos (460 – 370 SM), Empedokles (480 – 430 SM), Plato (427 –
347 SM), dan Aristoteles (348 – 322 SM). Aristoteles merupakan pemikir terbesar pada
zamannya. Ia membukukan intisari dari ajaran orang-orang sebelumnya. Ia membuang hal-hal
yang tidak masuk diakalnya dan menambahkan pendapat-pendapatnya sendiri. Ajaran Aristoteles
yang penting adalah suatu pola berpikir dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika.
Orang besar 450 tahun setelah Aristoteles adalah Ptolomeus (127 – 151 SM). Pendapatnya
yang patut dicatat ialah bahwa bumi adalah pusat jagat raya, berbentuk bulat, diam, setimbang
tanpa tiang penyangga. Bintang-bintang menempel pada langit dan berputar mengelilingi bumi
sekali dalam 24 jam. Planet beredar melalui garis edarnya sendiri dan terletak antara bumi dan
bintang.
Bila kita renungkan pola berpikir bangsa Yunani, lalu kita bandingkan dengan pola berpikir
orang Babilonia, maka nampak ada perubahan yang mendasar yaitu mulai terpisahnya
‘kepercayaan’ dari ‘ilmu pengetahuan’. Bangsa Yunani bukan tidak percaya pada adanya dewa-
dewa tetapi mereka tidak mencampuradukkan dalam khasanah pengetahuan yang mereka sebut
‘philosophia’ itu.

…… o0o ……
Zaman Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam

1. Timbulnya Pola Berpikir Induktif

Pengaruh ajaran Aristoteles dapat bertahan sampai kurang lebih seribu lima ratus tahun. Hal
ini ditandai dengan tidak adanya penemuan-penemuan baru ataupun pola berpikir yang baru.
Sepanjang satu setengah abad seolah-olah terbuai oleh ajaran-ajaran filsafat orang-orang Yunani.
Sementara itu orang semakin terampil di dalam membuat alat-alat untuk keperluan hidupnya
termasuk alat-alat pengamat bintang. Suatu perubahan terjadi karena makin sempurnanya alat
pengamat bintang dan semakin meningkatnya kemampuan berpikir manusia.
Hal ini ditandai dengan munculnya ajaran Nicolas Copenicus (1473 - 1543). Ia adalah seorang
ahli bintang, matematika, dan ahli dalam bidang pengobatan. Tulisannya yang terkenal dan
merombak pandangan manusia dari ajaran filsafat Yunani berjudul ‘De Revolutionibus Orbium
Caelestium’, yang artinya ‘Peredaran Alam Semesta’. Dalam buku itu Copernicus berpendapat
bahwa pusat dari alam semesta itu bukanlah Bumi seperti ajaran falsafah Yunani tetapi
mataharilah yang menjadi pusatnya. Ajaran demikian disebut heliosentrisme. Buku tersebut tidak
segera diterbitkan karena bertentangan dengan kepercayaan para penguasa pada masa itu, pokok-
pokok ajarannya antara lain adalah:

 Matahari adalah pusat dari solar sistem. Di dalam sistem itu bumi adalah salah satu di
antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
 Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
 Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan
malam dan pandangan gerakan bintang-bintang

Pengikut Copernicus yaitu Bruno (1548 – 1600) memperoleh kesimpulan lebih jauh lagi,
yaitu:

 Alam raya tak ada batasnya.


 Bintang-bintang tersebar di seluruh ruang angkasa.

Karena keberaniannya mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan penguasa pada


saat itu, maka ia dianggap kemasukan setan lalu ia dibakar sampai mati pada tahun 1600. Salah
seorang pelopor dari ilmu pengetahuan alam yang penting untuk dicatat adalah Galileo Galilei
(1564 - 1642). Orang Italia ini dengan berani mengumumkan penemuannya dengan teleskopnya
yang mutakhir pada saat itu, yang bertentangan dengan pandangan penguasa. Ia membenarkan
teori Copernicus tentang heliosentrisme yang jelas bertentangan dengan ajaran agama saat itu
yang berpandangan homosentris atau geosentris.
Pendapat lain yang didasarkan atas observasi dan eksperimental ialah tentang adanya gaya
percepatan dari benda-benda yang jatuh ke bumi, yang bertentangan dengan ajaran Aristoteles.
Pelopor ilmu pengetahuan alam lain yang perlu dicatat adalah Johanes Kepler (1571 – 1630).
Orang Jerman ini mempunyai pandanan yang sangat penting yang merupakan reformasi dari
pengetahuan yang telah ada tentang peredaran alam semesta. Pendapatnya itu didasarkan atas
penggunaan matematika sebagai alat bantu empirik untuk menarik kesimpulan. Ia menyelidiki
hukum-hukum ikatan antara anggota-anggota tatasurya. Pendapatnya kita kenal sebagai hukum
Kepler, yaitu:

 Planet-planet bergerak mengelilingi matahari tidak dalam bentuk lingkaran yang bulat
tetapi berbentuk elips, di mana matahari merupakan salah satu titik pusatnya.
 Sebuah planet dalam geraknya mengelilingi matahari tidak uniform tetapi dengan cara
sedemikian rupa sehingga sebuah garis yang ditarik dari planet tersebut ke matahari
bergeser membentuk bidang yang sama luasnya pada waktu yang sama.

2. Ilmu Pengetahuan Alam dalam Zaman Modern (1600 – 1900)

Yang menjadi perbedaan antara IPA zaman modern dengan IPA sebelumnya adalah
digunakan matematika atau statistika untuk menetapkan kebenaran dengan perkataan lain ilmu
pengetahuan zaman modern dapat disebut sebagai Ilmu Pengetahuan Alam kuantitatif karena
selalu menggunakan pengukuran-pengukuran serta perhitungan-perhitungan matematika.
Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam sebelum zaman ini cukuplah dikatakan ilmiah bilamana
suatu pernyataan itu sesuai dengan objeknya (objektif) yang didasarkan atas pengamatan panca
indera, atau dengan kata lain IPA semacam ini dapat disebut sebagai IPA kualitatif. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa cuplikan berupa temuan-temuan dari masa itu yang ternyata merupakan
masa penemuan ilmu pengetahuan baru yang luar biasa banyaknya.

1. Christian Huygens (1629 - 1695)

Ia mempunyai penemuan yang sangat penting di bidang cahaya, ia menyatakan atas hasil
percobaannya bahwa cahaya bergerak dengan kecepatan 600.000 kali kecepatan suara.
Penemuan itu bertentangan dengan pengetahuan manusia sebelumnya melalui ajaran filsafat
Yunani yang menyatakan bahwa cahaya merambat dengan tanpa memerlukan waktu. Temuan
yang lain dari Huygens adalah hukum tentang gerak bandulan. Ia mengemukakan suatu rumusan
sebagai berikut:

T = waktu dalam detik


π = 3,1416…
l = panjang bandulan dalam cm
g = gravitasi bumi

2. Newton (1643 – 1727)

Ia seorang ahli dalam bidang matematika maupun fisika. Temuannya yang sangat penting
adalah tentang adanya gaya gravitasi yang dapat memberi keterangan tentang adanya gaya tarik
menarik antara matahari, bumi, bulan, serta planet-planet. Teorinya tentang gaya tarik-menarik
antara dua benda sangat terkenal dan dirumuskan sebagai berikut:

K= gaya tarik-menarik
m = massa benda
r = jarak antara dua benda
f = suatu konstanta (koefisien)

3. Lavoiser (1743 – 1794)

Abad tujuh belas dan delapan belas ini dapat juga disebut sebagai zaman kejayaan
matematika. Hal ini disebabkan karena banyaknya dalil-dalil matematika yang ditemukan dan
yang langsung dikaitkan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Salah satu aliran yang
sangat terkenal adalah sistem Euclids, sehingga matematika pada zaman ini dijuluki sebagai ‘The
Queen of Science’.

…… o0o ……
Peranan IPA dalam Perkembangan Masyarakat

1. Peranan IPA sampai Abad 17

Salah seorang tokoh yang dapat dianggap sebagai pelopor lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam di
samping Galileo Galilei adalah Francis Bacon (1560 – 1626) yang ajarannya dalam menentukan
kebenaran dengan menggunakan pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya kemudian menarik
kesimpulan secara umum. Inilah metode induktif yang dikenal sampai sekarang. Abad ke-17 ini
ditandai dengan sederetan penemuan-penemuan hasil eksperimentasi. Berikut ini adalah
beberapa cuplikan hasil usaha di bidang IPA yang membawa pengaruh terhadap perkembangan
masyarakat.
Di bidang kimia, ditemukan logam-logam baru melalui teknik oksidasi-reduksi, destilasi, dan
amalgamasi. Juga ditemukan senyawa merkuri yang pada masa itu dapat digunakan untuk
pemberantasan penyakit kotor. Di bidang navigasi dan astronomi, diadakan perbaikan-perbaikan
dalam peta navigasi. Dunia baru di bidang jasad mikro diungkapkan orang dengan ditemukannya
mikroskop oleh Leeuwenhoek (1632 – 1723). Dari alat itu pula ditemukan spermatozoa yang
dapat dianggap sebagai sumber keturunan.
Buku IPA ternyata sangat penting artinya bagi perkembangan pola berpikir manusia. Bila
pada zaman Yunani buku ‘Metafisika’-nya Aristoteles merupakan buku pintar dari filsafat
Yunani, dalam zaman modern ini Newton telah menyusun buku yang diberi judul ‘De
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica’, yang berisi segala Ilmu Pengetahuan Alam
yang ada pada masa itu.

2. Peranan IPA dalam Perubahan Ekonomi dan Sosial (Tinjauan sampai Abad 19)

Abad ke-19 merupakan abad ditemukannya mesin-mesin. Dengan mesin berarti orang dapat
memperoleh tenaga penggerak dengan kapasitas yang besar dan oleh karena itu tumbuhlah
industri-industri dalam ukuran besar. Teknik-teknik baru juga melanda bidang pertekstilan,
pertanian, dan perkapalan. Sementara itu mesin disempurnakan, diberi roda sehingga dapat
bergerak. Maka mulailah abad perkeretaapian.
Temuan yang besar pengaruhnya di samping bidang mesin ialah yang berkenaan dengan
listrik. Awal penemuan listrik ini masih merupakan barang aneh yang tidak diketahui
kegunaannya. Tokoh-tokoh yang patut dikenal di bidang kelistrikan ini antara lain adalah Stephe
Gray (1666 – 1736) yang menemukan konduktor dan non-konduktor. Dufay yang dilanjutkan
oleh Franklin tentang adanya listrik positif dan negatif. Coulomb tentang gaya tarik
elektromagnet, Volta (1745 – 1827) menemukan baterai. Oersted tentang elektromagnet, Faraday
tentang induksi elektromagnet, Maxwell tentang bidang elektromagnet. Baru pada pertengahan
abad 19 listrik dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setelah ditemukan mesin listrik (generator)
yang dipelopori oleh Siemens (1823 – 1883).
Bidang kimia dan biologi ternyata tidak banyak memberi sumbangan pada perubahan sosial
ekonomi, namun yang patut dicatat adalah adanya perubahan mendasar tentang pola berpikir.
Tokoh-tokoh ilmu kimia yang perlu dicatat pada masa itu adalah Priestly (1723 – 1804), penemu
gas oksigen. Berzelius (1779 – 1848) yang menemukan bahwa garam merupakan netralisasi dari
asam dan basa. Dumas dan Liebig menyatakan bahwa zat-zat organik (yang berasal dari jasad
hidup) itu terdiri dari karbon, hidrogen, dan nitrogen. Satu temuan yang penting artinya di bidang
ilmu kimia adalah hukum periodik untuk unsur-unsur oleh Mendeleyeff (1869). Ia menyusun
unsur-unsur dalam suatu tabel secara berurutan menurut berat atomnya.
Di bidang biologi antara lain Carl Linnaeus (1707 – 1778). Dialah yang pertama membuat
klasifikasi semua jenis tumbuhan maupun binatang dari seluruh dunia. Erasmus Darwin (1731 –
1802) yang menjadi sangat terkenal dengan teori evolusinya. Kemudian, L. Pasteur (1855)
dengan teori bakteriologinya, ternyata mengubah pola pengobatan masa itu misalnya pencegahan
penyakit menular dengan cara imunisasi.

3. Dampak IPA dan Teknologinya Terhadap Sistem Sosial dan Ekonomi

Dengan ditemukannya mesin-mesin maka mulailah berkembang industri-industri besar.


Kemakmuran atas hasil industri yang melimpah menjadikan para pemilik modal menjadi kaya
raya dan timbul pula kelompok kelas pedagang yang juga kaya raya. Kelompok pemilik modal
yang kaya itu disebut kaum kapitalis. Di lain pihak kaum buruh ditentukan nasibnya oleh kaum
kapitalis yang sering mementingkan kepentingannya sendiri untuk mencari keuntungan sebesar-
besarnya dan kurang memperhatikan nasib kaum pekerja. Kelompok kaum pekerja ini kemudian
bersatu untuk memperbaiki nasibnya maka timbullah kaum sosialis.

…… o0o ……
Peranan IPA dan Teknologinya dalam Abad Ke-20

1. Atom dan Tenaga Atom

Suatu ciri khas dari abad ke-20 adalah ditemukannya tenaga atom. Dimulai sejak
ditemukannya gejala radioaktivitas hasil peluruhan zat radioaktif oleh suami istri Polandia Piere
Curie (1859 - 1906) dan Marie Curie (1867 - 1934). Mereka menemukan gejala radioaktivitas
dari uranium dan ditemukan pula unsur-unsur baru yaitu polonium dan radium.
Rutherford (1871 – 1937) melanjutkan penelitian terhadap gejala radioaktifitas dan
menemukan bahwa unsur-unsur radioaktif mengeluarkan tiga jenis sinar yang berbeda sifat-
sifatnya. Sinar-sinar itu adalah sinar yang merupakan partikel helium, sinar , dan sinar γ.
Rutherford dengan bekerja sama dengan Moseley dan Niels Bohr berhasil mengungkapkan teori
atom Rutherford-Bohr, yaitu bahwa atom itu terdiri dari inti atom yang bermuatan positif dan
dikelilingi oleh kulit atom yang terdiri dari elektron-elektron.
Pada tahun 1915 Albert Einstein mengemukakan teori relativitasnya yang dapat
menggambarkan secara matematis hubungan antara energi dengan massa suatu zat, dengan
rumus yang sangat terkenal:

E = mc2
E = energi
m = massa
c = kecepatan cahaya

Ini berarti benda itu dapat dipandang sebagai suatu bentuk dari tenaga. Berikut akan
dijelaskan contoh dari pemanfaatan tenaga atom.

1. Atom Sebagai Sumber Tenaga

Meskipun orang telah dapat membuat berbagai reaksi untuk memecah inti atom tetapi untuk
tujuan pengambilan tenaga atom biasanya digunakan unsur uranium dengan isotop 235 yang
ditembak dengan netron. Panas yang timbul sebagai hasil reaksi inti yang sangat besar itu dalam
reaktor atom tidak langsung dapat digunakan tetapi diubah bentuknya menjadi tenaga mekanik
dengan cara memanaskan air sedemikian rupa sehingga uap air yang terbentuk itulah yang akan
menggerakkan turbin pemutar generator listrik.

2. Atom Untuk Peningkatan Kesejahteraan Manusia


Seperti yang telah diuraikan terdahulu, unsur-unsur radio aktif meluruh dengan mengeluarkan
sinar-sinar alfa, beta, dan gamma. Sinar-sinar tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh tertentu
terhadap jasad hidup. Yang sering dimanfaatkan orang adalah sinar gamma yang mempunyai
sifat mematikan pada suatu dosis yang tinggi, menghambat pertumbuhan pada suatu dosis yang
rendah, serta dapat pula mengubah sifat-sifat genetika dari suatu makhluk hidup.
Sifatnya yang mematikan dapat digunakan untuk mematikan hama. Bakteri-bakteri pembusuk
juga dapat dimatikan. Dalam hal ini sangat penting untuk pengawetan makanan juga dapat
digunakan untuk sterilisasi. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu suhu yang tinggi maupun
penggunaan bahan-bahan kimia.
Sifatnya yang menghambat pertumbuhan dapat digunakan untuk mengawetkan kentang
maupun umbi-umbian yang lain. Sifatnya yang dapat mengubah sifat-sifat yang menurun yang
disebabkan oleh adanya mutasi dari gen, dapat digunakan untuk mencari bibit-bibit unggul.
Sifat unsur radioaktif dapat juga digunakan dalam industri maupun kedokteran. Dalam bidang
industri misalnya untuk pengawetan kayu, membuat serat sintetik yang mempunyai sifat
menguntungkan bagi manusia misalnya dapat menyerap air dan tidak panas; proses penyamakan
kulit dan sebagainya. Dalam bidang kedokteran dapat digunakan untuk menetapkan lokasi tumor
pada otak, kanker, atau adanya kelainan-kelainan pada paru-paru, kelenjar gondok, ginjal, dan
lain-lain.

2. Bidang Kelistrikan

Sederetan nama-nama besar di bidang kelistrikan telah muncul pada abad ke-19, antara lain:
Ampere, A.m (1775 c 1836) penemu hukum-hukum elektronika. Kemudian, Faraday, M (1791 –
1867) seorang ahli fisika yang juga meneliti pengaruh listrik terhadap perubahan zat (kimia),
penemu hukum-hukum kimia listrik juga terkenal dengan teori medannya. Maxwell, J.C. (1831 –
1879), terkenal dengan teori medan listriknya. Dia pula yang mengaitkan kelistrikan dengan
cahaya. Ohm, G.S (1789 – 1854), dialah yang pertama kali dapat menurunkan tegangan listrik
dengan memberikan suatu tahanan. Hertz, H.R. (1857 – 1894), dialah yang pertama
membuktikan bahwa gelombang elektro itu sama sifatnya dengan gelombang cahaya biasa,
hanya berbeda frekuensinya.
Berikut adalah beberapa cuplikan perkembangan elektronika pada abad ke-20. Guglielmo
Marconi (1874 – 1937) menemukan radio-telegrafi. Radio-telegrafi ini oleh orang Inggris disebut
‘wireless’ atau ‘tanpa kawat’. Thomas A. Edison (1874 – 1931), hak ciptanya yang penting
adalah lampu listrik, dan gambar hidup. Watson dan Watt (1935) menemukan layar radar. Ide
untuk mentransmisikan gambar telah direalisasi oleh Alexander Bain (1842) orang Skotlandia.
Orang yang juga patut disebut namanya adalah C.R. Carey (1875), dialah yang menemukan
prinsip transmisi suatu objek yang masih digunakan sampai sekarang yaitu bahwa gambar itu
dipecah menjadi titik-titik sinyal listrik; masing-masing sinyal itu dipancarkan lalu ditangkap dan
dibentuk kembali menjadi gambar semula. Paul Nipkow dari Jerman (1884) juga merupakan
salah seorang pelopor. Ia menciptakan cara mentransmisikan gambar melalui sebuah piringan
yang berlubang-lubang melingkar mendekati pusatnya. Piringan itu berputar sehingga semua
bagian dalam gambar akan sempat diintai melalui lubang itu lalu ditangkap dan ditransmisikan
oleh foto sel.

Suatu tabung TV yang disebut “ICONOSCOP” yaitu tabung sekaligus layar TV diciptakan
oleh Vladimir K. Zwory Kim (1923). Bentuk yang lebih sempurna dari Iconoscop ialah
Kinoscope yaitu tabung sekaligus layar TV yang terdapat dalam setiap pesawat terdapat dalam
setiap pesawat TV sekarang ini. Satu lagi alat elektronika yang sangat mempengaruhi kehidupan
manusia adalah komputer. Komputer adalah alat yang menggunakan perangkat elektronika dan
berfungsi sebagai alat penyimpan data maupun informasi.

3. Bidang Biologi

Berikut ini adalah beberapa cuplikan yang penting artinya bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam maupun bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

 Pertama-tama adalah vitamin, zat yang vital bagi tubuh, artinya bila tubuh kita tidak
diberi zat itu secara cukup, akan terjadi kelainan atau sakit dalam tubuh kita. Jumlah
penelitiannya banyak, namun yang menonjol adalah Frederick Gowland Hopkin (1861 –
1947).
 Temuan lain adalah hormon. Orang yang berjasa dalam hal ini adalah E.H. Starling (1866
– 1927). Berbeda dengan vitamin, hormon dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, yang
dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu.
 Virus, makhluk yang misterius ini terungkap dengan jelas atas jasa ilmuwan Rusia
bernama Ivanovsky (1892).
 Penicilin, yaitu suatu zat antibiotik. Penicilin berasal dari jamur Penicillium. Jamur itu
sendiri sebenarnya telah lama dikenal orang, tetapi baru setelah hasil percobaan Fleming
(1881 – 1955) pada tahun 1929 yang menemukan bahwa zat yang dihasilkan oleh jamur
itu dapat membunuh bakteri tanpa meracuni bahwa zat yang dihasilkan oleh jamur itu
dapat membunuh bakteri tanpa meracuni makhluk hidup di mana bakteri itu tinggal.
 Ilmu keturunan dan rekayasa genetika. Perintis utama dari ilmu ini adalah seorang
biarawan bangsa Austria pada abad 19 yaitu Gregor Mendel (1822 – 1844).

…… o0o ……
Apa Sebenarnya IPA Itu?

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut pendapat dari Nash, L.K. dalam bukunya ‘The Nature of Natural Science’. Ia
mengatakan bahwa IPA itu dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati
sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Cara memandang IPA bersifat analitis, ia melihat sesuatu
secara lengkap dan cermat serta dihubungkannya dengan objek yang diamati itu. IPA dipandang
sebagai suatu pola pikir logis dan seragam. Lalu apa dan bagaimana pola pikir logis dan seragam
itu yang tak lain adalah metode ilmiah.
Sebuah buku karangan J.D. Bernal yang berjudul ‘Science in History’. Di dalam isi buku
tersebut, Bernal menyarankan untuk dapat memahami sains atau IPA haruslah melalui
pemahaman dari berbagai segi atau aspek dari IPA itu. Ia menonjolkan adanya lima aspek yaitu
IPA dapat dipandang:

 Sebagai suatu institusi,


 Sebagai suatu metode,
 Sebagai suatu kumpulan pengetahuan,
 Sebagai suatu faktor utama dalam memelihara dan mengembangkan produksi, dan
 Sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap manusia
terhadap alam semesta.

Sidney Morgenbesser dalam bukunya yang berjudul ‘Philosophy of Science Today’


membahas tentang ‘The Nature and Aims of Science’ yang dikarang oleh Ernest Nagel. Menurut
Nagel, IPA dapat dilihat dari tiga aspek. Secara singkat ketiga aspek itu adalah sebagai berikut:

 Aspek tujuan, IPA adalah sebagai alat untuk menguasai alam, dan untuk memberikan
sumbangan kepada kesejahteraan umat manusia.
 IPA dapat dilihat sebagai suatu pengetahuan yang sistematik dan tangguh dalam arti
merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
 Aspek ketiga adalah bahwa sains dapat dilihat sebagai suatu metode.

Ada satu buku lagi yang juga menjawab pertanyaan “what is science?”, yaitu yang berjudul
‘UNESCO Handbook for Science Teachers’ yang diterbitkan oleh UNESCO Paris. Dalam buku
tersebut dijelaskan bahwa “Science is what scientists do”, maksudnya, pertama adalah
mengumpulkan pengetahuan ilmiah sehingga menjadi ‘body of scientific knowledge’ dan yang
kedua adalah suatu proses untuk mendapatkan ‘scientific knowledge’ itu.

…… o0o ……
Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam

Untuk mengenal apa IPA itu, kita juga dapat menjelaskan melalui segi fungsinya. Dari
berbagai pustaka dapat dirangkum bahwa fungsi IPA itu ada lima, yaitu untuk:

1. Membangun pola berpikir


2. Menjelaskan adanya hubungan antara berbagai gejala alam

Dalam menjelaskan sesuatu, IPA mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu :

1. Analitis, artinya lengkap mendeskripsikan semua bagian dari objek penelitiannya,


serta hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
2. Logis, artinya dapat diterima oleh akal.
3. Sistematis, artinya disusun secara logis dan sistematis sehingga tampak jelas tata
urutan serta hubungan satu dengan yang lain dan jelas pula bahwa tidak ada
kebenaran ilmu pengetahuan yang bertumpang tindih dalam arti berlawanan satu
dengan yang lain.
4. Kausatif, maksudnya IPA menjelaskan mengapa segala gejala alam itu terjadi.
5. Kuantitatif, yang meliputi tiga arti:

 Kesimpulan yang diuji kebenarannya melalui statistika,


 Penjelasannya disertai dengan angka-angka dengan besaran hasil
pengukuran atau dengan rumusan-rumusan matematika,
 Kuantitatif dalam artiannya yang tak langsung menyatakan kecermatan
pengukuran.

Menurut Carl Hempel ada dua tujuan IPA dalam menjelaskan berbagai gejala alam ini, yaitu:

 Untuk ha yang bersifat praktis, maksudnya untuk kepentingan kesejahteraan umat


manusia.
 Untuk memenuhi hasrat ingin tahu.

3. Meramalkan

Peramalan dari IPA ini adalah peramalan yang didasarkan atas adanya konsistensi atau
keteratura dari gejala-gejala alam. Kunci pokok dari sesuatu yang dapat digunakan untuk
meramalkan itu adalah adanya keteraturan yang konsisten.

4. Menguasai atau mengontrol alam guna kesejahteraan manusia

Dengan IPA orang bisa mengolah sumber daya alam. Orang jua dapat mendirikan industri-
industri untuk menghasilkan barang-barang bagi kesejahteraan manusia. Dengan IPA orang
dapat mempermudah hubungan komunikasi maupun transportasi. Dengan IPA orang dapat
mencegah atau menghindari malapetaka akibat gejala alam.
5. Melestarikan berbagai gejala alam

Suatu gejala alam mungkin sekali tak terulang kejadiannya sehingga IPA dalam hal ini
selaku kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis secara tak langsung merekam gejala-
gejala alam, misalnya kehadiran komet, pergeseran benua, perubahan flora dan fauna.
…… o0o ……
Anatomi Ilmu Pengetahuan

1. Hukum

Hukum dalam IPA merupakan suatu pernyataan yang mengungkapkan adanya hubungan
antara gejala alam yang konsisten. Karena konsistennya itulah maka hukum dapat digunakan
untuk meramalkan. Adapun yang perlu diingat untuk memahami hukum ini adalah:

1. Suatu pernyataan,
2. Menyatakan adanya hubungan antara fakta,
3. Telah diuji kebenarannya oleh ahli di bidang itu,
4. Bersifat universal,
5. Dapat digunakan untuk meramalkan,
6. Berlaku pada kondisi yang terbatas,dan
7. Peramalan hanya cocok bila kondisi tertentu yang terbatas itu terpenuhi.

2. Teori

Menurut Kerlinger (1973) yang terjemahannya sebagai berikut. “Suatu teori adalah
seperangkat pengertian (konsepsi) definisi dan proposisi yang saling berkaitan yang menyajikan
suatu pandangan yang sistematis dari berbagai fenomena dengan mengungkapkan adanya
hubungan yang spesifik antar variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena-fenomena tersebut.”
Teori memiliki tiga fungsi, yaitu:

1. Menjelaskan, yang dijelaskan bisa saja berupa suatu hukum, bisa juga suatu gejala alam
yang sederhana, dan dapat pula hubungan antar berbagai gejala alam.
2. Memahamkan, fakta-fakta dari gejala alam yang berserakan di atas bumi dan alam
semesta ini bila dirapihkan atau dibuat menjadi teratur dan sistematis maka akan mudah
dipahami adanya saling keterkaitan secara teratur satu terhadap yang lain mengikuti
‘hukum alam’.
3. Meramalkan, dari keteraturan ataupun sistematisasi fakta-fakta atau fenomena alami tadi
dapat pula ditarik suatu kesimpulan atau ramalan.
3. Postulat

Secara singkat, potulat dapat diartikan sebagai suatu anggapan dasar yang kebenarannya
tidak dipertanyakan lagi atau dianggap benar.

4. Prinsip atau Azas

Prinsip atau azas dalam Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai suatu pernyataan
yang mengandung kebenaran yang bersifat mendasar dan berlaku umum. Prinsip atau azas inilah
yang sebenarnya melandasi kebenaran suatu hukum.

…… o0o ……
Metode Ilmiah

Dalam IPA, pengetahuan itu dianggap benar bila sesuai dengan objeknya. Atas hal itu, ada
suatu paham atau aliran yang disebut ‘fenomenalisme’. Bertolak dari fenomenalisme, IPA hanya
terdiri dari suatu identifikasi, klasifikasi, dan kodifikasi dari berbagai fenomena alam yang kita
amati. Fenomena dapat diartikan sebagai hubungan serta sifat-sifat dari benda. Pelopor dari
paham ini adalah Patricius. Pahamnya ini didorong oleh ketidakpuasaan terhadap teori-teori yang
diciptakan para astronom yang penuh dengan kira-kira ataupun dugaan-dugaan. Pelopor lain dari
fenomenalisme adalah Barkeley yang melandasi pendapatnya atas tiga prinsip yaitu:

1. Tidak ada bedanya antara fakta yang didapat dari hasil pengamatan dengan apa yang kita
pahami tentang fakta itu,
2. Hubungan antar gejala alam itu adalah sangat teratur karena diatur oleh Tuhan, bila tidak
teratur itu adalah kesalahan pengamatan kita,
3. IPA harus tetap dikaitkan dengan identifikasi dari hasil pemikiran manusia.

Ada paham lain yang disebut Realisme. Paham ini mendambakan akan realita dari teori-teori
maupun terminologi dari IPA. Paham realisme mempunyai kaidah secara skematis sebagai
berikut:

1. Istilah-istilah teoretis dapat mengacu kepada suatu realita hipotetis,


2. Realita hipotetis itu adalah yang diharapkan menjadi realita,
3. Realita yang diharapkan tersebut adalah ‘demonstrable’ artinya dapat ditunjukkan
kenyataannya secara gestural.
Menurut Isaac dan Michael (1980), ada sepuluh langkah dasar yang harus ditempuh yaitu:

1. Mengidentifikasikan lingkup masalahnya,


2. Mengadakan survey kepustakaan yang berkenaan dengan permasalahannya,
3. Merumuskan permasalahannya yang sebenarnya dalam bentuk yang jelas, dengan
menggunakan istilah yang khusus,
4. Merumuskan hipotesis yang dapat diuji dan mendefinisikan konsepsi-konsepsi dan dasar
variabelnya,
5. Menyatakan asumsi-asumsi sebagai landasan dasar yang memberikan petunjuk
penafsiran kesimpulan yang akan didapat,
6. Menyusun desain penelitian untuk mencapai validitas internal maupun external yang
maksimal,
7. Menetapkan cara pengumpulan data,
8. Pemilihan cara analisis data,
9. Pelaksanaan program penelitian,
10. Penilaian hasil dan penarikan kesimpulan.

…… o0o ……
Nilai-Nilai Ilmu Pengetahuan Alam

1. Nilai-Nilai Sosial dari IPA

1. Nilai etik dan estetika dari IPA

Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai itu
terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’ pada tempat yang
paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari,
meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.

2. Nilai moral atau humaniora dari IPA

Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang
berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka
yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur
namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di
belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu sendiri adalah ‘suci’,
yang tidak suci itu ialah manusianya.

3. Nilai ekonomi dari IPA

Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian. Katakanlah ia
menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu mempunyai niali
ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai ekonominya tidak langsung.
Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat.lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat
meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu
dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.

2. Nilai-Nilai Psikologis/Paedagogis IPA

1. Sikap mencintai kebenaran

IPA selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh karena
itu mereka yang selalu terlibat dalam proses IPA diharapkan mendapatkan imbas atau dampak
positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.

2. Sikap tidak purbasangka

Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. Dalam
kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana pertengkaran dan
hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.

3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak

Kesimpulan seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa
pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap
rendah hati dan tidak sombong.

4. Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini

Dengan mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan/menemukan


adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya
maka orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini
dapat memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

5. Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain

Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat
menghargai pendapat orang lain ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk
memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuannya.

6. Bersikap tidak putus asa

Orang-orang yang berkecimpung dalam IPA, mereka menggali atau mencari kebenaran.
Mereka akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila
kebenaran itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena
itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu walaupun
seringkali tidak memperoleh apa-apa.

7. Sikap teliti dan hati-hati

Seorang ilmuwan IPA memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam
mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.

8. Sikap ‘curious’ atau ‘ingin tahu’

Para ilmuwan atau mereka yang berkecimpung dalam IPA akan didorong untuk ingin tahu
lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga pengetahuan
yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan pengetahuan yang mereka
dapatkan tentu akan memberikan ‘reinforcement’ untuk mendorong mereka mencari tahu lebih
banyak.

9. Sikap optimis

Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang
tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan
memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuwan IPA
berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin dikerjakan.

3. Keterbatasan IPA

1. IPA tidak menjangkau untuk menguji kebenaran adanya Tuhan, karena IPA sengaja
membatasi diri pada alam fisik.
2. IPA tidak dapat menjangkau secara sempurna tentang objek pengamatannya
3. IPA tidak menjangkau masalah etika (tata krama) yang mempermasalahkan tingkah laku
yang baik atau buruk. Juga tak menjangkau masalah estetika yang tersangkut paut dengan
keindahan. Juga tidak mungkin tentang sistem nilai.

…… o0o ……
Ilmu Pengetahuan Alam dan Masa Depan

1. Komunikasi

Teknologi di bidang ini semakin maju, dalam waktu dekat mendatang diharapkan adanya
auviphone telah membudaya dalam rumah-rumah tangga. Sambungannya dengan komputer akan
menjadikan suatu sajian informasi yang luar biasa sehingga diperkirakan akan mempengaruhi
evolusi dari volume otak manusia. Langkah lebih lanjut diharapkan dapat berkomunikasi dengan
ETI yaitu manusai cerdas dari luar tata surya kita.

2. Komputer

Orang akan semakin akrab bahkan akan menjadi bagian dari kebudayaan kehidupan sehari-
hari. Robot menjadi semakin populer bahkan kita dapat membeli robot pembantu rumah tangga.

3. Teknologi Energi

Energi pengganti dari matahari akan semakin membudaya namun nampaknya yang dominan
adalah penggunaan energi nuklir. Dengan menyadari akan bahayanya manusia mungkin berpikir
bahwa pemilihan alternatif ini tak dapat dihindarkan.

4. Beberapa Masalah Dunia pada Masa Mendatang

Banyak masalah dunia yang harus kita hadapi bersama untuk masa kini maupun masa
mendatang. Namun hanya dua yang akan dibahas pada modul ini yaitu masalah kependudukan
dan lingkungan hidup. Masalah kependudukan dan lingkungan hidup merupakan masalah dunia
yang penanggulangannya tidak saja memerlukan teknologi IPA yang canggih tetapi juga
memerlukan kesadaran penduduk bumi untuk mengendalikan diri tidak saja dalam membatasi
kelahiran tetapi juga dalam memelihara lingkungan hidupnya.

5. Mencari Kehidupan Alternatif untuk Masa Mendatang

Setelah mengadakan eksplorasi ke planet-planet lain dalam tata surya, dapatlah disimpulkan
bahwa tidak ada satu pun yang nyaman dihuni oleh manusia selain bumi kita tercinta ini, oleh
karena itu kesadaran akan memelihara kelestarian bumi dengan segala isinya yaitu manusia
dengan kebudayaannya lebih memberi harapan di masa mendatang daripada migrasi ke tempat
lain.
1
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Oleh: Turmudi
, MEd., MSc., PhD.
Universitas Pendidikan Indonesia
Pemecahan Masalah:
Pemecahan masalah artinya proses melibatkan suatu tugas yang
metode pemecahannya
belum diketahui lebih dahulu. Untuk mengetahui penyelesaian
nya siswa hendakny
a
m
emetakan pengetahuan mereka, dan melalui proses ini mereka sering
mengembangkan
pengetahuan baru tentang matematika.
Dengan melalui pemecahan masalah dalam matematika siswa
hendaknya memperoleh
cara
-
cara berfikir, kebiasaan untuk tekun
dan menumbuhkan rasa ingin tahu, serta
percaya diri dalam situasi tak mereka kenal yang akan mereka
gunakan di luar kelas.
Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dari semua
pembelajaran
matematika dan hendaknya tidak terisolasi dari program ma
tematika.
Contoh 1:
Suatu perl
ombaan badminton antar siswa MI di Banda Aceh
diselenggarakan untuk
merebutkan piala
Gubernur NAD
. Setiap peserta lomba harus saling
berhadapan. Jika
terdapat 23 MI
mengikuti Turnamen Badminton tersebut dan Panitia ingin me
ngetahui
berapa kali banyaknya perlombaan untuk menetapkan banyak wasit
yang diperlukan
dalam Turnamen ini.
Berapa kali banyaknya perlombaan tersebut terjadi? [Ini dikenal
dengan kompetisi
penuh]
Contoh 2:
Saya memiliki sejumlah koin 1000
-
an, 500
-
an dan 2
00
-
an di dalam kantong saku. Jika
saya mengambil tiga koin dari kantong, berapa nilai uang yang
mungkin terambil?
Contoh 3:
Jika anda menggelindingkan dua dadu yang masing
-
maing bermata 1 sampai 6.
Kurangkan bilangan terkecil dari bilangan terbesar dari h
asil tos itu. Atau kurangkan
bilngan yang satu dari bilangan yang lain jika dua dadu munculnya
sama, berapa hasil
-
hasil yang mungkin? Jika anda melakukan pengetosan sebanyak 20
kali dan anda
membuat charta dan menggambarkan garis hasilnya. Menurut anda
se
perti apa hasil plot
garis yang diperoleh?
Contoh 4:
Perlihatkan semua daerah persegi panjang yang dapat anda buat
yang tersusun dari 48
ubin
-
ubin lantai dengan luas 1 dm
2
. Anda perlu membuat semua ubin yang ada. Hitung
dan catatlah
luas
dan
keliling
da
n cari dan jelaskan hubungan yang anda perhatikan.
2
Contoh 5:
Bagaimana anda dapat mengekspresikan atau mencari cara
banyaknya titik untuk
bangun
-
bangun di bawah ini
Contoh 6
Bagilah bangun di bawah ini menjadi empat trapezium yang sama da
n sebangun
(kongruen)
Contoh 7:
Berapa banyak rute berbeda dari A menuju B dan dari A menuju C?.
Pelaku hanya
dibenarkan bergerak ke arah kanan dan ke arah atas.
A
B
C
3
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru perlu mengetahui
apakah
siswa
memiliki pengalaman fundamental yang akan membuat fase
pembelajaran berikutnya
sukses. Selama proses pembelajaran, guru hendaknya mengecek
pemahaman siswa
sedemikian sehingga mereka dapat mengajarkan kembali,
mengoreksi kesalah
-
pahaman
serta memonito
r kesalah
-
pahaman serta kemajuan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berikutnya guru
-
guru hendaknya menentukan apakah tingkat penguasaan siswa
sudah
cukup memadai.
Mengumpulkan, menginterpretasi, dan menggunakan informasi
assesment
mengambil berbagai ragam
a
ssessment
, sebagaimana guru mengimplementasikan
rencana assesment berikutnya.
Problem Solving
Pada suatu waktu guru sering memperlakukan problem solving
sebagai suatu
“pasca berfikir” atau mengkaitkan topik
-
topik penjumlahan, geometri atau pengukuran.
Men
gikuti pembelajaran penjumlahan dan pengurangan, mereka
menyajikan soal cerita.
Strategi kunci adalah kata
-
kata “clue” seperti semuanya, total, biasanya
mengindifikasikan konsep penjumlahan. Sedangkan
selisih
, atau beda, atau sisa, itu
terkait dengan pengu
rangan. Setelah menjumlahkan dua buah bilangan dua angka, siswa
akan memecahkan soal cerita menggunakan jenis bilangan serupa.
Secara periodik pekerjaan siswa mungkin berupa kombinasi atau
operasi
penjumlahan dan operasi
-
operasi lainya.
Penskoran
pada “pr
oblem solving” ditentukan
oleh banyak jawaban yang benar. Siswa yang memahami masalah
tetapi membuat
kesalahan dalam perhitungan tidak diberi skor. Ada latihan
-
latihan yang secara khas
sedikit sekali keterkaitannya dengan masalah siswa yang mungkin
dihada
pi dalam
hidupnya. Sebagaimana orang dewasa banyak orang ingat tentang
“soal cerita” yang
kering, sebab mereka banyak mengalami frustrasi dan sedikit sukses
dengan tugas yang
diberikan. Misalkan sejak tahun 1980
-
an NCTM(1980) pengawas matematika di negara
bagian dan lintas kelompok reformasi pendidikan merekomendasi
perubahan di dalam
problem solving. Untuk kasus di negara kita (Indonesia), problem
solving dikenalkan
dalam berbagai gerakan pembaharuan pendidikan misalkan KBK
(2004) dalam KTSP
(2006) dalam
konteks JICA projek (Hendayana,
2008) dan dalam berbagai kegiatan
-
kegiatan pembaharuan pendidikan baik itu yang bersifat projek
ataupun program.
Sebagai pengganti problem yang fokusnya pada perhitungan dan
kehidupan yang
tak relevan, masyarakat matematik
a memanggil siswa untuk “mengikat diri” dalam
masalah yang bermakna dan mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah yang
bermakna dan menyeimbangkan keterampilan pemecahan masalah
dengan aplikasi yang
lebih luas. Jawaban masih sangat penting, namun dalam
konteks masalah yang
kemungkinan jawabnya banyak.
4
“Kelas kita akan melaksanakan wisata dengan mengunjungi kebun
binatang. Kita
memiliki 28 murid. Berapa mobil diperlukan? Bagaimana kalau kita
menggunakan van?
Dan bagaimana kalau kita menggunakan sebuah bus
?
Penyelesaiannya tergantung pada alternatif pertimbangannya,
Daripada hanya
perhitungan 28/4 = 7 mobil, penalaran dan komunikasi juga sebaiknya
terlibat dalam
proses penyelesaian. Siswa mendiskusikan masalah wisata ke kebun
binatang dan
mendemonstrasikan
ke dalaman berfikir.
Tati
: Jika mobil ini memiliki dua tempat duduk di depan dan tiga tempat
duduk di
belakang, maka ada 4 siswa dapat naik mobil itu dengan sopir.
Jika mobil hanya memiliki 2 tepat duduk di belakang, maka hanya 3
murid
dengan naik mobi
l itu.
Evan : Van kita punya 8 tempat duduk, namun tak ada sabuk
pengaman kecuali tempat
duduk di depan saja.
Sumy : Bus sekolah muat 48 orang di tambah sopir. Kita akan dapat
membawa setiap
orang, guru dan 19 orang siswa dalam bus kita.
Menjelaskan
jawaban dan bagaimana jawaban itu diturunkan adalah sangat
penting dalam kehidupan. Banyak soal yang memiliki jawab yang
berbeda, tergantung
kepada faktor mana yang mendapat penekanan paling penting.
Guru dapat membekali informasi dan pengetahua
n bagi siswa bagaimana siswa
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan
-
pertanyaan tersebut di atas.
Pembelajaran Matematika melalui problem solving
Pembelajaran matematika yang efektif perlu pemahaman apa yang
siswa ketahui , yang
siswa perlu pelajari , ke
mudian tantangan dan dukungan terhadap mereka untuk
mempelajarinya secara baik (NCTM, 2000).
Ini salah satu prinsip yang disodorkan oleh
Principles and Standards for School Mathematics
(NCTM, 2000). Memahami apa yang
Saya memiliki kubus sebanyak 48
buah. Kubus
-
kubus ini akan disusun
menjadi sebuah balok. Salah satu
ukuran yang mungkin adalah balok
dengan ukuran
1 x 2 x 24? Tentu balok ini
memiliki luas? Berapakah luasnya?
Apakah masih ada kemungkinan
lain ukuran balok yang terjadi?
Berapa luas permukaan balok
-
balok
tersebut?
Berikan penjelasan
seperlunya?
5
siswa ketahui dan apa yang perlu dipela
jari siswa di dalam matematika merupakan salah
satu kompetensi guru dalam mengajarkan matematika. Kemudian
menantang dan
mendorong siswa untuk mempelajari matematika dengan baik juga
jenis kompetensi lain
dalam pembelajaran matematika. Problem solving dala
m pembelajaran matematika
merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika,
perlu memperoleh
perhatian serius bagi para guru. Bahasan ini menyangkut selayang
pandang tentang
problem solving dan implementasinya di kelas. Disajikan untuk guru
-
guru sekolah dasar
atau mereka yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang
problem solving di
sekolah dasar.
Problem solving atau pemecahan masalah dalam matematika
melibatkan metode dan cara
penyelesaian yang tidak standar dan tidak diketahui terle
bih dahulu. Untuk mencari
penyelesaiannya para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya,
dan melalui proses ini
mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang
baru. Penyelesaian
masalah bukan hanya sebagai tujuan akhir dari belajar matematika, m
elainkan sebagai
bagian terbesar dari aktivitas ini. Siswa harus memiliki kesempatan
sesering mungkin
untuk memformulasikan, menyentuh, dan menyelesaikan masalah
-
masalah kompleks
yang mensyaratkan sejumlah usaha yang bermakna, dan harus
mendorong siswa unt
uk
berani merefleksikan pikiran mereka.
Dengan menggunakan pemecahan masalah dalam matematika, siswa
mengenal cara
berfikir, kebiasaan untuk tekun dan keingintahuan yang tinggi, serta
percaya diri dalam
situasi yang tidak biasa, yang akan melayani mereka (
para siswa) secara baik di luar kelas
matematika. Dalam kehidupan sehari
-
hari dan di tempat kerja, menjadi pemecah masalah
yang baik dapat mengarah menjadi hal yang menguntungkan.
Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dalam
semua bagian pembel
ajar
-
an matematika, dan juga tidak harus diajarkan secara terisolasi dari
pembelajaran
matematika.
Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving
Bagaimana problem solving dapat membantu siswa membangun
pengetahuan
matematika? Persoalan problem
solving yang baik memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bersikeras dan memperluas apa yang mereka tahu dan dapat
menstimulasi belajar
matematika. Dalam pengenalan konsep matematika kepada anak
-
anak kelas rendah
(anak
-
anak kelas 1, 2, dan 3), persoalan d
apat didatangkan dari dunia mereka sendiri.
Misalkan persoalan untuk kelas 2 dapat berupa:
“Andaikan seorang murid kelas 2 akan mencari apakah banyak laki
-
laki atau
banyak perempuan di sekolahnya, apabila kelas dua ini ada 3 kelas?”
Untuk menyelesaikan
masalah di atas seorang siswa kelas 2 perlu belajar bagaimana
mengumpulkan data, bagaimana merekam data, dan bagaimana
menjumlahkan beberapa
bilangan dalam suatu saat yang hampir bersamaan.
Di kelas kelas menengah, misalkan kita dapat memperkenalkan
konsep
perbandingan
melalui suatu pengamatan di mana siswa diberi resep
-
resep untuk minuman campuran
yang memerlukan sejumlah air dan jus yang berbeda, kemudian murid
-
murid diminta
untuk menentukan mana yang lebih banyak sari buahnya. Karena tak
ada dua resep ya
ng
menghasilkan dua jus yang persis sama, masalah ini sulit bagi murid
-
murid yang tidak
mempunyai pengetahuan tentang perbandingan.
Berbagai ide dicobakan dan pertanyaan
-
pertanyaan yang baik disampaikan kepada siswa
dan dibimbing guru dan pada akhirnya si
swa sampai kepada penggunaan konsep
perbandingan.
6
Di kelas
-
kelas lebih tinggi misalkan persoalannya adalah sebagai berikut:
Saya memiliki beberapa koin uang dua ratusan,beberapa koin uang lima ratusan,
dan beberapa
koin ribuan di dalam saku. J
ika saya mengambil uang sebanyak 3 keping oin dari kantong
saku ku, berapa banyak uang yang saya ambil?
Pengetahuan diperlukan untuk menyelesaiankan persoalan di atas,
yaitu pengertian uang
logam koin 200
-
an, uang logam 500
-
an, dan uang logam 1000
-
an. Sis
wa juga perlu
memahami konsep penjumlahan. Pengerjaan permasalahan seperti
ini menawarkan
kepada murid untuk berlatih penjumlahan. Namun pentingnya tujuan
matematika dari
masalah ini adalah

membantu siswa berfikir secara sistematik tentang kemungkinan
-
ke
mungkinan yang terjadi, kemudian mengorganisir, dan merekam
pemikiran mereka

dan tidak perlu menunggu sampai mereka mahir dalam penjumlahan.
Pertanyaan
-
pertanyaan seperti ini akan sampai kepada para murid secara alami:
“Saya
ingin tahu berapa lama ya pe
rlu waktu untuk menghitung sampai 1 juta? Berapa kaleng
coca cola diperlukan untuk mengisi sekolah ini sampai penuh? Para
guru dan orang tua
dapat menawarkan bantuan kepada para murid membuat masalah
-
masalah matematika
dari “dunia” murid. Guru memegang pe
ranan sangat penting dalam pengembangan
problem solving siswa dengan menciptakan dan memelihara
lingkungan kelas di mana
murid
-
murid didorong untuk mengeksplorasi, mengambil resiko, berbagi
kegagalan dan
sukses, dan saling bertanya satu dengan lainnya.
Be
berapa contoh pertanyaan untuk mendorong siswa menyelesaikan
dengan
berbagai strategi, setelah mereka (para murid) berbagi tahu tentang
penyelesaiannya,
antara lain: “Ini rupanya seperti daftar yang terorganisir dengan baik
yang kalian buat.
Adakah di anta
ra kalian yang dapat memecahkan dengan cara lain?”
Kata
-
kata sepeti di atas akan membantu bahasa dan representasi para
murid dan
membantu murid lain memahami apa yang telah dikerjakan oleh murid
pertama.
Peranan lain dari guru untuk mendorong kebiasaan pa
ra murid berfikir reflektif,
dicerminkan oleh beberapa pertanyaan di bawah ini:
“ Sebelum kita berlanjut apakah kita benar
-
benar yakin memahami persoalan ini?”
“Bagaimana pilihan kita?”
“Apakah kita memiliki rencana?”
“Apakah ada kemajuan atau haruskah kit
a mempertimbangkan apa yang kita kerjakan?”
“Mengapa kita berfikir bahwa ini adalah benar?”
Pertanyaan
-
pertanyaan di atas membantu para murid untuk terbisa memeriksa
kembali
pemahaman mereka
terhadap matematika. Kebiasaan seperti ini harus dimulai sejak
ke
las
-
kelas rendah. Karena guru
-
guru memelihara suatu lingkungan di mana perkem
-
bangan pemahaman siswa secara konsisten dimonitor melalui
refleksi, sehingga para
7
murid lebih punya peluang untuk belajar bertanggung jawab dalam
merefleksikan
pekerjaannya dan m
embuat penyesuaian seperlunya ketika menyelesaikan masalah.
Beberapa contoh persoalan problem solving di kelas
-
kelas tinggi (kelas 5
-
6):
Jika kalian mengetos (menggulirkan) dua buah dadu (keduanya terdapat bilangan 1
-
6 pada setiap
permukaannya) dan kurangk
an bilangan terkecil dari bilangan terbesar, atau kurangkan satu
bilangan dari bilangan lain apabila nilainya sama, bagaimana kemungkinan
munculnya? Jika
kalian kerjakan sebanyak dua puluh kali, kemudian kamu buat diagram dan kalian
gambarkan
diagram garis
dari hasilnya. Bagaimanakan gambar diagram garis dari data tersebut? Apakah
selisih tertentu lebih besar kemungkinannya daripada selisih yang lainnya
Dari persoalan seperti di atas, banyak dugaan
-
dugaan dan bahkan mungkin „keterkejutan‟
dari
para murid ketika mereka menempuh percobaan tersebut. Beberapa
murid terkejut
ketika ternyata bilangan
-
bilangan itu terentang dari 0 sampai 5. Beberapa murid lain
memperoleh catatan bahwa 0 dan 5 muncul sangat sedikit sementara
1 dan 2 muncul
lebih serin
g. Hal ini mendorong guru untuk bertanya lebih lanjut bagaimana
dengan
kemungkinan
-
kemungkinan bilangan 0, 3, dan 4.
1
2
3
4
5
6
1
0
1
2
3
4
5
2
1
0
1
2
3
4
3
2
1
0
1
2
3
4
3
2
1
0
1
2
5
4
3
2
1
0
1
6
5
4
3
2
1
0
Tampak dari table bahwa hasil pen
gurangan 1 memilik peluang yang lebih banyak dari
pada selisih 2 dan seterusnya. Munculnya selisih 0 memiliki nilai
kemungkinan yang
sama dengan munculnya selisih 3 yaoutu sebesar 1/6.
Contoh berikut ini muncul di kelas 4, guru menyampaikan pertanyaan
seb
agai berikut:
Perlihatkan semua daerah persegi panjang yang dapat kalian buat menggunakan
ubin sebanyak
24 buah. (Ukuran 10 cm x 10 cm). Kalian harus menggunakan semua ubin. Hitung
dan catatlah
luas dan keliling setiap persegipanjang yang mungkin, kemudian
cari dan jelaskan hubungan
yang kamu peroleh
Bagaimana mengembangkan persoalan seperti ini?
Persoalan tersebut jelas bukan soal yang jawabnya tunggal, bukan
pula soal
-
soal yang
bersifat rutin. Bagi siswa kelas 4, perlu beberapa pengetahuan untuk
dapat men
jawabnya.
Namun bukan persoalan yang jawabannya sebagai
rote learning
(jawaban yang bersifat
hafalan). Para murid harus mengerahkan pengetahuan yang mereka
punya berupa
Selisih
Frekuensi
0
/
1
/////
//
2
/////
3
////
4
//
5
//
8
(konsep luas, konsep keliling, konsep faktor, konsep pembagian,
konsep perkalian) serta
beberapa pengetahuan tambahan untuk dapat menyelesaikannya.
Pendek kata dengan problem solving berbagai kompetensi siswa
dapat tumbuh sehingga
berfikir matematika siswa dapat berkembang secara baik.
Dengan pembicaraan sebagian kecil dari salah satu kompet
ensi kurikulum matematika
yaitu kompetensi problem solving, diharapkan para murid mampu
membangun
pengetahuan baru matematika, memecahkan permasalahan di dalam
matematika dan
dalam konteks lain, menerapkan dan mengadaptasi berbagai macam
strategi untuk
mem
ecahkan masalah, serta memonitor dan merefleksi proses
penyelesaian masalah
matematika.
Karena tuntutan problem solving yang begitu tinggi, maka peran guru
menjadi semakin kompleks. Di samping harus memahami hakekat
permasalahan problem
solving dalam matem
atika, guru juga harus terlatih menggunakan soal
-
soal problem
solving.
Meskipun tidak ada cara tunggal yang terbaik dalam menyelesaikan
soal
-
soal problem
solving, dan tak ada satu strategi yang dipelajari sekali untuk
keperluan semuanya,
strategi dipelajar
i sepanjang waktu, diterapkan dalam konteks tertentu, dan menjadi
lebih
halus, mendalam, dan fleksibel, karena mereka digunakan dalam
situasi yang semakin
kompleks. Sehingga diperlukan ketrampilan memilih persoalan
problem solving secara
bijaksana.
Bagi ki
ta mempelajari apa itu solving dan berlatih bagaimana menyajikan
dan
mengevaluasi problem solving dalam matematika merupakan suatu
langkah awal dalam
pembaharuan pembelajaran matematika dan merupakan bagian dari
pengembangan
kemampuan bermatematika yang me
libatka berfikir tingkattinggi (high order thiking)
yang merupakan bagian yang sedang digalakkan dan dikembangkan
di negara kita.
---------------------------------------------------------
M
ateri disampaikan dalam rangka PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
GURU
MADRAS
AH IBTIDAIYAH DI IAIN ARRANIRI BANDA ACEH, 27
-
29 JULI 2009.
A. Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah

Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya


pendapat Polya (1985) yang banyak dirujuk pemerhati matematika. Polya mengartikan
pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sementara Sujono (1988) melukiskan
masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian
dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan Sujono tersebut maka sesuatu
yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak merupakan masalah bagi orang lain
atau merupakan hal yang rutin saja.

Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi
seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada
saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain
Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi
seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu
menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada
apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan
pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.

Lebih spesifik Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan


menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji
konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan
masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical
power) terhadap siswa.

Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagné,
dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya.
Gagné, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan
aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah
menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat
dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep
konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan.

Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digolongkan Gagné berdasarkan tingkat


kompleksitasnya dan disusun dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat
yang paling kompleks. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digambarkan oleh Gagné,
dkk (1992) secara hierarki seperti pada Gambar 1.

PEMECAHAN MASALAH

melibatkan pembentukan
|

ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI

membutuhkan prasyarat

ATURAN dan KONSEP-KONSEP TERDEFINISI

membutuhkan prasyarat

KONSEP-KONSEP KONKRIT

membutuhkan prasyarat

MEMPERBEDAKAN

Gambar 1. Tingkat-tingkat Kompleksitas


|

dalam Keterampilan Intelektual

Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka pemecahan masalah
dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan
dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah merupakan
persoalan-persoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai proses berfikir
tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.

Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Bahkan
tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan kemampuan
pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai
kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang
sesuai.

Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga
oleh Branca (1980),

1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.


2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti
dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran


matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan
persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya
kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika.

Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika,
berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga keterampilan
proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi

kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemam-puan yang tidak mudah dicapai,
akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan masalah ini
hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi
(1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada
siswa,

(1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif.

(2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan
adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar;

(3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat
menambah pengetahuan baru;

(4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;

(5) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan
sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil pemecahannya;

(6) merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang
studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

B. Langkah-Langkah Menyelesaikan Pemecahan Masalah Matematika


Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan Polya.
Dewey (dalam Rothstein dan Pamela 1990) memberikan lima langkah utama dalam
memecahkan masalah,

1) mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan


merupakan masalah; 2) mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekan-kan
pentingnya definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian; 3)
mengembangkan beberapa hipote-sis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan
masalah; 4) menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kele-mahan dan kelebihan hipotesis; 5)
memilih hipotesis yang terbaik.

Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap
langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat langkah berikut: 1)
memahami masalah (understanding the problem). 2) merencanakan penyelesaian (devising a
plan). 3) melaksanakan rencana (carrying out the plan). 4) memeriksa proses dan hasil (looking
back).

Lebih jauh Polya merinci setiap langkah di atas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun
seorang problem solver menyelesaikan dan menemukan jawaban dari masalah. Sebagai contoh
pada langkah memahami masalah diajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang tidak diketahui?
Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
hubungan lainnya? Buatlah gambar dan tulislah

notasi yang sesuai.

Pada langkah merencanakan penyelesaian diajukan pertanyaan di antaranya seperti: Pernah


adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama
digunakan dalam masalah yang sekarang?

Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan: Periksalah bahwa tiap langkah sudah
benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar? Dalam langkah
memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan: Dapatkah diperiksa sanggahannya? Dapatkah
jawaban itu dicari dengan cara lain?

Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi heuristik.
Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam
penyelesaian masalah matematika.

Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan
masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan
melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Pada sisi lain berdasarkan
pengamatan Soleh (1998), salah satu sebab siswa tidak berhasil dalam belajar matematika selama
ini adalah siswa belum sampai pada pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat
menjelaskan hubungan antar konsep. Hal itu memberikan gambaran kepada kita adanya
tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika.
Tugas Dasar-Dasar MIPA

TUGAS DASAR PENDIDIKAN MIPA

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Jufrida, M.Si

Nama : Saktah Heksa Putri


Nim : A1C312033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013

A. HAKEKAT MATEMATIKA
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan
dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika
seperti menghitung, mengukur, dan lain-lain. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa
manusia. Peran matematika dewasa ini semakin penting, karena banyaknya informasi yang
disampaikan orang dalam bahasa matematika seperti, tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-
lain. Matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk
ilmu alam, teknik, kedokteran atau medis, ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Dengan
demikian, pendidikan matematika mampu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas yang ditandai memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Oleh karena itu mata pelajaran matematika sangat
perlu diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari taman kanak kanak. Namun kebanyakan
orang ataupun guru mengajarkan matematika tanpa pernah mengajarkan atau menjelaskan
mengenai hakikat matematika itu sendiri. Jadi siswa yang diajarkan juga kurang mengetahui
hakikat dari matematika tersebut.
Untuk lebih jelasnya saya akan mengkaji hakikat matematika tersebut dalam tugas ini yang
meliputi pengertian matematika, karakteristik matematika sebagai ilmu deduktif, juga ilmu
terstruktur, matematika adalah ratu dan pelayan ilmu, matematika adalah ilmu tentang pola dan
hubungan, matematika memperhatikan semesta pembicara, matematika konsisten pada sistem,
matematika bertumpu pada kesepakatan, matematika memiliki simbol kosong dari arti.

1 Pengertian Matematika
“Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal ini dikarenakan sampai saat
ini belum ada kepastian mengenai pengertian matematika karena pengetahuan dan pandangan
masing-masing dari para ahli yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol, matematika
adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah
metode berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain. Matematika
adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan ruang.
Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari
ilmu pengetahuan alam. Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu
mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau
mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen
atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). Istilah mathematics (Inggris),
mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau
mathematick/ wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain matematika, yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani, μαθηματικά – mathēmatiká, yang berarti “ Relating to learning”.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian
pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran di dalam
struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep
matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara
tepat, maka digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar
terbentuknya matematika. Dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti
bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari
hubungan antar konsep dan strukturnya.
Ada beberapa definisi dari beberapa para ahli mengenai matematika, diantaranya seorang
matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai “ilmu yang menggambarkan
simpulan-simpulan yang penting”. Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa “sejauh
hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka
pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan”.
Lain halnya dengan Russefendi (1988 : 23) yang mengatakan bahwa matematika
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma,
dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena
itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
James dan James (1976) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada juga
pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika,
aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
Selain itu ada juga pendapat dari Johnson dan Rising(1972) yang menyatakan matematika
adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada
mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsure yang tidak didefinisikan, aksioma,
sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide,
dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan
keharmonisannya.
Lain halnya dengan Reys – dkk (1984), matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Kline (1973) matematika
itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Roy Hollands ”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik
yang mempunyai banyak cabang”. Secara luas matematika tidak hanya berhubungan dengan
bilangan-bilangan tetapi lebih luas ia berhubungan dengan alam semesta. The Liang Gie
mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang
mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him comprehension of the
universe, yang artinya matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk
memberikan pemahaman mengenai jagat raya.
Menurut Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian
matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis
sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic language, conventions and
rules, and language is a social constructions; ii) Interpersonal social processes are required to
turn an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into accepted
objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social.
(Ernest, 1991:42). Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang memandang matematika sebagai
suatu konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni
kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
(Ruseffendi, 1988:160).
Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada
knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian
knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk
yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A.
1992: 752).
Kitcher lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika.
(Jackson, 1992:753). Dia mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen:
bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, pernyataan (statements) yang
digunakan oleh para matematikawan, pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum
terpecahkan, alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan ide
matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang sebagai the science of
pattern.
Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian
matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak
dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Pengertian yang lebih plural tentang matematika dikemukakan oleh Freudental (1991:1). Dia
mengatakan bahwa “mathematics look like a plural as it still is in French Les Mathematiques
.Indeed, long ago it meant a plural: four arts (liberal ones worth being pursued by free men).
Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic, geometry astronomy and music, held in
higher esteem than the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am
familiar with languages, Ducth is the only one in which the term for mathematics is neither
derived from nor resembles the internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was
virtually coined by Simon (1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker,
sure and certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge, theory.
Dari sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; matematika
disajikan dalam pola yang lebih ketat, matematika berkembang dan digunakan lebih luas dari
pada ilmu-ilmu lain, dan matematika lebih terkonsentrasi pada konsep. (Jackson, 1992:755).
Selanjutnya, pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di antaranya telah muncul sejak
kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan tokoh-tokoh utamanya Plato (427–347 SM) dan
seorang muridnya Aristoteles (348–322 SM). Mereka mempunyai pendapat yang berlainan.
Plato berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun
mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika
ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori
bilangan) dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh
positif karena memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada objek-objek yang ada
secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna.
Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu
berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang
Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya
mempelajari matematika. (Abdusysyakir, 2007:5). Pada umumnya orang awam hanya akrab
dengan satu cabang matematika elementer yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang secara
informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung
diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst, melalui beberapa operasi dasar:
tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang;
tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam
pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak
menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi
matematika. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematika
didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. menurut Sumardyono
(2004:28) secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
Matematika sebagai struktur yang terorganisir. Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan
yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah
struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian
pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang sebagai alat
dalammencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan yang
memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat
diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika dapat pula
dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika
matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum,
atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam
matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru
memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta
perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering
pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Meskipun diberikan pengertian matematika dengan panjang lebar secara tertulis atau lisan
penjelasannya, belum memberikan jawaban secara utuh yang dapat dipahami secara menyeluruh
tentang apa matematika itu. Menurut Courant dan Robbin bahwa untuk dapat mengetahui apa
matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika tersebut.
Matematika dapat kita pelajari dengan baik bila disertai dengan mengerjakannya. Dalam proses
bekerja tersebut diperlukan keterlibatan berpikir yang kita sebut dengan berpikir kritis. Karena
matematika dapat ditinjau dari semua sudut, dan memasuki seluruh segi kehidupan manusia baik
dari yang sederhana sampai yang kompleks.

B. HAKEKAT IPA

Pengertian IPA

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam
dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA mempunyai beberapa pengertian dari pengertian IPA
itu sendiri, cara berfikir IPA, cara penyelidikan IPA sampai objek kajian IPA. Dari beberapa
pengertian tersebut kita akan membahas tentang pengertian IPA. Adapun beberapa pengertian
IPA menurut para ahli sebagai berikut:

1. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
(induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). ( Soekardjo, 1973;1).

2. IPA menurut arti per-katanya yaitu ilmu, pengetahuan dan alam. Ilmu adalah pengetahuan
yang ilmiah. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Dari dua pengertian
tersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat
kejadian-kejadian yang ada di alam ini. ( Soekarno, 1973;1).

3. IPA adalah body knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-
fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA
merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat diartikan
sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta
terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis. (Subiyanto,1998: 2).

4. Definisi lain tentang IPA yang lengkap diberikan oleh Collete (1994:30), science should be
viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, asa way of investigating
claims about phenomenon and as body of knowledge that has resulted from inquiry. (Ilmu
Pengetahuan Alam harus dipandang secara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia
alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry )

5. Istilah IPA merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Natural Science” atau disebut science.
Dalam bahasa Indonesia Science ditulis “sains” atau IPA. Menurut Trowbridge and Byde
(1990) sains atau IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencangkup tiga
factor utama yaitu The extant body of scientific knowledge, the values of science and the
methods and processes of science” yang artinya sains merupakan produk (body of scientific
knowledge) dan proses (methods and processes), serta mengandung nilai-nilai (values). Menurut
kamus oxford Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah satu cabang ilmu pengetahuan yang
melibatkan perhatian dan eksperimen untuk membuat rumusan idea, penerangan dan pemahaman
terhadap fenomena atau gejala yang terjadi di alam. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Sains)

6. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,
universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah
alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) dalam Depdiknas mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

7. IPA merupakan ilmu pendidikan bidang studi, dalam hal ini bidang studi IPA (alam dan
gejalanya). Pendidikan IPA merupakan gabungan antara teori IPA dengan teori ilmu pendidikan.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomerna pendidikan dalam prespektif yang luas
dan integratif. Fenomena pendidikan ini bukan hanya gejala yang melekat pada manusia ( gejala
yang universal ) dalam perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk
membentuk kepribadian manusia ( insan ) yang dirancang secara sadar dan sistematis dalam
proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa IPA merupakan ilmu yang
mempelajari tentang alam semesta beserta isi dan kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan
dikembangkan baik secara induktif atau deduktif. Ada dua hal yang berkaitan dengan IPA yaitu
IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang
berupa pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif. IPA sebagai proses yaitu
kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian IPA. Dengan belajar IPA,
belajar produk dan bagaimana proses IPA dapat kita peroleh. Dalam kehidupan kita sehari-hari
banyak pengetahuan yang kita dapat. Pengetahuan tentang agama, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar adalah contoh pengetahuan yang dimiliki oleh tiap
manusia. Pada pengertian IPA yang kedua dapat kita ketahui bahwa IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini menunjukkan
bahwa ilmu mempunyai dua sifat utama. Sifat utama tersebut antara lain adalah rasional dan
objektif. Rasional berarti masuk akal, logis, atau diterima akal sehat sedangkan objektif
mempunyai arti sesuai dengan objeknya, kenyataan, atau pengamatan. Pengetahuan Alam
dipandang sebagai cara berfikir dalam pencarian tentang rahasia alam sebagai cara penyelidikan
terhadap gejala alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry. Selain
dapat belajar tentang proses dan produk IPA, dengan belajar IPA kita juga dapat ketahui tentang
cara berfikir yang baik

C. NILAI-NILAI ILMU PENGETAHUAN ALAM

A. NILAI-NILAI SOSIAL DARI IPA

1. Nilai etik dan estetika dari IPA


Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai
itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’ pada tempat yang
paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari,
meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.

2. Nilai moral atau humaniora dari IPA


Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang
berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka
yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur
namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di belakang
alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu sendiri adalah ‘suci’, yang tidak
suci itu ialah manusianya.

3. Nilai Ekonomi dari IPA


Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian.
Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu
mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai
ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat digunakan untuk
memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. lain daripada itu, bagi sang penemu,
keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap
dirinya. Ini berarti temuannya itu dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.

B. NILAI-NILAI PSIKOLOGIS/PAEDAGOGIS IPA


1. Sikap mencintai kebenaran
IPA selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh
karena itu mereka yang selalu terlibat dalam proses IPA diharapkan mendapatkan imbas atau
dampak positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.

2. Sikap tidak purbasangka


Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. Dalam
kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana pertengkaran dan
hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.

3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
Kesimpulan seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari
bahwa pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang itu
bersikap rendah hati dan tidak sombong.

4. Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
Dengan mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan/menemukan
adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya
maka orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini
dapat memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

5. Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain


Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia
dapat menghargai pendapat orang lain ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk
memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuannya.

6. Bersikap tidak putus asa


Orang-orang yang berkecimpung dalam IPA, mereka menggali atau mencari kebenaran.
Mereka akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila
kebenaran itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena
itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu walaupun
seringkali tidak memperoleh apa-apa.

7. Sikap teliti dan hati-hati


Seorang ilmuwan IPA memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam
mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.

8. Sikap ‘curious’ atau ‘ingin tahu’


Para ilmuwan atau mereka yang berkecimpung dalam IPA akan didorong untuk ingin
tahu lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga
pengetahuan yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan pengetahuan
yang mereka dapatkan tentu akan memberikan ‘reinforcement’ untuk mendorong mereka
mencari tahu lebih banyak.

9. Sikap optimis
Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi
yang tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu
akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuwan
IPA berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin dikerjakan.

C. NILAI-NILAI GUNA

Sekalipun IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai
keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna bagi
masyarakat. Yang dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat
dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :

1. Nilai Praktis

Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara


langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu
mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi
kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara
langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis
yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh :
Penemuan listrik oleh faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan berbagai alat
listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Tentang hubungan antara IPA dan teknologi ini Paul B. Weiz mengungkapkan bahwa
IPA merupakan tanah tempat teknologi tumbuh dan berkembang. Ungkapan tersebut
menunjukkan bahwa antara IPA dan teknologi terdapat hubungan saling membutuhkan, saling isi
mengisi agar dapat terus tumbuh dan berkembang.

2. Nilai Intelektual

Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk
memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan lain-lain.

Metode ilmiah ini telah melatih keterampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan
keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar
pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metode ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi
penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah masalah ini akan memberikan kepuasan
intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang
memberikan kepuasan seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan
masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang
memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena
mengalahkan lawan politiknya.

3. Nilai-nilai Sosial-Ekonomi-Politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi


suatu negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan
sosial-ekonomi-politik internasional.

Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan
teknologi memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan atau potensi
nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-ekonomi-politik.

Contoh :
Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap
kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang politik.

Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi pertanian
yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara. Sekalipun memiliki
kemampuan IPA dan teknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alam negaranya kepada
bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan
alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial ekonomi.

Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam
kedudukan politik internasional yang menentukan.

Contoh :
a) ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan Apolo 11, martabat Amerika
dalam percaturan politik melonjak tinggi.

b) ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I, martabat
Rusia dimata meningkat.

c) Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologi tinggi, hingga banyak hasil
industrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.

4. Nilai Keagamaan dari IPA

Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam
akan mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada alasan
bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka ini tidak benar
makin mendalam akan orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran
hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan Maha
Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan
menterjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena dengan
keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dan akhir dari
alam raya dengan pasti.

Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh karena
itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.

b) dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi itu
sendiri. Dengan penemuan-penemuannya, manusia makin sadarlah akan kebesaran Tuhan.

c) dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan


mikroorganisme, keindahan dengan protoplasma, serta kerumitan dan teteraturan reaksi-reaksi di
dalamnya, semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita tentang kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelaslah seorang ilmuwan yang beragama akan lebih
tebal keimanannya kepada Tuhan. Keimanan ini tidak hanya didukung oleh dogma-dogma saja.
Keimanannya juga ditunjang oleh akal pikiran yang didukung segala pengamatannya terhadap
benda-benda dan gejala-gejala alam, yang merupakan manifestasi kebesaran Tuhan.

Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang sejalan
dengan pandangan agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal
Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut “ilmu pengetahuan tanpa
agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.

a. Nilai-nilai Kependidikan dalam IPA


Sekitar satu abad yanga lampau, karena pelajaran IPA lebih ditekankan pada fakta-fakta
saja, ahli-ahli pendidikan belum menganggap IPA mempunyai kedudukan penting dalam
kurikulum sekolah. Kecuali itu pelajaran IPA pada waktu tersebut sedikit sekali yang didasarkan
atas penemuan-penemuan psikologi belajar.

Dengan berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkannya psikologi pada pelajaran
IPA, maka IPA diakui bukan hanya hanya satu pelajaran melainkan pula suatu alat pendidkikan.
Pelajaran IPA bersama-sama dengan pelajaran lain merupakan alat unutk mencapai tujuan
pendidikan. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan pada pelajaran IPA :

1) kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode
ilmiah yang sering dipergunakannya.
2) keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat
eksperimentasi untuk memecahkan masalah.memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam
memecahkan masalah baik kaitannya dengan pelajaran IPA maupun dalam kehidupan.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu yaitu :
1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat kita hidup dan tentang
bagaimana kita harus bersikap yang benar terhadap alam. Dengan pengetahuannya, siswa
diharapkan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara tepat.

2) menanamkan sikap hidup ilmiah, yang harus dibawahnya dalam perjalanan hidupnya dan
bukan hanya dalam memecahkan masalah ilmiah saja. Sikap ini timbul dari kesadaran akan
pentingnya metoda dan sikap ilmiah yang biasa digunakan oleh para ahli IPA. Dengan
memberikan latihan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara ilmiah, siswa akan mampu
mencari jawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya secara ilmiah.

3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran dan menggunakan alat-


alat. Latihan keterampilan ini dapat mengembangkan bakat ketermpilan tangan siswa yang
berguna untuk dasar-dasar keterampilan industri. Praktikum, percobaan- percobaan dalam
pelajaran IPA adalah bagian penting yang bermanfaat dalam mencapai tujuan IPA. Kecuali itu
pendidikan IPA harus dapat memberikan untuk tumbuhnya keterampilan- keterampilan dasar ini.

4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan dan
penemuan-penemuannya yang telah berguan pada dunia. Yang perlu kita didikkan kepada para
siswa untuk menghargai para ilmuwan adalah mengetahui bagaimana penemuan-penemuannya
itu dilakukan, menghargai jasa pengorbanannya. Dengan demikian siswa akan tergugah untuk
melakukan percobaan dan penemuan-penemuan baru berguna bagi manusia.

D. KETERBATASAN IPA

1. IPA tidak menjangkau untuk menguji kebenaran adanya Tuhan, karena IPA sengaja
membatasi diri pada alam fisik.
2. IPA tidak dapat menjangkau secara sempurna tentang objek pengamatannya
3. IPA tidak menjangkau masalah etika (tata krama) yang mempermasalahkan tingkah laku yang
baik atau buruk. Juga tak menjangkau masalah estetika yang tersangkut paut dengan keindahan.
Juga tidak mungkin tentang sistem nilai.

Anda mungkin juga menyukai