Anda di halaman 1dari 53

Pertemuan 4

Filsafat Ilmu?
1. Definisi Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu?
Cabang filsafat yang mempelajari hakikat dan batas-
batas pengeathuan, asal usul, struktur, metode, dan
validasi pengetahuan manusia.
2. Filsafat Ilmu dan Filsafat Pengetahuan

Filsafat ilmu – Philosophy of Science

Ilmu

Pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan


sistematika tertentu serta ilmu bersifat universal.

Pengetahuan - Knowledge

berasal dari orang lain


Ilmu dalam disiplin filsafat ilmu itu berposisi
sebagai objek dalam kerja filsafat, filsafat ilmu
adalah suatu telaah kritis terhadap suatu disiplin
ilmu
Filsafat pengetahuan atau epistemologi
merupakan suatu awal mula perjalanan dari
petualangan kefilsafatan, karena epistemologilah
yang memberi berbagai petunjuk untuk
memasuki bidang filsafat.
Epistemologi membahas mengenai apa sebenarnya
pengetahuan , dengan apa kita memiliki atau
mendapatkan pengetahuan, alat apa saja yang bisa
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan
adakah objek atau sumber untuk mengetahui dan
mendapatkan pengetahuan.
Filsafat pengetahuan atau epistemologi adalah telaah
kritis terhadap pengetahuan segala hal yang berkaitan
dengan pengetahuan akan dibongkar dan
dipertanyakan kembali
Ilmu dianggap sebagai hafalan saja bukan
pengetahuan yang mendeskripsikan,
menjelaskan, memprediksi gejala alam untuk
kesejahteraan dan kenyamanan hidup.
3. Objek Filsafat Ilmu

a. Obyek material filsafat ilmu (scientific knowledge)


ialah sesuatu atau obyek yang diselidiki, dipelajari,
dan diamati.

b. Obyek formal ialah sudut pandang dalam


penyelidikan atau pengamatan, sebuah ilmu
dibedakan dari ilmu lain karena obyek formalnya.
4. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-Ilmu lain

Yang diamaksud dengan ilmu lain di sini adalah


apa yang disebut van peursen yakni ilmu-ilmu
yang obyek formalnya adalah pengetahuan
ilmiah, seperti sejarah ilmu. Psikologi ilmu, dan
sosiologi ilmu.
1. Sejarah ilmu menganalisis dan menerangkan
hubungan-hubungan kesejenisan antar
berbagai ilmu dari aspek sejarah.

Sejarah lahirnya istilah filsafat ilmu (pekan


depan).
5. Manfaat belajar Filsafat Ilmu
Dilihat dari tiga aspek yaitu, strategi, kebudayaan dan pendidikan.
1. Aspek strategi, dengan mendalami hakikat ilmu, umat manusia
dapat menghindarkan diri dari keliruan-keliruan dalam proses
perkembangan ilmu dan teknologi yang dapat membawa
kesengsaraan bagi umat manusia.
Startegi yang ditempuh dalam menghadapi perkembangan
zaman.
2. Aspek kebudayaan, dapat membantu manusia mengatasi berbagai
krisis yang terjadi dalam perkembangan kebudayaan manusia
3. Aspek pendidikan, memumgkinkan manusia menyadari
sepenuhnya fungsi utama dari ilmu, yakni melayani manusia (jadi,
bukan manusia untuk ilmu)
KEBENARAN  Pengetahuan  ilmu - ilmiah
 metode ilmiah.
Pertemuan 5

1. Apa itu kebenaran?

Kebenaran adalah:
 Persesuaian antara pengetahuan dan objeknya.
 Hal yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang
sungguh-sungguh atau benar-benar ada (fakta).
 Persesuaian antara pengetahuan dengan kenyataan atau antara ide
dengan realita.
 Persesuaian antara presepsi subjek (manusia) dengan objek yang
merupakan fakta dan nilai yang benar.
 Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
objeknya.
3. Jenis Kebenaran
1. Kebenaran Epistemologis
Disebut juga kebenaran logis, yaitu kebenaran yang dilandaskan oleh adanya persesuai
antara pikiran subjek dengan apa yang ada dalam objek.
2. Kebenaran Ontologis
Berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari objek. Misalnya batu. Batu adalah benda
padat yang keras, ini adalah sebuah kebenaran ontologis sebab batu pada hakikatnya
merupakan benda padat yang sangat keras.
Kebenaran ontologis  Ontologis Ensesialis  menyangkut sifat dasar atau kuadrat
sesuatu.
 Ontologis Naturalis  menyangkut kuadrat seperti yang diciptakan
Tuhan.
 Ontologis Artifisia  menyangkut kuadrat seperti yang diciptakan
3. Kebenaran Semantik oleh manusia.
Berkaitan dengan bahasa, kebenaran ini bergantung pada kebebasan manusia sebagai
makhluk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
2. Kriteria Kebenaran

Ada 3 macam sasaran pengetahuan yang benar;


1. Objek empiris (objek fakta)
Sasaran yang pada dasarnya ada dan dapat ditangkap oleh indra lahir (panca
indra) atau indra batin. Ukuran kebenarannya adalah bukti kenyataan (fakta).
2. Objek ideal (objek bukan fakta) (rasio/nalar)
Sasaran yang pada dasarnya tidak ada dan menjadi ada berkat kegiatan sukma
atau akal. Ukuran kebenarannya adalah hukum berfikir (rasional yaitu akal,
pendirian dan keputusan).
3. Objek transenden (objek luar biasa) (di luar rasio)
Sasaran yang pada dasarnya ada tetapi berada di luar jangkaun pikiran dan
perasaan manusia. Landasan kebenarannya adalah rasa percaya (super rasional)
4. Teori Kebenaran

1. Teori Korespondensi
Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi benar kalau proposisi itu sesuai dengan
fakta atau kesesuaian antara realita objek dengan suatu yang ditangkap oleh subjek
dan dikomunikasikan kepada subjek lain.
Misalnya salju berwarna putih, pernyataan tersebut benar jika fakta menunjukkan bahwa
salju berwarna putih.
spidol dikomunikasikan spidol
Teori ini sejalan dengan definisi kebenaran yang telah diuraikan di depan karena teori
ini diterima oleh kalangan luas.
2. Teori konsistensi atau Koherensi
Menurut teori ini, kriteria kebenaran adalah adanya konsistensi antara kesan-kesan
terhadap suatu realita, jadi kebenaran adalah kesepakatan antara subjek tehadap satu
objek, misalnya spidol dan secara konsisten disebut spidol.
3. Teori-teori Pragmatis
Menurut teori ini kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
fungsional atau manfaat dalam kehidupan praktis. Misalnya spidol disebut
spidol bila datap sipakai untuk menulis.
Kata kunci untuk teori ini ialah “dapat dilaksankan” dan “berguna”.
Penganut teori ini mengatakan bahwa benar tidaknya sesuatu bergantung
dapat tidaknya proposisi itu dapat dilaksanakan, dan apakah proposisi itu
berguna.
5. Tingkatan Kebenaran
1. Kebenaran mutlak
Disebut juga kebenaran absolut, yaitu kebenaran yang sebenar-benarnya,
kebenaran sejati, kebenaran sempurna, kebenaran yang tidak mempunyai
cacat sedikitpun atau kebenaran hakiki.
2. Kebenaran nisbih
Disebut juga kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang setingkat berada di
bawah kebenaran mutlak. Kebenaran dalam tingkatan ini merupakan tingkatan
yang umum dan beragam, kebenaran yang tidak utuh dan masih
mengandung kesalahan.
3. Kebenaran dasar
Adalah kebenaran yang paling bawah. Kebenarannya tidak dapat
dipersalahkan tetapi membutuhkan penegasan lebih lanjut.
4. Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah

Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan


yakni metodologi ilmiah, metode ilmiah ialah cara untuk mendapatkan
atau menemukan pengetahuan yang benar dan bersifat ilmiah.
Pada kebenaran ilmu-ilmu alam berlaku teori korespondensi
(berdasarkan objek), sedangkan pada kebenaran ilmu-ilmu manusia
berlaku teori koherensi (berdasarkan rasio manusia).
Pada ilmu-ilmu alam, fakta objektif mutlak diperlukan untuk membuktikan
setiap proposisi atau pernyataan. Oleh sebab itu, kebenaran adalah
kesesuaian antara proposisi dan fakta objektif. Sebaliknya, pada ilmu-
ilmu manusia yang dituntut ialah konsistensi dan koherensi
antarproposisi.
Kebenaran ilmiah bersifat;
1. Objektif, artinya kebenaran sebuah teori ilmiah harus didukung
oleh kenyataan objektif. Itu berarti kebenaran ilmiah tidak bersifat
subjektif (berdasarkan keadaan objek/ alamiah)
2. Universal, sebab kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari
para ilmuwan di bidangnya, sehingga kebenaran ilmiah dapat
dipertahankan. Hal ini mengandaikan pula bahwa tidak tertutup
kemungkinan suatu teori yang dianggap benar suatu waktu akan
gugur oleh hasil penemuan baru. Jadi, kebenaran ilmiah juga
bersifat relatif, karena rasio manusia terbatas. (hasil kesepakatan
bersama/ berdasarkan rasio)
Asal-usul munculnya filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani filosofia, yang berasal dari kata
filosofein ‘mencintai kebenaran’.
Filsafat berawal dari orang-orang yunani yang mula-mula berfilsafat fi
Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban
mrnyaksikan keindahan dan rahasia alam semesta lantas timbul
keinginannya untuk mengetahui, melihat alam yang indah, luas, bagus dan
ajaib tumbuh pertanyaannya, dari mana datangnya alam ini? Bagaimana
terjadinya?bagaimana kemajuannya dan ke mana sampainya? Selama
beratus stahun alam ini menjadi pertanyaan kaum filosof.
Pertemuan 6

PEMIKIRAN DALAM KONSEP FILSAFAT


ILMU
2. Bentuk Pemikiran

Ada tiga bentuk pemikiran;


1. Pengertian (konsep)
2. Pernyataan (proposisi), dan
3. Penalaran (reasoning)
1. Pengertian merupakan sesuatu yang abstrak
dan terbentuk bersama dengan observasi
empiris.
Misalnya ketika kita melihat pohon, awan, langit,
dan laut maka terbentuklah pengertian tentang
objek tersebut. Jadi, aktivitas pikiran terjadi
bersamaan dengan aktivitas indera.
 Tepat tidaknya pengertian bergantung pada
tepat tidaknya observasi empiris sampai
menjadi data empirik karena bisa menjadi
dasar untuk berpikir lebih lanjut.
 Pengertian disampaikan dalam wujud lambang,
yakni bahasa. Dalam bahasa, lambang pengertian
ialah kata. Kata sebagai fungsi pengertian disebut
term.
 Pengertian tidak ada yang berdiri sendiri, selalu ada
rangkaian-rangkaian pengertian, rangkaian
pengertian tersebut disebut dengan pernyataan
atau proposisi. Proposisi disebut juga dengan
kalimat. Kalau dalam pengertian terbentuk konsep
pohon, awan, langit dan laut kini muncul rangkaian
pengertian itu, sehingga muncul kalimat saya
melihat pohon kelapa, kami memandang awan
putih di atas langit, kami berebagdi laut.
 Sebuah proposisi terdiri atas tiga unsur yakni, subjek,
predikat dan kata penghubung. Term Predikat adalah
term yang mengakui atau mengingkari term subjek. Term
subjek adalah term tentang sesuatu yang diakui atau
diingkari oleh sesuatu yang lain, dan kata penghubung
(kopula) adalah kata kerja penghubung yang menyatakan
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara subjek dan
predikat atau menghubungkan subjek dan predikat.
S = P / S =/ P
Contoh: semua makhluk hidup bisa bernafas
sebagian makhluk hidup bisa bernafas
tidak semua makhluk hidup bisa bernafas
Ada dua macam propisisi yakni, proposisi
empirik atau dasar dan proposisi mutlak.
Proposisi empirik adalah pernyataan yang dapat
diverifikasi secara empirik, proposisi mutlak
adalah proposisi yang jelas dengan sendirinya
sehingga tidak perlu dibuktikan secara empiris.
Contoh proposisi empirik:
Kuda hitam itu besar
Kuda itu hitam
Kuda hitam itu lucu

Contoh proposisi mutlak:


Janda adalah wanita yang pernah kawin
Duda adalah pria yang pernah kawin
Segala sesuatu mempunyai sebab
Bagian lebih kecil dari yang dibagi
Berdasarkan hubungan subjek dan predikat, proposisi dibedakan atas
proposisi hipotetik dan proposisi kategorik.
 Pada proposisi hipotetik, hubungan predikat dan subjek bergantung
pada syarat.
Misalnya:
Bila Hasan rajin ia akan naik kelas
Bila hujan, saya naik bus.
 Pada proposisi kategorik, hubungan predikat dan subjek tidak bersyarat.
Misalnya:
Hasan sedang sakit
Anak-anak yang tinggal di asrama adalah mahasiswa
3. Penalaran

 Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran dan lebih


rumit dibandingkan pengertian dan proposisi.
a) Apa itu penalaran?
 Penalaran adalah proses pengambilan kesimpulan
berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.
Contoh: logam 1 dipanasi dan memuai
logam 2 dipanasi dan memuai
logam 3 dipanasi dan memuai, dst
jadi: semua logam dipanasi memuai
Dari contoh di atas, dapat kita katakan bahwa penalaran
ialah gerak pikiran dari proposisi 1 dan seterusnya
hingga proposisi terakhir (= kesimpulan). Jadi, penalaran
merupakan suatu proses pikiran.

Sebuah penalaran terdiri atas premis dan konklusi.


 Premis adalah apa yang dianggap benar sebagai
landasan kesimpulan atau kalimat yang dijadikan
dasar penarikan kesimpulan dari dalam penalaran.
 Konklusi adalah pengetahuan yang diperoleh secara
tak langsung tetapi diketahui dengan prantara sesuatu
yang lain yang diketahui lebih dulu
Contoh: kita mengetahui adanya api melalui adanya asap
Premis dibedakan menjadi premis mayor dan minor.
Premis mayor artinya pernyataan umum
Premis minor artinya pernyataan khusus
Contoh:
semua orang akhirnya akan mati (mayor)
Hasan adalah orang (minor)
Hasan akhirnya juga akan mati (kesimpulan)
c) Penalaran deduktif dan induktif
Pada penalaran deduktif, konklusi lebih sempit dari premis
sedangkan penalaran induktif, konklusi lebih luas dari premis.
Contoh penalaran deduktif
semua manusia akan mati
Bambang adalah manusia
Jadi: Bambang akan mati (konklusi)
Contoh penalaran induktif
Logam 1 memuia kalau dipanaskan
Logam 2 memuia kalau dipanaskan
Jadi: semua loga memuia kalau dipanaskan (konklusi)
4. Hukum-Hukum Penalaran

Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama


dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu
proposisi. Sebuah proposisi itu benar kalau ada
kesesuaian antara subjek dan predikat. Yang logis
adalah penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis
kalau mempunyai bentuk yang tepat, dan sebab itu
penalaran itu sahih.
Dengan asumsi bahwa penalaran itu sahih, maka hubungan
kebenaran antara premis dan konklusi dapat
dirumuskandalam hukum-hukum penalaran sebagai berikut:
Hukum pertama
Apabila premis benar, konklusi benar

Contoh:
Semua manusia akan mati
Ali adalah manusia
Jadi: Ali akan mati
Di sini, premis mayor dan premis minor benar. Oleh sebab itu
konklusinya juga benar.
Hukum kedua
Apabila konklusi salah, premisnya juga salah

Contoh:
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi: Malaikat akan mati
Di sini konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-
duanya atau salah satunya) juga pasti salah. Premis mayor
benar, premis minor salah sebab malaikat memang bukan
manusia. Jadi, konklusi salah karena premis minornya
salah.
Hukum ketiga
Apabila premisnya salah, konklusi dapat benar dapat salah

Contoh:
Malaikat itu benda fisik
Batu itu malaikat
Jadi: batu itu benda fisik (konklusi)
Di sini, kedua premisnya salah tetapi konklusinya benar.
Kalau premisnya salah dan konklusinya salah, lihat di atas.
Hukum keempat
Apabila konklusinya benar, premis dapat benar dapat
salah

Contoh: konklusi benar premis salah seperti pada


contoh hukum ketiga.
konklusi benar, premis benar, lihat contoh pada
hukum pertama.
Pertemuan 7

ASPEK-ASPEK FILSAFAT ILMU


Membangun filsafat ilmu teknologi informasi
perlu menelusuri dari aspek

ONTOLOGI (APA): eksistensi (keberadaan) dan


esensi (keberartian) ilmu-ilmu teknologi
informasi
EPISTEMOLOGI (BAGAIMANA): metode yang
digunakan untuk membuktikan kebenaran
ilmu-ilmu teknologi informasi
AKSIOLOGI (UNTUK APA): manfaat dari ilmu
teknologi informasi
1. Ontologi
Salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi ini membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret/ bena-benar ada
(berwujud, dapat dilihat, diraba, dirasakan).
 Secara bahasa, ontologi berasal dari bahasa
yunani, yaitu on atau ontos = being atau ada, dan
logos = logic atau ilmu
jadi, ontologi dapat diartikan: The theory of
being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan)
 Secara istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality
yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani.
Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan:
a. Apakah objek ilmu yang akan ditelaah?
b. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang


bisa diperkirakan manusia secara rasional dan yang bisa
diamati melalui panca indera manusia.
Ada dua objek jika ditinjau dari aspek ontologi, yaitu;
1. Objek material adalah sesuatu yang ada, yang
secara garis besar meliputi hakikat Tuhan, alam
dan manusia, dan
2. objek formal adalah usaha mencari keterangan
secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke
akarnya) tentang objek material filsafat.
Misalnya:
Objek material (bahan mentah): komputer
Objek formal: ilmu teknologi yang menemukan
perangkat-perangkat.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan atau
ditelaah secara:
1. Metodis: menggunakan cara ilmiah.
2. Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu
keseluruhan.
3. Koheren: unsur-unsur harus bertautan ridak boleh mengandung uraian
yang bertentangan.
4. Rasional: harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5. Komprehensif: melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
6. Radikal: diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
7. Universal: muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku
dimana saja.
2. Epistemologi
Membahas tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Berbicara tentang
epistemologi berarti menekankan bahasan tentang upaya,
cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan.
 Secara bahasa, epistemologi berasal dari kata Yunani
episteme berarti pengetahuan, dan
logos berarti teori
 Secara istilah, epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan
 Bagaimana prosedurnya?
 Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar?
 Apakah kriterianya?
 Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
TUJUAN EPISTEMOLOGI

Tujuan epistemologi yaitu ingin memiliki potensi untuk


memperoleh pengetahuan.
Dalam epistemologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:
1. Rasionalisme: pentingnya akal yang menentukan
hasil atau keputusan.
2. Empirisme: realita kebenaran terletak pada benda
konkret yang dapat diindra karena ilmu atau
pengalaman impiris.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan ummat
manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan
taraf hidup manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan
pada kodrat dan martabat.
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah
moral?
 Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-
pilihan moral?
 Bagaimana kaitan atau hubungan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional?
apapun jenis ilmu yang ada, kesemuanya harus
disesuaikan dengan nilai moral yang ada di
masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut
dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya menimbulkan bencana.
3. Aksiologi
 Secara bahasa, axios = layak, pantas
logos = ilmu
 Secara istilah, aksiologi merupakan cabang filsafat
yang mempelajari nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
 Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat
dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Dalam aksiologi, ada dua penilaian yang umum
digunakan, yaitu;
1. Etika: berhubungan dengan moral, prilaku, norma
dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah
agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
2. Estetika: keindahan. Suatu objek yang indah bukan
semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI
Meliputi; hakekat, sumber, dan validitas pengetahuan,
sehingga membentuk dua masalah pokok yaitu,
sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
UTS

Anda mungkin juga menyukai