Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa
yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-
tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban itu juga selalu memuaskan manusia. Ia
harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud di sini bukanlah
kebenaran yang bersifat semu, melainkan kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa
diukur dengan cara-cara ilmiah.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep epistemology
2.Bagaimana proses terjadinya pengetahuan
3. Jenis pengetahuan
4. Teori-teori pengetahuan
Konsep Epistomologi
Pegertian Epistomologi
Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga
pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan
tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan tujuan hamper sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi
antara objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan
tercapainya tujuan.
Landasan epistemology
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun
pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni
tercantum dalam metode ilmiah.
a.Epistemologi idealisme
Epistemologi idealisme ini meniscayakan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan pun lebih berfokus pada isi
secara objektif menyediakan beragam pengalaman belajar sebanyak banyaknya, pada subjek didik untuk mampu
menggerakan jiwanya pada ragam realitas yang akan menjadikan cara berfikir dan analisnya terhadap keseluruhan
realitas pengalamnya.
b. Epistemologi realisme
Epistemologi pendidikan dalam realisme adalah proses ilmiah yang ditujukan pada hal-hal yang beraneka ragam
persoalan pendidikan seperti mengenai realitas peserta didik, pendidik, dan isi pendidikan, strategi dan lain
sebagainya yang dapat digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai dasar utama dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
c. Epistemologi pragmatisme
Menurut kaum pragmatisme tidaklah dikatakan pengetahuan, jika tidak membawa pada perubahan bagi kehidupan
manusia. Jadi nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalianya yang akan membawa pada akibat-akibat, baik
yang, setelah atau yang akan dihasilkan oleh ide pikiran.
Proses terjadinya pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan
membuat seseorang paham filsafatnya. Jawaban yang sederhana adalah berfilsafat a priori, yaitu ilmu yang terjadi tanpa melalui pengalaman, baik
indera maupun batin, atau a posteriori yaitu ilmu yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada
kenyataan objektif. Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan, yaitu:
1. Pengalaman indra
2. Nalar
3. Otoritas
4. Intuisi
5. Wahyu
6. Keyakinan
-Pengetahuan IImu
Pengetahuan ilmu yaitu suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
-Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif
-Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama.Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan Nya, yang bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika
berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut.
Kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada kesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyaan atau pendapat tersebut.
b. Teori Pragmatisme
Pramagtisme berasal dari bahawa Yunan pragmai.Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa
arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau
teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya.
c. Teori Koherensi
Teori kebenaran koherensi adalah Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari
pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan
antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusanputusan itu
sendiri.