Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ILMU

 Pengertian dan Jenis-Jenis Pengetahuan


 File
 Pengetahuan berasal dari kata “Tahu”.
 Pengetahuan dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.
 Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
 Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
 Jadi, apabila disimpulkan maka pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu (mengenal sesuatu).
 Dalam kamus filsafat, pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
 Mengetahui (subjek) <--> diketahui (objek)
 Pengetahuan dalam arti sempit berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar pasti.
 Jenis pengetahuan :
1. Pengetahuan biasa (common sense)
2. Pengetahuan ilmu, sebagai terjemahan dari science. Sifatnya kuantitatif dan
objektif
3. Pengetahuan filsafat yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
bersifat kontemplatif dan spekulatif
4. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat para utusan-Nya.
 Sering terjadi kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Bahkan
dirangkum menjadi kata majemuk.
 Pengetahuan :
1. Pengetahuan pra-ilmiah
2. Pengetahuan ilmiah
 Syarat pengetahuan ilmiah harus memiliki objek tertentu (formal dan material)
dan harus bersistem (runtut). Juga harus memiliki metode tertentu (deduksi,
induksi, analisis)
 Menurut Carles Siregar, Ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.
 Ilmu berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris.
 Ilmu berbeda dengan pengetahuan biasa karena ciri sistemnya.
 Sebelum manusia memperdalam sesuatu, pastinya mereka mencari tahu terlebih
dahulu hakikat dari sesuatu tersebut. Salah satu dari hakikat sesuatu tersebut
yaitu hakikat pengetahuan.
 Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu. Manusia mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup
ini. Manusia mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari
sekedar kelangsungan hidupnya.
 Pengetahuan dikembangkan manusia karena :
1. Bahasa
2. Kemampuan berpikir
 Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental.
 Teori hakikat pengetahuan :
1. Realisme
 gambaran atau kopi yang sebenernya dari apa yang ada dalam alam
nyata (dari fakta dan hakikat)
2. Idealisme
 Proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif.
 Penjelasan Dosen
 Ilmu rasional adalah
 Ilmu irasional adalah
 Pengetahuan adalah informasi yang belum tentu kebenarannya, sedangkan yang
sudah pasti disebut dengan ilmu.
 Tiba-tiba tahu belum bisa disebut dengan keilmuan. Untuk bisa menjadi sebuah
pengetahuan harus melalui proses ilmiah terlebih dahulu.
 Kontemplasi adalah perenungan.
 Syarat atau proses sesuatu menjadi sebuah pengetahuan itu ada 3, yaitu :
kontemplasi, empiris, dan sistematis.
 Metode Ilmu Pengetahuan
 File
1. Metode Deduktif
 Menyimpulkan data-data empirik, kemudian diolah lebih lanjut dalam suatu
pernyataan yang runtut.
2. Metode Induktif
 Menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi yang kemudian
nantinya disimpulkan dalam pernyataan lebih umum.
3. Metode Positivisme
 Berpangkat dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
4. Metode Kontemplatif
 Keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan,
sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5. Metode Dialektis / Argumentatif
 Tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode
penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.
 Penjelasan Dosen
 Metode deduktif yaitu dari umum-khusus, sedangkan metode induktif yaitu dari
khusus-umum.
 Pamali itu bukan hukum.
 Kontemplatif itu adalah sebuah intuisi (perenungan), berbeda dengan khayalan
yaitu membayangkan untuk mencapai sebuah hasil yang maksimal dalam proses
berpikirnya.
 Contoh kontemplatif yaitu pertapa atau iktikaf.
 Sumber dan Ukuran Kebenaran Ilmu Pengetahuan
 File
 Sumber Pengetahuan :
1. Empirisme
 Pengetahuan berasal dari pengalaman (inderawi).
2. Rasionalisme
 Akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
 Dari aliran empirisme dan rasionalisme lahirlah sesuatu yang
dinamakan dengan metode ilmiah.
3. Intuisi
 Hasil dari evaluasi pemahaman tertinggi. Kemampuan yang mirip
dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya.

4. Wahyu
 Pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat
perantara para nabi.
 Ukuran Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologis
 Kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia.
2. Kebenaran Ontologis
 Kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada atau diadakan.
3. Kebenaran Semantis
 Kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.
 Kebenaran Epistemologis :
1. Teori Korespondensi
 Kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan objek yang dituju oleh
pernyataan atau pendapat tersebut.
Contoh : “Jakarta adalah Ibu Kota Republik Indonesia”
2. Teori Koherensi
 Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realita, tetapi atas hubungan
antara putusan-putusan itu sendiri.
3. Teori Pragmatisme
 Benar atau tidaknya sebuah masalah bergantung pada kegunaan yang
dapat dikerjakan dan akibat atau pengaruhnya memuaskan bagi
kehidupan.
4. Agama sebagai Teori Kebenaran
 Penjelasan Dosen
 Rasional itu adalah apakah sesuatu itu logis atau tidak.
 Rasional jika menyatu dengan empiris maka menjadi metode ilmiah.
 Intuisi adalah semacam naluriah atau insting. Tidak ada proses rasionalisme
dalam intuisi. Insting itu dengan kesadaran atau kebebasan berpikirnya. Contoh
dalam sepakbola yaitu insting untuk merubah taktik, insting Sir Alex Ferguson
untuk mencetak pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo. Intuisi itu bukan
mengungkit masalah kepastian aqliyah. Intuisi itu harus ada perhitungan.
 Spekulatif berbeda dengan intuisi. Dan intuisi juga berbeda dengan insting.
Intuisi itu berdasarkan kesadaran.
 Contoh intuisi adalah ketika seseorang menyadari bahwa awan sedang
mendung, maka dengan nalurinya atau intuisi yang timbul pada dirinya maka ia
akan segera mencari tempat berteduh, jika ia sedang dalam perjalanan
menggunakan motor atau jalan kaki maka ia akan menggunakan payung
ataupun jas hujan terlebih dahulu.
 Contoh kebenaran epistemologis dan ontologis itu yaitu air itu menyegarkan, air
itu suci dan menyucikan, oleh karena itu dapat digunakan untuk bersuci sebelum
melakukan ibadah shalat. Dan macam-macam sifat dasar lainnya atau sifat
umum yang sudah diketahui oleh manusia.
 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan
 File
 Pengertian :
 Ilmu berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata ‫ َع ِلَم – َيْع َلُم‬yang berarti
mengerti, memahami benar-benar.
 Science berasal dari bahasa latin yaitu “Scio, scrie” artinya to know.
 Secara terminologi, ilmu atau science adalah semacam pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda, dan syarat-syarat tertentu.
 Menurut ensiklopedia, ilmu pengetahuan yaitu sistem dari berbagai
pengetahuan tertentu yang masing-masing mengenai suatu lapangan
pengetahuan tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas
tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu sistem dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan
secara teliti dengan memakai metode tertentu.
 Menurut Mohammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.
 Ciri-Ciri Utama Ilmu :
 Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis,
dapat diukur, dan dibuktikan.
 Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-
masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya
dirinya sendiri-sendiri dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
 Ciri hakiki lainnya ialah metodologi.
 Langkah-Langkah Kegiatan Keilmuan :
1. Observasi
2. Hipotesis
3. Ramalan : dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi
4. Pengujian kebenaran
 Penjelasan Dosen
 Ensiklopedia adalah sumber ilmu yang paling valid, terukur dan jelas.
 Kausalitas adalah hubungan sebab-akibat. Contohnya ada asap ada api.
 Hipotesis adalah dugaan atau pernyataan sementara.
 Hakikat Filsafat Ilmu
 File
 Pengertian :
 Philein berarti cinta.
 Sophia berarti kebijaksanaan.
 Filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan.
 Filsafat berarti “ilmu tentang hakikat”
 Tugas Filsafat (Sokrates, 470-399 SM) bukan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan
jawaban yang diberikan.
 Konsep dasar Filsafat yaitu ilmu, kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan
fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari.
 Hakikat Filsafat Ilmu :
 Filsafat Ilmu adalah segenap pemikiran terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
 Landasan yang dimaksud :
1. Konsep-konsep pangkal
2. Anggapan-anggapan dasar
3. Asas-asas permulaan
4. Struktur-struktur teoritis
5. Ukuran-ukuran kebenaran ilmiah
 Tiga telaah mengenai filsafat ilmu :
1. Filsafat Ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang
digunakan
2. Filsafat Ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-
dasar konsep, sangka wacana, dan postulat
3. Filsafat Ilmu adalah studi gabungan yang terdiri dari beberapa studi
yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang
tegas mengenai ilmu tertentu.
 Ilmu dan Filsafat :
 Persamaan :
1. Mencari rumusan lengkap sampai ke akar-akarnya
2. Memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
3. Memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang bergandengan
4. Mempunyai metode dan sistem
5. Memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya yang timbul dari
hasrat manusia, akan pengetahuan yang lebih mendasar.
 Perbedaan :
1. Objek material filsafat bersifat universal yaitu segala sesuatu yang
ada (realita), sedangkan objek material ilmu bersifat khusus dan
empiris.
2. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan. Sedangkan, ilmu harus
diadakan riset lewat pendekatan trial dan error.
3. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pengalaman realita sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif yaitu menguraikan secara logis.
4. Filsafat memberikan penjelasan terakhir yang mutlak dan
mendalam sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-
sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, dan yang
sekunder.
 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu :
 Ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal.
 Objek material filsafat adalah segala yang mencakup ada yang tampak dan
ada yang tidak tampak.
 Objek formal filsafat adalah sudut pandang menyeluruh, radikal, dan
rasional tentang segala yang ada.
 Bidang Garapan Filsafat Ilmu :
1. Ontologi Ilmu meliputi hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari
persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu.
2. Epistemologi Ilmu meliputi sumber, sarana, dan pengetahuan (ilmiah).
3. Aksiologi Ilmu meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan, sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik ataupun fisik-material.
 Tujuan Filsafat Ilmu :
 Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
 Filsafat ilmu merupakan merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan.
 Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
 Penjelasan Dosen
 Koheren itu adalah perpaduan.
 Inti dari filsafat itu adalah membahas adanya sesuatu. Baik adanya yang tampak
ataupun yang tidak tampak.
 Filsafat itu bersifat dinamis.
 Pembahasan tentang ilmu kebidanan.
 Pembahasan tentang pawang hujan.
 Masalah seperti pawang hujan itu adalah sesuatu yang tidak bisa diilmiahkan.
 Pembahasan tentang ilmu sihir.
 Sejarah Perkembangan Ilmu Masa Klasik
 File
 Latar Belakang
 Pengetahuan manusia bermula dari rasa ingin tahu.
 Ilmu pengetahuan yang berkembang dari zaman pra-sejarah hingga awal
abad ke-20.
 “Stonehenge” didirikan di Inggris dan “Piramida” dibangun di Mesir, yang
menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak
sepenuhnya diketahui hingga abad ini.
 Dalam dunia Islam, sekitar abad ke-7 M, pada zaman Bani Umayyah
ditemukan cara pengamatan astronomi.
 Pada tahun 825 M, Al-Khawarizmi menyusun buku aljabar.
 Filsafat Ilmu pada Zaman Yunani
 Perubahan dari mitosentris menjadi logosentris.
 Thales (624-545 SM) menyatakan zat utama yang menjadi dasar segala
materi adalah air.
 Pythagoras (582-496 SM) menemukan ilmu ukur dan aritmatik.
 Socrates (470-399 SM) dikenal ‘Maicutika Telenhe’ yaitu metode dialektiva
untuk melahirkan kebenaran, bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
 Plato (427-347 SM) ia mempersoalkan being (hal ada) dan
mempertentangkan becoming (hal menjadi). Kebenaran umum itu ada
bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.
 Aristoteles (384-322 SM) berkontribusi pada bidang metafisika, fisika,
etika, politik, ilmu kedokteran dan ilmu alam. Orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologi secara sistematis.
 Perkembangan Ilmu Zaman Islam
 Awal kelahirannya adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Islam menawarkan cahaya penerang yang mengubah masyarakat Arab
jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan beradab.
1. Penyampaian ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam
 Ada penolakan filsafat Islam bermula dari penerjemahan teks-teks
Yunani atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles.
 Pertama, bahwa belajar atau berguru tidak berarti meniru atau
membebek saja.
 Kedua, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa pemikiran rasional
terlebih dahulu mapan dalam masyarakat muslim sebelum kedatangan
filsafat Yunani.

2. Perkembangan ilmu pada masa Islam Klasik


 Kajian-kajian teologis sudah berkembang, meskipun masih berbentuk
embrio yang kemudian menemukan bentuknya yang lebih sistematis
dalam kajian-kajian teologis dalam Islam.
3. Perkembangan ilmu pada masa kejayaan Islam
 Terjadi transformasi ilmu dari dunia Islam ke Barat dan/atau
sebaliknya. Alasan transformasi tersebut yaitu :
 Pertama, kontak pribadi. Byzantium secara geografis berdekatan
dengan dunia Islam.
 Kedua, adanya penerjemahan.
4. Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam Islam
 Abad ke-18 merupakan abad yang paling menyedihkan.
 Penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat Islam
adalah diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada
pokoknya bersifat statis, sementara jiwa Islam adalah dinamis dan
berkembang.
 Penyebab lain adalah persepsi yang keliru memahami pemikiran Al-
Ghazali.
 Penjelasan Dosen
 Sebelum ada matematika itu kita belajar aljabar terlebih dahulu.
 Sebelum kita mengenal kalender, dulu ada istilah yang namanya almanak.
 Pembahasan tentang Galileo Galilei dan pemikirannya.
 Pembahasan tentang teori quantum.
 Perkembangan Ilmu pada Masa Modern dan Kontemporer
 File
 Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
1. Masa Renaisans
 Era kemajuan dan perubahan bagi masyarakat barat.
 Mulai berpikir baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas
gereja.
2. Zaman Modern
 Muncul paham-paham dalam garis besar adalah rasionalisme,
idealisme, dan empirisme.

 Kemajuan Ilmu Kontemporer


 Membuat deskripsi tentang eksposisi perkembangan ilmu, yaitu
menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor
kehidupan manusia.
 Ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekontruksi dan
peruntuhan terhadap teori-teori yang pernah ada untuk kemudian
menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekontruksi ilmu yang
mereka bangun.
 Dalam hal inilah penyebutan wacana “postmodernisme” dalam bidang ilmu
dan filsafat menjadi diskursus yang akan cukup banyak ditemukan
 Penjelasan Dosen

 Klasifikasi Ilmu dan Hirarki Ilmu dalam Tradisi Islam
 File
 Hierarki Ilmu dalam Tradisi Islam
 Filosof muslim membedakan ilmu menjadi ilmu berguna dan ilmu tak
berguna.
 Ilmu berguna : kedokteran, fisika, kimia, logika, etika, dll (ilmu-ilmu
duniawi); ilmu-ilmu keagamaan.
 Ilmu tak berguna : sihir, numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan
bilangan)
 Ada tiga basis dalam menyusun ilmu secara hierarkis yaitu metodologis,
ontologis, dan etis.
 Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Ghazali
A. Ilmu Syar’iyyah
1. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul)
a) Ilmu tentang keesaan tuhan (tauhid)
b) Ilmu tentang kenabian
c) Ilmu tentang akhirat atau eskatologis
d) Ilmu tentang sumber pengetahuan religius : yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah (primer), ijma’ dan tradisi para sahabat (sekunder)
2. Ilmu tentang cabang-cabang (furu’i)
a) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada tuhan (ibadah)
b) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat
c) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya (ilmu akhlak)
B. Ilmu Aqliyyah
1. Matematika : aritmatika, geometri, astronomi, dan astrologi
2. Logika
3. Fisika/Ilmu Alam : kedokteran, meteorologi, mineralogi, kimia
4. Ilmu tentang wujud di luar alam atau metafisika : ontologis
 Pengetahuan tentang esensi, sifat, aktifitas ilahi
 Pengetahuan tentang subtansi-subtansi sederhana
 Pengetahuan tentang dunia halus
 Ilmu tentang kenabian dan fenomena kewalian
 Ilmu tentang mimpi
 Teurgi (nairanjiyat). Ilmu ini menggunakan kekuatan-kekuatan
bumi untuk menghasilkan efek tampak seperti supranatural.
 Klasifikasi ada dalam al-risalah al-ladunniyah dan the book of
knowledge.
 Pasca Al-Ghazali, ilmu dalam dunia Islam cenderung kurang
rasionalistik dan lebih selaras dengan pandangan dunia Al-Quran.
 Qhutb al-dhin mengklasifikasikan menjadi ilmu hikmat (filosofis) dan
ghair hikmat (non-filosofis).
 Di abad kontemporer, upaya integrasi terus dilakukan guna mencapai
islamisasi ilmu.
 Islam memandang terdapat hierarki dalam objek yang diketahui dan
subjek yang mengetahui.
 Sejak abad ke-19, dunia Islam telah merasakan perbenturan dengan
dunia Barat.
 Hegemoni Barat membawa nilai-nilai sekularnya menembus pada
struktur-struktur ilmu-ilmu Islam.
 Format ideal struktur ilmu-ilmu keislaman seharusnya disusun ulang
secara komprehensif, dengan merumuskan adanya pengakuan kepada
kesadaran ilahiyah yang diwahyukan dalam Al-Quran dan Hadits.
 Penjelasan Dosen

 Ontologi
 File
 Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno.
 Persoalannya “bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala sesuatu
yang ada ini”
 Pembicaraan hakikat sangatlah luas yaitu segala yang ada dan mungkin ada.
 Hakikat adalah realitas. Realitas adalah ke-real-an. Real artinya kenyataan yang
sebenernya.
 Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan
sementara atau menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
 Berasal dari kata Yunani On = being dan logos = logic.
 The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
 Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal.
 Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan.
 Loren Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
 Jujun S. Suriasumantri menjelaskan ontologi itu membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”
 Aliran-aliran Ontologi :
1. Monoisme
 Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan
itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua.
 Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal
berupa materi ataupun berupa rohani.
 Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
 Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan
menentukan perkembangan yang lainnya.
a. Materialisme
 Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asli itu adalah
materi bukan rohani.
 Bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.
Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa dan ruh tidaklah
merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh
itu hanyalah merupakan akibat dari proses gerakan kebenaran
dengan salah satu cara tertentu.
 Aliran ini sering disebut juga naturalisme.
 Sebenarnya ada sedikit perbedaan di antara dua paham itu,
namun begitu materialisme dapat dianggap suatu penampakan
diri dari naturalisme.
 Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lain
di luar alam tidak ada. Yang dimaksud alam disini ialah
segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi, benda dan ruh
sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu.
 Dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM)
b. Idealisme
 Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa
 Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati
ruang.
 Alasan aliran ini menyatakan bahwa hakikat benda adalah
ruhani, spirit, atau sebangsanya adalah
1) Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya
dari materi bagi kehidupan manusia.
2) Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia
luar darinya.
3) Materi ialah kumpulan-kumpulan energi yang menempati
ruang.
 Sering juga dinamakan spritualisme. Idealisme berarti serba
cita, sedangkan spiritualisme berarti serba ruh.
 Ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM)
2. Dualisme
 Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda
dan ruh, jasad dan spirit.
 Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda.
Sama-sama hakikat.
 Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern.
 Cogito ergo sum, aku berpikir jadi aku ada.
 Paham ini kemudian terkenal dengan rasionalisme, yaitu paham filsafat
yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam
memeroleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
3. Pluralisme
 Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan.
 Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
 Tokoh pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles
yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dari 4 unsur
yaitu tanah, air, api, dan udara.
 Tokoh modern yaitu William James (1842-1910 M)
 James mengemukakan tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum yang bersifat tetap, yang terdiri sendiri lepas dari akal yang
mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita
anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah,
karena dalam praktiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi
oleh pengalaman berikutnya.
4. Nihilisme
 Berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada.
 Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif.
 Diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev (1862) di Rusia
 Sebenarnya doktrin nihilisme sudah ada sejak zaman Yunani Kuno
yaitu pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi
tentang realitas.
 Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis
 Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui.
 Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain.
5. Agnotisisme
 Berasal dari bahasa Grik, “Agnotos yang berarti Unknow. A berarti not,
Gno artinya Know”
 Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
 Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan
mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang
berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
 Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan
mutlak yang bersifat transcendent.
 Jadi, agnotisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda baik materi
maupun ruhani.
 Aliran ini mirip dengan skeptisme yang berpendapat bahwa manusia
diragukan kemampuannya mengetahui hakikat.
 Penjelasan Dosen
 Ontologi membicarakan hakikat yang ada, baik yang ada atau mungkin ada.
 Pembahasan tentang teori quantum.
 Pembahasan tentang teori “crack” atau retakan dalam pesawat.
 Epistemologi
 File
 Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-
dasarnya serta pertanggungjawaban mengenai pengetahuan yang dimiliki.
 Objek kajiannya berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memeroleh pengetahuan.
 Para filsuf pra-Sokrates, tidak memberikan perhatian pada cabang ini sebab
mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam dan kemungkinan
perubahannya.
 Pada abad ke-5 SM muncul keraguan terhadap adanya kemungkinan itu, mereka
yang meragukan akan kemampuan manusia mengetahui realitas.
 Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan besar
pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626)
 Filsafat Bacon mempunyai peran penting dalam metode induksi dan
sistemalisasi prosedur ilmiah.

a. Empirisme
 Berasal dari kata Yunani, empereikos yang berasal dari kata emperia
artinya pengalaman.
 Berpandangan manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya (inderawi).
 Bapak aliran ini adalah John Locke (1632-1704)
 Teorinya tabula rusa (meja lilin) ialah bahwa manusia itu pada
mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa
yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan.
b. Rasionalisme
 Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
 Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
 Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek.
 Bapak aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650).
 Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
Akan tetapi nntuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah
semata-mata dengan akal.
c. Positivisme
 Tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857).
 Berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen.
 Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen
memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat
panas, jauh diukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan, dan
sebagainya.
 Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri
sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang
bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah
dengan memasukkan perlunya eksperimen dengan ukuran-ukuran.

d. Intuisionisme
 Tokoh aliran ini ialah Henri Bergson (1859-1941).
 Berpendapat tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas.
Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah,
jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap.
 Hampir mirip dengan insting, tetapi berbeda dalam kesadaran dan
kebebasannya.
 Pengembangan kemampuan intuisi memerlukan usaha. Kemampuan
inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang
unik.
 Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh
dengan cara latihan, yang dalam Islam disebut dengan suluk, secara
spesifik disebut riyadhah (latihan).
 Penjelasan Dosen

 Aksiologi
 File
 Berasal dari kata Axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi
aksiologi adalah teori tentang nilai.
 Menurut Jujun S. Suriasumantri, aksiologi ialah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
 Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yakni etika.
2. Esthetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan.
3. Sosio-Political Life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosio-politik.
 Dalam Encyclopedia of Philosophy, aksiologi disamakan dengan value and
valution. Ada tiga bentuk :
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian sempit
seperti baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam pengertian lebih luas
mencakupi sebagai tambahan bentuk kewajiban kebenaran, dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai, dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal
tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
A. Etika
 Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti
1. Etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti ungkapan “Saya
pernah belajar etika”.
2. Etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan
hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain. Seperti
ungkapan ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau
pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila.
B. Estetika
 Nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata “indah” lebih
sering dikenakan pada seni, sedangkan “baik” pada perbuatan.
 Ukuran indah dan tidak, sama dengan baik dan tidak baik.
 Memang ditemukan ukuran indah-tidak indah, tetapi ukuran yang
ditemukan begitu banyak, pakarnya sendiri tidak mampu bersepakat.
 Penjelasan Dosen

 Aliran-aliran Filsafat dan Pemikirannya
 Idealisme dan Materialisme
 Positivisme dan Pragmatisme

Anda mungkin juga menyukai