Anda di halaman 1dari 6

MODUL 4

EPISTEMOLOGI

RINGKASAN MODUL
Modul ini merupakan penjelasan ringkas tentang epistemologi dan kandungannya.

TUJUAN MODUL
Memberikan pemahaman tentang pengertian epistemologi, pengertian pengetahuan, sumber
pengetahuan dan aliran-aliran dalam pengetahuan/epistemologi.

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN


Setelah mengikuti perkuliahan modul ini, kompetensi yang diharapkan:
1. Memahami dan mampu menjelaskan pengertian epistemologi dan pengertian pengetahuan,
2. Dapat menjelaskan sumber-sumber pengetahuan dan jenis pengetahuan.
3. Dapat menyebutkan dan menjelaskan berbagai paham dan aliran dalam epistemologi.

KONTEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani epistēmē yang artinya "pengetahuan", dan logos
artinya "diskursus" atau pengetahuan yang sistematik. Jadi secara etimologis, epistemologi
adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan

Secara umum epistemologi adalah cabang filsafat yang menstudi tentang teori pengetahuan
yang terkait dengan sumber, sifat, dan validitas pengetahuan. Lebih ringkas epistemologi
dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang ciri-ciri dan cara-cara
pengetahuan.

Pembahasan epistemologi meliputi tentang:


 Apakah pengetahuan itu
 Asal usul pengetahuan
 Bagaimanakah pengetahuan diformulasikan, dinyatakan, dan dikomunikasikan
 Perbedaan dan hubungan pengetahuan dgn kepercayaan, opini, fakta, realitas, imajinasi,
konseptualisasi, idea, kebenaran, kemungkinan dan kepastian? (Angeles, 1931 : 78).

2. Arti Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesadaran atau pemahaman seseorang terhadap suatu objek seperti
fakta, informasi, deskripsi keterampilan, yang diperoleh melalui pengalaman, pendidikan,
dan keterampilan dengan mengindera, penerimaan atau menemukan.
Pengetahuan dapat merujuk pada pemahaman teoretis atau praktis tentang suatu subjek.
Ini bisa implisit (seperti dengan keterampilan atau keahlian praktis) atau eksplisit (seperti
dengan pemahaman teoritis tentang suatu subjek); ini bisa lebih atau kurang formal atau
sistematis.
Pemerolehan pengetahuan melibatkan proses kognitif yang kompleks: persepsi, komunikasi,
dan penalaran.
Pengetahuan Apriori. Apriori berarti “dari yang sebelumnya”. Seorang dapat memperoleh
pengetahuan tanpa perlu pengalaman. Pengetahuan bawaan. Pengetahuan ini bersifat
deduktif membentuk dasar bagi suatu kesimpulan. Idealisme mengunggulkan pengetahuan
apriori.
Pengetahuan Aposteriori. Aposteriori berarti "dari yang terakhir". Pengetahuan yang
diapatkan dari pengalaman melalui indera. Subjek melakukan penalaran logis (penalaran
induktif) dan refleksi untuk memperoleh pemahaman (Kesimpulan). Kaum empiris, naturalis
dan Pragmatis menerima teori ini.
Pengetahuan Eksplisit adalah pengetahuan yang formal dan andal yang terekam dan
dikomunikasikan melalui media seperti jurnal, perpustakaan, dan database.
Pengetahuan Tacit adalah pengetahuan yang terdapat di dalam otak/pikiran kita sesuai
dengan pemahaman, keahlian dan pengalaman seseorang. Pengetahuan ini biasanya tidak
terstruktur, susah untuk didefinisikan dengan bahasa formal dan isinya mencakup
pemahaman pribadi. Pengetahuan ini umumnya belum terdokumentasi karena pengetahuan
ini masih ada pada keahlian atau pengalaman seseorang. Pengetahuan yang
dikomunikasikan secara non-verbal Ekspresi seperti melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh.
Contoh Pengetahuan tacit gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran.

Pengetahuan praktis adalah pengetahuan yang didapat dari, atau yang


menuntut/mementingkan penerapan dan penggunaan. Misalnya pengetahuan mengajar
diperoleh oleh seorang guru.
Pengetahuan teoritis adalah pengetahuan yang bersifat ide dan pemikiran seperti
pengetahuan tentang pengetahuan.

3. Sumber-sumber Pengetahuan
Ada banyak sumber dan metode untuk mendapatkan pengetahuan. Di antaranya ada
sumber yang mungkin tidak dapat diandalkan atau seakurat yang diinginkan para ilmuwan.
1. Takhayul dan Mitos. Memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada perasaan
subyektif, menafsirkan peristiwa secara, atau percaya pada peristiwa ajaib. Misalnya,
kehadiran seekor burung hantu di sore hari sebagai sinyal kematian. Kepercayaan bahwa
memecahkan cermin membawa nasib buruk selama 7 tahun. Pengetahuan ini tentu
tidak didasarkan pada pengamatan atau pengujian hipotesis.
2. Tradisi. Kepercayaan tertentu diterima sebagai kebenaran, praktik tertentu diterima
sebagai sesuatu yang efektif karena hanya berdasarkan kebiasaan. Pengetahuan seperti
ini diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam tradisi yang mengakar, validitas atau
kegunaannya tidak dipertanyakan atau dievaluasi.
3. Pengetahuan Pribadi. Pengetahuan pribadi adalah pengetahuan individu yang dibentuk
melalui keterlibatan pribadi dalam situasi dan peristiwa yang terjadi. Adalah penting
Merujuk pada 'pengetahuan orang', untuk mengetahui, memahami sesuatu berdasarkan
pengalaman pribadi individu, misalnya tentang penyakit dan perawatan.
4. Otoritas. Seseorang dengan keahlian khusus dan pengakuan untuk keahlian itu memiliki
otoritas terhadap dalam bidangnya. Ketergantungan pada otoritas pengetahuan
pengobatan pada seorang dokter spesialis sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindari.
Barang kali pengetahuan seorang pemilik otoritas tidak sempurna (terutama jika
keahlian mereka didasarkan terutama pada pengalaman pribadi), namun pengetahuan
mereka sering kali tidak tertandingi, terutama dalam situasi informasi yang terbatas.
5. Intuisi. Intuisi merupakan firasat yang muncul karena sensitivitas akut yang sering
dianggap sebagai 'indra keenam', yang menggambarkan pengalaman dan pengetahuan
yang dapat dalam membuat penilaian dan keputusan yang cermat. Ini semacam
pengetahuan tacit yang dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh lewat
keterlibatan dalam praktik dan peristiwa. Intuisi, meskipun tidak dapat dijelaskan dalam
prosesnya, namun tidak diragukan lagi telah berperan dalam berbagai penemuan.
6. Penalaran Logis (reason). Penalaran logis adalah gabungan dari pengalaman,
kemampuan intelektual, dan sistem pemikiran formal. Penalaran induktif adalah proses
mengembangkan generalisasi dari pengamatan khusus. Penalaran deduktif adalah
proses mengembangkan prediksi spesifik dari prinsip-prinsip umum. Kedua jenis
penalaran berguna sebagai sarana untuk memahami fenomena.
7. Pengalaman Indrawi. Pengalaman inderawi merupakan sumber pengetahuan yang
sangat vital. Objek pengetahuan yang berada diluar diri manusia ditangkap oleh alat-alat
penginderaan manusia menjadi data inderawi (sensasi) melalui persepsi. Data inderawi
tersebut dikirim ke akal budi untuk diolah sehingga menghasilkan pengetahuan tentang
realitas. John Locke sangat terkenal dengan teorinya tabularasa atau meja lilin yang licin
yang intinya menyebutkan bahwa manusia itu lahir seperti secarik kertas putih tanpa
tulisan. Pengalamanlah yang menerakan segala sesuatu dalam jiwa manusia dan
melahirkan gagasan atau ide. Pengalaman dimaksud timbul dari pengalaman lahiriah
(sensation) dan pengalaman batiniah (reflection).
8. Keyakinan dan Wahyu. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu mengandaikan adanya
keyakinan (iman) pada seseorang. Pengetahuan diberikan dengan dibukakan atau
disingkapkan (discovery) oleh Tuhan untuk seseorang. Dalam kemahatahuan-Nya Tuhan
menginspirasi orang tertentu untuk menulis kebenaran-kebenaran yang Dia wahyukan
kepadanya. Bagi orang yang percaya, karena itu adalah perkataan Tuhan, maka
pengetahuan itu selalu dianggap benar. Meskipun kebenaran-kebenaran itu direkam
secara supranatural, bahasa yang dipergunakan menulisnya tidaklah demikian. Oleh
sebab itu para sarjana agama menghabiskan banyak waktu memperdebatkan makna
yang tepat dari kata-kata dan ekspresi-ekspresi dalam teks-teks suci tersebut.
4. Jenis-Jenis Pengetahuan
Ada bermacam jenis pengetahuan menurut berbagai sudut pandang para ahlinya. Di
antaranya:

1. Aritoteles mengklasifikasi pengetahuan atas a)pengetahuan theoria


(theoretical), yaitu pengetahuan intelektual atau kognitif yang abstrak yang
dicari untuk kepentingan ilmu itu sendiri seperti dalam studi metafisika, fisika,
dan matematika; b) pengetahuan praxis (practical), yaitu pengetahuan
pengetahuan praktis yang dicari untuk atau terkait dengan tindakan, melakukan,
aktivitas, atau pengembangan keterampilan manual seperti studi tentang etika
dan politik; c) pengetahuan poiesis atau poetikos (productive) yaitu
pengetahuan yang dicari terkait untuk membuat, memproduksi, atau
menciptakan sesuatu seperti arsitektur dan teknik.
2. Plato membagi dua ranah pengetahuan yaitu a) ranah pengetahuan non-
alamiah yaitu pengetahuan dari bentuk-bentuk ideal abadi (gagasan) yang
bersifat transenden, tidak berubah, sempurna, dapat dipahami dengan pasti;
dan 2) ranah pengetahuan alamiah dari sensasi yang biasa dan yang berubah,
sementara, tidak stabil, tidak dapat dipahami, dan tidak pasti.

Yang pertama adalah ranah pengetahuan sejati yang ditangkap oleh intelek.
Yang kedua adalah ranah untuk dipahami oleh akal kita yang bisa keliru. Dunia
indera kita sehari-hari tidak memberi kita pengetahuan karena pengetahuan
indera bersifat salah, tidak pasti, bisa keliru, tidak sempurna, ilusi, berubah, tidak
tepat, relatif. Pengetahuan untuk menjadi pengetahuan sejati harus tepat, pasti,
sempurna, absolut. Pengetahuan sejati diturunkan dari kesadaran akan bentuk-
bentuk abadi.
3. Pengetahuan Non Ilmiah dan Pengetahuan Ilmiah. Pengetahuan non ilmiah
adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa menggunakan metode ilmiah.
Segenap hasil pengenalan dan pemahaman manusia terhadap suatu objek.
Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh
dengan menggunakan metode ilmiah. Metodologi ilmiah adalah langkah-
langkah pengenalan atau penyelidikan yang logis dan sistematis terhadap objek
tertentu. Pengetahuan ilmiah lebih sempurna dan dapat
dipertanggungjawabkan karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat
dan pengujian tertentu.

4. Dr. Akhyar Yusuf Lubis (dalam Filsafat Ilmu, 2015:58), menyimpulkan bahwa
jenis pengetetahuan terdiri dari pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah,
pengetahuan filosofis, dan pengetahuan teologis.
Pengetahuan biasa (common sense), adalah pengetahuan yang dalam filsafat
disebut common sense, yaitu diperoleh dari pengalaman sehari-hari seperti air
dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar,
musim kemarau akan mengeringkan sawah, dsb. Sering diartikan sebagai good
sense, karena seseorang terhadap informasi tentang sesuatu menerima secara
baik.
Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Ilmu yang didapat melalui metode ilmiah dengan didasari oleh berpikir
logis, objektif, dan sistematis. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah dan
di perguruan tinggi pada umumnya adalah pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan filsafat (Philosophy), yaitu pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Jika ilmu
hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas
hal yang lebih luas dan mendalam. Seperti apa hakikat manusia, hakikat tuhan,
mengapa diciptakan manusia, dst. Itu merupakan pemikiran filsafat.
Pengetahuan teologis (agama), yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib
diyakini oleh para pemeluk agama dan mengandung beberapa hal pokok yaitu
ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan. Selain itu, iman kepada Hari
Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang
membuat manusia optimis akan masa depannya.

5. Aliran-aliran dalam epistemologi


Aliran-Aliran utama epistemologi muncul terutama disebabkan oleh perbedaan tentang
sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Sekarang ini aliran-aliran pemikiran
epistemologi yang besar terdiri dari rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme dan
positivisme. Perkembangan berikutnya lahir aliran yang disebut fenomenologi. Konsep-
konsep dasar dari aliran-aliran epistemologi ini secara serba ringkas akan dibahas pada
bagian berikut.
1. Rasionalisme. Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang sah dan
mencukupi serta dapat dipercaya adalah rasio (akal/reason). Hanya pengetahuan yang
diperoleh melalui akal saja yang memenuhi syarat sebagai pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan sesungguhnya telah berakar dalam akal budi manusia, dan pengalaman
hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah ada pada akal. Akal
dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama
yang pasti. Contohnya konsep-konsep tentang ketuhanan, jiwa dan substansi tidak
diperoleh dari pengalaman inderawi, melainkan sebagai bakat bawaan dalam batin
manusia yang dibawanya sejak lahir. Metode yang diterapkan dalam rasionalisme ini
adalah deduktif. Contoh pengetahuan yang dianggapnya sempurna adalah ilmu pasti
(Harun, 1992 :18).

2. Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa empiri atau pengalaman (baik lahir maupun
batin) adalah sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, ia hanyalah
bertugas mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman (Harun, 1992 : 18).
Tanpa referensi dari pengalaman, rasio tidak akan dapat menghasilkan pengetahuan
tentang realitas. Pengetahuan diturunkan baik langsung maupun tidak langsung dari
data-data yang diperoleh lewat pengalaman (Angeles, 1981 : 75). Metode yang tepat
bagi pengetahuan adalah induksi. Akal adalah pasif pada waktu pengetahuan
didapatkan, dan tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. John Locke sangat
terkenal dengan teorinya tabularasa atau meja lilin yang licin yang intinya menyebutkan
bahwa manusia itu lahir seperti secarik kertas putih tanpa tulisan. Pengalamanlah yang
menerakan segala sesuatu dalam jiwa manusia dan melahirkan gagasan atau ide.
Pengalaman dimaksud timbul dari pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman
batiniah (reflection).

3. Kritisisme Kant. Immanuel Kant (1724-1804) menyatakan bahwa pengetahuan terjadi


karena subjek mengkonstruksikan data-data yang datang kepadanya. Dengan demikian
peranan subjek sangat besar. Menurut Kant, tindakan mengenal atau pengetahuan itu
selalu bersandar kepada putusan. Sementara itu putusan ada yang bersifat sintetis yang
diperoleh secara a posteriori, di mana sebutan pada predikat menambahkan sesuatu
pengertian baru pada subjeknya. Ada pula putusan yang disebut analitis dan diperoleh
secara a priori. Dalam putusan yang kedua ini apa yang disebut oleh predikatnya tidak
menambahkan apa-apa kepada subjeknya. Umpanya ungkapan “Lingkaran adalah
bulat.” Tetapi menurut Kant ada jenis putusan yang ketiga yaitu putusan yang a priori
(jadi analitis), namun sekaligus juga sintetis dan a posteriori. Keputusan demikian ini
adalah perpaduan antara faktor tatanan-dalam subjek dan dengan faktor yang ada di
luar subjek (objek). Dengan teori pengenalannya ini, Kant bermaksud merombak sifat
objektivitas dari ilmu pengetahuan.

4. Idealisme. Dalam bidang epistemologi teori ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatu
yang dapat diketahui selain dari pemikiran/kesadaran (mind) itu sendiri serta isi
mentalnya. Dalam bentuknya yang ekstrim ialah bahwa tidak ada yang dapat diketahui
kecuali pengoperasian-pengoperasian dari pemikiran atau kesadaran dan
kandungannya. Pengetahuan dari pemikiran ini adalah mendasar sifatnya dan menjadi
sumber dalam membentuk pengetahuan tentang segala sesuatu yang lainnya.
Keberadaan semua pengetahuan adalah sebagai kandungan dan disebabkan oleh
sesuatu kesadaran (Angeles, 1981 : 120).
5. Positivisme. Bila idelalisme dapat dipandang sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka
kelanjutan dari empirisme adalah positivisme (Pranarka, 1987 : 143 ). Aliran positivisme
berpangkal kepada fakta-fakta yang positif, yaitu segala yang tampak, segala gejala.
Menurut aliran ini gejala-gejala menyajikan diri kepada kita sebagai penampakan yang
kemudian kita atur menurut hukum-hukum tertentu. Dalam positivisme yang sangat
menentukan adalah verifikasi. Prinsip ini merupakan suatu kriteria yang menentukan
bahwa suatu statemen mempunyai makna atau tidak. Sebuah pernyataan mempunyai
pengertian, jika dan hanya jika, sekurang-kurangnya memenuhi prinsip verifikasi
empirik. Semua pernyataan di dalam matematika dan logika adalah bersifat analitik
(tautologis) dan benar per definisi. Konsep-konsep keduanya tidak diverifikasi, tetapi
merupakan kebiasaan-kebiasaan definisional yang diterapkan pada realitas. Hanya
metode ilmiah yang dapat dijadikan sumber pengetahuan yang benar tentang realitas.
Oleh sebab itu filsafat yang dapat diterima sebagai benar adalah yang mendasarkan diri
kepada analisis dan klasifikasi tentang pengertian dengan menggunakan logika dan
metode ilmiah.

6. Fenomenologi. Aliran fenomenologi ditubuhkan oleh Edmund Husserl (1859-1938). Di


dalam filsafatnya pemikir Wina ini menggabungkan pemikiran skolastik dengan
empirisme. Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang yang tampak
(phainomenon). Fenomen dalam pandangan Husserl ialah realitas itu sendiri yang
tampak. Tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan antara kita dengan realitas,
karena itu ia tampak bagi kita. Fenomen-fenomen itu, kata Husserl
mengkonstitusi/menampakkan diri dalam kesadaran. Konstitusi adalah proses
tampaknya fenomen-fenomen kepada kesadaran. Tidak ada kebenaran pada dirinya
sendiri, lepas dari kesadaran. Kebenaran hanya mungkin dalam korelasi dengan
kesadaran.

SOAL-SOAL

1. Apa yang dimaksud dengan epistemologi dan jelaskan pula pengertian pengetahuan?!
2. Sebutkan dan jelaskan minimal 3 sumber pengetahuan!
3. Bagaimana klasifikasi pengetahuan menurut Aristoteles? Jelaskan masing-masing bagian
tersebut!
4. Apakah yang dimaksud dengan pengetahuan ilmiah? Jelaskan!
5. Terdapat dua aliran besar dalam epistemologi, sebutkan kedua paham tersebut dan jelaskan
masing-masing pendiriannya!

Anda mungkin juga menyukai