Anda di halaman 1dari 11

2.

Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Secara terminologi, ada beberapa definisi pengetahuan antara lain:
1. Menurut Jujun S. Suriasumantri, 2018
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, jadi
ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai pengetahuanlainnya seperti seni dan agama. pengetahuan merupakan
khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai
pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
2. Menurut Drs. Sidi Gazalba (dalam Bakhtiar, 2009)
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu
3. Menurut Sriyana, 2020
Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif
4. Menurut Notoatmodjo, 2012
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.
5. Menurut Donsu, 2017
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.

b. Obyek Pengetahuan
Obyek Pengetahuan sains (Obyek yang diteliti sains) adalah semua obyek yang empiris,
Jujun menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang
lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman adalah pengalaman indera.

c. Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang sangat urgen untuk dibahas di
dalam Epistemologi, sebab orang akan berbeda pandangan terhadap terjadinya
pengetahuan. Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John
Hospers dalam bukunya “An Introduction to Philosophical Analysis” mengemukakan
ada enam hal, diantaranya:
1) Pengalaman Indera (Sense Experience)
Orang sering merasa penginderaan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang
berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan
indera. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidak normalan antara alat-alat itu. Ibn
Sina mengutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa
yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan
pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat
dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak
belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan
hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali
tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal
hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi
adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi.
2) Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau
lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Salah satu tokoh dari
paham ini adalah Plato, seorang filosof Yunani yang dilahirkan di Athena. Plato
berpendapat bahwa untuk memperoleh pengetahuan itu pada hakikatnya adalah
dengan mengingat kembali.
3) Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya
memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam
pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh dari otoritas ini biasanya tanpa diuji
lagi, karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibaan tertentu.
4) Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia berupa proses kejiwaan tanpa
suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa
pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan
seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya
pengetahuan lebih dahulu. Menurut Mohamad Taufiq dalam sebuah tulisannya
mengatakan bahwa intuisi adalah daya atau kemampauan untuk mengetahui atau
memahami sesuatu tanmpa ada dipelajari terlebih dahulu dan berasal dari hati.
5) Wahyu (Revelation)
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber
ilmu, Karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan
Tuhan Yang Maha Esa. Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
nabi-Nya untuk kepentingan ummatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui
wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Wahyu dapat
dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu
melalui kepercayaan kita
6) Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Adapun keyakinan itu sangat statis, kecuali ada bukti-bukti
yang akurat dan cocok untuk kepercayaannya.

d. Jenis Pengetahuan
Menurut Plato, jenis pengetahuan itu dibagi menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan
sesuai dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1)Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya
adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan
manusia. Pengetahuan dalam tingkatan ini misalnya seseorang yang mengkhayal
bahwa dirinya pada saat tertentu mempunyai rumah yang mewah, besar dan indah,
serta dilengkapi dengan kendaraan dan lain-lain sehingga khayalannya itu terbawa
mimpi. Di dalam mimpinya, ia betul-betul merasa mempunyai dan menempati rumah
itu. Apabila seseorang dalam keadaan sadar dan menganggap bahwa khayal dan
mimpinya betul-betul berupa fakta yang ada dalam dunia kenyataan.

2)Pengetahuan Pistis (Substansial)


Pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang
dapat diindrai langsung. Objek pengetahuan pistis biasanya disebut zooya karena isi
pengetahuan semacam ini mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat
pribadi atau kepastian subjektif) dan pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran
apabila mempunyai syarat-syarat yang cukup bagi suatu tindakan mengetahui,
misalnya mempunyai pendengaran yang baik, penglihatan yang normal, serta indra
yang normal.

3)Pengetahuan Dianoya (matematik)


Pengetahuan ini ialah tingkatan yang ada didalamnya sesuatu tidak hanya terletak pada
bagaimana cara berfikirnya. Contoh yang dituturkan oleh plato tentang pengetahuan
ini ialah para ahli matematika atau geometri, dimana objeknya adalah matematik yakni
sesuatu yang harus diselidiki dengan akal budi dengan melalui gambar-gambar,
diagram kemudian ditarik hipotesis. Hipotesis ini diolah terus hingga sampai pada
kepastian. Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat
dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik
atau kuantitas entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan
dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut
pengetahuan pikir.
4)Pengetahuan Noesis (filsafat)
Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan
pikir, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar, diagram melainkan dengan
pikiran yang sungguh-sungguh abstrak. Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip-
prinsip utama yang isinya hal-hal yang berupa kebaikan, kebenaran, dan keadilan.

Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka
di dalam kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin
Salam mengemukakan pengetahuan yang dimiliki manusia itu ada empat yaitu

1)Pengetahuan Biasa
Adalah pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan
sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia
menerima secara baik.
2)Pengetahuan Ilmu
Adalah ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam. Ilmu dapat
merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia factual. Pengetahuan yang
diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,  eksperimen, klasifikasi.
Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika
diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian
(subjektif), karena dimulai dengan fakta.
3)Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan manusia itu ada tiga, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat dan
pengetahuan mistik. Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang berdasarkan logika.
Pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian
tentang sesuatu. kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit, filsafat
membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung
tertutup menjadi longgar kembali.
4)Pengetahuan Agama
Adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan mengandung beebrapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan
cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal
e. Sumber Pengetahuan
Dalam kajian filsafat dijelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
memiliki sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya.
Sumber pengetahuan sendiri adalah asal mula untuk mendapatkan pengetahuan yang
sifatnya benar dan pasti, yang didapatkan manusia melalui rasa ingin tahunya. Ada
beberapa pendapat mengenai sumber pengetahuan.

1) Menurut Dr. Mulyadi Kartanegara, 2005, sumber pengetahuan adalah alat atau
sesuatu darimana manusia bisa memperoleh informasi tentang objek ilmu yang
berbeda-beda sifat dasarnya. Karena sumber pengetahuan adalah alat, maka Ia
menyebut indera, akal  dan hati sebagai sumber pengetahuan.

2) Menurut Prasetyo, 2005, ada dua sumber bagaimana seseorang memiliki


pengetahuan, yaitu
1. Eksperiental Reality (ER)
Eksperiental Reality adalah sumber pengetahuan yang kita dapatkan dengan cara
mengalaminya sendiri.
2. Agreement Reality (AR)
Agreement reality adalah sumber pengetahuan yang didasarkan pada
kesepakatan-kesepakatan antara diri kita pribadi dan orang lain.

3) Menurut Amsal Bakhtiar, 2009, sumber pengetahuan merupakan alat untuk


memperoleh ilmu pengetahuan.

4) Menurut Jujun S. S. Suriasumantri, 2018, sumber pengetahuan ada 4 yaitu


1. Empirisme
John Locke (1632-1704), mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan
bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa. Seperti kertas putih yang
belum ternoda. Pengalaman inderawinya mengisi catatan harian jiwanya hingga
menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan menjadi
pengetahuan yang cukup berarti.

Selain John Locke, ada juga David Hume (1711-1776) yang mengatakan bahwa
manusia sejak lahirnya belum membawa pengetahuan apa-apa. Manusia
mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya yang memberikan dua hal,
kesan (impression) dan pengertian atau ide (idea). Kesan adalah pengamatan
langsung yang diterima dari pengalaman. Seperti merasakan sakitnya tangan
yang terbakar. Sedangkan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang
dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan
yang diterima dari pengalaman.
Gejala alam, menurut aliran ini bersifat konkret, dapat dinyatakan dengan panca
indera dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan mengenai suatu
kejadian.seperti langit yang mendung yang biasanya diikuti oleh hujan, logam
yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori ini akal hanya berfungsi
sebagai pengelola konsep gagasan inderawi dengan menyusun konsep tersebut
atau membagi-baginya. Akal juga sebagai tempat penampungan yang secara
pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Akal berfungsi untuk
memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut

Dengan kata lain, empirisme menjadikan pengalaman inderawi sebagai sumber


pengetahuan. Sesuatu yang tidak diamati dengan indera bukanlah pengetahuan
yang benar. Walaupun demikian, ternyata indera mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain; pertama, keterbatasan indera. Seperti kasus semakin jauh
objek semakin kecil ia penampakannya. Kasus tersebut tidak menunjukkan
bahwa objek tersebut mengecil, atau kecil. Kedua, indera menipu. Penipuan
indera terdapat pada orang yang sakit. Misalnya. Penderita malaria merasakan
gula yang manis, terasa pahit dan udara yang panas dirasakan dingin. Ketiga,
objek yang menipu, seperti pada ilusi dan fatamorgana. Keempat, objek dan
indera yang menipu. Penglihatan kita kepada kerbau, atau gajah. Jika kita
memandang keduanya dari depan, yang kita lihat adalah kepalanya, sedangkan
ekornya tidak  kelihatan. dan kedua binatang itu sendiri tidak bisa menunjukkan
seluruh tubuhnya Kelemahan-kelemahan pengalaman indera sebagai sumber
pengetahuan, maka lahirlah sumber kedua, yaitu Rasionalisme.

2. Rasionalisme
Rene Descartes (1596-1650), dipandang sebagai bapak rasionalisme.
Rasionalisme tidak menganggap pengalaman indera (empiris) sebagai sumber
pengetahuan, tetapi akal (rasio). Kelemahan-kelemahan pada pengalaman
empiris dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak
mengingkari penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera
hanyalah sebagai perangsang agar akal berfikir dan menemukan
kebenaran/pengetahuan.

Akal mengatur data-data yang dikirim oleh indera, mengolahnya dan


menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Dalam penyusunan ini
akal menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut
mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal dan merupakan
abstraksi dari benda-benda konkret. Selain menghasilkan pengetahuan dari
bahan-bahan yang dikirim indera, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan
tanpa melalui indera, yaitu pengetahuan yang bersifat abstrak. Seperti
pengetahuan tentang hukum/ aturan yang menanam jeruk selalu berbuah jeruk.
Hukum ini ada dan logis tetapi tidak empiris.

Meski rasionalisme mengkritik emprisme dengan pengalaman inderanya, 


rasionalisme dengan akalnya pun tak lepas dari kritik. Kelemahan yang terdapat
pada akal. Akal tidak dapat mengetahui secara menyeluruh (universal) objek
yang dihadapinya. Pengetahuan akal adalah pengetahuan parsial, sebab akal
hanya dapat memahami suatu objek bila ia memikirkannya dan akal hanya
memahami bagian-bagian tertentu dari objek tersebut.

Kelemahan yang dimiliki oleh empirisme dan rasionalisme disempurnakan


sehingga melahirkan teori positivisme yang dipelopori oleh August Comte
(1798-1857) dan Immanuel Kant (1724-1804), Ia telah melahirkan metode
ilmiah yang menjadi dasar kegiatan ilmiah dan telah menyumbangkan jasanya
kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut paham ini
indera sangat penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi indera harus
dipertajam dengan eksperimen yang menggunakan ukuran pasti. Misalnya panas
diukur dengan derajat panas, berat diukur dengan timbangan dan jauh dengan
meteran.

3. Intuisionisme (Intuisi)
Kritik paling tajam terhadap empirisme dan rasionalisme di lontarkan oleh
Hendry Bergson (1859-1941). Menurutnya bukan hanya indera yang terbatas,
akalpun mempunyai keterbatasan juga. Objek yang ditangkap oleh indera dan
akal hanya dapat memahami suatu objek bila mengonsentrasikan akalnya pada
objek tersebut. Dengan memahami keterbatasan indera, akal serta objeknya,
Bergson mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi yang dinamakannya
intuisi. Kemampuan inilah yang dapat memahami suatu objek secara utuh, tetap
dan menyeluruh. Untuk memperoleh intuisi yang tinggi, manusia pun harus
berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap suatu
objek.

Lebih lanjut Bergson menyatakan bahwa pengetahuan intuisi bersifat mutlak dan
bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis. Intuisi dan analisa bisa bekerja sama dan saling membantu dalam
menemukan kebenaran. Namun intuisi sendiri tidak dapat digunakan sebagai
dasar untuk menyusun pengetahuan

Salah satu contohnya adalah pembahasan tentang keadilan. Apa adil itu?
Pengertian adil akan berbeda tergantung akal manusia yang memahami. Adil
bisa muncul dari si terhukum, keluarga terhukum, hakim dan dari jaksa. Adil
mempunyai banyak definisi. Disinilah intuisi berperan. Menurut aliran ini
intuisilah yang dapat mengetahui kebenaran secara utuh dan tetap.

4. Wahyu (Agama)
Wahyu sebagai sumber pengetahuan juga berkembang dikalangan agamawan.
Wahyu adalah pengetahuan agama disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantara para nabi yang memperoleh pengetahuan tanpa
mengusahakannnya. Pengetahuan ini terjadi karena kehendak Tuhan. Hanya para
nabilah yang mendapat wahyu.

Wahyu Allah berisikan pengetahuan baik yang mengenai kehidupan manusia itu
sendiri, alam semesta dan juga pengetahuan transendental, seperti latar belakang
dan tujuan penciptaan manusia, alam semesta dan kehidupan di akhitar nanti.
Pengetahuan wahyu lebih banyak menekankan pada kepercayaan yang
merupakan sifat dasar dari agama.

f. Cara Memperoleh Pengetahuan


Selama sejarah peradaban manusia, terdapat berbagai cara manusia untuk memperoleh
pengetahuan.

Menurut Prasetyo, 2005 ada dua cara secara garis besar yaitu
1) Cara Tidak Ilmiah
Cara yang tidak ilmiah merupakan cara mendapatkan pengetahuan dengan hanya
bersumber pada salah satu sumber yang ada yaitu berdasar ER atau AR.
2) Cara Ilmiah
Cara yang ilmiah mencoba mengkombinasikan antara sumber pengetahuan yang
bersumber dari ER dan sumber pengetahuan yang berdasar dari AR.

Menurut Sukardi, 2010 ada beberapa macam cara manusia menguasai pengetahuan
untuk hidup dalam dunianya. Beberapa metode tersebut diantaranya sebagai berikut
1) Melalui pengalaman
2) Melalui cara tradisi (tenacity).
Penguasaan ilmu pengetahuan melalui cara tradisi ini mempunyai beberapa ciri
sebagai berikut:
a. Memegang teguh kebenaran warisan dari orang tua atau nenek moyang
b. Ada pengulangan yang sifatnya membenarkan, berarti akan semakin menambah
valid cara tersebut, semakin terjadi pengulangan yang bersifat menyimpang dari
yang membenarkan, akan dapat mereduksi kepercayaan yang ada.
c. Menimbulkan ketidakpastian nilai kepercayaan, ketika terjadi konflik dalam
masyarakat.
3) Melalui metode otoritas.
Metode otoritas digunakan seseorang untuk menguasai ilmu pengetahuan jika
metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif.
4) Melalui metode deduktif dan induktif
5) Menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah adalah merupakan metode
untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai
validitas dan ketepatannya

Menurut Jujun S. Suriasumantri, 2018, cara manusia memperoleh pengetahuan ada 4


yaitu
1) Akal sehat
Akal sehat mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan
penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal
sehat sebab tak mempunyai landasan permulaan lain untuk berpijak. Tiap peradaban
betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat.

Randall dan Buchler mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh
lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan.
Sedangkan karakteristik akal sehat diberikan oleh Titus sebagai berikut :
(1) karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung
untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan;
(2) karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk
bersifat kabur dan samar-samar, dan
(3) karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji
lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.

2) Cara Coba-Coba
Cara coba-coba juga mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk
menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Cara coba coba ini dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila kemungkinan itu
tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain 

3) Rasionalisme
Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis
mempermasahkan dasardasar pikiran yang bersifat mitos. Pada dasarnya
rasionalisme memang bersifat majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang
dibangun secara deduktif di sekitar obyek pemikiran tertentu. Dalam menafsirkan
suatu obyek tertentu maka berkembanglah berbagai pendapat, aliran, teori dan
mashab filsafat. Dalam keadaan seperti ini maka sukar sekali bagi kita untuk
memilih mana dari sejumlah penjelasan yang rasional tersebut yang bersifat koheren.
Mungkin saja kita bisa mengatakan bahwa argumentasi yang benar adalah penjelasan
yang mempunyai kerangka berpikir yang paling meyakinkan. Namun hal ini pun
tidak bisa memecahkan persoalan sebab kriteria penilaiannya bersifat nisbi dan tidak
bisa terlepas dari unsur subyektif. Di samping itu rasionalisme dengan pemikiran
deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan yang benar bila ditinjau dari alur-alur
logikanya namun ternyata sangat bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Kelemahan dalam berpikir rasional seperti itulah yang menimbulkan berkembangnya


empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didapat dari
kenyataan pengalaman. Dipelopori oleh filsuf-filsuf Inggris maka berkembanglah
cara berpikir yang menjauhi spekulasi teoritis dan metafisis. Metafisika, menurut
David Hume adalah ”khayal dan dibuat-buat” . Namun cara berpikir inipun tak luput
dari kelemahan sebab atas dasar apa kita bisa menghubungkan berbagai faktor dalam
suatu hubungan kausalitas

4) Metode eksperimen
Metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup
di alam rasuonal dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Metoda
eksperimen dikembangkan oleh sarjana-sarjana Muslim pada abad keemasan Islam,
ketika ilmu dan pengetahuan lainnya mencapai kulminasi antar abad IX dan XII
Masehi. Metode eksperimen ini diperkenalkan di dunia Barat oleh filsuf Roger
Bacon (1214-1294) dan kemudian dimantapkan sebagai paradigma ilmiah atas usaha
Francis Bacon (1561-1626). Singkatnya dapat disimpulkan bahwa secara konseptual
metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologis
dimasyarakatkan oleh Francis Bacon.

5) Metode ilmiah
Pengembangan metode eksperimen yang berasal dari Timur mempunyai pengaruh
penting terhadap cara berpikir manusia sebab dengan demikian maka dapat diuji
berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.
Dengan demikian berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir
deduktif dengan induktif. Dengan berkembangnya metode ilmiah dan diterimanya
metode ini sebagai paradigma oleh masyarakat keilmuan maka sejarah kemanusiaan
menyaksikan perkembangan yang sangat cepat. Dirintis oleh Copernicus (1473-
1543), Kepler (1571-1630), Galileo (1564-1642) dan Newton (1642-1727) ilmu
mendapatkan momentumnya pada abad ke tujuh belas dan seterusnya tinggal
landas.Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir yang ada
dan mencoba untuk memperkecil kekurangannya

Daftar Pustaka
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.
Bambang, Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Donsu, J.D.T. 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka baru press.
Kattsoft, Louis O. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wicana.
Kertanegara, Mulyadi. 2005 Integrasi Ilmu:Sebuah Rekonstruksi Holistic. Jakarta: UIN Jakarta
Press
Ngainun Naim. 2009. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: TERAS
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Salam, Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara.
Sriyana. 2020. Antropologi Sosial Budaya. Jawa Tengah : Lakeisha
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. 2009. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2018.Filsafat Ilmu. Jakarta: Pestaka Sinar Harapan
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai