OLEH:
Kelompok III
Penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Brain Death
1. Pengertian........................................................................................................3
2. Kriteria Diagnostik Mati Otak..................................................................5
B. Euthanasia
1. Pengertian........................................................................................................5
2. Euthanasia di Indonesia..............................................................................6
3. Jenis- jenis Euthanasia.................................................................................7
4. Syarat Dilakukannya Euthanasia..............................................................8
5. Aspek- aspek dalam Euthanasia...............................................................9
C. Kelalaian
1. Pengertian.....................................................................................................12
2. Bentuk Kelalaian........................................................................................13
D. Malpraktek
1. Pengertian.....................................................................................................13
2. Unsur Malpraktek.......................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................19
B. Saran......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan
yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan
berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. Dari proses siklus
kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung
misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Untuk dapat
menentukan kematian seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik
yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari
Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk
mempercepat waktu kematian. Tetapi bagaimana dengan hak pasien untuk mati
guna menghentikan penderitaannya. Hal itulah yang masih menjadi pembahasan
hangat di Indonesia.
Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah euthanasia,
sudah kerap dibicarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan terus menjadi
bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus-kasus menarik.
Untuk itulah masalah skenario pertama mengenai kasus euthanasia sangat
menarik untuk dibahas.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar mengenai Brain Death, Euthanasia dan aspek
etika dan hukum dalam kasus tersebut.
2. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga dan tenaga
kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran masing- masing profesi yaitu perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi masalah Euthanasia jika dikaitkan
dengan etika dan hukum keperawatan.
4. Untuk mengetahui siapa yang memegang peranan penting dalam pengambilan
keputusan untuk kasus Euthanasia.
5. Untuk mencari dan menentukan solusi yang akan dilakukan dan siapa yang akan
memutuskan dalam penangan kasus Euthanasia.
C. Manfaat
Mampu menerapkan dan melaksanakan peran sebagai perawat dan apa saja yang
seharusnya dilakukan oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
pengambilan keputusan mengenai masalah Euthanasia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BRAIN DEATH
1. PENGERTIAN
Tahun 1950 kematian otak didefinisikan sebagai terhentinya sirkulasi
darah secara total, dan terhentinya fungsi vital seperti pernapasan, pulsasi.
Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi Cardiopulmonary resuscitation
(CPR), fungsi vital dapat dipertahankan meskipun ada gangguan sistem saraf
pusat irrevesible. Definisi kematian otak mengalami perubahan dari segi medis
dan hukum. Kematian otak tanpa kematian organ tubuh yang lain
memungkinkan transplantasi organ bila penderita tidak mungkin pulih.
Tahun 1967 American Electroencephalographic Society meneliti 1665
penderita dengan electrocerebral silence. Aktivitas listrik otak tidak lebih dari 2
μV antara pasangan elektrode yang berjarak 10 cm atau lebih. Penderita
mengalami koma dengan berbagai stadium. Hanya 3 penderita yang pulih fungsi
cerebralnya. Penderita ini koma akibat obat, 2 penderita koma akibat barbiturat
dan 1 penderita akibat meprobamat. Electrocerebral silence dengan tanda apnea,
tidak ada respons, tidak ada refleks cephalic, dan tidak bisa mempertahankan
sirkulasi tanpa bantuan alat, didiagnosis koma irreversible (cerebral death), yang
disebut electrocerebral inactivity.
Tahun 1968 konsensus Ad Hoc Committee dari Harvard Medical School
mendefinisikan koma ireversibel sebagai tiadanya respons dari rangsangan luar,
tidak ada pergerakan, tidak ada napas, tidak ada refleks, dan EEG datar. Tahun
1975 American Neurological Association memperbarui definisi koma Harvard
karena tidak sesuai untuk anak usia di bawah 5 tahun. Sistem saraf immature
dapat bertahan pada periode electrocerebral silence.
Definisi kematian otak dibahas oleh beberapa organisasi seperti
American Bar Association, American Medical Association, dan National
Conference of Commissioners on Uniform State Laws. Pada tahun 1981
kematian otak didefinisikan sebagai tidak berfungsinya sirkulasi dan pernapasan
ireversibel, atau tidak berfungsinya semua fungsi otak ireversibel termasuk
batang otak. Definisi ini berdasarkan fakta bahwa fungsi otak tidak bisa kembali
sesudah 6 jam tidak berfungsi, berdasarkan pemeriksaan fisik dan EEG. Bila
tidak ada tes-tes konfirmasi, observasi dilakukan sedikitnya selama 12 jam. Pada
kasus jejas anoksia, observasi dilakukan sampai 24 jam. Pedoman ini tidak
melibatkan kriteria usia penderita (Yunan: 2000) Definisi tersebut yaitu:
B. EUTHANASIA
1. PENGERTIAN
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,
bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti
mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan
baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.
Menurut Philo (50-20 SM), euthanasia berarti mati dengan tenang dan
baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya Vita Caesarum
mengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.
Masalah euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah bunuh diri.
Dalam hukum pidana, masalah bunuh diri yang perlu dibahas adalah apakah
seseorang yang mencoba bunuh diri atau membantu orang lain untuk
melakukan bunuh diri itu dapat dipidana, karena dianggap telah melakukan
kejahatan.
Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, seseorang yang gagal
melakukan bunuh diri dapat dipidana. Juga di Israel, perbuatan percobaan
bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. Pernah
ada amandemen agar larangan ini dicabut, tetapi Prof.Amos Shapira
berpendapat bahwa dengan konsep perbuatan percobaan bunuh diri sebagai
tindakan yang tidak terlarang, merupakan gerakan kearah diakuinya „hak
untuk mati‟.
Dilihat dari segi agama Samawi, euthanasia dan bunuh diri merupakan
perbuatan yang terlarang. Sebab masalah kehidupan dan kematian seseorang
itu berasal dari Sang Pencipta yaitu Tuhan. Jadi, perbuatan yang menjurus
kepada tindakan penghentian hidup yang berasal dari Tuhan merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, oleh karenanya tidak
dibenarkan.
2. EUTHANASIA DI INDONESIA
Apakah hak untuk mati dikenal di Indonesia? Indonesia melalui pasal
344 KUHP jelas tidak mengenal hak untuk mati dengan bantuan orang lain.
Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati adalah hak azasi manusia,
hak yang mengalir dari “hak untuk menentukan diri sendiri” (the right of self
determination/TROS) sehingga penolakan atas pengakuan terhadap hak atas
mati, adalah pelanggaran terhadap hak azasi manusia yang tidak dapat
disimpangi oleh siapapun dan menuntut penghargaan serta pengertian yang
penuh pada pelaksanaannya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan,
buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri maupun keluarganya.
PEMBAHASAN
SKENARIO I
Seorang ibu Ny.T, umur 36 tahun, diantar oleh tenaga kesehatan ke RS. C, klien
melahirkan anak pertama, ibu dilakukan tindakan operasi ceaser oleh dokter. Pada saat
operasi tiba-tiba TD menurun, dokter memberikan obat untuk meningkatkan TD, tapi
kondisi klien malah sebaliknya, kesadaran menurun, keadaan umum memburuk dan
akhirnya klien dirawat di ruangan ICU, bayi klien selamat. Saat ini sudah lebih 1 bulan
klien di ICU dengan diagnosa Braindeath. Keluarga tidak sanggup membayar biaya
perawatan dan keluarga meminta tindakan euthanasia saja.
PERTANYAAN:
1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, tenaga kesehatan dan dokter
dalam kasus ini?
2. Bagaimana peran masing-masing profesi jika dikaitkan dengan etik dan hukum
dalam kasus tersebut?
3. Siapa yang memegang peranan penting?
4. Apa solusi yang akan dilakukan dan siapa yang berhak mamutuskannya?
Berikan alasan!
JAWABAN:
1. Hal yang seharusnya dilakukan oleh:
Keluarga
Tindakan euthanasia yang diminta oleh keluarga adalah hak pasien dan
keluarga, tetapi sebaiknya pasien atau keluarga tidak meminta tindakan
euthanasia tersebut.
Tenaga kesehatan dan Dokter
Menolak permintaan pasien atau keluarga terhadap tindakan euthanasia
tersebut.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Euthanasia merupakan menghilangkan nyawa orang atas permintaan dirinya
sendiri. Aturan mengenai masalah ini berbeda- beda di tiap- tiap Negara dan
seringkali berubah seiring dengan perubahan norma- norma budaya. Di beberapa
Negara euthanasia dianggap legal tetapi di Indonesia tindakan euthanasia tetap
dilarang karena tidak ada dasar hukum yang jelas. Sebagaiman tercantum dalam
pasal KUHP 338, pasal 340, pasal 344, pasal 355 dan pasal 359. Sehingga pada
kasus Ny. T euthanasia tidak dibenarkan.
Euthanasia ini ditentang untuk dilakukan atas dasar etika, agama, moral dan
legal dan juga pandangan bahwa apabila dilegalisir euthanasia dapat
disalahgunakan. Sebagai perawat berperan dalam memberikan advokasi. serta
sebagai counselor yaitu membela dan melindungi pasien tersebut untuk hidup dan
menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian. Perawat diharapkan mampu
memberikan pengarahan dan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien
berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan tidak melakukan
euthanasia.
B. SARAN
1. Bagi keluarga
Keluarga sebaiknya memikirkan kembali keputusan untuk mengajukan
euthanasia. Dan permasalahan biaya agar mencari alternatif keringanan biaya
melalui Jamkesmas, Jamkesda dll.
2. Bagi Petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya)
Tetap memberikan perawatan terbaik kepada pasien selama dirawat,
memberikan perlindungan kepada pasien sebagai advokat.
3. Bagi Pemerintah
Apabila hukum di Indonesia kelak mau menjadikan persoalan euthanasia
sebagai salah satu materi pembahasan, semoga teap diperhatikan dan
dipertimbangkan sisi nilai etika, social maupun moral.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Jusuf dan Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 3.
13 Desember 2019.
Yunan, Nagat. 2000. Fisiologi Medis dan Sistem Saraf Pusat. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta