Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 4
FILSAFAT ILMU, PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN

A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN


Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge
is justified true belief).'

Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs.
Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek)
memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional
objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subjek sadar akan
hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya
merupakan pengalaman "sadar". Karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar
akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.

Orang pragmatic, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara
knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.

1. Jenis Pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di dalam
kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.

Pada dasarnya Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:


 Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana is
menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,
benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
2

Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana
mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari,
seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim
kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.

 Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit
science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common
sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-
hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.

Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan
ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyam-
pingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu
yang bersifat kedirian (subjektif), karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan milik manusia secara
komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal
yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera
manusia.

 Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman
kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat
membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang
reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
 Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan
Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama
manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih
penting di samping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang Hari Akhir. Iman kepada Hari Akhir
merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan
masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya
doktrin tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.

2. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu


Dari sejumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan
ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang
dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai
karangan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun jika kedua kata itu berdiri sendiri-sendiri, akan
tampak perbedaan antara keduanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah
pengetahuan.8 Dari asal katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm.

Seiring dengan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka definisi berikut pun tidak jauh
berbeda. Pengetahuan merupakan basil tabu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang fisik, pemahamannya dilakukan

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
3

dengan cara persepsi balk lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Untuk memperjelas pemahaman kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang sifatnya prailmiah
dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi
syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang hams
memenuhi syarat-syarat ilmiah. Pengetahuan pertama disebut pengetahuan biasa, pengetahuan kedua disebut
pengetahuan ilmiah.

Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: hams memiliki objek tertentu
(formal dan material) dan hams bersistem (hams runtut). Di samping itu pengetahuan ilmiah hams memiliki
metode tertentu dengan sifatnya yang umum. Metode itu meliputi metode deduksi, induksi, dan analisis." Setelah
dikemukakan beberapa pengertian tentang pengetahuan, sekarang akan dikemukakan beberapa pengertian
tentang ilmu sebagai bahan perbandingan. Dalam Encyclopedia Americana, dijelaskan bahwa ilmu (science)
adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis.

The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles of Scientific Research memberi batasan ilmu
sebagai berikut:

Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu
pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang
dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan
mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.'3

Rumusan lain datang dari Caries Siregar yang menyatakan: "Ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan". Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk membedakan antara disiplin
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu, Jujun S. Suriasumantri
dalam buku Ilmu dalam Perspektif menulis: "... ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk
yang slap dikonsumsikan" .

Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan ciri-cirinya.
Herbert L. Searles memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: "Kalau ilmu berbeda dengan filsafat
berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya".

Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan berbeda
dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sif at sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaan tersebut
menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak
mempunyai perbedaan yang berarti.

Dalam perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu. Hal ini
dapat dilihat dari pendapat-pendapat berikut: "Kata ilmu berasal dari bahasa Arab `alima (ia telah mengetahui).

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
4

Kata jadian ilmu berarti pengetahuan. Dan memang dalam bahasa Indonesia seharihari ilmu diidentikkan
dengan pengetahuan"." Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan
dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan.

B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia
adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguhsungguh. Binatang juga
mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival).

Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan


hidup ini. Dia memikirkan hal-hal barn, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih
dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan, manusia
"memanusiakan diri dalam hidupnya" dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada
hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang
lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan
pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di
muka bumi ini.

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan
cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu."

Pada pembahasan ini penulis mencoba menjelaskan tentang hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu
pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut dan hal ini juga merupakan bagian dari kajian
filsafat pengetahuan atau epistemologi.

1. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah
menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar
akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran
itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau jauh dari kebenaran?

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:

a. Realisme

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
5

Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme
adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau
hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar
akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme
berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.19

Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya
terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di
dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada gagasan kita
mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut."

Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau
dia melihat terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap
mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati.

Menurut Prof. Dr. Rasjidi, penganut agama perlu sekali mempelajari realisme dengan alasan:

1. Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan pikiran tersebut
adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya dari segi
subjektif. Menurut Rasjidi, pernyataan itu tidak benar sebab adanya faktor subjektif bukan berarti
menolak faktor objektif. Kalau seseorang melihat sebatang pohon, tentu pohon itu memang yang
dilihat oleh subjektif. Namun, hal ini tidak berarti meniadakan pohon yang mempunyai wujud
tersendiri. Begitu juga ketika orang berdoa kepada Tuhan, bukan berarti Tuhan itu hanya terdapat
dalam pikiran, tetapi Tuhan mempunyai wujud tersendiri.
2. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya orang
beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya, apa yang menyebabkan
Ahmad sakit. Biasanya kita peas ketika kita dijawab karena kuman. Sebenarnya, sebab sakit itu
banyak karena ada orang yang bersarang kuman dalam tubuhnya, tetapi dia tidak sakit. Dengan
demikian, penyakit si Ahmad itu mungkin disebabkan keadaan badannya, iklim, dan sebagainya.
Prinsip semacam ini, menurut Rasjidi bisa digunakan untuk mempelajari agama karena adanya
perasaan yang subjektif tidak berarti tidak adanya keadaan yang objektif."

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar


sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan
gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu
yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan
menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah
gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
6

Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui,
idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealisme, dunia dan bagian-bagiannya harus dipandang sebagai
hal-hal yang mempunyai hubungan seperti organ tubuh dengan bagian-bagiannya. Dunia merupakan
suatu kebulatan bukan kesatuan mekanik, tetapi kebulatan organik yang sesungguhnya yang
sedemikian rupa, sehingga suatu bagian darinya dipandang sebagai kebulatan logis, dengan makna
inti yang terdalam.

Premis pokok yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam
alam semesta. Idealisme tidak mengingkari adanya materi. Namun materi adalah suatu gagasan yang
tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang yang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang
terdalam, dia harus memikirkan ruh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya
apakah materi itu.

Sebenarnya, realisme dan idealisme memiliki kelemahankelemahan tertentu. Realisme


ekstrim bisa sampai pada monisme materialistik atau dualisme. Seorang pengikut materialisme
mengatakan jika demikian halnya, sudah barang tentu dapat juga dikatakan bahwa jiwa adalah materi
dan materi adalah jiwa, bahkan jiwa dan materi sepenuhnya sama. Lebih lanjut, realisme tidak
mementingkan subjek sebagai penilai, tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai. Padahal,
subjek yang menilai memiliki peran penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan
tentang objek tersebut.

Idealisme subjektif juga akan menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu
berhak untuk menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat
universal tidak diakui. Kalau demikian jadinya, aturanaturan agama dan kemasyarakatan hanya bisa
benar untuk kelompok tertentu dan tidak berlaku bagi kelompok lain. Lagi pula, idealisme terlalu
mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai. Sebab, subjek yang
menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah, seperti sedang marah dan gembira.

2. Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau
lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan
atau dari mana sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan
berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:

a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
7

pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf
hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat
sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material.

Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang
satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat
ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indera menangkap aspek yang berbeda mengenai barang
atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera dan
terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.

Hal ini dapat dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti: "Bagaimana orang mengetahui es
itu dingin?" Seorang empiris akan mengatakan, "karena saya merasakan hal itu atau karena seorang
ilmuwan telah merasakan seperti itu". Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang
mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana dia
mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat peraba. Dengan kata lain, seorang
empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang
sesuai.

John Locke (1632-1704), bapak empiris Britania mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku
catatan kosong). Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas is memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera
yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Jadi,
bagaimanapun kompleks pengetahuan manusia, is selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera.
Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahun yang benar. Jadi pengalaman indera
itulah sumber pengetahuan yang benar."

David Flume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa
pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan
memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang
dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan
tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar
yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari
pengalaman.

la juga menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibandingkan kesimpulan logika
atau kemestian sebab akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan
terjadi, seperti membuat air mendidih, padahal dalam api tidak dapat diamati adanya "days aktif" yang
mendidihkan air. Jadi itu bukanlah yang diamati. Bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai berada
dalam "air" yang direbus.29 Jadi, gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat
konkret dan dapat dinyatakan lewat pancaindera. Gejala itu jika ditelaah lebih lanjut mempunyai beberapa
karakteristik tertentu umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu. Seperti
langit mendung diikuti dengan turunnya hujan. Di samping itu, kita melihat adanya karakteristik lain, yakni

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
8

adanya kesamaan dan pengulangan, umpamanya saja bermacam-macam logam jika dipanaskan akan
mema'njang. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kas'us yang
telah terjadi. Dengan menggunakan metode induktif, , dapat disusun suatu pengetahuan yang berlaku
secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.

Berdasarkan teori ini, akal hanya mengelola konsep gagasan inderawi. Hal itu dilakukannya
dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Kaum empiris juga menganggap akal sebagai
sejenis tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Akal berfungsi
untuk memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut padahal hubungan yang demikian itu bersifat
kemungkinan belaka dan pengetahuan kita tentang hubungan peristiwa tersebut sesungguhnya berasal dari
pengalaman. Karena itu, semua eksperimen selanjutnya seharusnya berdasarkan pada perkiraan, bukan
kepastian bahwa peristiwa yang akan datang kemungkinan cocok dengan yang lewat.

Jadi dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang
diperoleh dari pancaindera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.

Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain:

1) Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil? Ternyata tidak.
Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang
salah.
2) Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa dingin. Ini akan
menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3) Objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia
ditangkap oleh indera, ia membohongi indera.
4) Berasal dari indra dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu melihat seekor kerbau
secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar
diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.

Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat
dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata akal.
Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, bahkan ini memungkinkan
dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah
terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi fungsi pancaindera hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam
nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
9

Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep
tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
universal adalah abstraksi dari bendabenda konkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum tentang
kursi. Sebaliknya, bagi empirisme hukum tersebut tidak diakui.34

Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam ide dan bukunya di
dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang
menunjuk kepada kenyataan, kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja.

Akal, selain bekerja karena ada bahan dari indera, juga akal dapat menghasilkan pengetahuan yang
tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek
yang betul-betul abstrak.

Descartes, seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat
diragukan lagi, kebenaran itu, menurutnya adalah dia tidak ragu bahwa is ragu. la yakin kebenaran-kebenaran
semacam itu ada dan kebenaran tersebut dikenal dengan cahaya yang terang dari akal budi sebagai hal-hal
yang tidak dapat diragukan. Dengan demikian, akal budi dipahamkan sebagai sejenis perantara suatu teknik
deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran, artinya dengan melakukan
penalaran yang akhirnya tersusunlah pengetahuan .

Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide-ide yang menurut anggapannya jelas dan
dapat diterima. lde ini menurut mereka bukanlah ciptaan manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum
manusia berusaha memikirkannya. Fungsi pikiran manusia di sini hanyalah untuk mengenali prinsip-prinsip
tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat a priori dan dapat
diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya dan dengan mengetahui prinsip itulah maka kita
dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam slam sekitar kita.

Spinoza memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusun sistem rasionalisme atas dasar
ilmu ukur. Menurutnya, dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Artinya,
Spinoza yakin jika seseorang memahami makna yang terkandung oleh pernyataan, "sebuah garis lurus
merupakan jarak terdekat di antara dua buah titik". Maka seseorang mau tidak mau mengakui kebenaran
pernyataan itu. Menurutnya tidak perlu ada bukti-bukti yang lain kecuali makna yang dikandung kata-kata yang
digunakan.

Tetapi rasionalisme juga mempunyai kelemahan, seperti mengenai kritera untuk mengetahui akan
kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menurut orang lain
tidak. Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalisme adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis ini
semuanya bersumber pada penalaran induktif, karena premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran
rasional yang bersifat abstrak. Terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacam ini tidak dapat dilakukan.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
10

Dari dua aliran tersebut (empirisme dan rasionalisme) terlahirlah metode ilmiah atau pengetahuan
sains. Yang merupakan gabungan dari kedua aliran tersebut. Dalam hal ini pancaindera mengumpulkan data-
data, sedangkan akal menyimpulkan berdasarkan pada prinsip-prinsip universal, yang kemudian disebut
universal. Tapi kebenaran yang model ini bukan kebenaran mutlak, tapi kebenaran yang dekat pada hakikat,
yaitu menurut kesanggupan tertinggi dari akal dalam mendekati hakikat itu.

Namun teori ini pun mengalami kesulitan, karena data-data yang ada di alam tidak semuanya dapat
dikumpulkan karena alam terlalu besar. Yang dapat dikumpulkan hanya sebagian dari data-data yang ada dan
itu pun yang telah terjadi. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh belum sempurna, karena data-data yang
dikumpulkan tidak sempurna.

Adanya problem pada empirisme dan rasionalisme yang menghasilkan metode ilmiah melahirkan aliran
positivisme oleh August Comte dan Immanuel Kant. August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting
dalam memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen dan eksperimen itu sendiri memerlukan ukuran-
ukuran yang jelas seperti panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, dan lain sebagainya.
Kita tidak cukup mengatakan api panas atau matahari panas, kita juga tidak cukup mengatakan panas sekali,
panas, dan tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Dan sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.
Kebenaran diperoleh dengan akal dengan didukung bukti-bukti empiric yang terukur.

Dalam hal ini Kant juga menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah dihasilkan
oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam. Ia
mencontohkan bagaimana kita dapat menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa
penelitian yang mendalam dan eksperimen. Dari penelitian tersebut seseorang dapat mengambil kesimpulan
bahwa ada hubungan sebab akibat antara kuman tipus dan demam tipus.

Pada dasarnya aliran ini (yang diuraikan oleh August Comte dan Immanuel Kant) bukanlah suatu aliran
khas yang berdiri sendiri, tetapi is hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama
dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.

c. Intuisi

Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini
mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini
(intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung,
yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
11

Menurutnya, intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana
untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analistis atau pengetahuan yang

diperoleh lewat pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.43

Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara
teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.44 Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa
bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen intuisi merupakan "inteligensi yang
paling tinggi" dan bagi Maslow intuisi merupakan "pengalaman puncak" (peak experience).

Ada sebuah isme lagi yang barangkali mirip dengan intuisionisme, yaitu iluminasionisme. Aliran ini
berkembang di kalangan tokoh agama, yang di dalam agama Islam disebut Ma 'rifah, yaitu pengetahuan yang
datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran . Pengetahuan tersebut akan diperoleh oleh orang yang
hatinya telah bersih, telah siap, dan sanggup menerima pengetahuan tersebut.

Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara latihan, yang dalam
Islam disebut Riyadhah. Metode ini secara umum dipakai dalam Thariqat atau Tasawuf. Konon, kemampuan
orang-orang itu sampai bisa melihat Tuhan, berbincang dengan Tuhan, melihat surga, neraka, dan alam gaib
lainnya. Dari kemampuan ini dapat dipahami bahwa mereka tentu mempunyai pengetahuan tingkat tinggi yang
banyak sekali dan meyakinkan pengetahuan itu diperoleh bukan lewat indera dan bukan lewat akal, melainkan
lewat hati.

Menurut ajaran tasawuf, manusia itu dipengaruhi (ditutupi) oleh hal-hal material, dipengaruhi oleh
nafsunya. Bila nafsu dikendalikan, dan penghalang material (hijab) dapat disingkirkan, kekuatan rasa itu mampu
bekerja, mampu menangkap objek-objek gaib. Di dalam tasawuf ini digambarkan sebagai dalam keadaan fans,
jiwa mampu melihat alam gaib, dari situlah diperoleh pengetahuan.

Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat Barat dengan makrifat dalam Islam adalah kalau intuisi
diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam Islam makrifat diperoleh lewat
perenungan dan penyinaran dari Tuhan."

Pengetahuan dengan pencerahan ini dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan. Sebab, jika
pengetahuan korespondensi melibatkan objek di luar dirinya, maka pengetahuan dengan pencerahan
menyadarkan bahwa pengetahuan yang di luar hams didahului dengan pengetahuan tentang dirinya sendiri.

d. Wahyu

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
12

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan pars nabi.
Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu
untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa
mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka
dengan manusiamanusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan,
karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu
memang di luar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan membenarkan
semua yang berasal dari Nabi.

Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, balk mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau
oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan
manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti.

Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat
meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai
mengkaji dengan riset, pengalaman, dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

Sebelum kita membahas hakekat ilmu pengetahuan dan perbedaannya dengan pengetahuan, terlebih dahulu
akan dikemukakan serba sedikit tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.

C. PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Mempelajari sejarah ilmu pengetahuan itu penting, karena dengan mempelajari hal tersebut kita dapat
mengetahui tahap-tahap perkembangannya. Ilmu pengetahuan tidak langsung terbentuk begitu saja,
tetapi melalui proses, melalui tahap-tahap atau periode-periode perkembangan.

 Periode Pertama (abad 4 sebelum Masehi)

Perintisan “Ilmu pengetahuan” dianggap dimulai pada abad 4 sebelum Masehi, karena peninggalan-
peninggalan yang menggambarkan ilmu pengetahuan diketemukan mulai abad 4 sebelum Masehi. Abad 4
sebelum Masehi merupakan abad terjadinya pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos, dari
dongeng-dongeng ke analisis rasional. Contoh persepsi mitos adalah pandangan yang beranggapan bahwa
kejadian-kejadian misalnya adanya penyakit atau gempa bumi disebabkan perbuatan dewa-dewa. Jadi
pandangan tersebut tidak bersifat rasional, sebaliknya persepsi logos adalah pandangan yang bersifat
rasional. Dalam persepsi mitos, dunia atau kosmos dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan magis, mistis. Atau
dengan kata lain, dunia dijelaskan oleh faktor-faktor luar (eksternal). Sedang dalam persepsi rasional, dunia
dianalisis dari faktor-faktor dalam (internal). Atau dengan kata lain, dunia dianalisis dengan argumentasi yang

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
13

dapat diterima secara rasional atau akal sehat. Analisis rasional ini merupakan perintisan analisis secara
ilmiah, tetapi belum dapat dikatakan ilmiah.

Pada periode ini tokoh yang terkenal adalah Aristoteles. Persepsi Aristoteles tentang dunia adalah
sebagai berikut: dunia adalah ontologis atau ada (eksis). Sebelum Aristoteles dunia dipersepsikan tidak
eksis, dunia hanya menumpang keberadaan dewa-dewa. Dunia bukan dunia riil, yang riil adalah dunia ide.
Menurut Aristoteles, dunia merupakan substansi, dan ada hirarki substansi-substansi. Substansi adalah
sesuatu yang mandiri, dengan demikian dunia itu mandiri.

Setiap benda sempurna dalam dirinya dan mempunyai kemungkinan untuk mempunyai kesempurnaan.
Perubahan terjadi bila potensi berubah, dan perubahan tersebut direalisasikan.

Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal-hal
sebagai berikut:

1) Perihal Pengenalan
Menurut Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu: (1) pengenalan
inderawi; (2) pengenalan rasional. Menurut Aristoteles, pengenalan inderawi memberi
pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit dari suatu benda. Sedang pengenalan rasional
dapat mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan abstraksi.

2) Perihal Metode
Selanjutnya, menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Penggunaan prinsip atau
hukum berarti berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles, mengembangkan “ilmu
pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan “ilmu pengetahuan”
(teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan kualitas teori dan metode.
Selanjutnya, menurut Aristoteles, metode untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada
dua, yaitu: (1) induksi intuitif yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan
universal); (2) deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.

 Periode Kedua (abad 17 sesudah Masehi)


Pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena adanya perombakan
total dalam cara berpikir.

Perombakan total tersebut adalah sebagai berikut:

Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, Gallileo Gallilei (tokoh pada
awal abad 17 sesudah Masehi) cara berpikirnya bersifat analisis yang dituangkan dalam
bentuk kuantitatif atau matematis. Yang dimunculkan dalam berfikir ilmiah Aristoteles

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
14

adalah berpikir tentang hakekat, jadi berpikir metafisis (apa yang berada di balik yang
nampak atau apa yang berada di balik fenomena).

Abad 17 meninggalkan cara berpikir metafisis dan beralih ke elemen-elemen yang terdapat pada
sutau benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat. Dengan demikian bukan substansi tetapi elemen-
elemen yang merupakan kesatuan sistem. Cara berpikir abad 17 mengkonstruksi suatu model
yaitu memasukkan unsur makro menjadi mikro, mengkonstruksi suatu model yang dapat diuji coba
secara empiris, sehingga memerlukan adanya laboratorium. Uji coba penting, untuk itu harus
membuat eksperimen. Ini berarti mempergunakan pendekatan matematis dan pendekatan
eksperimental. Selanjutnya apabila pada jaman Aristoteles ilmu pengetahuan bersifat ontologis,
maka sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip-prinsip yang kuat yaitu jelas dan
terpilah-pilah (clearly and distinctly) serta disatu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain
berpihak pada materi. Prinsip jelas dan terpilah-pilah dapat dilihat dari pandangan Rene Descartes
(1596-1650) dengan ungkapan yang terkenal, yaitu Cogito Ergo Sum, yang artinya karena aku
berpikir maka aku ada. Ungkapan Cogito Ergo Sum adalah sesuatu yang pasti, karena berpikir
bukan merupakan khayalan. Suatu yang pasti adalah jelas dan terpilah-pilah. Menurut Descartes
pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemeriksaan rasio (dalam
Hadiwijono, 1981). Pengamatan merupakan hasil kerja dari indera (mata, telinga, hidung, dan lain
sebagainya), oleh karena itu hasilnya kabur, karena ini sama dengan pengamatan binatang. Untuk
mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan
kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran yang pasti menurut Descartes dikemukakan melalui
keragu-raguan. Keragu-raguan menimbulkan kesadaran, kesadaran ini berada di samping materi.
Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak pada materi
juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808). Menurut Immanuel Kant ilmu
pengetahuan itu bukan merupakan pangalaman terhadap fakta saja, tetapi merupakan hasil
konstruksi oleh rasio.

Agar dapat memahami pandangan Immanuel Kant tersebut perlu terlebih dahulu mengenal
pandangan rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mementingkan unsur-unsur apriori dalam
pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman. Sedangkan empirisme
menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman. Menurut
Immanuel Kant, baik rasionalisme maupun empirisme dua-duanya berat sebelah. Ia berusaha
menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan keterpaduan atau sintesa antara unsur-unsur
apriori dengan unsur-unsur aposteriori (dalam Bertens, 1975). Oleh karena itu Kant berpendapat
bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Sehingga dapat dikatakan
menurut Kant ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman saja, tetapi hasil konstruksi oleh rasio.

Inilah pandangan Rene Descartes dan Immanuel Kant yang menolak pandangan
Aristoteles yang bersifat ontologis dan metafisis. Banyak tokoh lain yang meninggalkan
pandangan Aristoteles, namun dalam makalah ini cukup mengajukan dua tokoh tersebut,
kiranya cukup untuk menggambarkan adanya pemikiran yang revolusioner dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.

D. FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
15

Sebelum Metode Penelitian dengan pendekatan Kualitatif atau Metode Penelitian Kualitatif, akan
diuraikan terlebih dahulu apa Perbedaan Ilmu Pengetahuan Ilmiah ( Science) dengan Pengetahuan (Knowledge).
Mengapa demikian ? Kedua metode Penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif digunakan untuk
mengembangkan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science). Oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu apa itu Ilmu
Pengetahuan Ilmiah dan perbedaanya dengan Pengetahuan. Dengan dipahaminya Ilmu Pengetahuan Ilmiah
akan mempermudah memahami Metode Penelitian Ilmiah dan kaitan antara keduanya. Berikut ini akan
disinggung sedikit tentang Filsafat dan perbedaannya dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan.

Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya
memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan
mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut
direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga
dihasilkan pemahaman yang mendalam.

Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat
fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping
membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi
objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan
objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat.

Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya,
maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu
pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu
mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.

Persamaan dan perbedaan antara Filsafat dan Agama adalah sebagai berikut. Persamaan antara
Filsafat dan Agama adalah semuanya mencari kebenaran. Sedang perbedaannya Filsafat bersifat rasional yaitu
sejauh kemampuan akal budi, sehingga kebenaran yang dicapai bersifat relatif. Agama berdasarkan iman atau
kepercayaan terhadap kebenaran agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan YME, dengan demikian
kebenaran agama bersifat mutlak.

Kajian filsafat meliputi ruang lingkup yang disusun berdasarkan pertanyaan filsuf terkenal Immanuel Kant
sebagai berikut:

1) Apa yang dapat saya ketahui


Pertanyaan ini mempunyai makna tentang batas mana yang dapat dan mana yang tidak dapat
diketahui. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena. Fenomena selalu dibatasi oleh
ruang dan waktu. Hal ini menjadi dasar bagi Epistomologi. Eksistensi Tuhan bukan merupakan kajian
Epistomologi karena berada di luar jangkauan indera. Bahan kajian Epistomologi adalah yang berada
dalam jangkauan indera. Kajian Epistomologi adalah fenomena sedang eksistensi Tuhan merupakan

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
16

objek kajian Metafisika. Epistomologi meliputi: Logika Pengetahuan ( Knowledge), Ilmu Pengetahuan
Ilmiah (Science) dan Metodologi.

2) Apa yang harus saya lakukan


Pertanyaan ini mempersoalkan nilai (values), dan disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai apa yang
digunakan sebagai dasar dari perilaku. Kajian Axiologi meliputi Etika atau nilai-nilai keutamaan atau
kebaikan dan Estetika atau nilai-nilai keindahan.

3) Apa yang dapat saya harapkan


Pengetahuan manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah sampai batas pengetahuannya,
manusia hanya bisa mengharapkan. Hal ini berkaitan dengan being, yaitu hal yang ”ada”, misalnya
permasalahan tentang apakah jiwa manusia itu abadi atau tidak, apakah Tuhan itu ada atau tidak.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terjawab oleh Ilmu Pengetahuan Ilmiah, tetapi oleh Religi.
Refleksi tentang Being terbagi lagi menjadi dua, yaitu Ontologi yaitu struktur segala yang ada, realitas,
keseluruhan objek-objek yang ada, dan Metafisika yaitu hal-hal yang berada di luar jangkauan indera,
misalnya jiwa dan Tuhan.

Selanjutnya akan dibahas salah satu bidang kajian Filsafat, yaitu Filsafat Ilmu Pengetahuan, karena bidang ini
membahas hakekat ilmu pengetahuan ilmiah (science). Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4
(empat) hal, yaitu:

1. Sumber ilmu pengetahuan

Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan dari mana ilmu pengetahuan itu


diperoleh. Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio).
Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. Aliran
empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri atau
pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John Locke
(1632-1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan ratio.
Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang digunakan
aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan metode
deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme dan
rasionalisme.

2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan

Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya
terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang ada di dalamnya tidak
dapat kita tangkap dengan panca indera disebut nomenon. Apa yang dapat kita
tangkap dengan panca indera itu adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu
saja tetapi harus lebih dari sekedar yang dapat ditangkap panca indera. Yang dapat
kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap dengan panca indera adalah
hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
17

Yang berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera kita, itu
terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif:

1) ide kosmologis yaitu tentang semesta alam (kosmos), yang tidak dapat kita
jangkau dengan panca indera,

2) ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak dapat kita
tangkap dengan panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera kita
adalah manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan berpikirnya, dan
lain-lain,

3) ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.

Ide psikologis yaitu tentang jiwa manusia, yang tidak dapat kita tangkap dengan
panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera kita adalah
manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan berpikirnya, dan lain-
lain, ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.

3. Strukturnya

Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin kita
ketahui adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis
demarkasi yang tajam. Namun demikian sebenarnya dapat dijembatani dengan
mengadakan dialektika. Jadi sebenarnya garis demarkasi tidak tajam, karena apabila
dikatakan subjek menghadapi objek itu salah, karena objek itu adalah subjek juga,
sehingga dapat terjadi dialektika. Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat
kita tangkap dengan panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan
waktu.

4, Keabsahan

Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan


itu sah berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai (axiologi), dan
kebenaran itu adalah suatu relasi.

Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada


korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang terlihat dari pernyataan yang
diungkapkan dengan realita.

a. Teori Korespondensi, terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan


dengan kenyataan atau realita.

b Teori Koherensi, terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan


yang lain. Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
18

yang lain.

c Teori Pragmatis, yang dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme


adalah tradisi dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme,
dan realisme. Aliran Pragmatisme timbul di Amerika Serikat. Kebenaran
diartikan berdasarkan teori kebenaran pragmatisme.

E. CIRI-CIRI ILMU PENGETAHUAN ILMIAH

Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang menelaah baik ciri-ciri ilmu pengetahuan
ilmiah maupun cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan ilmiah. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah adalah sebagai
berikut:

1. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Sistematis

Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan
setiap gejala selalu berlandaskan suatu teori. Atau dapat dikatakan bahwa teori dipergunakan sebagai sarana
untuk menjelaskan gejala dari kehidupan sehari-hari. Tetapi teori itu sendiri bersifat abstrak dan merupakan
puncak piramida dari susunan tahap-tahap proses mulai dari persepsi sehari-hari/ bahasa sehari-hari,
observasi/konsep ilmiah, hipotesis, hukum dan puncaknya adalah teori.

Ciri-ciri yang sistematis dari ilmu pengetahuan ilmiah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Teori

Hukum

Hipotesis

Hasil observasi (konsep ilmiah)

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
19

Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari)

Gambar : Piramida Ilmu Pengetahuan Ilmiah

a) Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari)


Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang biasanya disampaikan dalam
bahasa sehari-hari diobservasi agar dihasilkan makna. Dari observasi ini akan dihasilkan konsep
ilmiah.

b) Observasi (konsep ilmiah).


Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah perlu ada definisi.

Dalam menyusun definisi perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan.

1) Definisi Speculatif.
Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian tidak dapat dinyatakan
apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau salah tidak menjadi masalah, tetapi
yang penting adalah konsisten (taat asas). Contoh adalah pernyataan dalam Akta Notaris:
Dalam Perjanjian ini si A disebut sebagai Pihak Pertama, si B disebut sebagai Pihak Kedua.

2) Definisi Operasional
Definisi ini biasanya berkaitan dengan pengukuran (assessment) yang banyak dipergunakan
oleh ilmu pengetahuan ilmiah. Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang
didefinisikan terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan. Contoh:
”Yang dimaksud inteligensi dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang yang
dinyatakan dengan skor tes inteligensi”.

3) Definisi Teoritis
Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah berdasarkan teori tertentu.
Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu menggunakan teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud.

4). Definisi Persuasif.

Definisi yang mengandung pada anjuran

(persuasif). Dalam definisi ini terkandung anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Contoh: ”Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji”. Dalam
definisi tersebut secara implisit terkandung anjuran agar orang tidak membunuh, karena tidak
baik (berdosa menurut Agama apapun).

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
20

c) Hipotesis
Dari konsep ilmiah yang merupakan pernyataan-pernyataan yang mengandung informasi, 2 (dua)
pernyataan digabung menjadi proposisi. Proposisi yang perlu diuji kebenarannya disebut hipotesis.

d) Hukum
Hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil atau hukum.

e) Teori
Keseluruhan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak bertentangan satu sama lain serta dapat
menjelaskan fenomena disebut teori.

2. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Dapat Dipertanggungjawabkan.

Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem, yaitu:

a) Sistem axiomatis
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari
kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau konkret. Atau mulai teori umum menuju
fenomena/gejala konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis. Umumnya yang menggunakan
metode ini adalah ilmu-ilmu formal, misalnya matematika.

b) Sistem empiris
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu teori mulai dari gejala/ fenomena khusus
menuju rumus umum atau teori. Jadi bersifat induktif dan untuk menghasilkan rumus umum
digunakan alat bantu statistik. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu pengetahuan
alam dan sosial.

c) Sistem semantik/linguistik
Dalam sistem ini kebenaran didapatkan dengan cara menyusun proposisi-proposisi secara ketat.
Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu bahasa (linguistik).

3. Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Objektif atau intersubjektif

Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak (intersubjektif). Ilmu
pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan (subjektif) tetapi
merupakan konsensus antar subjek (pelaku) kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu pengetahuan ilmiah
itu harus ditopang oleh komunitas ilmiah.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
21

F. CARA KERJA ILMU PENGETAHUAN ILMIAH

Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah untuk mendapatkan kebenaran yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Penjelasan tentang langkah-langkah Metodologis adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama.

Ada masalah yang harus dipecahkan. Seluruh langkah ini (5 langkah) oleh Popper disebut
Epistomology Problem Solving. Untuk pemecahan masalah tersebut diperlukan kajian pustaka
(inferensi logis) guna mendapatkan teori-teori yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

b. Langkah kedua.
Selanjutnya dari teori disusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis diperlukan metode deduksi logis.

2. Langkah ketiga.
Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis perlu adanya observasi. Sebelum melakukan observasi
perlu melakukan interpretasi teori yang digunakan sebagai landasan penyusunan hipotesis dalam
penelitian adalah penyusunan kisi-kisi/dimensi-dimensi, kemudian penyusunan instrumen pengumpulan
data, penetapan sampel dan penyusunan skala.

3. Langkah keempat.
Setelah observasi, selanjutnya melakukan pengukuran (assessment), penetapan sampel, estimasi
kriteria (parameter estimation). Langkah tersebut dilakukan guna mendapatkan generalisasi empiris
(empirical generalization).

4. Langkah kelima.
Generalisasi emperis tersebut pada hakekatnya merupakan hasil pembuktian hipotesis. Apabila
hipotesis benar akan memperkuat teori (verifikasi). Apabila hipotesis tidak terbukti akan memperlemah
teori (falsifikasi).

5. Langkah keenam.
Hasil dari generalisasi empiris tersebut dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan konsep,
pembentukan proposisi. Pembentukan atau penyusunan proposisi ini dipergunakan untuk memperkuat
atau memantapkan teori, atau menyusun teori baru apabila hipotesis tidak terbukti.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
22

B. BEDA ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan (knowledge
atau dapat juga disebut common sense). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu
pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua pengertian tersebut.
Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan akan dicoba dibahas disini.

Mempelajari apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau membahas esensi atau hakekat ilmu
pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti membahas hakekat pengetahuan. Untuk
itu kita perlu memahami serba sedikit Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu
Pengetahuan di samping akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita tidak akan
terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat
ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu
lain, dapat berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain.

Dengan demikian kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.

Perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Pengetahuan

Terdapat beberapa definisi ilmu pengetahuan, di antaranya adalah:

a) Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.


Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b) Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.


Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat
materi.

c) Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.


Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak hanya hasil/metode eksperimental
semata, tetapi juga hasil pengamatan, wawancara. Atau dapat dikatakan definisi ini tidak
memberikan tali pengikat yang kuat untuk menyatukan hasil eksperimen dan hasil pengamatan
(Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).

d) Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan
empiris.
Definisi ini mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-prinsip umum berdasarkan
berbagai hasil pengamatan. Definisi ini memberikan tempat adanya hipotesa, sebagai ramalan
akan hasil pengamatan yang akan datang. Definisi ini juga mengakui pentingnya pemikiran
spekulatif atau metafisik selama ada kesesuaian dengan hasil pengamatan. Namun demikian,
definisi ini tidak bersifat hitam atau putih. Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian
pengamatan dengan penelitian lebih lanjut.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
23

Kebenaran yang disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan kesimpulan logis
berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila kesimpulan tersebut hanya merupakan akal sehat,
walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi
masih pada taraf pengetahuan. Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan,
namun haruslah merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan
pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal .
Ini berarti terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka konseptual yang telah dikaji dan
diuji secara kritis atau telah dilakukan penelitian atau percobaan terhadap kerangka konseptual tersebut.

Berdasarkan pemahaman tersebut maka pandangan yang bersifat statis ekstrim, maupun yang bersifat
dinamis ekstrim harus kita tolak. Pandangan yang bersifat statis ekstrim menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan cara menjelaskan alam semesta di mana kita hidup. Ini berarti ilmu pengetahuan dianggap sebagai
pabrik pengetahuan. Sementara pandangan yang bersifat dinamis ekstrim menyatakan ilmu pengetahuan
merupakan kegiatan yang menjadi dasar munculnya kegiatan lebih lanjut. Jadi ilmu pengetahuan dapat
diibaratkan dengan suatu laboratorium. Bila kedua pandangan ekstrim tersebut diterima, maka ilmu pengetahuan
akan hilang musnah, ketika pabrik dan laboratorium tersebut ditutup.

Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan
dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori,
prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru. Oleh karena
itu, ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah
berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut (Ziman J.
dalam Qadir C.A., 1995). Pengertian percobaan di sini adalah pengkajian atau pengujian terhadap kerangka
konseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian (pengamatan dan wawancara) atau dengan percobaan
(eksperimen).

Selanjutnya John Ziman menjelaskan bahwa definisi tersebut memberi tekanan pada makna manfaat,
mengapa? Kesahihan gagasan baru dan makna penemuan eksperimen baru atau juga penemuan penelitian
baru (menurut penulis) akan diukur hasilnya yaitu hasil dalam kaitan dengan gagasan lain dan eksperimen lain.
Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai
penyelidikan yang berhasil hanya sampai pada tingkat yang bersinambungan (Ziman J. dalam Qadir C.A., 1995).

Bila kita analisis lebih lanjut perlu dipertanyakan mengapa definisi ilmu pengetahuan di atas
menekankan kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru, berarti juga menghasilkan
penelitian baru yang pada gilirannya menghasilkan teori baru dan seterusnya – berlangsung tanpa
berhenti. Mengapa ilmu pengetahuan tidak menekankan penerapannya? Seperti yang dilakukan para
ahli fisika dan kimia yang hanya menekankan pada penerapannya yaitu dengan mempertanyakan
bagaimana alam semesta dibentuk dan berfungsi? Bila hanya itu yang menjadi penekanan ilmu
pengetahuan, maka apabila pertanyaan itu sudah terjawab, ilmu pengetahuan itu akan berhenti. Oleh

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
24

karena itu, definisi ilmu pengetahuan tidak berorientasi pada penerapannya melainkan pada
kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru atau penelitian baru , dan pada gilirannya
menghasilkan teori baru.

Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada hakikatnya bukan merupakan ilmu
pengetahuan, tetapi merupakan akal sehat (common sense). Selanjutnya untuk membedakan hasil akal sehat
dengan ilmu pengetahuan William James yang menyatakan hasil akal sehat adalah sistem perseptual, sedang
hasil ilmu pengetahuan adalah sistem konseptual (Conant J. B. dalam Qadir C. A., 1995). Kemudian bagaimana
cara untuk memantapkan atau mengembangkan ilmu pengetahuan? Berdasarkan definisi ilmu pengetahuan
tersebut di atas maka pemantapan dilakukan dengan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan.

Perlu dipertanyakan pula bagaimana hubungan antara akal sehat yang menghasilkan perseptual
dengan ilmu pengetahuan sebagai konseptual. Jawabannya adalah akal sehat yang menghasilkan pengetahuan
merupakan premis bagi pengetahuan eksperimental (Conant, J.B. dalam Qadir C.A., 1995). Ini berarti
pengetahuan merupakan masukan bagi ilmu pengetahuan, masukan tersebut selanjutnya diterima sebagai
masalah untuk diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian dapat berbentuk teori baru.

Sedangkan Ernest Nagel secara rinci membedakan pengetahuan (common sense) dengan ilmu pengetahuan
(science).

Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dalam common sense


Informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana.
Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu
dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat
dikontrol dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian
berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.

b. Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.


Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum
tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian-
penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan
(eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common sense
cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan
emosi dan perasaan.

c. Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan,


Ilmu pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-pola eksplanasi sistematik
sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan. Dengan menunjukkan hubungan logis dari
proposisi yang satu dengan lainnya, ilmu pengetahuan tampil mengatasi konflik.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
25

d. Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap,


Sedang kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalam
ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan
sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.

e. Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan


untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense biasanya
mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu pengetahuan merupakan konsep-
konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi secara empirik.

f. Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.


Ilmu pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan alam ( sains),
metoda yang dipergunakan adalah metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan
verifikasi. Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakan metode pengamatan,
wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Dalam common sense cara
mendapatkan pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan panca indera.

Dari berbagai uraian berdasarkan pandangan tokoh-tokoh tersebut dapatlah dikatakan: ilmu
pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan yang memberi tempat
pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang
sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal.

Sedang pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat
bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik
dan tidak objektif serta tidak universal.

Proses Terbentuknya Ilmu Pengetahuan

a) Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan Ilmiah


Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu terlebih dahulu
diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah.

Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada
Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus
memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) Sistematik;
yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2) Objektif;
atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh
orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
3) Dapat dipertanggungjawabkan;
yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima
oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah
diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.

Pandangan ini sejalan dengan pandangan Parsudi Suparlan yang menyatakan bahwa Metode
Ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Selanjutnya dinyatakan
bahwa penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah. Sedangkan penelitian
ilmiah harus dilakukan secara sistematik dan objektif (Suparlan P., 1994). Penelitian ilmiah sebagai
pelaksanaan metode ilmiah harus sestematik dan objektif, sedang metode ilmiah merupakan suatu

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
26

kerangka bagi terciptanya ilmu pengetahuan ilmiah. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan juga
mempersyaratkan sistematik dan objektif .

Sebuah teori pada dasarnya merupakan bagian utama dari metode ilmiah. Suatu kerangka
teori menyajikan cara-cara mengorganisasikan dan menginterpretasi-kan hasil-hasil penelitian, dan
menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang dibuat sebelumnya. Jadi peranan metode
ilmiah adalah untuk menghubungkan penemuan-penemuan ilmiah dari waktu dan tempat yang
berbeda. Ini berarti peranan metode ilmiah melandasi corak pengetahuan ilmiah yang sifatnya
akumulatif. Dari uraian tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa proses terbentuknya ilmu
pengetahuan ilmiah melalui metode ilmiah yang dilakukan dengan penelitian-penelitian ilmiah .

Pembentukan ilmu pengetahuan ilmiah pada dasarnya merupakan bagian yang penting dari
metode ilmiah. Suatu ilmu pengetahuan ilmiah menyajikan cara-cara pengorganisasian dan
penginterpretasian hasil-hasil penelitian, dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang
dibuat sebelumnya oleh peneliti lain. Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan ilmiah merupakan suatu
proses akumulasi dari pengetahuan.

Di sini peranan metode ilmiah penting yaitu menghubungkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah


dari waktu dan tempat yang berbeda. Walaupun dalam ilmu pengetahuan alam ( sains) metode ilmiah
menekankan metode induktif guna mengadakan generalisasi atas fakta-fakta khusus dalam rangka
penelitian, penciptaan teori dan verifikasi, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial, baik metode induktif maupun
deduktif sama-sama penting. Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode
ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,
1994).

Jadi jelaslah bahwa ilmu pengetahuan bukan merupakan kumpulan pengetahuan atau
kumpulan fakta-fakta empirik. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena fakta-fakta empirik itu
sendiri agar mempunyai makna, fakta-fakta tersebut harus ditata, diklasifikasi, dianalisis, digeneralisasi
berdasarkan metode yang berlaku serta dikaitkan dengan fakta yang satu dengan yang lain.

Dalam ilmu-ilmu sosial prinsip objektivitas merupakan prinsip utama dalam metode ilmiahnya. Hal ini
disebabkan ilmu sosial berhubungan dengan kegiatan manusia sebagai mahluk sosial dan budaya
sehingga tidak terlepas adanya hubungan perasaan dan emosional antara peneliti dengan pelaku yang
diteliti.

F. SIAPA ITU SEORANG FILSUF

Kita sudah melihat bahwa Filsafat dapat diteliti dari dua aspek utama, yaitu sebagai pandangan hidup
atau sikap hidup dan sebagai ilmu. Filsafat itu bermula dari rasa kagum dan heran, dan ini lalu menimbulkan
banyak pertanyaan dalam diri manusia. Karena itu dari aspek ini secara natural, semua manusia yang memiliki
semua aspek manusiawi yang lengkap, adalah filsuf yang mampu melontarkan pertanyaan dan mampu juga
menjawabi semua pertanyaan itu.

Seorang bapak atau ibu rumah tangga secara natural juga adalah seorang filsuf. Dia memiliki otak
untuk berpikir dan otak ini dilengkapi dengan Kati yang memperkokoh fungsi kehendak dalam dirinya. Dia dapat
berpikir dengan bijaksana karena ia memiliki semua kelcngkapan dan kapasitas mental dalam dirinya. Karena itu
dia dapat merencanakan kehidupan keluarga, membuat pertitnbangan dan mengambil keputusan untuk
kepentingan keluarganya. Dia memikirkan masa derail keluarganya dengan rencana pendidikan dan

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
27

persekolahan anak yang baik dan bahkan mengharapkan agar putera atau puterinya akin hidup jauh lebih baik di
masa mendatang dibandingkan dengan hidupnya sekarang ini. la dapat membuat refleksi tentang masa
lampaunya dan berdasarkan apa yang terjadi pada masa lampau dia menciptakan masa kininya lewat tindakan
dan aktivitas hidupnya sendiri. Dan berdasarkan masa kininya ia dapat membuat rencana dan ramalan untuk
masa depannya. Ia memiliki pengalaman dan cita-cita atau ideal untuk masa depannya sendiri. Dia secara
alamiah adalah seorang filsuf.

Seorang tukang kebun di daerah lahan kering, yang melulu tergantung pada musim dan hujan, harus
juga banyak berpikir dan berpikir dengan bijaksana untuk bisa memperoleh suatu hidup yang lebih baik. Dia
harus memperhitungkan musim secara baik agar dia bisa menanam pada waktunya. Kalau tanahnya terjal dan
berbukit-bukit ia harus pandai juga membuat pematang atau terasering agar tanah yang baik tidak dihanyutkan
erosi dan Menjadikan tanahnya tidak subur. Kalau tidak ada hujan dan terlalu kering dia juga bisa mencari jalan
lain, entah dengan menyiram atau memupuki tanahnya jika ternyata tanamannya tidak bertumbuh baik dan layu.

Setiap orang memiliki filsafat berpikir atau pandangan hidupnya tersendiri sesuai dengan latarbelakang
hidup, sejarah, pendidikan dan kebudayaan. Bagaimana ia memandang dunianya, dirinya sendiri dan orang lain
serta Yang Ilahi juga metnperlihatkan bahwa dia sendiri sedang berfilsafat. Melalui semua kemampuan ini orang
kebanyakan atau setiap manusia dapat berfilsafat dan di sini semua orang adalah filsuf.

Namun Filsafat juga dilihat sebagai ilmu dan sebagai ilmu ia memiliki sistematika, metodologi kerja, dan
objek atau sasaran tertentu yang mau dicapai. Dan orang yang selalu berkecimpung dalam dunia berpikir yang
sistematis dan metodis juga dikenal sebagai filsuf atau pemikir. Seorang filsuf adalah seorang yang mampu
berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Dia mampu menggali sampai ke akar-akar pemikiran manusia; dia mampu
mengolah ide-ide dalam kesatuan dan kalau perlu mampu menemukan hal-hal Baru dalam dunia berpikir.
Seorang filsuf juga seharusnya adalah orang yang rendah hati, terbuka dan dapat memperkenalkan pelbagai
paham yang bertentangan, dan dengan demikian ia dapat menyelesaikan pelbagai masalah dan kemelut dalam
masyarakat. Perlu diketahui bahwa filsafat dimulai dengan dan dari permasalahan dan lewat pelbagai pemikiran
dan pengamatan ia juga dapat menuntaskan persoalan atau masalah yang dihadapi.

Untuk bisa mengetahui apa dan siapa itu seorang filsuf, kita perlu tahu beberapa prinsip dalam
berfilsafat. Perlu diketahui bahwa berfilsafat itu selalu mendasarkan diri pada pengalaman sadar, dan oleh
karena itu harus terarah kepada realitas dan ini harus dibedakan dari mengelamun, yang tidak memiliki arch dan
sasaran tertentu. Cara berfilsafat yang normal haruslah bermula dari pengalaman konkret oleh seorang calon
filsuf. Oleh Plato dan Aristoteles, filsafat berawal dari rasa heran dan kagum yang timbul dari masalah-masalah
data soal-soal yang sulit dipecahkan (aporia).

F. PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

1. Apa yang dimaksud dengan Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Jelaskan
2. Apa yang dimaksud Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas
berarti semua adanya kehadiran eksternal objek dalam subjek. Berikan penjelasan?.
3. John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran. Berikan penjelasan?.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
28

4. Pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat Jelaskan


5. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Jelaskan

6. Apa yang dimaksud pengetahuan yang sifatnya prailmiah dengan pengetahuan ilmiah.
Jelaskan
7. Apa yang dimaksud dengan syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah:
hams memiliki objek tertentu (formal dan material) dan hams bersistem (hams runtut).
Berikan penjelasan?.
8. Apa yang dimaksud dengan "Ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan" Jelaskan
9. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal barn, karena dia hidup bukan sekedar
untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Berikan penjelasan?.
10 Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia yang disebabkan dua hal utama, yakni pertama
. manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu." Berikan penjelasan?.

11 Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu. Berikan penjelasan?.
.
12 Sebenarnya, realisme dan idealisme memiliki kelemahankelemahan tertentu. Jelaskan,
.
13 Apa yang dimaksud dengan Semua orang mengakui memiliki pengetahuan.
. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat.
Jelaskan
14 John Locke (1632-1704), bapak empiris Britania mengemukakan teori tabula rasa
. (sejenis buku catatan kosong). Berikan penjelasan?.
15 David Flume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa
. pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Berikan penjelasan?.
16 pengetahuan yang diperoleh belum sempurna, karena data-data yang dikumpulkan tidak
. sempurna. Berikan penjelasan?.
17 Jadi dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang
. diperoleh dari pancaindera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang
kabur. Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, Berikan penjelasan?.

18 August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh ilmu
. pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Berikan penjelasan?.
19 Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
. pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat
dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar
tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Berikan penjelasan?.
20 Mempelajari sejarah ilmu pengetahuan itu penting, karena dengan mempelajari hal
. tersebut kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangannya. Ilmu pengetahuan tidak
langsung terbentuk begitu saja, tetapi melalui proses, melalui tahap-tahap atau periode-
periode perkembangan. Berikan penjelasan?.
21 Apa Perbedaan Ilmu Pengetahuan Ilmiah ( Science) dengan Pengetahuan (Knowledge).
. Berikan penjelasan?.
22 Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan
. pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, Berikan penjelasan?.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec
29

23 Kajian filsafat meliputi ruang lingkup yang disusun berdasarkan pertanyaan filsuf terkenal
Immanuel Kant Berikan penjelasan?.
24 Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal. Apa betul?. Berikan
. penjelasan?.
25 Ciri-ciri yang sistematis dari ilmu pengetahuan ilmiah. Berikan penjelasan?.
.
26 Sebutkan serta jelaskan Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah Berikan penjelasan?.
.
27 Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem,
. Apa betul?. Berikan penjelasan?.
28 Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan Ilmiah Harus Objektif atau intersubjektif,. Berikan
. penjelasan?.

29 Cara kerja Ilmu Pengetahuan Ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Berikan


. penjelasan?.
30 Ilmu pengetahuan (science) mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengetahuan
. (knowledge atau dapat juga disebut common sense). Orang awam tidak memahami atau
tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Apa betul?.
Berikan penjelasan?.
Berikan uraian, siapa yang bisa disebut Filsuf.
31
.

Materi Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu BAB. Ke Tiga - FEB Untag Surabaya by Sigit Sardjono, DR. M.Ec

Anda mungkin juga menyukai