• Pengertian ilmu
Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab alima dan berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ini dalam Bahasa Indonesia kita equivalenkan dengan
istilah science. Science berasal dari Bahasa Latin: Scio, Scire yang juga
berarti pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai
macam pengetahuan.
Apa isi pengetahuan ilmu itu? Ilmu mengandung tiga kategori, yaitu
hipotesis, teori, dan dalil hukum. Ilmu itu haruslah sistematis dan
berdasarkan metodologi, ia berusaha mencapai generalisasi. Dalam kajian
ilmiah, kalau data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup,
ilmuwan baru hanya mengeluarkan hipotesis. Hipotesis ialah dugaan
pikiran berdasarkan sejumlah data. Hipotesis memberi arah pada
penelitian dalam menghimpun data. Data yang cukup sebagai hasil
penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila data itu valid, hipotesis
akan menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori. Jika teori mencapai
generalisasi yang umum, maka akan menjadi dalil dan bila teori
memastikan hubungan sebab-akibat yang serba tetap, ia akan menjadi
hukum (Suaedi,2016:20).
• Pengertian pengetahuan
Secara etimologi spengetahuan berasal dari kata Bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam dalam encyclopediaofphilosophy dijelaskan
bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Menurut
Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
Relasi yang paling ideal antara Iptek dan nilai budaya serta agama
tentu terletak pada fenomena pertama, meskipun hal tersebut belum dapat
berlangsung secara optimal, mengingat keragaman agama dan budaya di
Indonesia itu sendiri. Keragaman tersebut disatu pihak dapat menjadi
kekayaan, tetapi dipihak lain dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena
itu, diperlukan sikap inklusif dan toleran dimasyarakat untuk mencegah
timbulnya konflik. Untuk itu, komunikasi yang terbuka danegaliter
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Fenomena kedua yang menempatkan pengembangan iptek diluar nilai
budaya dan agama, jelas bercorak positivistis. Kelompok ilmuwan dalam
fenomena kedua ini menganggap intervensi faktor eksternal justru dapat
mengganggu objektivita silmiah. Fenomena ketiga yang menempatkan
nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang lebih
memadai dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di
Indonesia.Sebab iptek yang berkembang diruang hampa nilai, justru akan
menjadi bumerang yang membahayakan aspek kemanusiaan.
5. Bagaimana perkembangan ilmu pada masa pra yunani kuno, yunani kuno,
abad pertengahan, renasissance, modern, dan kontemporer?
d. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah
zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah
manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campurtangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern
sudah mulai dirintis pada zaman renaissance Ilmu pengetahuan yang
berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh
yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
Galileo Galilei.
e. ZamanModern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern
sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene
Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene
Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti
adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y alam
bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk
hidup). J.J Thompson dengan temuannya yaitu electron.
Perkembangan Iptek yang saat ini terjadi berawal dari dunia barat
dan mengakhiri masa kegelapan the dark age. Lahirlah era yang disebut
sejarah renaissance dan humanisme. Setalah ilmu pengetahuan yang terus
berkembang, puncak dari pemikiran manusia yang disebut modern itu
yakni lahirnya revolusi industri, Revolusi industrilah sebagai cikal bakal
adanya teknologi.
Relasi yang paling ideal antara Iptek dan nilai budaya serta agama
tentu terletak pada fenomena pertama, meskipun hal tersebut belum dapat
berlangsung secara optimal, mengingat keragaman agama dan budaya di
Indonesia itu sendiri. Keragaman tersebut disatu pihak dapat menjadi
kekayaan, tetapi dipihak lain dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena
itu, diperlukan sikap inklusif dan toleran dimasyarakat untuk mencegah
timbulnya konflik. Untuk itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Fenomena kedua yang menempatkan pengembangan iptek diluar nilai
budaya dan agama, jelas bercorak positivistis. Kelompok ilmuwan dalam
fenomena kedua ini menganggap intervensi faktor eksternal justru dapat
mengganggu objektivitas ilmiah. Fenomena ketiga yang menempatkan
nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang lebih
memadai dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di
Indonesia. Sebab iptek yang berkembang diruang hampa nilai, justru akan
menjadi bumerang yang membahayakan aspek kemanusiaan.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai
budaya dan agama dari Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia mengakomodir seluruh
aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian
pula halnya dalam aktivitas ilmiah. Oleh karenai tu, perumusan Pancasila
sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan
sesuatu yang bersifat niscaya. Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas
dari nilai ideologi bangsa, justru dapat mengakibatkan tumbuhnya
sekularisme, seperti yang terjadi pada zaman renaissance di Eropa. Bangsa
Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan tumbuh sejak
lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu
tidak berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu
berkembang tanpa arah dan orientasi yang jelas (Dikti,2016:196-197).
Apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak? Menurut Surajiyo (2004:134)
Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu
bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari
pengaruh eksternal seperti: faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan
unsur kemasyarakatan lainnya;
b. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu. Pengetahuan
terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersediadan
penentuandiri,
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri
bersifat universal.
TUGAS LANJUTAN