Anda di halaman 1dari 12

Email: rahmathiasjusuf@iain-manado.ac.

id

VALIDITAS PENGETAHUAN DAN SAINS MODERN

Salah satu tujuan Islam adalah untuk memberi tuntunan sehingga manusia1
dapat memiliki dan menikmati hidup, dan kehidupan secara layak, wajar dan
manusiawi. Islam merupakan salah satu agama yang menuntun manusia dari taraf
kehidupan terbelakang menuju taraf kehidupan yang maju dan modern.2 Ajaran-
ajaran yang terkandung di dalamnya menggugah manusia menjadi dinamis,
kreatif, dan penuh pengabdian terhadap agama, negara, dan masyarakat serta
bangsa. usaha meningkatkan taraf kehidupan yang lebih maju adalah tugas mulia
bagi umat Islam, disamping memberi sumbangan positif bagi perbaikan-perbaikan
sosial dikalangan masyarakat luas, Islam harus mengambil inisiatif, apa lagi
zaman modern sekarang ini, terjadi kemajuan hidup secara terus-menerus.
Para intelektual Islam maupun Barat pada abad modern ini, seiring
perkembangan ilmu pengetahuan (science) dan teknologi, menjadi daya tarik
untuk dijadikan objek kajian. Berbagai polemik terjadi yang harus di telusuri
perkembangan dan kebenarannya terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang jika dipandang dalam epistemologi3 Islam bahwa ilmu syarat dengan nilai
sementara dalam epistemologi Barat, ilmu bebas nilai. Islam tidak melarang untuk

1
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Rizki Putra, 2002), h. 1 Manusia adalah
satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan segala kelebihan dibanding dengan makhluk lain,
secara fisik maupun spirit, jasmani maupun ruhani. Dari segi lahiriah ia mempunyai postur tubuh
yang tegak dan anggota badan yang berfungsi ganda. Dari segi ruhani, ia mempuunyai akal untuk
berpikir sekaligus nafsu untuk merasa. Akal mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, sedangkan nafsu merasakan keindahan, keenakan, serta merasakan yang lain. Keduanya
tidak bekerja secara terpisah, melainkan saling memberi pertimbangan.
2
Rohadi Abdul Fatah, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 48
Islam adalah agama yang hidup dan menghidupkan, agama yang meng-up-grade (meningkatkan
taraf hidup dari terbelakang/tidak maju, menuju taraf yang lebih maju dan moderen) kehidupan
dan penghidupan manusia.
3
Asmoro Akhmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 106
Epistimologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai
sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Lihat Juhaya Praja, Aliran-aliran
Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 9 Epistimologi berasal dari bahasa Yunani,
episteme yang berarti knowledge atau pengetahuan dan logy berarti teori. Oleh sebab itu
epistimologi diartikan sebagai teori pengetahuan, atau filsafat ilmu.
memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya
menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional dan konstruktif serta
aspiratif terhadap permasalahan yang timbul dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kebanyakan orang memperoleh pengetahuan dari pengalaman4 yang diperolehnya
melalui indera yang ia miliki. Dengan inderanya ia mengenal hal-hal yang ada
disekitarnya. Ia tahu akan panasnya api dan dinginnya es. Ia tahu akan adanya
malam dan siang dan masih banyak lagi pengetahuan yang ia dapatkan melalui
indera yang dimilikinya. Ia tahu bahwa benda cair itu dapat dan harus menguap
kalau kena panas. Pengetahuan itu walaupun tidak didasari dan kadangkala tidak
dirumuskan dengan kata-kata yang tepat tetapi diakui kebenarannya, serta
digunakan dalam konsep membangun kebenaran realita.
Barat sebagai lambang kemajuan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi,
menjadi sorotan dramatis dalam kajian validitas pengetahuan dan sains modern.
Berdasarkan hal-hal tersebut penulis akan mendeskripsikan perbedaan yang
signifikan tentang aktivitas berfikir dalam lingkup epistemologi Islam dan Barat
yang menekankan pada bahasan proses terjadinya pengetahuan, serta
perkembangan sains dan teknologi untuk mengetahui validitas pengetahuan dan
sains modern. Untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan maka terlebih
dahulu penulis memaparkan konsep pengetahuan yang mendasari arah pikir
penulis tentang validitas pengetahuan dan sains modern. Secara etimologi
pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.5 Menurut
Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian

4
Soetriono, Filsafat ilmu dan metodologi penelitian, (Jogjakarta: Andi, 2007), h. 70
menjelaskan hal berbeda bahwa pengalaman semata-mata bukanlah pengetahuan yang sebenarnya.
Pengalaman itu hanya memungkinkan pengetahuan. Pengetahuan sebenarnya barulah ada jika
manusia demi pengalamannya mengadakan utusan atas objeknya.
5
Lauren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 803 dijelaskan bahwa
pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk tahu. 6 Dalam
Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
keparcayaan yang benar (knowledgw is justified true belief).7 Berikut ini dapat
dilihat proses terjadinya pengetahuan Islam dan Barat;
Epistemologi Islam:
1. Didasarkan pada kajian metafisika
2. Sumber kepada wahyu, akal sehat, panca indera dan intuisi
3. Pendekatan bersifat tauhid
4. Objek fisik dan metafisik
5. Ilmu syarat dengan nilai
6. Validitas konteks (data dan fakta) diselaraskan dengan wahyu
7. Berorientasi dunia dan akhirat

Epistemologi Barat:
1. Didasarkan pada praduga-praduga
2. Sumber hanya kepada akal (rasio) dan data/fakta empiris
3. Pendekatan bersifat dikothomi
4. Objeknya fisik dan observable dan penalaran
5. Ilmu bebas nilai
6. Validitas hanya bertumpu pada rasio-empiris

6
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 4
7
Paul Edward, The Encyclopedia of Philosopy, (New York: Macmillan Publishing, 1972), h.
3 Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Paul
Freedman dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk
aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari,
serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. S. Hornby mengartikan ilmu sebagai susunan
atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
Poincare, menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi.
Lihat Burhanuddin Salam, Logika Materiil, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 28 juga
menyebutkan, Orang pragmatis terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan
kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar
adalah kontradiksi.
7. Berorientasi pada dunia8

Beranjak dari pada pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah


pengetahuan, maka di dalam kehidupannya, manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran. Ada beberapa pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia, yaitu:
1) Pengetahuan biasa atau common sense.
2) Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya yaitu “ilmu”
sebagai terjemahan dari “science”.9
3) Pengetahuan filsafat, atau dengan singkat saja disebut filsafat.
4) Pengetahuan religi, (pengetahuan agama).10

Sebelum kita membedakan antara pengetahuan biasa yang disebut


knowledge/common sense, dan pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan) yang
disebut science, maka kita menelusuri dulu apakah arti dan definisi ilmu
pengetahuan itu. “Ilmu pengetahuan, suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang
masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan, suatu
sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-
metode tertentu (indiksi, deduksi). Ilmu11 pada prinsipnya merupakan usaha untuk

8
Mujamil qomar, Epistemology Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Erlangga 2005), h. 5
9
A Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 46-47 Pengetahuan ilmu
(Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan ngan suatu pemikiran cermat dan
seksama dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara
objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan member makna terhadap gejala dan fakta
melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari
fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logic dan netral. M. Thoyibi,
pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ‘a higner level’ dalam perangkat pengetahuan manusia
dalam arti umum sebagaimana kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
10
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 67
11
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), h. 45
pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu,
mengorganisasikan dan mensistematisasikan suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan
dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai
metode.12
Ilmu secara fenomenal dapat dipandang sebagai produk, proses dan
paradigma etika (sikap atau nilai). Sebagai produk ilmu adalah semua
pengetahuan yang telah diketahui, dan disepakati oleh sebagian besar masyarakat
ilmiah. Sebagai proses, ilmu adalah kegiatan sosial untuk memahami alam dengan
metode ilmiah. Adapun paradigma etika. Ilmu berpegang pada empat kaidah
ilmiah, yaitu universalisme, komunalisme, disinterestedness dan skeptisisme yang
terarah. Universalisme berarti ilmu tidak tergantug pada perbedaan ras, warna
kulit dan keyakinan. Komunalisme, menunjukan bahwa ilmu adalah milik umum.
Disinterestednees yaitu tidak memihak, melainkan apa adanya. Skeptisisme
berarti tidak begitu saja menerima kebenaran, sebelum adanya bukti empiris.13
Pada penjelasan berikutnya mengenai jenis pengetahuan, Scheler
membedakan jenis pengetahuan yang dimiliki manusia menurut wujudnya dan
menurut ketertiban abadi daripada realita dalam skala sebagai berikut:
Pengetahuan theologis, Pengetahuan filosofis, Pegetahuan tentang yang lain, baik
kolektif maupun individual, Pengetahuan tentang dunia lahir, Pengertahuan
teknis, dan Pengetahuan ilmiah.14 Abd. Aziz, membedakan pengetahuan manusia
menjadi tiga jenis pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan Ilmiah: yaitu pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung
jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menggunakan cara kerja
atau metode ilmiah.

termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang diketahui oleh manusia.
12
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, h. 9
13
Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Bandung: 2008), h. 19
14
H. Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), h.
45
2. Pengetahuan Moral: dalam hal moral tidak ada klaim kebenaran yang absah.
Penilaian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi atau produk
budaya tempat orang lahir dan dibesarkan.
3. Pengetahuan Religius: yakni pengetahuan kita tentang Tuhan yang
sesungguhnya berada diluar lingkup pengetahuan manusia. 15
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia yang disebabkan oleh dua hal
utama, yakni pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomonikasikan informasi tersebut. Kedua, yang menyebabkan manusia
mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah
16
kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. Berdasarkan
pemaparan berbagai konsep pengetahuan, menurut penulis konsepsi pengetahuan
yang menjadi dasar kerangka pikir penulisan dimiliki manusia adalah
pengetahuan biasa (knowledge), pengetahuan ilmu (science), pengetahuan filsafat
dan pengetahuan agama. Pada penguatan teori awal tentang kerangka pikir
penulisan, penulis mengemukakan bahwa pengetahuan harus benar, dan
kebenaran pengetahuan diperoleh melalui proses kajian ilmiah yang bersumber
pada rasionalisme-empirisme pengetahuan serta mengetahui hakikat pengetahuan
dengan teori realisme dan idealisme pengetahuan.17 Meskipun terdapat

15
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: 2009), h. 95-96
16
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1998), h. 40
17
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, h. 94-96 Empirisme, menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus
ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui
(pengalaman). Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar
kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. selain itu
terdapat sumber pengetahuan intuisi dan wahyu. Dengan intuisi, manusia memperoleh
pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses pernalaran tertentu. Henry Bergson menganggap
intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. Wahyu
adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk
menyampaikannya (Nabi dan Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang
sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia. Ada dua teori
untuk dapat mengetahui hakikat dari sebuah pengetahuan. Yaitu teori Realisme dan idealisme.
Teori realisme mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta. Apa
yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar. Dengan teori ini dapat diketahui bahwa kebenaran
obyektif juga di butuhkan bukan hanya mengakui kebenaran subyektif. Teori idealisme memiliki
perbedaan pendapat dengan realisme. Pada teori ini dijelaskan bahwa pengetahuan itu bersifat
subyektif. Oleh karena itu pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran,
yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang
mengatahui (subjek).
pengetahuan a priori yakni; pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui
pengalaman baik pengalaman indera maupun batin dan pengetahuan a preteriori
adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Setelah memaparkan kerangka pikir penulis mengenai konsep pengetahuan,
selanjutnya penulis mendeskripsikan mengenai perkembangan sains modern
sebagai dasar pikiran untuk mengetahui validitas sains modern. Pada bahasan ini
penulis mengarahkan konsep sains modern yang mengacu pada perkembangan
sains modern Barat dan mengaitkannya dengan paradigma perkembangan sains
modern dalam Islam. Azyumardi Azra berpendapat bahwa modernisasi atau
pembaruan merupakan upayah untuk mengaktualisasikan ajaran Islam agar sesuai
dengan perkembangan sosial yang terjadi. Harun Nasution berpendapat bahwa
pembaruan mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah
paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.18
Akselerasi pengembangan sains dan teknologi terjadi khususnya setelah
perang dunia ke dua. Ditunjang oleh biaya risert dan pengembangan yang semakin
besar, penemuan dibidang sainstek sejak perang dunia dua jauh lebih cepat
dibandingkan dengan masa sebelumnya . Suatu data mencatat, bahwa hingga
1990-an sebanyak 85 % penemuan teknologi terjadi pada abad ke 20, dan 15 %
lainnya sebelum itu yang berarti jauh sejak manusia mengenal teknologi
sederhana. Dari 85% temuan sainstek abad ke 20, sebanyak 60% diantaranya
terjadi setelah perang dunia kedua. Selain itu, setiap tahun terdapat antara 6-10
juta publikasi ilmiah tentang sainstek.19
Teknologi berasal dari kata Yunani techno yang artinya keterampilan atau
seni. Dan kata inilah diturunkan kata teknik dan teknologi. Teknik artinya cara
atau metode untuk memperoleh keterampilan dalam bidang tertentu. Sedangkan

18
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2006), h. 32

19
Titik Triwulan Tutik ,Pengembangan Sains dan Teknologi Berwawasan Lingkungan
Perspektif Islam, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2008), h. 1
teknologi mempunyai banyak arti antara lain; 1) penerapan ilmu untuk petunjuk
praktis, 2) cabang ilmu tentang penerapan tersebut dalam praktek industry, 3)
kumpulan cara untuk memenuhi objek materi dari kebudayaan. Teknologi dapat
dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah empirik dan keterampilan yang
dikumpulkan dari pengalaman. Konsep-konsep sains yang menunjang teknologi
semakin terlihat mendalam dan kaitannya dengan hasil-hasil eksperimen.

Interaksi Sains dan Teknologi

Kaidah empiris dan keterampilan.

Teknologi Sains

Alat ukur Pengamatan ilmiah

Perkembangan sains dan teknologi, selain didukung oleh pemakaian meode


ilmiah, juga didukung oleh penyusunan konsep dalam sains. Menjelang
permulaan abad 20 terjadi perkembangan fundamental dan sains modern, yaitu
dengan masuknya perumusan mikroskopit dalam sains, seperti teori kuantum;
model atom dan melekul. Mekanika klasik menggambarkan gerak electron dengan
menggunakan konsep lintasa atau orbit. Sedangkan dalam mekanika kuantum,
sifat kepastian dari electron diubah dengan konsep kebolehjadian kedudukan
electron dan konsep lintasab diganti dengan konsep orbital. Selanjutnya dapat
ditentukan bahwa benda-benda mikroskopis, seperti electron memiliki sifat
dualism partikel gelombang atas dasar sifat gelombang dari electron ini
dimungkinkan pembuatan mikroskop electron yang dapat digunakan untuk
melihat virus. Zat padat dapat ditentukan dengan menggunakan teori kuantum
pada gerak electron dalam medan dari kisi-kisi ion. Perkembangan teknologi
dalam abad ke 20 ini didorong oleh perkembangan ilmu material, yang diikuti
oleh berbagai disiplin dalam sains. Tiga jenis material yang melandasi
perkembangan teknologi modern, yaitu: a) bahan-bahan polimer, yang dikenal
sehari-hari sebagai jenis plastic, b) bahan-bahan campuran atau paduan logam
atau alloys, c) bahan-bahan listrik-magnet seperti semikonduktor, yang melandasi
electron renik. Peranan material dalam teknologi modern mendukung berbagai
jenis teknologi seperti teknologi structural, teknologi energy, teknologi
transportasi, teknologi komputer, dan teknologi komunikasi. Kecepatan
perkembangan dari teknologi bukan hanya akibat dukungan sains saja, tetapi juga
berkembangnya konsep teknologi ikut mendorong kemajuan. Konsep teknologi
ini dikembangkan untuk memperoleh optimasi dan meningkatkan efisiensi.20
Penemuan-penemuan yang menakjubkan dari sains modern merupakan
perkembagan pengetahuan filsafat.
Pada kenyataannya sains tak pernah bisa benar-benar terlepas dari filsafat,
yakni metafisika. Jadi yang terjadi hanyalah pergeseran dari metafisika yang
bersifat transcendental kepada metafisika yang, dalam banyak hal, sekuler.
Kerugian yang timbul dari pemisahan sains dan filsafat tak hanya terbatas pada
hilangnya kesempatan bagi sains untuk mengambil manfaat dari kekayaan filsafat
dibidang metafisika (kosmologi dan ontology serta arah yang bisa diberikan oleh
filsafat bagi perkembangan sains (aksiologi), tetapi juga dalam bidang
epistemologi.21
Dari sudut pandang filsafat pengetahuan lazim dipadankan dengan tindak
menyerap bentuk immaterial atau esensi sesuat sebagai lawan dari perwujudan
material. Suatu perbedaan yang sangat penting adalah antara konsepsi dan
(tashawwur) dan tashdiq. Konsepsi adalah tindak menilai objek tanpa menilainya,
sedangkan tashdiq melibatkan penilaian dan menggambarkan hubungan antara
mental yang ada dalam benak subjek dan objek luarnya. Dengan kata lain konsep
adalah kandungan pengetahuan, sedangkan tashdiq adalah bentuknya. Kita tidak
bisa menilai benar salahnya sesuatu kecuali kita telah mempunyai konsep

20
Mawardi, IAD-ISD-IBD, (Jakarta: Pustaka Setia, 2000), h. 103
21
Haydar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), h. 45
mengenainya. Konsep bisa dibagi menjadi dua, yaitu konsep yang diketahui dan
konsep ynng tidak diketahui. Yang pertama merupakan objek-objek aktual dalam
pikiran, sedangkan yang kedua adalah objek-objek yang diketahui. Agama
memandang sains sebagai cara mengetahui dan bekerja dalam prespektif yang
lebih luas. Sains sendiri pun tidak bisa menciptakan petunjuk penerapan dirinya
karena ia hanyalah senarai teknik dan bukan filsafat moral. Prinsip-prinsip sains
dalam melaksanakan tugasnya tidak bisa dibenarkan oleh sains itu sendiri karena
metodologi saintifik terfokus pada bagaimana mencapai sejumlah hasil dan
pemahaman tertentu mengenai alam. Sains tidak berbicara tentang bagaimana
alam seharusnya ataupun aktifitas apa yang dapat diterima secara moral. Jenis
rasionalitas yang digunakan oleh sains melibatkan kepercayaan yang sama dengan
yang ada pada agama. Pada saat-saat tertentu, perlu ada pendekatan yang berbeda
terhadap sains yang selaras dengan masyarakat. Karena itu, sains tidak lebih
meyakinkan dari pada agama. Keduanya sama-sama melibatkan keyakinan.22

Perbandingan antara sains Barat dan sains Islam

Sains Barat Sains Islam


1. Percaya pada rasionalitas 1. Percaya pada wahyu
2. Sains untuk sains 2. Sains merupakan saran untuk
3. Satu-satunya metode. Cara mencari ridho Allah
untuk mengetahui realita 3. Banyak metode berlandaskan
4. Netralitas emosional sebagai akal dan wahyu
persyaratan kunci menggapai 4. Komitmen emosional sangat
rasionalitas penting
5. Tidak memihak 5. Pemihakan pada kebenaran
6. Tidak adanya bias 6. Adanya suubjektifitas
7. Penggantungan pendapat 7. Menguji pendapat
8. Reduksionisme 8. Sintesis

22
Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Filsafat Islam Sebuah Pendekatan Tematis, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2002), h. 61
9. Fragmantasi 9. Holistik
10. Unifersal 10. Unifersalisme
11. Individualisme 11. Orientasi masyarakat
12. Netralitas 12. Orientasi nilai
13. Loyalitas kelompok 13. Loyalitas pada tuhan dan
14. Kebebasan absolut makhluknyya
15. Tujuan membenarkan sarana 14. Manajemen sains merupakan
sumber yang tak terhingga
nilainya
15. Tujuan tidak membenarkan
sarana.23

Berikut ini dapat dilihat hubungan antara agama, manusia, hukum alam dan
saintek;

Allah

Agama (Qur’aniyah) Hukum-hukum (kauniyah)

Manusia Alam (SDA)

Sains & Teknologi

Dengan mempertimbangkan sifat keluasan pengembangan sains dan


teknologi dalam kerangka pandang Islam, maka semua bidang kehidupanpun

23
Titik Triwulan Tutik, Pengembangan sains dan teknologi berwawasan lingkungan
perspektif Islam, h. 87
menjadi bangunan integral dalam konteks pengembangan sains dan teknologi.
Perkembangan pengetahuan dan sains modern sesuai dengan paparan penulis,
maka dapat diketahui validitas pengetahuan dan sains modern. Secara umum
tanpa melibatkan pengetahuan yang bersumber dari wahyu, maka validitas
pengetahuan bersumber pada rasionalisme dan empirisme, serta hakikat
pengetahuannya pada konsep realisme dan idealisme.
Sains modern adalah buah dari ilmu pengetahuan. Akan tetapi dalam
pengetahuan agama yang bersumber dari wahyu, validitas sains modern yang juga
melibatkan data-data rasio dan empiris dalam kajiannya menjadi alat ukur dan
pembuktian tentang kebenaran agama yang bersumber dari wahyu. Kebenaran
yang dirumuskan untuk mengetahuai validitas pengetahuan dan sains modern
tidak lepas dari ukuran kebenaran yaitu: kebenaran epistemology (berkaitan
dengan pengetahuan), kebenaran ontologism (berkaitan dengan sesuatu yang ada
atau diadakan), dan kebenaran semantic (berkaitan dengan bahasa dan tuturkata).
Ada 4 teori kebenaran: yaitu teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori
Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Illahiah atau agama.24 Ketiga teori pertama
mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan diri pada
kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori
pragmatisme fungsional pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri. Tetapi
ketiganya memiliki persamaan. yaitu pertama, seluruh teori melibatkan logika,
baik logika formal maupun material (deduktif dan induktif), kedua melibatkan
bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan ketiga menggunakan pengalaman untuk
mengetahui kebenaran itu.

24
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 28

Anda mungkin juga menyukai