Anda di halaman 1dari 8

1.

Makna dan Cara Mendapatkan Pengetahuan


a. Pengertian Pengetahuan
Teori epistemologi, terdapat perbedaan yang tajam antara pengertian pengetahuan,
sains dan ilmu.
Menurut Nunu Burhanuddin (2018: 62) mengemukan bahwa istilah “pengetahuan”
merupakan padanan dari bahasa Inggris “Knowladge” pengetahuan umum yang belum teruji
kebenarannya. Menurut Siti Gazalba (1992 :4) mendefinisikan pengetahuan sebagai apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti dan pandai. Menurut Loren Bagus (1996:803) berpendapat bahwa
pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Menurut Nurul dkk (2017: 59)
menegemukakanpengetahuan sebagai hasil dari suatu proses usaha manusia untuk tahu.
MenurutJujun S Suriasumantri (2009:105), mengatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya
merupakan segenap apa yang diketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah
ilmu. Dengan demikian ilmu termasuk dalam bagian pengetahuan manusia.
b. Cara Mendapatkan Pengetahuan
Sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagaia asal. Sebagai
contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu.Dengan demikian
sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Jika
membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan,
karena dalam sumber pengetahuan juga terdapat sumber ilmu pengetahuan.
Menurut Nunu Burhanuddin (2018 : 72-78), berpendapat bahwa sumber dari
pengetahuan itu, yaitu : 1) Pengalaman Indriawi, menurut aliran empirisme, segala macam
pengetahuan yang kita peroleh adalah buah dari pengalaman-pengalaman Indriawi.
Pengetahuan Indriawi bersifat parsial itu disebabkan oleh adanya perbedaan indra yang satu
dengan yang lainnya. Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai
barang atau makhluk yang menjadi objeknya. 2) Akal, jika aliran empiris memandang
pengalaman dan diperoleh melalu objek empiris, maka aliran rasionalisme memandang
pengetahuan diperoleh hanya mengandalkan pikiran melalui berpikir logis. Maka aliran
rasionalisme merupakan aliran filsafat yang bahwa akal sebagai alat terpenting dalam
memperoleh dan mencetak pengetahuan. 3) Wahyu, wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan Tuhan kepada manusia.
Menurut Atang, dkk (2017: 81) berpendapat bahwa menurut cara memperolehnya
pengetahuan daoat dibagi menjadi duabagian: pertama, pengetahuan yang diwahyukan
(perenial knowledge); kedua, pengetahuan yang diusahakan (aqcuiredknowledge).
Pengetahuan yang diwahyukan, diterima melalui wahyu, berarti diberikan (given) bukan
diusahakan. Adapun pengetahuan yang diusahakan dapat dimiliki semua orang, tergantung
cara dan metode memperolehnya.
Menurut Ahmad Tafsir (1992:5) lebih lanjut mengemukan cara memperoleh
pengetahuan dapat digunakan tiga potensi, yaitu: indra, akal dan hati. Ketiga potensi ini
harus dilatih: indra dilatih agarsehat dan kuat melalu latihan olahraga dan kesehatan, dilatih
agar mampu berpikir cepat dan jernih melalui kegiatan berpikir yang berkelanjutan, hati
dilatih agar peka dan semakin sensitif menerima pengetahuan melalui kegiatan kebersihan
terutama kebersihan rohani dan olah hati.
Menurut Notoatmodjo (2002: 19) berpendapat bahwa cara memeproleh pengetahuan
dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Cara tradisional, yang terdiri dari : a) coba–coba
(Trialanderror), cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecakan
masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain, b)cara
kekuasaan atau otoritas, prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang disampaikan
oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya
terlebih dahulu baik secara empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri, c) berdasarkan
pengalaman pribadi, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang lalu, d) melalui jalan
pikiran, seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun
ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun induksi. 2) Cara
modern,cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian. Melalui metode ini selanjutnya
menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal
dengan metode penelitian ilmiah.
Menurut Amsal Bakhtiar (2009: 85), berpendapat tidak jauh berbeda. Menurutnya
sumber pengetahuan merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan istilah
yang berbeda ia menyebutkan empat macam sumber pengetahuan, yaitu: emperisme,
rasionalisme, intuisi dan wahyu.
2. Hakikat Ilmu Pengetahuan (ontologi, epistemologi, aksiologi) dan Pengertian Dasar
Keilmuan (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum)
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan (ontologi, epistemologi, aksiologi)
Kata Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa
Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”. Kata-kata
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu pengetahuan. Kata-kata
tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan epistemeartinya
tentang pengetahuan.4 Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa
epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata Aksiologi berasal dari
kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata tersebut ditambah dengan kata “logos”
berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”.
Menurut Bahrum(2013: Vol 8 no2) mengemukan tentang hakikat ilmu pengetahuan,
yaitu: 1) Ontologi, ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan
bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah
ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas
tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan
yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya, 2) epistemologi, kajian epistemologi
membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang
harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran
dan apa kriterianya.Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu
itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan lainnya,
jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal.Jadi yang
menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan
mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh
kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran
ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral, 3) aksiologi, jadi yang menjadi landasan dalam
tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana hubungan
penggunaan ilmiah dengan moral etika? Bagaimana penentuan obyek yang diteliti secara
moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?
Demikian pula aksiologi pengembangan seni dengan kaidah moral.
Menurut Moh, Toriqul ( vol 4 no 1) berpendapat bahwa Pertama, dari segi ontologis,
yaitu tentang apa dan sampai di mana yang hendak dicapai ilmu. Ini berarti sejak awal kita
sudah ada pegangan dan gejala sosial. Dalam hal ini menyangkut yang mempunyai
eksistensi dalam dimensi ruang dan waktu, dan terjangkau oleh pengalaman
inderawi.KeduaKedua adalah dari segi epistimologi, yaitu meliputi aspek normatif mencapai
kesahihan perolehan pengetahuan secara ilmiah, di samping aspek prosedural, metode dan
teknik memperoleh data empiris. Kesemuanya itu lazim disebut metode ilmiah, meliputi
langkah langkah pokok dan urutannya, termasuk proses logika berpikir yang berlangsung di
dalamnya dan sarana berpikir ilmiah yang digunakannya. Ketiga ialah dari segi aksiologi,
yang sebagaimana telah disinggung di atas terkait dengan kaidah moral pengembangan
penggunaan ilmu yang diperoleh. Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
Menurut Izah Ulya (vol 9 no 2) mengemukakan bahwa hakikat ilmu pengetahuan
yaitu: 1) Ontologi adalah salah satu cabang filsafat yang membicarakan masalah yang ada,
baik bersifat fisik maupun non fisik. Ontologi lebih banyak berbicara tentang hakikat
tentang yang ada sehingga seringkali disamakan dengan metafisika yaitu ilmu yang
membicarakan tentang realitas, kualitas, kesempurnaan, yang ada, yang oleh Aristoteles
disebut sebagai filsafat pertama. 2) Epistemologi, setiap pandangan epistemologi pasti
didasari oleh suatu pemahaman ontologi tertentu. Seseorang yang menyakini bahwa hakekat
segala sesuatu adalah materi (materialisme), maka bangunan epistemologinya pun akan
bercorak materialisme. Paham ini akan mengarahkan setiap penyelidikannya pada apa yang
dianggapnya sebagai hakiki, yaitu materi. 3) Aksiologi, Aksiologi adalah salah satu cabang
filsafat yang membahas masalah nilai, sehingga aksiologi diartikan sebagai filsafat nilai.
Menurut Stafanus Supriyanto (2013:30) mengemukakan bahwa ontologi merupakan
salah satu kajian kefilsafahan yang membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret.Menurut Aceng Rahmat (2015: 147) berpendapat bahwa epistemologi merupakan
cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan
manusia.MenurutMenurut Jalaludin, ( 2007: 126), ada beberapa teori kebenaran menurut
pandangan filsafat yaitu : 1) ontologi, ontologi seringkali diidentifikasikan dengan
metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama.
Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat,
yang membahas tentang realitas. 2) epistemologi, adalah nama lain dari logika material atau
logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi
merupakan studi tentang pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. 3) aksiologi
adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi aksiologi di dalam
pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan
moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) di dalam kehidupan
manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak.

b. Pengertian Dasar Keilmuan (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum)


Menurut Rachmat Krisyantono (2019 : 274) berpendapat bahwa fakta merupakan
sebagai segala sesuatu yang ada di dunia. Menurut Ahmad Susanto (2016: 168)
mengemukakan bahwa fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang benda
yang benar-benar ada atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan bisa dikonfirmasi secara
objektif. Menurut Purwoko Haryadi (2014: 10) menyatakan bahwa fakta adalah keadaan
atau kenyataan sebenarnya dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Sanders
(2004: 122), fakta disamakan dengan segala sesuatu yang dapat diukur, melalui alat-alat fisis
yang dapat ditentukan oleh siapa saja. Menurut Muharto (2016 : 62) mengemukakan bahwa
fakta merupakan penyatuan antara ide dan objek. Apabila ide mengatakan tentang suatu
objek, maka objek itu harus Memiliki keberadaan dan dapat dijangkau.
Menurut Ahmad Susanto ( 2016 :168) mengemukakan konsep IPA merupakan ide
yang menyatukan fakta-fakta IPA, konsep merupakan penghubung fakta-fakta yang ada
hubungannya Menurut Purwoko Haryadi (2014:10) menyatakan, konsep adalah abstraksi
dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Menurut Muharto (2016: 63)
berpendapat konsep adalah abstraksi dari keseluruhan keadaan yang ada. Menurut J.
Sudarminta (2002 : 87) berpendapat bahwa konsep merupakan suatu representasi abstrak
dari sesuatu. Sebagai representasi abstrak dan umum tentu saja konsep merupakan sesuatu
hal yang bersifat mental. Menurut Andie A (2014: 43) bependapat bahwa konsep adalah
representasi mental yang menggunakan otak untuk menunjukkan klasifikasi terhadadap
berbagai hal di dunia.
Menurut Ahmad Susanto ( 2016 :168) mengemukan prinsip IPA merupakan
gegeneralisasi hubungan antara konsep-konsep IPA. Menurut Purwoko Haryadi (2014:11)
menyatakan,istilah prinsip dan hukum sering-sering digunakan secara bergantian karena
dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk dari fakta-fakta dan konsep-konsep.
Menurut Muhammad Fathurrohman (2017 : 17) mengemukakan bahwa, prinsip adalah dasar
(pendirian, tindakan, dsb), sesuatu yang dipegang aturan yang utama. Menurut Ninik dan
Vivi (2017: 58) mengemukakan bahwa prinsip secara gramatikal berarti asas, dasar,
keyakinan dan pendirian. Menurut Herry Tjahjono (2008: 18) menyatakan bahwa prinsip
secara umum berhubungan dengan kebenaran hierarki, kebenaran yang mendasar. Prinsip
adalah sesuatu yang jelas dengan sendirinya.
Menurut Ahmad Susanto ( 2016 :168) mengemukakan teori ilmiah kerangka yang
lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan. Menurut Purwoko
Haryadi (2014: 11) mengemukakan bahwa teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang
bersembunyi atau yang tidak dapat langsung diamati. Menurut Waluyo (2008: 20)
berpendapat bahwa teori adalah susunan konsep, defenisi, dan dalam menyajikan pandangan
yang sistematis fenomena denagn menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan yang
lainnyadénganmaksut untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Menurut Saktiyono
dan Purwoko (2018:36) menyimpulakan bahwa teori merupakan serangkaian proposisi-
proposisi yang berstruktur mengenai suatu gejala dan memiliki serangkaiandefenisi empiris.
Proposisi-proposisi tersebut ada yang sudah diuji/ di verifikasi atau masih dalam tahap
berpotensi untuk diuji. MenurutMiriamBudiardjo (2003 : 30) menyatakan bahwa teori
adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa phenomena.
Menurut Ahmad Susanto ( 2016 :168) mengemukan, hukum merupakan prinsip-
prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat tentatif (sementara), akan tetapi karena
mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam akan bersifat kekal selama
belum ada pembuktian yang lebih ajurat dan logis. Menurut Satjipto Rahardjo (1986:20)
menyatakan bahwa hukum adalah karya manusia berisikan norma-normaberisikan patunjuk-
petunjuk tingkah laku. Menurut Sudikno Mertokusumo (1985:16) menjelaskan hukum
merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogyanya harus dilakukan. Menurut
Simorangkir dan Woerjono (1980:6) menjelaskan bahwa hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Menurut Fajar Sugianto
(2015: 25) Hukum adalah perintah, meskipun teori ini mengandung banyak kelemahan,
namun fakta menunjukkan bahwa memang kenyataannya hukum merupakan perintah
kekuasaan politik.
Daftar Pustaka

Aceng, Rahmat, dkk. (2015). Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP
Ahmad, Susanto. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana
Ahmad, Tafsir. (1992). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya

Amsal, Bakhtiar. (2009). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Perss,

Andie, Endah. (2014). Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi


Atang, dkk. (2017). Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bahrum. (2013). Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. Yayasan Pendidikan Ujung Pandang, 8,
35–45. (Diakses pada tanggal 2 September 2019)
Fajar, Sugianto. (2015). EconomicApproachto Law. Jakarta: Prenada Media
Herry, Tjahjono. (2008). The SixSays: Siapa Capat Dia Dapat. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Jalaluddin dan Abdullah Idi.( 2007). Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Jujun S, Suriasumantri. (2009). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penerbit
Pustaka Sinar Harapan
Loren, Bagus. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia
Miriam, Budiardjo. (2003). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Muharto. (2016). Metode Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish
Muhammad, Fathurrohman. (2017). Prinsip dan Tahapan Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Garudhawaca
Negeri Semarang, U., & Tengah, J. (2015). Kualitas PendidiKanBerBasisFilsaFat ilmu izah
ulyaQadam. Jurnal Penelitian (Vol. 9). (Diakses pada tanggal 2 September 2019)
Ninik, Vivi. (2017). Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar. Magetan: CV AE Media
Grafika
Notoatmojo. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: RinekaCipta
Nunu, Burhanuddin. (2018). Filsafat Ilmu. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP
Nurul, dkk. (2017). Metode Penelitian Hukum. Makasar : CV SocialPolitic Genius
Purwoko, Haryadi. (2014). Pengembangan LKPD. Yogyakarta : UNY
Rachmat, Krisyanto.( 2019). Pengantar Lengkap Ilmu Komunikasi. Jakarta: Prenadamedia
Group
Saktiyono, Purwoko. (2018). Psikologi Islami : Teori dan Penelitian. Bandung:
SaktiyonoWordpress
Sanders, C. (2004). Imanm : Akali dan Nir Akali. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Sanprayogi, M., &Chaer, M. T. (2017). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan
Keilmuan. Aksiologi Filsafat Ilmu AL MURABBI, 4(1). (Diakses pada tanggal 2 September
2019)
Simorangkir, Woerjono.(1980). Pelajaran Hukum Indonesia. Jakarta : Gunung Agung
Siti, Gazalba. (1992). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang
Stefanus, Safriyanto. (2013). Filsafat Ilmu. Surabaya: Prestasi Pustaka
Sudarminta. (2002). Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius
Sudikno, Mertokusumo. (1985). Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty
Sutjipto, Rahardjo. (1986). Ilmu Hukum. Bandung : Alumni
Waluyo. (2008). Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai