OLEH:
NIM. 22124056
DOSEN PEMBIMBING:
PROGRAM PASCASARJANA
2022
PENDAHULUAN
etymologie yang berakar dari bahasa Yunani étymos (arti sebenarnya adalah
sebuah kata) dan lògos (ilmu). Beberapa kata yang sudah diambil dari bahasa lain,
mengkin dalam bentuk yang sudah diubah (kata asal disebut sebagai etimon).
Lewat naskah tua serta perbandingan dengan bahasa lain, etimologi mencoba
untuk merekonstruksi asal-usul dari sebuah kata, saat mereka memasuki sebuah
bahasa, bagaimana arti dan bentuk kata serta dari sumber apa kata tersebut
berubah.
dalam bahasa yang saling beraturan, seseorang bisa mempelajari tentang bahasa
kuno yang merupakan “generasi yang lebih lama”. Erimologi juga dekat dengan
istilah konsep.
kejadian yang saling berkaitan. Konsep juga berfungsi untuk mewakili realitas
yang kompleks. Keberadaan konsep sangat penting dalam suatu penelitian. Selain
realitas, dan antara teori dengan observasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah ide, pengertian, gambaran mental dalam
bentuk istilah atau rangkaian kata yang mengabstraksikan suatu obyek (proses,
dari ilmu. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.
masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang
hayat. Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang etimolodi dan
A. ILMU
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata
science. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata scio,
scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun,
1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah
tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama
sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut
4. Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik
Menurut Hamid (2011) ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya
melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan
ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut memiliki
sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak
Menurut Dewey (dalam Ardhana 1987) hakikat ilmu terletak bukan pada
simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran
matematikanya. Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi
agar pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, yaitu: (1) objektif berarti Ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada,
atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut
kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang
harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa
Yunani metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu
yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. (3) sistematis, dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan
terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut objeknya. (4) universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga
bersudut..
B. SCIENCE
brilliant insights”. Sains merupakan susunan bangunan pengetahuan tentang alam. Sains
merupakan produk dari observasi, akal sehat, berfikir rasional dan terkadang wawasan
yang brilian. Chiappeta dan Koballa (2010: 105) pada hakekatnya sains terdiri dari empat
elemen, yaitu sains merupakan cara berpikir (a way of thingking), cara untuk
sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat (science and its interactions
Lebih lanjut Patta Bundu (2006: 11) menjelaskan bahwa secara garis besar sains
memiliki tiga komponen yaitu 1) proses ilmiah yang merupakan keterampilan untuk
mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu, 2) produk
ilmiah yang berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat menjelaskan
dan memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya 3) sikap ilmiah
merupakan sikap yang dimiliki ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan
baru. Carin & Sun (1989: 5) menegaskan bahwa terdapat tiga elemen dari sains yaitu
proses atau metode yang meliputi cata penyelidikan masalah, observasi, membuat
hipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengevaluasi data dan perhitungan, 2)
produk yang meliputi fakta, prinsip, hukum, teori, 3) sikap yang meliputi kepercayaan,
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapa disimpulkan bahwa science
C. LOGOS/LOGY
kata; arti; studi tentang; pertimbangan tentang; ilmu pengetahuan tentang; alasan pokok
mengapa suatu hal adalah apa adanya; prinsip-prinsip dan metode-metode yang
dalam suatu benda yang membuat benda itu dapat kita mengerti; dasar pemikiran tentang
Dilansir dari jurnal Analisis Elemen Desain Grafis dari Visual Konten Instagram
Indonesia Tanpa Pacaran Ditinjau dari Teori Retorika (2021) oleh Irene Hasian dan Irsya
Putri, logos harus didasarkan pada argumen dan bukti rasional, sesuai wacana yang akan
disampaikan dalam sebuah pesan. Logos adalah kumpulan bukti logis yang digunakan
D. PENGETAHUAN (KNOWLADGE)
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang
justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Hamid (2011), pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge)
adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia.
meliputi semua hal yang dialami baik oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber
dari intuisi dan kata hati (concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua
macam sumber yang disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang
bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu
pengalaman pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif. (1)
Pengalaman pribadi Ketika menghadapi suatu masalah, manusia akan mencari solusi
dengan belajar dari pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh, seorang ibu telah
saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit kembali, maka ibu tersebut akan mengobati
anaknya dengan ramuan yang sama. (2) Modus otorita Jika orang yang mempunyai
suatu penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas akan
dipercaya muridnya. (3) Penalaran deduktif Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum
menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut juga silogisme, dan digunakan untuk
menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Sebagai contoh, premis mayor: semua makhluk hidup
akan mati. Premis minor: manusia adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia
akan mati. (4) Penalaran induktif Dalam penalaran induktif pencarian pengetahuan
dimulai dengan observasi terhadap hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang
umum.
E. ILMU PENGETAHUAN
orang yang kemudian dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
Orang dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh
yang terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan
bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga
syarat, yaitu: (1) sistematik, yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai
suatu sistem. 7 (2) objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti
oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal. (3) dapat
kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain. Van Meslen (1985),
mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu
pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis
koheren, berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis),
(2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4) objektivitas, artinya setiap ilmu
terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu
pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan,
karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu
pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7) kritis, artinya tidak
ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang
memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai
F. PENGALAMAN
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun
dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Saparwati, 2012). Pengalaman
dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertantu,
peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan tersimpan dalam memori. Pengalaman
dapat diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama
berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan
sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam
memori. Pengetahuan adalah suatu hasil atau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui Segenap apa
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, 6
telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun
dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Mapp dalam Saparwati,2012).
Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima
dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat
2012). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah
sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam
memori. Pengalaman merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan
tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa
baru saja terjadi maupun sudah lama berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat
diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran
G. DOKTRIN
Doktrin berasal dari bahasa Latin, doctrina yang berarti "pengajaran, instruksi".
Menurut Vocabulary, kata doktrin dan doktor berasal dari satu kata latin docere yang
Menurut KBBI, doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran politik atau
seperangkat keyakinan, khususnya politik atau agama yang diajarkan dan diterima oleh
tertentu kelompok. Menurut Merriam Webster, doktrin adalah prinsip, posisi atau
prinsip atau seperangkat prinsip-prinsip yang diikuti oleh kelompok tertentu atau dalam
situasi tertentu. Doktrin dapat meliputi kodifikasi keyakinan atau kumpulan ajaran atau
Doktrin dijadikan esensi ajaran dalam cabang pengetahuan tertentu atau dalam
sistem kepercayaan. Bisa diartikan, doktrin adalah ajaran yang bersifat mendorong
yangdisusun dan dikemukakan secara rasionaldan dapat meyakinkan orang lain. Dalam
dalam hubungan internasional. Dalam ilmu hukum, doktrin adalah prinsip hukum yang
ditetapkan melalui keputusan masa lalu. Dalam militer, doktrin adalah prinsip militer atau
serangkaian strategi.
H. LOGIKA (LOGIC)
Secara Etimologis, Logika berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai
hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam
logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Menurut Jan
Hendrik Rapar, logika adalah suatau pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat
kata dan dinyatakan dalam bahasa. Menurut soekadijo, logika adalah suatu metode atau
teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan menalar. Menurut William Alston, logika
adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-
ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah. Menurut Aristoteles,
logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu
Logika adalah bidang pengetahuan yang memperlajari segenap asas, aturan, dan
tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Pada mulanya logika sebagai
kemudian dikembangkan oleh para ahli Abad Tengah yang disebut logika tradisional.
Mulai akhir abad ke-19 oleh George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi
logika modern, sehingga dewasa ini logika telah menjadi bidang pengetahuan yang amat
luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah.
Secara Etimologis, Logika berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai
hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam
bentuk bahasa. Logika juga merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sebagai ilmu,
Logika disebut sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari kecakapan untuk
bisa berpikir secara lurus, tepat dan teratur. Ilmu yang dimaksud mengacu pada
kemampuan rasional untuk bisa mengetahui kecakapan pada kesanggupan akal budi
untuk bisa mewujudkan pengetahuan di dalam sebuah tindakan. Kata logis digunakan
sebagai artian yang masuk akal. Logika sendiri adalah cabang filsafat yang sebenarnya 3
bersifat praktis dan sumber dari penalaran dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan
juga saran ilmu. Dengan fungsinya sebagai dasar dari filsafat dan sarana ilmu karena ini
merupakan jembatan antara filsafat dan ilmu. Secara terminologis logika dimana teori
yang dibuat dengan kesimpulan yang sah. Sebagai kesimpulan dasar yang berisik dari
satu sumber pikiran tertentu dimana kemudian akan ditarik kesimpulan. Dan penyimpan
yang sah. Dimana ini artinya hal ini akan sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga anda bisa dilacak kembali yang mana dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan
isinya.
menalar, berpikir dengan tepat. Menurut Jan Hendrik Rapar, logika adalah suatau
pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Menurut soekadijo, logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan menalar. Menurut William Alston, logika adalah studi tentang
memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah. Menurut Aristoteles, logika adalah
ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan
hukumhukum yang menguasai pikiran. Logika modern atau simbolik menggunakan tanda
– tanda atau simbol matematik, sehingga hanya bisa membahas hubungan antara tanda.
Padahal realitas tak mungkin bisa ditangkap dengan sepenuh hati oleh simbol
konsep dan ketentuan menurut struktur, nuansa dan susunan dalam penalaran untuk bisa
memperoleh kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada di realitas. Dalam hal ini logika
Dengan demikian maka ilmu logika juga boleh dikatakan sebagai ilmu dalam
pertimbangan atau ukuran. Sebenarnya ada banyak manfaat lain dari Logika diantaranya
adalah menjaga supaya anda selalu berpikir benar. Menjadi lebih efektif dalam berpikir
atau berargumentasi. Berpikir sistematis sesuai dengan aturan berpikir benar. Sebagai
ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun dan termasuk juga Karena pada dasarnya yang
dipelajari dalam ilmu logika adalah aturan berpikir yang benar maka secara tidak
langsung seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam hal
berpikir. Ini semua sebenarnya sangat tergantung dengan apa yang diterapkan dalam
aturan berpikir. Disiplin bukan dalam menggunakan aturan dan sering berlatih akan
mengungkapkan kebenaran
I. MISTIK
Terminologi mistisisme (Ing: mysticism, Yun: mysterion) berakar pada kata kerja
myein: menutup mata; mystikos yang artinya rahasia, tersembunyi, atau gelap; mystes
(kb): orang yang mencari rahasia-rahasia kenyataan. Kata sifat mistik dalam
penggunaannya biasa dikaitkan dengan upacara agama misteri, upacara yang harus
tentang misteri. Bagi Karen Armstrong, ada hubungan linguistik antara tiga kata, mitos,
mistisme dan misteri. Ketiganya berasal dari kata kerja bahasa Yunani ‘musteion’ yang
artinya ‘menutup mata atau mulut’. Oleh karena itu, ketiga kata tersebut berakar dalam
ajaran atau kepercayaan bahwa pengetahuan tentang hakikat Tuhan bisa diperoleh
melalui meditasi atau pemahaman spiritual yang bebas dari pengaruh akal dan panca
indra.
Sementara menurut KBBI, mistisisme atau mistik merupakan subsistem yang ada
dalam agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia merasakan dan
mengalami emosi bersatu dengan Tuhan. Mengenai mistisisme terdapat beragam definisi
yang hampir sebanyak jumlah penulisnya. Bagi Lorens Bagus, mistisisme adalah suatu
pendekatan spiritual dan nondiskursif kepada persekutuan jiwa dengan Allah, atau apa
saja yang dipandang sebagai realitas sentral alam raya. Konsep filosofis lebih memahami
mistik sebagai satu doktrin yang menegaskan bahwa seseorang dapat mencapai
pengetahuan akan realitas yang tak tercapai melalui indra atau konsep rasional.
Sementara secara teologis, mistisisme dapat dimaknai sebagai kecintaan pada Yang
Absolut, suatu kecintaan yang mampu membawa hati sang mistikus ke hadirat Tuhan
sekaligus mampu mengambil jarak dengan segala sesuatu yang tercipta dalam rangkaian
ruang dan waktu. Sebagai suatu paham, mistisisme meyakini bahwa kebenaran-
kebenaran yang tidak dapat dijangkau akal budi, dapat diperoleh melalui perenungan dan
penyerahan diri; percaya akan kemungkinan bersatunya manusia dengan Allah secara
rohani.
J. MITOS
Mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara
harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang, dan dalam arti yang
lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, disamping itu mitos juga dipadankan
dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas
mitos atau isi mitos. Mitologi atau mitos merupakan kumpulan cerita tradisional yang
biasanya diceritakan secara dari generasi kegerasi di suatu bangsa atau rumpun bangsa,
serta mensistematiskan menjadi sebuah struktur yang menceritakan semua mitos dalam
semua versi berkaitan dengan kebudayaan yang melingkupinya serta berbagai tanggapan
teka-teki atau misteri tentang alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh
asal usul manusia. Ketika itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
dan seluruh isinya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan pada kepercayaan semata. Para
ahli pikir tidak puas akan keterangan tersebut kemudian mencoba mencari keterangan
melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban. Apakah sebetulnya alam ini,
apakah intisarinya beraneka warna, mereka mencari inti alam ini dengan istilah mereka.
Tales misalnya, yang berpendapat bahwa intisari alam ini adalah air, menurutnya prinsip
pertama semesta adalah air. Semua berawal dari air dan berakhir ke air pula. Tiada
kehidupan tanpa air, tidak ada satu makhluk hidup pun yang tidak mengandung unsur air.
Kemudian Anaximandrus mengatakan bahwa dasar dari alam ini ialah udara, baginya
yang sejati bukanlah suatu yang dapat diamati oleh pancaindra tetapi sesuatu yang tidak
tampak (yang tak terbatas). Dalam hal ini mitos memang lebih dikenal untuk
mencaritakan kisah yang berlatar belakang masa lampau, yang umumnya berisi
penafsiaran tentang alam semesta dan keberadaan makluk didalamnya. Munculnya mitos
bisa menjadi catatan peristiwa sejarah, atau menjadi penjelas suatu ritual. Salah satu
Ali, Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung:
Bumi Aksara.
Ardhana, Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Carin, A. A. & Sund, R. B. (1989). Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill
Publishing Company.
Chiappetta, E.L. dan T.R. Koballa. 2010. Science Instruction in The Middle and Secondary
Schools: Developing Fundamental Knowledge and Skills. United State of America:
Pearson Education Inc
Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online,
http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitianilmiah.html)
Patta, Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains. Jakarta : Depdiknas
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.