Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FILSAFAT ILMU

“ETIMOLOGI DAN KONSEP”

OLEH:

SITI NUR ISNAINI

NIM. 22124056

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Hj. YANTI FITRIA, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
PENDAHULUAN

Etimologi merupakan cabang ilmu liguistik yang mempelajari asal-usul

kata. Contohnya kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda

etymologie yang berakar dari bahasa Yunani étymos (arti sebenarnya adalah

sebuah kata) dan lògos (ilmu). Beberapa kata yang sudah diambil dari bahasa lain,

mengkin dalam bentuk yang sudah diubah (kata asal disebut sebagai etimon).

Lewat naskah tua serta perbandingan dengan bahasa lain, etimologi mencoba

untuk merekonstruksi asal-usul dari sebuah kata, saat mereka memasuki sebuah

bahasa, bagaimana arti dan bentuk kata serta dari sumber apa kata tersebut

berubah.

Etimologi juga mencoba melakukan pembinaan semula maklumat tentang

bahasa-bahasa yang telah lama mendapatkan maklumat langsung tentang bahasa

tersebut (seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan cara membandingkan kata-kata

dalam bahasa yang saling beraturan, seseorang bisa mempelajari tentang bahasa

kuno yang merupakan “generasi yang lebih lama”. Erimologi juga dekat dengan

istilah konsep.

Adanya konsep diharapkan dapat menggunakan suatu istilah untuk beberapa

kejadian yang saling berkaitan. Konsep juga berfungsi untuk mewakili realitas

yang kompleks. Keberadaan konsep sangat penting dalam suatu penelitian. Selain

karena dapat mempermudah dalam aktivitas generalisasi berbagai realitas konkrit

ataupun abstrak, juga karena ia menghubungkan antara dunia abstraksi dengan

realitas, dan antara teori dengan observasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah sebuah ide, pengertian, gambaran mental dalam

bentuk istilah atau rangkaian kata yang mengabstraksikan suatu obyek (proses,

pendapat, kejadian, keadaan, kelompok, individu) untuk menggolongkan dan

mewakili realitas kompleks hingga dapat dipahami.

Pada pembelajaran filsafat ilmu, membahas tentange etimologi dan konsep

dari ilmu. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.

Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus

kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seseorang tentang

masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang

bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang

dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses

mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang

hayat. Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang etimolodi dan

konsep ilmu, science, logos/logy, pengetahuan (knowladge), ilimu pengetahuan,

pengalaman, doktrin, logika (logic), mistik, dan mitos.


ETIMOLOGI DAN KONSEP

A. ILMU

Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami,

mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata

science. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata scio,

scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu

Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun,

1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah

pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu.

Menurut para ahli definisi ilmu adalah sebagai berikut.

1. Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur

tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama

sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut

hubungannya (jika dilihat dari dalam).

2. M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah penelusuran data atau

informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan

menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.

3. Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak

penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.

4. Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik

dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.


5. Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses

mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).

Menurut Hamid (2011) ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya

melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan

ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut memiliki

sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak

cepat putus asa dengan pekerjaan atau hasil karyanya.

Menurut Dewey (dalam Ardhana 1987) hakikat ilmu terletak bukan pada

simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran

matematikanya. Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi

agar pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, yaitu: (1) objektif berarti Ilmu harus

memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat

hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada,

atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang

dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut

kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang

penelitian. (2) metodis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi

kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya,

harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa

Yunani metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu

yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. (3) sistematis, dalam

perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan

terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab

akibat menyangkut objeknya. (4) universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah

kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga

bersudut..

B. SCIENCE

Hewitt et al. (2006: 1) “Science is an organized body of knowledge about nature.

It is the product of observations, common sense, rational thinking, and (sometimes)

brilliant insights”. Sains merupakan susunan bangunan pengetahuan tentang alam. Sains

merupakan produk dari observasi, akal sehat, berfikir rasional dan terkadang wawasan

yang brilian. Chiappeta dan Koballa (2010: 105) pada hakekatnya sains terdiri dari empat

elemen, yaitu sains merupakan cara berpikir (a way of thingking), cara untuk

penyelidikan (a way of investigating), kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), dan

sains dan interaksinya dengan teknologi dan masyarakat (science and its interactions

with technology and society).

Lebih lanjut Patta Bundu (2006: 11) menjelaskan bahwa secara garis besar sains

memiliki tiga komponen yaitu 1) proses ilmiah yang merupakan keterampilan untuk

mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu, 2) produk

ilmiah yang berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat menjelaskan

dan memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya 3) sikap ilmiah

merupakan sikap yang dimiliki ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan

baru. Carin & Sun (1989: 5) menegaskan bahwa terdapat tiga elemen dari sains yaitu

proses atau metode yang meliputi cata penyelidikan masalah, observasi, membuat
hipotesis, mendesain dan melakukan eksperimen, mengevaluasi data dan perhitungan, 2)

produk yang meliputi fakta, prinsip, hukum, teori, 3) sikap yang meliputi kepercayaan,

nilai-nilai, dan pendapat

Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapa disimpulkan bahwa science

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena alam dan mengungkap

fenonema yang terkandung didalamnya yang dijabarkan melalui metode ilmiah.

C. LOGOS/LOGY

Logos dalam Yunani diartikan sebagai ucapan; pembicaraan; pikiran; akalbudi;

kata; arti; studi tentang; pertimbangan tentang; ilmu pengetahuan tentang; alasan pokok

mengapa suatu hal adalah apa adanya; prinsip-prinsip dan metode-metode yang

digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala dalam suatu disiplin tertentu; aspek-aspek di

dalam suatu benda yang membuat benda itu dapat kita mengerti; dasar pemikiran tentang

suatu hal. (Bagus 2005: 543-544).

Dilansir dari jurnal Analisis Elemen Desain Grafis dari Visual Konten Instagram

Indonesia Tanpa Pacaran Ditinjau dari Teori Retorika (2021) oleh Irene Hasian dan Irsya

Putri, logos harus didasarkan pada argumen dan bukti rasional, sesuai wacana yang akan

disampaikan dalam sebuah pesan. Logos adalah kumpulan bukti logis yang digunakan

pembicara. Bagi Aristoteles, logos mencakup penerapan beberapa praktik, termasuk

penggunaan klaim logis serta bahasa yang jelas.

D. PENGETAHUAN (KNOWLADGE)
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang

berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972)

dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is

justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Hamid (2011), pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Menurut Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge)

adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia.

Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari

pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman

meliputi semua hal yang dialami baik oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber

dari intuisi dan kata hati (concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua

macam sumber yang disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang

bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu

pengalaman pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif. (1)

Pengalaman pribadi Ketika menghadapi suatu masalah, manusia akan mencari solusi

dengan belajar dari pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh, seorang ibu telah

mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan suatu ramuan tradisional tertentu

saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit kembali, maka ibu tersebut akan mengobati

anaknya dengan ramuan yang sama. (2) Modus otorita Jika orang yang mempunyai

wewenang atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain


mendengar dan mempercayainya. Sebagai contoh, 6 penjelasan seorang dokter tentang

suatu penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas akan

dipercaya muridnya. (3) Penalaran deduktif Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum

menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut juga silogisme, dan digunakan untuk

menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor,

premis minor, dan kesimpulan. Sebagai contoh, premis mayor: semua makhluk hidup

akan mati. Premis minor: manusia adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia

akan mati. (4) Penalaran induktif Dalam penalaran induktif pencarian pengetahuan

dimulai dengan observasi terhadap hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang

umum.

E. ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman dan pengetahuan sejumlah

orang yang kemudian dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.

Orang dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh

karena ilmu pengetahuan disusun dari pengalamanpengalaman dan pengetahuan yang

sudah diuji kebenarannya. (Sutrisno, 2000)

Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan baik sebagai suatu hasanah pengetahuan

yang terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan

kebenaran. Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi

pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem

pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur.


Syarat Ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Vardiansyah (2008) dalam

bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga

syarat, yaitu: (1) sistematik, yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai

suatu sistem. 7 (2) objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti

oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal. (3) dapat

dipertanggung jawabkan, yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan

kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain. Van Meslen (1985),

mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu

pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis

koheren, berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis),

(2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab

ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4) objektivitas, artinya setiap ilmu

terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu

pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan,

karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu

jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-

pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7) kritis, artinya tidak

ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang

memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai

perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.

F. PENGALAMAN
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun

dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Saparwati, 2012). Pengalaman

dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan

menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertantu,

yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Saparwati, 2012). Pengalaman merupakan

peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan tersimpan dalam memori. Pengalaman

dapat diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama

berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan

dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. (Notoatmojo,2012) Pengalaman

adalah pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman, pendengaran

serta pengalaman masa lalu (Saparwati, 2012).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah

sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam

memori. Pengetahuan adalah suatu hasil atau dari manusia atas penggabungan atau

kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui Segenap apa

yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri, 2017). Menurut

Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, 6

telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh

oleh seseorang melalui panca indera.

Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun

dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Mapp dalam Saparwati,2012).

Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima
dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat

tertantu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Bapistaet al,dalam Saparwati,

2012). Pengalaman adalah pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan,

penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu (Notoatmojo dalam Saparwati,

2012). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah

sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam

memori. Pengalaman merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan

tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa

baru saja terjadi maupun sudah lama berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat

diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran

manusia. (Notoatmojo dalam Saparwati,2012)

G. DOKTRIN

Doktrin berasal dari bahasa Latin, doctrina yang berarti "pengajaran, instruksi".

Menurut Vocabulary, kata doktrin dan doktor berasal dari satu kata latin docere yang

berarti mengajar. Doctor berarti guru, dan doctrina berarti mengajar.

Menurut KBBI, doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran politik atau

keagamaan. Doktrin juga berarti pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan,

keagamaan, ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam penyusunan kebijakan

negara. Menurut Cambridge Dictonary, doktrin adalah sebuah keyakinan atau

seperangkat keyakinan, khususnya politik atau agama yang diajarkan dan diterima oleh

tertentu kelompok. Menurut Merriam Webster, doktrin adalah prinsip, posisi atau

kumpulan prinsip dalam cabang pengetahuan atau sistem kepercayaan.


Secara umum, doktrin adalah sesuatu yang diajarkan. Doktrin adalah sebuah

prinsip atau seperangkat prinsip-prinsip yang diikuti oleh kelompok tertentu atau dalam

situasi tertentu. Doktrin dapat meliputi kodifikasi keyakinan atau kumpulan ajaran atau

instruksi, prinsip atau posisi yang diajarkan.

Doktrin dijadikan esensi ajaran dalam cabang pengetahuan tertentu atau dalam

sistem kepercayaan. Bisa diartikan, doktrin adalah ajaran yang bersifat mendorong

sesuatu seperti memobilisasinya. Doktrin adalah pendapat atau pendirian ilmiah

yangdisusun dan dikemukakan secara rasionaldan dapat meyakinkan orang lain. Dalam

kebijakan pemerintah, doktrin adalah pernyataan kebijakan dasar pemerintah khususnya

dalam hubungan internasional. Dalam ilmu hukum, doktrin adalah prinsip hukum yang

ditetapkan melalui keputusan masa lalu. Dalam militer, doktrin adalah prinsip militer atau

serangkaian strategi.

H. LOGIKA (LOGIC)

Secara Etimologis, Logika berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai

hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam

bentuk Bahasa. Menurut W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso (dalam Nurgansah (2020:3),

logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Menurut Jan

Hendrik Rapar, logika adalah suatau pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat

kata dan dinyatakan dalam bahasa. Menurut soekadijo, logika adalah suatu metode atau

teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan menalar. Menurut William Alston, logika

adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-

ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah. Menurut Aristoteles,
logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu

sendiri dan hukumhukum yang menguasai pikiran.

Logika adalah bidang pengetahuan yang memperlajari segenap asas, aturan, dan

tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Pada mulanya logika sebagai

pengetahuan rasional. Oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai analitika, yang

kemudian dikembangkan oleh para ahli Abad Tengah yang disebut logika tradisional.

Mulai akhir abad ke-19 oleh George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi

logika modern, sehingga dewasa ini logika telah menjadi bidang pengetahuan yang amat

luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah.

Secara Etimologis, Logika berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sebagai

hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam

bentuk bahasa. Logika juga merupakan salah satu cabang dari filsafat. Sebagai ilmu,

Logika disebut sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari kecakapan untuk

bisa berpikir secara lurus, tepat dan teratur. Ilmu yang dimaksud mengacu pada

kemampuan rasional untuk bisa mengetahui kecakapan pada kesanggupan akal budi

untuk bisa mewujudkan pengetahuan di dalam sebuah tindakan. Kata logis digunakan

sebagai artian yang masuk akal. Logika sendiri adalah cabang filsafat yang sebenarnya 3

bersifat praktis dan sumber dari penalaran dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan

juga saran ilmu. Dengan fungsinya sebagai dasar dari filsafat dan sarana ilmu karena ini

merupakan jembatan antara filsafat dan ilmu. Secara terminologis logika dimana teori

yang dibuat dengan kesimpulan yang sah. Sebagai kesimpulan dasar yang berisik dari

satu sumber pikiran tertentu dimana kemudian akan ditarik kesimpulan. Dan penyimpan

yang sah. Dimana ini artinya hal ini akan sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga anda bisa dilacak kembali yang mana dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan

isinya.

Menurut W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso, logika merupakan ilmu dan kecakapan

menalar, berpikir dengan tepat. Menurut Jan Hendrik Rapar, logika adalah suatau

pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Menurut soekadijo, logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk

meneliti ketepatan menalar. Menurut William Alston, logika adalah studi tentang

penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna

memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah. Menurut Aristoteles, logika adalah

ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan

hukumhukum yang menguasai pikiran. Logika modern atau simbolik menggunakan tanda

– tanda atau simbol matematik, sehingga hanya bisa membahas hubungan antara tanda.

Padahal realitas tak mungkin bisa ditangkap dengan sepenuh hati oleh simbol

matematika. Sedangkan logika tradisional lebih membahas dan mempersoalkan definisi,

konsep dan ketentuan menurut struktur, nuansa dan susunan dalam penalaran untuk bisa

memperoleh kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada di realitas. Dalam hal ini logika

menjadi salah satu alat untuk menganalisis dari argumen.

Dengan demikian maka ilmu logika juga boleh dikatakan sebagai ilmu dalam

pertimbangan atau ukuran. Sebenarnya ada banyak manfaat lain dari Logika diantaranya

adalah menjaga supaya anda selalu berpikir benar. Menjadi lebih efektif dalam berpikir

atau berargumentasi. Berpikir sistematis sesuai dengan aturan berpikir benar. Sebagai

ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun dan termasuk juga Karena pada dasarnya yang

dipelajari dalam ilmu logika adalah aturan berpikir yang benar maka secara tidak
langsung seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam hal

berpikir. Ini semua sebenarnya sangat tergantung dengan apa yang diterapkan dalam

aturan berpikir. Disiplin bukan dalam menggunakan aturan dan sering berlatih akan

mengungkapkan kebenaran

I. MISTIK

Terminologi mistisisme (Ing: mysticism, Yun: mysterion) berakar pada kata kerja

myein: menutup mata; mystikos yang artinya rahasia, tersembunyi, atau gelap; mystes

(kb): orang yang mencari rahasia-rahasia kenyataan. Kata sifat mistik dalam

penggunaannya biasa dikaitkan dengan upacara agama misteri, upacara yang harus

dirahasiakan;2 juga untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan

tentang misteri. Bagi Karen Armstrong, ada hubungan linguistik antara tiga kata, mitos,

mistisme dan misteri. Ketiganya berasal dari kata kerja bahasa Yunani ‘musteion’ yang

artinya ‘menutup mata atau mulut’. Oleh karena itu, ketiga kata tersebut berakar dalam

pengalaman tentang kegelapan dan kesunyian. Oxford Advanced Learner’s Dictionary

mendefinisikan mistisisme sebagai suatu kepercayaan atau pengalaman tentang mistik;

ajaran atau kepercayaan bahwa pengetahuan tentang hakikat Tuhan bisa diperoleh

melalui meditasi atau pemahaman spiritual yang bebas dari pengaruh akal dan panca

indra.

Sementara menurut KBBI, mistisisme atau mistik merupakan subsistem yang ada

dalam agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia merasakan dan

mengalami emosi bersatu dengan Tuhan. Mengenai mistisisme terdapat beragam definisi
yang hampir sebanyak jumlah penulisnya. Bagi Lorens Bagus, mistisisme adalah suatu

pendekatan spiritual dan nondiskursif kepada persekutuan jiwa dengan Allah, atau apa

saja yang dipandang sebagai realitas sentral alam raya. Konsep filosofis lebih memahami

mistik sebagai satu doktrin yang menegaskan bahwa seseorang dapat mencapai

pengetahuan akan realitas yang tak tercapai melalui indra atau konsep rasional.

Sementara secara teologis, mistisisme dapat dimaknai sebagai kecintaan pada Yang

Absolut, suatu kecintaan yang mampu membawa hati sang mistikus ke hadirat Tuhan

sekaligus mampu mengambil jarak dengan segala sesuatu yang tercipta dalam rangkaian

ruang dan waktu. Sebagai suatu paham, mistisisme meyakini bahwa kebenaran-

kebenaran yang tidak dapat dijangkau akal budi, dapat diperoleh melalui perenungan dan

penyerahan diri; percaya akan kemungkinan bersatunya manusia dengan Allah secara

rohani.

J. MITOS

Mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara

harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang, dan dalam arti yang

lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, disamping itu mitos juga dipadankan

dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas

mitos atau isi mitos. Mitologi atau mitos merupakan kumpulan cerita tradisional yang

biasanya diceritakan secara dari generasi kegerasi di suatu bangsa atau rumpun bangsa,

serta mensistematiskan menjadi sebuah struktur yang menceritakan semua mitos dalam

semua versi berkaitan dengan kebudayaan yang melingkupinya serta berbagai tanggapan

masyarakat tetang mitos tersebut.


Jauh sebelum lahirnya filsafat, masyarakat Yunani telah mengenal mite-mite.

Mite-mite tersebut memiliki fungsi sebagai jawabat atas pertanyaan-pertanyaan mengenai

teka-teki atau misteri tentang alam semesta dan kehidupan yang dialami langsung oleh

masyarakat Yunani pada masa itu. Pertanyaan-pertanyaan tersbut diantaranya mengenai

asal usul manusia. Ketika itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta

dan seluruh isinya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan pada kepercayaan semata. Para

ahli pikir tidak puas akan keterangan tersebut kemudian mencoba mencari keterangan

melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawaban. Apakah sebetulnya alam ini,

apakah intisarinya beraneka warna, mereka mencari inti alam ini dengan istilah mereka.

Tales misalnya, yang berpendapat bahwa intisari alam ini adalah air, menurutnya prinsip

pertama semesta adalah air. Semua berawal dari air dan berakhir ke air pula. Tiada

kehidupan tanpa air, tidak ada satu makhluk hidup pun yang tidak mengandung unsur air.

Kemudian Anaximandrus mengatakan bahwa dasar dari alam ini ialah udara, baginya

yang sejati bukanlah suatu yang dapat diamati oleh pancaindra tetapi sesuatu yang tidak

tampak (yang tak terbatas). Dalam hal ini mitos memang lebih dikenal untuk

mencaritakan kisah yang berlatar belakang masa lampau, yang umumnya berisi

penafsiaran tentang alam semesta dan keberadaan makluk didalamnya. Munculnya mitos

bisa menjadi catatan peristiwa sejarah, atau menjadi penjelas suatu ritual. Salah satu

penkaji mitos adalah Claude LeviStrauss dengan teori mitosnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung:
Bumi Aksara.

Ardhana, Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Bagus Lorens. 2002. Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Carin, A. A. & Sund, R. B. (1989). Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill
Publishing Company.

Chiappetta, E.L. dan T.R. Koballa. 2010. Science Instruction in The Middle and Secondary
Schools: Developing Fundamental Knowledge and Skills. United State of America:
Pearson Education Inc

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online,
http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitianilmiah.html)

Nurgiansyah, T Heru. 2020. Filsafat Pendidikan. Banyumas: PT Pena Persada

Patta, Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains. Jakarta : Depdiknas

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai