Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Anggota kelompok : Wanda Indriani Wibowo Kenny Ryan Limanto Johanes Putra Wicaksono 098114003 098114006 098114010

Leonardus Nito Kristiyanto 098114019 Topan Fajar Pamungkas 098114022

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

A. Pengertian dan Kriteria Ilmu Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata science, yang secara etimologis berasal dari kata latin scinre, artinya to know. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Harold H. Titus mengartikan ilmu (science) sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwaperistiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, yang teliti dan kritis. Menurut Prof. Dr. Mohammad Hatta, tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam. Prof. Dr. A. Baiquni merumuskan bahwa science merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist. Sedangkan Prof. Drs. Harsojo menyatakan bahwa ilmu itu adalah : 1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan. 2. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. 3. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dan bentuk: Jika, maka! Jadi ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif. Syarat-syarat ilmu yaitu :

1. ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Ilmu

mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. 2. ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b) bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f) mengutamakan data langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan

peneliti, (i) mengutama- kan perspektif emic, (j) verifikasi, (k) sampling yang purposif, (l) menggunakan audit trail, (m)partisipatipatif tanpa mengganggu, (n) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (o) disain penelitian tampil dalam proses penelitian. 3. Pokok permasalahan(subject matter atau focus of interest). Ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji. Mengenai focus of interest ini, Husein Al-Kaff dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan Pendidikan Islam AlJawad menjelaskan bahwa ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah masalah yang sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi (Husein Al-Kaff, Filsafat Ilmu,). Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu, yaitu : (1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, (2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan (3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi. Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van den Haag bahwa ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif. Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh Lorens Bagus (1996:307-308) tentang pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat

siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal. Sementara itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut : (1) obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif, (2) koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan; (3) reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi, (4) valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal, (5) memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum, (6) akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan (7) dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal. Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung PS-IKIP Bandung.

B. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan zaman. Terdapat banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan yang dapat kita temui. Pada makalah ini kami akan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menurut subyeknya dan obyeknya. Menurut subyeknya dibagi menjadi : 1. Teoritis a. Nomotetis Ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku,

mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan dimana saja, misalnya ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagainya. b. Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan)

Ilmu yang mempelajari obyeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainya. 2. Praktis (applied science/ ilmu terapan) Ilmu yang langsung ditujukan kepada pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih lanjut yaitu : a. Normatif yaitu ilmu yang mengajarkan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-laramgan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral). b. Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmu yang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu untuk mencapai hasil tertentu. Misalnya ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainya. Kedua macam ilmu pengetahuan ini saling melengkapi, jadi walaupun dibedakan tetap tidak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan mempunyai bagian teoritis disamping bagian praktis, sehingga sering sulit diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam pembagian ini, ilmu teoritis, biasanya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis, akan tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis. Menurut obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya) dibagi menjadi : 1. Universal atau umum Meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia, misalnya:

teologi/agama dan filsafat. 2. Khusus Hanya mengenai salah satu ilmu tertentu dan kehidupan manusia, jadi obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja. Inilah yang biasanya disebut ilmu pengetahuan. Selain itu ilmu juga dibagi menjadi : 1. Ilmu-Ilmu Alam Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur

apa yang terjadi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebagainya. 2. Ilmu Pasti Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstaraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu aljabar dan sebagainya. 3. Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan Ilmu yang mempelajari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Misalnya ilmu sejarah, , ilmu hukum , ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainya. Ketiga macam ilmu pengetahuan ini juga dibeda-bedakan tetapi jangan sampai dipisah-pisahkan, karena memang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi dan melengkapi. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf : 1. Cristian Wolff Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar, yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff dapat dibagi menjadi : a. Ilmu pengetahuan empiris Kosmologis empiris, psikologis empiris b. Matematika Murni : aritmatika, geometri, aljabar Campuran : mekanika, dan lain-lain c. Filsafat Spekulatif: metafisika Umum: ontologi Khusus: psikologi, kosmologi, theologi

d. Praktis Intelek: logika Kehendak: ekonomi, etika, politik Pekerjaan fisik: tekhnologi 2. Auguste Comte Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte yaitu ilmu pasti (matematika), ilmu perbintangan (astronomi), ilmu alam (fisika), ilmu kimia, ilmu hayat (fisiologi atau biologi), fisika sosial (sosiologi). Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagi berikut: a. Ilmu pengetahuan Logika (matematika murni), ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi) b. Filsafat Metafisika, Filsafat ilmu pengetahuan

C. Kaitan Ilmu-Ilmu dengan Kehidupan Saat Ini Hal yang paling menggelisahkan dunia yang semakin bertambah secara tidak stabil melalui berbagai cara adalah musnahnya ras manusia. Hal ini tampak seperti katakata klise, namun kenyataan menunjukkan bahwa ilmu modern yang berhubungan secara kompleks dengan militer industrial melalui penemuan-penemuannya telah mengadakan suatu perubahan kualitatif terhadap hubungan-hubungan internasional yang sukar dijangkau. Pertumbuhan perlombaan persenjataan nuklir yang terus berlangsung

dibenarkan

secara

resmi

dari

segala

segi

dengan

adanya

keinginan

untuk

mempertahankan keseimbangan, namun berbagai pendapat mempertimbangkan untuk mengambil resiko dalam perang dunia tanpa mengurangi kemungkinannya. Sedikitnya ancaman, tetapi besarnya keseriusan pada akhirnya merupakan ketidakstabilan pada landasan masyarakat yang muncul sebagai pengaruh yang kuat dari ilmu. Perkembangan standar obat-obatan dan kesehatan masyarakat menyebabkan pertumbuhan populasi dunia dengan menurunnya penyakit dan kematian anak-anak. Sementara itu ilmu pertanian telah menaikkan produksi pangan untuk mencukupi seluruh populasi dunia dengan perkecualian pada standar beberapa macam makanan dan beberapa hal yang menakutkan yang tidak begitu mengalami pertambahan. Di bagian dunia yang lebih makmur, masyarakat teknologi telah menaikkan keinginan akan adanya standar hidup yang tinggi. Tetapi melalui alokasi dan pemakaian sumber yang tidak seimbang menyebabkan adanya ketegangan hubungan antara negara-negara berkembang dan belum berkembang (negara-negara Utara dan Selatan). Secara khusus ilmu dan teknologi semakin memusatkan perhatiannya pada produksi barang-barang mewah bagi kemakmuran sedikit orang juga bagi perlengkapan militer untuk melindungi kekayaannya, dengan mengabaikan kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan bagi mayoritas golongan lemah. Selanjutnya dengan memaksakan nilai-nilai teknologi pada dunia kaya, prinsip-prinsip demokratis dasar telah digali di negara-negara miskin di Afrika, Asia dan Amerika Latin dimana keahlian canggih yang dibutuhkan dipusatkan pada buruh tani. Banyak ilmu modern yang berhubungan dengan industri menimbulkan ancaman baru, yaitu polusi yang membahayakan keseimbangan ekologi alam yang mungkin tidak dapat diubah dan dipindahkan lagi. Misalnya DDT membunuh serangga pembawa penyakit dan perusak tanaman, kemudian karena tidak selektif, maka DDT juga mematikan serangga-serangga lain. Hal ini terus berlanjut dan telah menyebar melalui air dan udara ke seluruh bagian bumi. DDT ini mengumpul pada makanan dan telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap kesuburan burung, walaupun belum tampak pengaruh buruknya pada manusia bila berkumpul pada jaringan tubuhnya. Banyak contoh penting lainnya, seperti bahaya radiasi matahari yang menakutkan sebagai akibat habisnya lapisan ozon dari atmosfer-atas karena penggunaan flourokarbon sebagai bahn

bakar alat penyemprot aerosol, atau endapan hujan asam yang dapat mengganggu keseimbangan danau dan sungai dan diperkirakan sebagai akibat dari produksi belerang pada atmosfer, khususnya dari stasiun-stasiun pembakaran batubara. Hal-hal seperti di atas mempunyai dua arti menurut konteks etis, sebab mereka yang menderita sebagai akibat polusi bukanlah mereka yang menyebabkannya. Masalah polusi sangat erat kaitannya perkembagan teknologi dan juga dengan keletihan laju perkembangan sumber-sumber alam, khususnya berkurangnya mineral dan bahan bakar. Diperkirakan pemakaian mineral lebih banyak pada lima puluh tahun pertama abad ini daripada selama tahun-tahun sebelumnya dan antara tahun 1950 dan 1975. Pemakaian bahan bakar minyak meningkat paling sedikit 100 kali lipat selama abad dua puluh ini. Gambaran ini menunjukkan ketakutan nyata, tidak hanya pada krisis energi, tetapi juga krisis kehidupan industri. Hal ini banyak menimbulkan pertanyaan tentang masyarakat macam apakah yang harus kita cari dan bangun, juga hal-hal apakah yang berhubungan dengan masyarakat yang bisa diharapkan. Karena masalah-masalah tersebut berkembang cepat, maka berbagai cara penanggulang yang ada kini tampak tidak akan memadai untuk masa yang akan datang. Hingga kini berbagai perbedaan pendapat muncul tentang apakah teknologi yang akan datang akan mampu mengatasi masalahmasalah yang disebabkan oleh teknologi masa kini (yang disebut kesulitan teknologi) atau apakah kita terpaksa memasuki era tonggak pabrik dimana kualitas seperti pertapaan dan kekerasan lebih berharga daripada produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan yang terakhir kita harus secara sadar mulai membiasakan diri kepada masyarakat baru yang menekankan pada kualitas hidup daripada jumlah produksi.

D. Ilmu Eksakta dan Ilmu Humaniora Ilmu eksakta dapat didefinsikan sebagai bidang ilmu pasti atau hal-hal yang bersifat konkret yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan, perhitungan serta dapat dibuktikan dengan pasti. Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.

Humaniora juga berarti cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti filsafat, sastra, dan seni; tidak termasuk di dalamnya ilmu (science) seperti biologi dan ilmu politik. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan, proses yang menghasilkan kualifikasi tersebut. Humaniora merupakan studi yang memusatkan perhartiannya pada kehidupan manusia, menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan, Humaniora berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang humaniora rasionalitas tidak hanya dipahami sebagai pemikiran tentang suatu objek atas dasar dalilidalil akal, tetapi juga hal-hal yang bersifat imajinatif, sebagai contoh Leonardo da Vinci mampu menggambar sebuah lukisan yang mirip dengan bentuk helikopter jauh sebelum ditemukan pesawat terbang. Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities (Inggris), humanisme, humanitarian, humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human, yang berarti mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora maupun humanitas, kedua-duanya dipergunakan dalam bahasa Latin/Yunani, misalnya dalam Literae Humanitates, atau Literae Humaniores. Oleh karena literatur Yunani/Latin adalah sumber utama dari pengetahuan, kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas (Latin) berarti bahasa dan literatur (termasuk filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra), Yunani dan Romawi kuno. Sebagai sebuah bidang studi, humaniora menekankan pada analisa dan pertukaran ide-ide dibandingkan ekspresi kreatif seni atau penjelasan kuantitatif ilmu pengetahuan. 1. Sejarah, antropologi, dan arkeologi mempelajari perkembangan sosial, politik dan budaya manusia. 2. Literatur, bahasa dan linguistik mempelajari bagaimana kita berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana ide dan pengalaman kita akan pengalaman kemanusiaan diekspresikan dan diinterpretasikan. 3. Filosofi, etika, dan perbandingan agama mempertimbangkan ide tentang makna hidup dan alasan bagi pemikiran dan tindakan kita. 4. Yurisprudensi menguji nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menginformasikan hukum kita.

5. Pendekatan historis, kritis, dan teoritis terhadap seni merefleksikan dan menganalisa proses kreatif. E. Sumbangan Ilmu-Ilmu itu Bagi Manusia Pembelajaran atau pemahaman dari ilmu eksakta lebih meyakinkan dalam mencapai kebenaran, karena semua yang dilakukan penuh dengan perhitungan sehingga dianggap tidak akan ada kesalahan.
Manfaat ilmu kimia : 1. Dapat mengubah bahan alam menjadi sesuatu/produk/barang yang berguna untuk memenuhi dan membantu kehidupan manusia. Misalnya sabun, mobil, pakaian, dan lain-lain. 2. Manusia lebih memahami tentang alam sekitar dan proses yang terjadi di dalamnya 3. Manusia memahami proses yang berlangsung didalam tubuhnya Manfaat ilmu kedokteran : 1. Manusia dapat mengobati penyakit yang dideritanya 2. Manusia dapat memelihara dan menjaga kesehatannya 3. Manusia dapat menganalisis gejala penyakit yang menyerangnya 4. Manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik secara fisik maupun mental Manfaat ilmu astronomi : 1. Manusia mengeathui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit 2. Manusia dapat menentukan awal bulan puasa dan hari Lebaran 3. Manusia dapat menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari atau bulan 4. Manusia mnegetahui terjadinya siang dan malam 5. Petunjuk fenomena alam di bumi Manfaat ilmu geografi : 1. Manusia mengatahui tentang perubahan iklim. Pengetahuan ini membantu manuisa dalam bercocok tanam, berlayar 2. Manusia mengeathui tentang lapisan-lapisan atmosfer dan dampaknya bagi kehidupan dan aktivitas sehari-hari 3. Manusia mengetahui lapisan-lapisan bumi dan struktur bumi, laut, dan isinya Manfaat ilmu fisika : 1. Manusia dapat memanfaatkan energi yang ada di alam semesta 2. Manusia dapat menghitung energi yang dikeluarkan dan yang masuk dalam berbagai aktivitas

Manfaat ilmu matematika : 1. Digunakan dalam bidang sains dan teknik 2. Membantu manusia dalam berdagang dan bidang perekonomian 3. Membantu manusia berfikir secara matematis dan logis

Humaniora terdiri atas unsur-unsur seni, etika, kearifan, nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kelembutan, memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan berbuat baik bagi manusia. Tanpa nilai-nilai tersebut, manusia atau perilakunya dapat dikategorikan tidak humanis, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar. Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-nilai, dan sifat empati. Dengan belajar humaniora, perilaku manusia menjadi lebih memiliki budi pekerti luhur, sehingga apa yang akan dilakukan lebih manusiawi dan yang dilakukan juga sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Ilmu humaniora yang menjadikan manusia (humanus) lebih manusiawi (humanior), pada mulanya adalah trivium yang terdiri atas gramatika, logika, dan retorika. Gramatika (tata bahasa) bermaksud membentuk manusia terdidik yang menguasai sarana komunikasi secara baik. Logika bertujuan untuk membentuk manusia terdidik agar dapat menyampaikan sesuatu sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dan masuk akal. Retorika bertujuan untuk membentuk manusia terdidik agar mampu merasakan perasaan dan kebutuhan pendengar, dan mampu menyesuaikan diri dan uraian dengan perasaan dan kebutuhan itu.

F. Nilai-Nilai Yang Disumbangkan dari Ilmu-Ilmu Itu Bagi Manusia Nilai-nilai yang disumbangkan dari ilmu eksakta yaitu : 1. Sikap mencintai kebenaran Selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh karena itu mereka yang selalu terlibat dalam proses ilmu eksakta diharapkan mendapatkan imbas atau dampak positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu. 2. Sikap tidak purbasangka

Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. Dalam kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana pertengkaran dan hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia. 3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak Kesimpulan seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang itu bersikap rendah hati dan tidak sombong. 4. Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini Dengan mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan atau menemukan adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya maka orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 5. Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat menghargai pendapat orang lain yang lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk memperbaiki, melengkapi, maupun untuk

meningkatkan pengetahuannya. 6. Bersikap tidak putus asa Orang-orang yang berkecimpung dalam ilmu eksakta, mereka menggali atau mencari kebenaran. Mereka akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila kebenaran itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam hidupnya. Oleh karena itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa. 7. Sikap teliti dan hati-hati Seorang ilmuwan memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.

8. Sikap curious atau ingin tahu Para ilmuwan atau mereka yang berkecimpung dalam ilmu eksakta akan didorong untuk ingin tahu lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga pengetahuan yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan pengetahuan yang mereka dapatkan tentu akan memberikan reinforcement untuk mendorong mereka mencari tahu lebih banyak. 9. Sikap optimis Ilmuwan selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuwan berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang tidak mungkin dikerjakan. Nilai-nilai yang didapat dari ilmu humaniora : 1. Kebajikan Sejarah adalah kebajikan. Ia adalah ilmu yang menjadi pangkal untuk memahami seluruh kehidupan manusia beserta peradaban yang sebenarnya. Belajarlah dari sejarah karena ia adalah guru yang akan membawa manusia kepada kearifan. Pelajaran sejarah itu akan bisa ditarik makna dan nilainya sesuai apa yang manusia inginkan. Banyak hal yang bisa dipetik dari contohcontoh pengalaman-pengalaman masyarakat masa lampau. Dari peperangan, bencana, ataupun perusakan lingkungan hingga mengakibatkan hancurnya peradaban masa lampau. 2. Meningkatkan kualitas berfikir kritis Kualitas pikir tidak lagi terfokus pada hal-hal hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku pada dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran. Menurunnya studi kedokteran cenderung

memfokuskan mindset pada ujian, diskusi yang monoton tentang pasien, hasil laboratorium, insiden, banyak pasien, dan lain-lain. Humaniora membebaskan kita dari terkunci dalam satu mindset. Kita perlu kelenturan dalam mengubah

perspektif, dan mengubah interpretasi bila diperlukan. Dengan sastra, seseorang (mahasiswa kedokteran) dapat mengembangkan empati dan toleransi, mencoba menempatkan diri dalam gaya hidup, imaginasi, keyakinan yang berbeda. 3. Meningkatkan rasa empati Ketika kita membaca karya sastra (hikayat, puisi, cerpen, novel, dan drama) atau karya sejarah, secara otomatis kita akan menerobos lingkungan ruang dan waktu yang ada di sekitar kita. Karya-karya fiksi dan puisi besar yang kita beri predikat "karya literer adalah karya-karya yang berhasil membangunkan manusia atas rasa empati dengan tokoh-tokoh dalam karya-karya termaksud. Karya sastra itu membuat kita mampu memahami segenap perjuangan tokohtokoh yang dilukiskannya, turut gembira dengan kebahagiaan yang dicapainya, dan turut bersedih dengan kemalangan yang dialaminya. Kita mengenali diri kita sendiri pada tokoh-tokoh dalam karya sastra yang kita baca sehingga kita dapat berkaca siapa sejatinya diri kita. Dengan membaca karya sastra dalam bentuk novel, cerpen, drama, dan puisi, kita turut menghayati segenap kebahagiaan dan kesedihan yang dialami tokoh-tokoh kita. Dalam proses penghayatan itu dunia kita diperluas, menembus batasbatas duniawi yang ada di sekitar kita. Kemampuan untuk memproyeksikan daya imajinasi kita ke dalam pengalaman orang lain memupuk kesadaran kita akan adanya persamaan dalam pengalaman dan aspirasi manusia. Ini merupakan permulaan dari kemampuan untuk mengembangkan empati, dan toleransi. 4. Berfikir kritis Kemampuan ini akan sangat penting ketika kita berhadapan dengan persoalan moralitas, baik moralitas sosial (public morality) maupun moralitas pribadi (private morality). 5. Meningkatkan rasa nasionalisme Melalui studi mengenai sejarah, khazanah sastra dan filsafat yang dimiliki suatu bangsa dalam konteks kultural, ilmu humaniora memberikan kesadaran tentang perspektif sejarah yang terbentang di hadapannya, kesadaran tentang

identitas kultural yang melekat padanya, kesadaran tentang pandanganpandangan dunia tertentu, dan nilai-nilai tertentu yang menjadi karakter bangsa itu. Kebudayaan Indonesia bersifat bhinneka, yang merupakan perpaduan atau tegangan antara kebudayaan nasional modern dan budaya tradisi atau daerah, dan masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Adanya tekanan pengaruh internal dan eksternal yang cukup kuat, membuat budaya-budaya daerah mengalami berbagai perubahan. Hubungan antara kebudayaan nasional dan budaya daerah ini berubah terus-menerus, karena kedua pihak selalu berusaha menanggapi setiap tekanan yang dihadapinya, termasuk gempuran budaya asing dalam era globalisasi dan transformasi sosial budaya ini. Kekayaan budaya daerah harus kita angkat ke permukaan dan kita sajikan secara terbuka, agar dipelajari oleh seluruh bangsa. Salah satu implikasi prinsip ini ialah bahwa karya-karya sastra klasik daerah harus kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan juga ke dalam bahasa daerah lain. 6. Mengetahui identitas bangsa Ilmu humaniora memiliki kemampuan untuk menumbuhkan pemahaman tentang diri kita sebagai bangsa, dan juga tentang perjalanan yang telah kita tempuh bersama untuk menjadi bangsa Indonesia sekarang ini, merupakan kekuatan yang dapat membantu terpupuknya kesadaran yang cerah pandang mengenai identitas nasional.

G. Contoh Sikap Yang Mencerminkan Nilai dari Ilmu Humaniora dan Eksakta Contoh sikap yang mencerminkan nilai dari ilmu humaniora salah satu contohnya adalah kita sebagai manusia berpendidikan dapat berfikir dengan lebih kritis dan menggali pikiran pikiran kritis kita dalam setiap menghadapi masalah. Dengan ilmu seperti humaniora kita dapat mempunyai sifat nasionalisme yang tinggi seperti dapat membela bangsa. Dengan ilmu kita juga dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk sehingga martabat dan kedudukan kita satu dengan yang lain sejajar. Dengan ilmu kita juga dapat memunculkan sikap peduli, tenggang rasa dan toleransi. Dengan sikap ini kita diharapkan kehidupan kita sebagai manusia dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Alfian. 1986. Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: UI Press. Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung. Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Mustansyir, R. dan Munir, M. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Salam, B. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bina Aksara. Sanusi, A. 1999. Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan. Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah. Suhandi, A. 1992. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung. Suriasumantri, J. S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai