Anda di halaman 1dari 8

PERAN AHMAD SURKATI DALAM GERAKAN AL-IRSYAD

DI INDONESIA

Hasna Azizah

G000150142/085747285882

haznzizah22@gmail.com

Abstrak

Peran Ahmad Surkati dalam gerakan Al-Irsyad di Indonesia memiliki pengaruh yang
besar terhadap bangsa Indonesia. Beliau melakukan pembaharuan terhadap ajaran islam yang
keluar dari Al-Qur'an dan Hadits. Ahmad Surkati tidak hanya aktif dalam berdakwah tetapi
beliau juga aktif dalam mengajar di madrasah yang beliau dirikan sendiri bersama beberapa
sahabatnya. Perjuangan yang dilalui tidaklah mudah melainkan membutuhkan perjuangan
yang begitu panjang. Meskipun begitu Ahmad Surkati tidak patah semangat dalam
menyumbangkan ide-ide reformasi dan pembaharuan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan atau library research dengan
metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Pendekatan yang digunakan
oleh peneliti adalah pendekatan deskriptif analitis.

Kata kunci : pembaharuan,


Pendahuluan

Ahmad Surkati merupakan salah satu ulama, cendikiawan, dan intelektual islam
Indonesia yang berasal dari timur tengah. Walaupun bukan berasal dari Indonesia tetapi
Ahmad Surkati juga ikut menyuburkan semangat nasionalisme yang mengantarkan Indonesia
merdeka pada tahun 1945. Ahmad Surkati merupakan pendiri gerakan Al-Irsyad di Indonesia.
Gerakan tersebut bertujuan untuk meluruskan ajaran islam yang melenceng dari aqidah umat
islam berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah di Indonesia. Namun nama Ahmad Surkati masih
terdengar asing di telinga masyarakat umum.

Hal ini terjadi sebab tidak banyak literatur ataupun media publik yang membicarakan
serta mengungkap identitas diri seorang ulama yang berasal dari timur tengah tersebut.
Lantas timbul berbagai pertanyaan mengenai tokoh tersebut. Siapakah Ahmad Surkati? Apa
pemikiran dari Ahmad Surkati? Bagaimanakah peran Ahmad Surkati dalam gerakan Al-
Irsyad di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan dilontarkan oleh masyarakat
pada umumnya, khususnya yang belum mengenal tokoh tersebut. Bagian pertama dari tulisan
ini akan dijelaskan biografi singkat tokoh, sedangkan bagian kedua akan dibahas mengenai
pemikiran tokoh dalam melakukan pemurnian yang ada di Indonesia.

Metode

Penelitian kepustakaan termasuk dalam jenis penelitian kualitatif tetapi lebih


membatasi pada literature-literatur (kepustakaan) tanpa ada riset lapangan, sehingga
penelitian ini bersifat analisis data induktif. Berawal dari proposisi khusus sabagai hasil
pengamatan kemudian ditarik sebuah kesimpilan umum agar mudah dipahami oleh pembaca.

Pembahasan

Biografi Ahmad Surkati

Ahmad Surkati lahir di desa Udfu, Jazirah Arqu, propinsi Dongula, salah satu daerah
bagian Negara Sudan yang berada di Benua Afrika pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini
masih keturunan Jabir bin Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad.
Sehingga nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad Surkati Al-Khazraji al-Ansari.
Kemudian orang-orang memanggilnya dengan nama Ahmad Surkati.1

Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama. Ahmad Surkati ketika
masih kanak-kanak tergolong anak yang cedas dibandingkan dengan teman-temannya.
Karena kecerdasan dan kejernihan pikiran, mendorong ayahnya cenderung memperlakukan
dia lebih istimewa dari saudara-saudara kandung lainnya. Ahmad Surkati sering diajak
ayahnya untuk menghadiri pengajian-pengajian atau majelis-majelis ilmiah yang dihadiri
para guru agama.

Belum menginjak usia baligh. Ahmad Surkati sudah menguasai beberapa ilmu-ilmu
keislaman. Seperti tafsir, hadits, tauhid, fiqih, dan lain-lainnya dan dia ketika masih muda
juga sudah menghafal Al-Qur'an. Ahmad Surkati ketika masih kecil memiliki cita-cita untuk
kuliah di Universitas Kairo di Mesir. Tetapi keinginan tersebut tidak dapat tercapai lantas
sebelum melanjutkan ke Mesir ayah Ahmad Surkati telah wafat. Walaupun begitu tidak
menyurutkan Ahmad Surkati untuk menimba ilmu. Semenjak meninggal ayahnya Ahmad
Surkati akhirnya memutuskan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus
mencari ilmu yang dengan ulama-ulama yang berada di Mekkah dan Madinah tersebut yang
merupakan pusat ilmu keislaman di dunia.

Ahmad Surkati belajar ilmu agama di Madinah selama 5 tahun lalu beliau kembali ke
Mekkah dan menetap disana selama 11 tahun. Beliau memperdalam ilmu agama, terutama
fiqh mazhab al-Syafi'i bersama para ulama-ulama yang berada di Mekkah dan mendapatkan
gelar Al-Allamah.2 Pada tahun 1326 H/1909 M, Ahmad Surkati mendirikan madrasah swasta
di Mekkah dan mengajar tetap di masjid Haram. Selama di Mekkah beliau sering surat-
menyurat dengan ulama yang berada di Al-Azhar. Pada waktu itu gerakan jami'at khayr dari
Indonesia untuk mencarika guru, lalu ulama dari Al-Azhar menunjuknya dan menganjurkan
untuk berhubungan langsung dengan Ahmad Surkati di Mekkah. Pada tahun 1329H/1911M,
Ahmad Surkati dating ke Indonesia yang ditemani oleh dua teman dekatnya, yakni Syekh
Muhammad Abd al-Hamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Tayyib al-Maghribi.

1
Sebutan "Surkati" yang berarti "banyak kitab" (sur menurut bahasa setempat (di desa udfu) artinya "kitab",
dan kattinmenunjukkan pengertian "banyak"). Dibalakang nama Syekh Ahmad, diambil dari sebutan yang
diletakkan pada neneknya yang memperoleh sebutan itu karena sepulangnya dari menuntut ilmu di Mesir dan
ia membawa kitab yang banyak. Lihat Bisri Affandi syeikh Ahmad Surkati (1874-1943) Pembaharuan &
Pemurnian islam di Indonesia (Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 1999) hlm: 4
2
Al-Allamah adalah Gelar terhormat yang disandang hanya untuk para cendikiawan filsafat tertinggi (marja'),
jurisprudens dan falsafah dalam agama islam. Gelar ini digunakan oleh para cendikiawan syiah dan juga
cendikiawan sunni.
Kedatangan Ahmad Surkati disambut gembira oleh warga jamiat khair3. Kabar
gembira tersebut langsung meluas di kalangan umat islam terutama kalangan orang Arab
hingga perguruan jamiat khair. Ahmad Surkati ditugasi untuk memimpin sekolah yang
terletak Pekojan. Pada tanggal 15 Syawal 1332H/6 september 1914M Ahmad Surkati
mengundurkan diri dari jamiat khair karena perselihan mengenai fatwa solo yang
menegaskan bahwa perkawinan antara alawi dengan non alawi adalah boleh menurut syara'.
Di saat-saat menyedihkan itu dua sahabatnya Saleh Ubaid dan Said Salim menemui Ahmad
Surkati untuk kembali ke Mekah dan mengajar di madrasah yang mereka dirikan. Tetapi
Ahmad Surkati menolaknya, bertepatan tanggal 15 Syawal 1332H/6 september 1914H secara
resmi Ahmad Surkati membuka serta memberikan nama sekolah itu Madrasah Al-Irsyad al-
Islamiyah. Bersamaa dengan pembukaan madrasah beliau juag mendirikan jam'iyah untuk
menaungi madrasahnya. Jam'iyah diberi nama "jam'iyat al-Islah wa A-Irsayad al-Arabiyah
yang biasa disebut dengan Al-Irsyad pada tanggal 11 Agustus 1915 M dan sudah
memperoleh pengakuan status badan hokum (rechtspersoon) dari pemerintahan Belanda.4

Karya-karya Ahmad Surkati:

1. Risalah Surah Al-Jawab (1915)


2. Risalah Tawjih al-Qur'an adab al-Qur'an (1917)
3. Al-Dhakhirah al-Islamiyah (1923)
4. Al-Masail al-Thalat (1925)
5. Al-Wasiyyat al-amiriyyah (1918)
6. Zedeleer Uit Den Qur'an (1932)
7. Al-Khawatir al-Hisan (1941)
8. Fatwa Kepada Muhammadiyah
9. Muhadharat Islamiyah (1937)5

Pemikiran Ahmad Surkati

Pada tahun 1914, Ahmad Surkati keluar dari golongan Jamiatul Khair yang
merupakan golongan orang-orang arab (sayyid) keturunan dari Fatimah. Setelah keluar
3
Jami'at Khair adalah suatu perkumpulan yang berasal dari orang arab. lihat Abdul Karim, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, (Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007), hlm:334
4
Muhammad Syamsul As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Seekitarnya ( Jakarta: Lentera,1996).
Hlm:306
5
Bisri Affandi, op.cit hlm: 39-53
Ahmad Surkati medirikan sekolah yang bernama Al-irsyad dengan bertujuan untuk kemajuan
ilmu pengetahuan dan ajaran agama islam. Karena menurut Ahmad Surkati pengajaran
merupakan kunci keberhasilan dari suatu bangsa. Apabila seorang guru memiliki posisi yang
mulia maka bangsa itu akan menjadi mulia sedangkan seorang guru memiliki posisi yang
hina maka bangsa itu akan menjadi hina. Kurikulum yang diterapkan Ahmad Surkati,
khususnya pada pendidikan formal lebih menekankan pada pendidikan dengan muatan
religius yang ditunjang dengan guru-guru yang kompeten dalam bidangnya.6

Ahmad Surkati tidak hanya dikenal sebagai pemimpin terkemuka masyarakat


Indonesia keturunan Arab, tetapi juga sebagai tokoh reformasi islam yang banyak
dipengaruhi pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh.7 Pemikiran Ahmad Surkati
dilatarbelakangi adanya pelapisan social di kalangan hadrami kaum Alawi yang berasal dari
Arab. Mereka berkeyakinan bahwa masih memiliki keturunan Ali-Fatimah. Kaum Alawi
memandang rendah kaum Non-Alawi. Bahkan mereka berkeyakinan bahwa orang Sharif atau
Sayyid berhubungan nasib dan keselamatan dunia akhirat, karena sebagai wasilah antara
manusia dengan Tuhan. Golongan Alawi mendapatkan kehormatan khusus dan hak istimewa.
Mereka menjaganya sangat ketat seperti hanya seorang wanita dari golongan ini tidak boleh
menikahi laki-laki dari golongan lain, karena kemulyaan dan menjaga keturunan. Mereka
diyakini diberi oleh Allah untuk memberi Syafaat dan menjadi Wasillah. Lalu Ahmad Surkati
membuat fatwa bahwa wanita dari golongan Alawi boleh menikahi laki-laki dari golongan
Non-Alawi. Tetapi fatwa tersebut sangat di tentang oleh golongan Alawi dan meminta
Ahmad Surkati untuk mencabut fatwa tersebut. Karena telah menodai keyakinan mereka.

Ahmad Surkati tidak hanya membasmi kafa'ah (kesetaraan) mengenai pernikahan


antara golongan Alawi dengan Non-Alawi. Beliau juga melakukan pemikiran permurnian
ajaran di Indonesia yang berkaitan dengan Bid'ah. Perlawaan Ahmad Surkati terhadap
praktek-praktek beragama yang menyimpang membuat beliau harus berhadapan dengan
kelompok-kelompok yang ingin melestarikan keyakinannya itu. Pangkal permasalahn ini
berasal dari golongan tua yang masih memelihara islam heterodoks (menyimpang dari
kepercayaan resmi yang masih dipengaruhi oleh animism, hindu) yang diyakininya.
Sedangkan kaum muda beformasi ke islam ortodoks (ajaran yang sesuai dengan Al-Qur'an

6
Ibid. hlm: 122
7
Lihat Syamsul Hidayat dkk, Studi Kemuhammadiyahan Kajian Histori, Ideologis dan Organisasi (Surakarta:
LPIK,2015) dijelaskan bahwa Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan yang berasal dari Mesir, lahir
pada 1848M di sebuah desa di provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ada 3 pranata yang menjadi pembaharuannya,
yaitu pendidikan, hokum dan wakaf.
dan Sunnah) yang diyakininya. Maka Ahmad Surkati melakukan pemurnian mengenai Taqlid
Buta8. Seperti contoh orang yang meminta syafaat kepada orang yang sudah meninggal.
Perbuatan tersebut dinyatakan bid'ah oleh Ahmad Surkati9.

Peran Ahmad Surkati

Sejak tahun 1921 Ahmad Surkati memiliki peran sebagai kepala sekolah sekaligus
penanggung jawab didalam Al-Irsyad. Namun, setelah tahun 1921 posisi Ahmad Surkati
berubah, karena beliau harus mencari dana operasional pendidikan di Al-Irsyad selama dua
tahun. Setelah itu Ahmad Surkati kembali ke lingkungan pendidikan Al-Irsyad dengan
mendirikan madrasah atas tanggung jawab pribadinya.
Ketekunan dan kesungguhan sebagai guru yang juga melakukan pembinaan terhadap
alumni Al-Irsyad, membuat Ahmad Surkati berada di posisi sentral dalam pemikiran
keagamaan yang berorientasi pada pembaharuan dan pemurnian islam di kalangan orang arab
dan pribumi10.
Pemikiran Ahmad Surkati ditujukan kepada mereka yang masih menjalankan ibadah
tidak berdasarkan dengan Al-Qur'an dan hadits. Karena beribadah yang menyimpang, bid'ah
dan khurafat tidak hanya dilakukan oleh kalangan orang arab yang dipengaruhi adat dari
tempat asalnya tetapi juga orang pribumi yang masih mempercayai animisme, hindu dan
budha. Tidak hanya itu ajaran Ahmad Surkati yang kembali untuk mempraktekkan Al-Qur'an
dan Hadits menjadi perdebatan antara golongan Alawi dan Non Alawi. Sehingga terjadi
perbenturan ide-ide antar kelompok tersebut dan mewarnai pergerakan islam di Indonesia.

8
Taqlid Buta adalah model pemahaman keagamaan para pemuka agama tradisional yang sesungguhnya
mempunyai kemampuan mengarahkan orang awam pada dalil Al-Qur'an dan sunnah, namun mereka hanya
berhenti pada keterangan Faqih. Baca Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi, (Surabaya
: Khalista, 2012) hlm: 44
9
Lihat surat Az-Zumar ayat 44 artinya: Katakanlah, "pertolongan itu (syafaat) hanya milik Allah semuanya. Dia
memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan".
10
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta : PT Djaya Pirusa, 1980) hlm:77
Kesimpulan
Ahmad Surkati merupakan tokoh pembaharuan Islam yang dalam pemikirannya
menolak perbuatan kaum muslimin yang melakukan perbuatan taqlid buta dan tidak bolehnya
seorang syarifah menikah dengan non-alawi. Beliau mendirikan Al-Irsyad ketika keluar dari
Jami'at Khair. Setelah keluar dari jami'at khair Ahmad Surkati mendirikan sebuah madrasah
yang bernama Al-Irsyad. Dengan berdirinya madrasah tersebut merupakan cara beliau untuk
menyebarkan agama islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits. Dalam madrasah
tersebut tidak hanya dibekali dengan ilmu agama melainkan ilmu pengetahuan umum dengan
tujuan ketika mereka lulus dari madrasah dapat menjadi seorang mubaligh.
Daftar Pustaka

Abdusshomad, Muhyiddin., Hujjah NU Akidah-Amaliah-Tradisi, Khalista, Surabaya,


2012

Affandi, Bisri syeikh., Ahmad Surkati (1874-1943) Pembaharuan & Pemurnian islam
di Indonesia, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1999

Hidayat , Syamsul dkk., Studi Kemuhammadiyahan Kajian Histori, Ideologis dan


Organisasi, LPIK, Surakarta, 2015

Karim, Abdul., Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam1900-1942, Pustaka Book


Publisher, Yogyakarta, 2007

Noer, Deliar., Gerakan Moderen Islam di Indonesia, PT Djaya Pirusa, Jakarta, 1980

Syamsul, Muhammad As., Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Seekitarnya,


Jakarta, Lentera, 1996

Anda mungkin juga menyukai