OLEH :
ABID RAMADHAN
Puji dan syukur khadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelasaikan makalah ini sebagai salah satu syarat
untuk dapat mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam Kordinator
Komisariat Universitas Bung Karno ( KORKOM UBK), Cabang Jakarta Pusat
Utara. Sholawat serta salam tak lupa semoga tetap tercurahkan kepada sang
Revolusioner sejati rosulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya
juga pada semua pengikut setianya hinnga akhir jaman, amin.
1. Kepada kedua orang tua yang telah mencintai dengan tulus serta selalu
mensuport penulis dalam setiap kegiatan organisasi khususnya di HMI.
2. Kepada saudara saudara yang telah membantu dan terus mendoakan
penulis dalam melaksanakan proses study di perguruan tinggi dari awal
hingga saat ini.
3. Dan Kepada keluarga besar HMI Cabang Ternate baik dari tingkatan
pengurus cabang dan seluruh komisariat dibawah naungannya,
wabilkhusus Komisariat Eksakta tempat kelahiran penulis dalam
Himpunan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, olehnya itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat di harapkan sebagai bahan perbaikan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis,
Abid Ramadhan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI.. ii
BAB I PENDAHULUAN... I
1.2
PENDAHULUAN
Salah satu agenda yang pernah di motori oleh mahasiswa, yakni reformasi
adalah sebuah gerakan yang menuntut adanya penegakan supermasi hukum.
Tuntutan itu sangat wajar mengingat selama tiga dasawarsa sebelumnya
supermasi hukum hanyalah menjadi jargon dan retorika yang tidak pernah
terrealisasi dalam kenyataan. Pada masa orde baru hukum hanya menjadi
instrumen bagi penguasa untuk melanggengkan dan meligitimasi kekuasaan serta
melindungi birokrasi dan eksekutif yang sangat korup. Ketika itu lembaga
lembaga penegak hukum telah di kebiri dan sepenuhnya berada di bawah kontrol
kekuasaan eksekutif sehingga mereka tidak memilki kemerdekaan dan
independensi, serta tak lepas dari intervensi elit - elit penguasa. Lembaga
peradilan bukan lagi menjadi tempat untuk mencari keadilan tapi sebagai pusat
jual beli keadilan, setidaknya keadilan hanyalah milik mereka yang memiliki
akses karena didukung oleh sumberaya ekonomi, politik, kekuasaan atau
kekerabatan.
Kini, Delapan belas tahun setelah reformasi bergulir ternyata penegakan
supermasi hukum masih terkesan jalan di tempat, bahkan hukum masih saja
terlihat tajam kebawah dan tumpul keatas, pelaku - pelaku KKN masih banyak
yang tidak dapat di jerat hukum sehingga menimbulkan rasa ketidak adilan. Satu
hal yang teramat pokok dalam tuntutan gerakan reformasi yaitu penegakan
supermasi hukum hanya menjadi harapan yang tak kunjung datang. Hal ini
menjadi pekerjaan rumah terbesar kaum muda yang harus secepatnya di
selesaikan agar tidak menjadi petaka yang akan menghancurkan negara yang
sangat kita cintai ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
Ada beberapa hal yang harus di miliki sebuah negara agar bisa di katakan
sebagai negara hukum, yang mana negara tersebut harus menjadikan superioritas
hukum sebagai aturan main dalam negara tersebut. Seorang pakar hukum yang
bernama Jhon Locke menjabarkan syarat syarat yang harus di miliki suatu
negara agar bisa dikatakan sebagai negara hukum. Yang pertama suatu negara
harus memiliki peraturan hukum yang mengatur warganya dalam menikmati
segala macam haknya. Lalu negara juga harus memiliki badan tertentu yang
digunakan untuk menyelesaikan sengketa atau permasalahan yang timbul di
pemerintahan. Yang terakhir suatu negara harus membentuk suatu badan yang
nantinya di gunakan untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa yang
timbul di kalangan masyarakat.
Seperti yang kita ketahui secara bersama bahwa cukup banyak orang yang
saat ini menjadi ahli atau pakar dalam dunia hukum, para pakar hukum tersebut
mencoba memberikan deskripsi mengenai supermasi hukum, yang mana masing
masing pakar hukum memiliki deskripsi yang berbeda beda. Adapun salah satu
pakar yang mendiskripsikan supermasi hukum adalah Homby A.S dia mengatakan
bahwa supermasi hukum adalah sebuah hal yang harus di jadikan sebagai
kekuasaan tertinggi dalam suatu negara, yang mana pendapat dari Homby tersebut
masih dapat dijabarkan secara luas menjadi hukum sudah seharusnya diposisikan
atau diletakan pada posisi paling tinggi dan memiliki kekuasaan dalam mengatur
kehidupan seseorang.
Ada juga pendapat dari seorang pakar yang bernama Soetandyo Wignjosoebroto,
menurut pandanganya supermasi hukum dapat di artikan sebagai upaya dalam
penegakan hukum dan penempatan hukum sebagai posisi tertinggi dalam suatu
negara yang dapat di gunakan untuk melindungi semua lapisan masyarakat tanpa
intervensi atau gangguan dari pihak manapun termasuk pihak penyelenggara
negara. Kemudian ada juga pakar bernama Abdul Manan yang mengemukakan
pendapatnya bahwa di lihat dari sisi terminologis supermasi hukum dapat
diartikan sebagai upaya penegakan hukum dan penempatan hukum pada posisi
tertinggi dari segalanya, serta menjadikan hukum sebagai panglima ataupun
komandan dalam upaya untuk menjaga dan melindungi tingkat stabilitas dalam
kehidupan suatu bangsa dan negara.
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat betapa penting adanya supermasi
hukum dalam suatu negara.
Namun dipihak lain perlu juga disadari bahwa penegakan hukum bukan
tujuan akhir dari proses hukum karena keadilan belum tentu tercapai dengan
penegakan hukum, padahal tujuan akhirnya adalah keadilan. Pernyataan di atas
merupakan isyarat bahwa keadilan yang hidup di masyarakat tidak mungkin
seragam. Hal ini disebabkan keadilan merupakan proses yang bergerak di antara
dua kutub citra keadilan. Naminem Laedere semata bukanlah keadilan, demikian
pula Suum Cuique Tribuere yang berdiri sendiri tidak dapat dikatakan keadilan.
Keadilan bergerak di antara dua kutub tersebut. Pada suatu ketika keadilan lebih
dekat pada satu kutub, dan pada saat yang lain, keadilan lebih condong pada kutub
lainnya. Keadilan yang mendekati kutub Naminem Laedere adalah pada saat
manusia berhadapan dengan bidang-bidang kehidupan yang bersifat netral. Akan
tetapi jika yang dipersoalkan adalah bidang kehidupan spiritual atau sensitif, maka
yang disebut adil berada lebih dekat dengan kutub Suum Cuique Tribuere.
Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa hanya melalui suatu tata hukum yang
adil orang dapat hidup dengan damai menuju suatu kesejahteraan jasmani maupun
rohani.
1. Kesimpulan
2. Saran
Mungkin inilah yang dimaksudkan pada penulisan jurnal ini meskipun penulisan
ini jauh dari kata sempurna, setidaknya secara garis besar kita bisa mengambil
benang merah dari pembahasan ini serta mampu mengimplementasikannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sudah barang tentu masih sangat banyak
kesalahan dari penulisan jurnal kecil ini, karna saya masi dalam proses belajar dan
hanyalah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan. Saya
sebagai manusia yang tak pernah luput dari salah dan khilaf juga butuh saran/
kritikan agar dengan itu, bisa menjadi motivasi diri saya untuk menjadi pribadi
yang lebih baik dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Sitompul Agus Salim. 1997. Pemikiran HMI Dan Relevansinya dengan Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta : Integritas Press
Kansil C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka