Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEGIATAN AKAL BUDI MANUSIA

MATA KULIAH LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM


Dosen Pengampu : Happy Yulia Anggraeni S.T, S.H, M.Kn, M.H.

Disusun oleh
Kelompok 1:
- Erwin Maulana (211109)
- Ervina Dian Pramudita (211060)
- Kamillia Zahrah Salsabila Irbah (211063)
- Muhamad Irfan Sofian (211122)
- Wildan Saepuloh (211092)
- Yessa Meidina Putri (211044)
- Vita Suci Maharani (211206)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kegiatan
Akal Budi Manusia” dengan tepat waktu. 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Logika dan Penalaran
Hukum. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi kami selaku mahasiswa.  

Kami sebagai kelompok satu mengucapkan terima kasih kepada Ibu Happy Yulia
Anggraeni S.T, S.H, M.Kn, M.H. selaku dosen Mata Kuliah Logika dan Penalaran
Hukum.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan
kritikan yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Maka dari
itu, mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun
isi.

Terimakasih.

Kelompok 1

Bandung, 8 Desember 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Legal Reasoning dalam Penetapan Hukum ...........................................3
B. Kegiatan Akal Budi Manusia...................................................................5
1. Kegiatan Akal Budi Tingkat I............................................................5
2. Kegiatan Akal Budi Tingkat II..........................................................10
3. Kegiatan Akal Budi Tingkat III.........................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran .......................................................................................................15
Daftar Pustaka .....................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk
aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Fungsi
akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir manusia mempunyai
fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya
untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku. Budi
adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi
diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat
menimbang baik buruk segala sesuatu.

Manusia merupakan makhluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia


harus dapat menggunakan akal budinya sebaik mungkin, karna dengan
pola pikir manusia yang berbeda² dan juga tingkah laku yang berbeda.
Disinilah akal budi manusia bekerja.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya legal reasoning/penalaran hukum dalam per-Undang-
undangan dilihat dari sistem hukum di Indonesia?
2. Apa itu logika?
3. Apa dan siapa yang menjadi objek formal dan materiel dari logika?
4. Ada berapa tingkatan Akal Budi Manusia?
5. Apa saja yang terjadi dalam proses kegiatan Akal Budi Manusia?
6. Apakah hasil dari berbagai tingkatan kegiatan Akal Budi Manusia?

C. Tujuan dan Kegunaan


1. Untuk mengetahui pentingannya legal reasoning/penalaran
2. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Logika dan Penalaran Hukum
3. Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian dari logika
4. Untuk mengetahui apa dan siapa yang menjadi objek formal dan
materiel dari logika
5. Untuk mengetahui dan memahami tingkatan yang ada dalam kegiatan
akal budi manusia
6. Untuk mengetahui proses terjadinya kegiatan akal budi manusia
7. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan akal budi manusia dalam setiap
tingkatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Legal Reasoning dalam Penetapan Hukum

Hakim merupakan personifikasi lembaga peradilan, dalam membuat


keputusan suatu perkara selain dituntut memiliki kemampuan intelektual, juga
memiliki moral dan integritas yang tinggi sehingga mencerminkan rasa keadilan,
menjamin kepastian hukum dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Hakim dalam memutuskan suatu perkara harus didasarkan pada berbagai
pertimbangan yang dapat diterima semua pihak dan tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah hukum yang ada, yang disebut dengan Legal reasoning.

Legal reasoning diartikan sebagai pencarian «reason» tentang hukum atau


pencarian dasar tentang bagaimana seorang Hakim memutuskan perkara/kasus
hukum. Pada hakikatnya Indonesia menganut sistem hukum yang diantaranya
adalah Sistem Hukum Anglo Saxon . Dimana Hakim di Indonesia menganut asas
«The Binding Force of Precedent» . Suatu asas yang mengharuskan Hakim untuk
mengikuti putusan Hakim lain dalam perkara yang sejenis atau dalam kasus yang
sama atau istilah lainnya adalah asas Similia Similibus . Terkait putusan-putusan
pengadilan, teori Stare Decisis Et Queita Nonmovere mengungkapkan bahwa
putusan pengadilan saat ini untuk kasus yang sama, harus memutuskan sama
seperti yang pernah diputus di masa lalu. Wildan hanya 1 Tahun Penjara,
sedangkan Taureq A.M divonis dengan hukuman 1 Tahun 6 Bulan Penjara.
Padahal narkoba tersebut dibeli oleh Moh. Wildan. Terkait putusan yang berbeda
itu, Hakim sudah mempertimbangkan matang-matang, tetapi tidak memberikan
alasan yang jelas kepada keluarga dan media sehingga menimbulkan kritik dan
pertanyaan. Jadi, Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara harus senantiasa
membekali dirinya dengan ilmu hukum yang luas1

1
Tommy Hendra Purwaka, "PENAFSIRAN, PENALARAN, DAN ARGUMENTASI
HUKUM YANG RASIONAL. MMH,Jilid40 No. 2 April 2011

3
Logika berasal dari bahasa Latin logos yang berarti "perkataan". Istilah
logos secara etimologis sebenarnya diturunkan dari kata sifat logike: "Pikiran"
atau "kata". Istilah Mantiq dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja Nataqa yang
berarti "berkata" atau "berucap". Istilah dari logika, dilihat dari segi etimologis,
berasal dari kata Yunani logos yang digunakan dengan beberapa arti, seperti
ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu. Dari kata logos
kemudian diturunkan kata sifat logis yang sudah sangat sering terdengar dalam
percakapan kita sehari-hari. Sementara Logikos adalah mengenai sesuatu yang
diutarakan, mengenai pertimbangan akal, atau yang berkenaan dengan ungkapan
lewat bahasa. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa logika merupakan
pertimbangan akal atau pikiran yang diungkapkan melalui kata dan dinyatakan
dalam suatu bahasa.

Logika itu sangat penting dalam khidupan sehari-hari, ini berkaitan dengan
kemampuan kita bernalar. Beruntunglah kita sebagai manusia diberikan
kemampuan penalaran. Jadi pada dasarnya, semua manusia itu secara tidak sadar
pasti menggunakan logikanya dalam menjalani kehidupan.

Kalau demikian apa yang menjadi objek materiel logika? Ada yang
berpendapat objek materiel logika adalah akal budi (pikiran) manusia. Akan
tetapi, akal budi (pikiran) manusia tidak bisa diamati sehingga tidak bisa dijadikan
objek materiel sebuah ilmu. Oleh karena itu, objek materiel logika sesungguhnya
adalah manusia itu sendiri. Sementara objek formalnya adalah kegiatan akal budi
untuk melakukan penalaran yang lurus, tepat, teratur, yang tampak melalui
ungkapan pemikiran dan terwujud dalam bahasa.

Menurut Alex Lanur, yang dimaksudkan dengan berpikir disini ialah


kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia ‘mengolah’,
‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan
‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan,
membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian

4
lainnya. Maka dari itu, ada yang disebut sebagai “KEGIATAN AKAL BUDI
MANUSIA”. 2

B. Kegiatan Akal Budi Manusia

Kegiatan akal budi atau intelek merupakan tempat dimana kegiatan


berfikir manusia berlangsung. Dalam kegiatan berfikir, terdapat tiga kegiatan akal
budi (the mind) manusia. Menurut Jacquers Maritian (Formal Logic: 1937:1),
tiga kegiatan itu adalah:

1. KEGIATAN AKAL BUDI MANUSIA TINGKAT I (The first


operation of the mind)

Kegiatan akal budi pada tingkat ppertama ini juga bisa dinamakan
Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension). Pada kegiatan ini yang terjadi
adalah akal budi (intelek) secara langsung melihat, mempersepsi, menangkap atau
mengerti suatu atau objek tertentu. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu yang
dapat dibentuk oleh akal budi. Hal ini terjadi pada panca indera atau melalui
kegiatan berpikr itu sendiri. Kegiatan ini nantinya akan menghasilkan ‘ide’ atau
‘gagasan’ tentang hal atau objek tertentu. Idea ini terbentuk didalam akal budi
manusia melalui proses abstraksi. Dengan terbentuk nya idea dalam akal budi
manusia berarti bahwa akal budi manusia itu menangkap atau memahami esensi
dari objek tersebut. Jadi, Aprehensi sederhana adalah tindakan akal budi yang
menangkap atau mengerti sesuatu hal tanpa mengiyakan atau menyangkal. Produk
atau hasil dari kegiatan Aprehensi sederhana adalah terbentuknya konsep dalam
alam pikiran.

2
Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir, Teknik-teknik berfikir logis kontra kesesatan berfikir,
(Pamekasan: Duta Media, 2018) hal. 6

5
 Konsep

Istilah konsep dalam bahasa latin (concipere: kata kerja) berarti mencakup,
mengandung, menyedot, menangkap. Kata bendaannya (conceptus) artinya
tangkapan. Jadi, konsep adalah hasil tangkapan intelektual atau akal budi
manusia. Konsep atau ide sama dengan dengan istilah ‘idea’ yang berasal dari
bahasa yunani adalah perkataan (eidos) yang secara harfiah berarti orang lihat,
yang menampakkan diri, bentuk, gambar, rupa dari sesuatu. Jadi, eidos
menunjukkan pada yang ada atau yang muncul pada intelek atau akal budi
manusia. Dengan demikian konsep menunjukkan pada representasi atau
perwakilan dari objek yang ada diluar subjek seperti benda, peristiwa, hubungan,
dan gagasan).

M.J. Langeveled mengemukakan bahwa pengertian atau


konsep terdapat dalam sesuatu apabila memiliki :
a. Ciri essensial
Yakni ciri pokok, ciri-ciri primer, dan ciri hakikat. Ciri ini
adalah ciri yang menunjuan bahwa ‘ia’ adalah ‘ia’. Ciri ini
menunjukan kepada keadaannya. Yang pada intinya ciri ini
adalah ciri yang wajib ada pada sebuah objek. Bila ciri
esensi nya hilang maka, objek itu bukan objke lagi. Ciri
esensial dapat juga dikatakan sebagai ciri komprehensi atau
yang lebih ilmiah dengan istilah konotasi (intensi).
(Jan Hendrik Rapar. Op cit:59) ciri komprehensi adalah
ciri yang menunjukkan pada kualitas, karakteristik, dan
keseluruhan arti yang tercakup dalam satu term. Dapat juga
dikatakan bahwa komprehensi adalah muatan atau isi
konsep suatu term.

6
b. Ciri eksidental
Yakni ciri sampingan, ciri secondair, dan ciri jadian. Ciri
ini merupakan ciri pelengkap yang sifatnya melekat pada
esensi objek. 3

Langveled membagi menjadi dua macam konsep atau pengertian dari


sudut sumbernya, yaitu:

a. Konsep (pengertian) a priori


Merupakan pengertian yang sudah ada pada budi sebelum
pengalaman. Jenis pengalaman ini merupakan bawaan sejak
lahir. Al Ghazali menamakan ini sebagai ilmu “auwali” atau
ilmu “dharuri”. Kemampuan ini sudah ada sejak lahir sebagai
kemampuan modal pokok dan berkedudukan sebagai teori yang
berlaku umum.
b. Konsep (pengertian) a posteriori
Merupakan pengertian yang baru ada pada akal budi setelah
pengalaman dan merupakan hasil pengamatan terhadap
sesuatu. Al-Ghazali menamakannya adalah “muktasah”.
Konsep ini merupakan pengetahuan yang tahu sesudah
mengalami, berkedudukan sebagai praktek dan berlaku khusus.

Konsep apabila dikelompokkan kedalam sudut bagiannya terdiri dari dua


macam :

a. Isi pengertian
Adalah kesatuan ciri yang menentukan pengertian suatu hal. Isi
suatu pengertian (kata atau term) sering disebut komprehensi, sedangkan
luas suatu pengertian disebut ekstensi. Komprehensi kadang juga disebut
3
Dr.Raja oloan & Carolus suharyanto, M.Si. , Logika Ilmu Berpikir Kritis, (PT. Kanisius, 20019), hlm
13-14

7
konotasi atau intensi, sedangkan ekstensi kadang disebut denotasi. Isi
suatu pengertian dapat dicari dalam inti pengertian. Isi pengertian (kata
atau term) adalah semua unsur yang termuat dalam suatu pengertian, yang
meliputi kualitas, karakteristik, dan keseluruhan arti yang tercakup dalam
suatu term.
Isi pengertian, dapat ditemukan dengan menjawab pertanyaan:
manakah bagian-bagian (unsur-unsur) suatu pengertian tertentu.
Pengertian atau term ‘manusia’ misalnya, mengandung unsur-unsur pokok
seperti ‘rasional’, ‘beradab’, ‘berbudaya’, ‘berada’, ‘material’, ‘berbadan’,
‘hidup’, ‘dapat berbicara’, ‘makhluk sosial’ dan seterusnya. ‘Pegawai
Negeri’, pengertian atau term ‘pegawai negeri’ meliputi: ia adalah seorang
manusia, mempunyai pekerjaan tertentu, tidak secara kebetulan saja,
memiliki jabatan tertentu, gajinya dibayar pemerintah, diangkat oleh
pemerintah, ada surat keputusan pemerintah dan sebagainya.
b. Lingkaran pengertian
Adalah jumlah hal dimana isi berlaku sepenuh baginya. luas
pengertian (extension) berarti benda-benda atau lingkungan realitas yang
dinyatakan oleh pengertian atau kata tertentu. Akan tetapi, tidak semua
pengertian atau kata itu sama luasnya. Misalnya, kata kerbau hanya
berlaku untuk kerbau saja. Tetapi, perkataan binatang lebih luas karena
pengertian binatang meliputi kerbau, kuda, anjing, tikus, dan lain-lain.

Langveled pun mengelompokkan pengertian kedalam isinya (jumlah


ciri). Menurut kelommpok ini pengertian ada dua macam, yaitu:

a. Penngertian berciri tunggal (ada, abadi, tuhan)


b. Pengertiian berciri ganda (manusia, hewan, tumbuhan)

Sementara dari segi lingkaran (jumlah benda) terdapat empat macam


pengertian atau konsep :

a. Pengertian universal (semua)

8
b. Pengertian partikular (sebagian)
c. Pengertian singular (tunggak)
d. Pengertian kommon (wakil).

Pada kegiatan akal budi tingkat ini secara langsung manusia melihat,
mempersepsi, menangkap atau mengerti suatu objek tertentu. Selanjutnya
kegiatan akal budi manusia setelah menemukan pengertian atau konsep.
Mengumpulkannya menjadi definisi , proses inilah yang dinamakan
memindahkan kedalam kalimat atau menuliskan dan mengucapkannya. Rumusan
definisi itu harus benar-benar mewakili atau menggambarkan pengertian obbjek
yang ada di jiwa kita.

Hasbullah Bakry menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan definisi


adalah: “Pengertian yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakupi semua
unsur menjadi ciri utama istilah itu. Secara operasional, definisi adalah
penyebutan seluruh esensi sutu objek dengan membuang seluruh ciri
aksidensinya”.

Secara umum definisi dibedakan menjadi dua macam:

a. Definisi Nominal
Definisi ini bukan arti definisi yang sesungghnya, ini sangat bertolak
belakang dengan arti kata yang dimaksudkan. Karena itu kita harus
menghindari definisi nominal dalam karya-karya ilmiah. Definisi ini
bisa dicari dikamus. Contohnya: Ekonomi berasal dari kata yunani
“oikos” dan “nomos” yang artinya aturan rumah tangga. Istilah logika
dibentuk dari kata Yunani “logikos” yang berasal dari kata benda
“logos”. Kata logos berarti sesuatu yang diutarakan, pertimbangan
akal, kata, percakapan atau ungkapan lewat bahasa.
b. Definisi Real
Adalah definisi yyang memberikan penjelasan tentang konsep yang
dimaksudkan dengan cara menyebutkan unsur-unsur pokok atau ciri
utama dalam konsep tersebut.

9
Dalam membuat definisi tidak bisa sembarangan, karena hal itu yang akan
membingungkan konsep hendak kemana ia diarahkan dan orang yang akan
menerima definisi itu akan kebingungan dalam menafsirkannya sehingga yang
terjadi adalah tersendatnya komunikasi. Untuk menghindari hal itu ada empat
syarat yang harus dipenuhi dalam definisi:

1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan atau tidak boleh
berlebihan ataupun kurang
2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang
3. Tidak memakai perkataaan yan terlalu umum
4. Tidak memakai kata negatif.

Hasbullah Bakry, menyebutkan ada beberapa aturan dalam membuat


definisi:

1. Definisi dapat dibolak-balik antara konsep dan rumusannya, jika


setelah dibolak-balik tidak ditemukan konsep lain maka, definisi
tersebut sudah tepat
2. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif dengan
menggunakan kata ‘tidak’ atau ‘bukan’
3. Definisi tidak menyebutan konsep dalam rumusan, contoh rumah sakit
adalah tempat merawat orang sakit
4. Definisi tidak menggunakan kiasan, atau kata-kata yang tidak
mengandung arti ganda atau bias.

2. KEGIATAN AKAL BUDI TINGKAT II (the second operation of the


mind)
Kegiatan akal budi ini juga bisa disebut keputusan (Judgment,
Oordeel). Pada tingkat ini yang terjadi adalah tindakan akal budi

10
beruppa mengelompokkan dan menghubungkan dua konsep (idea)
tindakan ini berupa mempersatukan dua konsep dengan jalan
mengiyakan, atau memisahkan dua konsep dengan jalan
menyangkal. Dalam proses ini, salah satu konsep disebut subjek
dan yang lainnya dinamakan predikat. Kedua konsep ini
dihubungkan dengan jala disusun sedemikian rupa sehingga
menghasilkan atau mewujudkan sebuah penilaian. Penilaian ini
berupa menentukan apakh kedua konsep ini sama atau tidak.
Hasinya adalah berupa keputusan. Dalam keputusan itu dinyatakan
bahwa konsep yang satu yakni ‘predikat’ mengiyakan atau
menyangkal konsep yang lain yakni ‘subjek’.

 Keputusan (Proposisi/Pernyataan)

Prosisi adalah perkataan dari pernyataan. Dilihat dari sudut isi


(substansi), pada hakikatnya proposisi adallah pendirian atau pendapat tentang
sesuatu hal yakni pendirian atau pendapat tentang hubungan dua hal. Dalam
Proposisi dapat dikenakan penilaian benar atau salah , karena pendirian seseorang
tentang hubungan dua hal itu dalam kenyataan dapat benar atau salah. Artinya,
proposisi adalah unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.

Proposisi juga dapat dikatakan sebagai sebuah


pernyataan tentang hubungan antara dua kelas (istilah lain dari konsep) yang
didalamnya berlangsung pengiyaan atau penyangkalan bahwa kelas yang lain
untuk sebagian atau seluruhnya.

Imanuel Kant mengenalkan dua macam proposisi Menurut sumber nya, yaitu:

a. Proposisi analitik
Adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah
terkandung pada subjeknya.
b. Proposisi sintetik

11
Adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan
menjadi keharusan bagi subjeknya

Morton White, memperkenalkan tiga macam proposisi menurut bentuknya:

a. Proposisi kategirik
b. Proposisi hipotek
c. Proposisi disyungtif.

3. KEGIATAN AKAL BUDI TINGKAT III (the third operation of the


mind)

Kegiatan akal budi ini juga bisa disebut Penalaran (Reasoning). Pada
tingkat ini yang terjadi adalah akal budi manusia melihat atau memahami
sekelompok proposisi atau dalam ilmu logika disebut proposisi anteseden.
Kemudian berdasarkan pemahaman tentang proposisi anteseden itu atau
pemahaman tentang hubunga antara proposisi-proposisi anteseden, akal budi
menarik atau membentuk proposisi baru yang disebut proposisi konsekuen atau
kesimpulan proposisi anteseden atau bisa disebut premis. Jadi, penalaran adalah
kegiatan atau proses yang mempersatukan anteseden dan konsekuen. Keseluruhan
proposis anteseden dan kensekuen dinamakan argumentasi.

 Penalaran (reasoning, redenering)

Menurut R.G Soekadijo dalam penalaran proposisi atau pernyataan yang


menjadi dasar penyimpulkan disebut antesedens atau premis, sedangkan
kesimpulannya bersifat konklusi (konsekuens). Diantara premis dan konklusi ada
hubungan tertentu yang disebut konsekuensi. Jadi, penalaran adalah kegiatan atau
proses yang mempersatukan anteseden dan konsekuen. Keseluruhan proposisi-
proposisi anteseden dan konsekuen itu dinamakan argumentasi atau argumen.
Istilah penalaran menunjukan kepada akal budinya, sedangkan istilah argumen
menunjuan hasil atau kegiatan penalaran.

12
Loren Bagus, memaknai penalaran sebagai berikut:

 Proses penarika kesimpulan dari kenyataan-kenyataan


 Penerapan logika atau pola pemikiran abstrak dalam
memecahkan masalah atau tindakakn perencanaan
 Kemampuan untuk mengetahui beberapa hal tanpa bantuan
langsung presepsi atau pengalaman langsung.

Kegiatan penalaran ini tersusun atas dua tahap. Pertama, pemahaman


berada dalam tahap pemahan sebuah proposisi atau sejumlah proposisi dan
hubungan diantara proposisi-proposisi tersebut. Kedua, adalah tahap tindakan akal
budi yang memunculkan sebuah proposisi yang disebut kesimpulan. Kegiatan akal
budi yang memunculkan kesimpulan itu disebut ‘inferensi’. Inferensi adalah
sebuah tindakan akal budi yang memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan
kesimpulan. Kegiatan berfikir itu merupakan suatu kegiatan berfikir secara logis ,
kegiatan berfikir ini harus dilakukan menurut pola tertentu dan kegiatan ini juga
harus dilakukan secara analitis.

13
BAB III

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, beberapa kesimpulan dapat ditarik sebagai


benang merah yang menyatukan substansi pembahasan artikel ini. Kesimpulan
tersebut antara lain:

Pertama, pemahaman terhadap logika, penalaran hukum, dan argumentasi


hukum merupakan syarat mutlak bagi para lawyer, hakim, jaksa, praktisi hukum,
bahkan juga bagi para mahasiswa hukum dan masyarakat umum yang meminati
persoalan hukum agar mampu berpikir kritis dan argumentatif dalam memahami
prinsip, asumsi, aturan, proposisi, dan praktik hukum. Dengan berbekal
kemampuan penalaran dan argumentasi yang memadai di bidang hukum,
kebenaran dan keadilan hukum dapat ditemukan, diungkap, diuji, dan
dijustifikasi. Asumsi-asumsi atau makna-makna yang tersembunyi dalam
peraturan atau ketentuan hukum pun dapat dijustifikasi dihadapan rasio (akal
budi) manusia.

Kedua, Pada kegiatan berpikir tingkat pertama yang terjadi adalah akal budi
secara langsung melihat, mempersepsi, menangkap atau mengerti sesuatu atau
obyek tertentu. Hal ini terjadi baik melalui panca indera maupun melalui kegiatan
berpikir itu sendiri.

Kegiatan ini menghasilkan terbentuknya «idea» atau «gagasan» atau «konsep»


tentang hal atau obyek tertentu. Ide atau gagasan atau konsep ini terbentuk di
dalam akal budi manusia melalui proses abstraksi.

Dengan terbentuknya idea atau gagasan atau konsep dalam akal budi manusia
berarti bahwa akal budi manusia itu menangkap atau memahami esensi dari obyek
tertentu. Tindakan akal budi ini yang berupa mempersatukan dua konsep dengan
jalan mengiyakan, atau memisahkan dua konsep dengan jalan menyangkal.

14
Dalam proses ini, salah satu konsep disebut subyek dan yang lainnya
dinamakan predikat. Kedua konsep ini, dihubungkan dengan jalan disusun
sedemikian rupa sehingga mewujudkan sebuah penilaian.

Pada tingkat ini yang terjadi adalah akal budi manusia melihat atau memahami
sekelompok proposisi anteseden. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang
proposisi-proposisi anteseden itu, akal budi menarik atau membentuk sebuah
proposisi baru yang disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan. Proposisi
anteseden itu juga biasa dinamakan premis. Jadi, penalaran adalah kegiatan atau
proses yang mempersatukan anteseden dan konsekuen.

B. SARAN

Indonesia adalah Negara hukum yang dimana setiap kegiatan dan aktivitas
haruslah berdasarkan hukum. Namun, dalam penegakan hukum perlu yang
namanya peran aktif daripada logika terutama subjek yang memberi keputusan
terhadap hukum. Oleh karena itu, lebih utama dan alangkah baiknya yang
diangkat mendapatkan peran tersebut memiliki penalaran dan silogisme yang
tinggi. Sehingga keputusan yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan dan daya pikir sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Tommy Hendra Purwaka, "PENAFSIRAN, PENALARAN, DAN


ARGUMENTASI HUKUM YANG RASIONAL. MMH,Jilid40 No. 2 April
2011.
Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir, Teknik-teknik berfikir logis kontra
kesesatan berfikir, (Pamekasan: Duta Media, 2018) hal. 6.
Buku logika hukum Dialog antara analitik sintetik hingga pembacaan terhadap
dekonstruksi atas makna teks dan realitas hukum. DR. H. MUHAMMAD
RAKHMAT., S. H., M. H, unit penerbitan universitas majalengka, 2015

15
Buku Ajar, logika ilmu berfikir kritis, Dr. Raja oloan tumanggor dan carolus
suharyanto, M. Si. Universitas tarumanagara, Jakarta, 19 sept 2019, PT. Kanisius

16

Anda mungkin juga menyukai