Oleh :
Tree Silvia Putri Minata (NIM. 03031281924035)
Etika mahasiswa jika ditinjau dari segi agama tidak terlepas dari Al-qur’an dan sunnah
sebagai sumber agama islam. Jadi ukuran baik buruknya akhlak dan etika berlandaskan
kedua sumber islam tersebut. serta jika ditinjau dari etika akhlak dapat dinilai dengan akal
pikiran, maksudnya sesuatu perbuatan dapat dinilai baik buruknya oleh akal pikiran, akal
pikiran menilai baik buruk berdasarkan pengalaman yang dialami kemudian diolah menurut
kamampuan pengetahuannya, akal pikiran hanya bisa menilai secara spekulatif dan objektif.
Sedangkan akhlak jika ditinjau dari segi moral, baik buruknya suatu akhlak atau
perbuatan tergantung pada budaya dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (nilai adat).
Maksudnya penilaian terhadap baik buruknya seseorang tergantung masyarakat yang
menilai, apakah sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat atau tidak, tapi hal
ini sangat relatif mengingat budaya dan nilai-nilai antara suatu kelompok masyarakat dengan
masyarakat lain berbeda. Dari uraian yang telah dipaparkan, maka jelaslah bahwa penilain
baik buruknya akhlak jika dipandang dari segi etika dan moral bersifat spekulatif, sedangkan
jika ditinjau dari segi agama ukuran baik buruknya akhlak bersifat pasti.
Oleh karena itu, etika dan akhlak mahasiswa harus sesuai dengan apa yang ada dalam
kedua sumber pokok agama islam. Namun akhlak mahasiswa juga tidak terlepas dari etika
dan moral yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam hal ini akan menjelaskan
beberapa etika akhlak mahasiswa yang berkaitan dengan lingkungan kampus.
Dalam kehidupan akademik di lingkungan perkuliahan, mahasiswa tidak terlepas
dengan bergaul dengan dosen. Seperti:
Menegur sapa terhadap dosen
Realitas sekarang ini banyak dari mahasiswa yang melupakan hal ini, padahal dalam
bertegur sapa atau mengucapkan salam termasuk yang ada dalam syari’at islam, seperti sabda
Nabi Muhammad saw yang diriwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda:
Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan
kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit
mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak. (Shahih Muslim
No.4019)
Jadi atas dasar ini seorang mahasiswa pada khususnya dan umat islam pada umumnya
dianjurkan untuk saling mengucapkan salam sebagai tanda saling menghoramati. Dan antara
mahasiswa dan dosennya hal ini perlu diterapkan di lingkungan kampus dan dimana saja
ketika berjumpa denga dosen.
Memperhatikan pada waktu pembelajaran
Ketika kegiatan perkuliahan sedang berlangsung mahasiwa seharusnya
memperhatikan ketika ada dosen yang sedang mengajarkan suatu mata kuliah dan
memperhatikan dengan seksama. Allah swt. berfirman:
Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu “
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu” (Q.S. Al-Kahfi(18): 70)
Hal ini pernah disinggung nabi dalam sabda beliau yang yang diriwayatkan jarir bin
abdillah ra. : “Jarir bin Abdillah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda kepadanya pada
waktu mengerjakan haji Wada’, “Diamkanlah manusia!” Lalu beliau bersabda, “Sesudahku
nanti janganlah kamu menjadi kafir, di mana sebagian kamu memotong leher sebagian yang
lain.” (H.R. Bukhori)[2].
Bertolak dari al-qur’an dan hadis ini seharusnya mahasiwa harus memperhatikakan
hal-hal yang disampaikan oleh dosen. Tapi dalam realitas kenyataan banyak mahasiswa yang
tidak memperhatikan ketika dosen sedang menjelaskan sesuatu, perbuatan seperti ini
sebenarnya dapat menjadikan perbedaan pemahamam yang terjadi diantara mahasiswa. Jadi
tingkat pemahaman mahasiswa tergantung pada tingkat perhatian mahasiswa terhadap
penjelasan yang disampaikan.
Jangan terlalu banyak bertanya.
Maksud dari hal ini adalah mahasiswa jangan banyak bertanya kepada dosen jika
belum berusaha untuk memahami suatu pelajaran yang diberi oleh dosen, jadi mahasiswa
bertanya hanya dengan maksud untuk mempersulit dosen dalam menjawab pertanyaan,
padahal hal ini akan membingungkan mahasiswa itu sendiri terhadap jawaban dosen tersebut.
Hal serupa pernah ada di zaman Nabi Musa as., pada saat terjadi kasus pembunuhan di
kalangan mereka. Mereka meminta kepada Nabi Musa as., agar dapat mengungkap kasus
pembunuhan tersebut, dan Nabi Musa as. Memerintahkan kepada mereka untuk mencari sapi,
tapi mereka tidak langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa., mereka
malah menanyakan hal-hal yang mempersulit mereka sendiri. Allah berfirman dalam surat
Al-Maidah ayat 101:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-
hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di
waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan
(kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Q.S. Al-Maidah:
101)
Jadi seorang mahasiswa janganlah bertanya akan sesuatu sebelum bberusaha
memahami materi yang disampaikan oleh dosen. Jika belum jelas dengan materi yang
diberikan dosen berulah bertanya.