A. Sifat dan sikap terpuji terhadap Guru atau Dosen
Didalam dunia pendidikan ada komponen yang sangt penting untuk menuju keberhasilan yaitu keharmonisan antara pendidik dan peserta didik. Hubungan antara pendidik dan anak didik seperti orang tua dengan anak oleh karena Adab menjadi satu kunci didalam menuju kesuksesan. Adab menjadi satu tujuan dalam pendidikan dengan cara menanamkan kebaikan dalam diri peserta didik. Tidak bisa diabaikan peranan pendidik sangat istimewa dalam proses pendidikan apalagi kalu ditarik dalam meningkatkan kualitas nilai-nilai kebaikan. Pendidik menjadi peran kunci untuk mentransfer of knowledge dan transfer of value. Hubungan yang terjalin antara murid dengan guru selalu intim, sebagaimana murid menghormati gurunya seperti seorang ayah dan mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi yang tidak langsung berkaitan dengan pendidikannya secara formal. Dalam konteks pendidikan Islam,pendidik sering disebut dengan ustadz,mursbbi, mu’slim, mu’addib, mudaris dan mursyid (Sukring,2013). Ada keberbedaan makna yang sangat penting dipahami tentang hal ini : 1) ustad yakni guru yang dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. 2) Murabbi ialah orang yang mendidik dan mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia yang baik dimasyarakat. 3) Mu’allim yakni orang yang menguasai ilmu dan mampu mengajarkannya serta mengimplementasikan ilmunya. 4) Mua’addib yakni orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang lebih baik dan berkualitas. 5) Mursyid yakni orang yang mampu menjadi tauladan,panutanan dan konsultan bagi peserta didik (Sukring,2013). Hubungan yang terjalin antara murid dan gurunya ini, akan memberi pengaruh sikap dan kepribadian murid dalam kesehariannya, dan berhasil atau tidaknya dalam mencapai cita-cita yang akan dicapainya dan manfaat atau tidaknya ilmu yang diprolehnya selama belajar selama bersama syaihnya. Oleh karena itu al- Ghazali menjelaskan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin nya, adab murid terhadap guru yang harus dimilikinya, supaya apa yang dicita-citakan oleh murid akan berhasil dengan baik. Ada beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik agar nanti ilmunya manfaat : Pertama, Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw : َ ِْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يُ َوقِّرْ َكب َ يرنَا َو يَرْ َح ْم ص ِغي َرنَا َ لَي “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi ) Kedua, Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw : َّللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة َّ َم ْن َسلَكَ طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل “Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah ) Ketiga, Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw : ·َّللاَ َج ِمي ٌل ي ُِحبُّ ْال َج َما َل َّ إِ َّن “Sesungguhnya Allah itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim ) Keempat, Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra : ·وس ِه ْم الطَّ ْي َر ِ َو َسكَتَ النَّاسُ َكأ َ َّن َعلَى ُر ُء “Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori ) Kelima, Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman : · َفَاسْأَلُوْ ا أَ ْه َل ال ِّذ ْك ِر إِ ْن ُك ْنتُ ْم الَ تَ ْعلَ ُموْ ن “Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.” ( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’ : 7 ) Rosululloh saw bersabda : أَالَ َسأَلُوْ ا إِ ْذ لَ ْم يَ ْعلَ ُموا فَإِنَّ َما ِشفَا ُء ْال ِع ِّي ال ُّسؤَ ا ُل “Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud ) Keenam, Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman : يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا الَ تَسْأَلُوْ ا ع َْن أَ ْشيَا َء إِ ْن تُ ْب َد لَ ُك ْم تَس ُْؤ ُك ْم “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 ) Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : ·َي ٍء لَ ْم يُ َح َّر ْم فَحُرِّ َم ِم ْن أَجْ ِل َمسْأَلَتِ ِه ْ إِ َّن أَ ْعظَ َم ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ جُرْ ًما َم ْن َسأ َ َل ع َْن ش “Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim ) Ketujuh, Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus. Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ ) Kedelapan, Menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh : · لِ َم ْن ؟ قَا َل ِ ََّلِلِ َو لِ ِكتَابِ ِه َو لِ َرسُولِ ِه َو ألَئِ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِمينَ َو عَا َّمتِ ِه ْم: ق ُ ْلنَا, ُص ْي َحة ِ َّال ِّديْنُ الن “Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul- Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll ) B. Adab kepada Guru atau Dosen Menurut Mbah Hasyim Asyari
Dalam kitab Adabul Alim wal Muta’alim karangan Mbah KH Hasyim
Asyari ,bahwa adab seorang peserta didik terhadap guru atau dosen dijelaskan ada sekitar 12 karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik: 1. Peserta didik ketika memilih seorang guru harus memakai pertimbangan akal dan melakukan istikharah kepada Allah SWT agar mendapatkan petunjuk terbaik dari Allah SWT. Kalau bisa pendidik yang dipilihnya memang betul terjaga kualitas ke alimannya,akhlaknya dan pembelajarannya bagus serta mudah dipahami.
2. Peserta didik harus bersungguh-sungguh mencari pendidik yang memiliki
pemahaman agama yang konferhensif, yang mengetahui betul-betul sanad keilmuannya dan sanad pergaulannya dengan masyayih yang lain. 3. Peserta didik seharusnya mengikuti atau taat kepada pendidik dari pendapat dan aturan yang sudah ditetapkan. Pesrta didik harus meminta izin terlebih dahulu ketika mau melakukan sesuatu dengan cara selalu berkhidmah kepada pendidik. Juga harus mempunyai sikap rendah hati terhadap pendidik karena itu bentuk akhlak yang luhur dilakukan peserta didik. 4. Peserta didik harus memandang kepada pendidik dengan penuh kemulyaan dan keagungan,dengan meyakini bahwa pendidik betul-betul mencapai derajat yang tinggi. 5. Peserta didik harus mengetahui kewajibanya dan mendoakan para pendidik serta anak turunnya atau duriah dari pendidik 6. Peserta didik harus bersabar atas atas ketidak ramahan pendidik karena yang dilakukan itu untuk kebaikan peserta didik. 7. Peserta didik harus minta izin ketika mau masuk ketempat dalemnya kyai atau tempat yang didalamnya ada pendidik. 8. Peserta didik ketika duduk dihadapan peserta didik harus menjaga tata karma yang baik. 9. Peserta didik harus berbicara dengan baik,lemah lembut kepada pendidik 10. Ketika didalam proses belajar peserta didik sudah memahami tapi pendidik tetap menjelaskannya harus selalu memeperhatikan penjelsan pendidik 11. Peserta didik janagn sampai mendahului penjelasan yang akan dijelasakan oleh pedndidik 12. Apabila pendidik menyerahkan sesuatu kepada peserta didik harus diterima dengan tangan kangan.
C. Cerita Hikmah Ulama’ tentang berbakti pada Guru
1. Mbah KH.Hasyim Asy’ari ketika nyantri di Mbah KH. Kholil Bangkalan Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asyari, ketika Hasyim Asy'ari muda berangkat nyantri ke pesantren yang diasuh KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan-Madura. Hasyim Asy’ari muda langsung di uji oleh sang guru. Hasyim Asy’ari muda disuruh naik ke atas pohon bambu, sementara Kyai Kholil terus mengawasi dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik sampai ke pucuk pohon bambu tersebut. Kyai Hasyim terus naik sesuai perintah gurunya itu. Ia tak peduli apakah pohon bambu itu melur (Patah/roboh) atau bagaimana. Yang jelas, beliau hanya patuh pada perintah gurunya. Anehnya, begitu sampai di pucuk Kyai Kholil mengisyaratkan agar Kyai Hasyim langsung meloncat ke bawah. Tanpa pikir panjang Kyai Hasyim langsung meloncat. Ternyata beliau selamat. Ada cerita lain yang menarik tatkala KH.M Hasyim Asy’ari “masih belajar” dengan KH. M Khalil. Suatu hari, Kyai Hasyim melihat Kyai Khalil gurunya lagi bersedih, beliau memberanikan diri untuk bertanya. Kyai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di WC, Kyai Hasyim lantas usul agar Kiai Khalil membeli cincin lagi. Namun, Kyai Khalil mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin istrinya. Setelah melihat kesedihan diwajah guru besarnya itu, Kyai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut didalam WC. Akhirnya, Kyai Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC, dengan penuh kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kyai Hasyim menemukan cincin tersebut. Alangkah bahagianya hati Kyai Khalil atas keberhasilan Kyai Hasyim itu. Dari kejadian inilah Kyai Hasyim menjadi sangat dekat dan disayang oleh Kyai Khalil.
2. KH. Abbas Hasan (pendiri PP Al Azhar,Banyuwangi) ketika nyantri di Mbah
KH.Khalil Bangkalan Namanya Abbas, santri asal desa Cangaan Banyuwangi. Usianya masih sangat muda ketika pertama kali mondok di Bangkalan, di Pesantren asuhan Mbah Kholil. Usianya ketika itu sekitar 11-12 Tahun. “Mau apa engkau datang ke sini?,” tanya Mbah Kholil padanya. “Mau ngaji, kiai,” jawab Abbas. “Kamu masih terlalu kecil. Usiamu masih sangat muda. Kamu tidak bisa bergabung dengan yang lain,” dawuh Kiai Kholil. Santri-santri Syaikhona waktu itu memang terbilang banyak yang senior, Kiai Abdul Karim pendiri ponpes Lirboyo saja konon mengaji kepada Mbah Kholil sampai usia beliau lebih 40 tahun. “Yaudah kalau begitu kamu jangan ikut ngaji dulu. Ini halaman saya kamu jaga. Jangan sampai kotor ya. Kalau ada daun yang berserakan kamu bersihkan.” perintah Mbah Kholil kepada Abbas. Beberapa hari kemudian, ketika Mbah Kholil keluar dari Ndalemnya, beliau melihat ada seorang santri duduk di bawah pohon Mangga. Ternyata ia adalah Abbas santri baru itu. Beliau bertanya: “Apa yang kau lakukan di sini ?” “Saya menjaga halaman ini kiai. Saya khawatir ada daun yang jatuh dan terlihat oleh panjenengan. Jadi saya duduk di sini untuk memungut setiap daun yang jatuh agar tidak menyalahi perintah panjenengan.” “Jadi selama ini engkau tidak pernah tidur di kamar?” “Saya beranjak dari tempat ini hanya untuk makan dan sholat saja kiai,” jawab Abbas. “Masyaallah, Umurmu masih sangat muda tapi fikiranmu sudah sangat dewasa. Jika engkau begitu amanah dalam menjaga perintah gurumu bagaimana dengan perintah Tuhanmu?” Mbah Kholil lantas mengajak Abbas ke rumah beliau untuk mengaji. Ketika itu Beliau membawakan kitab Shorof, beliau jelaskan satu persatu lafadz- lafadznya kepada Abbas. Sampai pada lafadz Roja’a – Yarji’u – Irji’ Mbah Kholil berkata: “Irji’ ini fi’il amar, maknanya kembalilah.” “Iya Kiai” “Yaudah kalau begitu sana kembali ke rumahmu. Sudah cukup kau di sini.” Abbas pulang. Kelak ia akan menjadi seorang tokoh dan Kiai yang sangat di hormati di Banyuwangi yang dikenal dengan nama KH Abbas Hasan.