KHOMISAH
Abstrak
Tulisan ini bertujuan menjelaskan perkembangkan kajian ekologi sastra (ecocriticism) yang
tampak sebagai gejala baru dalam kajian sastra di Indonesia. Ekologi sastra memfokuskan
perhatian pada jalinan fenomena alam semesta sebagai inspirasi sastrawan (pengarang atau
penyair) dalam melahirkan suatu karya sastra. Ekologi sastra terfokus pada ‘green’ moral dan
political agenda, yang berorientasi melestarikan nilai-nilai lingkungan hidup, di mana seorang
pengarang berada untuk melahirkan inspirasinya. Dalam perspektif pendekatan sastra,
ekologi sastra berakar pada kajian mimesis yang berorientasi bahwa karya sastra merupakan
cerminan dari realitas kehidupan yang ada, dengan merujuk pada teori universal Abrams
sebagai pengembangan dari pemikiran imitasi Plato, di mana segala sesuatu itu merupakan hasil
tiruan. Dalam perkembangannya, sifat kaji an interdisipliner studi ekologi sastra dapat
memanfaatkan disiplin ilmu, seperti ekofeminisme, ekoimperalisme, ekologi politik, ekologi
budaya, dan ekobiologi. Oleh karena itu, ekologi sastra sebagai sebuah paradigma kajian
ilmu sastra di Indonesia meski diintensifkan secara kontinu dan berkesinambungan, sehingga
dapat menumbuhkan minat kajian sastra interdisipliner atas sastra hijau atau karya-karya
sastra bercorak ekologi.
Kata Kunci: Ekologi sastra, kajian interdisipliner, pendekatan mimetik, sastra hijau
dan kondisi yang berbeda dalam suatu Ideologi monodisiplin dalam studi
masyarakat” (Baker, 1984). sastra telah mengarah pada empat hal,
Korelasi atau titik temu sastra dan yaitu: pertama, ilmu sastra memberikan
budaya terletak pada bahasa, di mana terlalu banyak perhatian pada aspek
sastra bermediumkan bahasa dan bahasa formal sastra, sehingga meninggalkan
merupakan salah satu unsur dari atau menyingkirkan aspek ekstrinsik
kebudayaan. Hal ini sebagaimana sastra dan aspek puitis sastra. Dia tidak
dikemukkan oleh ahli antropologi B. mau berurusan dengan aspek non-
Malinowski, bahwa “ada tujuh unsur formatif karena dia dianggap sebagai
(seven culture) dalam suatu budaya sesuatu yang eksternal untuk sastra
secara universal di mana pun berada, (ekstrinsik), tidak terkait dengan sastra.
yaitu bahasa, ekonomi, teknologi, Ini menghasilkan analisis sastra atau
organisasi sosial, sistem pengetahuan, studi sastra yang berfokus pada bentuk-
religi, dan kesenian” (Malinowski, 1944). bentuk sastra yang steril atau terbebas
Kompleksitasnya permasalahan dari konteks sosial dan budaya yang
kehidupan manusia, yang kemudian dinamis. Kedua, studi sastra tampaknya
disokong oleh geliat perkembangan ilmu terisolasi dari masalah manusia,
pengetahuan yang pesat, maka serta- komunitas dan budaya. Di sini, apa pun
merta berdampak pada produktifitas yang terasa "di luar sastra" selalu
keilmuan sastra yang melahirkan dihapus karena ini bukan studi sastra.
bermacam teori sastra pun berkembang Selain itu, studi sastra lebih tertarik pada
pesat merepresentasikan fajar baru era dirinya sendiri (otonomi teks sastra).
multidisipliner. Seperti kita ketahui, ilmu Ketiga, peran, fungsi, dan
pengetahuan modern pada umumnya kontribusi studi sastra pada
berkembang sangat pesat berkat kemanusiaan, masyarakat, budaya, dan
keinginan otonomi yang mengarah pada peradaban ditantang atau dianggap
ideologi ilmu monodisiplin. Namun, lemah. Kehadiran ilmu sastra dalam
karena berbagai kekurangan, konteks ilmu manusia dan sosial juga
keterbatasan, dan kelemahan yang dipertanyakan oleh banyak pihak. Di
melekat dan dipahami oleh konsep sinilah studi sastra kehilangan
otonomi, maka gerakan otonomi relevansinya untuk kebutuhan manusia
kemudian "bereaksi, direspon, dan masyarakat. Keempat, banyak
disempurnakan, dan dimodifikasi" dari masalah yang terkait dan terhubung
gerakan integrasi-interkoneksi yang dengan sastra tidak dapat diselesaikan
mengarah ke ideologi ilmu multidisiplin. dan dipecahkan oleh ilmu sastra
Dalam pengertian lain, kita dapat monodisiplin; sementara masalah ini
mengatakan bahwa gerakan integratif- memerlukan landasan kajian sastra
interkonektif sedang mengubah, dalam tataran teoretis. Ini menimbulkan
menggantikan atau menyelesaikan pertanyaan penting: di mana dan sejauh
gerakan otonomi dalam sains modern. mana kontribusi ilmu sastra untuk
Ini juga terjadi dalam kajian ilmu sastra, memecahkan masalah manusia dan
gerakan otonomi yang melahirkan sosial yang kompleks? Oleh karena itu,
ideologi monodisiplin sedang direspon, banyak orang berasumsi dan
disempurnakan, diintegrasikan atau menyimpulkan bahwa ilmu sastra tidak
bahkan digantikan oleh gerakan menawarkan banyak manfaat bagi
integrasi-interkoneksi yang kehidupan manusia; tidak banyak untuk
memunculkan ideologi multidisiplin. memecahkan masalah kehidupan
manusia, sedangkan salah satu
karateristik paling penting dari sebuah penelitian. Dengan kata lain, dunia kajian
karya sastra adalah mengandung unsur sastra sekarang memasuki era
imajinasi yang dapat menimbulkan multidisipliner dengan gerak integratif-
katarsis (pemurnian jiwa), sehingga interkonektif dalam lintas disiplin
pembaca dapat memecahkan masalah keilmuan.
kehidupan yang digambarkan dalam Berdasarkan pemparan di atas,
karya sastra. Dengan kata lain, empat maka tulisan ini berupaya untuk
dampak dari ideologi monodisiplin pada mengusung teori ecocriticism, yang lahir
studi sastra mendukung munculnya dari keilmuan ekologi atau lingkungan
(semacam z"krisis ontologis dan dalam kajian sastra, dengan tujuan: (1)
epistemologis (metodologis)" dalam mengungkapkan keterkaitan kajian
studi sastra. sastra dengan lingkungan yang di
Fakta di atas jelas merupakan dalamnya hidup seorang pengarang; (2)
kondisi dunia ilmu sastra yang tidak mengungkap keterkaitan teks sastra
ideal, bahkan "terbelakang" dan dalam kaitannya dengan permasalahan
terancam pada nadir kematian. Oleh lingkungan; (3) mengurai peran teori
karena itu, ideologi multidisiplin dalam sastra dalam memahami fenemona
studi sastra muncul untuk memenuhi ekologi; (4) menerapkan penggunaan
kondisi studi sastra dan untuk teori ecocriticism dalam kajian karya
memodifikasinya. Bangunan sastra, seperti puisi, prosa, ataupun
monodisipliner teoritis (ontologis) dan drama.
epistemologis atau metodologis
kemudian mulai dihancurkan,
dipindahkan dan bahkan diganti. Dengan PEMBAHASAN
demikian maka struktur teori dan Konsep Teori Ecocriticism
metodologis multidisiplin telah Istilah ecocriticism uncul untuk pertama
dikembangkan dalam studi sastra. Sejak kalinya dalam esai "Literature and
paruh kedua 1980-an, teori dan Ecology: An Experiment in Ecocriticism",
penelitian sastra multidisiplin telah yang ditulis oleh William Rueckert pada
berkembang pesat, seperti psikologi tahun 1978. Kajian sastra dengan
sastra, sosiologi sastra, antropologi pendekatan ecocriticism banyak
sastra, sastra komparatif, ekranisasi, digunakan, terutama di Amerika sejak
postkolonialisme, dan yang baru ialah awal tahun 1990-an (Garrad, 2004).
ekokritik sastra. Metode multidisiplin Garrad (2004) berpandangan bahwa
juga memiliki tempat dalam penelitian ecocriticisme merupakan kajian
sastra, yang juga banyak digunakan hubungan antara manusia dan non-
dalam kegiatan penelitian sastra. Pada manusia, sejarah manusia dan budaya
1980-an, bidang studi sastra yang terkait dengan analisis kritis
multidisiplin telah berkembang dan manusia dan lingkungannya
berkembang dengan baik. Saat ini, (ecocriticisme entailes ‘the study of the
perspektif, teori, dan metode relationshiep of the human and the non-
multidisiplin telah banyak berkembang human, throughout human cultural
dalam studi sastra. Penggunaan history and enthailing critical analysis of
perspektif, teori, dan metode the terms “human” itself). Oleh karena itu,
multidisiplin tidak lagi dipandang ecocriticism adalah studi yang
sebagai ekspresi kemanfaatan teoritis menyelidiki bagaimana manusia
dan metodologi untuk menemukan menyajikan serta mendeskripsikan
sesuatu yang mudah dalam kegiatan keterkaitan atau sinergisasi manusia dan
yang kuat bagi para pembaca untuk sastra hijau. Dalam hal ini, puisi karya
melepas rindu akan indah dan damainya Thirman Putu Sali "Sunrise di Bukit
alam bukit pegunungan representasi Manglayang" secara nuansa imajiner bisa
dari karya pengarang tersebut, yang diklasifkasikan atau digolongkan kepada
dilukiskan seperti kerinduan seorang salah satu sastra hijau. Di mana, puisi
kekasih pada seseorang yang ia tersebut membahas pesona lokasi alami
rindukan. kawasan pegunungan Manglayang yang
indah dan mempesona saat fajar.
KES IMPU LA N
Konsep ekologi dalam kajian DAFTAR PUSTAKA
sastra yaitu, menempatkan alam fisik Glotfelt, C, & Fromn, H. (1996). The
sebagai objek kajian yang dinamis. Ecocriticisme Readers: Landmark in
Sehingga ecocriticism terfokus pada Literary Ecology (Georgia:
karakteristik sastra yang melahirkan University of Georgia Press.
imajenasi dengan menyodorkan efek Glen, A. (2003) Practical Ecocriticisme,
katarsis bagi pembacanya, dalam hal ini Literature, Biology, and the
tentunya terkait dengan pesan moral Environment. Virginia: University of
dan politik atas pelestarian alam fisik Virginia Press.
(lingkungan). Di samping itu, Bate, Jonathan. (2000) Romantice
ecocriticism tidak dapat Ecology: Wordsworth and The
dilepaskan dalam hal Environment Tradition. London:
pengmbangan filsafat ilmu pengetahuan Routledge.
yang berorientasi pada kelestarian alam Buell, L. (2005). The Futur of
fisik, sehingga dengan demikian Environmental Criticisme:
ecocriticism masuk ke dalam ranah Enviromental Crisis and Literary
kajian keilmuan yang bersifat Imagination. USA: Blackweld
multidisiplin. Di mana eko-kritik Publieshing.
menerapkan eko-teori di satu sisi dan Sulistia. (1991). Metode Penelitian Ilmu
sekaligus juga menggunakan teori sastra Sosial Dari Social Science Research
pada sisi yang lain. Dari paradigma Methods. Semarang: IKIP Semarang
pendekatan sastra, teori ecocritism bisa Press.
digolongkan pada pendekatan mimesis, Endraswara, S. (2016). Metode Penelitian
yaitu bahwa literatur memiliki Ekologi Sastra–Konsep, Langkah,
hubungan dengan kenyataan atau, Dan Penerapan. Yogyakarta: Caps.
dalam arti lain, mencerminkan Faruk. (2012) Metode Penelitian Sastra:
kenyataan sekitarnya. Sebuah Penjelajahan Awal.
Studi ekologi sastra adalah studi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang relatif baru. Karena itu, studi ———, (2008). Pascastruktural: Teori,
ekologi membutuhkan pengetahuan Implikasi Metodologi, Dan Contoh
teoretis dan praktis yang mendalam, Aplikasi. Jakarta: Pusat Pembinaan
khususnya dalam konteks studi sastra dan Pengembangan Bahasa.
dan studi ekologi. Studi ekologi sastra di de Saussure, F. (1988). Pengantar
Indonesia harus dipelajari lebih intensif Linguistik Umum. Yogyakarta:
dan lebih jauh didorong untuk Gadjah Mada University Press.
membangkitkan minat dalam studi Gani, N. T. (2005). Buku Bahasa
sastra interdisipliner pada karya sastra Indonesia Pantun, Puisi, Syair,
ekologis, yang biasa disebut sebagai Pribahasa, Gurindam, Dan Majas.
Yogyakarta: Araska.
Garrerd, G. (2004). Ecocriticisme. New
York: Routledge.
Malinowski, B. (1994). A Scientifcis
Theory of Cultural and Othere Essay.
Chapel Hild: University of Noarth
Caroline Pres.
Baker. (1984). Filsafat Kebudayaan.
Yogyakarta: Kanisius
Soeratno, S., C. (2011) Sastra: Teori &
Metode. Yogyakarta: Elmatera.
Wellek, R., &Warren A. (1956). Theory of
Litarature. 3rd ed. New York:
Harcourt, Brace & World.