Anda di halaman 1dari 235

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOTA LAYAK

ANAK (KLA) DI KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Administrasi Publik
pada Program Studi Administrasi Publik

Oleh
Pradita Saldi
NIM. 6661150074

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2019
ABSTRAK

Pradita Saldi. 6661150074. Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak (KLA) di


Kota Serang. Program Studi Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Dosen Pembimbing I: Listyaningsih, M.Si. Dosen Pembimbing II: Dr.
Dirlanudin, M.Si.

Pelaksanaan Kota Layak Anak merupakan upaya pemenuhan hak anak yang harus
dilakukan oleh pemerintah daerah. Masih adanya hambatan dalam pelaksanaan
dilihat dari kelembagaan yang melaksanakannya belum memiliki komitmen dari
sumberdaya yang ada dan kerjasama yang aktif belum terbangun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui upaya penguatan kelembagaan yang sudah dilakukan
dalam Kota Layak Anak di Kota Serang. Penelitian ini menggunakan teori
pembangunan lembaga oleh Milton J. Esman dalam Eaton (1986). Metode yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik Pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan adalah model Miles dan Huberman. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa upaya untuk memperkuat lembaga pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha agar proaktif dalam memenuhi hak anak yang dilakukan melalui
sosialisasi, fasilitasi sumberdaya ketenagaan, anggaran maupun sarana prasarana
telah dipenuhi, meskipun pada pelaksanaannya komitmen terhadap pemenuhan
hak anak belum sepenuhnya optimal. Saran yang dapat diberikan yaitu
meningkatkan komunikasi yang lebih intensif dan sinkronisasi duduk bersama
menyamakan pandangan tentang urgensi atas pemennuhan hak anak.

Kata Kunci: Pembangunan Lembaga, Penguatan Kelembagaan, Program


Kota Layak Anak
ABSTRACT

Pradita Saldi. 6661150074. Institutional Strengthening of Child-Friendly Ciiy


(KLA) in Serang City. Public Administration Program. Faculty of Social Science
and Political Science. The 1st advisor: Listyaningsih, M.Sc. 2nd advisor: Dr.
Dirlanudin, M.Sc.

The implementation of Child Friendly City is an effort to fulfill children's rights


that must be done by local government. There were obstacles in the
implementation of the institutional view that does not have a commitment from the
existing resources and active cooperation has not been established. This research
aims to determine the institutional strengthening efforts that have been conducted
in the Child Friendly City in Serang City. The study used the Institute's
development theory by Milton J. Esman in Eaton (1986). The method that used
was descriptive with a qualitative approach. The techniques of data collection
used interviews, observations and documentation. The data analysis used the
Miles and Huberman’s model. The results showed that efforts to strengthen
government institutions, the public and the business world to be proactive in
fulfilling the rights of children through socialization, labor resources facilitation,
budget and infrastructure have been fulfilled, although the implementation of
commitment to the fulfillment of children's rights is not fully optimized. The advice
that can be given is to improve the communication more intensive and the
synchronization sits together with a view on the urgency of the child's rights.

Keywords: Child-Friendly City program, Institution Building, Institutional


Strengthening
“Engkau tidak dapat meraih
ilmu kecuali dengan enam hal,
yaitu cerdas, selalu ingin tahu,
tabah, punya bekal dalam
menuntut ilmu, bimbingan dari
guru dan dalam waktu yang
lama” (Ali bin Abi Thalib)

ALHAMDULILLAHIRABBIL’ALAMIIN

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA BAPAK, MAMA, YANG TAK


PERNAH LELAH MEMBERIKAN ILMU, WAKTU, TENAGA, MATERI DAN DOA
YANG TAK PERNAH PUTUS, SERTA UNTUK EMA, EMBAH DAN ENGKING
YANG SAYA SAYANGI

- Pradita -
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

kemudian sholawat serta salam tak lupa dipanjatkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan karunianya. Tidak lupa

peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga bagi kedua orang tua, ibu

Salamah dan Bapak Omo Suryadi yang telah mengorbankan waktu, tenaga serta

doa yang tak pernah terputus hingga terselesaikannya skripsi yang berjudul

Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak (KLA) di Kota Serang. Skripsi ini

dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Administrasi Publik program studi Administrasi Publik.

Hingga terwujudnya penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu dalam memberikan motivasi baik waktu, tenaga, dan ilmu

pengetahuannya. Maka dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan

mendukung, ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus selaku

dosen pebimbing I yang telah senantiasa membantu dan memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Arenawati, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

dan juga sebagai penguji yang telah memberikan masukan bagi peneliti

dalam perbaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Dirlanudin, M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah

senantiasa membantu dan memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Dr. Gandung Ismanto, MM., sebagai dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing mulai dari awal perkuliahan.

10. Ibu Nikki Prafitri, M.Si., sebagai penguji skripsi yang telah memberikan

masukan bagi peneliti dalam perbaikan skripsi ini.

11. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha (TU) Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan informasi selama

perkuliahan.

ii
12. Bapak Derli Haryanto, SE., MM., Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan BAPPEDA Kota Serang, yang telah memberikan

informasi, data, dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data

untuk penulis.

13. Ibu Ati Rohayati, S.Pd., M.Pd, Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak

DP3AKB Kota Serang yang telah memberikan semangat, informasi, data,

dan ketersediaan waktu dalam proses pengambilan data untuk penulis.

14. Kepada kakakku, Prayoga Saldi dan Geugeut Triana Biha, adik sepupuku

Wulan Hariyani, serta seluruh saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan

memberikan semangat serta motivasi.

15. Sahabat seperjuangan terdrama, Kecoa (Hadiel), Bude Nila, Anna Rohanah,

Nisa Mameh, Aulia Akrom, Irvan, Raka, Deden, Memed, Ayi, Rizky, dan

Yudi (Lulus Duluan), terceria, Intan Gedey, Chubby Umi, dan Among

(Megablok), Nunuh, Olif dan Tuti (Oray Sawah), Mufti Alam, Madam Dini,

Marisa, Dhila dan Sani yang selalu membantu, memberikan semangat, dan

menjadi teman diskusi yang baik serta tawa yang hangat seperti keluarga.

16. Kakak-kakak terbaik, Mba Ita, Ka Ncha dan seluruh teman-teman

Administrasi Publik angakatan 2015. Terimakasih telah memberikan

bantuan, semangat, motivasi dan canda tawa kebersamaan.

17. Kepada keluarga di kostan ibu Nining, HIMANE 2016, HIMANE 2017

serta KKM 26 PUPR Untirta 2018 yang telah mengajarkan kebersamaan

dan kekeluargaan.

iii
18. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih

banyak atas segala bantuan dan dukungannya.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, begitupun pada skripsi ini yang

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak guna memperbaiki dan menyempurnakan

penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan

bagi almamater beserta para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Serang, 13 Mei 2019

Peneliti

Pradita Saldi

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................

ABSTRACT.......................................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 16

1.3 Batasan Masalah.................................................................................. 16

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................... 17

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 17

1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 17

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN.................................................................................... 19

v
2.1 Landasan Teori ................................................................................... 19

2.1.1 Good Governance dan Interaksi Antar Stakeholder ................... 19

2.1.1.1 Prinsip-prinsip Good Governance................................ 21

2.1.2 Pembangunan Lembaga .............................................................. 23

2.1.3 Konsep Penguatan Kelembagaan................................................ 30

2.1.4 Konsep Pengembangan KLA...................................................... 32

2.1.4.1 Latar Belakang KLA .................................................... 36

2.1.4.2 Prinsip, Strategi, dan Ruang Lingkup KLA ................. 37

2.1.4.3 Pendekatan Pengembangan KLA ................................. 37

2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 39

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian........................................................... 41

2.4 Asumsi Dasar Penelitian ..................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 45

3.1 Metode Penelitian................................................................................ 45

3.2 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian ................................................ 45

3.3 Lokasi Penelitian................................................................................. 46

3.4 Fenomena yang Diteliti ....................................................................... 46

3.4.1 Definisi Konsep........................................................................... 47

3.4.2 Operasionalisasi Fokus Penelitian .............................................. 47

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................ 49

3.6 Informan Penelitian............................................................................. 52

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data........................................ 54

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ............................................................. 54

vi
3.7.2 Analisis Data ............................................................................... 56

3.8 Jadwal Penelitian................................................................................. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 61

4.1 Deskripsi Objek Penelitian................................................................... 61

4.1.1 Deksripsi Wilayah Kota Serang .................................................. 61

4.1.2 Gambaran Umum Gugus Tugas KLA Kota Serang.................... 63

4.1.3 Gambaran Umum DP3AKB Kota Serang................................... 66

4.2 Deskripsi Informan Penelitian ............................................................. 69

4.3 Deksripsi Data ..................................................................................... 70

4.3.1 Deskripsi Data Penelitian............................................................ 70

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 71

4.5 Pembahasan ......................................................................................... 157

4.5.1 Kepemimpinan ........................................................................... 157

4.5.2 Doktrin ....................................................................................... 165

4.5.3 Program ...................................................................................... 166

4.5.4 Sumber-sumberdaya ................................................................... 172

4.5.5 Struktur Intern ............................................................................ 175

4.5.6 Temuan Penelitian ...................................................................... 178

BAB V PENUTUP........................................................................................... 189

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 189

5.2 Saran .................................................................................................... 191

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 193

LAMPIRAN ....................................................................................................

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bentuk Keterlibatan Intsansi Swasta dalam Pengembangan KLA di

Kota Serang .............................................................................. 15

Tabel 2.1 Dimensi dan Fokus Pengembangan Kapasitas ......................... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Operasionalisasi Penelitian........................................ 48

Tabel 3.2 Informan Penelitian .................................................................. 53

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ...................................................................... 60

Tabel 4.1 Spesifikasi Informan Penelitian................................................ 69

Tabel 4.2 Matriks Rencana Aksi Daerah KLA Kota Serang Program

Penguatan Kelembagaan .......................................................... 84

Tabel 4.3 Peraturan Pemenuhan Hak & Perlindungan Anak Kota Serang 88

Tabel 4.4 Usulan yang Disuarakan Oleh Perwakilan Anak Berdasarkan

Indikator dan Klaster Kota Layak Anak .................................. 93

Tabel 4.5 Jumlah PATBM Berdasarkan Kecamatan di Kota Serang ...... 100

Tabel 4.6 Keterlibatan Dunia Usaha dalam Pelaksanaan KLA di Kota Serang

Sampai dengan Tahun 2018 .................................................... 104

Tabel 4.7 Jumlah Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Tahun 2017 dan 2018

di Kota Serang ......................................................................... 118

Tabel 4.8 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di

Kota Serang ............................................................................. 119

Tabel 4.9 Jumlah Balita Gizi buruk, Stunting, dan Wasting di Kota Serang

berdasarkan Kecamatan Tahun 2018 ....................................... 121

viii
Tabel 4.10 Daftar Sekolah Ramah Anak Jenjang SD dan SMP Kota Serang

Tahun 2018 .............................................................................. 123

Tabel 4.11 Partisipasi Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Serang Tahun 2017 124

Tabel 4.12 Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan KLA di Kota Serang. 144

Tabel 4.13 Capaian Kepemimpinan KLA Kota Serang ............................ 180

Tabel 4.14 Capaian Doktrin KLA Kota Serang ........................................ 180

Tabel 4.15 Capaian Program KLA Kota Serang ....................................... 181

Tabel 4.16 Capaian Sumber-sumber Daya KLA Kota Serang .................. 182

Tabel 4.17 Capaian Struktur Intern KLA Kota Serang ............................. 183

Tabel 4.18 Kaitan Indikator Penguatan Kelembagaan dalam KLA dengan

Variabel Lembaga ................................................................... 185

Tabel 4.19 Rekapitulasi Temuan Lapangan .............................................. 186

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Struktur Kelembagaan KLA.......................................... 5

Gambar 1.2 Bagan Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang ..................... 11

Gambar 2.1 Interaksi Antar Pelaku dalam Kerangka Kepemerintahan ....... 21

Gambar 2.2 Konsep Pembangunan Lembaga .............................................. 26

Gambar 2.3 Proses Kerangka Berpikir Penelitian........................................ 43

Gambar 3.1 Model Proses Analisis Data...................................................... 56

Gambar 4.1 Bagan Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang .................... 146

x
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Kabupaten/Kota yang telah menginisiasi KLA hingga Desember

2017 .......................................................................................... 7

Diagram 1.2 Penerima Penghargaan KLA Berdasarkan Kategori Tahun 2011,

2012, 2013, 2015, dan 2017 ..................................................... 8

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Catatan Lapangan

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Daftar Pertanyaan

Lampiran 5 Transkrip Data

Lampiran 6 Surat Pernyataan Informan

Lampiran 7 Member Check

Lampiran 8 Dokumentasi (foto-foto)

Lampiran 9 Daftar Hadir Bimbingan

Lampiran 10 Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak sering kali dianggap sebagai asset investasi yang sangat penting

karena anak merupakan modal pembangunan dan kunci awal kemajuan bangsa,

anak menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan menjadi pilar utama

pembangunan nasional. Di sisi lain anak-anak juga merupakan kaum yang

termarginalkan dari aspek pembangunan. Menurut data Profil Anak Indonesia

tahun 2013 jumlah anak sekitar satu pertiga dari total penduduk Indonesia.

Banyak anak yang beresiko tinggi untuk tidak tumbuh dan berkembang secara

baik, maka dari itu anak perlu mendapat perlindungan dan perhatian khusus yang

sungguh-sungguh dari pemerintah dan semua elemen masyarakat.

Hak anak perlu diperhatikan dan diwujudkan dengan adanya komitmen

terhadap Konvensi Hak Anak (KHA) yang telah disahkan pada 20 November

1989. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 pada tanggal 25 Agustus 1990 tentang

pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvesi tentang Hak-hak

Anak). Pemerintah Indonesia juga telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002 dan telah

diperbarui dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, yang materi pokoknya

memuat keseluruhan ketentuuan dan prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak.

Mengacu kepada kesepakatan internasional mengenai dunia yang layak

bagi anak dan wujud pelaksanaan Undang-undang tentang perlindungan anak,

1
2

negara berkomitmen mengupayakan terwujudnya Indonesia layak anak melalui

pengembangan Kota Layak Anak di semua Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Lahirnya kebijakan Kota Layak Anak diharapkan dapat menciptakan lingkungan

yang aman dan nyaman bagi anak-anak sebagai prasyarat untuk memastikan

bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik, terlindungi haknya dan

terpenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Kebijakan Kota Layak Anak

merupakan kebijakan yang berasal dari pusat pertama kali diperkenalkan oleh

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia pada tahun 2005 dan dikembangkan sejak tahun 2006 yang dalam

pelaksanaannya diturunkan kepada pemerintah daerah. KLA dikembangkan mulai

dari Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota dapat dikatakan layak anak apabila seluruh

Kecamatan di Kabupaten/Kota tersebut layak anak, Kecamatan dapat dikatakan

layak anak apabila seluruh Desa/Kelurahannya layak anak, sampai pada semua

RW/RT dan keluarga layak anak. (Sumber: Kementerian PP-PA, 2015: 7)

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan

Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak mendefinisikan bahwa

Kabupaten/Kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai sistem

pembangunan berbasis hak anak melalui perintegrasian komitmen dan

sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara

menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk

menjamin terpenuhinya hak anak.


3

Kebijakan Kota Layak Anak merupakan wujud mentransformasikan

Konvensi Hak Anak (KHA) dari bahasa hukum ke dalam kebijakan pada proses

pembangunan melalui program dan kegiatan. Kebijakan, program, dan kegiatan

untuk menjamin anak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,

terpenuhinya hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara aktif dan optimal pada hakikatnya adalah urusan wajib

Pemerintah Daerah, sehingga gagasan pengembangan Kota Layak Anak bertujuan

agar Pemerintah Daerah berinisiatif untuk memenuhi hak-hak anak. (Sumber:

Bappeda Kota Serang 2013).

Sejak awal dikembangkan pada tahun 2006 dan tahun 2009 diterbitkan

Permen PPPA Nomor 2/2009 tentang Kebijakan KLA dan diujicobakan di 10

Kabupaten/Kota. Tahun 2010 melalui Inpres No. 1/2010 tentang Percepatan

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2010, KLA masuk ke dalam

salah satu program prioritas nasional yang mempunyai 2 target kebijakan, yaitu:

1) Permen PP-PA No. 13/2010 tentang Pedoman Pengembangan KLA di

Provinsi; 2) Permen PP-PA No. 14/2010 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan

KLA di Desa/Kelurahan. Tahun 2010 pengembangan ditingkatkan di 20

Kabupaten/Kota. Pada tahun 2011 landasan hukum pengembangan KLA

diperbaharui melalui 4 Peraturan Menteri, yaitu : 1) Peraturan Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No.

11/2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak; 2)

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia No. 12/2011 tentang Indikator Kabupaten Layak Anak; 3)


4

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia No. 13/2011 tentang Panduan Pengembangan

Kabupaten/Kota Layak Anak; 4) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 14/2011 tentang

Panduan Evaluasi Kabupaten/Kota Layak Anak. (Sumber: Kementerian PP-PA,

2015: 5)

Strategi Pengembangan KLA berupa pengintegrasian hak anak dalam

setiap proses penyusunan kebijakan, program, dsan kegiatan pembangunan,

termasuk ke dalam tahapan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 11/2011 tentang

Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak untuk mengefektifkan

pengembangan KLA, dibentuk Gugus Tugas KLA yang keanggotaannya meliputi

unsur-unsur lembaga terkait, perwakilan anak, dan dapat melibatkan dunia usaha

dan masyarakat.

Para pihak yang berperan dalam mewujudkan KLA adalah pemangku

kepentingan yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, pemerintah baik pusat

maupun daerah, lembaga masyarakat peduli anak, dunia usaha, akademisi dan

masyarakat. Secara umum struktur kelembagaan dalam Kota Layak Anak

berdasarkan Peraturan Menteri PPPA Nomor 13/2011 tentang Panduan

Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak dapat digambarkan dalam bagan

berikut:
5

Gambar 1.1 Bagan Struktur Kelembagaan KLA

Kementerian
Peberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia

Pemerintah Provinsi

Pemerintah Kabupaten/Kota Gugus Tugas KLA


(Kab/Kota Layak Anak)

Pemerintah Kecamatan

Lembaga eksekutif,
Pemerintah legislatif, yudikatif,
Kelurahan/Desa
dunia usaha, media, dan
masyarakat.
Keluarga

Anak

(Sumber: Kementerian PP-PA, 2015: 5)

Gambar 1.1 di atas, pengembangan KLA dapat dilakukan melalui

pendekatan bottom-up, top-down, maupun kombinasi agar mempercepat

terwujudnya KLA. Lembaga Gugus Tugas KLA terdapat pada setiap tingkatan

pemerintahan dan seluruhnya menentukan terlaksananya kebijakan KLA di

tingkat Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Adapun Gugus Tugas KLA yang

terdiri dari eksekutif, yudikatif, legislatif, masyarakat, dunia usaha, media massa

dan anak. Terdapat tiga unsur sumber daya dalam pengembangan Kabuaten/Kota

Layak Anak, ialah pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Pemerintah berperan

sebagai pembuat sekaligus pelaksana kebijakan publik. Masyarakat sebagai target

dari kebijakan terutama orang tua berperan dalam memenuhi hak-hak anak,
6

karena masyarakat juga harus mempunyai pergerakan dan turut berperan dalam

pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak ini, dunia usaha perannya terlihat

dari adanya Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak atau disingkat APSAI. APSAI ini

merupakan organisasi independen yang dibentuk atas inisiasi dunia usaha untuk

berkontribusi memenuhi dan melindungi anak-anak Indonesia.

Gugus Tugas KLA bertanggung jawab mengawali dan mengawal

pengembangan KLA di wilayah masing-masing. Tugas pokok Gugus Tugas KLA

adalah mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan KLA; menyusun RAD-

KLA; melaksanakan sosialisasi, advokasi dan komunikasi pengembangan KLA;

melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan

dalam RAD-KLA; melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan

kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA; dan membuat laporan kepada

Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas, anggota Gugus Tugas KLA

menyelenggarakan fungsi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data

kebijakan, program, dan kegiatan terkait pemenuhan hak anak; melaksanakan

kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan RAD-KLA; membina dan

melaksanakan hubungan kerja sama dengan pelaksana pengembangan KLA di

tingkat kecamatan dan kelurahan/desa dalam perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengembangan

KLA di tingkat kecamatan dan kelurahan/desa; mengadakan konsultasi dan

meminta masukan dari tenaga profesional untuk mewujudkan KLA. (Sumber:

Peraturan Menteri PPPA No. 13/2011).


7

Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di Indonesia terbilang lebih

kompleks dibanding dengan pengembangan sebuah Kota yang layak untuk anak

di negara lain. Keadaan ini disebabkan oleh kondisi wilayah yang luas dan

struktur administrasi yang cukup besar. Pemerintah Indonesia telah menargetkan

ratusan Kabupaten/Kota untuk dibentuk menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak.

Diagram 1.1
Kabupaten/Kota yang telah menginisiasi KLA hingga Desember 2017

Jumlah Kabupaten/Kota
167 yang belum menginisiasi
Kab/Kota KLA

349
Jumlah Kabupaten/Kota
Kab/Kota yang sudah menginisiasi
KLA

(Sumber: Kemen PPPA - Evaluasi KLA Tahun 2018)

Diagram 1.1 di atas dalam perkembangannya sudah ada 349

Kabupaten/Kota di Indonesia yang menginisiasi KLA. Jumlah ini mengalami

kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Sebanyak 349 Kabupaten/Kota ini

tersebar di 34 Provinsi yang ada di Indonesia. Sampai dengan tahun 2017 126

Kabupaten/Kota telah menerima penghargaan dari Kementrian PPPA. Adapun

kategori penghargaan KLA adalah sebagai berikut: 1) Kabupaten/Kota Layak


8

Anak; 2) Utama; 3) Nindya; 4) Madya; 5) Pratama. Di bawah ini adalah data

penerima penghargaan KLA berdasarkan kategori.

Diagram 1.2
Penerima Penghargaan KLA Berdasarkan Kategori Tahun 2011, 2012, 2013,
2015 dan 2017
100
90
90
80
70
2011
60
50 2012
50
2013
40 36
2015
28
30 25
22 24 2017
20
12
10 6 4 6
3 3 4 3 2
0
Pratama Madya Nindya Utama

(Sumber: Kemen PPPA - Evaluasi KLA Tahun 2018)

Diagram 1.2 di atas sampai dengan tahun 2017 dari 349 Kabupaten/Kota

yang menginisiasi Kota Layak Anak ada 126 Kabupaten/Kota yang sudah

mendapat penghargaan kategori Utama, Nindya, Madya, dan Pratama. Sedangkan

belum ada satu pun daerah yang sudah termasuk kategori Kota Layak Anak.

Penghargaan tersebut diberikan berdasarkan pencapaian pelaksanaan indikator

Kota Layak Anak yang ada dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Indikator Kabupaten Layak Anak.

Indikator Kota Layak Anak merupakan variabel yang digunakan untuk

mengukur pelaksanaan pemenuhan hak anak di daerah dalam upaya mewujudkan


9

KLA. Indikator KLA terdiri dari 7 indikator Kelembagaan dan 24 indikator

substansi yang dikelompokkan dalam 5 klaster hak anak. Penilaian tersebut

merupakan penilaian tim evaluasi independen yang terdiri dari pakar anak,

akademisi, dan praktisi pemerhati hak anak dari Kementrian PPPA yang dinilai

dari seberapa besar pemenuhan hak anak berdasarkan indikator Kota Layak Anak.

(Sumber: Kementerian PP-PA, 2015: 9)

Kota Serang sebagai ibukota di Provinsi Banten masih belum mampu

mewujudkan harapan dan memenuhi setiap kebutuhan masyarakatnya. Salah satu

harapan yang belum terwujud adalah mewujudkan Kota Serang sebagai tempat

atau lingkungan yang nyaman untuk warganya tinggal, khususnya anak-anak.

Oleh karena itu anak-anak harus mendapat perhatian yang serius agar Kota Serang

dapat memanfaatkan bonus demografi yang akan diperoleh di masa depan.

Kota Serang telah menginisiasi untuk membangun sebuah sistem

pengembangan KLA sejak tahun 2011. Pada tahun 2013 telah terbentuk Peraturan

Daerah Kota Serang Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perlindungan Anak dan

Perempuan, lalu tahun 2015 telah terbentuk Peraturan Daerah Kota Serang Nomor

6 Tahun 2015 tentang Kota Layak Anak sebagai suatu bentuk penguatan

kelembagaan dalam implementasi kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota

Layak Anak yang bertujuan untuk: menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat

hidup aman dari ancaman, tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara

optimal; mengembangkan potensi, bakat dan kreatifitas anak; mengoptimalkan

peran dan fungsi keluarga sebagai basis pendidikan pertama bagi anak; serta

membangun sarana dan prasarana daerah yang mampu memenuhi kebutuhan


10

dasar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Adanya Perda ini juga

merupakan bentuk dukungan dari legislatif dalam menuangkan komitmen untuk

melaksanakan KLA di Kota Serang dengan harapan Kota Serang akan semakin

baik dalam upaya pemenuhan harapan bersama yaitu mewujudkan Kota yang

layak bagi anak.

Kota Serang pada tahun 2015 menunjukan kesiapan menuju Kota Layak

Anak dengan memenuhi beberapa kriteria pada tingkat Pratama dengan skor

sebesar 486,46 dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 566,65 dan termasuk ke

dalam empat Kabupaten/Kota di Banten yang dalam penilaian berada di posisi

kedua setelah Kota Tangerang Selatan. (Sumber: www.bantenbersatu.co.id).

Berbagai upaya di atas yang telah dilakukan Kota Serang memperoleh apresiasi

dari kementrian PPPA sehingga diberikannya pernghargaan pada tahun 2018

dengan predikat Kota Serang sebagai Kota Layak Anak kategori Pratama.

Penguatan kelembagaan KLA, yaitu upaya untuk memperkuat

kelembagaan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, lembaga

masyarakat dan dunia usaha pada suatu wilayah administrasi pemerintahan agar

proaktif dalam upaya memenuhi hak anak yang dilakukan melalui advokasi,

sosialisasi dan fasilitasi di bidang ketenagaan, anggaran, sarana prasarana, metoda

dan teknologi. Kelembagaan KLA harus melakukan peningkatan komitmen yang

termasuk ke dalam tahapan persiapan pengembangan KLA. Peningkatan

komitmen dalam KLA meliputi upaya memperoleh dukungan dari pada

pemangku kepentingan dalam pengembangan KLA. Dukungan dari para

pengambil keputusan di Kabupaten/Kota untuk menjadikan daerahnya menjadi


11

KLA sangat penting dituangkan dalam bentuk tertulis untuk menjaga agar

pengembangan KLA bukan dilakukan hanya karena desakan atau keperluan sesaat

saja. (Sumber: Kementerian PP-PA, 2015: 3)

Kelembagaan KLA Kota Serang tergambar pada Gugus Tugas KLA Kota

Serang, sebagai lembaga yang paling menentukan terlaksananya KLA di tingkat

Kabupaten/Kota. Gugus Tugas KLA Kota Serang tercantum dalam Keputusan

Walikota Serang Nomor 463/Krp.246-Huk/2017 tentang Perubahan Ketiga atas

Keputusan Walikota Serang Nomor : 463/Kep.66-Huk/2015 tentang Pembentukan

Gugus Tugas Pengembangan KLA Kota Serang. Susunan kelembagaan KLA

Kota Serang telah melalui beberapa kali revisi dan kini telah disesuaikan dengan

kebutuhan 5 klaster hak anak dan perlindungan khusus anak. Secara struktur

Gugus Tugas KLA Kota Serang dapat digambarkan pada bagan berikut:

Gambar 1.2 Bagan Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang


Walikota & Wakil walikota Serang

Sekretaris Daerah Kota Serang

-Asisten Ekonomi Kepala Bappeda Kota Serang Kepala DP3AKB Kota Serang
Pembangunan Setda Kota
Serang
-Kepala BPKAD Kota
Serang

Kepala Disdukcapil Kota Asisten Pemerintahan Kepala Dinkes Kota Serang


Serang Setda Kota Serang

Anggota
Anggota Anggota

Kepala Dindikbud Kota Serang Kepala Bagian Hukum Setda Kota Serang

Anggota Anggota
(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2018)
12

Pelaksanaan KLA di Kota Serang berdasarkan wawancara awal peneliti

dan literatur yang ada masih terdapat beberapa kekurangan yang bisa dianggap

sebagai masalah yang terdapat pada indikator penguatan kelembagaan KLA,

diantaranya adalah:

Pertama, struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang belum ideal dan belum

memenuhi kebutuhan sampai pada tingkat pelaksanaan. Struktur harus

menyesuaikan tingkat kebutuhan dan volume kerja yang terdapat dalam

kelembagaan. Gugus Tugas KLA Kota Serang yang ada saat ini belum melibatkan

sumber daya dari tim teknis dalam pelaksanaan setiap program dan kegiatan,

Gugus Tugas saat ini hanya fokus pada pimpinan OPD terkait dan belum

mencakup secara luas setiap unsur KLA sehingga belum ada rasa tanggungjawab

yang lebih pada tingkatan pelaksana teknis yang mengakibatkan pelaksanaan

KLA belum berjalan secara maksimal. Sebagaimana penuturan dari Kasubid

Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang bahwa struktur Gugus Tugas KLA

Kota Serang hanya melibatkan pimpinan-pimpinan OPD yang terlibat dalam

pelaksanaan dan pengembangan KLA, padahal sebetulnya pelibatan tim teknis

merupakan hal penting karena akan lebih menumbuhkan rasa tanggungjawab pada

pelaksanaan KLA. (Sumber: Wawancara dengan Kasubid Sosial Kemasyarakatan

Bappeda Kota Serang)

Kedua, belum adanya komitmen pada lembaga penopang KLA baik

tingkat Kecamatan maupun Kelurahan. Komitmen pada KLA dapat berupa

peraturan yang tertulis beserta tindakan dengan melaksanakan kebijakan KLA

yang sudah terbentuk. Berdasarkan observasi dan wawancara awal peneliti bahwa
13

lembaga Kecamatan di Kota Serang belum memiliki komitmen untuk

menjalankan KLA, dari jumlah 6 Kecamatan yang ada belum satupun yang

memiliki Gugus Tugas KLA tingkat Kecamatan. Pimpinan Kecamatan pun belum

memiliki komitmen yang dapat dinilai dari tidak menghadiri undangan kegiatan

pertemuan untuk membahas KLA atau bahkan diwakilkan. Begitupun pada

tingkat kelurahan, sebanyak 67 Kelurahan di Kota Serang belum seluruhnya

memiliki lembaga yang memberikan layanan tumbuh kembang dan perlindungan

anak (PATBM). Menurut data yang peneliti peroleh dari Bappeda terkait evaluasi

KLA 2018 bahwa baru 2 Kelurahan yang sudah membentuk PATBM, yaitu

Kelurahan Kasemen dan Kelurahan Pipitan dan dilegalkan dengan SK Kelurahan

Kecamatan Kasemen Kota Serang No: 140/02-Ksm/2017 dan SK Kelurahan

Pipitan Kecamatan Walantaka Kota Serang No: 003/III/2018. Lembaga

Kecamatan dan Kelurahan akan sangat menopang terlaksananya KLA pada

tingkatan Kota, karena suatu Kabupaten/Kota dikatakan layak jika seluruh

lembaga di bawahnya Kecamatan dan Kelurahan/Desa sudah layak anak.

Ketiga, masih terdapat sumberdaya manusia di Kota Serang yang belum

terlatih dalam pemenuhan hak anak yang memenuhi standar materi, pendalaman

masalah dan penanganan isu anak berdasarkan konvensi hak anak. Pelaksanaan

KLA di Kota Serang terhambat oleh sumberdaya yang belum semuanya paham

terhadap KLA. Bappeda Kota Serang pernah melaksanakan kegiatan Peningkatan

Kemampuan Teknis Aparat Perencana yang bertempat di Kota Tangerang pada

tanggal 4 Mei 2018. Kegiatan tersebut adalah kegiatan pertama yang dilaksanakan

dalam rangka menumbuhkan pemahaman terkait KLA dan membentuk serta


14

menumbuhkan nilai-nilai dalam kelembagaan Gugus Tugas KLA, yaitu

kepentingan terbaik bagi anak.

Kegiatan pelatihan khusus dengan materi Konvensi Hak Anak tersebut

belum diterima oleh semua OPD terkait dalam lembaga Gugus Tugas KLA,

karena OPD yang mengikuti kegiatan tersebut baru beberapa saja pada OPD saja.

Adapun upaya lainnya yang telah dilakukan dalam memfasilitasi penguatan

sumberdaya Gugus Tugas KLA adalah sosialisasi dan kegiatan pertemuan rutin

Gugus Tugas KLA berupa rapat kecil sebanyak lebih dari lima kali dan rapat

besar sebanyak dua kali selama setahun. (Sumber: Wawancara dengan Kasubid

Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang)

Keempat, keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak tidak

signifikan dan tidak dilakukan secara berkelanjutan. Dunia usaha akan

berinteraksi dengan anak dan memberikan dampak baik langsung ataupun tidak.

Keterlibatan dunia usaha dapat berupa kebijakan, produk, penyediaan fasilitas

yang layak anak, pemberdayaan keluarga dan masyarakat sekitar, penyediaan

layanan dalam tumbuh kembang dan perlindungan anak, dan/atau dana. Seperti

hal nya kebijakan pencegahan penggunaan tenaga kerja anak, produksi makanan

yang aman, penyediaan tempat bermain, penitipan anak, pojok ASI dan Telepon

Sahabat Anak atau TESA. Adapun Peraturan Daerah Kota Serang terkait CSR

belum berjalan secara optimal. Banyak kendala yang dihadapi. Berikut ini adalah

data peranan dunia usaha yang diketahui oleh Bappeda dalam pengembangan

Kota Layak Anak di Kota Serang.


15

Tabel 1.1
Bentuk Keterlibatan Intsansi Swasta dalam Pengembangan Kota Layak
Anak di Kota Serang
Nama Instansi Bentuk Keterlibatan
Rumah Sakit Sari Asih Menyediakan pojok ASI dan wahana bermain bagi
anak
Rumah Sakit Budi Asih Ikut serta dalam kegiatan pencegahan dan
penanganan pekerja terburuk anak
Carrefour cabang Serang Mengadakan kegiatan lomba mewarnai untuk anak
dan adanya TBM Mall
PT Telkom Indonesia Mendirikan taman digital di Alun-alun Kota Serang
Bank BJB Memberikan sumbangan dalam bentuk perbaikan
sarana dan prasarana di wilayah perkampungan
(Sumber: Bappeda Kota Serang, Dokumen Evaluasi Kota Layak Anak 2018)

Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa peranan dunia usaha yang ada di

Kota Serang yang baru diketahui oleh pihak Bappeda sebagai penilaian capaian

Kota Layak Anak hanya beberapa instansi swasta dan belum sepenuhnya berjalan

secara berkelanjutan dalam pengembangan Kota Layak Anak di Kota Serang.

Hasil wawancara dengan Kasubid Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang

bahwa selebihnya peran dunia usaha hanya sebatas memberi bantuan untuk

kegiatan khusus anak dengan bentuk pengajuan proposal kepada perusahaan.

Selain itu tidak ada inisiatif dan kurangnya pemahaman pelaku usaha di Kota

Serang terkait KLA, sehingga untuk memenuhi undangan pun tidak ada yang

mengirimkan personilnya untuk ikut serta dalam sosialisasi, pengembangan,

maupun evaluasi Kota Layak Anak. Pernyataan di atas menunjukan bahwa

koordinasi yang terjalin antara Pemerintah Kota Serang dengan dunia usaha

belum optimal dalam pengembangan Kota Layak Anak. Asosiasi Perusahaan

Sahabat Anak tingkat Kota pun belum terbentuk, hal ini yang merupakan tugas

pemerintah Kota Serang sehingga menunjukkan peran pemerintah Kota Serang


16

dalam merangkul pihak swasta belum maksimal. (Sumber: wawancara dengan

Kasubid Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang).

Pemerintah Kota Serang belum menunjukan hasil yang memuaskan dalam

upaya penguatan kelembagaan kota layak anak meskipun memperoleh skor yang

tinggi dalam evaluasi yaitu 77,33% pada indikator penguatan kelembagaan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas menjadi alasan

peneliti ingin melakukan penelitian terkait penguatan kelembagaan KLA.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang belum ideal

2. Belum adanya komitmen pada lembaga penopang KLA baik tingkat

Kecamatan maupun Kelurahan

3. Masih terdapat sumberdaya di Kota Serang yang belum terlatih PUHA

4. Keterlibatan dunia usaha terhadap Pengarusutamaan Hak Anak masih

minim dan belum signifikan

1.3 Batasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan memfokuskan pada masalah

dalam upaya penguatan kelembagaan KLA di Kota Serang. Lokus penelitian ini di

Kota Serang, di DP3AKB Kota Serang, BAPPEDA Kota Serang, Forum Anak

Kota Serang, pihak swasta sebagai dunia usaha di Kota Serang, lembaga

masyarakat, serta instansi terkait yang terlibat dalam penguatan kelembagaan


17

gugus tugas KLA. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan September

2018.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan ditentukan

rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut. Bagaimana upaya

Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya Penguatan

Kelembagaan yang sudah dilakukan dalam Kota Layak Anak di Kota Serang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori-teori yang telah

ada dan memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

administrasi publik

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peneliti adalah berguna untuk menambah dan

mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal mempelajari

khazanah ilmu administrasi publik dalam kaitannya dengan upaya

Penguatan Kelembagaan dalam Kota Layak Anak di Kota Serang.


18

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan sehingga

dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Kota

Layak Anak di Kota Serang sehingga dapat dijadikan sebagai masukan

dalam proses implementasi kebijakan oleh SKPD terkait.

c. Manfaat bagi masyarakat dan pembaca adalah sebagai informasi agar

membangun kesadaran masyarakat dalam memenuhi hak anak dan

referensi bagi penelitian selanjutnya.


BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Teori dalam sebuah penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dan

digunakan sebagai acuan analisis. Setiap penelitian selalu menggunakan teori.

Pengertian teori menurut Cooper dan Schindler (2003) dalam Basrowi dan

Suwandi (2008:37) yang mengemukakan definisi teori sebagai berikut

“A theory is a set of systematically interrelated concepts, definiton, and


proposition that are advanced to ekplain and predict phenomena (fact)”.
(Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun
secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena).

Maka pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian yang telah peneliti identifikasi, yaitu: teori

good governance dan interaksi antar stakeholder, pembangunan lembaga, dan

konsep KLA.

2.1.1 Good Governance dan Interaksi Antar Stakeholder

Menurut World Bank dalam Wasistiono (2002:30), kata governance

diartikan sebagai “the way state power is used in managing economic and social

resources for development society.” Dari pengertian tersebut dapat diperoleh

gambaran bahwa governance dapat dimaknai sebagai suatu cara, yakni cara

bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumber daya – sumber

19
20

daya ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat. Cara disini lebih

menunjukkan pada hal-hal yang bersifat teknis.

Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan

(2005:114) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah

menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah

kepemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab

sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara

politik maupun administratif.

Dengan demikian good governance dapat diartikan sebagai sebuah konsep

tata kelola pemerintah yang baik dan bersih dari praktik korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN) sesuai dengan prinsip-prinsip good governance agar terciptanya

kesejahteraan masyarakat. Tata pemerintahan tersebut mencakup seluruh

mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok

masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum mereka,

memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Keberhasilan penyelenggaraan good governance sangat ditentukan oleh

keterlibatan dan sinergi dari ketiga pilar tersebut. Negara dalam hal ini tidak lagi

menjalankan peran yang dominan dalam pemerintahan, namun peran serta sektor

swasta dan masyarakat menjadi sangat penting dan saling berkesinambungan. Hal

ini ditujukan dalam rangka menciptakan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance).
21

Pemeri nt ah

S wa s t a Masyarakat

Gambar 2.1
Interaksi Antar Pelaku dalam Kerangka Kepemerintahan
(Sumber: Sedamaryanti, 2012:38)

Gambar 2.1 di atas menggambarkan adanya interaksi antar pelaku pilar-

pilar good governance dalam konsep kepemerintahan, yaitu negara atau

pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat yang mana adanya keterkaitan

hubungan dan saling menguatkan satu sama lain. Meskipun perspektif good

governance mengimplikasikan terjadinya pengurangan peran pemerintah namun

pemerintah sebagai institusi tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

2.1.1.1 Prinsip – prinsip Good Governance

Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi kepemerintahan

(governance) dengan pola pemerintahan yang tradisional, adalah terletak pada

adanya tuntutan yang demikian kuat agar peranan pemerintah dikurangi dan

peranan masyarakat (termasuk dunia usaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) atau organisasi non pemerintah) semakin ditingkatkan dan semakin

terbuka aksesnya. Sedamaryanti (2012:5), mengungkapkan bahwa unsur utama

good governance, yaitu akuntabilitas (accountability), transparansi

(transparency), keterbukaan (openness), dan aturan hukum (rule of law).

Prinsip-prinsip good governance dikemukakan oleh United Nations

Development Program (UNDP) dalam Sedarmayanti (2012: 44-45) yang dapat


22

dijadikan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Karakteristik dan prinsip -

prinsip harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (good governance), meliputi:

1. Partisipasi (Participation)
Sebagai pemilik kedaulatan, setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban untuk mengambil bagian dalam proses bernegara,
berpemerintahan serta bermasyarakat. Partisipasi tersebut dapat dilakukan
secara langsung maupun melalui institusi intermediasi, seperti Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan lain
sebagainya, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.
2. Aturan hukum (Rule of Law)
Salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah adanya penegakan hukum
yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. Tanpa penegakkan
hukum, orang secara bebas berupaya mencapai tujuannya sendiri tanpa
mengindahkan kepentingan orang lain, termasuk menghalalkan segala
cara.
3. Transparansi (Transparency)
Keterbukaan tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut
kepentingan publik mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan
dana - dana publik sampai pada tahapan evaluasi. Transparansi harus
dibangun dalam rangka kebebasan.
4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Sebagai konsekuensi dari keterbukaan, maka setiap komponen yang
terlibat dalam proses pembangunan good governance perlu memiliki daya
tanggap terhadap keinginan maupun keluhan para pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)
Di dalam good governance, pengambilan keputusan maupun pemecahan
masalah bersama lebih diutamakan berdasarkan konsensus yang
dilanjutkan dengan kesediaan untuk konsisten melaksanakan konsensus
yang telah diputuskan bersama. Inilah nilai dasar kita dalam memecahkan
masalah persoalan bangsa adalah melalui musyawarah untuk mufakat.
6. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi,
karena kemampuan masing-masing warga negara yang berbeda-beda,
maka sektor publik perlu memainkan peranan agar kesejahteraan dan
keadilan dapat berjalan sesuai dengan seiring sejalan.
23

7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)


Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan
ketiga domain dalam governance perlu mengutamakan efektivitas dan
efesiensi dalam setiap kegiatan. Tekanan perlunya efektivitas dan efesiensi
terutama ditujukan pada sektor publik karena sektor publik ini
menjalankan aktivitasnya secara monopolistik.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu
dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanggung gugat dan tanggung
jawab tidak hanya sekedar diberikan atasan saja melainkan juga pada
masyarakat luas.
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Para pemimpin dan masyarakat memiliki prespektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut.

Dari berbagai prinsip di atas dapat peneliti simpulkan bahwa sistem

administrasi good governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan dan

institusi di luar pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik.

Penyelesaian masalah publik selalu melibatkan multi-stakeholders dari berbagai

lembaga yang terkait. Stakeholders dalam good governance memiliki kedudukan

yang sama dan diikat oleh suatu prosedur yang sengaja diciptakan untuk

memfasilitasi mereka dalam perumusan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian

(evaluasi) kebijakan.

2.1.2 Pembangunan Lembaga

Lembaga didefinisikan oleh Esman dalam Eaton (1986: 23) sebagai

“Suatu organisasi formal yang menghasilkan perubahan dan melindungi


perubahan, dan jaringan dukungan-dukungan yang dikembangkannya
dalam lingkungan tidak diartikan sebagai pola-pola kegiatan yang normatif
(umpamanya perkawinan, kontrak) atau sebagai sektor masyarakat
(umpamanya bisnis, agama).”
24

Pengertian lain mengenai lembaga menurut Thomas R. Dye dalam

Ekowati & Casmiwati (2015: 38) adalah suatu perangkat peraturan dan organisasi

yang membuat serta mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dalam

suatu hubungan yang teratur. Sedangkan Oetomo dalam Ekowati & Casmiwati

(2015: 39) mengatakan bahwa lembaga adalah suatu bentuk kesatuan unsur

formal (kesepakatan) beserta jaringan dukungan yang dikembangkan secara

terorganisir, yang secara kontinu mempengaruhi sistem manajemen sumber daya

dari suatu entitas terntentu, untuk menghasilkan dan atau melindungi perubahan.

Konteks administrasi publik, lembaga memiliki makna sebagai suatu

wadah yang dirancang untuk menghasilkan perubahan. Sebuah lembaga

merupakan hasil dari pembangunan lembaga, maka ketika melihat dan menilai

suatu lembaga tidak bisa dipisahkan dari proses pembangunan lembaga itu

sendiri. Bentuk lembaga di suatu daerah kemungkinan besar sangat dipengaruhi

oleh kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Lembaga yang telah terbentuk

perlu didukung dengan adanya pembiayaan secara internal dan eksternal untuk

perkembangan lembaga itu sendiri agar dapat bekerja optimal. (Ekowati &

Casmiwati (2015: 37)

Pendekatan lembaga sebagaimana dikemukakan oleh Thomas R. Dye

dalam Ekowati & Casmiwati (2015: 22) bahwa lembaga mempunyai unsur

struktur organisasi, tugas pokok fungsi, mekanisme dalam organisasi dan dampak

lembaga bagi masyarakat. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa lembaga merupakan suatu wadah yang di dalamnya

terdapat beberapa unsur yang akan menggunakan sumber daya untuk


25

menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Lembaga memiliki kesamaan dengan

organisasi sehingga dalam penelitian ini organisasi akan dianggap sebagai sebuah

lembaga.

Pembangunan lembaga menurut Esman dalam Eaton (1986:23)

didefinisikan sebagai berikut:

“Adalah perubahan sosial yang direncanakan dan dibina. Ia menyangkut


inovasi-inovasi yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma-
norma, pola-pola kelakuan, hubungan perorangan maupun kelompok,
persepsi baru mengenai tujuan maupun cara-cara. Pembagunan lembaga
juga tidak bersangkutan dengan pola-pola yang sudah ada dengan
penyimpangan-penyimpangan marginal dari praktek-praktek yang lalu
atau dengan perbaikan-perbaikan yang sedikit saja dalam efisiensi.”

Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pembangunan lembaga menggunakan inovasi yang jelas tujuannya yang harus

dilakukan oleh elit-elit yang terlibat pada organisasi formal, karenanya

pembangunan lembaga harus diinisiasi, difasilitasi dan dilaksanakan oleh

pemerintah.

Model Pembangunan Lembaga dapat didefinisikan bahwa: Pembangunan

Lembaga dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan bimbingan dari

organisasi-organisasi baru atau yang disusun kembali yang (a)mewujudkan

perubahan-perubahan dalam nilai-nilai, fungi-fungsi, teknologi-teknologi fisik,

dan/atau sosial, (b)menetapkan, mengembangkan, dan melindungi hubungan-

hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru, (c)memperoleh dukungan

dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.

Lembaga yang diharapkan dari hasil pembangunan lembaga adalah

organisasi-organisasi formal yang mendorong perubahan dan melindungi


26

perubahan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan lembaga lebih

menekankan pada proses belajar bersama masyarakat dan lingkungannya karena

bukanlah pemakaian teknologi sosial yang siap pakai.

Kerangka konseptual (model) yang digambarkan Esman dalam konsep

pembangunan lembaga dapat disusun dalam bentuk bagan seperti di bawah ini:

Variabel lembaga Variabel lingkungan

Kepemimpinan Kaitan yang memungkinkan


Doktrin Transaksi Kaitan fungsional
Program Kaitan normatif
Sumber-sumberdaya Kaitan tersebar
Struktur

Gambar 2.2
Konsep Pembangunan Lembaga
(Sumber: Eaton (1986:24)

Kerangka pada gambar 2.3 di atas pada bagan 1 digunakan sebagai cara

untuk mengidentifikasi metode operasional dan strategi tindakan yang dapat

membantu orang atau organisasi baru dalam praktek atau membimbing dan secara

aktif terlibat sebagai penghantar perubahan. Penjelasan mengenai lima variabel

lembaga adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kelompok yang secara aktif terlibat dalam
merumuskan doktrin dan program lembaga, mengarahkan aktifitas-
aktifitas lembaga serta menetapkan dan membina hubungan-hubungan
dengan lingkungannya. Pemimpin yang dibutuhkan setidaknya harus
memiliki 4C, yaitu, concept, competence, commitment, consistent.
b. Doktrin
Doktrin merupakan nilai-nilai, tujuan-tujuan atau metode-metode
operasional yang mendasari tindakan sosial yang menggambarkan citra
dan harapan-harapan yang dituju. Doktrin dipandang sebagai sederetan
tema yang memproyeksi baik dalam organisasi itu sendiri maupun
lingkungan eksternalnya, seperangkat citra dan harapan mengenai tujuan
lembaga serta termasuk gaya dan tindakan. Doktrin dikatakan berhasil
apabila mampu memengaruhi pilihan nilai-nilai orang yang terdoktrin.
27

c. Program
Program merujuk tindakan-tindakan tertentu yang berhubungan degan
pelaksanaan dari fungsi-fungsi dan jasa-jasa yang merupakan output dari
lembaga tersebut. Sehingga program adalah terjemahan dari doktrin ke
dalam pola tindakan yang nyata dan alokasi sumber-sumber daya lainnya
di dalam lembaga itu sendiri dan yang berhubungan dengan lingkungan
ekstern. Program juga merupakan setiap kegiatan pemerintahan yang
dirancang untuk mewujudkan kesejahteraan publik melalui pengelolaan
barang dan layanan publik yang memenuhi hak-hak dasar manusia.
d. Sumber-sumberdaya
Sumber-sumber daya adalah masukan-masukan keuangan, fisik, manusia,
teknologi dan penerangan dari lembaga tersebut. Masukan dibutuhkan oleh
lembaga dalam menjalankan aktifitasnya. Sumberdaya pada umumnya
adalah yang dituding menjadi kendala dalam pelaksanaan program.
e. Struktur Intern
Struktur intern dirumuskan sebagai struktur dan proses-proses yang
diadakan untuk bekerja dan pemeliharaan lembaga tersebut. Pembagian
dari peranan-peranan di dalam organisasi tersebut, pola-pola kewenangan
internnya dan sistem-sistem komunikasi, komitmen dari orang-orangnya
pada doktrin dan program dari organisasi tersebut akan mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan komitmen-komitmen yang sudah ada.
Dengan demikian yang dimaksud dengan struktur intern adalah pola
hubungan antar pelaku dalam pemerintahan untuk menyediakan program
layanan publik yang diemban lembaga.

Adapun pendapat lain mengenai peran kepemimpinan dalam suatu

lembaga menurut Makmur (2011: 157) bahwa

“Manusia sebagai jiwa atau roh struktur kelembagaan agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien diperlukan kepemimpinan yang dapat diterima
dengan baik seluruh lapisan manusia yang menduduki jabatan yang
ditetapkan dalam struktur kelembagaan, itulah sebabnya bahwa peranan
kepemimpinan harus memiliki kemampuan untuk membimbing,
mengarahkan, dan memengaruhi para pengikutnya untuk melaksanakan
perintah pimpinan yang berdasarkan dengan ketentuan kelembagaan itu
sendiri”

Pendapat di atas kita anggap tepat karena memusatkan pada kemampuan

manusia untuk memimpin dengan baik. Sejalan dengan pendapat Mulyadi (2015:

139) yang menuliskan bahwa kepemimpinan efektif harus memberikan

pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan


28

organisasi. Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan

perseorangan dan tujuan organisasi mungkin menjadi renggang.

Berdasarkan penjelasan di atas, pemahaman peneliti terkait variabel

lembaga tersebut secara sederhana adalah sebagai berikut;

a. Kualitas kepeminpinan menjadi sangat penting karena kepemimpinan


dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu lembaga dalam mengelola sumberdaya yang terbatas.
b. Doktrin yang mendasari tindakan operasional pemerintah tentu harus
mewakili nilai-nilai good governance.
c. Program merupakan output dari lembaga tersebut. Program akan berhasil
apabila diterima dan berdampak langsung pada masyarakat.
d. Sumber daya adalah apa yang seharusnya bisa dikelola oleh kepeimpinan
yang baik agar mencapai tujuan dengan efisien.
e. Struktur intern adalah susunan dan pola komunikasi lembaga itu sendiri
yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lembaga agar efektif.

Adapun kelompok variabel lingkungan yang terdiri dari empat sub

variabel kaitan memiliki penjelasan sebagai berikut:

a. Kaitan yang memungkinkan


Adalah kaitan yang menghubungkan lembaga tersebut dengan organisasi-
organisasai, kelompok-kelompok dan individu-individu yang mengontrol
alokasi kewenangan dan alokasi sumber daya yang memungkinkan
lembaga tersebut untuk beroprasi dan berlanjut.
b. Kaitan fungsional
Adalah kaitan yang menghubungkan lembaga dengan organisasi yang
menjalankan fungsi dan jasa yang merupakan pelengkap dalam arti
produksi yang menyediakan masukan dan menggunakan keluaran dari
lembaga tersebut.
c. Kaitan normatif
Adalah kaitan yang menghubungkan nilai-nilai lembaga dengan nilai-nilai
lingkungannya. Kaitan normatif ini diperlukan terutama bagi lembaga-
lembaga yang membawa nilai-nilai baru karena dapat memeroleh
dukungan atau tantangan.
d. Kaitan tersebar
Adalah kaitan yang menghubungkan lembaga dengan unsur-unsur dalam
masyarakat yang tidak dapat diidentifikasi dengan jelas oleh keanggotaan
dalam organisasi formal.
29

Kelembagaan dalam konsep Esman dalam Eaton (1986:31) adalah hasil

akhir dari usaha pembangunan lembaga, sehingga kelembagaan merupakan

standar yang dijadikan untuk menilai keberhasilan dari usaha-usaha pembangunan

lembaga. Di bawah ini dipaparkan beberapa yang termasuk ke dalam prinsip-

prinsip dasar dari kelembagaan, yaitu sebagai berikut:

a. Harus ada norma-norma dan pola-pola tindakan yang baru di dalam


organisasi maupun dalam lingkungannya.
b. Baik organisasi maupun inovasi-inovasi yang diwakilinya harus
melembaga, dinilai dalam lingkungan. Hal ini berarti bahwa organisasi
maupun inovasi-inovasi yang dibantu perkembangannya dimasukkan
dengan nilai yang melebihi persyaratan teknik dari pekerjaan yang sedang
dilakukan.
c. Nilai intrinsik yang diperoleh dengan cara demikian dapat dipandang
sebagai suatu sumberdaya yang memungkinkan para penghantar
perubahan untuk mencapai tujuan-tujuannya dengan biaya yang berkurang
karena komitmen dari sifat dan citra yang menguntungkan yang diproyeksi
dalam lingkungan.

Kelembagaan sebagai keadaan akhir menurut Esman dalam Eaton

(1896:40) berarti bahwa organisasi dan inovasi-inovasinya telah diterima dan

didukung oleh lingkungan eksternnya. Lingkungan telah menyesuaikan dirinya

pada inovasi-inovasi tersebut lebih daripada organisasi telah menyesuaikan

dirinya pada lingkungan aslinya.

Keadaan-keadaan akhir dari proses pembangunan lembaga secara umum

berdasarkan buku pembangunan lembaga Eaton (1986:41) harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Kemampuan teknis yaitu kemampuan untuk memberikan jasa-jasa teknis


yang adalah inovasi-inovasi bagi masyarakat pada tingkat kompetensi
yang makin bertambah
b. Komitmen-komitmen normatif adalah sejauh mana gagasan-gagasan,
hubungan-hubungan dan praktek-praktek inovatif yang diperjuangkan
organisasi tersebut telah diresapi oleh stafnya
30

c. Dorongan inovatif yaitu kemampuan dari lembaga untuk melanjutkan


mengadakan inovasi sehingga teknologi-teknologi dan pola-pola kelakuan
baru yang diperkenalkannya tidak akan membeku dan kaku dalam bentuk
aslinya, tetapi lembaga dapat belajar terus-menerus dan menyesuaikan diri
terhadap kesempatan-kesempatan teknologis dan politis yang baru
d. Citra lingkungan yaitu sejauh mana lembaga dipandang berharga dan me-
nguntungkan dalam masyarakat.
e. Efek sebaran yaitu tingkat sejauh mana teknologi-teknologi, norma-norma
atau pola-pola kelakuan yang inovatif yang diperjuangkan oleh lembaga
telah diterima dan terpadu ke dalam kegiatan yang sedang berjalan dari
organisasi-organisasi yang lainnya.

Sedangkan yang dimaksud kelembagaan oleh Makmur (2011: 150) adalah

“Suatu sistem jaringan kerja yang menggambarkan suatu kesatuan yang


utuh dan saling memengaruhi antara satu dengan yang lainnya untuk
mencapai suatu tujuan dalam sebuah institusi pemerintah maupun swasta
dalam rangka menciptakan alat kepuasan hidup manusia secara
keseluruhan dengan berdasarkan etika dan estetika yang telah disepakati
sebelumnya untuk dijadikan pedoman kerja dan jaringan pergaulan”.

Berdasarkan pemahaman peneliti bahwa lembaga, pembangunan lembaga,

dan kelembagaan adalah 3 hal yang berbeda maknanya dalam penelitian ini

namun semua saling berhubungan dalam mencapai tujuan yaittu membangun

organisasi agar tetap hidup dengan mendukung inovasi untuk menghadapi

perubahan sosial. Secara sederhana peneliti menyimpulkan bahwa setiap lembaga

jika melakukan usaha pembangunan lembaga maka akan menghasilkan

kelembagaan yang siap berorientasi pada perubahan.

2.1.3 Konsep Penguatan Kelembagaan

Penguatan kelembagaan KLA sebagai upaya merupakan bagian dari

pembangunan lembaga dan pengembangan kapasitas kelembagaan. Oleh karena

itu, konsep penguatan kelembagaan dalam penelitian ini adalah menggabungkan

teori Pembangunan Lembaga dan Pengembangan Kapasitas dimana penguatan


31

kelembagaan dalam KLA dilihat dari variabel lembaga menurut Esman (dalam

Eaton 1986:24) dan dimensi pengembangan kapasitas menurut Grindle (dalam

Saleh, et.al. 2013: 44). Pengembangan kapasitas menurut Grindle (dalam Saleh,

et.al. 2013: 37) bahwasanya inti dari pada pengembangan kapasitas itu adalah

peningkatan kemampuan. Konsep pengembangan kapasitas secara umum

merupakan serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi,

efektivitas dan responsivitas dari kinerja individu, kelompok atau organisasi serta

sistem dengan memfokuskan pada beberapa dimensi, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengembangan sumberdaya manusia


2. Penguatan organisasi
3. Reformasi kelembagaan

Penjelasan dari ketiga unsur di atas dituangkan ke dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Dimensi dan Fokus Pengembangan Kapasitas

Dimensi Fokus Tipe Kegiatan


Pengembangan Pengadaan atau penyediaan Training, pemberian gaji/upah,
manusia personel yang profesional dan pengaturan kondisi dan lingkungan
teknis kerja, sistem rekrutmen yang tepat
Penguatan Sistem manajemen untuk Menata sistem insentif, pemanfaatan
organisasi memperbaiki kinerja dari fungsi- personel yang ada, kepemimpinan,
fungsi dan tugas-tugas yang ada komunikasi, dan struktur manajerial.
dan pengaturan struktur mikro
Reformasi Perubahan sistem dan institusi- Perubahan aturan main dari sistem
kelembagaan institusi yang ada, pengaruh ekonomi dan politik yang ada,
struktur makro perubahan kebijakan dan aturan
hukum, serta reformasi sistem
kelembagaan yang dapat mendorong
pasar dan berkembangnya masyarakat
madani.
(Sumber:Grindle (dalam Saleh, et.al. 2013:44))
32

Uraian di atas memberikan pemahaman peneliti bahwa pembangunan

lembaga dan pengembangan kapasitas merupakan upaya yang sama-sama

mengarah pada perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan lembaga

maupun pengembangan kapasitas dilaksanakan pada organisasi baik pemerintah

maupun swasta. Secara sederhana peneliti menyimpulkan bahwa konsep

penguatan kelembagaan tidak sama dengan pembangunan lembaga maupun

pengembangan kapasitas, namun keduanya dapat digunakan sebagai cara untuk

melakukan upaya dalam penguatan kelembagaan.

2.1.4 Konsep Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA)

Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2005 melalui

kebijakan Kota Layak Anak. Dalam kebijakan tersebut digambarkan bahwa Kota

Layak Anak merupakan upaya Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mempercepat

inplementasi Konvensi Hak Anak dari kerangka hukum ke dalam definisi,

strategi, dan intervensi pembangunan seperti kebijakan, intuisi, dan program yang

layak anak.

Kota Layak Anak menurut UNICEF Innocenti Research Centre adalah

kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warta kota. Sebagai warga kota,

berarti keputusannya mempengaruhi kota, berhak mengekspresikan pendapat

mereka tentang kota yang mereka inginkan, dapat berperan serta dalam kehidupan

keluarga, komuniti, dan sosial, menerima pelayanan dasar seperti kesehatan dan

pendidikan, emdapatkan air minum segar dan mempunyai akses terhadap sanitasi

yang baik, melindungi dari eksploitasi, kekejaman, dan perlakuan salah, aman
33

berjalan di jalan, bertemu dan bermain dengan temannya, mempunyai ruang hijau

untuk tanaman dan hewan, hidup dilingkungan yang bebas polusi, berperan serta

dalam kegiatan budaya dan sosial, dan setiap warga secara seimbang dapat

mengakses setiap pelayanan, tanpa memperharikan suku bangsa, agama,

kekayaan, gender, dan kecacatan.

Konferensi Hak Anak berdasarkan materi hukumnya mengatur mengenai

hak-hak anak dan mekanisme implementasi hak anak oleh negara pihak yang

merativikasi KHA tersebut. Materi hukum mengenai hak-hak anak dalam KHA

tersebut dapat dikelompokan dalam 4 kategori hak-hak anak yaitu :

1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights), yaitu hak-hak anak


dalam KHA yang meliputi hak untuk melestarikan dan mepertahankan
hidup (the rights of life).
2. Hak terhadap perlindungan (protection rights) yaitu hak-hak anak dalam
KHA yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan,
dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga dan anak-
anak pengungsi.
3. Hak untuk tumbuh kembang (development rights), yaitu hak-hak anak
dalam KHA yang meliputi hak untuk mencapai standar hidup yang layak
bagi perkembangan fisik, mental, moral, dan sosial anak.
4. Hak anak berpartisipasi (participation rights), yaitu hak-hak anak dalam
KHA yang meliputi hak anak untuk menyelamatkan pendapat dalam
segala hal yang mempengaruhi anak.

KLA bertujuan untuk membangun inisiatif pemerintahan kabupaten/kota

yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak dari kerangka

hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan, dalam bentuk :

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan

hak-hak anak, pada suatu wilayah kabupaten/kota.

Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak No 12 Tahun 2011 Tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak, bahwa


34

untuk mencapai Kabupaten/Kota yang layak bagi anak harus memenuhi 5 Klaster.

Klaster Hak Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b meliputi:

A. Hak sipil dan kebebasan. Sebagai mana yang dimaksud meliputi :


- Persentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan Kutipan Akta
Kelahiran;
- Tersedia fasilitas informasi layak anak; dan
- Jumlah kelompok anak, termasuk Forum Anak, yang ada di
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
B. Lingkungan Keluarga Dan Pengasuhan Alternatif;
- Persentase usia perkawinan pertama di bawah 18 (delapan belas)
tahun;
- Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang
pengasuhan dan Perawatan anak; dan
- Tersedia lembaga kesejahteraan sosial anak.
C. Kesehatan Dasar Dan Kesejahteraan;
- Angka Kematian Bayi;
- Prevalensi kekurangan gizi pada balita;
- Persentase Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
- Jumlah Pojok ASI;
- Persentase imunisasi dasar lengkap;
- Jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan
mental;
- Jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan
kesejahteraan; persentase rumah tangga dengan akses air bersih; dan
- Tersedia kawasan tanpa rokok.
D. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan Budaya;
- Angka partisipasi pendidikan anak usia dini;
- Persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun;
- Persentase sekolah ramah anak;
- Jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan prasarana
perjalanan anak ke dan dari sekolah; dan
- Tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak,
di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak.
E. Perlindungan Khusus.
- Persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus dan
memperoleh pelayanan; persentase kasus anak berhadapan dengan
hukum (ABH) yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif
(restorative justice);
- Adanya mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan
kepentingan anak; dan
- Persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk
anak.
35

Konsep mengenai Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak

meliputi latar belakang KLA, Pengertian KLA, Tujuan KLA, prisnip, strategi, dan

ruang lingkup KLA, alur pikir KLA dan langkah-langkah pengembangan KLA,

serta hak-hak anak.

Peraturan Menteri Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

dalam menuju Kabupaten/Kota Layak Anak menyebutkan 31 indikator Kota

Layak Anak untuk mengukur pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak

diantaranya, yaitu:

a. Penguatan Kelembagaan
1. Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhan
hak anak
2. Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak termasuk anggaran untuk
penguatan kelembagaan
3. Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan
yang mendapatkan masukan dari forum anak dan kelompok anak lainnya
4. Tersedia sumberdaya manusia terlatih KHA dan mampu menerapkan hak
anak ke dalam kebijakan, program dan kegiatan
5. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur, dan kecamatan
6. Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak
7. Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak
b. Hak Sipil Dan Kebebasan
8. Akta Kelahiran
9. Informasi Layak Anak
10. Partisipasi Anak
c. Lingkungan Keluarga Dan Pengasuhan Alternatif
11. Perkawinan Anak
12. Lembaga Konsultasi bagi Orangtua/Keluarga
13. Lembaga kesejahteraan sosial anak
d. Kesehatan Dasar Dan Kesejahteraan
14. Angka kematian bayi
15. Prevalensi Gizi balita
16. ASI eksklusif
17. Pojok ASI
18. Imunisasi dasar lengkap
19. Layanan kesehatan reproduksi dan mental
20. Akses peningkatan kesejahteraan
21. Akses air bersih
22. Kawasan Tanpa Rokok
36

e. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, Dan Kegiatan Budaya


23. Partisipasi pendidikan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (PAUD-HI)
24. Wajib Belajar 12 Tahun
25. Sekolah Ramah Anak
26. Program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah
27. Kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak
f. Perlindungan Khusus
28. Pelayanan perlindungan khusus
29. ABH yang restorative justice
30. Penanggulangan bencana
31. Pekerjaan terburuk anak

2.1.4.1 Latar Belakang KLA

Kebijakan KLA dilatar belakangi oleh beberapa aspek yang

keseluruhannya menaruh perhatian pada anak. Berikut ini beberapa aspek yang

menjadi latar belakang kebijakan KLA:

Aspek Sosiologis
1. kondisi yang tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak, terutama
media massa dan politik.
2. Pada kehidupan keluarga terjadi pelunturan nilai-nilai
kekeluargaan, merenggangnya hubungan antara anak dan orang
tua, anak dengan anak dan antar keluarga atau tetangga.
3. Sikap permisif terhadap nilai-nilai sosial yang selama ini telah
dianut mulai ditinggalkan.

Aspek Antropologis
1. Memudarnya nila-nilai kebersamaan, paguyuban dan kekerabatan
merupakan faktor yang membuat menurunnya nilai-nilai yang
selama ini memberikan rasa nyaman bagi anak dalam masyarakat.
2. Perubahan global mengancam tata nilai, agama, sosial dan budaya
lokal.

Aspek Perlindungan
1. Terbatasnya tempat yang aman bagi anak.
2. Masih banyaknya anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan,
diskriminasi dan perlakuan salah.
37

Aspek Kelembagaan
1. Kebijakan, program dan kegiatan pembangunan anak masih pasrial
dan segmentatif.
2. Belum semua daerah menempatkan pembangunan anak sebagai
prioritas.

2.1.4.2 Prinsip, Strategi, dan Ruang Lingkup KLA

Prinsip KLA adalah sebagai berikut :

1. Non diskriminasi
2. Kepentingan terbaik untuk anak.
3. Hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang.
4. penghargaan terhadap pendapat anak.

KLA merupakan strategi pengarustamaan hak-hak anak (PUHA), yang

berarti melakukan pengintegrasian hak-hak anak ke dalam :

1. setiap proses penyusunan: kebijakan, program dan kegiatan


2. setiap tahapan pembangunan: perencanaan dan penganggaran,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
3. setiap tingkatan wilayah: nasional, provinsi dan kabupaten/kota,
kecamatan hingga desa atau keluarahan.

Ruang lingkup KLA meliputi seluruh bidang pembangunan, yang

dikelompokan ke dalam:

1. Tumbuh kembang anak.


2. Perlindungan anak.

2.1.4.3 Pendekatan Pengembangan Kota Layak Anak

Dalam melakukan pengembangan KLA sebagai upaya pemenuhan hak dan

perlindungan anak para pemangku kepentingan harus menerapkan prinsip hak

anak. merujuk pada implementasi KLA selama ini, pengembangan KLA dapat

dilakukan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut:


38

a. Pendekatan Bottom-up

Pengembangan KLA dapat dimulai dari inisiatif individu/keluarga

untuk kemudian dikembangkan di tingkat RT/RW yang layak bagi anak.

Inisiatif masyarakat dalam sebuah wilayah RT/RW tersebut dapat

dikembangkan ke RT/RW lainnya yang akhirnya menjadi sebuah gerakan

masyarakat sebuah Desa/Kelurahan untuk mewujudkan Desa/Kelurahan

Layak Anak. Dari gerakan-gerakan masyarakat Desa/Kelurahan inilah

dapat mendorong terwujudnya sebuah Kecamatan Layak Anak. Akhirnya,

kumpulan dari kecamatan-kecamatan layak anak tersebut dapat menjadi

inisiatif Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk merealisasikan

Kabupaten/Kota Layak Anak.

b. Pendekatan Top-down

Pendekatan top-down dimulai dari pemerintah di tingkat nasional

dengan melakukan fasilitasi, sosialisasi, advokasi atau dapat berupa

pembentukan “sample” di beberapa provinsi atau di seluruh provinsi.

Selanjutnya provinsi-provinsi tersebut memberikan fasilitasi dan

sosialisasi atau dapat pula memilih “sample” di beberapa Kabupaten/Kota

atau di seluruh Kabupaten/Kota untuk merealisasikan pengembangan

KLA, sehingga inisiatif pengembangan KLA akan terealisasi di tingkat

Kabupaten/Kota.

c. Pendekatan Kombinasi

Pendekatan kombinasi antara pendekatan bottom-up dan top-down

merupakan pendekatan ideal dalam mempercepat terwujudnya KLA di


39

Kabupaten/Kota. Gerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang

layak bagi anak yang dimulai dari tingkat keluarga, atau RT/RW, atau

ditingkat Desa/Kelurahan atau di tingkat Kecamatan akan menjadi sangat

ideal jika dikombinasikan dengan komitmen yang kuat dari Pemerintahan

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, setiap daerah juga dapat

berinisiatif untuk menyiapkan pengembangan KLA di daerahnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan beberapa

hasil penelitian terdahulu yang peneliti pernah baca yang tentunya sejenis.

Penelitian terdahulu dapat membantu peneliti mengolah dan memecahkan

masalah dalam penelitian ini yang meskipun tidak sama. Berikut adalah hasil

penelitian yang pernah peneliti baca.

Pertama, penelitian (SKRIPSI) yang dilakukan oleh Reni Bandari Abdi,

Uiversitas Sultan Ageng Tirtayasa tahun 2014 dengan judul Implementasi

Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di Kota Tangerang

Selatan. Penelitian tersebut berangkat dari latar belakang masalah mengenai

belum terpenuhinya hak anak meskipun Kota Tangerang Selatan telah menerima

penghargaan. Perbedaannya penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian

ini adalah pada teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

implementasi Kebijakan model Van Hornd dan Van Meter yang terdiri dari 6

variabel, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan teori

pembangunan lembaga yang memiliki 6 variabel kelembagaan. Lalu perbedaan

lain juga terletak pada pembahasan yaitu pada semua klaster, sedangkan peneliti
40

hanya fokus pada aspek penguatan kelembagaan. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif sama dengan penelitian yang sedang

peneliti lakukan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Moh Ilham A Hamudy berupa

Jurnal Bina Praja Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 149 – 160 di Badan

Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementrian Dalam Negeri dengan judul

Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak di Surakarta dan Makassar. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam melindungi

anak. penelitian ini juga menggambarkan upaya yang dilakukan pemerintah Kota

Surakarta dan Makassar dalam mewujudkan KLA beserta faktor pendukung dan

penghambatnya. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

terletak pada metode yang digunakan, yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif.

Kemudian perbedaannya adalah pada lokasi penelitian dimana penelitian ini

dilakukan di dua Kota yaitu Surakarta dan Makassar, sedangkan peneliti hanya di

satu lokasi yaitu Kota Serang. Perbedaan selanjutnya adalah bahasan penelitian

dimana dalam jurnal ini dilakukan penelitian terkait upaya pada keseluruhan

kebijakan KLA sedangkan peneliti hanya fokus kepada penguatan kelembagaan.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Rijag Putri K berupa Tesis

Universitas Gadjah Mada pada tahun 2016 dengan judul Penguatan Kapasistas

Kelembagaan Program KLA dalam Penanganan Permasalahan Anak Jalanan di

Kota Pekanbaru. Penelitian ini berangkat dari masalah di lapanngan yang

menunjukan masih banyaknya anak yang belum mendapatkan hak dan

perlindungan terutama anak jalanan. Penelitian ini menggunakan teori capacity


41

building dan institutional building dimana penguatan kelembagaa KLA dilihat

dari pengembanagn SDM, penguatan organisasi, reformasi kelembagaan, program

dan sumberdaya. Penelitian ini sama-sama menggunakan metode kualitatif namun

memiliki perbedaan pada pendekatan penelitian yaitu dengan pendekatan case

study dan research on children.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang

hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Berdasarkan teroi-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antar-variabel yang diteliti.

Kebijakan KLA adalah kebijakan yang mengintegrasikan sumberdaya

pemerintah masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan

berkelanjutan. Indikator yang akan dibahas pada penelitian ini adalah indikator

umum yaitu penguatan kelembagaan. Peneliti menggunakan teori pembangunan

lembaga. Kesesuaian yang muncul adalah pada kebijakan KLA tersebut

dibutuhkan usaha pembangunna lembaga agar menghasilkan kelembagaan KLA

yang kuat, karena kelembagaan merupakan aspek yang umum dalam kebijakan

KLA sehingga akan menentukan pelaksanaan KLA di Kota Serang.

Kelembagaan Kota Layak Anak dikatakan kuat apabila memenuhi ukuran

indikator tersebut. Pemenuhan indikator penguatan kelembagaan akan dikaitkan

dengan konsep pebangunan lembaga oleh Milton J. Esman yang dimana hasil

akhirnya disebut kelembagaan yang menjadi standar penilaian keberhasilan usaha


42

pembangunan lembaga. Kelembagaan sebagai hasil berarti bahwa organisasi dan

inovasinya telah diterima dan didukung oleh lingkungan eksternnya. Meskipun

adanya Gugus Tugas KLA sebagai bentuk penguatan kelembagaan dalam

kebijakan KLA tetapi apabila belum dijalankan sepenuhnya oleh masyarakat

dalam artian belum diterima dan didukung oleh lingkungan eskternnya berarti

kelembagaan tersebut dikatakan belum berhasil. Adapun kerangka berpikir

penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:


43

Permasalahan Penelitian
1. Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang belum ideal
2. Belum adanya komitmen pada lembaga penopang KLA baik tingkat Kecamatan maupun
Kelurahan
3. Masih terdapat sumberdaya di Kota Serang yang belum terlatih PUHA
4. Keterlibatan dunia usaha terhadap Pengarusutamaan Hak Anak masih minim dan belum
signifikan

Menurut Permen PPPA No 12 th 2011 Pasal 6 bahwa


Dalam proses pembangunan lembaga Indikator Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak,
ada 5 Variabel (fokus kajian) menurut yaitu:
Esman dalam Eaton (1986:24) sebagai 1. Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan
tindakan yang dapat membantu untuk pemenuhan hak anak
organisasi dalam praktek dan secara 2. Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak
termasuk anggaran untuk penguatan kelembagaan
aktif terlibat sebagai penghantar
3. Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan,
perubahan, yaitu: program dan kegiatan yang mendapatkan masukan dari
1. Kepemimpinan forum anak dan kelompok anak lainnya
2. Doktrin 4. Tersedia sumberdaya manusia terlatih KHA dan
3. Program mampu menerapkan hak anak ke dalam kebijakan,
4. Sumber-sumberdaya program dan kegiatan
5. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin,
5. Struktur intern
umur, dan kecamatan
6. Keterlibatan LM dalam pemenuhan hak anak
7. Keterlibatan DU dalam pemenuhan hak anak

Sub-sub fokus Pembangunan Lembaga pada indikator Penguatan Kelembagaan KLA:


- Terbentuknya kebijakan/peraturan terkait KLA
- Menguatnya kelembagaan KLA melalui proses pembangunan lembaga
- Kepemimpinan dalam Gugus Tugas KLA harus komitmen dan konsisten
- Doktrin (nilai) yang menjadi dasar pembentukan Gugus Tugas KLA sebagai lembaga
penggerak KLA harus dapat berpengaruh dalam menguatkan kelembagaan KLA
- Program KLA yang dibuat berupaya melibatkan lembaga masyarakat dan dunia usaha
- Ketersediaan sumberdaya manusia dan anggaran didapatkan dari pemerintah masyarakat
dan swasta
- Struktur dan proses bekerjanya Gugus Tugas KLA mendukung terlembaganya KLA
- Komunikasi dan komitmmen struktur Gugus Tugas KLA dalam menguatkan kelambagaan
KLA

Memperoleh gambaran terkait upaya penguatan kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang

Gambar 2.3
Proses Kerangka Berpikir Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2018)
44

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti bahwa Kota Serang telah

menginisiasi KLA sejak tahun 2013, mengesahkan Peraturan Daerah terkait KLA

sejak tahun 2015, namun demikian pelaksanaan baru dimulai pada tahun 2017

sehingga pada perkembangannya masih menemui beberapa hambatan dan

memiliki kekurangan . Sehingga harus ada upaya agar kebijakan KLA di Kota

Serang bisa terus berjalan dan meningkat keberhasilannya.

Dengan memperhatikan variabel lembaga yang ada pada konsep

pembangunan lembaga serta informasi yang diperoleh dari hasil wawancara awal

peneliti dengan Kasubid Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang bahwa

benar berkaitan dengan pelaksanaan Kota Layak Anak di Kota Serang masih

memiliki banyak hambatan baik dari lembaga Gugus Tugas KLA itu sendiri

maupun lingkungannya sehingga terdapat beberapa masalah dalam indikator

penguatan kelembagaan, dengan demikian asumsi dasar peneliti menunjukan

bahwa penguatan kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang masih belum

maksimal sehingga perlu dilakukan usaha pembangunan lembaga.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan unsur pokok sekaligus syarat mutlak dalam

suatu penelitian untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Metode penelitian dikatakan efektif ketika metode tersebut sesuai dengan objek

serta situasi dan kondisi dalam penelitian. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian mengenai Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak di Kota

Serang adalah metode deskriptif dan dipadu dengan pendekatan kualitatif, karena

peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan hal-hal terkait pembangunan lembaga

dalam indikator penguatan kelembagaan kebijakan KLA.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2014:6) adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan kajian penelitian yang akan dilakukan.

Tujuannya adalah untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang meluas.

Dalam penelitian mengenai Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak di Kota

Serang hanya memfokuskan kepada upaya penguatan kelembagaan dalam Kota

Layak Anak di Kota Serang.

45
46

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipilih harus berdasarkan kepada pertimbangan-

pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan fokus penelitian

yang dipilih. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Serang dimana lebih spesifik

di Pemerintah Kota Serang dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam Gugus

Tugas Kota Layak Anak di Kota Serang sesuai dengan Keputusan Walikota

Serang Nomor 463/Kep.246-Huk/2017 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan

Walikota Serang No. 463/Kep.66-Huk/2015 tentang Pembentukan Gugus Tugas

Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang.

Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada beberapa alasan, yaitu Kota

Serang adalah ibukota dari Provinsi Banten dan merupakan daerah otonom yang

berdiri pada tahun 2007 dan telah menginisiasi KLA tahun 2013, merintis Perda

tentang KLA pada tahun 2015 dan memperoleh penilaian yang rendah pada

penguatan kelembagaan sebab kebijakan tersebut baru berjalan efektif di tahun

2017 dan Kota Serang, di tahun tersebut telah memenuhi kriteria tingkat pratama

sebab kota Serang secara bertahap terus melakukan upaya terutama dalam

penguatan kelembagaan untuk mewujudkan Kota Serang Layak Anak. Hal

tersebutlah yang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana upaya penguatan

kelembagaan yang dilakukan dalam Kota Layak Anak di Kota Serang.

3.4 Fenomena yang Diteliti

Penelitian ini mengamati fenomena mengenai upaya penguatan

kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang.


47

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konsep digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang

digunakan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan

pembaca. Pembangunan lembaga adalah sebuah konsep yang memiliki hasil

akhir yang disebut kelembagaan yang mana hasil akhir ini dapat digunakan

sebagai standar untuk menilai keberhasilan dari usaha-usaha pembangunan

lembaga. Kelembagaan sebagai hasil akhir memiliki arti bahwa organisasi

dan inovasinya telah diterima dan didukung oleh lingkungan eksternnya.

Maknanya jika pembangunan lembaga belum dijalankan sepenuhnya dan

belum didukung oleh masyarakat sebagai lingkungan eskternnya berarti

kelembagaan tersebut dikatakan belum berhasil.

Penguatan kelembagaan dalam KLA adalah terdiri dari 7 indikator

umum dimana kebijakan KLA sendiri adalah sistem pembangunan

Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya dari

lembaga-lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana

dan menyeluruh dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan

hak anak.

3.4.2 Operasionalisasi Fokus Penelitian

Operasionalisasi fokus penelitian merupakan penjabaran fenomena

penelitian dalam rincian yang terukur. Penelitian ini akan dikemukakan

variabel dari konsep yang digunakan, yaitu pembangunan lembaga yang

memiliki 5 variabel lembaga menurut Esman (dalam Eaton 1986)


48

Tabel 3.1
Kisi-kisi Operasionalisasi Penelitian

Fokus
Sub-sub Fokus Penelitian Kisi-kisi
Penelitian
Kepemimpinan - Kompetensi pemimpin
Mengamati fenomena mengenai (keterampilan, sikap dan prilaku)
kepemimpinan dalam lembaga yang public oriented
Gugus Tugas KLA di Kota - Kemampuan menggerakkan
Serang. - Komitmen dan konsistensi
(loyalitas) dalam menjalankan
tugas
Doktrin - Tujuan lembaga
Mengamati indikator dari doktrin - Nilai yang dijunjung dalam
yang dikatakan mampu organisasi (Kepentingan terbaik
memengaruhi pilihan orang-orang bagi anak)

Program - Alokasi sumber daya


Penguatan Mengamati indikator dari - Kesesuaian program dengan
Kelembagaan program sebagai bentuk kebutuhan masyarakat
Kota Layak terjemahan dari doktrin ke dalam - Keadilan, efisiensi, dan efektivitas
Anak di Kota pola tindakan program
Serang - Kepuasan masyarakat terhadap
program
Sumber-sumberdaya - Keuangan
Mengamati masukan-masukan - Sarana dan prasarana
yang dibutuhkan oleh lembaga - Sumber daya manusia
- Teknologi dan potensi yang
dikembangkan
Struktur Intern - Struktur organisasi
Mengamati pola hubungan antar - Pembagian peran dan kewenangan
pelaku dalam Gugus Tugas KLA. - Sistem komunikasi
Mengamati efektifitas struktur - Komitmen anggota struktur
intern sebagai keberhasilan
pelembagaan dengan melihat
indikator yang ada
(Sumber: Peneliti, 2018)
49

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam melakukan

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

peneliti sendiri yang akan berinteraksi secara langsung dengan informan

penelitian, bahkan untuk pengumpulan data yang menuntut partisipasi peneliti.

Seperti yang diungkapkan oleh Moleong bahwa, pencari tahu alamiah (peneliti)

dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai

alat pengumpul data.

Proses penyusunan data, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder. Adapun data primer adalah data yang

diperoleh peneliti langsung dari sumber data baik melalui proses wawancara tatap

muka antara peneliti dengan informan, maupun melalui observasi atau

pengamatan tidak berperanserta di tempat yang menjadi objek penelitian.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi dan studi kepustakaan

terkait dengan kebijakan KLA di Kota Serang.

Adapun alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

khususnya dalam melakukan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Buku catatan

Buku catatan digunakan untuk mencatat semua pencatatan dengan

sumber data.

2. Handphone Recorder

Handphone Recorder digunakan untuk merekam semua percakapan

dalam wawancara. Karena jika hanya mengandalkan buku catatan


50

peneliti akan kesulitan dalam mendapatkan informasi yang lengkap

yang diberikan oleh informan.

3. Handphone Camera

Handphone Camera digunakan untuk mengambil gambar semua

kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini maksudnya untuk

meningkatkan keabsahan dari suatu penelitian.

Sementara itu dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dikenal juga sebagai kajian pustaka, tinjauan

pustaka, kajian teoritis, dan tinjauan teoritis. Istilah tersebut adalah

upaya umum yang digunakan untuk mendapatkan teori-teori yang

relevan dengan topik penelitian. Peneliti dalam hal ini melakukan

studi kepustakaan dengan melalui hasil penelitian sejenis yang pernah

dilakukan, buku-buku maupun artikel yang memuat konsep atau teori

yang dibutuhkan terkait kebijakan Kota Layak Anak khususnya dalam

indikator umum Penguatan Kelembagaan.

2. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian dari

Nawawi (2005: 100). Observasi dibedakan menjadi observasi

langsung yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek


51

yang diselidikinya dan observasi tidak langsung, yaitu pengamatan

yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang

akan diselidiki. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi

secara tidak langsung, karena peneliti mengamati peristiwa atau

kegiatan yang berkaitan dengan penguatan kelembagaan kebijakan

Kota Layak Anak di Kota Serang melalui rangkaian slide dan foto

hasil kegiatan karena peneliti tidak terlibat dalam membantu

pelaksanaan.

3. Wawancara

Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan peneliti dalam

penelitian kualitatif ini melakukan wawancara mendalam yang

sifatnya terbuka untuk menggali informasi yang lebih dalam dan tetap

berkaitan dengan pokok-pokok wawancara berdasarkan konteks yang

akan dibahas dalam fokus penelitian. Dengan wawancara mendalam,

bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang

menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan (Bungin

2003: 67). Maka sebelum mengumpulkan data di lapangan dengan

wawancara, peneliti telah menyusun daftar pertanyaan sebagai

pedoman di lapangan. Menurut pendapat Bungin (2011: 102)

pedoman wawancara dapat digunakan untuk menghindari peneliti

“kehabisan pertanyaan”.
52

4. Dokumentasi

Studi dokumentasi yakni pengumpulan data yang bersumber dari

dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang

dilakukan. Teknik dokumentasi dalam penelitian kualitatif menurut

Nawawi (2005: 133) berfungsi sebagai alat pengumpul data utama,

karena pembuktian hipotesanya dilakukan secara logis dan rasional

melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima

kebenarannya, baik yang menolak maupun yang mendukung hipotesa

tersebut. Dokumen merupakan rekaman peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Data yang digali dari wawancara dan

observasi diperlukan sebagai suatu dokumen.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif informan penelitian adalah subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang

memahami objek penelitiannya.

Dalam penelitian terkait penguatan kelembagaan Kota Layak Anak di

Kota Serang ini, peneliti menentukan informan dengan teknik purposive, yaitu

dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang memahami fokus penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti membagi informan menjadi dua kelompok,

yaitu key informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan

kunci yang lebih mengetahui situasi fokus penelitian. Sedangkan secondary

informan sebagai informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi.


53

Berikut ini merupakan informan dalam penelitian terkait penguatan

kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang:

Tabel 3.2
Informan Penelitian

No. Kategori Informan Kode Keterangan


Informan
1. Instansi:
a. Kepala Sub Bidang Sosial I 1-1 Key Informant
Kemasyarakatan Bappeda Kota
Serang
b. Kepala Seksi Pemenuhan Hak I 1-2 Key Informant
Anak DP3AKB Kota Serang
sekaligus pendamping FAKOTAS
c. Kepala Bidang Pelayanan I 1-3
Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL
Kota Serang Secondary Informant
d. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga I 1-4
Dinkes Kota Serang
e. Kepala Seksi Peserta Didik dan I 1-5
Pembangunan Karakter SD Dindik
Kota Serang
f. Kepala Bagian Hukum Setda Kota I 1-6
Serang
g. Kasi Pemberdayaan Masyarakat I 1-7
Kelurahan Kecamatan Taktakan
h. Kasi Pemberdayaan Masyarakat I 1-8
Kelurahan Kecamatan Kasemen
i. Lurah Kasemen I 1-9
j. Lurah Pipitan I 1-10
k. Kepala Seksi Pembinaan dan I 1-11
Pengembangan Distribusi
DisperdaginkopUKM Kota Serang
2. Stakeholder:
l. Sekretaris LPA Kota Serang I 2-1
m. Ketua Forum Anak Daerah Kota I 2-2
Serang Secondary Informant
n. Perwakilan Dunia usaha (PT. I 2-3
Telkom Indonesia)
o. KFC Serang I 2-4
3. Masyarakat:
p. Pendamping forum anak I 3-1 Secondary Informant
Kelurahan Pipitan
(Sumber: Peneliti 2018)
54

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

a. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data menurut Moleong (2014: 320) adalah bahwa setiap

keadaan harus memenuhi: 1) mendemonstrasikan nilai yang benar, 2)

menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, 3) memperbolehkan

keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan

kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Untuk menguji

keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan

keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat,

kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota (member

check). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data

dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).

1. Triangulasi

Triangulasi yang dijelaskan oleh Moleong (2014: 330) merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Untuk menguji keabsahan data pada

penelitian ini dilakukan melalui teknik triangulasi sumber dan

triangulasi teknik.

Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data

yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan


55

dan mengecek balik informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Sedangkan triangulasi

teknik, yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda yaitu melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Untuk mencapai hal tersebut di atas dengan cara:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil


wawancara;
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi;
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa,
kalangan yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang
pemerintahan;
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.

2. Member Check

Peneliti dalam penelitian ini juga melakukan member check, yaitu

proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain

itu member check dilakukan agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka

pemberi data dimintai tanda tangan sebagai bukti otentik bahwa

peneliti telah melakukan membercheck dalam Moleong (2014: 331)


56

3.7.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses

pemngumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah logika

induktif abstraktif. Antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data tidak bisa

dipisahkan satu sama lain karena keduanya berlangsung secara bersamaan

membentuk siklus. Maka analisis data dilakukan sejak data pertama dikumpulkan

sampai penelitian berakhir.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

siklus Huberman dan Miles (dalam Bungin (2011: 145) yang memperlihatkan

sifat interaktif pengumpulan data dengan analisis data. Siklus tersebut diantaranya

melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Ketiga

tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Analisis data ini dapat digambarkan

sebagai berikut:
Pengumpulan Penyajian Data
Data

Reduksi Data Simpulan:


Verifikasi

Gambar 3.1
Model Proses Analisis Data
(Sumber: Bungin 2011: 145)

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan

melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang


57

harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi

mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011:242).

Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang

berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan demikian merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi (Prastowo, 2011:243). Tujuan utama dari penelitian kualitatif

adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan

penelitian menemukan segala sesuatu yang terlihat aneh, asing, tidak dikenal

dan belum memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti

dalam melakukan reduksi data.

c. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik,

jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk

menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu


58

(Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

d. Simpulan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu, dalam

penjelasan Prastowo (2011:250) kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, jika

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat kita kembali ke lapangan mengumpulkan

data, kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak karena masalah dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Gambar 3.1 di atas memperlihatkan proses yang bolak-balik artinya tidak

sekali jadi. Saat mengumpulkan data peneliti akan dengan sendirinya melakukan

perbandingan-perbandingan untuk memperkaya data maupun konseptualisasi dan

kategorisasi. Seberapa banyak proses bolak-balik tersebut sangat bergantung pada


59

kompleksitas permasalahan yang hendak dijawab. Bergantung pula pada seberapa

tajam pisau analisis yang dipakai saat mengumpulkan data itu sendiri. Pisau

analisis yang dimaksud adalah kepekaan dan ketajaman daya lacak peneliti itu

sendiri di dalam melakukan komparasi ketika proses pengumpulan data.

Hasil pengumpulan data tersebut perlu dilakukan reduksi. Istilah reduksi

dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai pengelolaan data mulai dari

editing, koding, hingga tabulasi data. Reduksi data mencakup kegiatan

mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan melakukan

pemilahan ke dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu.

Seperangkat hasil reduksi data perlu disajikan ke dalam bentuk tertentu

sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Hal ini sangat diperlukan untuk

memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian merupakan jadwal aktivitas yang dilakukan dan kapan

akan dilakukan. Berikut ini merupakan jadwal penelitian Penguatan Kelembagaan

KLA di Kota Serang.


60

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Waktu
No Kegiatan Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
2018 2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2019
1. Pengajuan Judul
Perizinan dan
2.
Observasi awal
Penyusunan
3.
Proposal Skripsi
4. Seminar Proposal
Revisi proposal dan
5.
acc lapangan
Proses pencarian
6.
data di lapangan
7. Pengolahan data
Penyusunan laporan
8.
hasil penelitian
9. Sidang skripsi
10. Revisi skripsi
(Sumber: Peneliti, 2018)
61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

Kota Serang dan gambaran umum Gugus Tugas KLA Kota Serang serta

gambaran umum Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan

Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang sebagai leading sector dalam KLA

di Kota Serang. Hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang

Kota Serang terbentuk pada tanggal 10 Agustus 2007 yang tak lepas

dari amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000 tentang pembentukan

Provinsi Banten. Kota Serang adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Serang

yang dipertegas oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007. Secara resmi

kelahiran Kota Serang ditandai dengan pelantikan pejabat Walikota Serang

Asmudji H.W. yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto di

Gedung Departemen dalam Negeri Jakarta pada tanggal 2 November 2007,

serta disetujuinya pembentukan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Kota

Serang meliputi 19 Satuan Kerja Perangkat Daerahtermasuk juga formasi

pejabat dari eselon II hingga eselon III melalui SK Mendagri Nomor

060/2840/SJ tertanggal 22 November 2007.


62

Kota Serang Madani adalah slogan yang dimiliki oleh Kota Serang

sebagaiman atercantum dalam lambang daerah Kota Serang. Konsep

masyarakat madani tertuang dalam piagam madinah yang bernuansakan islami

yang berisi wacana kebebasan beragama, persaudaraan antar umat beragama ,

perdamaian dan kedamaian, persatuan, etika politik, hak dan kewajiban warga

negara serta konsistensi penegakan hukum berdasarkan kebenaran dan

keadilan.

Secara geografis Kota Serang terletak antara 5°99’ - 6°22’ lintang

selatan dan 106°07’ 106°25’ bujur timur. Kota Serang terletak di sebelah utara

Provinsi Banten dengan luas wilayah sebesar 266,74 km2. Batas wilayah

administratif Kota Serang adalah sebelah utara teluk Banten, sebelah timur,

barat dan selatan: Kabupaten Serang. Kota Serang memiliki 6 Kecamatan dan

67 Kelurahan.

Kota Serang memiliki visi dan misi sebagai berikut

Visi :

“Terwujudnya Kota Serang madani sebagai Kota Pendidikan yang


Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pertanian dan Budaya”

Untuk mewujudkan visi di atas Kota Serang memiliki misi sebagai

berikut:

- Melaksanakan tatakelola pemerintahan yag baik, bersih, dan


berwibawa.
- Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan pendidikan, kesehatan
dan layanan sosial lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
- Menyediakan prasarana dan sarana wilayah sebagai pendorong
kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, serta pengendalian tata
- ruang kota yang berwawasan lingkungan.
- Meningkatkan perekonomian daerah melalui penciptaan iklim usaha
63

dan investasi yang kondusif bagi berkembangnya usaha kecil menengah


dan koperasi serta industri yang mampu mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam dan sosial secara berkelanjutan.
- Mewujudkan iklim kehidupan sosial dan politik yang religius,
berbudaya, aman dan tertib melalui revitalisasi kearifan lokal
masyarakat, serta pembinaan seni budaya dan olahraga di kalangan
masyarakat dan generasi muda.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ bahwa kota Serang

memiliki sektor basis ekonomi berupa sektor bangunan, sektor jasa, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, serta sektor pertanian. (Sumber: Profil Kota Serang 2017)

4.1.2 Gambaran Umum Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Serang

Berdasarkan Keputusan Walikota Serang Nomor

463/Kep.246Huk/2017 Tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Walikota

Serang Nomor: 463/Kep.66-Huk/2015 Tentang Pembentukan Gugus Tugas

Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang, berikut ini adalah susunan

Keanggotaan Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Serang.

Pembina : 1. Walikota Serang;


2. Wakil Walikota Serang.
Pengarah : Sekretaris Daerah Kota Serang.
Ketua : Kepala Bappeda Kota Serang.
Wakil Ketua : 1. Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra
Setda Kota Serang;
2. Kepala BPKAD Kota Serang.
Sekretaris : Kepala DPPPAKB Kota Serang.
Kluster I Hak Sipil dan : Kepala Disdukcapil Kota Serang.
Kebebasan
Anggota : 1. Kepala Dinas Sosial Kota Serang;
2. Kepala Dinas Kominfo Kota Serang;
3. Forum Anak Daerah Kota Serang.
Kluster II Lingkungan : Asisten Pemerintahan Setda Kota Serang.
Keluarga dan Pengasuhan
Alternatif
64

Anggota : 1. Kepala Dinas Perumahan Rakyat Dan


Kawasan Permukiman Kota Serang;
2. Kepala Dinas Perhubungan Kota Serang;
3. Kepala Bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera DPPPAKB Kota Serang;
4. TP. PKK Kota Serang.

Kluster III Kesehatan Dasar : Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang.


dan Kesejahteraan
Anggota : 1. Kepala Dinas Pertanian Kota Serang;
2. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah
Kota Serang;
3. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dan
Penataan Ruang Kota Serang;
4. Ikatan Bidan Indonesia Kota Serang;
5. Ikatan Dokter Indonesia Kota Serang;
6. Ikatan Kader Bina Keluarga Balita Kota
Serang;
7. Forum Kader Posyandu Kota Serang.

Kluster IV Pendidikan, : Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota


Pemanfaatan Waktu Luang Serang.
dan Kegiatan Budaya
Anggota : 1. LPPM UNTIRTA Serang;
2. Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan Dan
Olahraga Kota Serang;
3. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Serang;
4. Kepala Bidang Pemerintahan Dan
Pembangunan Manusia Bappeda Kota
Serang;
5. Kepala Disnakertrans Kota Serang;
6. Kepala BPBD Kota Serang.

Kluster V Perlindungan : Kepala Bagian Hukum Setda Kota Serang.


Khusus
Anggota : 1. Unsur Kejaksaan Serang;
2. Unsur Pengadilan Serang;
3. Kepala Balai Pemasyarakatan Serang;
4. UPPA Polres Serang Kota;
5. Unsur Kodim 0602 Serang;
6. Ketua P2TP2A Kota Serang.
7. Kepala Satpol PP Kota Serang;
8. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan
dan Anak DPPPAKB Kota Serang.

(Sumber: Bappeda Kota Serang 2017)


65

Susunan Gugus Tugas KLA Kota Serang sebagaimana dipaparkan di

atas memiliki tugas yang diatur dalam Keputusan Walikota sebagai berikut:

Pembina:
- Menetapkan kebijakan dalam hal penyelenggaraan Pengembangan
Kota Layak Anak;
- Mengkoordinir Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak Anak dalam
penyusunan kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak.

Pengarah:
- Menggalang sumber daya dan mitra potensial dalam Pengembangan
Kota Layak Anak;
- Merencanakan, mengembangkan, mengimplementasikan dan
memonitor program Pengembangan Kota Layak Anak.

Ketua:
- Mengkoordinasikan program-program dari Organisasi Perangkat
Daerah yang terkait dengan anak dalam Pengembangan Kota Layak
Anak;
- Memberikan arahan teknis kepada gugus tugas Kota Layak Anak
terkait Pengembangan Kota Layak Anak;
- Mengkoordinir Gugus Tugas Kota Layak Anak dalam menyusun
kerangka dasar dan kerangka kebijakan Pengembangan Kota Layak
Anak di Kota Serang;
- Mengkoordinir Gugus Tugas Kota Layak Anak dalam melaksanakan
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan terkait Pengembangan
Kota Layak Anak.

Wakil Ketua:
- Membantu Ketua dalam hal mengkoordinasikan program-program
dari Organisasi Perangkat Daerah yang terkait dengan Pengembangan
Kota Layak Anak;
- Melakukan monitoring pelaksanaan program yang terkait dengan
Pengembangan Kota Layak Anak;
- Mengkoordinasikan penganggaran program yang terkait dengan
Pengembangan Kota Layak Anak;
- Membantu Ketua gugus tugas dalam menyusun arahan teknis kepada
personil tim terkait dan Pengembangan Kota Layak Anak di Kota
Serang;
- Membantu Ketua dalam mengkoordinir gugus tugas terkait
penyusunan kerangka dasar dan kerangka kebijakan Pengembangan
Kota Layak Anak di Kota Serang;
- Membantu Ketua dalam mengkoordinir gugus tugas Kota Layak Anak
terkait evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Pengembangan
Kota Layak Anak di Kota Serang.
66

Sekretaris:
- Membantu Ketua dalam penyusunan kerangka dasar dan kerangka
kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Serang;
- Membantu Ketua dalam mengkoordinir gugus tugas Kota Layak Anak
terkait evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Pengembangan
Kota Layak Anak di Kota Serang.

Koordinator Kluster;
- Mengkoordinir penyusunan program yang terkait dengan
Pengembangan Kota Layak Anak sesuai dengan bidangnya;
- Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan sesuai dengan bidangnya
terkait Pengembangan Kota Layak Anak;
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program terkait
Pengembangan Kota Layak Anak sesuai dengan bidangnya.

Anggota:
- Menyusun program yang terkait dengan Pengembangan Kota Layak
Anak sesuai dengan bidangnya;
- Melaksanakan pelayanan sesuai dengan bidangnya terkait
Pengembangan Kota Layak Anak;
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program terkait
Pengembangan Kota Layak Anak sesuai dengan bidangnya.

Sekretariat:
- Membantu gugus tugas dalam penyiapan bahan penyelenggaraan
program dan kegiatan Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang;
- Membantu gugus tugas dalam penyiapan bahan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Pengembangan Kota
Layak Anak.

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pemberdayaan Perempuan

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota

Serang

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga

Berencana (DP3AKB) Kota Serang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota

Serang Nomor 14 Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan,


67

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana. Program pembangunan bidang

pemberdayaan masyarakat, perempuan dan keluarga berencana di Kota

Serang tahun 2014-2018 diarahkan kepada terwujudnya Visi Kota Serang

seperti yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Tahun 2014-2018 sehingga Dinas Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang

memiliki visi sebagai berikut:

“Mewujudkan Keluarga berkualitas melalui peningkatan kemandirian


masyarakat yang responsif gender”

Untuk mencapai visi tersebut DP3AKB Kota Serang telah

menetapkan 4 (empat) misi, yaitu:

Misi 1 : Melaksanakan tata kelola urusan pemberdayaan masyarakat,


pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dan keluarga
berencana/keluarga sejahtera dengan baik, bersih, dan berwibawa;
Misi 2 : Meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk
berperan aktip dalam pembangunan
Misi 3 : Meningkatkan Perlindungan serta Kualitas Hidup Perempuan dan
Anak
Misi 4 : Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

Susunan organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana diatur Berdasarkan Pasal 2 Perwal No. 14

Tahun 2017, terdiri dari :

a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, membawahkan:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
c. Bidang Pengendalian Penduduk Dan Advokasi Penggerakan Dan
Informasi membawahkan :
1. Seksi Advokasi Dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE);
2. Seksi Penggerakan Dan Pendayagunaan Penyuluh KB (PlKB)
Dan Kader KB;
68

3. Seksi Pengendalian Penduduk, Data Dan Informasi Keluarga.


d. Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan Dan Kesejahteraan
Keluarga membawahkan:
1. Seksi Jaminan Pelayanan KB;
2. Seksi Pembinaan Dan Peningkatan Kesertaan KB;
3. Seksi Ketahanan Dan Kesejahteraan Keluarga.
e. Bidang Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat membawahkan:
1. Seksi Pemberdayaan Perempuan;
2. Seksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat;
3. Seksi Pengembangan Dan Penguatan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat.
f. Bidang Perlindungan Perempuan Dan Anak membawahkan:
1. Seksi Perlindungan Perempuan Dan Anak;
2. Seksi Pemenuhan Hak Anak;
3. Seksi Informasi Gender Dan Anak.
g. Unit Pelaksana Teknis.
h. Kelompok jabatan fungsional.

DP3AKB Kota Serang memiliki tugas pokok sebagai berikut:

“Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang

Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana.”

Fungsi yang dimiliki DP3AKB Kota Serang, yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan di bidang


Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan
Anak, Pengendalian Penduduk, Advokasi Penggerakan dan Informasi
serta Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;
2. Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan bidang Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian
Penduduk, Advokasi Penggerakan dan Informasi serta Keluarga
Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian
Penduduk, Advokasi Penggerakan dan Informasi serta Keluarga
Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;
4. Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak,
Pengendalian Penduduk, Advokasi Penggerakan dan Informasi serta
Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga;
5. Pengelolaan UPT; dan
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup
tugas dan fungsinya
69

4.2 Deskripsi Informan Penelitian

Pada penelitian penguatan kelembagaan KLA di Kota Serang, peneliti

menggunakan teknik purposive. Informan yang telah ditentukan oleh peneliti

adalah pihak yang seharusnya mengetahui dan mendukung terlaksananya KLA di

Kota Serang sehingga kelembagaan Kota Serang terbentuk dan menjadi kuat.

Penentuan key informant dan secondary informant dilakukan agar mempermudah

dalam pencarian data yang diperlukan peneliti sesuai dengan latarbelakang jabatan

dan kedudukan informan tersebut.

Adapun informan yang dibutuhkan selama penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Spesifikasi Informan Penelitian

No Kode Nama Informan Jenis Kelamin Jabatan Informan


Informan – (Usia) tahun
1. I 1-1 Derli Haryanto, SE., MM Laki-laki (39) Kepala Sub Bidang Sosial
Kemasyarakatan Bappeda
Kota Serang
2. I 1-2 Ati Rohayati, S.Pd., M.Pd Perempuan (35) Kepala Seksi Pemenuhan
Hak Anak DP3AKB Kota
Serang sekaligus
pendamping FAKOTAS
3. I 1-3 H. Syafaat, SH., MH Laki-laki (55) Kepala Bidang Pelayanan
Pencatatan Sipil
DISDUKCAPIL Kota Serang
4. I 1-4 Mulyawati, Skm., Mkm Perempuan (38) Kepala Seksi Kesehatan
Keluarga Dinkes Kota
Serang
5. I 1-5 Hj. Diah Patriasih, S.Pd., Perempuan (53) Kepala Seksi Peserta Didik
MM dan Pembangunan Karakter
SD Dindik Kota Serang
6. I 1-6 Yudi Suryadi, S.Sos., Laki-laki (51) Kepala Bagian Hukum Setda
M.Si Kota Serang
7. I 1-7 Herlis Indriani, S.Ag Perempuan (47) Kasi Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan
Kecamatan Taktakan
8. I 1-8 Aji Kurnianto, S.Sos., Laki-laki (55) Kasi Pemberdayaan
M.Si Masyarakat Kelurahan
Kecamatan Kasemen
70

9. I 1-9 Ahmadi, S.Ag., M.Si Laki-laki (46) Plt Lurah Kasemen

10. I 1-10 Oewien Kurniawan, Laki-laki (35) Plt Lurah Pipitan


S.Pd.I
11. I 1-11 Latip, SE Laki-laki (45) Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengembangan Distribusi
DisperdaginkopUKM Kota
Serang
12. I 2-1 Andrian Nirmansah Laki-laki (33) Sekretaris LPA Kota Serang
13. I 2-2 Rosmiati Perempuan (16) Ketua Forum Anak Kota
Serang 2018
14. I 2-3 Edi Sarjono Laki-laki (52) Assistant Manager Human
Resources PT. Telkom
Indonesia cabang Banten
15. I 2-4 Meliana Perempuan (39) Restaurant General
Managerial PT. Fastfood
Indonesia, Tbk KFC Serang
16. I 3-1 Akhyadi, S.Kom Laki-laki (39) Pendamping Forum Anak
Kelurahan Pipitan
(Masyarakat)
(Sumber: Peneliti, 2019)

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian berisi penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

selama proses penelitian berlangsung. Penelitian mengenai Penguatan

Kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang menggunakan teori

Pembangunan Lembaga menurut Milton J. Esman yang menggunakan 5

variabel sebagai tindakan membantu organisasi dalam prosesnya sebagai

penghantar perubahan yang memiliki hasil akhir kelembagaan yang telah

diterima dan didukung oleh lingkungan eksternnya. (Eaton, 1986: 40), yaitu:

a. Kepemimpinan
b. Doktrin
c. Program
d. Sumber-sumberdaya
e. Struktur Intern
71

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berbentuk kata-kata

dan kalimat dari hasil wawancara, observasi, serta data atau dokumentasi

lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga kata-kata

dan tindakan orang yang di wawancara merupakan sumber utama dalam

penelitian. Data yang peneliti peroleh kemudian dilakukan pengumpulan data

dengan cara dicatat dan tertulis. Untuk menganalisa data kualitatif tersebut,

peneliti menggunakan siklus Huberman dan Miles dalam Bungin (2011: 145)

yang melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi.

Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data, peneliti

melakukan reduksi data dengan memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya yang menandakan daftar urutan pertanyaan

2. Kode I1,2,3 dan seterusnya menandakan urutan informan

Langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk teks

naratif, bagan, matriks, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penarikan

kesimpulan apabila peneliti sudah menemukan data jenuh, artinya telah ada

pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan jawaban

masalah penelitian.

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini merupakan penjabaran data dan fakta yang

peneliti peroleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang disesuaikan

dengan teori yang peneliti gunakan, yaitu teori pembangunan lembaga menurut

Milton J. Esman (dalam Eaton, 1986: 24). Dalam teori model tersebut
72

pembangunan lembaga dilakukan agar sebuah lembaga berorientasi pada

perubahan dan mencapai hasil akhir yang diinginkan, yaitu kelembagaan yang

telah diterima dan didukung oleh lingkungan eksternnya dengan kata lain

pembangunan lembaga merupakan upaya penguatan lembaga dalam KLA agar

dapat menopang pelaksanaan KLA di Kota Serang. Teori tersebut memiliki 5

variabel dalam model yang mendukung proses pembangunan lembaga, yaitu: 1)

Kepemimpinan; 2) Doktrin; 3) Program; 4) Sumber-sumberdaya dan 5) Struktur

intern.

Selain pada teori yang digunakan juga merujuk pada indikator umum Kota

Layak Anak yaitu penguatan kelembagaan dalam Peraturan Menteri PPPA No 12

tahun 2011 tentang Indikator KLA, yaitu peraturan/kebijakan untuk pemenuhan

hak anak; presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk anggaran

untuk penguatan kelembagaan; jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan,

program dan kegiatan yang mendapatkan masukan dari Forum Anak dan

kelompok anak lainnya; tersedia SDM terlatih KHA dan mampu menerapkan hak

anak ke dalam kebijakan, program dan kegiatan; tersedia data anak terpilah

menurut jenis kelamin, umur, dan kecamatan; keterlibatan lembaga masyarakat

dalam pemenuhan hak anak; dan keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak

anak.

4.4.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Esman dalam Eaton (1986: 24) adalah

kelompok yang secara aktif berkecimpung dalam perumusan doktrin dan

program dari lembaga tersebut dan yang mengarahkan aktifitas-aktifitas


73

lembaga serta menetapkan dan membina hubungan-hubungan dengan

lingkungannya. Faktor kepemimpinan dalam organisasi akan sangat

menentukan keberhasilan suatu lembaga dalam mengelola sumberdaya yang

terbatas. Pemimpin dalam melaksanakan sebuah kebijakan tentu dibantu oleh

perangkat di bawahnya, Walikota dibantu oleh Organisasi Perangkat Daerah.

Mewujudkan Kota Serang sebagai Kota Layak Anak dengan membangun

komitmen bersama.

Kepemimpinan yang baik dapat dilihat dari konsep, kompetensi,

konsistensi, dan komitmennya. Komitmen merupakan dukungan dari para

pengambil keputusan untuk menjadikan Kabupaten/Kotanya menjadi KLA.

Komitmen tersebut dapat tertuang dalam bentuk tertulis dan tindakan.

Pengembangan KLA di suatu wilayah Kabupaten/Kota dimulai dari 6

langkah pokok, dalam langkah pertama terdapat persiapan yang mana harus

ada komitmen dari semua pihak.

Secara tertulis komitmen pemerintah Kota Serang sudah terbentuk

seperti yang dipaparkan oleh Kasubid Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang bahwa:

“Kita Perda sudah ada Perda Kota Serang No 6 Tahun 2015 tentang
KLA dan Perda Kota Serang No 7 Tahun 2013 tentang Perlindungan
Anak dan Perempuan juga Perda Kota Serang No 3 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Selain itu kita ada Perwal
No 48 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota
Layak Anak Kota Serang dan ada SK untuk Tim Gugus Tugas
Pengembangan KLA. Hanya saja untuk Gugus Tugas tingkat
Kecamatan dan Kelurahan belum terbentuk, intinya sih komitmen
mereka terhadap Kota Layak Anak. Kita kan ngejar SK tiap
kecamatan. Kalau tindakan bisa ngikutin ya minimal SK dulu yang
nilainya besar, walaupun belum seberapa tindakannya kalau ada SK
74

nilainya besar.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret


2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, komitmen sangat penting

dituangkan dalam bentuk tertulis untuk menjaga agar pengembangan KLA

bukan dilakukan hanya karena desakan atau keperluan sesaat saja. Begitupula

yang diungkapkan oleh Kepala Bagian Hukum Setda Kota Serang, bahwa:

“Ada Perda KLA, ada Perda terkait perlindungan perempuan dan


anak, yang pertama ditanya oleh tim adalah prodak hukum.”
(Wawancara dengan Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret 2019, pukul 13.58
WIB, di kantor Setda Kota Serang).

Melalui pernyataan di atas, diketahui bahwa pemerintah Kota Serang

telah memiliki inisiatif dalam melaksanakan dan mengembangkan Kota

Layak Anak dan kemudian telah membentuk Gugus Tugas KLA Kota Serang

sebagai lembaga koordinatif yang bertanggung jawab mengawali dan

mengawal pengembangan KLA, pembentukan Gugus Tugas juga merupakan

tahap kedua dalam persiapan pengembangan KLA. Setelah kebijakan

terbentuk dan disahkan perlu untuk disosialisasikan kepada pihak yang

terlibat untuk membangun komitmen bersama dalam pelaksanaan KLA di

Kota Serang. Sosialisasi telah dilakukan oleh Bappeda dan DP3AKB sebagai

pionir KLA di Kota Serang, seperti yang dikatakan oleh Kasubid Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang. Beliau mengatakan bahwa:

“Sudah, tiap tahun kita evaluasi pasti kita lakukan, kordinasi pun kita
sudah rutin.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Begitu pun yang disampaikan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak

Anak DP3AKB Kota Serang, bahwa:


75

“Kalau untuk ke Gugus Tugas itu sudah karena kita ada yang
namanya RAD yang dibahas di rapat forum SKPD yang rutin
dilaksanakan dan pembahasan mengenai KLA dilaksanakan setiap
tahun.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019,
pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, sosialisasi telah dilakukan secara

rutin sebagai bentuk sikap pemimpin daerah dalam upaya penguatan

komitmen bersama untuk mencapai tujuan. Di sisi lain, upaya yang dilakukan

kepemimpinan di Kota Serang untuk membentuk komitmen bersama dalam

melaksanakan dan mengembangkan KLA adalah dengan melibatkan unsur

dunia usaha dan masyarakat selaku tiga pilar Good Governance, yaitu

pemerintah, masyarakat, dan swasta. Berikut pernyataan Kepala Sub Bidang

Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang:

“Kita untuk mendukung KLA baru kemarin sudah kerjasama dengan


beberapa perusahaan, MOU, jadi yang memiliki KIA dapat diskon.
Terus juga peran CSR dari Telkom untuk menuju KLA di stadion ada
sarana permainan skateboard. Kita juga ada Perda KTR, cuma
mungkin pelaksanaannya masih kurang.” (Wawancara dengan Bapak
Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda
Kota Serang)

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa pemerintah Kota Serang

melibatkan dunia usaha dalam dalam pelaksanaan KLA. Pernyataan sama

diungkapkan juga oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota

Serang, bahwa:

“Kita Gugus Tugas seperti Disdukcapil kerjasama dengan McD,


ketika anak punya KIA dapat potongan.” (Wawancara dengan Ibu Ati
Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB
Kota Serang).

Begitupun yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang yang masuk dalam struktur


76

Gugus Tugas KLA Kota Serang sebagai koordinator klaster hak sipil dan

kebebasan, bahwa:

“Pihak dunia usaha ada yang pemerhati layak anak, mereka juga
kami libatkan. Salah satunya rumah sakit swasta. Kita juga dalam
pembuatan KIA ada perjanjian kerjasama, itu ada kebijakan atau
perjanjian kerja bersama agar ana dapat fasilitas ketika anak itu
punya KIA datang dia ke KFC dan MCD itu akan dapat potongan
harga.” (Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26 Februari 2019,
pukul 09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota Serang).

Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa dunia usaha dilibatkan dalam

mendukung pelaksanaan sebagai upaya penguatan kelembagaan KLA.

Masyarakat juga ikut berperan dalam pelaksanaan KLA dengan terlibat dalam

lembaga masyarakat yang memberikan layanan tumbuh kembang dan

perlindungan anak (PATBM) serta adanya forum anak. seperti yang

disampaikan oleh Kepala Bagian Hukum Setda Kota Serang, bahwa:

“KLA tidak hanya peran pemerintah, tapi juga peran masyarakat.


Pihak keluarga pun terhadap perlindungan anak menjadi prioritas.”
(Wawancara dengan Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret 2019, pukul 13.58
WIB, di kantor Setda Kota Serang).

Pemerintah Kota Serang melibatkan masyarakat melalui PATBM dan

forum anak. Keduanya merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah

untuk memenuhi penilaian indikator KLA. Seperti yang disampaikan oleh

Lurah Kasemen, beliau mengatakan bahwa:

“Kemarin kita sudah pengukuhan PATBM di tingkat Kelurahan se


Kecamatan Kasemen. Ada 10 Kelurahan, tiap Kelurahan itu 10 orang
jadi kemarin 100 orang di sini acara PATBM.” (Wawancara dengan
Bapak Ahmadi, 26 Februari 2019, pukul 11.20 WIB, di kantor
Kelurahan Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut lembaga PATBM dibentuk pada

tingkatan Kelurahan. Adapun forum anak terdapat di setiap jenjang


77

pemerintahan, sehingga pembentukannya harus ada pada tingkat Kota sampai

dengan Kelurahan. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi Pemenuhan

Hak Anak DP3AKB Kota Serang, bahwa:

“Forum anak fasilitasi pembentukannya dari DP3AKB. Forum anak


kelurahan ada 2, di Pipitan dan Taktakan. Tahun depan membentuk
Kangungan dan Nyapah di Walantaka. Kerjasama dengan
masyarakat paling kita bekerjasama dengan LPA Kota dan Provinsi,
dengan LPA kita bergandengan tangan untuk pemenuhan hak anak.
Kita kerjasama juga dengan yayasan yatim piatu Yakenas. Tapi
kedepannya kita akan merangkul lembaga masyarakat kelurahan.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58
WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Dari wawancara tersebut di atas diketahui bahwa di Kota Serang

melibatkan masyarakat usia dewasa dan anak yang dibentuk oleh pemerintah.

Keterlibatan masyarakat lainnya juga ada pada lembaga-lembaga non formal

di masyarakat.

Selain komitmen secara tertulis perlu juga menunjukan secara

tindakan dalam melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Penilaian terhadap

komitmen dalam kepemimpinan di Kota Serang masih dinilai belum

maksimal. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak

Anak DP3AKB Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Bisa dikatakan belum maksimal, karena setiap kita koordinasi ke


lapangan untuk memfasilitasi pemenuhan hak anak sebetulnya agak
kesulitan. Bahkan ketika pimpinan OPD maupun Kecamatan
diundang itu bukan pimpinannya yang hadir, hanya menugaskan staf
atau kasi, jadi informasi tidak mengena secara langsung pada
pembuat kebijakan dan pengguna anggaran. Bapak Walikota pun
jarang sekali bisa hadir memenuhi undangan rapat, hanya hadir pada
momen yang dianggap melibatkan masyarakat banyak, seperti
peringatan Hari Anak Nasional, beliau biasanya hanya mewakilkan
pada bidang lainnya, padahal seharusnya beliau hadir untuk
membahas kebijakan.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19
Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).
78

Dari wawancara tersebut menjelaskan komitmen pimpinan perangkat

daerah pada level Kota dalam menjalankan tugas belum ditunjukan dalam

tindakan. Begitupun pada level dibawahnya, yaitu Kecamatan, menurut

keterangan dari Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang,

menambahkan:

“Komitmen kecamatan juga kurang, Kecamatan kita itu dari


lokasinya belum semua memadai dan belum membentuk Gugus Tugas
KLA tingkat Kecamatan, jadi bagaimana mau memfasilitasi.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58
WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang, bahwa:

“Sampai saat ini untuk kecamatan dari komitmen untuk membentuk


Kceamatan Layak Anak belum ada, untuk Gugus Tugas tingkat
Kecamatan dan Kelurahan pun belum terbentuk. Sedangkan camat
diundang tapi yang hadir perwakilan. Jadi belum semua sesuai
harapan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019,
pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).
Berdasarkan wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa

komitmen lembaga penopang KLA yakni Kecamatan masih belum terwujud.

Informasi lain yang peneliti peroleh dari studi dokumentasi yang

menunjukkan bahwa dari 6 Kecamatan yang ada hanya Kecamatan Taktakan

yang sudah memulai menata dari segi fasilitas dan kegiatan yang mengarah

pada Kecamatan Layak Anak, yaitu dengan adanya ruang bermain anak dan

ruang laktasi pada bagian pelayanan di Kecamatan. Berbeda dengan

Kecamatan Kasemen yang belum memiliki komitmen untuk membentuk

Kecamatan Layak Anak karena permasalahan kurangnya inisiatif dari


79

kepemimpinan di Kecamatan, artinya Kecamatan melihat bagaimana sikap

dan arahan pemerintah pada tingkat Kota. Berikut ini pernyataan dari, Kasi

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Kasemen, bahwa:

“Dari pemerintah belum greget, pemerintah harus menggerakan


stakeholder yang ada dikota serang ini. Kalo Kecamatan bagaimana
yang di atas, diarahkan misalkan ada kegiatan ini ya Kecamatan yang
siapkan.” (Wawancara dengan Bapak Aji Kurnianto, 14 Maret 2019,
pukul 10.14 WIB, di Kantor Kecamatan Kasemen).

Tak jauh berbeda pada level Kelurahan, Kelurahan Kasemen salah

satu yang belum memiliki komitmen dalam mewujudkan Kelurahan Layak

Anak. Hambatan yang ditemui adalah kurangnya inisiatif dan doktrin dari

level pemerintah Kota yang belum sampai pada tingkat Kelurahan.

Sebagaimana pernyataan Plt Lurah Kasemen berikut ini:

“Wong dari pemkotnya kaya gitu aja. Gebrakan sekali udah terusnya
gaada kelanjutannya jadinya melempem lagi kelurahannya, gaada
tindak lanjutnya kedepannya.” (Wawancara dengan Bapak Ahmadi,
26 Februari 2019, pukul 11.20 WIB, di kantor Kelurahan Kasemen).

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa permasalahan kepemimpinan

pada level Kelurahan adalah masih menunggu dorongan dari pemerintah

Kota. Pun mengenai peran Kelurahan dalam membentuk PATBM sebagai

lembaga yang melibatkan masyarakat dalam perlindungan anak juga

menemui permasalahan. Sebagaimana pernyataan Plt Lurah Kasemen berikut

ini:

“Kemarin pengukuhan PATBM di sini semua lurah-lurahnya pada


keluar.” (Wawancara dengan Bapak Ahmadi, 26 Februari 2019, pukul
11.20 WIB, di kantor Kelurahan Kasemen).
80

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sikap pemimpin pada

level Kelurahan belum memiliki inisiatif dan dukungannya terhadap

pelaksanaan KLA masih kurang.

Pernyataan lain berkaitan dengan kepemimpinan di tingkat Kecamatan

maupun Kelurahan adalah yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Pemenuhan

Hak Anak DP3AKB Kota Serang, bahwa:

“Memang kita sulit juga memberi pengarahan, apalagi ke Kelurahan


untuk PATBM ini karena mereka berfikir masalah anggaran.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58
WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Pernyataan tersebut menunjukkan hambatan lainnya ada pada

persoalan dana atau anggaran yang dianggap tidak mencukupi, Kasi

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Kasemen menambahkan:

“Kecamatan juga tidak bisa mendukung kegiatan tersebut karena


anggaran tidak ada.” (Wawancara dengan Bapak Aji Kurnianto, 14
Maret 2019, pukul 10.14 WIB, di Kantor Kecamatan Kasemen).

Pernyataan tersebut terlihat bahwa kepemimpinan baik pada level

Kecamatan maupun Kelurahan belum dapat memanfaatkan sumberdaya

finansial yang tersedia karena masih mengeluhkan anggaran yang dianggap

terbatas. Kendatipun demikian dari 67 Kelurahan yang terdapat di Kota

Serang hanya ada satu Kelurahan yang telah berupaya mewujudkan

Kelurahan Layak Anak, yaitu Kelurahan Pipitan, sesuai pernyataan Plt Lurah

Pipitan berikut ini:

“Ada 8 Kelurahan yang dinobatkan menjadi Kelurahan Layak Anak,


Kelurahan Pipitan mewakili Kota Serang menerima penghargaan
dari Gubernur Banten.” (Wawancara dengan Oewien Kurniawan, 8
Maret 2019, pukul 09.33 WIB, di Kantor Kelurahan Pipitan).
81

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kurangnya inisiatif

dari Kecamatan dan Kelurahan untuk mewujudkan Kecamatan dan Kelurahan

Layak Anak menjadi hambatan dalam pelaksanaan KLA sehingga sulit

dilakukan dengan pendekatan bottom-up, karena kepemimpinan pada level

pemerintah Kota sangat mempengaruhi.

Kepemimpinan merupakan hal yang mendasar dalam mempengaruhi

inisiasi dan kesuksesan sebuah program dalam kelembagaan. Tentunya hal ini

berkaitan dengan kemampuan seorang pimpinan dalam menggerakkan

anggotanya. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Bagian Hukum Setda Kota

Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Sebetulnya pimpinan hanya tinggal memberikan intruksi, perintah.


Bisa melalui surat perintah, surat edaran, rapat evaluasi. itu isinya
adalah penekanan penekanan kepada bawahannya kepada OPD
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi. Kepala Daerah
hanya sebagai kebijakan yang melaksanakannya kan OPD. Pimpinan
itu harus lengkap, sikapnya harus jadi panutan.” (Wawancara dengan
Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret 2019, pukul 13.58 WIB, di kantor Setda
Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut terlihat bahwa kualitas

kepemimpinan sangat menentukan dalam membina dan memberikan

keteladanan dalam bertindak. Sikap pemimpin harus dapat mempengaruhi

anggotanya. Seperti yang disampaikan oleh Kasi Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Kecamatan Taktakan, bahwa:

“Instruksi dan pembicaraan dari pemimpin itu kan pengaruh tapi


jarang untuk Kota Layak Anak ini. Seandainya dari pimpinan di atas
lebih tegas lagi untuk pelaksanaan KLA mungkin bawahnya
mengikuti, karena kita jenjang struktural kan anggaran juga dari
atas.” (Wawancara dengan Ibu Herlis Indriani, 4 Maret 2019, pukul
12.51 WIB, di kantor Kecamatan Taktakan)
82

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa sikap pimpinan di Kota

Serang pada level pemerintah Kota belum tegas dalam pelaksanaan KLA. Hal

ini juga ditambahkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan

Bappeda Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Sebenarnya peran pemimpin bisa dilihat saat evaluasi KLA.


Sebetulnya mendukung cuma kurang ada ketegasan ke bawahannya.
Kalau dari atas bilang harus A OPD itu mungkin ngikut. Untuk
komitmen tertulis kan sudah ada hanya kurang ketegasan dalam
mendoktrin.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Pernyataan Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota

Serang, yang mengatakan bahwa:

“Penekanannya kepada tiap OPD itu kurang tegas sehingga visi misi
beliau tidak tersentuh, karena doktrinnya tidak betul-betul.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58
WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa sikap pemimpin pada

level pemerintah Kota di Kota Serang dalam menggerakkan anggotanya

masih kurang tegas, sehingga dalam mengarahkan dan membina hubungan-

hubungan dengan lingkungannya belum mencapai pada perubahan yang

diinginkan. Begitupun pada level dibawahnya yaitu Kecamatan dan

Kelurahan yang sama-sama belum memiliki inisiatif untuk mewujudkan

Kecamatan dan Kelurahan Layak Anak.

Menurut Eaton (1986: 32) variabel kepemipinan adalah variabel yang

paling penting dalam pembangunan lembaga. Indikator Penguatan

Kelembagaan KLA di Kota Serang akan dibahas pada variabel

kepemimpinan. Indikator penguatan kelembagaan dilaksanakan oleh


83

kelompok orang yang secara aktif berkecimpung dalam perumusan doktrin

dan program dari lembaga, sehingga ini merupakan bentuk proses perubahan

pada variabel kepemimpinan. Dalam pemenuhan tiap-tiap indikator Kota

Layak Anak pemerintah Kota Serang menyusun RAD (Rencana Aksi Daerah)

Kota Layak Anak yang dituangkan ke dalam bentuk dokumen yang berisikan

program dan kegiatan yang disusun oleh OPD terkait, berisikan jangka waktu

dan target yang ingin dicapai. Dokumen tersebut dibuat dalam bentuk

Peraturan Walikota Serang. Berikut ini merupakan matriks RAD KLA Kota

Serang program penguatan kelembagaan.


84

Tabel 4.2 Matriks RAD KLA Kota Serang Program Penguatan Kelembagaan

Target Capaian OPD/Unit


No Indikator Kinerja Kegiatan Prioritas Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 Terkait
Tersedia Perda
Gugus Tugas/ skpd
1 tentang Pemenuhan Perda terkait pemenuhan hak anak Dokumen 2 2 2 2 2
terkait
Hak Anak
Tersedia peraturan
2 lain/kebijakan tentang perwal tentang pelaksanaan perda KLA Dokumen 2 3 3 3 3 Gugus Tugas
Pemenuhan Hak Anak
Fasilitasi Kebijakan Larangan bermain di tempat
umum pada jam sekolah (07.00- Gugus Tugas,
14.00)danjambelajar(19.00–21.00);danlarangan Dokumen 3 3 3 3 3 Disporapar,
bermainditempat-tempat Dindikbud
permainan / sarana hibutan tanpa pendamping;
Fasilitasi Kebijakan dalam pembuatan dokumen Gugus Tugas,
Dokumen 1 1 1 1 1
kependudukan bagi anak Disdukcapil
GugusTugas,
Fasilitasi Kebijakan Pengendalian Pernikahan di
Dokumen - - 1 - - Disdukcapil, Kantor
Tersedianya kebijakan bawah usia 18 tahun
Kemenag/KUA
3 afirmasi bagi
perlindungan anak Fasilitasi kebijakan penyediaan ruang laktasi dan
tempat bermain anak di setiap badan publik Dokumen - 1 - - - Gugus Tugas
penyedia pelayanan public
Fasilitasi kebijakan penanganan anak putus Gugus Tugas,
Dokumen - 1 - - -
sekolah secara afirmatif Dindik
Fasilitasi kebijakan rute aman dan selamat ke Dindik, Dishub,
Dokumen - 1 - - -
sekolah Diskominfo, GT-KLA
Fasilitasi kebijakan Angkutan Umum Ramah
Dishub, Diskominfo,
Anak, serta Trayek, Tarif Khusus Pelajar, dan Dokumen - 1 - - -
GT-KLA
Angkutan Khusus Antar-Jemput Pelajar
85

Fasilitasi kebijakan mitigasi bencana yang


Dokumen - 1 - - - BPBD
responsif anak
Fasilitasi kebijakan dan SOP penanganan siswa/i Dindikbud, GT-KLA,
Dokumen 3 3 3 3 3
yang mengalami situasi khusus P2TP2A
Telah terbentuk Gugus
4 Fasilitasi operasionalisasi Gugus Tugas KLA Kegiatan 4 4 4 4 4 Gugus Tugas
Tugas KLA
5 Tersedia RAD KLA Monitoring dan Evaluasi implementasi RAD KLA Kegiatan 2 2 2 2 2 Gugus Tugas
Meningkatnya jumlah Pelibatan Forum Anak dalam Pengambilan
peraturan, kebijakan, keputusan di tingkat Kota, Kecamatan, dan Kegiatan 2 4 6 8 10 Gugus Tugas
program dan kegiatan Kelurahan (Musrenbang, Forum Renja, RDP, dll)
6 yang mendapat
masukan dari Forum Bappeda, Gugus
Fasilitasi Musrenbang Khusus Anak Kegiatan 1 1 1 1
Anak atau kelompok Tugas
anak
Tersedianya sumber
daya manusia (SDM)
Fasiltasi penyelenggaraan dan/ atau partisipasi
terlatih KHA dan
dalam Pelatihan PUHA bagi
7 mampu menerapkan Orang 30 30 30 30 30 Gugus Tugas KLA
Pendidik, Tenaga Kependidikan, Tenaga Kesehatan,
hak anak ke dalam
Pekerja Sosial, dan Penegak Hukum
kebijakan, program
dan kegiatan
Penyusunan dan Updating Profil Gender dan Anak
Tersedianya dokumen Dokumen 1 1 1 1 1 Bappeda
Kota Serang (Data Terpilah)
8 perencanaan sosial
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia dan
dan budaya Dokumen 1 1 1 1 1 Bappeda
Inkesra
Pembinaan Organisasi Masyarakat yang
Terdapat lembaga yang Gugus Tugas,
memberikan layanan TKA dan Organisasi 2 3 4 5 6
memberikan layanan Dinkes, DP3AKB
9 Perlindungan Anak
tumbuh kembang dan
Fasilitasi Peningkatan Peran Serta Masyarakat DP3AKB, Gugus
perlindungan anak. Kegiatan - 3 4 5 6
dalam PHA Tugas
86

Fasilitasi Gugus Perlindungan Anak Terpadu


DP3AKB, Gugus
Berbasis Masyarakat (PATBM) di tingkat Pokja - 4 6 8 10
Tugas
kelurahan
Fasilitasi Pemberian Penghargaan bagi DP3AKB, Gugus
Kelurahan - 2 3 4 5
Kelurahan Ramah Anak Tugas
Fasilitasi Pemberian Penghargaan bagi RW DP3AKB, Gugus
RW - 2 6 8 10
Ramah Anak Tugas
Meningkatnya
jumlah anak yang
Sosialisasi tentang ragam fasilitas layanan TKA DP3AKB, Gugus
10 memanfaatkan Kegiatan - 2 2 2 2
dan Perlindungan Anak di Kota Serang Tugas
layanan TKA dan
Perlindungan Anak
Pelibatan Dunia Usaha dalam program-program
Disperdaginkop,
Meningkatnya dan kegiatan pemenuhan hak anak di Kota Kegiatan - 6 9 12 15
Gugus Tugas
dukungan dari Serang
dunia usaha Peningkatan Efektivitas sinkronisasi program dan
11 Disperindagkop,
(perorangan kegiatan dalam pemanfaatan dana CSR untuk Kegiatan - 6 9 12 15
Gugus Tugas
atau lembaga) pemenuhan hak anak
untuk PHA Fasilitasi Pemberian Penghargaan bagi Disperindagkop,
Perusahaan - 4 6 8 10
Perusahaan Peduli Anak Gugus Tugas
(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2018)
87

Tabel 4.2 di atas adalah RAD KLA yang disesuaikan dengan

RPJMD Kota Serang dan dibuat dalam bentuk Peraturan Walikota, memiliki

jangka waktu 5 tahun dan disusun berdasarkan indikator dalam KLA. Setiap

program yang tercantum dalam RAD merupakan program OPD terkait yang

disusun oleh masing-masing OPD tersebut. Berikut ini akan dipaparkan

lebih lanjut mengenai indikator penguatan kelambagaan KLA.

a. Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk

pemenuhan hak anak

Peraturan pemenuhan hak anak di Kota Serang terdiri atas 7 jenis

peraturan, yaitu Peraturan Daerah, Peraturan Wali Kota, Keputusan Wali

Kota, Keputusan Camat dan Keputusan Lurah. Peraturan pemenuhan hak

anak tidak hanya dibuat di tingkat daerah saja tetapi juga sampai pada

tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Peneliti melihat dari data yang terlampir

terdapat 6 Kecamatan dimana sebanyak 6 Kecamatan tersebut belum semua

memenuhi peraturan pemenuhan hak anak. Sebanyak 67 Kelurahan di Kota

Serang pun belum semua memiliki dan membuat peraturan pemenuhan hak

anak sehingga masih perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan

yang ramah anak mulai dari lingkungan yang paling dekat dengan anak di

tingkat RT/RW sampai pada tingkatan KLA dilaksanakan.

Adapun peraturan pemenuhan hak anak di Kota Serang adalah

dijelaskan pada tabel sebagai berikut.


88

Tabel 4.3 Peraturan Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Kota


Serang

No Peraturan Tahun Keterangan


1. Peraturan 2010 – 2015 - Tentang Kota Layak Anak
Daerah Kota - Tentang Perlindungan Anak dan
Serang Perempuan
- Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau
- Tentang Kawasan Tanpa Rokok
- Tentang Pencegahan, Pemberantasan
dan Penanggulangan Penyakit
Masyarakat
- Tentang Penyelenggaraan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
- Tentang Kesejahteraan Sosial
2. Peraturan Wali 2017 - Tentang Rencana Aksi Daerah
Kota Serang Pengembangan KLA
3. Keputusan 2017 - 2018 - Tentang Gugus Tugas KLA Kota Serang
Walikota Serang - Tentang Pembentukan P2TP2A Kota
Serang
- Tentang Pembentukan Pengurus Forum
Anak Kota Serang
- Tentang Penetapan Kader Posyandu
Kota Serang
4. Keputusan 2017 - Pembentukan Pengurus Pusat Pelayanan
Kepala Keluarga Sejahtera
DP3AKB
5. Keputusan - Penetapan Sekolah Ramah Anak jenjang
Kepala Dindik SD dan SMP Kota Serang
6. Keputusan - Penetapan Puskesmas dan Rumah Sakit
Kepala Dinkes Ramah Anak
7. Keputusan 2017 - 2018 - Penetapan dan Pembentukan
Camat Kepengurusan Forum Anak Kecamatan
- Pembentukan dan Pelaksanaan PPKS
Kecamatan
8. Keputusan 2017 - 2018 - Penetapan Aktivis PATBM (15
Lurah Kelurahan)
- Penetapan dan Pembentukan
Kepengurusan Forum Anak Kelurahan
Pipitan
(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2018)

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa peraturan

pemenuhan hak dan perlindungan anak di Kota Serang telah terbentuk

sampai pada tingkat Kelurahan. 6 Kecamatan telah membentuk forum anak


89

Kecamatan tapi belum membentuk Gugus Tugas tingkat Kecamatan.

Sedangkan PATBM di Kota Serang telah terbentuk di sebanyak 15

Kelurahan. Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Hukum

Setda Kota Serang selaku koordinator klaster V (perlindungan khusus),

menurut beliau menjelaskan sebagai berikut:

“Prodak hukum yang telah dibuat sudah saya berikan ke Bappeda. Kita
bantu berkaitan aturan yang menyangkut bagaimana perlindungan
terhadap anak dan perempuan, kita sudah buat perda dan
ditindaklanjuti oleh perwalnya. Kalau dari sisi aturan saya rasa sudah
mencukupi apa yang diperlukan untuk KLA.” (Wawancara dengan
Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret 2019, pukul 13.58 WIB, di kantor Setda
Kota Serang).

Penjelasan tersebut telah memberikan peneliti pemahaman bahwa

terkait peraturan dan kebijakan terkait pemenuhan hak anak di Kota Serang

sudah cukup banyak dan telah mencukupi untuk KLA. Komitmen dengan

memenuhi peraturan sudah baik, seperti halnya pernyataan dari Kepala

Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang, bahwa:

“Saya rasa sih dengan adanya Perda berarti komitmen pimpinan


daerah sudah bagus ya, kalau pelaksanaan tergantung dari semua
instansi karena memang ramah anak juga ada OPD lain jadi
tergantung OPD masing-masing.” (Wawancara dengan Ibu Mulyawati,
06 Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas Kasemen).

Berdasarkan wawancara di atas artinya bahwa pemerintah Kota Serang

telah berkomitmen baik untuk meuju Kota Serang Layak Anak. Selanjutnya

adalah lembaga Gugus Tugas KLA Kota Serang mendorong agar semua

pihak meiliki kewajiban mengawal jalannya peraturan dan untuk ikut

bertanggung jawab dalam pengimplementasian peraturan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa kepemimpinan di Kota


90

Serang dalam pemenuhan indikator pertama pada penguatan kelembagaan

sudah baik dalam hal penyediaan peraturan, hanya saja masih belum optimal

pada lembaga penopang tingkat Kecamatan dan Kelurahan.

b. Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk

anggaran untuk penguatan kelambagaan.

Dukungan anggaran kegiatan Kota Layak Anak di Kota Serang

bersumber dari APBD Kota Serang. Presentase anggaran untuk pemenuhan

hak anak, termasuk untuk penguatan kelembagaan seharusnya ada pada

masing-masing OPD terkait yang terlibat dalam pelaksanaan pemenuhan

hak anak, khususnya Gugus Tugas KLA Kota Serang sampai pada lembaga

Kecamatan, Kelurahan, dan unit-unit pelaksana teknis lainnya. Mengenai

besaran presentase anggaran tersebut peneliti tidak mendapatkan data secara

keseluruhan di Kota Serang. Peneliti melakukan wawancara terkait

presentase anggaran dengan Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan

Bappeda Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Kita belum hitung ya, itupun kalau kita minta ke OPD mereka belum
paham, jadi selama ini yang ngitung dari kita. Jadi kita lihat semua
anggaran OPD yang terkait kita masukan. Jadi belum di akumulasi sih
Cuma kalau dilihat lumayan banyak, kan gak hanya berbunyi anak,
seperti pembangunan jalan kan gaada anaknya.” (Wawancara dengan
Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor
Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut disertai data yang peneliti peroleh

memang belum semua OPD menyerahkan anggaran masing-masing

program/kegiatannya. Bahkan untuk menghitungnya Bappeda melakukan

perhitungan secara mandiri, beberapa OPD justru masih ada yang belum
91

paham terkait program dalam kebijakan KLA sehingga hal ini menjadi

hambatan tersendiri baik dalam melakukan perhitungan khusus anggaran

maupun pelaksanaannya. Adapun besaran anggaran yang peneliti peroleh

dari pihak Bappeda adalah sebesar Rp. 273.970.000,00 untuk 2 kali rapat

koordinasi KLA dan tersedianya dokumen Peraturan Walikota tentang

Rencana Aksi Daerah KLA Kota Serang pada tahun 2017.

Data evaluasi KLA pada tahun 2018 yang peneliti peroleh juga

menyebutkan ada anggaran khusus untuk tim Gugus Tugas KLA yang

diberikan setiap tahun anggaran yang dianggarkan pada pelaksanaan

program Kelangsungan Hidup Perkembangan Perlindungan Ibu dan Anak.

Rincian kegiatan honor tim lintas instansi OPD dan untuk rapat rutin tim

Gugus Tugas teranggarkan pada belanja makan minum yang dilaksanakan

setahun minimal 5 kali dan pada kegiatan besar dilaksanakan minimal 2

kali, yaitu pada awal tahun dalam rangka koordinasi KLA tingkat Kota

Serang dan pada akhir tahun dalam rangka evaluasi KLA Kota Serang.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pihak DP3AKB

selalu leading sector KLA di Kota Serang, dari Kasi Pemenuhan Hak Anak,

beliau juga hanya menjelaskan anggaran yang ada pada instansinya saja,

tidak secara keseluruhan. Berikut pemaparannya:

“Tahun 2018 itu untuk kota layak anak kita hanya diberikan 108 juta.
Kedepannya saya ingin ada perubahan mudah-mudahan anggaran
lebih besar sehingga terfasilitasi untuk KLA di DP3AKB. Anggaran
kita di sini untuk penguatan kelembagaan, sosialisasi UU 35, dan
pemenuhan hak anak.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19
Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).
92

Berdasarkan penjelasan dari wawancara di atas bahwa anggaran untuk

penguatan kelembagaan terdapat di DP3AKB Kota Serang selaku leading

sector KLA. Anggaran yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak pada

DP3AKB adalah yang berkaitan dengan kegiatan forum anak Kota Serang.

Untuk tahun 2019 anggaran DP3AKB khususnya pada Kasi Pemenuhan

Hak Anak untuk KLA adalah sebesar Rp. 350.000.000,00 untuk kegiatan

pembentukan kegiatan forum anak, pembinaan forum anak dan bintek KLA,

kegiatan Hari Anak Nasional tingkat Kota Serang, dan pembinaan sekolah

ramah anak.

Pemenuhan indikator penguatan kelembagaan terkait poin presentase

anggaran untuk pemenuhan hak anak termasuk anggaran untuk penguatan

kelembagaan dari hasil perolehan data di lapangan bahwa belum diperoleh

secara pasti berapa besaran anggaran untuk pelaksanaan KLA di Kota

Serang. Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan dalam penguatan

kelembagaan KLA di Kota Serang dalam memberikan dukungan terkait

pemenuhan anggaran untuk KLA sudah terwujud hanya saja belum terdata

dan terkoordinasi secara maksimal.

c. Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan

kegiatan yang mendapatkan masukan dari forum anak dan

kelompok lainnya.

Pemenuhan indikator peraturan perundang-undangan, kebijakan,

program dan kegiatan yang mendapat masukan dari forum anak di Kota

Serang adalah terdapat pada hasil musrenbang Kota Serang dan musrenbang
93

anak di Kota Serang. Pemerintah Kota Serang melalui Bappeda Kota Serang

memfasilitasi musrenbang khusus anak sejak tahun 2017. Kegiatan tersebut

bertujuan untuk menguatkan kelembagaan KLA khususnya pasrtisipasi anak

dalam pembangunan di Kota Serang.

Data yang peneliti peroleh terkait evaluasi KLA Kota Serang tahun

2018 menyebutkan bahwa dalam proses penyusunan peraturan/kebijakan

daerah dan pelaksanaan/kebijakan progran dan kegiatan untuk mewujudkan

KLA sudah seluruhnya memperhatikan pandaangan anak. Artinya dalam hal

ini peraturan yang mendapat masukan dari forum anak adalah pada

perumusan RPJMD dan sudah berjalan. Hak anak dalam kebebasan

berpendapat tersalurkan melalui kegiatan musrenbang anak tingkat Kota

Serang yang mana juga merupakan upaya pelaksanaan Perda Kota Serang

No 6 Tahun 2015 tentang KLA. Pelaksanaan musrenbang di tiap Kecamatan

pun sudah melibatkan anak dari forum anak kecamatan masing-masing

dalam rangka menampung dan mendengar suara anak terkait rencana

pelaksanaan pembangunan di Kota Serang.

Berikut ini adalah beberapa usulan/suara anak yang disampaikan oleh

perwakilan forum anak pada musrenbang di Kota Serang.

Tabel 4.4 Usulan yang Disuarakan Oleh Perwakilan Forum Anak Kota
Serang Berdasarkan Indikator dan Klaster Kota Layak Anak

Indikator /Klaster Usulan


Penguatan - Dimohon agar pihak Kecamatan selalu melibatkan
Kelembagaan Forum Anak dalam setiap pelaksanaan perencanaan
pembangunan diwilayahnya
- Pemerintah Kecamatan agar menyediakan ruang
kesekretariatan bagi Forum Anak Kecamatan di masing-
masing Kecamatan
Hak Sipil dan - Pembangunan ruang terbuka hijau di semua wilayah
94

Kebebasan Kecamatan
- Perpustakaan keliling bisa menjangkau seluruh wilayah
Kecamatan
- Menjadikan dan membangun situ Ciwaka yang terletak
di Kecamatan Walantaka sebagai salah satu destinasi
objek wisata di Kota Serang
Lingkungan - Stop pernikahan anak di bawah 18 tahun
Keluarga dan
Pengasuhan
Alternatif
Kesehatan Dasar dan - Tersedianya Puskesmas Ramah Anak di semua wilayah
Kesejahteraan Kecamatan
- Setiap Kantor Kecamatan dan kantor Kelurahan agar
membuat spanduk kawasan bebas asap rokok
- Memperbaiki sarana dan prasarana umum di semua
wilayah Kecamatan
- Adanya pemilihan sampah organik dan anorganik di
setiap Kecamatan
Pendidikan, - Memohon agar merehabilitasi bagi sekolah yang rusak
Pemanfaatan Waktu di semua wilayah Kecamatan
Luang & Kegiatan - Adanya transportasi ramah anak dan tersedianya rute
Budaya aman sekolah di semua wilyah Kecamatan
- Pemerintah Kecamatan melalui OPD terkait agar
memberikan pelatihan bagi anak-anak jalanan dan
mampu menyekolahkan kembali anak-anak dari
keluarga kurang mampu yang telah putus sekolah
Perlindungan - Memohon kepada pemerintah kota serang agar stop
Khusus pekerja anak dan kekerasan terhadap anak
(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2018)

Tabel 4.4 di atas menunjukan usulan/masukan dari anak-anak Kota

Serang yang diwakilkan oleh forum anak di masing-masing Kecamatan

yang kemudian disuarakan pada saat musrenbang dan usulan tersebut harus

ditindaklanjuti oleh pemerintah Kota Serang. Kemudian peneliti

mengkonfirmasi kepada Ketua forum anak Kota Serang tahun 2018, yang

menyampaikan pernyataan berikut:

“Waktu itu kita minta kurangi asap rokok, mulai dari individu pada
pemerintahan sendiri, sampai saat ini sih yang saya rasakan udah
mulai sedikit aware sama larangan merokok di tempat tempat tertentu.
Di Kecamatan pun juga begitu, malahan udah ada Puskesmas ramah
anak. setiap kita ikut terlibat dalam kegiatan OPD kita selalu
mengupayakan hak-hak anak, alhamdulillah si udah pada ngerti.”
95

(Wawancara dengan Rosmiati, 13 Maret 2019, pukul 14.17 WIB, di


Kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut pemerintah Kota Serang telah

berupaya menindaklanjuti masukan/suara anak-anak di Kota Serang yang

secara langsung dirasakan oleh anak itu sendiri. Sama halnya seperti yang

disampaikan oleh Kasi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang

sebagai berikut:

“Dari hasil musrenbang anak-anak ingin dibuatkan RTH, itu sudah


memfasilitasi di alun-alun dan ada juga taman digitalnya. Dan saat ini
ingin dibuatkan RTH disetiap Kecamatan.” (Wawancara dengan Ibu
Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB
Kota Serang).

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut:

“Pengadaan taman digital kerjasama dengan Telkom, RTH juga


sebagian sudah ada. Tahun ini sedang dibangun juga di Cipocok,
mereka kan minta ada RTH di setiap Kecamatan nah ini kita bertahap
tindak lanjuti. Mereka juga ingin ada bis sekolah nah kita kerjasama
dengan Provinsi. Sekretariat juga sudah ada baru pindah. Permintaan
forum anak ke angkutan umum ini masih acak-acakan trayeknya,
Dishub harus buat kebijakan atau inovasi tuh, ada yang merokok
berarti belum berjalan Perda KTR nya ini.” (Wawancara dengan Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa suara anak yang

berkaitan dengan permasalahan transportasi/angkutan umum yang masih

belum dapat diatasi oleh pemerintah Kota Serang. Berdasarkan uraian di

atas diketahui bahwa kepemimpinan di Kota Serang telah membina

hubungan dengan lingkungannya dengan telah memenuhi salah satu bagian

dari pelaksanaan hak sipil dan kebebasan anak, yaitu dengan memfasilitasi
96

ruang partisipasi anak dalam pembangunan melalui keikutsertaan anak

dalam musrenbang dan memfasilitasi musrenbang anak di tingkat kota serta

secara bertahap menindaklanjuti apa yang menjadi usulan dari anak-anak

tersebut. Tetapi belum semua peraturan/kebijakan daerah yang menyangkut

anak di Kota Serang mendapatkan masukan dari forum anak.

d. Tersedia SDM terlatih KHA dan mampu menerapkan hak anak ke

dalam kebijakan, program dan kegiatan.

Sumberdaya manusia yang terlatih Konvensi Hak Anak (KHA) yang

dimaksudkan dalam peraturan tersebut adalah SDM yang mengikuti

pelatihan yang memenuhi standar materi, pendalaman masalah dan

penanganan isu anak berdasarkan KHA. Tenaga/petugas pemberi layanan

atau yang bekerja dengan anak perlu mendapatkan pelatihan tentang hak

anak. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga pelatihan yang

memiliki kompetensi di bidang hak anak. Melalui pelatihan ini diharapkan

tenaga/petugas pemberi layanan mampu melayanai dan mendampingi anak

dengan memperhatikan kepentingan terbaik anak, tidak diskriminatif, dan

memperhatikan pendapat anak.

Pelatihan terkait KLA di Kota Serang sendiri baru pertama kali

dilaksanakan pada tahun 2018, sehingga belum semua SDM yang terlibat

baik dalam struktur Gugus Tugas KLA maupun tenaga/petugas teknis yang

bersentuhan langsung dengan anak mendapatkan fasilitas pelatihan. Peneliti

melakukan wawancara dengan Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan


97

Bappeda Kota Serang terkait pelatihan untuk SDM di Kota Serang, beliau

mengatakan bahwa:

“Pelatihan PUHA belum semuanya tapi sebagian sudah. Yang sifatnya


pelayanan kita sudah undang, baru pertama kali jadi belum semua
karena anggaran. Sosialisasi sudah kita lakukan itu kan tugasnya
DP3AKB yang langsung ke lapangan.” (Wawancara dengan Bapak
Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda
Kota Serang).

Dari wawancara di atas diketahui bahwa pelatihan yang

diselenggarakan oleh pemerintah Kota Serang yang memenuhi standar

materi KHA belum menyentuh semua SDM yang terlibat dalam penguatan

kelembagaan maupun pelaksanaan KLA karena kendala anggaran. Sejauh

ini yang telah dilakukan oleh lembaga Gugus Tugas KLA Kota Serang

adalah melakukan sosialisasi kepada stakeholder dan OPD terkait setiap

tahunnya. Seperti yang dijelaskan oleh Kasi Pemenuhan Hak Anak

DP3AKB Kota Serang terkait kondisi SDM yang terlatih PUHA dalam

Gugus Tugas KLA, bahwa:

“Belum karena terkendala anggaran, bukan kegiatan, untuk


mengadakan sosialisasi fasilitasi PUHA juga kita fasilitator belum
cukup ya anggarannya, karena memang kita yang pertama itu
anggaran.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019,
pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa persoalan anggaran

yang masih menjadi alasan utama dalam pengadaan pelatihan terkait KHA

terhadap SDM yang ada. Pemenuhan indikator penguatan kelembagaan

terkait SDM yang terlatih KHA dan mampu menerapkannya ke dalam

kebijakan, program dan kegiatan di Kota Serang dari perolehan data di

lapangan bahwa telah dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi


98

terhadap OPD dalam lembaga Gugus Tugas KLA dan stakeholder terkait.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukan kepemimpinan di Kota Serang

telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusianya terhadap pemenuhan hak anak walaupun masih belum berjalan

secara optimal karena belum menyentuh semua sasaran dan terhitung baru

sekali dilakukan begitupun ketersediaan anggaran yang masih menjadi

persoalan.

e. Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur, dan

kecamatan.

Unsur utama pengembangan KLA adalah data. Data KLA dipastikan

telah terpilah menurut jenis kelamin, umur, dan wilayah kecamatan. Data

sangat bermanfaat bagi kabupaten/kota dalam perencanaan pemenuhan hak

dan pembangunan anak secara luas. Dengan dimilikinya data anak, besaran

masalah anak diketahui, sehingga dapat disusun kebijakan/ program dan

kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah anak tersebut

Mekanisme pengumpulan data dasar tersebut melibatkan semua pihak,

terutama OPD terkait bidangnya asing-masing. Pemerintah Kota Serang

telah memiliki mekanisme pengumpulan data anak yang dihimpun oleh

Bappeda sebagai ketua Gugus Tugas KLA Kota Serang. Seperti yang

diutarakan oleh Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang terkait mekanisme pengumpulan data anak, bahwa:

“Kita kerjasama dengan untirta melibatkan pihak ketiga karena kalau


tidak ada pihak lain waktunya gabisa dan sudah ada anggarannya
khusus. Kalau data ada yang dari kita tapi kebanyakan dari pihak
99

ketiga dengan OPD nya langsung.” (Wawancara dengan Bapak Derli


Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa pemerintah Kota

Serang telah menganggarkan untuk menghimpun data anak terpilah di Kota

Serang dengan bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Data anak yang

telah dihimpun kemudian disusun dalam bentuk Buku Profil Gender dan

Anak Kota Serang. Buku tersebut diperbaharui setiap tahunnya dan

digunakan dalam perencanaan dan penganggaran di lingkungan

pemerintahan Kota Serang. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa

kepemimpinan di Kota Serang telah memenuhi indikator penguatan

kelembagaan KLA terkait ketersediaan data anak terpilah di Kota Serang

yang juga digunakan dalam menyusun kebijakan agar lebih mampu

menyasar kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan intervensi

kebijakan dari pemerintah, khususnya dalam konteks pengarusutamaan hak

anak.

f. Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak dan

perlindungan anak

Keterlibatan masyarakat dapat berbentuk pemberdayaan

keluarga/masyarakat sekitar, program bersama, penyediaan fasilitas,

penyediaan layanan tumbuh kembang dan perlindungan anak, dan atau

penyediaan dana. Pelaksanaan KLA di Kota Serang melibatkan masyarakat

dalam bentuk sosialisasi, relawan SDM, serta sarana dan prasarana.


100

Lembaga masyarakat penyedia layanan tumbuh kembang dan

perlindungan anak seringkali disebut PATBM (Perlindungan Anak Terpadu

Berbasia Masyarakat), di Kota Serang PATBM terdapat pada tingkat

Kelurahan. DP3AKB Kota Serang adalah OPD yang memfasilitasi

pembentukan PATBM, sampai dengan tahun 2019 ini dari jumlah sebanyak

67 Kelurahan telah terbentuk 15 PATBM di 15 Kelurahan yang ada di Kota

Serang. Berikut adalah data jumlah PATBM di Kota Serang berdasarkan

Kecamatan.

Tabel 4.5 Jumlah PATBM Berdasarkan Kecamatan di Kota Serang

No. Kecamatan Jumlah


1. Kasemen 10
2. Curug 1
3. Cipocok Jaya 2
4. Walantaka 1
5. Taktakan 1
Jumlah 15
(Sumber: DP3AKB Kota Serang, 2019)

Tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 6 Kecamatan yang ada di Kota

Serang hanya Kecamatan Serang yang belum memiliki PATBM. Padahal

Kecamatan Serang merupakan Kecamatan yang berada di pusat Kota

dengan komposisi penduduk paling banyak. Bentuk keterlibatan masyarakat

lainnya di Kota Serang adalah dengan adanya sarana bagi pemenuhan hak

anak yang dikelola oleh masyarakat seperti Taman Kreatif di Kelurahan

Pipitan, rumah pintar di Kecamatan Taktakan, dan rumah dunia di

Kecamatan Cipocok Jaya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar juga

dilakukan di tiap Kecamatan seperti data yang peneliti peroleh dari hasil
101

wawancara dengan Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan

Taktakan, beliau menjelaskan bahwa:

“Penyuluhan kesehatan melalui kelompok masyarakat juga puskesmas


melalui Kecamatan. PKK di kita juga penyuluhan rutin tiap bulan, dan
juga pendidikan, ngasih pelatihan ke kader pembekalan keterampilan
sekaligus sosialisasi pada masyarakat tentang KLA walaupun tidak
menyentuh anak langsung tapi melalui ibu ibunya.” (Wawancara
dengan Ibu Herlis Indriani, 4 Maret 2019, pukul 12.51 WIB, di Kantor
Kecamatan Taktakan).

Sama halnya dengan Kecamatan Kasemen yang melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan KLA. Sesuai dengan

pernyataan dari Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan

Kasemen, bahwa:

“Pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi balita gizi buruk itu


sudah jalan, hanya di kecamatan kasemen program tersebut ada yang
aktif, rutin tiap tahunnya melakukan kegiatan tersebut dengan cara
memberikan makanan tambahan, penyuluhan langsung kemasyarakat,
bahkan kita launching ke seluruh kelurahan yang ada disini, jadi
bergerak semunnya, kita ini memang rutin tiap tahun dengan
mengerakan kader-kader posyandu mereka unjuk tombak kita jika tidak
ada mereka kita tidak tau yang mana terkena gizi buruk. Alhamdulilah
kader-kader disini aktif keliling terus sehingga kita tiap tahun selalu
melakukan kegiatan tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Aji
Kurnianto, 14 Maret 2019, pukul 10.14 WIB, di Kantor Kecamatan
Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan

pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan KLA aktif dilakukan di

masing-masing Kecamatan. Adapun sejauh ini lembaga masyarakat lainnya

yang ikut berperan dan bekerjasama dengan pemerintah dalam pelaksanaan

KLA adalah Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Serang.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Kasi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB

Kota Serang, bahwa:


102

“Paling kita bekerjasama dengan LPA Kota dan Provinsi. Dengan LPA
kita bergandengan tangan untuk pemenuhan hak anak.” (Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor
DP3AKB Kota Serang).

Kemudian peneliti mengkonfirmasi kepada pihak LPA Kota Serang dan

menanyakan berkaitan dengan peran LPA, sebagaimana dijelaskan oleh

Sekretaris LPA Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Selain mediator dan memberikan masukan dalam KLA. dalam waktu


dekat ini kami LPA Kota Serang dan DP3AKB mungkin juga unsur
pemerintahan dan unsur masyarakat lain yang terkait, yaitu akan
mengadakan pertemuan dengan deputi kemen PPPA untuk membahas
diantaranya mengenai kebijakan Kota Layak Anak. Nah kami diminta
untuk memikirkan grand design untuk kemudian bagaimana bisa
meningkatkan grade KLA di Kota Serang. Sejauh ini peran LPA baru
sampai situ, disamping kami juga terlibat dalam upaya pemenuhan
dokumen.” (Wawancara dengan Bapak Andrian Nirmansah, 12 Maret
2019, Pukul 13.54 WIB, di McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara di atas, LPA Kota Serang memang terlibat

dalam KLA dan bekerjasama dengan pemerintah Kota Serang dalam

pemenuhan hak anak sampai kepada tahap merencanakan sebuah konsep

utama. Namun LPA Kota Serang sendiri tidak termasuk ke dalam struktur

Gugus Tugas KLA Kota Serang karena merupakan lembaga yang masih

terbilang baru terbentuk. Lembaga lainnya yang berperan adalah forum anak

Kota Serang (FAKOTAS) yang berpartisipasi dalam KLA dan memiliki

peranan penting dengan memberikan masukan dalam pembuatan peraturan

dan program pemerintah melalui musrenbang Kota Serang dan musrenbang

anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pemenuhan indikator

penguatan kelembagaan pada poin keterlibatan lembaga masyarakat dalam


103

pemenuhan hak anak di Kota Serang sudah berjalan. Kepemimpinan di Kota

Serang telah melibatkan salah satu aktor good governance yaitu masyarakat

artinya telah mengajak peran serta masyarakat sebagai subjek

pembangunan. Hanya saja masih perlu peningkatan lagi karena belum

berjalan secara menyeluruh di setiap wilayah.

g. Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak

Keterlibatan dunia usaha dalam pelaksanaan KLA dapat berbentuk

kebijakan, produk yang memenuhi syarat anak, pemberdayaan

keluarga/masyarakat sekitar, penyediaan fasilitas, penyediaan layanan dalam

tumbuh kembang dan perlindungan anak dan atau dana. Pemerintah Kota

Serang dalam mewujudkan good governance dalam pelaksanaan KLA harus

melibatkan selain masyarakat juga harus melibatkan swasta.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil evaluasi KLA tahun

2018 dunia usaha di Kota Serang berperan dalam KLA melalui kebijakan

perusahaan yang peduli anak, produk ramah anak, dan sarana prasarana.

Berikut ini adalah keterlibatan dunia usaha yang terdata oleh Bappeda dala

pelaksanaan KLA di Kota Serang.

Tabel 4.6 Keterlibatan Dunia Usaha dalam Pelaksanaan KLA


di Kota Serang Sampai dengan Tahun 2018
Nama Instansi Bentuk Keterlibatan
Rumah Sakit Sari Asih Menyediakan pojok ASI dan wahana bermain bagi
anak
Rumah Sakit Budi Asih Ikut serta dalam kegiatan pencegahan dan
penanganan pekerja terburuk anak
Carrefour cabang Serang Mengadakan kegiatan lomba mewarnai untuk anak
dan adanya TBM Mall
PT Telkom Indonesia Mendirikan taman digital di Alun-alun Kota Serang
Membangun arena bermain skateboard di wilayah
stadion Ciceri Serang
104

PT. Fastfood Indonesia, Program paket khusus bagi anak yang memiliki
Tbk (KFC Serang) Kartu Identitas Anak
Bank BJB Memberikan sumbangan dalam bentuk perbaikan
sarana dan prasarana di wilayah perkampungan
(Sumber: Bappeda Kota Serang, Dokumen Evaluasi KLA 2018)

Tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa beberapa dari bentuk keterlibatan

tersebut tidak dilakukan secara berkelanjutan. Kemudian peneliti melakukan

wawancara dengan pihak Bappeda untuk mengkonfirmasi data tersebut.

Pernyataan dari Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang adalah sebagai berikut:

“Dunia usaha sudah nyumbang untuk penataan lingkungan. Cuma


masih gini, ada beberapa peran CSR yang sudah cuma mereka gatau,
kita selalu undang mereka kalau rapat cuma gak hadir. Mereka
mengadakan ini itu bukan untuk KLA sebenarnya tapi ada kaitannya.
Secara anggaran belum ada.” (Wawancara dengan Bapak Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa peran dunia usaha

dalam pelaksanaan KLA sudah ada namun belum terintegrasi dan terdata

dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah

sendiri terhadap dunia usaha. Seperti yang dituturkan oleh Assistant

Manager Human Resources PT. Telkom Indonesia cabang Banten berikut:

“Belum begitu tahu, karena dari pemerintah belum ada sosialisasi ke


kita.” (Wawancara dengan Bapak Edi Sarjono, 15 Maret 2019, pukul
19.41 WIB, di Kantor Telkom Ciruas).

Hal tersebut dibenarkan melalui pernyataan Kepala Seksi Pemenuhan

Hak Anak DP3AKB Kota Serang sebagai berikut:

“Sosialisasi tapi kalau ke dunia usaha sampai saat ini masih kecil
sekali. Kita belum advokasi ke dunia usaha.” (Wawancara dengan Ibu
Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB
Kota Serang).
105

Meskipun beberapa program pada dunia usaha mendukung dalam

pelaksanaan KLA tetapi pihak terkait tidak menyadari akan hal tersebut.

Setelah peneliti mengkonfirmasi langsung pada pihak Telkom yang

menyediakan taman digital di alun-alun Kota Serang bahwa pembentukan

taman tersebut adalah merupakan program untuk mempromosikan internet

dan tidak ada kaitannya dengan KLA.

Peneliti mencoba menggali informasi lebih jauh terkait keterlibatan

dunia usaha dengan menanyakan kepada pihak LPA Kota Serang yang

beberapa kali mengadakan kegiatan terkait anak, Sekretaris LPA Kota

Serang mengatakan bahwa:

“Saya sih tidak pernah secara langsung berdiskusi dengan unsur dunia
usaha terkait KLA. Bisa jadi ada cuman saya belum pernah dengar ada
keterlibatan secara langsung. Tapi kalau sifatnya mendukung kegiatan
terkait anak itu udah banyak. Contohnya McD kalau kita ada acara
anak MCD ini suka ngasih bantuan biasanya berupa makanan,
minuman, ada juga dari bank CIMB Niaga, BJB, itu bahkan mereka
memberikan fasilitas kebersihan kepada sekolah. Kalau yang dimaksud
dengan peran dunia usaha itu ya sudah terlihat walaupun mungkin
masih banyak yang belum. Satu kurang terdata, yang kedua mungkin
gaungnya kurang kelihatan, tapi sebenarnya banyak kok yang peduli.
Itu mungkin juga pemerintah butuh satu design semacam perkumpulan
dunia usaha khusus untuk perlindungan anak. kalau misalnya
pemerintah bisa mendorong agar APSAI terbentuk mungkin akan lebih
baik, karena akan ada banyak sekali yang bisa gabung.” (Wawancara
dengan Bapak Andrian Nirmansah, 12 Maret 2019, Pukul 13.54 WIB,
di McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukan bahwa kurangnya

koordinasi antara Gugus Tugas KLA dan dunia usaha menjadi penyebab

kurang terdatanya bentuk-bentuk keterlibatan dunia usaha. Bentuk lainnya

dari keterlibatan dunia usaha terhadap KLA disuatu wilayah


106

Kabupaten/Kota adalah dengan adanya APSAI (Asosiasi Perusahaan

Sahabat Anak). Kota Serang sendiri belum memiliki APSAI sehingga

program dari dunia usaha yang berkaitan dengan ramah anak belum dapat

terintegrasi.

Disamping kurangnya sosialisasi sehingga minimnya pemahaman dunia

usaha terkait KLA, pelaksanaan kebijakan CSR di Kota Serang juga belum

berjalan dengan baik. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Bagian Hukum Setda

Kota Serang, beliau menjelaskan bahwa:

“Terkait dunia usaha ada Perda CSR, tetapi kurang efektif. Karena
OPD mungkin belum paham. Bagiannya ada penanaman modal, bagian
ekonomi, perdaginkop.” (Wawancara dengan Bapak Yudi Suryadi, 8
Maret 2019, pukul 13.58 WIB, di kantor Setda Kota Serang).

Wawancara tersebut menunjukan bahwa peran pemerintah masih

kurang dalam menanggapi Perda CSR. Berdasarkan uraian di atas pada

indikator keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak di Kota

Serang sudah terlihat tetapi kepemimpinan di Kota Serang menunjukkan

belum mengoptimalkan potensi yang ada berkaitan dengan CSR sehingga

keterlibatan dunia usaha belum signifikan karena Perda yang ada pun belum

berjalan secara efektif.

Dengan demikian pelaksanaan indikator penguatan kelembagaan

berdasarkan temuan di lapangan dan observasi peneliti telah mampu

memenuhi ketuju indikator dalam penguatan kelembagaan tersebut namun

belum secara maksimal berjalan. Berdasarkan uraian di atas yang terdapat

pada variabel kepemimpinan secara umum penulis dapat simpulkan bahwa

untuk komitmen dan dukungan dari pemimpin sudah terbentuk dan dari
107

sikapnya sudah mencoba melibatkan aktor-aktor good governance dalam

pelaksanaan kebijakannya. Sehingga dalam pelaksanaan indikator

penguatan kelembagaan dalam KLA dapat berjalan dan meningkat

capaiannya. Meskipun keseriusan dan konsistensi untuk menjalankan

peraturan yang sudah ada belum dilakukan secara maksimal. Artinya

komitmen yang dimiliki setiap pemimpin pada setiap level pemerintahan di

Kota Serang masih kurang, hal tersebut karena kapasitas sumberdaya dalam

pelaksanaan KLA di Kota Serang rendah artinya belum sepenuhnya terlatih

Konvensi Hak Anak.

4.4.2 Doktrin

Doktrin merupakan nilai-nilai, tujuan-tujuan atau metode operasional

yang mendasari tindakan sosial, yang menggambarkan citra dan harapan-

harapan yang dituju. Doktrin yang mendasari tindakan operasional

pemerintahan tentu saja yang mewakili nilai-nilai good governance. Doktrin

yang berhasil apabila ampu memengaruhi pilihan nilai bagi orang-orang

yang terkenai doktrin tersebut. Pada konteks penguatan kelembagaan KLA

doktrin dipandang sebagai sejauh mana nilai-nilai yang ditransformasikan

oleh lembaga Gugus Tugas KLA Kota Serang terkait pemahaman

masyarakat dan dunia usaha untuk pemenuhan hak anak.

Doktrin dalam penguatan kelembagaan KLA secara implisit terdapat

dalam UUD 1945 Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi “setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Sehingga dalam hal ini nilai
108

yang dijunjung dalam pelaksanaan KLA adalah kepentingan terbaik bagi

anak. Indonesia telah memiliki komitmen yang kuat untuk memenuhi hak

anak yang salah satunya menanamkan nilai-nilai kepedulian dan keadilan

untuk pemenuhan hak anak kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Pemerintah Kota Serang dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai,

tujuan dan metode opersional yang mendasari tindakan sosial membuat

Peraturan di daerahnya. Adanya peraturan/ kebijakan di daerah ini juga

menjadi salah satu ketentuan dalam indikator penguatan kelembagaan KLA

yang sudah dipenuhi oleh pemerintah Kota Serang yang sebelumnya juga

telah dibahas pada poin pelaksanaan indikator penguatan kelembagaan.

Lebih lanjut lagi pemerintah Kota Serang mengeluarkan keputusan untuk

membentuk Gugus Tugas KLA sebagai lembaga koordinatif yang memiliki

tanggungjawab mengawal pelaksanaan KLA di Kota Serang. Sesuai

pernyataan Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang

terkait tujuan dibentuknya Gugus Tugas KLA Kota Serang berikut ini:

“Agar mempermudah kita komunikasi dengan OPD yg masuk ke


dalam GT, karena KLA itu berkesinambungan satu sama lain,
seperti dengan Dindik terkait SRA. Makanya tugas GT
menyampaikan informasi juga ke pihak terkait yg termasuk dalam
perwujudan KLA. Kita saling kerjasama.” (Wawancara dengan Ibu
Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor
DP3AKB Kota Serang).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang berikut ini:

“Agar terintegrasi semua tugas dan fungsi masing-masing untuk


menyatukan persepsi dengan tujuan yang sama, yaitu hak anak
semua bisa terpenuhi.” (Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26
109

Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota


Serang).

Berdasarkan wawancara di atas, pembentukan Gugus Tugas KLA

berkaitan dengan pembagian tugas berdasarkan bidangnya. Hal ini

dibenarkan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang,

bahwa:

“Untuk pembagian tugas aja biar memudahkan kita apa yang harus
kita laksanakan”. (Wawancara dengan Ibu Mulyawati, 06 Maret
2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas Kasemen).

Pernyataan tersebut juga sejalan dengan pernyataan Kepala Bagian

Hukum Setda Kota Serang berikut:

“Untuk membantu program kegiatan sesuai tupoksinya. Saya


berkaitan dengan penyusunan prodak hukum, sesuai dengan
bidangnya.” (Wawancara dengan Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret
2019, pukul 13.58 WIB, di kantor Setda Kota Serang).
Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa tujuan dari

dibentuknya lembaga Gugus Tugas KLA selain sebagai salah satu

komitmen dalam menuju KLA juga untuk memudahkan koordinasi dan

pembagian tugas.

Sementara itu Gugus Tugas KLA untuk menyalurkan nilai-nilai,

tujuan dan metode operasional kepada para aktor good governance tidak

hanya melalui peraturan tetapi juga melalui usaha mensosialisasikan

peraturan tersebut. Sesuai pernyataan Kepala Bagian Hukum Setda Kota

Serang berikut:

“Sosialisasi kita hanya untuk aparat saja, kebanyakan hal teknis


pada masyarakat mungkin Bappeda dengan DP3AKB. Terkait dunia
usaha ada Perda CSR, cuma kurang efektif. Karena OPD mungkin
belum paham. Bagiannya ada penanaman modal, bagian ekonomi,
perdaginkop. Yang tau persis di sekretariat, tapi mungkin dari kami
110

dengan keluarnya perda itu perlu disampaikan selain kepada


pemerintah masyarakat termasuk juga dunia usaha.” (Wawancara
dengan Bapak Yudi Suryadi, 8 Maret 2019, pukul 13.58 WIB, di
kantor Setda Kota Serang).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sosialisasi terkait peraturan

yang dilakukan belum mengenai sasaran semua aktor-aktor good

governance. Sosialisasi kepada OPD dan stakeholder telah dilakukan oleh

DP3AKB dan Bappeda secara rutin. Sementara sosialisasi yang ditujukan

kepada masyarakat dan dunia usaha dilakukan oleh pelaksana pemenuhan

hak anak masing-masing klaster. Seperti yang disampaikan oleh Kepala

Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang berikut

ini:

“Kita melakukannya dengan cara kita datang ke masyarakat. Kita


melakukan sosialisasi, mengundang DINKES, DINDIK, Kelurahan
se Kota Serang juga sebanyak 100 orang disitu kami menjelaskan
fungsinya hak sipil terutama untuk anak. Hasilnya ya itu tadi jemput
bola ke 8 Kelurahan.” (Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26
Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota
Serang).

Selain DISDUKCAPIL Kota Serang, Dinas Pendidikan Kota Serang

pun telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui satuan

pendidikan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Seksi Peserta Didik

dan Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang, bahwa:

“Kita punya satuan pendidikan, kita sampaikan kepada kepala


sekolah, guru, dan anak bahwa kota Serang mengembangkan KLA
bahwa Dinas Pendidikan mengembangkan SRA nah dari situ di
sosialisasikan lagi kepada orang tua siswa untuk menyampaikan
program-program pengembangan SRA.” (Wawancara dengan Ibu
Hj. Diah Patriasih, 08 Maret 2019, pukul 08.03 WIB, di Kantor
Dindikbud Kota Serang).
111

Lain halnya dengan dunia usaha, sosialisasi terhadap dunia usaha

belum dilakukan oleh Gugus Tugas KLA Kota Serang. Hal ini dibenarkan

oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang, beliau

mengatakan bahwa:

“Dengan cara sosialisasi, tapi kalau ke dunia usaha sampai saat ini
masih kecil sekali, di Kota Serang CSR sangat2 kecil.”(Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di
kantor DP3AKB Kota Serang).

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang juga

mengatakan belum melibatkan dunia usaha, seperti pernyataan beliau

berikut ini:

“Kami selama ini belum melibatkan swasta karena kan memang


bukan teknis, kalau puskesmasnya sendiri bisa saja.” (Wawancara
dengan Ibu Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di
Puskesmas Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui lebih jelas lagi bahwa

keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak berada pada koordinasi

dengan pelaksana teknis. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Seksi

Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang, bahwa:

“Kalau dunia usaha dengan kemitraan dari sekolah, kalau kita kan
mendorong sekolah sekolah agar bekerjasama atau kemitraan
dengan dunia usaha. CSR sekolah langsung dengan dunia usaha,
karena terkadang CSR bersentuhan langsung dengan objek ke kita
tidak ada tembusan, harusnya ke kepala dinas dulu baru kita tahu,
tapi kita tidak tolak alhamdulillah mangga. Paling kalau kita ke
lapangan ada laporan.” (Wawancara dengan Ibu Hj. Diah Patriasih,
08 Maret 2019, pukul 08.03 WIB, di Kantor Dindikbud Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas dapat diketahui bahwa

keterlibatan dunia usaha memang belum terintegrasi. Sehingga tak heran


112

ketika peneliti menyakan keterlibatan dunia usaha dalam KLA masih minim

dan belum signifikan. Doktrin merupakan variabel yang paling sulit

dipahami, doktrin adalah apa yang diharapkannya untuk dicapai. Dengan

melakukan doktrin diharapkan setiap program yang direncanakan telah

mementingkan yang terbaik bagi anak sehingga sesuai dengan kebutuhan

anak.

Pemerintah Kota Serang telah mementingkan hak anak pada

perencanaan program dengan melibatkan anak pada musrenbang. Ketika

peneliti menanyakan hal tersebut kepada Kepala Seksi Pemenuhan Hak

Anak DP3AKB Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Kita mulai tahun 2018 di setiap musrenbang selalu melibatkan


anak, perwakilan forum anak hadir untuk mengaspirasikan suara
mereka dalam pembangunan Kota Serang, ada juga musrenbang
khusus anak. dalam program dan kegiatan juga dilibatkan
sepenuhnya karena forum juga sebagai pelopor dan pelapor. Tetapi
belum semua sesuai dengan kebutuhan anak karena kita terbentur
dianggaran.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari
2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa program yang ada

di Kota Serang belum secara ideal sesuai dengan kebutuhan anak. Demikian

pula yang diungkapkan oleh Sekretaris LPA Kota Serang berikut:

“Tentu secara ideal belum semua. Tapi arah ke sana tetap ada,
mereka punya semangat yang sama, sehingga kalau maksimal tentu
belum, karena kami paham PR Kota Serang itu banyak banget.”
(Wawancara dengan Bapak Andrian Nirmansah, 12 Maret 2019,
Pukul 13.54 WIB, di McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara di atas dari pandangan lembaga masyarakat

menilai bahwa sudah terlihat upaya untuk mencapai harapan, yaitu nilai-

nilai yang mendasari tindakan yang kemudian terdoktrin kepada setiap


113

perangkat dalam suatu lembaga. Berdasarkan uraian yang terdapat pada

variabel doktrin, terlihat bahwa kebijakan pemerintah Kota Serang dalam

upaya memberikan pemahaman terkait hak anak telah dilakukan dengan

bentuk sosialisasi, namun belum sampai menyentuh pada semua aktor good

governance dan belum terinternalisasi dalam artian baru sampai pada tahap

mengetahui adanya peraturan.

4.4.3 Program

Program dalam konsep pembangunan lembaga menurut Esman

dalam Eaton (1986: 25) merupakan terjemahan dari doktrin ke dalam pola-

pola tindakan yang nyata dan alokasi sumberdaya yang ada di dalam

lembaga maupun yang ada di lingkungan eksternnya. Program merupakan

output dari lembaga tersebut. Lebih luas, program adalah setiap aktifitas

pemerintah yang dirancang untuk mewujudkan kesejahteraan publik melalui

pengelolaan barang dan layanan publik yang memenuhi hak-hak dasar

manusia.

Pemerintah Kota Serang dalam upaya mewujudkan KLA melalui

pemenuhan hak anak memiliki program yang dilakukan oleh masing-masing

OPD dan lembaga yang terlibat di dalam struktur Gugus Tugas KLA.

Program-program tersebut disusun dan dimuat dalam dokumen RAD KLA

(Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak) yang terintegrasi dan terukur serta

dilakukan dalam jangka waktu tertentu. RAD KLA ini menjabarkan dan

mengimplementasikan indikator KLA yang meliputi penguatan

kelembagaan dan lima klaster hak anak. Program yang telah disusun
114

kemudian dilaksanakan dan dilakukan pemantauan. Sesuai pernyataan

Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang, beliau

mengatakan sebagai berikut:

“Alhamdulillah kita selama ini selalu bekerjasama dengan Bappeda


untuk pelaksanaan dan monitoring, kita selalu bekerjasama dengan
baik. Bentuk monitoring kita pengawasan betul atau tidak data yang
ada dengan yang dilapangan itu sama. Kita menekankan kepada
OPD terkait untuk melaksanakan target yang sudah dilampirkan
dalam RAD. Terkadang kita sendiri yang melaksanakan secara
teknisnya padahal kan kita ditunjuk untuk mengkoordinasikan dan
monitoring saja” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari
2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Kemudian pernyataan tersebut dibenarkan oleh Kepala Sub Bidang

Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut:

“Kita ada yang namanya rapat mitra bidang, tiap tahun ada ini
untuk memantau program itu sudah berdasarkan Perwal atau belum,
jangan sampai mubazir lah intinya, kita ingatkan disitu. Jadi
sebelum menyusun benar-benar matang itu kita evaluasi lagi lah
intinya. Nah untuk pelaksanaan kan waktu pembuatan dulu OPD
yang ngisi, itu mereka bikin target terlalu berat makanya yang berat
berat dihapuskan, karena kasian juga gabakal tercapai. Ini aja 2
tahun jalan banyak yang ga tercapai. Target capaian biar ga terlalu
tinggi.”
(Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul
09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa

pemantauan dilakukan secara rutin oleh Gugus Tugas KLA dalam hal ini

Bappeda dengan DP3AKB. Adapun kendala yang dihadapi adalah target

yang telah ditentukan tidak tercapai.

Seperti hal nya program penguatan kelembagaan dalam RAD KLA

Kota Serang menyebutkan adanya program pelibatan dunia usaha dalam

setiap program dan kegiatan pemenuhan hak di Kota Serang yang dilakukan
115

oleh DisperdaginkopUKM Kota Serang, kemudian peneliti menanyakan hal

terkait kepada perangkat daerah tersebut dan mendapatkan jawaban yang

tidak diharapkan. Pihak DisperdaginkopUKM Kota Serang tidak ada yang

mengetahui terkait program tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala

Seksi Pembinaan dan Pengembangan Distribusi DisperdaginkopUKM Kota

Serang berikut:

“Kita bingung dengan data ini darimana siapa yang isi. Ini saya ga
ngerti ini angka yang disini itu apa siapa yang menentukan”
(Wawancara dengan Bapak Latip, 4 Maret 2019, pukul 11.51 WIB,
di Kantor DisperdaginkopUKM Kota Serang).

Wawancara tersebut menunjukkan bahwa DisperdaginkopUKM

Kota Serang selaku perangkat daerah yang terkait dengan program tersebut

malah tidak mengetahui bahkan tidak mengerti ketika peneliti menunjukkan

lapiran matriks Perwal RAD KLA Kota Serang.

Tak cukup sampai disitu kemudian peneliti dialihkan ke bidang

industri dan menemui Kepala Bidang Industri, tetapi yang bersangkutan

juga mengaku belum mengerti terkait tupoksinya dalam kebijakan maupun

program KLA. Beliau hanya pernah menghadiri rapat undangan dari

Bappeda. Kemudian peneliti dialihkan lagi ke bidang UMKM, dimana

bidang UMKM sendiri mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Menurutnya

semenjak bidang UMKM terbentuk pada tahun 2017, data terkait program

dan kegiatan pemenuhan hak anak di Kota Serang belum pernah dihimpun

bidang tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa program pelibatan dunia

usaha dalam pemenuhan hak anak di Kota Serang selama ini belum ada di

DisperdaginkopUKM Kota Serang. Selanjutnya peneliti mencoba meminta


116

data terkait Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

yang berisikan gambaran kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan

kegiatan, dan melihat program perlindungan konsumen yang salah satu

sarannya adalah anak, hal ini dibenarkan oleh Kepala Seksi Pembinaan dan

Pengembangan Distribusi DisperdaginkopUKM Kota Serang, beliau

mengatakan bahwa:

“Kegiatan saya itu ada pengawasan jajanan anak. bidang saya


perdagangan ada kerjasama dengan BPOM mengecek jajanan anak
mmengandung bahan berbahaya atau tidak, ini ke pedagang yang
ada di lingkungan sekolah. Kalau memang ada nah BPOM yang
berwenanag menarik produk kalau kita sifatnya pembinaan. Kita
telusuri pedagang membeli produknya dari mana terus kasih surat
ke pedagang itu tidak boleh jualan barang itu lagi. Ini kan masuknya
ke perlindungan konsumen, tapi item kegiatannya itu pengawasan
jajanan anak.” (Wawancara dengan Bapak Latip, 4 Maret 2019,
pukul 11.51 WIB, di Kantor DisperdaginkopUKM Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas, program yang dilaksanakan

oleh DisperdaginkopUKM Kota Serang bukanlah program yang tertera

dalam RAD KLA, tetapi mendukung dalam pelaksanaan KLA dengan

melindungi hak anak sebagai konsumen.

Sebuah program harus dibuat atas dasar kebutuhan masyarakat,

dalam penelitian ini kaitannya dengan anak yaitu merujuk pada hak-hak

anak yang harus dipenuhi. Satu diantaranya adalah program yang dilakukan

oleh Disdukcapil Kota Serang dalam rangka pemenuhan dokumen identitas

anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang, bahwa:

“Sekarang program kita sedang jemput bola ke beberapa


Kelurahan, bertahap karena dalam bentuk kegiatan, tahap pertama
kita baru 8 Kelurahan ya. Ini teman-teman kita yang sedang
117

mengerjakan. Dokumen datang langsung cetak langsung jadi.


Terintegrasi, buat 3 dokumen dalam satu waktu, akta kelahiran
terbit, KK berubah, dan KIAnya dapat.” (Wawancara dengan Bapak
H. Syafaat, 26 Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di kantor
DISDUKCAPIL Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa pemenuhan

hak sipil anak oleh Pemerintah Kota Serang dilakukan melalui pelayanan

akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak dengan sistem jemput bola selain

pelayanan yang dilasanakan di kantor. Selain melakukan jemput bola,

pemerintah Kota Serang juga melibatkan forum anak dalam percepatan

kepemilikan identitas anak. Seperti yang disampaikan oleh Ketua forum

anak Kota Serang berikut ini:

“Terlibat dalam percepatan kepemilikan identitas anak, kita dapat


undangan dari Bappeda.” (Wawancara dengan Rosmiati, 13 Maret
2019, pukul 14.17 WIB, di Kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa dalam

pelaksanaan program pemenuhan identitas anak Kota Serang telah

melibatkan masyarakat dari sisi anak-anak yang tergabung dalam forum

anak Kota Serang, karena forum anak Kota Serang sendiri tergabung ke

dalam struktur Gugus Tugas KLA pada klaster hak sipil dan kebebasan.

Disamping keterlibatan forum anak, DISDUKCAPIL Kota Serang

juga telah bekerjasama dengan dunia usaha dalam percepatan kepemilikan

KIA. Seperti pernyataan dari Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil

DISDUKCAPIL Kota Serang berikut ini:

“Pihak dunia usaha ada yang pemerhati layak anak, mereka juga
kami libatkan. Salah satunya rumah sakit swasta. Kita juga dalam
pembuatan KIA ada perjanjian kerjasama, itu ada kebijakan atau
perjanjian kerja bersama agar anak dapat fasilitas ketika anak itu
118

punya KIA datang dia ke KFC dan MCD itu akan dapat potongan
harga. Kalau pendanaan memang belum ada kita hanya
mengandalkan APBD.” (Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26
Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa keterlibatan dunia

usaha dalam program identitas anak khususnya KIA sudah cukup

mendukung, hanya saja dalam segi pendanaan belum ada. Kemudian

peneliti mengkonfirmasi hal tersebut kepada pihak KFC dengan melakukan

wawancara kepada Restaurant General Managerial PT. Fastfood Indonesia, Tbk

KFC Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Kita ada paketnya yang khusus menggunakan KIA jadi memang


beda harganya lebih murah. Bukan diskon tapi memang paket hemat
khusus untuk KIA.” (Wawancara dengan Ibu Meliana, 15 Maret
2019, pukul 10.58 WIB, di KFC Ramayana Serang).

Melalui pelibatan anak dan dunia usaha tersebut, Kota Serang

mengalami kenaikan jumlah anak yang memiliki akta kelahiran dari tahun

2017 sampai tahun 2018. Berikut ini adalah data jumlah anak yang memiliki

akta kelahiran.

Tabel 4.7 Jumlah Anak yang Memiliki Akta Kelahiran Tahun 2017 dan
2018 di Kota Serang
Jumlah Anak Belum
Anak Memiliki Akta
No Tahun Anak Memiliki Akta
0-18 Jumlah % Jumlah %
2017 209.265 133.176 63,64 76.089 36,36
1
2 2018 209.272 162.604 77,70 46.668 22,30
(Sumber: Disdukcapil Kota Serang, 2018)

Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa Kota Serang mengalami

kenaikan 14% jumlah anak yang memiliki akta kelahiran. Namun angka

tersebut masih di bawah rata-rata nasional, yaitu sebesar 80%.


119

Program lainnya yang juga dilaksanakan pemerintah Kota Serang

dalam pemenuhan hak anak yaitu kaitannya dengan kesehatan. Program

kesehatan anak salah satu tujuannya adalah menurunnya AKB (Angka

Kematian Bayi) yang juga ada dalam RAD KLA Kota Serang. AKB di Kota

Serang saat ini tidak mengalami kenaikan maupun penurunan, sebagaimana

pernyataan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang bahwa:

“AKB stagnan di angka tersebut, tidak naik dan tidak


turun..”(Wawancara dengan Ibu Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul
10.02 WIB, di Puskesmas Kasemen).

Jumlah kematian bayi di Kota Serang berdasarkan tercantum dalam

tabel berikut.

Tabel 4.8 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kecamatan dan Jenis


Kelamin di Kota Serang
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Neonatal Bayi Neonatal Bayi
1 Cipocok Jaya 1 0 1 0 2
2 Curug 1 0 0 0 1
3 Kasemen 5 1 4 0 10
4 Serang 3 0 2 0 5
5 Taktakan 1 0 1 1 3
6 Walantaka 0 0 0 0 0
Jumlah 11 1 8 1 21
(Sumber; Dinas Kesehatan Kota Serang, 2019)

Tabel 4.8 di atas terdapat 21 kasus kematian bayi, 19 kasus tersebut

pada bayi baru lahir atau neonatal yakni bayi usia 0-28 hari. Jumlah

kematian yang dilaporkan berasal dari puskesmas dan jaringannya, termasuk

dari masyarakat (kader atau dukun bayi) tetapi tidak termasuk dari Rumah

Sakit dan sarana kesehatan swasta lainnya. Jumlah kematian bayi di Kota

Serang pada tahun 2018 sebesar 21 kasus dari 13.136 kelahiran hidup. Bila

di hitung dengan formula Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup,
120

Angka Kematian Bayi di Kota Serang adalah sebesar 2/1000 kelahiran

hidup. Angka tersebut jauh melewati target MDG’s (23 kematian bayi per

1000 kelahiran bayi hidup) pada tahun 2015.

Angka Kematian Bayi tersebut di Kota Serang terbilang sangat kecil.

Hal tersebut tak lepas dari program yang dilakukan oleh pemerintah Kota

Serang yang juga ada dalam RAD KLA Kota Serang, program tersebut

diantaranya seperti yang diucapkan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga

Dinkes Kota Serang bahwa:

“Program kesehatan anak itu didalamnya ada Survey Deteksi dan


Intervensi Tumbuh Kembang Anak dumulai dari 0-5 Tahun
dilaksanakan di Posyandu, bidan Desa kami melaksanakan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang bekerjasama juga dengan PAUD di wilayah
Posyandu tersebut. Ada juga program Manajemen Terpadu Bayi
Sakit. Setiap Puskesmas ada pemegang programnya untuk MTBS.
DDTK itu masuk ke program MTBS, kalau MTBS kan yang sakit
kalau DDTK untuk yang pencegahan. Jadi kita kan ada yang
namanya pertumbuhan dan perkembangan. DDTK kita mencoba
untuk gimana caranya agar perkembangan juga terpantau. Untuk
puskesmas Ramah Anak kami sudah ada 3 puskesmas dari 16 yang
ada, yaitu Puskesmas Kalodran, Puskesmas Ciracas, dan Puskesmas
Unyur, walaupun mungkin secara kriteria yang ada dalam
peraturannya (SK Kepala Dinas) belum memenuhi karena memang
kriteria kan banyak. Tapi 3 puskesmas tersebut setidaknya punya
sarana dulu deh. Untuk cakupan, capaian program dan lainnya itu
nanti kita akan bina lagi kedepannya.” (Wawancara dengan Ibu
Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas
Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa selain program

untuk menurunkan AKB di Kota Serang, terdapat juga program penyediaan

sarana dan prasarana kesehatan yang ramah anak melalui Puskesmas Ramah

Anak. Penetapan puskesmas ramah anak di Kota Serang dipertegas dan

dijelaskan dengan adanya peraturan berupa Surat Keputusan Kepala Dinas


121

Kesehatan Kota Serang Nomor 800/114038/Dinkes tentang Penetapan

Puskesmas dan Rumah Sakit Ramah Anak.

Sementara program lainnya di bidang kesehatan adalah yang

berkaitan dengan gizi pada balita. Penderita gizi buruk kebanyakan adalah

anak-anak. Berkaitan dengan hal tersebut orang tua lah yang berperan dalam

pemenuhan gizi pada anak. Penyebab anak mengalami gizi buruk berkaitan

dengan tingkat ekonomi, kebersihan lingkungan, pola pikir dan perilaku

orang tua pun dapat menjadi penyebab seorang anak tidak terpenuhi gizinya.

Jumlah balita gizi buruk di Kota Serang terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Jumlah Balita Gizi buruk, Stunting, dan Wasting di Kota
Serang berdasarkan Kecamatan Tahun 2018
Status Gizi Status Gizi BB/TB
Status Gizi
TB/U (Sangat (Sangat
No Kecamatan BB/U (Buruk)
Pendek/stunting) Kurus/wasting)
L P L P L P
1 Cipocok Jaya 8 13 3 5 2 0
2 Curug 90 95 79 83 7 1
3 Kasemen 113 93 282 241 12 13
4 Serang 142 134 131 118 8 4
5 Taktakan 16 17 8 11 6 3
6 Walantaka 31 32 32 34 3 3
Jumlah 400 384 535 492 38 24
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang, 2019)

Tabel 4.9 di atas diketahui bahwa penilaian status gizi di Kota

Serang dilakukan berdasarkan pengukuran tubuh (antropometri). Data di

atas menunjukkan bahwa masih banyak balita yang status gizinya buruk.

Dari balita yang ditimbang sebanyak 46.950 balita di Kota Serang terdapat

62 balita gizi buruk, yaitu yang tergolong sangat kurus dan paling banyak di

Kecamatan Kasemen. Sehingga Kecamatan Kasemen rutin mengadakan

kegiatan dala mengurangi gizi buruk, hal ini sesuai dengan yang diutarakan
122

oleh Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Kasemen

berikut:

“Itu melalui kader-kader dari kelurahan ada, jadi kecamatan


arahan terhadap kader, kader langsung terhadap masyarakat, jadi
kita ini memang rutin tiap tahun dengan mengerakan kader-kader
posyandu.”(Wawancara dengan Bapak Aji Kurnianto, 14 Maret
2019, pukul 10.14 WIB, di Kantor Kecamatan Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut, pemerintah Kota Serang telah

melibatkan masyarakat untuk program penurunan gizi buruk, melalui

Kecamatan dengan posyandu beserta kader-kadernya dan UPT Puskesmas.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Kasi Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Kecamatan Taktakan bahwa:

“Kegiatan sadar gizi memang waktu itu di Kecamatan kita


laksanakan dengan bikin pos Gizi dan ini sekarang dikembalikan
lagi ke puskesmas wewenangnya.” (Wawancara dengan Ibu Herlis
Indriani, 4 Maret 2019, pukul 12.51 WIB, di Kantor Kecamatan
Taktakan).

Selain itu, program pemenuhan hak anak lainnya juga terdapat pada

bidang pendidikan, yaitu dengan adanya fasilitas Sekolah Ramah Anak.

Adapun jumlah sekolah yang disiapkan menuju Sekolah Ramah Anak

berjumlah 33 sekolah di Kota Serang jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama. Sesuai dengan pernyataan Kepala Seksi Peserta Didik

dan Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang, beliau mengatakan

bahwa:

“Dalam SK ada 32 sekolah pilot project sebagai awal, tapi nanti


kita merujuk ke semua di Kota Serang ada 252 sekolah negeri dan
swasta. 32 itu sudah mendekati sekolah ramah anak, belum 100%,
karena memang kalau untuk SRA harus mengikuti aturan semua,
yang kita lakukan dalam SRA selain kita pengembangan pendidikan
123

karakter kita mengembangkan juga sekolah hijau dan bersih


termasuk pemilahan sampah organik dan non organik, zona aman
untuk anak, itu contoh konkritnya.” (Wawancara dengan Ibu Hj.
Diah Patriasih, 08 Maret 2019, pukul 08.03 WIB, di Kantor
Dindikbud Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, pelaksanaan Sekolah Ramah Anak

oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang harus dilihat dari

berbagai sisi, baik fisik maupun non fisik terkait pemenuhan hak anak di

lingkungan sekolah. Berikut ini daftar sekolah ramah anak jenjang Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah Pertama tahun 2018 di Kota Serang yang

termasuk dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Serang.

Tabel 4.10 Daftar Sekolah Ramah Anak Jenjang SD dan SMP Kota
Serang Tahun 2018
No Kecamatan SD SMP Jumlah
1 Cipocok Jaya 4 1 5
2 Serang 11 2 13
3 Taktakan 4 2 6
4 Kasemen 3 - 3
5 Walantaka 2 1 3
6 Curug 1 1 2
Jumlah 25 7 32
(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang, 2019)

Tabel 4.10 di atas sebanyak 32 sekolah tersebut belum ada satupun

yang benar-benar memenuhi sekolah ramah anak. Sementara itu, program

wajib belajar 12 tahun di Kota Serang juga sudah dilaksanakan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Seksi Peserta Didik dan

Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang berikut:

“Sudah kita laksanakan, karena sekarang program Dindik tidak ada


anak putus sekolah, tapi kita sampai kelas 9 karena dindik
mengelola PAUD SD SMP kalau SMA SMK ke provinsi. Sekarang
anak putus sekolah sudah tidak ada di Kota Serang, karena kita
sudah sangat sosialisasi. Apapun yang berkaitan dengan pendidikan
124

ibu dukung, karena ibu ingin anak-anak kota Serng maju”


(Wawancara dengan Ibu Hj. Diah Patriasih, 08 Maret 2019, pukul
08.03 WIB, di Kantor Dindikbud Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa di Kota Serang

sudah tidak ada anak yang putus sekolah yang artinya Angka Partisipasi

Murni di Kota Serang sebesar 100%. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Serang hanya menjalankan progra untuk sekolah jenjang SD dan SMP,

karena jenjang SMA maupun SMK dibawah tanggungjawab Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten.

Data presentase wajib belajar 12 tahun tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11 Partisipasi Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Serang Tahun


2017
Aangka Angka Angka Angka
Partisipasi Partisipasi Partisipasi Putus
Jenjang
Murni Kasar Sekolah Sekolah
(APM) (APK) (APS) (APtS)
SD (7-12 tahun) 97,55 125,53 117,01 0,2

SMP (13-15 tahun) 80,98 103,98 82,66 0,05

SMA (16-18 tahun) 60,02 88,80 77,75 -

Rata-rata 79,52 106,1 92,47

(Sumber: Profil Gender dan Anak Kota Serang, 2018)

Tabel 4.11 di atas terlihat bahwa tingginya rata-rata APM, APK dan

APS di Kota Serang pada pendidikan 12 tahun di Kota Serang pada tahun

2017 menunjukkan tingginya partisipasi wajib belajar 12 tahun di Kota

Serang. Namun berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil wawancara

dengan Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Kasemen

ketika mengkonfirmasi terkait anak putus sekolah beliau mengatakan

bahwa:
125

“Justru paling banyak di Kasemen putus sekolah.”(Wawancara


dengan Bapak Aji Kurnianto, 14 Maret 2019, pukul 10.14 WIB, di
Kantor Kecamatan Kasemen).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua forum anak Kota

Serang bahwa:

“Di Kota Serang masih banyak anak putus sekolah, salah satu suara
yang kita bacain juga mohon untuk menyekolahkan kembali anak-
anak yang putus sekolah. Jawaban mereka emang gaada lagi tapi
faktanya masih banyak banget. Bahkan kalau ke Kasemen yang
dibilangnya zona merah masih banyak anak-anak yang seharusnya
belajar malah gak sekolah.” (Wawancara dengan Rosmiati, 13
Maret 2019, pukul 14.17 WIB, di Kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa tidak ada kecocokan

data pernyataan dan data dilapangan maupun data yang dikeluarkan oleh

pemerintah Kota Serang. Selain akses dan pelayanan pendidikan yang

ramah anak, program pemenuhan hak anak lainnya juga menyediakan

fasilitas untuk mengembangkan minat bakat anak, memanfaatkan waktu

luang serta menjadi media ekspresi yang berada di luar sekolah. Terdapat

fasilitas kreatif dan rekreatif di Kota Serang yang dikelola oleh masyarakat,

yaitu Taman Kreatif Pipitan yang berada di Kelurahan Pipitan Kecamatan

Walantaka. Hal tersebut dibenarkan oleh Lurah Pipitan yang mengatakan

bahwa:

“Di sini salah satu Kelurahan yang memperhatikan layak anak. di


sini kita punya taman bermain, taman kreasi, itu salah satu tempat
yang disenangi anak untuk bermain. Satu sisi ada kursus dan
memang ini pilot project di Kota Serang. Taman ini berdiri di tanah
Desa sekarang menjadi aset Kota artinya tanah pemerintah yang
dikelola oleh pemuda dan masyarakat kita bersama-sama
menciptakan sesuatu hal yang positif, tadinya ini tempat sampah
sekarang banyak kegiatan yang dilaksanakan di taman kreatif.”
(Wawancara dengan Oewien Kurniawan, 8 Maret 2019, pukul 09.33
WIB, di Kantor Kelurahan Pipitan).
126

Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti kemudian mengkonfirmasi

kepada pengurus Taman Kreatif Pipitan yang juga sebagai pendamping

forum anak Kelurahan Pipitan. Tujuan taman tersebut dibuat adalah sebagai

wadah untuk anak-anak dan masyarakat setempat. Sebagaimana pernyataan

pendamping forum anak Kelurahan Pipitan berikut:

“Kebetulan ini ide sendiri aja. Berawal dari pengalaman sendiri,


dulu tempat anak bermain dan berkreasi sekaligus belajar yang
gratis dan murah meriah kan jarang,. Maka dari itu saya berfikir
suatu saat saya bisa mendirikan suatu wadah untuk masyarakat, itu
aja sih simpelnya. Untuk wadah anak-anak, remaja, pemuda dan
masyarakat yang mau belajar bidang seni buat kerajinan dan
sebagainya jadi gak bingung kemana karena ada wadahnya.”
(Wawancara dengan Kang Akhyadi, 26 Februari 2019, pukul 15.04
WIB, di Rumah Kreatif Pipitan).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa adanya taman

kreatif di Pipitan untuk menampung kegiatan-kegiatan positif anak dan

masyarakat. Sementara program pemenuhan hak yang berkaitan dengan

perlindungan anak di Kota Serang dilakukan dengan membentuk P2TP2A

(Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) dengan

tujuan untuk meningkatkan cakupan layanan bagi Anak yang Membutuhkan

Perlindungan Khusus (AMPK). Kepengurusan P2TP2A dipertegas dengan

keputusan Walikota Serang Nomor 404/Kep.375-Huk/2017 tentang

Pembentukan Pengurus P2TP2A Kota Serang Tahun 2017-2022. Layanan

AMPK oleh P2TP2A dilakukan melalui pemberian konseling dan

pendampingan hukum serta memfasilitasi rumah aman untuk sementara di

daerah Cikepuh untuk menampung eks korban seperti pernyataan Kasi

Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang berikut:


127

“Rumah aman di Cikepuh. Rumah aman itu adalah tempat


menampung eks korban sebenarnya itu punya P2TP2A.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul
10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

P2TP2A dalam menangani kasus juga bersama-sama melibatkan

unsur masyarakat selain PKK, yaitu LPA Kota Serang. Seperti yang

dikatakan oleh Sekretaris LPA Kota Serang berikut:

“Baru pertengahan 2018 kami cukup dekat dengan DP3AKB dan


P2TP2A, kami memberikan masukan kemudian bersama sama
menyelesaikan kasus dan sosialisasi.” (Wawancara dengan Bapak
Andrian Nirmansah, 12 Maret 2019, Pukul 13.54 WIB, di
McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa LPA sebagai

perwakilan dari masyarakat memberikan masukan terhadap program yang

dilaksanakan. Masukan dari masyarakat diperlukan agar program yang

disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sebagai sasaran dari program.

Lain daripada itu LPA Kota Serang juga memiliki kegiatan sendiri

disamping mendampingi pemerintah. Kegiatan tersebut diantaranya untuk

ditujukan untuk orang tua dan anak-anak. Sebagaimana penjelasan dari

Sekretaris LPA Kota Serang berikut ini:

“Sejauh ini kami kami mencoba mengadvokasi kasus dan sosialisasi,


kampanye kekerasan. Kami juga ada semacam kampanye
perlindungan anak dan itu dikemas dalam bentuk perlombaan
slogan perlindungan anak. Itu masuk ke dalam lomba LKBB. LKBB
se Provinsi Banten SMP kurang lebih 1000 orang peserta. Kami
adakan lomba itu menjadi salah satu bentuk kampanye yang bisa
kami lakukan. Inovasi selain sosialisasi terhadap masyarakat. Untuk
orang tua yang pertama kami beberapa kali mengisi acara parenting
atas nama LPA, yang kedua kami bekerja sama juga dengan
DP3AKB terkait sosialisasi PATBM. Nah PATBM itu kan
sasarannya orang tua, nah disitu kami mengisi sebagai narasumber
atau pemateri. Satu tahun terakhir ini sih 5 sampai 6 kali. Bahkan
pernah kita datang di kegiatan tingkat RW. Jadi ada kegiatan khusus
128

ibu-ibu masuk di dalamnya kegiatan PATBM, mereka arisan tapi


arisannya diisi dengan itu.” (Wawancara dengan Bapak Andrian
Nirmansah, 12 Maret 2019, Pukul 13.54 WIB, di McDonald’s Kota
Serang).

Berdasarkan hasil wawancara tersebur menunjukan bahwa LPA Kota

Serang bersama-sama melibatkan anak dan masyarakat dalam kegiatan

edukatif yang diadakan sebagai bentuk inovasi dari hanya sekedar

sosialisasi. Berkaitan dengan program pemenuhan hak anak maka

pemerintah Kota Serang juga telah melibatkan anak dalam penyusunan

maupun pelaksanaan programnya. Seperti pernyataan dari pendamping

forum anak Kelurahan Pipitan berikut ini:

“Sering diundang dalam musrenbang, kan ada musrenbang anak


tingkat Kota itu kita diminta perwakilan dua orang dan pendamping
1 orang. Kegiatannya juga sering diundang, semacam PATBM,
pameran, musrenbang, sering sih ya.” (Wawancara dengan Kang
Akhyadi, 26 Februari 2019, pukul 15.04 WIB, di Rumah Kreatif
Pipitan).

Partisipasi anak di Kota Serang selain memberikan masukan dengan

menyampaikan suara anak dalam musrenbang dan musrenbang anak juga

dilibatkan dalam setiap kegiatan yang menyangkut anak. Seperti pernyataan

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang berikut:

“Bagus karena kan ada forum anak. kami libatkan dalam setiap
kegiatan yang menyangkut anak.” (Wawancara dengan Ibu
Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas
Kasemen).

Partisipasi anak melalui forum anak tersebut juga ditambahkan oleh

Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang yang

mengatakan bahwa:
129

“Sudah bagus hanya ya belum total. Ada musrenbang anak tingkat


Kota Serang. Ada rencana tindak lanjut dan salah satunya ada
kegiatan dari tugas forum anak yang tidak kaitan dengan anggaran.
Ada kampanye bersepeda ke sekolah, kampanye akta kalahiran,
kampanye ASI, nah itu kita programkan 2020 karena di Perwalnya
ada. Di bencana juga meraka selalu aktif.” (Wawancara dengan
Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor
Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas terlihat bahwa partisipasi

anak di Kota Serang sudah cukup bagus namun belum maksimal, sehingga

perlu ada pembekalan untuk anak itu sendiri, sebagaimana yang diutarakan

oleh Kasi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang, bahwa:

“Belum maksimal, tapi selain yang tadi disebutkan kita akan


memberikan keterampilan kepada setiap forum anak agar mereka
bisa menambah manfaat untuk dirinya maupun sekitar, sehingga kita
harapkan forum anak dapat terbentuk di setiap kelurahan sehingga
Kelurahan Layak Anak akan terwujud.” (Wawancara dengan Ibu Ati
Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB
Kota Serang).

Demikian pula dengan kesesuaian program yang dilaksanakan

dengan kebutuhan anak yang belum maksimal. Sebagaimana yang dikatakan

oleh Kasi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang, bahwa:

“Belum semua, karena kita terbentur dianggaran. Sebetulnya


kebutuhan anak itu banyak sekali, ketika saya konsultasi ke
inspektorat bahwa kebutuhan anak itu harus dibedakan berdasarkan
usia, tidak bisa disama ratakan. Maka ketika mengadakan kegiatan
kita tidak bisa sekali saja dengan menyatukan semua anak, kita
terbentur di anggaran. Kedepannya juga forum anak akan diberi
kemahiran jadi bukan hanya berkumpul melainkan ada keterampilan
untuk anak.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari
2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut disebutkan juga rencana untuk

memberi keterampilan kepada anak-anak yang tergabung dalam forum anak

agar lebih terorganisir. Hal demikian dapat menumbuhkan antusias dari


130

anak sebagai bentuk kepuasan atas program yang telah dilakukan. Seperti

perkataan Kasi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang berikut ini:

“Alhamdulillah anak antusias sekali, ketika kemarin kita bentuk


kelurahan ramah anak di kel taktakan, forum anak kita bentuk sudah
mulai mengikutsertakan anak SD yang usianya 11-12 tahun, anak2
sangat antusias untuk tahu apa itu forum anak, kegiatan dan
informasi apa saja didalamnya mereka sangat menyambut sekali,
ketika musrenbang pun mereka sekarang sudah bisa menyuarakan
suara mereka sendiri tanpa ada suara orang dewasa, mungkin
kedepannya semakin di fasilitasi akan semakin baik.” (Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di
kantor DP3AKB Kota Serang).

Pelaksanaan secara merata juga merupakan hal yang diperhatikan

dalam keberhasilan suatu program. Kendati demikian hal tersebut belum

terlaksana secara merata di Kota Serang karena belum semua Kelurahan

memiliki forum anak. Sebagaimana pernyataan Kasi Pemenuhan Hak Anak

DP3AKB Kota Serang:

“Dalam pelaksanaan belum secara merata karena program


dilaksanakan di tempat yang ada forum anaknya dulu sebab belum
semua daerah ada forum anaknya karena agak sulit ketika kita beri
informasi.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019,
pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan uraian di atas pada variabel program secara umum

pelaksanaan program pemerintah Kota Serang telah mengarah pada

pemenuhan hak anak yang sesuai dengan RAD KLA Kota Serang yang

telah dibuat. Selain itu pelaksanaan program pemenuhan hak anak di Kota

Serang juga telah berupaya melibatkan aktor-aktor good governance yang

satu sama lain saling mendukung meskipun perannya belum sama-sama

dominan sehingga masih terdapat hambatan. Hambatan tersebut bisa


131

menyebabkan target yang sudah ditentukan tidak tercapai dan pelaksanaan

program yang belum merata.

4.4.4 Sumber-sumberdaya

Sumberdaya dalam penelitian ini berupa masukan keuangan, fisik,

manusia, teknologi serta potensi yang dibutuhkan oleh lembaga dalam

menjalankan aktifitasnya. Pada umumnya yang dituding menjadi kendala

dalam pelaksanaan program adalah keterbatasan kualitas dan kuantitas

sumberdaya. Sumberdaya yang paling penting bagi organisasi adalah

manusia atau stafnya karena manusia dapat dikembangkan keterampilan dan

pengetahuan serta komitmen yang harus ada pada manusia tersebut agar

menghasilkan kerja yang efektif. Pengembangan dan pemeliharaan suatu

komitmen dalam diri stafnya adalah suatu fungsi yang terus-menerus dari

kepemimpinan melalui penyebaran doktrin. Demikian pula informasi dari

lingkungan eksternnya berupa potensi dan tentang teknologi yang harus

dimanfaatkan. Masukan keuangan juga sangat diperlukan untuk membiayai

fasilitas maupun kegiatan yang berlangsung.

Pada konteks penguatan kelembagaan KLA, kebutuhan sumber-

sumberdaya untuk memenuhi kegiatan operasional lembaga sudah diatur

dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator

Kabupaten/Kota Layak Anak pasal 6 ayat b dan d yang berbunyi:

“b. Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk


anggaran untuk penguatan kelembagaan;
132

d. Tersedia sumberdaya manusia (SDM) terlatih KHA dan mampu


menerapkan hak anak ke dalam kebijakan, progra dan kegiatan.”

Pemerintah Kota Serang dalam upaya memenuhi sumberdaya berupa

masukan keuangan telah menganggarkan melalui APBD Kota Serang. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang ketika peneliti menanyakan sumber

anggaran untuk KLA, beliau mengatakan bahwa:

“Kita dari APBD tidak ada dari yang lain.” (Wawancara dengan
Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor
Bappeda Kota Serang).

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak

Anak DP3AKB Kota Serang:

“Kita hanya dari APBD Kota Serang. Yang menganggarkan dinas


masing-masing. Kalo DP3AKB kelembagaan dan sosialisasi, kalau
untuk fasilitas kita kerjasama dengan OPD terkait.” (Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di
kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara di atas terlihat bahwa masukan sumberdaya

keuangan untuk KLA di Kota Serang dianggarkan oleh perangkat daerah

terkait yang menjalankan program pemenuhan hak anak. Sementara sumber

masukan belum dibantu oleh sumber lain baik dari dunia usaha maupun

masyarakat sendiri. Sesuai dengan pernyataan Kepala Seksi Pemenuhan

Hak Anak DP3AKB Kota Serang berikut ini:

“Sejauh ini sih tidak ada, kita hanya APBD, untuk proposal tapi di
tingakat kecamatan dan kelurahan saya pernah menyarankan
pengajuan ke pabrik pabrik terdekat di sekitar wilayahnya.
Pengajuan tidak harus selalu mengharapkan uang nya deh, minta
fasilitas tempat atau alat, kalau seperti itu saya pikir siapa sih yang
gak ngasih, karena kan mindsetnya juga belum begitu mementingkan
masyarakat ya. Paling kita bekerjasama dengan LPA Kota dan
133

Provinsi, anggaran LPA juga masih dari individu, kemarin LPA


mengajukan dana hibah ke pemkot tapi belum dapat sampai saat ini.
MOU dengan dunia usaha kita belum ada.” (Wawancara dengan Ibu
Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor
DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut sumberdaya keuangan dibutuhkan

masukan dari sumber lain karena ketersediaan anggaran menjadi kendala

dalam pemenuhan hak anak sesuai kebutuhan dan kendala dalam fasilitasi

pelatihan untuk SDM pelaksana KLA di Kota Serang. Seperti yang

disampaikan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota

Serang terkait progrm pemenuhan hak anak sesuai kebutuhan, bahwa:

“Belum semua sesuai dengan kebutuhan anak karena kita terbentur


dianggaran.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari
2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Kendati pun demikian terkait besaran atau presentase anggaran yang

dikeluarkan dari APBD Kota Serang tidak diketahui pasti. Sebagaimana

pernyataan Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang berikut ini:

“Kita belum hitung ya, itupun kalau kita minta ke OPD mereka
belum paham, jadi selama ini yang ngitung dari kita. Jadi kita lihat
semua anggaran OPD yang terkait kita masukan. Jadi belum di
akumulasi sih Cuma kalau dilihat lumayan banyak, kan gak hanya
berbunyi anak, seperti pembangunan jalan kan gaada anaknya.”
(Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul
09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa sumberdaya

manusia pun belum seluruhnya memahami kebijakan KLA khususnya

dalam kaitannya dengan penganggaran. Padahal pemerintah Kota Serang

dalam menyiapkan sumberdaya manusia terlatih telah mengadakan


134

sosialisasi dan pelatihan terkait KHA. Hanya saja belum semua

mendapatkan pelatihan dan sosialisasi karena terkendala anggaran, seperti

yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota

Serang:

“Belum karena terkendala anggaran bukan kegiatan, untuk


mengadakan sosialisasi fasilitasi PUHA juga kita fasilitator belum
cukup ya anggarannya, karena memang kita yang pertama itu
anggaran.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019,
pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Hal ini juga ditambahkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Pelatihan PUHA belum semuanya tapi sebagian sudah. Yang


sifatnya pelayanan kita sudah undang, baru pertama kali jadi belum
semua karena anggaran. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan kita
lakukan melalui pertemuan dan salah satunya pelatihan terkait KHA
itu. Harusnya PUHA tiap tahun tapi sekarang penanggungjawab
programnya bukan di kita, kalau di kita pasti diadain lagi.”
(Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul
09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa terdapat kendala

lainnya dalam pengadaan pelatihan KHA untuk SDM yang melaksanakan

KLA, yaitu pergantian penanggungjawab yang seringkali terjadi pada

struktur pemerintahan. Fasilitasi pelatihan dan sosialisasi sangat diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar doktrin

melekat dalam pemahaman yang kemudian terwujud dalam kota yang layak

untuk anak. Kurangnya pemahaman terhadap sumber daya juga menjadi

hambatan dalam melaksanakan KLA di Kota Serang. Seperti pernyataan

Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang, bahwa:


135

“Kita sudah mengundang OPD sebagai Gugus Tugas tapi masih ada
yang belum paham, anggapan yang belum paham ini KLA itu
program baru. Padahal kan enggak, jadi beberapa OPD kurang ada
dukungan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa masih terdapat sumber daya

yang belum memiliki pemahaman akan KLA itu sendiri. Terkadang

sosialisasi ataupun pertemuan yang dilakukan tidak mengenai sasaran secara

langsung, sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut:

“Cuma yang jadi masalah itu ketika kita undang itu selalu beda
beda orangnya, jadi pemahamannya beda-beda. Kemarin yang
sudah paham ternyata yang datang lagi yang baru lagi nah jadi
terhambat. Susahnya mungkin mereka tidak mentransfer infonya jadi
hanya disimpan aja jadi kadang-kadang programnya gak nyambung.
Gugus Tugas kan disitu langsung kepala OPD bunyinya jadi kita
kirim undangan ke Kepala, Kepala menugaskannya paling ke yang
gaada kerjaan waktu itu, harusnya kan ke kasi yang menanganinya
ya jadi lebih nyambung.” (Wawancara dengan Bapak Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukan bahwa ketika

perwakilan dari perangkat daerah yang ditunjuk seringkali tidak konsisten

dalam menghadiri pertemuan, akibatnya informasi dan nilai-nilai yang

ditransformasikan tidak sampai pada sasaran secara langsung, sehingga

perlu penunjukan lebih inti langsung kepada pelaksana program.

Bila dilihat dari komposisi sumberdaya manusia pelaksana program

pemenuhan hak anak melibatkan semua unsur, mulai dari lembaga

pemerintah, lembaga masyarakat pemerhati anak, dunia usaha, forum anak

dan lembaga lain yang relevan. Sumber daya yang melaksanakan juga
136

berkompeten di bidangnya, hal ini tergambar pada Gugus Tugas KLA Kota

Serang dan RAD Kota Serang yang dibentuk berdasarkan tugas pokok dan

fungsi masing-masing. Secara struktur Gugus Tugas tersebut sudah

memenuhi lima klaster hak anak namun belum semua sesuai kebutuhan.

Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan

Bappeda Kota Serang:

“Tahun ini mungkin akan direvisi lagi SK nya. Sekarang kan hanya
kepala OPD yang disebut mungkin nanti akan langsung ke teknisnya
disebutkan juga Kasi yang menangani. Ketika ada tugas pun kita
langsung bisa nunjuk, kemarin kan masih rancu nah nanti kita ingin
sebutkan. Mudah-mudahan sih setiap OPD bekerja sesuai
tupoksinya, fokus ke programnya kita siap mendampingi dan
mungkin terkait data perlu juga didukung. Secara struktur sudah
memenuhi lima klaster tapi belum sesuai dengan kebutuhan.
Makanya kita memasukan yang benar-banar terlibat dan mengarah
langsung. Untuk penguatan kelambagaan secara khusus sih kita
gaada ya, belum ada rencana juga karena dari pusat pun belum
mengarah kesitu. Penting sih hanya non urusan jadi tidak langsung
ke pelayanan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa sumberdaya

manusia dalam Gugus Tugas KLA saat ini masih diperlukan untuk

menambahkan anggota karena yang tertera saat ini belum mencakup sampai

pada tataran teknis pelaksana program sehingga tanggung jawab yang

terbangun lebih baik. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Seksi

Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang:

“Kita perlu penambahan SDM agar KLA dapat berjalan maksimal.


Dalam Gugus Tugas juga sangat perlu dilibatkan bagian pelaksana
teknis yang membidangi seperti Kabid dan Kasi.” (Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di
kantor DP3AKB Kota Serang).
137

Hal tersebut juga ditambahkan oleh Kepala Seksi Kesehatan

Keluarga Dinkes Kota Serang:

“Selama ini dinas kesehatan perannya justru di saya semua,


padahal kan harusnya semua kepala seksi berperan, tapi selama ini
karena waktu itu yang rapatnya cuma saya jadi dibebankan
tugasnya semua ke saya. Padahal jelas indikatornya bidang lain
termasuk jadi harapan saya kedepannya perlu dicantumkan dalam
struktur setiap bidangnya.”(Wawancara dengan Ibu Mulyawati, 06
Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas bahwa memang perlu

mencantumkan tataran teknis dalam Gugus Tugas KLA agar pembagian

peran lebih spesifik dan mencakup semua bidang yang melayani kebutuhan

anak. Sumberdaya yang sudah ada ini juga perlu upaya penguatan agar lebih

terintegrasi.

Lain halnya dengan masukan fisik, yaitu sarana dan prasarana

pendukung KLA di Kota Serang yang belum memenuhi hak anak, hal ini

dibenarkan oleh pendamping forum anak Kelurahan Pipitan, beliau

mengatakan bahwa:

“Pengamatan saya terkait sarana prasarana juga pemerintah belum


bisa memenuhi hak hak anak, menurut saya seharusnya kan di tiap-
tiap tempat pelayanan itu disediakan tempat bermain anak, laktasi.”
(Wawancara dengan Kang Akhyadi, 26 Februari 2019, pukul 15.04
WIB, di Rumah Kreatif Pipitan)

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa setiap pelayanan

baik pemerintah maupun dunia usaha harus ramah anak, kriteria ramah anak

diantaranya menyediakan sarana prasarana pendukung seperti tempat

bermain anak dan laktasi. Begitupun yang dikatakan oleh Kepala Bidang

Pelayanan Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang berikut:


138

“Karena kita sedang berbenah, kan minimal harus ada ruang


bermain dan laktasi, nah kita belum ada. Ya wajar lah kita kan di
sini gedung bersama. Kalau berdiri sendiri saya yakin, jangankan
ramah anak yang disabilitas pun kita fasilitasi.” (Wawancara
dengan Bapak H. Syafaat, 26 Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di
kantor DISDUKCAPIL Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa Disdukcapil Kota

Serang belum menyediakan fasilitas yang mendukung pelayanan ramah

anak. Di Kota Serang sendiri fasilitas ramah anak memang masih minim

terutama dalam pelayanan di Kecamatan dan Kelurahan Sementara di

Kecamatan hanya satu pelayanan Kecamatan yang memfasilitasi tempat

bermain anak dan laktasi, yaitu Kecamatan Taktakan. Hal ini dibenarkan

oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang, beliau

mengatakan bahwa:

“Sebetulnya sarana dan prasarana yang sudah ada kurang


perhatian pemerintah dan belum bisa terdata dengan baik. Yang kita
masih minim fasilitas anak dalam pelayanan itu di Kecamatan dan
Kelurahan. Kalau Kecamatan itu baru ada di Kecamatan Taktakan.
Kalau Kecamatan Serang dan Cipocok mereka bilang minim tempat.
Kita juga tidak memaksakan kalau tidak memungkinkan.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul
10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Demikian pula Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Kecamatan Taktakan menyampaikan bahwa:

“Kita sudah menerapkan KLA salah satunya ada tampat bermain


anak di pelayanan sudah kita wujudkan. Kita juga sudah
mengajukan Zona Selamat Sekolah tapi yang disetujui baru itu
tempat bermain anak di indor. Sebenarnya tadinya ini ruang laktasi,
Cuma karena kita lagi dibangun jadi saya pindah kesini sementara.
Tapi sejak difasilitasi laktasi ini belum ada ibu-ibu menyusui disini
karena jarang juga yang butuh pelayanan bawa bayi, atau mungkin
di pelayanan juga harusnya dikasih petunjuk atau diberitahu bahwa
ada ruang laktasi di sini.” (Wawancara dengan Ibu Herlis Indriani, 4
Maret 2019, pukul 12.51 WIB, di Kantor Kecamatan Taktakan).
139

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa fasilitas ruang

laktasi yang disediakan bahkan jarang digunakan oleh masyarakat, karena

keberadaannya yang cukup berjarak dengan tempat pelayanan. Sarana dan

prasarana lainnya yang mendukung KLA yaitu dengan adanya Ruang

Terbuka Hijau (RTH) yang juga menjadi usulan dari forum anak Kota

Serang pada saat musrenbang. Pengadaan RTH telah difasilitasi oleh

pemerintah Kota Serang yang berlokasi di alun-alun Kota Serang yang

dilengkapi dengan taman digital. Sebagaimana pernyataan dari Kepala Seksi

Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang berikut ini:

“Dari hasil musrenbang anak-anak ingin dibuatkan RTH, itu sudah


memfasilitasi di alun-alun dan ada juga taman digitalnya. Dan saat
ini ingin dibuatkan RTH disetiap Kecamatan.” (Wawancara dengan
Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di kantor
DP3AKB Kota Serang).

Hal tersebut ditambahkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang, beliau menuturkan bahwa:

“Pengadaan taman digital kerjasama dengan telkom, RTH juga


sebagian sudah ada. Tahun ini sedang dibangun juga di Cipocok,
mereka kan minta ada RTH di setiap kecamatan nah ini kita
bertahap tindak lanjuti. Mereka juga ingin ada bis sekolah nah kita
kerjasama dengan Provinsi. Sekretariat juga sudah ada baru
pindah. Permintaan forum anak ke angkutan umum ini masih acak-
acakan trayeknya, Dishub harus buat kebijakan atau inovasi tuh,
ada yang merokok berarti belum berjalan Perda KTR nya ini.”
(Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul
09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa pembangunan

RTH di tiap wilayah Kecamatan tengah dilakukan di Cipocok Jaya.


140

Begitupun di Kecamatan Kasemen, sesuai dengan pernyataan Kasi

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Kasemen, bahwa:

“Kalau ruang terbuka hijau belum ada, memang saya


mengharapkan itu kalau untuk yang namanya disebut kota layak
anak itu setiap kecamatan itu harus ada RTH, seperti alun-alun per
kecamatan. Sarana transportasi untuk anak-anak sekolah disediakan
juga. Emang tahun ini mau disiapkan RTH disini.” (Wawancara
dengan Bapak Aji Kurnianto, 14 Maret 2019, pukul 10.14 WIB, di
Kantor Kecamatan Kasemen).

Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa pengadaan sarana

dan prasarana atas permintaan atau masukan dari forum anak tengah

ditindaklanjuti secara bertahap oleh pemerintah Kota Serang. Adapun ketika

usulan belum terealisasi maka akan diusulkan lagi pada tahun anggaran

berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ketua forum anak

Kota Serang berikut:

“Waktu musrenbang tahun 2017 kita minta RTH yang ramah anak,
dan udah ada di Pipitan namanya taman kreatif. Disitu bisa bener-
bener nunjang hak anak di klaster 4, ZoSS juga sudah ada di
beberapa sekolah, bus sekolah yang sudah direncanakan, Perda
KTR, pokonya usulan yang belum terealisasi diusulkan lagi.”
(Wawancara dengan Rosmiati, 13 Maret 2019, pukul 14.17 WIB, di
Kantor DP3AKB Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masukan-

masukan dari forum anak sudah ada beberapa yang ditindaklanjuti dan

kelanjutannya harus tetap dipantau secara bersama-sama agar terpelihara

dan berjalan dengan baik

Sementara itu terkait masukan teknologi serta potensi yang ada di

Kota Serang belum dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara

maksimal. Potensi di Kota Serang sendiri adalah perdagangan dan jasa,


141

sehingga peningkatan peran CSR akan sangat baik untuk memanfaatkan

potensi tersebut. Sebagaimana pernyataan Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut ini:

“Karena potensi di Kota Serang kan perdagangan dan jasa ya. Kita
ingin meningkatkan peran CSR dan ingin ada APSAI. Kita ingin
belajar seperti apa prosesnyta ke Surabaya karena mereka sudah
ada. Perda CSR juga belum jalan. Sebenarnya ada beberapa
perusahaan di kita yang tergabung dalam APSAI pusat cuma apakah
konek gak dengan di daerah kalau ga konek berarti harus bikin lagi
yang baru di tingkat kota.” (Wawancara dengan Bapak Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa peran CSR di

Kota Serang belum berjalan karena Peraturan Daerah terkait CSR tidak

berjalan efektif. Begitupun yang diungkapkan oleh Kepala Seksi

Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang:

“Sebetulnya potensi dunia usaha juga kita bisa bekerjasama dengan


CSR tadi karena sampai saat ini belum ada fasilitas ramah anak,
mungkin penekanan ke CSR belum tegas semoga ke depan bisa
diperhatikan lagi. Keberlanjutan juga mungkin tidak ada monitoring
dari Gugus Tugasnya. Memang ada beberapa, kita terkendalanya
hanya bisa sekedar sosialisasi, koordinasi sekedar itu saja karena
kembali lagi pada mereka semua yang punya kebijakan.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul
10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Kendati demikian, beberapa dunia usaha telah coba dirangkul oleh

pemerintah untuk bersama-sama dalam memenuhi hak anak, seperti

pernyataan Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL

Kota Serang berikut:

“Sebetulnya kan potensi Kota Serang itu jasa dan perdagangan. Ya


salah satu pemanfaatannya itu tadi KFC dengan Toko buku.“
(Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26 Februari 2019, pukul
09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota Serang).
142

Selain itu dalam lingkup Kelurahan Pipitan potensi industri juga

digerakkan, sebagaimana pernyataan Lurah Pipitan berikut:

“Alhamdulillah berjalan industri rumahan oleh ibu-ibu


dimanfaatkan untuk anak-anak juga.” (Wawancara dengan Oewien
Kurniawan, 8 Maret 2019, pukul 09.33 WIB, di Kantor Kelurahan Pipitan).

Adapun masukan berupa teknologi sampai saat ini belum ada

teknologi yang mendorong pelaksanaan KLA di Kota Serang lebih

maksimal, hal ini dibenarkan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak

DP3AKB Kota Serang, bahwa:

“Sampai saat ini belum ada teknologi, yang adapun sosialisasinya


sangat kurang.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari
2019, pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Begitupun penuturan dari Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut ini:

“Saya gatau tuh ada kegiatan Teknologi Tepat Guna di DP3AKB


gatau kegiatannya seperti apa, tapi apakah nyambung tidak ya
dengan KLA.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut di atas, diketahui bahwa masukan

teknologi yang dimanfaatkan untuk mendorong pelaksanaan KLA belum

tersedia di Kota Serang, dengan demikian Kota Serang membutuhkan

penerapan teknologi dalam pelaksanaan KLA agar sumber-sumberdaya

yang ada dapat dimaksimalkan sebaik mungkin.

Berdasarkan uraian di atas pada variabel sumberdaya terlihat bahwa

sumberdaya keuangan yang seluruhnya bersumber dari APBD belum dapat

dihitung secara ril berapa besaran yang dikeluarkan untuk KLA sehingga
143

belum diketahui seberapa besar penyerapan anggaran untuk kebutuhan anak.

Hal tersebut disebabkan oleh kapasitas sumberdaya manusia yang masih

minim, belum memahami betul terkait aturan dan intruksi yang harus

dilakukan dalam Kota Layak Anak. Terkait sumberdaya manusia perlu

untuk dilakukan penambahan dengan mencantumkan pelaksana teknis dan

lebih banyak lagi bidang terkait serta pelatihan yang berkelanjutan untuk

menanamkan pemahaman terkait KLA. Untuk penyediaan sarana dan

prasarana yang ramah anak di Kota Serang masih minim, terutama dalam

pelayanan ramah anak. Sementara potensi yang ada belum dimanfaatkan

secara optimal dan penggunaan teknologi dibutuhkan untuk mendorong

pelaksanaan KLA lebih baik lagi.

4.4.5 Struktur Intern

Struktur intern dirumuskan sebagai struktur dan proses-proses yang

diadakan untuk bekerjanya lembaga tersebut dan bagi pemeliharaannya.

Pembagian dari peranan-peranan di dalam organisasi tersebut, pola-pola

kewenangan internnya dan sistem-sistem kounikasi, komitmen dari orang-

orangnya pada doktrin dan program dari organisasi tersebut akan

memengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan komitmen yang sudah

diprogram (Eaton, 1986: 40). Kemudian yang dimaksud sebagai struktur

intern ini adalah pola hubungan antar pelaku dalam pemerintahan untuk

menjalankan program layanan publik yang diemban lembaga. Pembentukan

struktur intern ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.


144

Struktur intern dalam penelitian ini membahas struktur organisasi,

pembagian peran dan kewenangan, sistem komunikasi dan komitmen para

pelaksana dalam Gugus Tugas KLA Kota Serang. Struktur organisasi KLA

Kota Serang adalah Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang yang

ditentukan melalui Keputusan Walikota Serang Nomor 463/Krp.246-

Huk/2017 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Walikota Serang

Nomor : 463/Kep.66-Huk/2015 tentang Pembentukan Gugus Tugas

Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang.

Kementerian PP-PA Republik Indonesia menyebutkan bahwa Gugus

Tugas KLA terdiri dari eksekutif, yudikatif, legislatif, masyarakat, dunia

usaha, media massa dan anak. Gugus Tugas KLA Kota Serang telah

mengalami tiga kali perubahan atau revisi pada struktur dan susunannya.

Awalnya struktur maupun susunan yang dibentuk belum menyesuaikan

dengan klaster hak anak. Peneliti melakukan identifikasi pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan KLA di Kota Serang berdasarkan dokumen RAD KLA

dan evaluasi KLA tahun 2018, sebagai berikut:

Tabel 4.12 Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan KLA di Kota


Serang
No Kategori Pihak yang Terlibat di Kota Serang
1 Instansi - Sekretariat Daerah
Pemerintah - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
- Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
- Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata
- Kementrian Agama/Kantor Urusan Agama
- Pengadilan Agama
- Kejaksaan Negeri
- Kesbangpol
- Dinas Komunikasi dan Informasi
145

- Badan Penanggulangan Bencana Daerah


- Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM
- Dinas Kesehatan
- Dinas Sosial
- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
- Dinas Perumahan Rakyat dan Prasarana Permukiman
- Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
- Satuan Polisi Pamong Praja
- Dinas Lingkungan Hidup
- Dinas Pertanian
- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
- Dinas Perdagangan, Industri, Koperasi dan UKM
- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
- Dinas Perhubungan
- Kecamatan
- Kelurahan
- Bidan Praktik (IBI)
- POLRES
- Puskesmas/Puskeskel
- Badan Narkotika Nasional
- Palang Merah Indonesia
- Tentara Nasional Indonesia
- BKKBN
2 Masyarakat - P2TP2A
- PATBM
- Forum Anak
- Kelompok Pengelola Rumah Dunia
- Kelompok Rumah Pintar Pipitan
- Lembaga Perlindungan Anak
- Kelompok Informasi Masyarakat
- BKB, BKR, BKL, PPKS, LK3
- Kader Posyandu
- PKK
- Yayasan Nururohman
3 Swasta - Rumah Sakit
- PDAM
- PT. Fastfood Indonesia, Tbk.
- PT. Telkom Indonesia
- Perbankan (Bank BJB)
- Mall (Carrefour Cabang Serang)
- Rumah Makan (RM Sari Banten)
- Media Massa (Kabar Banten, Radar Banten, Banten Pos,
Banten Raya, Antara News)
(Sumber: Perwal RAD dan Dokumen Evaluasi KLA Kota Serang)

Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dalam mewujudkan Kota

Layak Anak memerlukan keterlibatan banyak pihak, tidak hanya pemerintah

saja tetapi juga masyarakat dan dunia usaha yang harus sama-sama

berkomitmen terhadap perwujudan KLA. Berkaitan dengan hal tersebut,


146

maka jika melihat Struktur Gugus Tugas KLA di Kota Serang saat ini belum

dapat dikatakan ideal. Berikut ini gambaran mengenai bagan struktur Gugus

Tugas KLA Kota Serang:

Gambar 4.1 Bagan Struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang


Walikota & Wakil walikota
Serang

Sekretaris Daerah Kota


Serang

-Asisten Ekonoi Kepala Bappeda Kota Kepala DP3AKB Kota


Pembangunan Setda Kota Serang Serang
Serang
-Kepala BPKAD Kota
Serang

Kepala Disdukcapil Kota Asisten Pemerintahan Kepala Dinkes Kota


Serang Setda Kota Serang Serang

Anggota Anggota Anggota

Kepala Dindikbud Kepala Bagian Hukum


Kota Serang Setda Kota Serang

Anggota Anggota

(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2017)

Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa struktur Gugus Tugas KLA di

Kota Serang saat ini sudah disesuaikan dengan 5 klaster hak anak, tetapi

belum sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan. Berdasarkan

identifikasi peneliti terlihat bahwa pihak yang berperan dalam pemenuhan

hak anak tidak semua dicantumkan dalam struktur sehingga belum

memenuhi semua kebutuhan dari pelaksanaan KLA, begitupun dunia usaha


147

dan media massa sehingga belum bisa mewadahi semua pihak yang

seharusnya dilibatkan.

Hambatan yang ditemui untuk melibatkan dunia usaha maupun

masyarakat dalam struktur kelembagaan KLA Kota Serang adalah

kurangnya sosialisasi dan belum dilaksanakannya advokasi terkait Kota

Layak Anak. Khususnya dengan pihak dunia usaha hambatan lainnya adalah

tidak berjalannya Peraturan Daerah Kota Serang terkait CSR. Perangkat

daerah Kecamatan maupun Kelurahan yang terlibat secara signifikan bahkan

tidak disebutkan dalam susunan Gugus Tugas KLA Kota Serang.

Kebanyakan yang terlibat dalam struktur sebagai koordinator maupun

anggota dalam setiap klaster adalah mereka yang menjadi pimpinan pada

organisasinya masing-masing. Hal tersebut menjadi hambatan tersendiri

dalam penyampaian informasi maupun pengembanan tugas dalam program

KLA karena tidak mengenai sasaran secara langsung. Sesuai dengan

pernyataan dari Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang berikut ini:

“Gugus Tugas kan disitu langsung kepala OPD bunyinya jadi kita
kirim undangan ke Kepala, Kepala menugaskannya paling ke yang
gaada kerjaan waktu itu, harusnya kan ke kasi yang menanganinya
ya jadi lebih nyambung. Mungkin nanti akan langsung ke teknisnya
disebutkan juga Kasi yang menangani. Ketika ada tugas pun kita
langsung bisa nunjuk, kemarin kan masih rancu nah nanti kita ingin
sebutkan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa struktur yang ada

saat ini belum ideal karena belum memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan

KLA. Kebutuhan tersebut berdasarkan pada kebutuhan anak yang banyak


148

dan harus dipenuhi sehingga harus merujuk langsung pada tataran teknis.

Hal senada juga dituturkan oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak

DP3AKB Kota Serang:

“Dalam Gugus Tugas juga sangat perlu dilibatkan bagian pelaksana


teknis yang membidangi seperti Kabid dan Kasi.” (Wawancara
dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul 10.58 WIB, di
kantor DP3AKB Kota Serang).

Begitupun yang dikatakan oleh Kepala Seksi Kesehatan Keluarga

Dinkes Kota Serang berikut:

“Selama ini dinas kesehatan perannya justru di saya semua,


padahal kan harusnya semua kepala seksi berperan, tapi selama ini
karena waktu itu yang rapatnya cuma saya jadi dibebankan
tugasnya semua ke saya. Padahal jelas indikatornya bidang lain
termasuk jadi harapan saya kedepannya perlu dicantumkan dalam
struktur setiap bidangnya.”(Wawancara dengan Ibu Mulyawati, 06
Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas Kasemen).

Berdasarkan wawancara tersebut terlihat bahwa memang struktur

Gugus Tugas KLA Kota Serang harus dilengkapi dengan mencantumkan

tim teknis, dalam artian yang sebelumnya fokus pada pimpinan harus

diperluas lagi agar menyebutkan semua unsur yg terlibat.

Urusan penguatan kelembagaan juga dirasa belum diperlukan karena

bukan sebagai pelaksana pelayanan secara langsung. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda

Kota Serang, bahwa:

“Untuk penguatan kelambagaan secara khusus sih kita gaada ya,


belum ada rencana juga karena dari pusat pun belum mengarah
kesitu. Penting sih hanya non urusan jadi tidak langsung ke
pelayanan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret
2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).
149

Meskipun non urusan, berkaitan dengan indikator penguatan

kelembagaan sebetulnya perlu dicantumkan penanggung jawab dalam

Gugus Tugas sebagai penggerak yang memeiliki kewenangan untuk

mengatur kelembagaan dan pengendalian operasional.

Terkait pembagian peran dan kewenangan terhadap perangkat daerah

yang terlibat dalam Gugus Tugas KLA sudah dilakukan dengan baik dan

menyesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah masing-

masing. Demikian pula peran yang dimiliki selaku ketua Gugus Tugas yang

harus mengkoordinasikan program-program dari perangkat daerah terkait.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan

Bappeda Kota Serang berikut:

“Bappeda selaku ketua Gugus Tugas kita harus kordinasi dengan


OPD lain, dari pendataan, koordinasi, evaluasi kita laksanakan.
Kecuali fisik ya kita gabisa.”(Wawancara dengan Bapak Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Sama halanya dengan DP3AKB Kota Serang sebagai leading sector

KLA mempunyai peranan membantu Bappeda dalam koordinasi. Seperti

penuturan dari Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang

berikut ini:

“DP3AKB sebagai leading sector dan monitoring ke lapangan,


kordinasi ttg kebijakan yang menyangkut Gugus Tugas.”
(Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019, pukul
10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Sementara peran perangkat daerah lainnya yang menyusun dan

melaksanakan program-program pemenuhan hak anak sesuai dengan


150

bidangnya. Sebagaimana pernyataan Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan

Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang berikut ini:

“Peran kita ya terhadap pemenuhan hak sipil.” (Wawancara dengan


Bapak H. Syafaat, 26 Februari 2019, pukul 09.15 WIB, di kantor
DISDUKCAPIL Kota Serang).

Demikian pula peran yang dimiliki oleh Dinkes Kota Serang di

bidang kesehatan sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Kesehatan

Keluarga Dinkes Kota Serang:

“Pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak.”(Wawancara dengan


Ibu Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul 10.02 WIB, di Puskesmas
Kasemen).

Kemudian Dindik dengan salahsatu perannya menjalankan sekolah

ramah anak yang juga disampaikan oleh Kepala Seksi Peserta Didik dan

Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang:

“Di bidang ibu menjalankan SRA. Mendorong mengawal memantau


mengevaluasi jalannya program tersebut pada sekolah yang sudah
ditunjuk.” (Wawancara dengan Ibu Hj. Diah Patriasih, 08 Maret
2019, pukul 08.03 WIB, di Kantor Dindikbud Kota Serang).

Begitupun peranan Kecamatan sebagai lembaga penopang yang juga

melaksanakan pemenuhan hak anak, seperti yang disampaikan oleh Kasi

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Taktakan berikut ini:

“Menyediakan dan fasilitasi terhadap kebutuhan anak, kita


menopang lembaga di atas kita. Tapi untuk kelurahan sendiri
kayanya belum sepenuhnya deh ma juga belum terbentuk di
kelurahan.” (Wawancara dengan Ibu Herlis Indriani, 4 Maret 2019,
pukul 12.51 WIB, di Kantor Kecamatan Taktakan).

Serta yang disampaikan oleh Kasi Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Kecamatan Kasemen berikut:


151

“Kami membantu dinas terkait, mendukung kegiatan dinas terkait,


kalo butuh kami bantu.”(Wawancara dengan Bapak Aji Kurnianto,
14 Maret 2019, pukul 10.14 WIB, di Kantor Kecamatan Kasemen).

Adapun LPA Kota Serang sebagai lembaga masyarakat yang

bergerak dalam perlindungan terhadap anak juga ikut berperan dalam

pendampingan anak. LPA Kota Serang memang belum lama terbentuk,

terhitung satu setengah tahun LPA Kota Serang dibentuk, namun sudah

memiliki peran dalam pelaksanaan KLA di Kota Serang khusunya dibidang

perlindungan anak. Perannya yaitu sebagai mediator dan pemberi masukan

kepada pemerintah Kota Serang dalam menangani kasus anak. Sebagaimana

penjelasan dari Sekretaris LPA Kota Serang terkait keterlibatan dan peran

LPA berikut ini:

“Memberikan masukan kemudian bersama sama menyelesaikan


kasus dan sosialisasi, ya hanya sebatas itu. Kalau kaitannya dengan
kebijakan sebenarnya di luar ranah LPA. LPA hanya bisa
memberikan masukan non formal, LPA itu hanya jembatan. Kadang
ketika ke LPA harapan masyarakat terlalu tinggi, saya
alhamdulillah aja Cuma memang gabisa, kewenangannya apa
gaada.” (Wawancara dengan Bapak Andrian Nirmansah, 12 Maret
2019, Pukul 13.54 WIB, di McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa peran yang

dimiliki LPA tidak begitu besar, dalam artian belum terlibat dalam

menyampaikan aspirasi berupa masukan dalam proses pembuatan peraturan

dan program KLA melainkan terlibat dalam pelaksanaannya. LPA Kota

Serang juga tidak tercantum dalam Gugus Tugas KLA Kota Serang karena

LPA yang baru terbentuk pada akhir tahun 2017, sebagaimana pernyataan

Sekretaris LPA Kota Serang berikut:


152

“Sejauh ini kami dilibatkan, tetapi saya belum pernah menerima SK


apapun. Karena memang kan LPA Kota Serang baru dibentuk akhir
tahun 2017. Jadi awal 2018 baru mulai ada kegiatan, karena kami
masih prematur jadi kami belum secara signifikan dilibatkan oleh
pemerintah. Baru pertengahan 2018 kami cukup dekat dengan
DP3AKB dan P2TP2A. Jadi kalau dibilang secara legal Gugus
Tugasnya ada atau tidak LPA, saya belum pernah menerima
dokumennya.”(Wawancara dengan Bapak Andrian Nirmansah, 12
Maret 2019, Pukul 13.54 WIB, di McDonald’s Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut LPA Kota Serang belum dilibatkan

secara signifikan karena tidak termasuk ke dalam Gugus Tugas KLA Kota

Serang. Hal tersebut selain karena LPA yang belum lama terbentuk juga

karena kinerjanya yang masih tumpang tindih dengan organisasi lain, sesuai

pernyataan Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang berikut ini:

“Kita punya LPA tapi secara kerjaan masih tumpang tindih dengan
FA, DP3AKB. Kerja udah bagus cuma kurang kordinasi aja.”
(Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul
09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa kegiatan yang

dilaksanakan kurang koordinasi sehingga tidak selaras.

Koordinasi merupakan fungsi pengikat, penyeimbang dan penyelaras

semua aktifitas dan usaha. Adanya sistem komunikasi yang baik maka

koordinasi akan berjalan baik. Untuk mewujudkan KLA di Kota Serang

serta memperkuat kelembagaannya koordinasi merupakan peran penting

dari setiap pihak yang terkait dengan kebijakan tersebut. Bila dilihat dari hal

tersebut koordinasi jelas sangat dibutuhkan agar tidak ada tumpang tindih

tugas pokok dan fungsi dari setiap pihak yang terkait. Sistem komunikasi

yang dilakukan oleh Bappeda untuk mencapai koordinasi yang baik adalah
153

dengan melakukan rapat atau pertemuan rutin Gugus Tugas KLA. Hal

tersebut sesuai dengan penuturan Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut ini:

“Rapat Gugus Tugas. Kalau di Bappeda ada rapat besar dua kali
kalau rapat kecil bisa lima kali diluar rapat besar. Itu kita selalu
rutin pertemuan.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4
Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Seksi Peserta Didik dan

Pembangunan Karakter SD Dindik Kota Serang yang juga sebagai

pelaksana progra pemenuhan hak anak di Kota Serang yang menyampaikan

bahwa:

“Kita ada forum, bappeda nanti yang mengumpulkan, kita ada


kordinasi dan kemitraan dengan OPD lain, seperti Dishub, Pol PP.”
(Wawancara dengan Ibu Hj. Diah Patriasih, 08 Maret 2019, pukul
08.03 WIB, di Kantor Dindikbud Kota Serang).

Begitupun yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil DISDUKCAPIL Kota Serang berikut:

“Karena ini kan program, sudah ada tugas pokok dan fungsinya,
kita berkumpul mengadakan rapat membahas itu semua. Fungsi
saya sebagai pemenuhan hak sipil membahas inovasi yang kita
jalankan saya informasikan itu pada tim. Koordinasi sudang
terbangun.” (Wawancara dengan Bapak H. Syafaat, 26 Februari
2019, pukul 09.15 WIB, di kantor DISDUKCAPIL Kota Serang).

Namun demikian, lain halnya dengan yang disampaikan oleh Kepala

Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang berikut ini:

“Agak kurang ya, jadi kita berjalan sendiri-sendiri saja.”


(Wawancara dengan Ibu Mulyawati, 06 Maret 2019, pukul 10.02
WIB, di Puskesmas Kasemen).

Hal tersebut menunjukkan bahwa rapat tersebut dirasa kurang efektif

disebabkan oleh kurangnya pemahaman sumber daya manusia dalam hal ini
154

perangkat daerah terkait dalam memaknai KLA karena informasi yang

disampaikan tidak mengenai sasaran langsung. Hal tersebut disampaikan

oleh Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak DP3AKB Kota Serang bahwa:

“Kurang efektif, tidak komunikatif. Kalau rapat yang menyangkut


penilaian kita rapat secara kontinyu ya, seandainya untuk yang tidak
ada penilaian kita hanya biasa lah karena dianggapnya tidak
urgent. Ketika ada rapat kordinasi tidak mengena ke sasaran, yang
datang siapa tidak disampaikan ke yang bersangkutan jadi tidak
tahu.” (Wawancara dengan Ibu Ati Rohayati, 19 Februari 2019,
pukul 10.58 WIB, di kantor DP3AKB Kota Serang).

Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Sub Bidang Sosial

Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Gugus Tugas kan disitu langsung kepala OPD bunyinya jadi kita
kirim undangan ke Kepala, Kepala menugaskannya paling ke yang
gaada kerjaan waktu itu, harusnya kan ke kasi yang menanganinya
ya jadi lebih nyambung, yang jadi masalah itu ketika kita undang itu
selalu beda beda orangnya, jadi pemahamannya beda-beda.
Kemarin yang sudah paham ternyata yang datang lagi yang baru
lagi nah jadi terhambat. Susahnya mungkin mereka tidak
mentransfer infonya jadi hanya disimpan aja jadi kadang-kadang
programnya gak nyambung.” (Wawancara dengan Bapak Derli
Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota
Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa memang tidak

ada konsistensi dari perangkat daerah terkait dalam mengutus

perwakilannya untuk memenuhi undangan karena tidak ditunjuk secara

langsung pada pihak yang menangani. Kemudian peneliti melakukan

kroscek pada Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan

Taktakan yang membidangi KLA di Kecamatan, beliau mengatakan bahwa:

“Biasanya saya, tapi tahun 2018 saya kurang memperhatikan siapa


yang ditugaskan itu. Karena kadang kan kita dikasih undangan dan
bentrok, jadi pak camat menugaskan yang lain yang penting ada
155

perwakilan.” (Wawancara dengan Ibu Herlis Indriani, 4 Maret 2019,


pukul 12.51 WIB, di Kantor Kecamatan Taktakan).

Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa hambatan yang

muncul untuk mencapai koordinasi yang baik justru ada pada sumberdaya

manusia sebagai masukan yang seharusnya menjadi penguat dalam

kelembagaan. Sistem komunikasi antara pemerintah Kota Serang dengan

dunia usaha pun belum berjalan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Assistant Manager Human Resources PT. Telkom Indonesia cabang Banten

berikut ini:

“Tadinya gaada, tapi setelah kita banyak memberikan justru dari


ikatan pengusaha wanita memanggil Telkom untuk tampil di acara
mereka, baru ketemu sama pemerintah. Awalnya kita berjalan
sendiri, baru disitu kita didukung oleh pemerintah. Tadinya tidak
ada komunikasi, tapi setelah berjalan sampai akhirnya diberikan
reward dalam event seperti ulang tahun Kota Serang diundang
untuk tampil di gerai-gerai mereka, beserta mitra-mitra binaan kita
juga diundang.” (Wawancara dengan Bapak Edi Sarjono, 15 Maret
2019, pukul 19.41 WIB, di Kantor Telkom Ciruas).

Berdasarkan wawancara tersebut terlihat bahwa pada akhirnya hal

inilah yang menjadi salah satu penyebab keterlibatan dunia usaha terhadap

KLA di Kota Serang tidak berjalan secara signifikan. Pada dasarnya

melibatkan dunia usaha dalam setiap program maupun kegiatan KLA adalah

tanggungjawab perangkat daerah terkait yang terlibat, seperti yang

disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota

Serang, bahwa:

“Sebetulnya semua OPD punya tanggungjawab tinggal inovasi dan


inisiatif mereka aja untuk merangkul dunia usaha.” (Wawancara
dengan Bapak Derli Haryanto, 4 Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di
kantor Bappeda Kota Serang).
156

Namun berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi kendala adalah

kurangnya komitmen baik dari pimpinan maupun pelaksana program dari

perangkat daerah yang terlibat. Sebagaimana penjelasan Kepala Sub Bidang

Sosial Kemasyarakatan Bappeda Kota Serang berikut ini:

“Sebenernya kita sudah ada Perwal disitu kita sudah sosialisasi kan
ada target tiap tahun, nah OPD untuk perencanaan ke depan itu
harusnya gampang komitmen mereka harusnya melihat dari
lampiran target tersebut. Tapi terkadang di kita masih ego sektor,
jadi walikota sudah mengeluarkan beberapa peraturan tapi
gapernah dilihat, jadi targetnya tuh meleset. Kalau komitmen sudah
ada kan data dalam perwal itu OPD mau ngapain lima tahun ke
depan mereka yang isi. Tapi ketika pelaksanaan mereka bilang tidak
ada anggaran padahal mereka yang nulis mereka harus
tangungjawab dong.” (Wawancara dengan Bapak Derli Haryanto, 4
Maret 2019, pukul 09.22 WIB, di kantor Bappeda Kota Serang).

Berdasarkan wawancara tersebut terlihat bahwa peraturan yang

sudah disosialisasikan belum terdoktrin untuk komitmen, sehingga dalam

melaksanakan tugasnya tidak melihat peraturan yang sudah ada.

Berdasarkan uraian pada variabel struktur intern di atas dari segi

pelibatan stakeholder belum dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam

pengembangan KLA di Kota Serang, karena dunia usaha belum dilibatkan

dalam struktur. Terkait pembagian peran sudah dilakukan sesuai tugas

pokok fungsi masing-masing perangkat daerah, namun sistem komunikasi

yang dilakukan belum efektif sehingga koordinasi masih kurang maksimal.

Padahal koordinasi merupakan kunci untuk menyelaraskan berjalannya

suatu kebijakan. Di sisi lain kurangnya pemahaman para pihak yang terlibat

akan tugas dan fungsinya juga membuat koordinasi sulit dibangun dengan
157

baik. Komitmen pun sulit dibangun karena kurangnya pemahaman serta

koordinasi yang belum baik.

4.5 Pembahasan

Kota Layak Anak adalah Kota yang mempunyai sistem pembangunan

berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan

berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk mmenjamin

terpenuhinya hak anak. Berdasarkan hasil penelitian di atas dan juga hasil

observasi peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa:

4.5.1 Kepemimpinan

Pada variabel kepemimpinan dalam penguatan kelembagaan Kota Layak

Anak di Kota Serang secara keseluruhan belum optimal. Pemerintah Kota

Serang telah menunjukkan dukungan yang tertuang dalam kebijakan/Peraturan

di Kota Serang, antara lain Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, Keputusan

Walikota. Adanya kebijakan/peraturan tersebut merupakan bentuk inisiatif dan

komitmen tertulis dari kepemimpinan Kota Serang yang penting untuk menjaga

agar pelaksanaan KLA bukan hanya dilakukan karena desakan atau keperluan

sesaat saja. Pemimpin dan orang yang dipimpin harus memiliki komitmen yang

tinggi agar mencapai keberhasilan, yaitu mewujudkan KLA di Kota Serang.

Untuk membangun komitmen tersebut pemerintah Kota Serang telah melakukan

sosialisasi kepada perangkat daerah terkait yang terlibat dalam Gugus Tugas

KLA Kota Serang. Upaya lain pun telah dilakukan oleh pemerintah Kota Serang
158

untuk melibatkan dunia usaha dan masyarakat begitupun anak itu sendiri dalam

pemenuhan hak-haknya.

Pada pelaksanaanya komitmen tersebut belum terwujud dalam bentuk

tindakan pada pemimpin maupun orang yang dipimpin. Pimpinan tiap level

pemerintahan baik tingkat Kota, Kecamatan maupun Kelurahan belum

menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan KLA di wilayahnya masing-

masing. Hal tersebut dirasakan oleh anggota dalam kelembagaan KLA Kota

Serang, yaitu OPD terkait. Padahal komitmen dalam bentuk tindakan sangat

menentukan konsistensi berjalannya sebuah kebijakan maupun program. Ketika

komitmen pemimpin secara tindakan sudah bagus, maka komitmen yang

dipimpin akan ikut terbangun. Komitmen dalam pelaksanaan KLA di Kota

Serang berkaitan dengan kapasitas sumberdaya manusianya yang masih rendah

dan rotasi pegawai yang terjadi begitu cepat. Kondisi sumberdaya manusia

pelaksana KLA di Kota Serang masih banyak yang belum mendapat pelatihan

Konvensi Hak Anak. Adapun akibat rotasi pegawai atau perpindahan

sumberdaya yang sudah terlatih digantikan oleh sumberdaya baru yang belum

mendapatkan pealtihan terkait KLA.

Kepemimpinan pada prinsipnya adalah suatu upaya dalam bentuk

pengaruh seorang pemimpin yang mampu untuk dapat menginspirasi atau

menggerakkan anggota dalam organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan

tercapai. Pemimpin dalam hal ini adalah orang yang berada pada pusat kendali

suatu lembaga. Sikap dan kemampuan pemimpin dalam menggerakkan

bawahannya dinilai kurang memiliki ketegasan. Baik kepemimpinan pada level


159

pemerintah Kota, Kecamatan dan Kelurahan sama-sama masih belum memiliki

komitmen penuh terhadap pelaksanaan KLA di Kota Serang sehingga masih

sulit untuk melaksanakan pengembangan KLA dengan pendekatan bottom-up.

Ketika menilai kepemimpinan dalam penguatan KLA maka dilihat juga

pelaksanaan dalam indikator umum penguatan kelembagaan KLA, yaitu:

Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk pemenuhan

hak anak. Peraturan pemenuhan hak anak di Kota Serang telah terbentuk sampai

pada tingkat Kelurahan, namun belum terbentuk Gugus Tugas pada tingkat

Kecamatan maupun Kelurahan. Peraturan pemenuhan hak anak tidak hanya

dibuat di tingkat Kota saja tetapi juga sampai di tingkat Kecamatan dan

Kelurahan. Peraturan yang sudah ada tersebut terbilang cukup banyak dan telah

mencukupi untuk melaksanakan KLA. Namun pada tingkat Kelurahan dari 67

Kelurahan yang ada, masih 15 Kelurahan yang baru membentuk peraturan

terkait pemenuhan hak anak. Sehingga masih perlu ditingkatkan untuk

menciptakan lingkungan yang ramah anak mulai dari lingkungan yang paling

dekat dengan anak di tingkat RT/RW sampai pada tingkatan KLA dilaksanakan.

Bentuk kelembagaan KLA yang bersifat hirarki membuat intruksi yang

diberikan dari pemimpin akan sangat berpengaruh dalam membina dan

memberikan keteladanan dalam bertindak bagi lembaga penopang KLA, yaitu

lembaga pemerintahan Kecamatan, Kelurahan sampai pada lembaga masyarakat

dalam lingkungan yang lebih dekat dengan anak.

Adanya peraturan untuk pemenuhan hak anak juga merupakan bentuk

komitmen pemimpin daerah dalam bentuk tertulis untuk menguatkan


160

kelembagaan KLA di Kota Serang, karena pada proses pembuatannya terlibat

lembaga legislatif. Kemudian dibentuknya Gugus Tugas KLA Kota Serang

dengan keputusan Walikota sebagai lembaga koordinatif yang

bertanggungjawab dalam pelaksanaan KLA juga merupakan bentuk penguatan

kelembagaan KLA di Kota Serang. Dengan demikian, dilihat dari indikator

pertama pada penguatan kelembagaan sudah baik dalam hal penyediaan

peraturan, hanya saja masih belum menguat pada lembaga Kecamatan maupun

Kelurahan. Semakin tinggi hierarkinya kekuatan hukumnya juga semakin kuat

sehingga menjamin kesinambungan dari pelaksanaan KLA di Kota Serang.

Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk anggaran

untuk penguatan kelembagaan. Anggaran dalam pemenuhan hak anak termasuk

penguatan kelembagaan bersumber dari APBD Kota Serang. Anggaran

pemenuhan hak anak diusulkan oleh OPD terkait yang melaksanakan, termasuk

anggaran untuk penguatan kelembagaan ada pada DP3AKB sebagai leading

sector dan Bappeda sebagai ketua Gugus Tugas KLA. Adapun presentase yang

dialokasikan untuk KLA di Kota Serang belum diketahui secara pasti karena

belum semua OPD menyerahkan anggaran untuk program maupun kegiatan

pemenuhan hak anak di bidangnya masing-masing. Peneliti memperoleh data

terkait anggaran yang digunakan oleh Bappeda dalam rangka penguatan

kelembagaan sebanyak Rp. 273.970.000,00 untuk 2 kali rapat koordinasi KLA

dan tersedianya dokumen Peraturan Walikota tentang Rencana Aksi Daerah

KLA Kota Serang pada tahun 2017. Sementara anggaran DP3AKB khususnya

pada Kasi Pemenuhan Hak Anak untuk KLA adalah sebesar Rp. 350.000.000,00
161

untuk kegiatan pembentukan kegiatan forum anak, pembinaan forum anak dan

bintek KLA, kegiatan Hari Anak Nasional tingkat Kota Serang, dan pembinaan

sekolah ramah anak yang dianggarkan untuk tahun 2019.

Data evaluasi KLA Kota Serang 2018 juga menunjukan adanya anggaran

untuk penguatan kelembagaan, yaitu anggaran khusus untuk Gugus Tugas KLA

melaksanakan program Kelangsungan Hidup Perkembangan Perlindungan Ibu

dan Anak dan pertemuan rapat setahun minimal 5 kali dan pada kegiatan besar

dilaksanakan minimal 2 kali, yaitu pada awal tahun dalam rangka koordinasi

KLA tingkat Kota Serang dan pada akhir tahun dalam rangka evaluasi KLA

Kota Serang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dalam

penguatan kelembagaan KLA di Kota Serang sudah menganggarkan untuk KLA

hanya saja belum terdata dan terkoordinasi secara maksimal.

Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan

kegiatan yang mendapatkan masukan dari forum anak dan kelompok lainnya.

Masukan anak untuk peraturan, program maupun kegiatan dari forum anak

untuk KLA terfasilitasi dengan adanya musrenbang anak di Kota Serang. Selain

itu, forum anak juga dilibatkan dalam musrenbang pada tingkat Kelurahan

sampai musrenbang tingkat Kota. Usulan yang disuarakan forum anak pada saat

musrenbang tersebut dihimpun dan telah diupayakan oleh pemerintah Kota

Serang untuk ditindaklanjuti. Adapun pemerintah Kota Serang telah memenuhi

usulan atau permintaan forum anak Kota Serang terkait penyediaan sekretariat

forum anak, melibatkan anak dalam musrenbang di wilayahnya melalui forum

anak, mengupayakan pembangunan RTH di masing-masing wilayah Kecamatan,


162

menyediakan puskesmas ramah anak, melaksanakan perda KTR, mengusahakan

transportasi ramah anak dengan bekerjasama dengan provinsi, tetapi dari segi

angkutan umum di Kota Serang yang masih semrawut belum dapat diatasi oleh

pemerintah Kota Serang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kepemimpinan di Kota Serang telah membina hubungan dengan lingkungannya

dengan memenuhi salah satu bagian dari pelaksanaan hak sipil dan kebebasan

anak, yaitu memfasilitasi ruang partisipasi anak dalam pembangunan melalui

keikutsertaan anak dalam musrenbang dan memfasilitasi musrenbang anak di

tingkat kota serta secara bertahap menindaklanjuti apa yang menjadi usulan dari

anak-anak tersebut. Tetapi belum semua peraturan/kebijakan daerah yang

menyangkut anak di Kota Serang mendapatkan masukan dari forum anak.

Tersedia SDM terlatih KHA dan mampu menerapkan hak anak ke dalam

kebijakan, program dan kegiatan. Sumberdaya manusia yang terlatih Konvensi

Hak Anak (KHA) yang dimaksudkan dalam peraturan tersebut adalah SDM

yang mengikuti pelatihan yang memenuhi standar materi, pendalaman masalah

dan penanganan isu anak berdasarkan KHA. Pemerintah Kota Serang

mengadakan pelatihan terkait KLA pada tahun 2018 yang mana pelatihan

tersebut merupakan yang pertama kalinya diadakan dan belum dapat menyentuh

semua SDM yang terlibat dalam penguatan kelembagaan maupun pelaksanaan

KLA Kota Serang. Sehingga perlu diadakan lagi pelatihan terkait KLA tersebut.

Lain daripada itu sosialisasi telah dilakukan kepada gugus tugas KLA Kota

Serang beserta stakeholder setiap tahunnya untuk menumbuhkan pemahaman

terkait KLA. Adapun dalam hal ini yang menjadi masalah dalam pengadaan
163

pelatihan tersebut adalah ketersediaan anggaran yang minim. Dengan demikian

kepemimpinan di Kota Serang dalam ketersediaan SDM yang terlatih KHA telah

berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM agar kelembagaan KLA didukung

oleh SDM yang mampu menguatkan kelembagaan KLA agar dapat berjalan dan

terwujud di Kota Serang.

Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur, dan

kecamatan. Adanya data anak yang terpilah diperlukan untuk perencanaan

pemenuhan hak dan pembangunan anak secara luas. Ketersediaan data anak di

Kota Serang dibukukan dengan mekanisme melibatkan semua pihak dan

dihimpun oleh Bappeda ke dalam sebuah bentuk buku Profil Gender dan Anak.

Mekanisme pengumpulan data tersebut dilakukan melalui hubungan kerjasama

dengan pihak akademisi yaitu dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sebagai

pihak ketiga. Untuk menghimpun data anak tersebut pemerintah Kota Serang

telah menganggarkannya setiap tahun, sehingga data tersebut update dan

digunakan dalam perencanaan pembangunan pemerintah.

Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak dan

perlindungan anak. Pelaksanaan KLA di Kota Serang melibatkan masyarakat

dalam bentuk sosialisasi, relawan SDM, serta sarana dan prasarana. Tersedianya

PATBM sebagai lembaga masyarakat penyedia layanan tumbuh kembang dan

perlindungan anak pada tingkat Kelurahan yang melibatkan masyarakat dari

masing-masing Kelurahan tersebut. Sejauh ini pemerintah Kota Serang melalui

DP3AKB yang memfasilitasi pembentukan PATBM dan dari jumlah 67

Kelurahan yang ada 15 diantaranya sudah membentuk PATBM. Pemenuhan hak


164

anak lainnya yang melibatkan masyarakat yaitu pada penyediaan sarana bermain

dak edukasi anak yang dikelola oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat

lainnya juga terdapat pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang

dalam kegiatannya berkaitaan dengan kepentingan terbaik bagi anak.

Adapun lembaga masyarakat yang proaktif terhadap anak juga terlibat

dalam pelaksanaan KLA di Kota Serang, diantaranya adalah LPA Kota Serang.

Bentuk keterlibatannya adalah sebagai mediator, jembatan antara anak dengan

lembaga yang menangani urusan anak, dan pemberi masukan serta dilibatkan

untuk memikirkan dan merencanakan konsep agar bagaimana KLA di Kota

Serang dapat meningkat keberhasilannya. Dengan demikian kepemimpinan di

Kota Serang telah berupaya melibatkan masyarakat dalam pemenuhan hak anak

agar terbentuknya kelembagaan KLA yang kuat dengan didukung oleh

masyarakatnya.

Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak. Dunia usaha

dilibatkan dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah sebagai bentuk

mewujudkan good governance termasuk dalam mewujudkan kota Serang

sebagai Kota yang ramah anak. Beberapa dunia usaha telah terlibat dalam

penyediaan sarana prasarana dan kebijakan perusahaan peduli anak. Diantaranya

adalah RS Sari Asih, RS Budi Asih, Carrefour, PT Telkom Indonesia, Bank BJB

dan KFC Serang. Tetapi pada pelaksanaanya beberapa peran dunia usaha lainnya

di Kota Serang tidak disadari oleh mereka bahwa hal tersebut mendukung

pelaksanaan KLA, hal tersebut karena kurangnya sosialisasi terhadap dunia

usaha serta advokasi yang belum dilakukan. Pemerintah Kota Serang sendiri
165

belum membentuk APSAI pada tingkat kota sehingga kebijakan dan program

maupun produk dunia usaha yang ramah anak belum terintegrasi.

Keberadaan dunia usaha di Kota Serang sebetulnya dapat dimanfaatkan

dengan memaksimalkan pelaksanaan CSR namun di Kota Serang sendiri Perda

terkait CSR pun belum berjalan secaran efektif karena kurangnya pemahaman

dan keseriusan pemerintah Kota Serang terkait hal tersebut. Dengan demikian

kepemimpinan di Kota Serang belum memaksimalkan usahanya dalam

merangkul dunia usaha untuk terlibat dalam pelaksanaan program KLA.

4.5.2 Doktrin

Doktrin adalah variabel lembaga yang paling sulit dipahami. Pada

konteks penguatan kelembagaan KLA doktrin dipandang sebagai sejauh mana

nilai-nilai yang ditransformasikan oleh lembaga Gugus Tugas KLA Kota Serang

terkait pemahaman masyarakat dan dunia usaha untuk pemenuhan hak anak.

Untuk itu pemerintah Kota Serang membuat kebijakan dan peraturan perundang-

undangan terkait pemenuhan hak anak sebagai upaya menginternalisasi nilai-

nilai, tujuan dan metode opersional yang mendasari tindakan sosialnya. Tujuan

dibentuknya lembaga Gugus Tugas KLA Kota Serang juga termasuk ke dalam

perumusan doktrin pada penguatan kelembagaan. Mengingat doktrin terkait hak

anak juga perlu dilakukan terhadap pemangku kepentingan pemerintah daerah

agar pembangunan daerah tersebut selaras dengan KHA. Tujuan dibentuknya

Gugus Tugas KLA adalah selain sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan

KLA di Kota Serang juga untuk memudahkan pembagian tugas dan

koordinasinya.
166

Sementara dalam mentransformasikan nilai-nilai pada masyarakat dan

dunia usaha telah dilakukan dalam bentuk sosialisasi, namun belum berjalan

maksimal pada dunia usaha. Hasil daripada penyaluran nilai-nilai tersebut adalah

mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak pada program dan kegiatan

pemerintah di Kota Serang. Pemerintah Kota Serang melibatkan anak dalam

proses perencanaan pembangunan sebagai upaya agar pembangunan yang

dilakukan sesuai dengan kebutuhan anak. Namun tentu belum sepenuhnya sesuai

karena adanya kendala yang dihadapi.

Masyarakat sendiri terdiri dari keluarga-keluarga yang merupakan pihak

yang sangat dekat dengan anak itu sendiri. Maka masyarakat diharapkan dapat

bersama-sama dengan pemerintah agar menciptakan kota yang ramah anak

dengan menanamkan nilai-nilai kepedulian dan keadilan terhadap anak. Dengan

demikian pada variabel doktrin untuk penguatan kelembagaan di Kota Serang

telah berjalan dalam lingkup pemerintahan. Namun hal tersebut belum sampai

menyentuh pada terinternalisasinya nilai-nilai kepedulian dan keadilan terhadap

anak di masyarakat, dalam artian masyarakat belum ikut terdorong dan secara

mandiri terlibat karena masyarakat masih dalam tahap mengetahui dan

memahami dengan adanya peraturan terkait KLA.

4.5.3 Program

Program merupakan output dari lembaga tersebut. Lebih luas, program

adalah setiap aktifitas pemerintah yang dirancang untuk mewujudkan

kesejahteraan publik melalui pengelolaan barang dan layanan publik yang

memenuhi hak-hak dasar manusia. Berkaitan dengan penguatan kelembagaan


167

KLA, program yang dilakukan oleh pemerintah Kota Serang melalui OPD yang

terlibat dalam Gugus Tugas disusun dalam sebuah dokumen berupa peraturan

walikota tentang Rencana Aksi Daerah KLA di Kota Serang. RAD KLA ini

menjabarkan dan mengimplementasikan indikator KLA yang meliputi penguatan

kelembagaan dan lima klaster hak anak. Program yang telah disusun kemudian

harus dilaksanakan dan dilakukan pemantauan. Pemantauan program dilakukan

rutin oleh Bappeda dengan DP3AKB, dalam pelaksanaan program kendalanya

adalah target yang tidak tercapai.

Salah satu program dalam penguatan kelembagaan KLA yang tidak

terlaksana dengan baik adalah program pelibatan dunia usaha dalam setiap

program dan kegiatan pemenuhan hak di Kota Serang yang dilakukan oleh

DisperdaginkopUKM Kota Serang. Hasil yang peneliti temukan di lapangan

bahwa OPD tersebut bahkan tidak mengetahui adanya program dalam RAD

KLA serta OPD tersebut sebagai penanggungjawabnya. Padahal RAD KLA

disusun oleh OPD terkait yang mengusulkan dan menentukan target programnya

sendiri. Adapun program yang dilasanakan oleh DisperdaginkopUKM Kota

Serang yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak adalah program pengawasan

konsumen, yaitu pengawasan jajanan anak.

Program yang dilaksanakan telah merujuk pada pemenuhan hak anak

yang ada pada klaster hak anak, diantaranya adalah pemenuhan hak identitas

anak oleh Disdukcapil Kota Serang. Program tersebut dilakukan melalui

pelayanan akta kelahiran dan KIA dengan sistem jemput bola dan melibatkan

forum anak dalam percepatannya. Disamping itu Disdukcapil juga menggandeng


168

KFC Serang sebagai dunia usaha untuk menarik minat masyarakat dalam

memenuhi hak identitas anak, yaitu menyediakan paket khusus untuk anak yang

memiliki KIA. Melalui program dan inovasinya tersebut menjadikan jumlah

anak yang memiliki akta kelahiran meningkat dari tahun 2017 sebesar 63,64%

menjadi 77,70 pada tahun 2018 namun masih berada di bawah rata-rata nasional,

yaitu sebesar 80%.

Pelaksanaan program dibidang kesehatan yang berkaitan dengan KLA

adalah penurunan Angka Kematian Bayi. AKB di Kota Serang sendiri tidak

mengalami kenaikan maupun penurunan, tetap stagnan pada angka 2/1000

kelahiran hidup, namun angka tersebut diperoleh dari puskesmas masing-masing

wilayah serta jaringannya, termasuk posyandu, masyarakat (kader/dukun bayi)

dan belum termasuk dari pelayanan kesehatan swasta lainnya. AKB tersebut

jauh melewati target MDG’s, yaitu 23 kematian per 1000 kelahiran bayi hidup

pada tahun 2015. Hal tersebut tak lepas dari pelaksanaan program kesehatan

Pemerintah Kota Serang yang juga tertera dalam RAD KLA Kota Serang, yaitu

program kesehatan anak yang mana kegiatan diantaranya adalah Survey Deteksi

dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak dumulai dari 0-5 Tahun dan MTBS.

Selain itu terdapat pula program penyedia sarana dan prasarana kesehatan yang

ramah anak melalui Puskesmas Ramah Anak. Terdapat 3 Puskesmas yang

ditetapkan sebagai Puskesmas Ramah Anak melalui SK Kepala Dinkes Kota

Serang, yaitu Puskesmas Kalodran, Puskesmas Ciracas, dan Puskesmas Unyur.

Adanya puskesmas ramah anak juga berperan dalam pemberdayaan keluarga dan

masyarakat agar paham dan mampu memenuhi hak kesehatan anak, menjadi
169

pusat informasi kesehatan bagi orang tua/keluarga maupun anak. Ketika

melakukan pelayanan ramah anak maka akan terpenuhinya hak anak atas

kesehatannya sehingga meningkatkan jumlah anak yang sehat dan menurunkan

permasalahan kesehatan pada anak. Adapun status gizi anak di Kota Serang

dominan baik, namun masih terdapat balita dengan status gizi buruk. Terdata

sebanyak 62 balita yang tergolong sangat kurus dan paling banyak ditemui di

wilayah Kasemen, yang kemudian di Kecamatan Kasemen rutin mengadakan

kegiatan dalam engurangi gizi buruk. Kegiatan tersebut telah melibatkan

masyarakat melalui kader-kader yang ada di wilayah tersebut.

Pada bidang pendidikan program yang dilaksanakan adalah adanya

Sekolah Ramah Anak. Sekolah merupakan tempat atau wadah yang bertujuan

untuk memberikan edukasi pada siswa/murid melalui bimbingan tenaga

pendidik. Adanya sekolah ramah anak untuk memberikan perlindungan pada

anak dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya

yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,

maupun pihak lain. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman, bersih,

sehat, ramah dan menyenangkan maka perlu dibentuk Sekolah Ramah Anak.

SRA di Kota Serang ditentukan dengan SK Kepala Dindik Kota Serang yang

menyebutkan sebanyak 32 sekolah jenjang SD dan SMP sebagai sekolah yang

menginisiasi SRA. Namun belum ada satupun yang sudah memenuhi sekolah

ramah anak.

Sementara program wajib belajar 12 tahun di Kota Serang juga telah

dilaksanakan, namun masih terdapat anak putus sekolah yang dikonfirmasi oleh
170

forum anak dan aparat Kecamatan tetapi tidak didukung oleh data yang berisikan

jumlah pasti anak yang putus sekolah di Kota Serang. Peneliti tidak memperoleh

data tersebut pada Dindik Kota Serang karena menurut penuturan informan dari

Dindik sudah tidak ada anak putus sekolah. Data angka putus sekolah juga tidak

tercatat dalam buku Profil Gender dan Anak. Hal tersebut menandakan

kurangnya integrasi dalam pemenuhan data anak terpilah bidang pendidikan di

Kota Serang. Program penyediaan fasilitas untuk mengembangkan minat bakat

anak, memanfaatkan waktu luang serta menjadi media ekspresi yang berada di

luar sekolah juga sudah terfasilitasi di beberapa wilayah. Diantaranya adalah

taman kreatif Pipitan yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat sebagai

wadah atau tempat bermasin dan berkreasi sekaligus belajar untuk masyarakat

dan anak-anak.

Sementara itu program pemenuhan hak anak yang berkaitan dengan

perlindungan anak di Kota Serang dilaksanakan dengan salah satunya

membentuk P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Anak). Lembaga tersebut dibentuk oleh pemerintah melalui SK Walikota Serang

untuk meningkatkan cakupan layanan bagi AMPK. Pelayanan yang dilakukan

adalah memberikan konseling dan pendampingan hukum. Disediakan pula

rumah aman untuk menampung eks korban pada suatu kasus. Pada

pelaksanaanya P2TP2A juga melibatkan LPA Kota Serang dalam menangani

kasus. Sebagai lembaga masyarakat yang bergerak dibidang perlindungan anak,

LPA Kota Serang juga memiliki kegiatan inovatif yang mendukung pelaksanaan
171

KLA. Kegiatan tersebut berupa sosialisasi, advokasi, dan kampanye yang

dikemas dalam bentuk perlombaan untuk anak-anak.

Pelaksanaan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan

hak anak di Kota Serang juga melibatkan anak itu sendiri melalui forum anak.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh di lapangan, partisipasi forum anak

sudah cukup baik namun masih diperlukan pembekalan untuk anak agar

memiliki keterampilan yang akan bermanfaat untuk diri sendiri dan sekitarnya.

Program yang dilaksanakan juga seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan

anak, karena program diartikan sebagai terjemahan dari doktrin ke dalam pola-

pola tindakan yang nyata. Kesesuaian tersebut belum terbangun maksimal

disebabkan minimnya anggaran dan belum menemukan alternatif strategi yang

tepat untuk mengatasinya. Anak sebagai sasaran dari program menunjukan

antusiasmenya sebagai bentuk kepuasan atas program yang telah dilaksanakan,

terutama untuk mengetahui dan tergabung dalam forum anak Kota Serang

maupun di wilayahnya masing-masing.

Pelaksanaan program yang melibatkan anak belum dapat terlaksana

secara merata disebabkan oleh belum semua wilayah terfasilitasi forum anak.

Dengan demikian pada variabel program dapat dikatakan bahwa secara umum

telah mengarah pada pemenuhan hak anak yang juga sesuai dengan rancangan

yang telah dibuat namun dalam pemenuhan target masih banyak yang belum

tercapai karena sumberdaya manusia dan anggaran yang masih dirasa kurang.

Begitupun dalam pelaksanaanya yang sudah berupaya melibatkan masyarakat

dan dunia usaha meskipun perannya belum sama dominan.


172

4.5.4 Sumber-sumberdaya

Sumber-sumberdaya dalam penelitian ini berupa sumberdaya keuangan,

fisik, manusia, potensi dan teknologi yang dibutuhkan oleh lembaga dalam

menjalankan aktifitasnya. Sumberdaya seringkali dianggap sebagai kendala

dalam pelaksanaan program. Pada konteks penguatan kelembagaan KLA

kebutuhan sumberdaya untuk memenuhi kegiatan operasional lembaga sudah

diatur dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator

Kabupaten/Kota. Upaya memenuhi sumberdaya keuangan adalah melalui APBD

Kota Serang yang dianggarkan oleh OPD terkait yang menjalankan program dan

kegiatan pemenuhan hak anak, tidak ada sumber pemasukan lain. Sumberdaya

keuangan juga dianggap menjadi kendala dalam pemenuhan hak anak dan

fasilitasi penguatan kelembagaan dengan bentuk pelatihan kepada sumberdaya

manusia yang terlibat dalam KLA. Kendati pun demikian, presentasi alokasi

APBD untuk KLA di Kota Serang belum diketahui jumlahnya, karena belum

dilakukan pendataan secara menyeluruh. Pengumpulan data untuk akumulasi

anggaran pun menemui kendala, yaitu sumberdaya manusia yang belum

semuanya memahami apa itu pemenuhan hak anak dan KLA secara menyeluruh.

Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah Kota Serang telah mengadakan

sosialisasi dan pelatihan terkait KHA. Namun belum semua sumberdaya

manusia yang terlibat mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tersebut disebabkan

oleh anggaran yang belum memenuhi. Fasilitasi pelatihan dan sosialisasi sangat

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar doktrin


173

melekat dalam pemahaman yang kemudian terwujud dalam kota yang layak

untuk anak. Kurangnya pemahaman tersebut akan berdampak pada dukungan

maupun komitmen yang terbentuk terhadap sumberdaya. Adapun sosialisasi

yang telah dilakukan juga belum sepenuhnya mengenai sasaran secara langsung

karena kebanyakan OPD yang diundang tidak konsisten memberikan

tanggungjawabnya pada orang yang sama. Sehingga perlunya penunjukan secara

langsung kepada pelaksana program.

Bila dilihat dari komposisi sumberdaya manusia dalam pelaksanaan

program pemenuhan hak anak telah melibatkan semua unsur, mulai dari lembaga

pemerintah, lembaga masyarakat pemerhati anak, dunia usaha, forum anak dan

lembaga lain yang relevan. Sumber daya yang melaksanakan juga berkompeten

di bidangnya, hal ini tergambar pada Gugus Tugas KLA Kota Serang dan RAD

Kota Serang yang dibentuk berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Namun sumberdaya yang ada saat ini dirasa belum mencukupi dari segi

kuantitasnya sehingga diperlukan untuk menambahkan anggota agar mencakup

semua sampai pada tataran teknis agar tanggungjawab lebih jelas dan program

berjalan maksimal. Selain diperlukan penambahan juga diperlukan penguatan

agar lebih terintegrasi dalam pembagian peran dan kewenangan.

Terkait sarana prasarana sebagai masukan fisik juga belum dapat

memenuhi hak anak. Pada pelayanan baik yang dilakukan pemerintah maupun

swasta haruslah ramah anak, dengan menyediakan sarana pendukung semacam

tempat bermain untuk anak dan laktasi. Fasilitasi sarana prasarana ini juga

merupakan program yang tercantum dalam RAD KLA. Di Kota Serang sendiri
174

berkaitan dengan hal tersebut masih minim ketersediannya. Adapun di

Kecamatan Taktakan yang sudah mulai menata dari segi fasilitas, dengan

menyediakan tempat bermain anak di dekat pelayanan, dan laktasi, namun

menurut informasi yang peneliti peroleh selama laktasi tersebut difasilitasi

hampir tidak ada yang menggunakan, karena lokasi ruang laktasi yang cukup

berjarak dari tempat pelayanan.

Adanya Ruang Terbuka Hijau yang juga menjadi usulan dari forum anak

dalam musrenbang telah di fasilitasi pemerintah Kota Serang, bertempat di alun-

alun Kota Serang yang dilengkapi dengan taman digital yang dibangun oleh PT.

Telkom Indonnesia. Selain taman digital di alun-alun, PT. Telkom Indonesia

juga memfasilitasi sarana permainan skateboard di stadion Ciceri. Adanya

sarana-sarana tersebut merupakan kerjasama pemerintah dengan dunia usaha

dalam pemenuhan ruang publik yang mendukung KLA. Sementara pengadaan

RTH di masing-masing Kecamatan atas usulan forum anak saat ini tengah

ditindaklanjuti di Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Kasemen.

Tindaklanjut tersebut harus terus dipantau bersama-sama agar terpelihara dan

berjalan dengan baik.

Untuk masukan potensi dan teknologi yang ada di Kota Serang belum

dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan informasi

yang peneliti peroleh, potensi di Kota Serang sendiri adalah perdagangan dan

jasa, sehingga peningkatan peran CSR akan sangat baik dalam memanfaatkan

potensi tersebut. Namun seperti pembahasan sebelumnya bahwa CSR di Kota

Serang masih belum berjalan efektif. Sementara teknologi sampai saat ini belum
175

ada yang mendorong pelaksanaan KLA, sehingga Kota Serang membutuhkan

penerapan teknologi agar dapat memaksimalkan sumberdaya yang ada dengan

sebaik mungkin.

Dengan demikian pada variabel sumber-sumberdaya secara umum dapat

dikatakan bahwa masukan secara keseluruhan masih dirasa kurang dan belum

dapat dimanfaatkan secara maksimal, terkait keuangan yang hanya bersumber

dari APBD dan seringkali menjadi hambatan dalam pelaksanaan program,

begitupula sumberdaya manusia yang perlu ditambahkan karena dianggap

sebagai kendala, perlu juga dilakukan pengembangan sumberdaya manusia yang

berkelanjutan dengan pelatihan, mengatur kondisi dan lingkungan kerja agar

kinerja dari fungsi dan tugas yang ada berjalan baik, dan rekrutmen yang tepat.

Kegiatan tersebut dilakukan agar doktrin terkait hak anak tertanam dalam setiap

sumberdaya manusia yang terlibat dalam KLA. Ketersediaan sarana prasarana

yang juga masih minim terutama dalam pelayanan publik oleh pemerintah.

Potensi yang belum optimal pemanfaatannya dan belum ada teknologi yang

digunakan untuk mendorong percepatan pelaksanaan.

4.5.5 Struktur Intern

Pada variabel struktur intern dalam penguatan kelembagaan secara

umum dapat dikatakan sudah berjalan, dalam proses bekerjanya struktur

berdasarkan pembagian peran dan kewenangan. Struktur organisasi dibentuk

berdasarkan kebutuhan dan dilegalkan dengan SK Walikota Serang. Struktur

gugus tugas KLA Kota Serang sendiri beberapa kali mengalami perubahan dan
176

penyesuaian dengan aturan dari pusat, yaitu telah sesuai dengan klaster hak

anak, namun belum mencakup penguatan kelembagaan karena non urusan.

Meski telah mengalami beberapa kali perubahan namun struktur yang

ada saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan

KLA yang harus melibatkan banyak pihak baik pemerintah, swasta dan

masyarakat sebagai aktor good governance. Dunia usaha dan masyarakat belum

dilibatkan dalam struktur saat ini, bahkan beberapa OPD pun tidak tercantum

dalam struktur. Hambatan yang ditemui adalah karena kurangnya sosialisasi dan

belum dilaksanakannya advokasi terkait Kota Layak Anak terhadap dunia usaha

maupun masyarakat. Hal ini menunjukkan koordinasi yang dilakukan antara

para aktor good governance belum terbangun.

Berdasarkan data dan informasi yang peneliti peroleh di lapangan saat ini

struktur gugus tugas KLA Kota Serang hanya mencantumkan kepala atau

pimpinan OPD terkait yang melaksanakan pemenuhan hak anak. Hal ini

seringkali menjadi kendala dalam koordinasi karena penyampaian informasi

tidak langsung tepat sasaran. Sehingga struktur yang ada saat ini bisa dibilang

belum ideal karena belum memenuhi kebutuhan dan belum mewadahi para

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KLA di Kota Serang. Pembagian peran

dan kewenangan dilaksanakan berdasarkan tugas dan pokok masing-masing

OPD sesuai dengan bidangnya. Setiap OPD yang terlibat dalam struktur Gugus

Tugas KLA memiliki peranan dalam menyusun rencana aksi KLA dan

bertanggungjawab untuk melaksanaannya.


177

Demikian pula lembaga Kecamatan dan Kelurahan yang meskipun tidak

tercantum dalam struktur Gugus Tugas KLA Kota Serang namun tetap memiliki

peran dalam menopang lembaga diatasnya untuk melaksanakan Kecamatan dan

Kelurahan yang layak anak. Maka dari itu penting membangun inisiatif dari

struktur pemerintahan terkecil agar dapat melaksanakan KLA dengan

pendekatan bottom-up. Upaya menguatakan kelembagaan pemerintah bukan

hanya kelembagaan pada tingkat Kota saja dimana kebijakan diterapkan,

demikian juga kelembagaan dibawahnya yang ikut berperan melaksanakan

pemenuhan hak anak di daerahnya.

LPA Kota Serang sebagai lembaga non formal yang juga berperan dalam

pelaksanaan KLA khususnya pada perlindungan anak memberikan masukan dan

pendampingan dalam penanganan kasus. Namun demikian kinerja LPA tersebut

dianggap tumpang tindih dengan forum anak dan DP3AKB. Hal ini

memungkinkan karena kurangnya koordinasi antar pelaksana.

Terkait pola hubungan atau komunikasi yang dilakukan antar pihak yang

terkait telah terbangun dengan adanya pertemuan rapat kecil dan rapat besar

yang rutin dilaksanakan. Namun ternyata usaha tersebut masih kurang efektif

dan tidak komunikatif karena beberapa hambatan diantaranya sumberdaya yang

kurang pemahaman dan konsistensi dalam menjalankan peran. Begitupun

komunikasi dengan pihak dunia usaha yang belum berjalan baik karena

kurangnya komitmen yang terbangun baik pimpinan maupun para pelaksana.

Dengan demikian struktur intern dalam pengutatan kelembagaan KLA secara

umum telah mendorong pelaksanaan KLA di Kota Serang. Meskipun di sisi lain
178

masih menemui beberapa hambatan. Kurangnya pemahaman dan komitmen

yang cenderung membuat koordinasi tidak berjalan dengan baik, demikian juga

pola hubungan dengan dunia usaha yang belum terjalin dengan baik dan

signifikan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa penguatan

kelembagaan Kota Layak Anak di Kota Serang secara umum sudah dilakukan.

Hal ini terbukti dengan adanya komitmen tertulis yang dibuat pemerintah Kota

Serang dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan KLA. Meskipun

pada pelaksanaanya pemenuhan tersebut belum optimal karena beberapa hal

yang harus diperbaiki. Namun upaya untuk meperkuat lembaga pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha agar proaktif dalam memenuhi hak anak yang

dilakukan melalui sosialisasi, fasilitasi sumberdaya ketenagaan, anggaran

maupun sarana prasarana telah dipenuhi, sehingga pemerintah Kota Serang

dapat memenuhi tujuan dari kebijakan Kota Layak Anak berdasarkan Peraturan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 11 Tahun 2011

tentang Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak.

4.5.6 Temuan Penelitian

Penguatan Kelembagaan Kota Layak Anak menurut edaran advokasi dari

Kementrerian PP-PA pada tahun 2015 yaitu upaya untuk memperkuat

kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, lembaga

masyarakat dan dunia usaha di semua wilayah administrasi pemerintahan agar

proaktif dalam upaya memenuhi hak anak, melalui advokasi, sosialisasi dan

fasilitasi di bidang ketenagaan, anggaran, sarana prasarana, metoda dan


179

teknologi. Penelitian ini menggunakan konsep penguatan kelembagaan yang

menggabungkan teori pembangunan lembaga dan pengembangan kapasitas

sebagai salah satu upaya memperkuat kelembagaan dalam KLA. Kesesuaian

yang muncul adalah Kelembagaan dalam konsep Esman (dalam Eaton 1896:40 )

adalah hasil akhir dari pembangunan lembaga. Maka penguatan kelembagaan

Kota Layak Anak memerlukan usaha pembangunan lembaga dan pengembangan

kapasitas agar menghasilkan kelembagaan yang kuat untuk menopang

berjalannya Kota Layak Anak di suatu wilayah administrasi pemerintahan.

Proses pembangunan lembaga pada penelitian ini dilakukan dengan

menilhat upaya pemenuhan pada variabel lembaga yang dikaitkan dengan

kriterian kelembagaan sebagai keadaan akhir dari pembangunan lembaga.

Temuan penelitian ini menunjukkan upaya-upaya yang telah dilakukan

pemerintah Kota Serang dalam Kota Layak Anak yang mengarah pada variabel

lembaga dan dimensi pengembangan kapasitas, yaitu sebagai berikut:

a. Kepemimpinan

Upaya pemerintah dalam melibatkan aktor good governance

dalam pelaksanaan KLA di Kota Serang mengarah pada komitmen

normatif dan citra lingkungan. Upaya dalam kepemimpinan ini juga

merupakan tipe kegiatan yang ada pada dimensi penguatan organisasi

dalam pengembangan kapasitas yang fokusnya terletak pada

memperbaiki kinerja dan fungsi-fungsi tugas dalam kelembagaan.

Ringkasan proses pembangunan lembaga yang dilakukan pemerintah

Kota Serang adalah sebagai berikut:


180

Tabel 4.13 Capaian Kepemimpinan KLA Kota Serang


No Proses Pembangunan Lembaga Kriteria Kelembagaan
Pemerintah Kota Serang telah membentuk
peraturan pemenuhan hak anak dan Gugus Tugas Capaian komitmen
1
KLA yang telah diresapi oleh DP3AKB dan normatif
Bappeda sebagai leading sector KLA
Masyarakat dan dunia usaha memberikan dukungan
2 dengan penyediaan fasilitas atau sarana pendukung Capaian citra lingkungan
pemenuhan hak anak
Anak sebagai masyarakat menyampaikan aspirasi
Capaian kemampuan
3 berupa masukan dalam perencanaan program
teknis
melalui musrenbang
(Sumber: Peneliti, 2019)

b. Doktrin

Upaya memberikan doktrin dilakukan dengan membentuk

Peraturan Daerah terkait pemenuhan hak anak dan melakukan sosialisasi.

Keadaan akhir atau kelembagaan mengarah pada capaian teknis, artinya

pemerintah berusaha memberikan jasa untuk meningkatkan kompetensi

aparatur pemerintah dan masyarakat. Doktrin ini dapat diartikan juga

sebagai alat reformasi sistem kelembagaan agar dapat mendorong

berkembangnya masyarakat madani.

Tabel 4.14 Capaian Doktrin KLA Kota Serang


No Proses Pembangunan Lembaga Kriteria Kelembagaan
Pemerintah Kota Serang memberikan pemahaman
Capaian kemampuan
1 melalui Peraturan Daerah tentang anak,
teknis
memberikan sosialisasi kepada OPD
Gagasan terkait kepentingan terbaik bagi hak anak
Capaian komitmen
2 telah diresapi oleh sebagian OPD di lingkungan
normatif
pemerintah tingkat Kota
(Sumber: Peneliti, 2019)
181

c. Program

Keadaan akhir dari program-program yang sudah dilakukan

mengarah pada dorongan inovatif, citra lingkungan dan efek sebaran.

Upaya pemerintah Kota Serang mengarah pada dorongan inovatif karena

tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga melibatkan anak.

Dorongan inovatif pemerintah ini membuat anak memperoleh hak nya

dalam berpartisipasi terhadap pembangunan. Untuk melaksanakan

program perlu memanfaatkan personel yang ada dan komunikasi

sehingga program termasuk pada dimensi penguatan organisasi.

Tabel 4.15 Capaian Program KLA Kota Serang


No Proses Pembangunan Lembaga Kriteria Kelembagaan
Pemerintah Kota Serang melibatkan anak dalam Capaian dorongan
1
perencanaan maupun pelaksanaan program inovatif
Anak melalui forum anak se Kota Serang
memberikan dukungan dengan merespon sangat
2 Capaian citra lingkungan
baik terhadap setiap program yang dilakukan
pemerintah
Pelaksanaan setiap program oleh masing-masing
OPD di Kota Serang dilakukan secara terpadu
3 Capaian efek sebaran
untuk memenuhi hak anak tertuang dala RAD Kota
Serang
(Sumber: Peneliti, 2019)

d. Sumber-sumber Daya

Upaya pemerintah Kota Serang dalam mencapai kelembagaan

mengarah pada capaian citra lingkungan, kemampuan teknis dan efek

sebaran yang dilakukan melalui proses pembangunan lembaga sebagai

berikut. Capaian teknis dalam artian memberikan jasa-jasa teknis dalam

bentuk pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Capaian efek sebaran

dala artian pemerintah berusaha meningkatkan sejauh mana norma atau


182

perilaku yang inovatif diperjuangkan oleh lembaga yang melakukan

kegiatannya. Jadi sumberdaya manusia yang sudah terlatih tidak cukup

pada pemahaman dalam dirinya sendiri tetapi juga dilaksanakan dalam

menjalankan program kerja lembaga dimana sumberdaya manusia

bekerja. Sumberdaya dalam pembangunan lembaga berkaitan dengan

pengembangan manusia dalam pengembangan kapasitas. Begitupun

dalam KLA untuk dimensi pengembangan manusia yang berfokus pada

pengadaan dan penyediaan personel yang profesional dan teknis yang

dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pemberian gaji, dan sistem

rekrutmen yang tepat yang dilakukan berdasarkan kemampuan masing-

masing.

Tabel 4.16 Capaian Sumber-sumber Daya KLA Kota Serang


No Proses Pembangunan Lembaga Kriteria Kelembagaan
Pemerintah Kota Serang memberikan anggaran
1 Capaian citra lingkungan
untuk KLA dari APBD
Pemerintah mengadakan pelatihan terkait Konvensi
Capaian kemampuan
2 Hak Anak kepada sumberdaya manusia untuk
teknis dan efek sebaran
eningkatkan kompetensi
(Sumber: Peneliti, 2019)

e. Struktur Intern

Upaya pembangunan lembaga KLA melibatkan tiga aktor good

governance dan saling bekerjasama sesuai perannya masing-masing

mengarah pada capaian kemampuan teknis dan komitmen normatif.

Upaya menjalin kerjasama juga termasuk capaian citra lingkungan

karena lembaga dipandang berharga dan menguntungkan dalam

masyarakat, yang dibuktikan dengan dunia usaha yang menyediakan


183

masukan sumberdaya fisik yang mendukung pemenuhan hak anak yang

juga mengarah pada dorongan inovatif. Upaya tersebut juga mengarah

pada capaian efek sebaran karena dengan adanya hubungan kerjasama

dengan lembaga lain mengartikan bahwa pola-pola inovasi pemerintah

dapat diterima. Struktur intern berkaitan dengan dimensi penguatan

organisasi karena berfokus pada manajemen kinerja dan fungsi-fungsi

dan tugas-tugas yang ada dan pengaturan struktur mikro yang dilakukan

dengan kegiatan komunikasi dan struktur manajerial.

Tabel 4.17 Capaian Struktur Intern KLA Kota Serang


No Proses Pembangunan Lembaga Kriteria Kelembagaan
Usaha struktur intern
KLA Kota Serang
Struktur intern dalam KLA melibatkan OPD Kota mengarah pada
Serang sebagai unsur pemerintah, masyarakat dan 1. Kemampuan teknis
1
dunia usaha untuk bekerjasama dan berkolaboraasi 2. Komitmen normatif
dalam pembangunan lembaga KLA di Kota Serang 3. Dorongan inovatif
4. Citra lingkungan
5. Efek sebaran
(Sumber: Peneliti, 2019)

Kaitan-kaitan dalam konsep pembangunan lembaga Esman dalam Eaton

(1986:25), yaitu kesaling tergantungan yang ada antara suatu lembaga dengan

bagian masyarakat relevan lainnya. Penelitian ini menjelaskan kaitan-kaitan

antara ketiga aktor good governance dalam peranannya untuk melakukan

pembangunan lembaga Kota Layak Anak di Kota Serang. Peneliti dapat

menyimpulkan dari lima variabel lembaga yang sudah dijelaskan di atas

bahwasanya kaitan-kaitan yang terbangun adalah kaitan fungsional dan kaitan

normatif. Adanya kerjasama antara ketiga aktor good governance termasuk

kedalam kaitan fungsional. Artinya pemerintah Kota Serang, masyarakat dan


184

dunia usaha menjalankan fungsi dan jasa-jasa untuk menyediakan masukan dan

menggunakan keluaran, ikut terlibat dalam memberikan kontribusi untuk

pelaksanaan KLA. Dunia usaha dengan CSR kepada pemerintah pada fasilitas

pemenuhan hak anak. Pemerintah dengan kekuasaan untuk membuat

perencanaan dan pelaksanaan kebijakan. Lembaga masyarakat dengan

memberikan pendampingan terhadap anak.

Kaitan normatif dengan melakukan usaha doktrinasi yang dilakukan

pemerintah yaitu dengan lembaga-lembaga yang mencakup norma-norma dan

nilai-nilai yang relevan bagi doktrin dan program dari lembaga tersebut. Salah

satunya dengan upaya sosialisasi yang dilakukan dengan mengajak lembaga-

lembaga yang memiliki nilai-nilai yang relevan bagi doktrin dan program seperti

LPA Kota Serang, maka pemerintah melakukan sosialisasi terlebih dahulu

supaya lembaga dapat berfungsi sesuai dengan tujuan kebijakan Kota Layak

Anak.

Upaya yang dilakukan belum sepenuhnya maksimal karena masih

menemui beberapa hambatan. Diantaranya hambatan pada kepemimpinan,

sumberdaya dan komunikasi. Ketika sebuah pembangunan lembaga berhasil

dilakukan maka hasil akhirnya adalah kelembagaan yang mendorong perubahan

dan melindungi perubahan, maka kelembagaan tersebut telah diterima dan

didukung oleh lingkungan eksternnya.

Berikut ini merupakan kaitan indikator penguatan kelembagaan dalam

KLA dengan variabel lembaga dalam pembangunan lembaga menurut Esman

(dalam Eaton 1986: 24).


185

Tabel 4.18 Kaitan Indikator Penguatan Kelembagaan dalam KLA dengan


Variabel Lembaga
No. Indikator Penguatan Kelembagaan Variabel Lembaga
Adanya peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk Kepemimpinan
1
pemenuhan hak anak Doktrin
Presentase anggaran untuk pemenuhan hak anak termasuk Sumber-
2
anggaran untuk penguatan kelembagaan sumberdaya
Jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program
Doktrin
3 dan kegiatan yang mendapatkan masukan dari forum anak dan
Program
kelompok anak lainnya
Tersedia sumberdaya manusia terlatih KHA dan mampu Sumber-
4 menerapkan hak anak ke dalam kebijakan, program dan sumberdaya
kegiatan Program
Tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur, dan
5 Doktrin
Kecamatan
Kepemimpinan
6 Keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak anak
Struktur intern
Kepemimpinan
7 Keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak
Struktur intern
(Sumber: Peneliti, 2019)

Temuan penelitian pada penelitian ini berfokus pada temuan konsep

penguatan kelembagaan. Komitmen dalam kepemimpinan sebagai pondasi awal,

pengembangan manusia, dan penguatan organisasi adalah hal yang paling

penting untuk diwujudkan. Rendahnya kapasitas sumberdaya manusia yang

dimiliki Kota Serang menjadi hambatan dalam membangun komitmen untuk

mengupayakan penerapan KLA. Kerjasama lintas sektor dan koordinasi yang

menjadi kunci berjalannya suatu program belum dapat dilakukan dengan baik.

KLA di Kota Serang dapat terus berkembang keberhasilannya jika didorong oleh

komitmen setiap pelaksana, sumberdaya manusia yang profesional dan terlatih

secara teknis, kepemimpinan dan komunikasi yang berjalan baik.


186

Tabel 4.19 Rekapitulasi Temuan Lapangan

Temuan Lapangan
Kepemimpinan
Sikap pemimpim - Pemimpin di Kota Serang telah mengarah pada tujuan membentuk Kota Serang Layak Anak dengan
menginisiasi KLA sejak tahun 2013 dan membentuk beberapa Perda terkait sebagai bentuk penguatan
kelembagaan
Kemampuan - Kepemimpinan di Kota Serang dalam megimplementasikan peraturan-peraturan yang telah terbentuk
menggerakkan masih kurang tegas dalam menggerakkan anggota/bawahannya untuk menjalankan kebijakan sehingga
masih banyak para pelaksana kebijakan di tataran teknis yang masih belum memiliki kesadaran dan rasa
tanggung jawab penuh terhadap tugasnya
Komitmen dan - Peningkatan komitmen pada tataran Kota telah disusun beberapa Perda maupun Perwal mengenai
konsistensi pemenuhan hak-hak anak.
- Secara tindakan komitmen tersebut belum diwujudkan.
- Pada tataran lembaga penopang baik tingkat Kecamatan maupun Kelurahan komitmen baik dalam bentuk
tertulis maupun tindakan belum sepenuhnya terwujud
- Konsistensi berbuah hasil melalui keberhasilan Kota Serang meraih penghargaan KLA tingkat Pratama
pada tahun 2018
- Pelaksanaan pemenuhan indikator penguatan kelembagaan mampu memenuhi semua indikator namun
belum secara maksimal berjalan
- Indikator yang pemenuhannya paling baik adalah pada ketersediaan kebijakan/peraturan terkait
pemenuhan hak anak dan ketersediaan data anak terpilah di Kota Serang
- Kebijakan/peraturan, program dan kegiatan yang mendapat masukan dari anak terdapat pada hasil
musrenbang yang melibatkan anak
Doktrin
Tujuan lembaga - Tujuan dibentuknya Gugus Tugas KLA sebagai lembaga pelaksana KLA adalah untuk mempermudah
koordinasi dan pelaksanaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga yang terlibat dalam
187

Gugus Tugas KLA


Nilai yang dijunjung - Trnasformasi nilai-nilai tidak hanya kepada lembaga pemerintah saja, tetapi juga kepada masyarakat dan
dalam organisasi dunia usaha melalui sosialisasi telah sampai pada tahap mengetahui dan memahami
- Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan KLA dilakukan oleh DP3AKB dan Bappeda
- Penyesuain program dengan kebutuhan anak sebagai bentuk doktrinasi dalam penguatan kelembagaan
Program
Alokasi sumberdaya - Melaksanakan dan monitoring program yang ada dalam RAD KLA dengan sumberdaya yang ada
- Pelaksanaan program sesuai dengan RAD KLA serta target yang telah ditentukan
Keseuaian program - Setiap program dibuat dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, mengadakan musrenbang
dengan kebutuhan anak Kota Serang
masyarakat - Partisipasi forum anak Kota Serang dalam musrenbang untuk menyuarakan hak dan kebutuhannya
- Paartisipasi anak dalam program dan kegiatan didukung oleh OPD terkait
- Program yang dilaksanakan pada masing-masing bidang telah mencapai hasil yang cukup baik dilihat dari
adanya peningkatan pencapaian.
Kepuasan masyarakat - Respon yang baik ditunjukan oleh anak-anak Kota Serang yang antusias untuk tergabung dalam forum
anak dan mendukung pelaksanaan KLA
Sumberdaya
Keuangan - Anggaran bersumber dari APBD Kota Serang
- Belum ada sumber pemasukan lainnya baik dari dunia usaha maupun swadaya masyarakat sehingga dirasa
kurang mencukupi
- Alokasi yang tidak diketahui berapa besarannya secara pasti karena kurang terdata
Sarana dan prasarana - Sarana prasarana yang ada kurang perhatian pemerintah dan belum terdata dengan baik
- Terfasilitasi sarana prasarana sebagai bentuk tindaklanjut usulan dari forum anak Kota Serang
- Belum tersedianya sarana prasarana ramah anak dalam pelayanan publik di Kota Serang
Sumberdaya manusia - Sumberdaya manusia yang terlibat belum sepenuhnya terlatih KHA karena terkendala peralihan
penanggungjawab dan anggaran dalam mengadakan pelatihan
- Dari segi komposisi telah melibatkan semua unsur dan telah disesuaikan dengan klaster hak anak
188

- Sumberdaya manusia yang terlibat dalam susunan gugus tugas KLA saat ini dirasa kurang mencukupi
karena belum menyentuh pelaksana teknis
Teknologi dan potensi - Potensi yang ada di Kota Serang belum bisa dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung berjalannya
yang dikembangkan program dalam KLA
- Belum ada teknologi yang dikembangkan untuk mendorong percepatan pelaksanaan KLA di Kota Serang
Struktur Intern
Struktur Organisasi - Struktur telah dibuat berdasarkan pedoman dari pusat
- Struktur yang ada belum ideal karena belum secara eksplisit melibatkan tim teknis dan belum mencakup
penguatan kelembagaan sehingga belum memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan KLA
Pembagian peran dan - Pembagian peran dan kewenangan dilakukan sesuai dengan tugas pokok masing-masing lembaga yang
kewenangan terlibat
- Tersedianya data anak terpilah dalam bentuk buku Profil Gender dan Anak Kota Serang yang diperbarui
setiap tahun
Sistem komunikasi - Koordinasi dilakukan dengan pertemuan rapat kecil dan rapat besar yang rutin dan dianggarkan
- Koordinsi pemerintah dengan lembaga masyarakat LPA dan Forum Anak berjalan baik dan dilibatkan
dalam program dan kegiatan
- Koordinasi yang dilakukan dengan OPD terkait kurang efektif dan kurang komunikatif disebabkan oleh
sumberdaya yang kurang komitmen
Komitmen angggota - Komitmen anggota struktur dalam hal ini sebagai pelaksana program belum kuat, dilihat dari target yang
struktur telah ditentukan sendiri tidak tercapai
- Peraturan yang sudah disosialisasikan belum terdoktrin pada anggota struktur
(Sumber: Peneliti, 2019)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka

penyimpulan akhir tentang penguatan kelembagaan Kota Layak Anak di Kota

Serang secara umum telah berjalan baik, dilihat dari telah dilakukan upaya upaya

sosialisasi, fasilitasi sumberdaya ketenagaan, anggaran dan sarapa prasarana untuk

memperkuat lembaga pemerintah, lembaga masyarakat dan dunia usaha sehingga

proaktif dalam memenuhi hak anak, meskipun ada beberapa yang harus

diperbaiki.

Pemerintah Kota Serang melakukan sosialisasi terkait Kota Layak Anak

dengan mensosialisasikan Peraturan-peraturan Daerah terkait kepada pihak yang

terlibat (OPD terkait) termasuk masyarakat. Berkaitan dengan fasilitasi

sumberdaya ketenagaan dilakukan dengan dibentuknya struktur kelembagaan

Kota Layak Anak dengan membetnuk Gugus Tugas KLA sebagai lembaga

koordinatif yang mengawal dan mengawali pelaksanaan KLA melalui Keputusan

Walikota Serang Nomor 463/Krp.246-Huk/2017 tentang Perubahan Ketiga atas

Keputusan Walikota Serang Nomor : 463/Kep.66-Huk/2015 tentang Pembentukan

Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang, serta melaksanakan

pelatihan terkait Konvensi Hak Anak. Begitupun anggaran yang dialokasikan

bersumber dari APBD Kota Serang. Adapun fasilitasi sarana dan prasarana

didukung oleh dunia usaha dan masyarakat.

189
190

Pemenuhan 7 indikator penguatan kelembagaan dalam Kota Layak Anak

mencapai hasil yang baik, terlihat dari penilaian yang diperoleh dalam evaluasi

meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Meskipun tidak semua indikator

terpenuhi secara optimal, pemenuhan indikator paling baik adalah pada

ketersediaan kebijakan/peraturan terkait pemenuhan hak anak dan ketersediaan

data anak terpilah di Kota Serang.

Pelaksanaan penguatan kelembagaan yang memperoleh hasil yang baik

pada variabel variabel doktrin dan program, terlihat dari program yang dilakukan

cukup berhasil dan keberhasilan program tersebut buah dari doktrin yang

dilakukan. Meskipun demikian secara keseluruhan upaya penguatan kelembagaan

KLA di Kota Serang masih mengalami hambatan yang disebabkan hal-hal sebagai

berikut.

Pertama, faktor kepemimpinan yang merupakan variabel sangat penting

belum bisa memanfaatkan sumberdaya yang ada secara maksimal. Begitupun

dalam menggerakkan anggotanya dalam memberikan instruksi yang dianggap

kurang memiliki ketegasan sehingga komitmen lembaga dibawahnya belum

terbangun. Kedua, komunikasi yang terbangun belum efektif dan tidak

komunikatif terlihat dari masih terdapat sumberdaya manusia yang belum

memahami betul terkait Kota Layak Anak. Begitupun komunikasi dengan aktor

good governance lainnya yang masih belum berkelanjutan terutama dengan dunia

usaha sehingga keterlibatannya masih minim. Ketiga, dampaknya dari hal-hal

tersebut adalah keterbatasan sumberdaya yang dianggap menjadi hambatan dalam

pelaksanaan program, baik sumberdaya keuangan maupun sumberdaya manusia.


191

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi yaitu sebagai berikut.

1. Walikota Serang dalam membentuk Gugus Tugas Kota Layak Anak harus

melibatkan seluruh stakeholder agar tanggungjawab untuk melaksanakan

pemenuhan hak anak ada pada semua pihak dengan mencantumkan tataran

pelaksana teknis pada susunan organisasinya.

2. Pembina, pengarah dan ketua Gugus Tugas KLA Kota Serang sebaiknya

meningkatkan sinkronisasi dengan duduk bersama menyamakan

pandangan tentang urgensi atas pemenuhan hak anak-anak bagi OPD yang

terlibat, serta membentuk kesepakatan kerjasama yang baik agar masing-

masing OPD dapat merangkul masyarakat dan dunia usaha agar berperan

lebih signifikan dan berkelanjutan.

3. Ketua Gugus Tugas lebih meningkatkan komunikasi yang aktif dan

meningkatkan pemahaman SDM terkait KLA misalnya dengan kegiatan

FGD ataupun workshop dan memanfaatkan media sosial yang ada di luar

rapat rutin, perlu juga monitoring secara berkala agar pelaksanaan KLA di

Kota Serang lebih maksimal.

4. Ketua Gugus Tugas KLA menguatkan lembaga penopang KLA dengan

mengadakan program peningkatan kapasitas kelembagaan agar KLA dapat

terlaksana dengan pendekatan bottom-up dengan melakukan sosialisasi

yang rutin ke seluruh keluarga, lembaga masyarakat, Kelurahan,


192

Kecamatan selanjutnya meluas dan berujung pada Kota Layak Anak,

sehingga tidak melulu harus menunggu instruksi dari atas.

5. Walikota Serang diharapkan dapat melakukan pengembangan kapasitas

dalam kelembagaan dan sistem yang ada dalam pelaksanaan KLA dengan

melakukan program pengembangan manusia, penguatan organisasi, dan

reformasi kelembagaan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adrianto, Nico. 2007. Good Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik


melalui e-Goverment. Palangkaraya: Bayu Media.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali
Pers.
. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada.
. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis
ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Eaton, Joseph W. 1986. Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional:
Dari Konsep ke Aplikasi. Jakarta: UI-Press
Ekowanti, Mas Roro Lilik dan Dewi Casmiwati. 2015. Pembangunan Lembaga
dari Konsep ke Aplikasi (Studi Kasus Lembaga Koperasi di Wilayah
Pesisir Timur Surabaya). Surabaya: Hang Tuah University Press.
Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT
Refika Aditama.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi, Dedi. 2015. Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan.
Bandung: Alfabeta.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Saleh, Choirul. et.al. 2013. Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Aparatur.
Malang: UB Press.
Sedarmayanti, 2012, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

193
194

Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Wasistiono, Sadu. 2002, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.


Bandung: Fokusmedia.
Dokumen:

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia No. 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan
Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia No. 12/2011 tentang Indikator Kabupaten Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia No. 13/2011 tentang Panduan Pengembangan
Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia No. 14/2011 tentang Panduan Evaluasi
Kabupaten/Kota Layak Anak.Kementrian PP-PA RI. 2015.
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kota Layak Anak.
Peraturan Walikota Serang Nomor 48 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Daerah
Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang.
Surat Keputusan Walikota Serang Nomor 463/Kep.246-Huk/2017 tentang
Perubahan Ketiga atas Keputusan Walikota Serang No. 463/Kep.66-
Huk/2015 tentang Pembentukan Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak
Anak Kota Serang.
Surat Keputusan Kelurahan Pipitan Kecamatan Walantaka Kota Serang Nomor
01/Kep-/Kel.Pipitan/2018 tentang Penetapan Nama Forum Anak dan
Pembentukan Kepengurusan Forum Anak Kelurahan Pipitan Kecamatan
Walantaka Kota Serang.
Sumber Lain:

Badan Pusat Statistik. 2015. Kota Serang dalam Angka 2017. Serang: BPS Kota
Serang. No. Publikasi: 36730.1702.
Bahan Advokasi Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak 2018. Jakarta: Deputi
Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementrian PP-PA RI.
Bappeda Kota Serang. 2015. Laporan Kajian Capaian Indikator Kola Layak Anak
Tahun 2015.
Bappeda Kota Serang. 2018. Dokumen Jawaban Pertanyaan Evaluasi KLA 2018.
195

Bappeda Kota Serang. 2018. Profil Gender dan Anak Kota Serang Tahun 2018.
Banten Targetkan seluruh daerah layak anak
http://www.bantenbersatu.co.id/2017/10/banten-targetkan-seluruh-daerah-
layak.html diakses pada Minggu, 25 Maret 2018.

Penelitian Sebelumnya:

Abdi, Reni Bandari. 2015. Skripsi dengan judul: Implementasi Kebijakan


Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak di Kota Tangerang Selatan.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Hamudy, Moh Ilham A. 2015. Jurnal Bina Praja Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni
2015: 149-160 dengan judul: Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak di
Surakarta dan Makassar. Jakarta: Badan Penelitiandan Pengembangan
(BPP) Kementrian Dalam Negeri.

Kesumaningrum, Rijag Putri. 2016. Tesis dengan judul: Penguatan Kapasitas


Kelembagaan Program Kota Layak Anak (KLA) dalam Penanganan
Permasalahan Anak Jalanan di Kota Pekanbaru. Universitas Gadjah Mada.
CATATAN LAPANGAN

Tanggal/Waktu Tempat Hasil Informan


19 Februari 2019 Kantor DP3AKB Kota - Wawancara Kasi Pemenuhan Hak Anak
10:58 Serang - SK Sekolah Ramah Anak DP3AKB Kota Serang
26 Februari 2019 Kantor Disdukcapil Kota - Wawancara Kabid Pelayanan Pencatatan Sipil
09:15 Serang - Data kepemilikan akta kelahiran untuk anak Disdukcapil Kota Serang
- Jadwal One Day Service akta Kelahiran di Kecamatan
Cipocok Jaya
26 Februari 2019 Kantor Kelurahan Kasemen - Wawancara Lurah Kasemen, Kasi Pemerintahan,
11:20 - SK PATBM Kelurahan Kasemen dan Kader Posyandu (PATBM
Kelurahan Kasemen)
26 Februari 2019 Rumah Kreatif Pipitan - Wawancara Pendamping forum anak Pipitan
15:04 - SK Forum Anak Kelurahan Pipitan
27 Februari 2019 Kantor DP3AKB Kota - Wawancara Kasi Pemenuhan Hak Anak
09:22 Serang - SK Forum Anak Kota Serang DP3AKB Kota Serang
- Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan
4 Maret 2019 Kantor Bappeda Kota - Wawancara Kepala Sub Bidang Sosial
09:22 Serang - Data Evaluasi KLA 2017 & 2018 Kemasyarakatan BAPPEDA Kota
- SK Gugus Tugas KLA Kota Serang Serang
- Perda terkait KLA Kota Serang
- Perwal RAD KLA Kota Serang
- SK P2TP2A Kota Serang
- Dokumentasi keterlibatan Forum Anak Kota Serang
- RPJMD Kota Serang
- SK Forum Anak tingkat Kecamatan
- Buku saku pengembangan KLA
4 Maret 2019 Kantor - Wawancara Kepala Bidang Perdagangan
11:51 DisperdaginkopUKM Kota - Data LAKIP DisperdaginkopUKM Kota Serang
Serang
4 Maret 2019 Kantor Kecamatan - Wawancara Kasi Pemberdayaan Masyarakat
12:51 Taktakan Kelurahan Kecamatan Taktakan
5 Maret 2019 Kantor Kelurahan Pipitan - Wawancara Kasi Kesos Kelurahan Pipitan
09:39
5 Maret 2019 Kantor Dindikbud Kota - Wawancara Kasi Kesiswaan Bidang SMP
14:28 Serang - Data PAUD Kota Serang Dindikbud Kota Serang
6 Maret 2019 Puskesmas Kasemen - Wawancara Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
10:02 - Dinkes Kota Serang
8 Maret 2019 Kantor Dinas Pendidikan - Wawancara Kepala Seksi Peserta Didik dan
08:03 Kota Serang - Data jumlah sekolah SD & SMP se Kota Serang Pembangunan Karakter SD
- Data jumlah siswa SD & SMP per Kecamatan se Kota
Serang
- Data sekolah yang memiliki ZoSS di Kota Serang
8 Maret 2019 Kantor Kelurahan Pipitan - Wawancara Lurah Pipitan
09:33
8 Maret 2019 Kantor Sekretariat Daerah - Wawancara Kepala Bagian Hukum Sekretariat
13:58 Kota Serang - Perda CSR Kota Serang Daerah Kota Serang
- Perda KTR Kota Serang
12 Maret 2019 Mc Donald Ciceri Serang - Wawancara Sekretaris LPA Kota Serang
13:54
13 Maret 2019 Kantor DP3AKB Kota - Wawancara Ketua FAKOTAS 2018
14:17 Serang - Data daftar kegiatan Forum Anak Kota Serang
(FAKOTAS)
14 Maret 2019 Kantor Kecamatan - Wawancara Kasi Pemberdayaan Masyarakat
10:14 Kasemen Kelurahan Kecamatan Kasemen
15 Maret 2019 Kantor PT Telkom - Wawancara Assistant Manager Human Resources
09:41 Indonesia cabang Banten PT. Telkom Indonesia cabang Banten
15 Maret 2019 KFC Mall Ramayana - Wawancara Restaurant General Managerial PT.
10:58 Serang Fastfood Indonesia, Tbk KFC Serang
PEDOMAN WAWANCARA
Variable Kisi-kisi Pertanyaan Kode
Lembaga Informan
Kepemimpinan 1. Adanya kebijakan dan peraturan perundang-
undangan terkait KLA
2. Sosialisasi KLA kepada OPD terkait
3. Komitmen pemimpin di Kota Serang
terhadap KLA
4. Upaya pemimpin mewujudkan KLA di Kota
Serang
5. Kemampuan pemimpin menggerakkan
(medoktrin) anggotanya
Doktrin 1. Tujuan dan harapan Gugus Tugas KLA
2. Transformasi nilai-nilai (doktrin) kepada
masyarakat dan dunia usaha
3. Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan
KLA I 1-1, I 1-2, I
Program 1. Pelaksanaan dan monitoring RAD KLA
I I
2. Kepentingan terbaik bagi anak dalam setiap 1-3, 1-4, 1-
program 5, I 1-6, I 1-7,
3. Partisipasi anak dalam penyusunan
kebijakan dan setiap program KLA
I 1-8, I 1-9, I
4. Program yang dilaksanakan sesuai dengan 1-10, I 1-11, I
kebutuhan masyarakat dan anak
I I
5. Masyarakat dan anak merasa puas terhadap 2-1, 2-2, 2-
program dan kegiatan yang telah berjalan 3, I 2-4, I 3-1
Sumberdaya 1. Anggaran untuk KLA (pemenuhan hak anak
& penguatan kelembagaan)
2. Seluruh SDM KLA terlatih PUHA
3. Kebutuhan SDM untuk pelaksanaan KLA
4. Sarana dan prasana yang mendukung KLA
5. Pemanfaatan potensi dan teknologi dalam
pelaksanaan KLA
Struktur Intern 1. Peran dan kewenangan dalam KLA
2. Komunikasi dan koordinasi Gugus Tugas
KLA
3. Data anak terpilah menurut jenis kelamin,
umur dan kecamatan
4. Komitmen para pelaksana
(Sumber: Peneliti 2018)
DAFTAR PERTANYAAN UMUM KATEGORI INSTANSI

Kepemimpinan

1. Adakah Kebijakan/peraturan perundang-undangan terkait KLA? Apa saja?


2. Apakah kebijakan KLA telah teradvokasi dan tersosialisasi kepada semua
OPD? Utamanya pimpinan
3. Bagaimana komitmen pemimpin terhadap pemenuhan hak anak di Kota
Serang? Apakah sudah terwujud?
4. Upaya apa saja yang telah dilakukan pimpinan di Kota Serang agar
membangun komitmen bersama dalam melaksanakan KLA?
5. Bagaimana sikap pemimpin dalam menggerakkan anggotanya?
(mendoktrin)

Doktrin

1. Apa tujuan dibentuknya Gugus Tugas KLA?


2. Harapan gugus tugas dimasa mendatang akan seperti apa? Dari segi
kinerja dan sumberdaya?
3. Bagaimana cara gugus tugas mendoktrin
(mentransformasikan/menyalurkan nilai-nilai) kepentingan terbaik bagi
anak kepada masyarakat dan kepada dunia usaha?
4. Apakah setiap program yg direncanakan sudah mementingkan hak anak?
5. Apakah ada upaya pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan
KLA? berjalan dengan baik/tidak?
Program

1. Apakah program atau kegiatan pada RAD KLA terlaksana dan termonitori
dengan baik?
2. Bagaimana partisipasi anak di Kota Serang dalam KLA?
3. Apakah anak dilibatkan dalam proses penyusunan peraturan/kebijakan di
Kota Serang?
4. Apakah program sudah sesuai dengan kebutuhan anak?
5. Masukan anak apa saja yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Kota Serang?
6. Apakah masyarakat dan anak merasa puas dengan program yg telah
dilaksanakan?
7. Apakah program yang dilaksanakan telah diterima masyarakat/anak secara
merata?

Sumberdaya

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait kebijakan tersebut?


2. Apakah bapak/ibu telah mengikuti pelatihan PUHA?
3. Anggaran yang digunakan untuk KLA sumbernya dari mana?
4. Berapa alokasinya untuk KLA?
5. Bagaimana kerjasama pemerintah dengan DU/LSM terkait anggaran untuk
KLA?
6. Apakah struktur gugus tugas yang telah terbentuk sudah pas atau sesuai
dengan apa yang dibutuhkan? (tidak kurang sumberdaya atau sebaliknya)
7. Apa saja sarana dan prasarana yang sudah mendukung KLA?
8. Apakah kota Serang memiliki potensi yang telah dikembangkan untuk
pelaksanaan KLA? Dimanfaatkan atau tidak?
9. Adakah teknologi yang mendukung berjalannya kebijakan KLA?

Struktur Intern

1. Apakah peranan instansi anda dalam pelaksanaan KLA?


2. Kewenangan apa yang dimiliki instansi anda dalam pelaksanaan KLA?
3. Bagaimana sistem komunikasi (koordinasi antar pihak) yang terbangun
dalam Gugus Tugas KLA? Dari setiap OPD yg terlibat?
4. Siapa yang seharusnya merangkul pihak swasta agar terlibat dalam
pemenuhan hak anak di Kota Serang?
5. Bagaimana sistem atau mekanisme pengumpulan data anak di Kota
Serang?
6. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait komitmen para pelaksana KLA?

DAFTAR PERTANYAAN UMUM KATEGORI STAKEHOLDER

1. Apa bapak/ibu telah mengetahui kebijakan KLA? Bagaimana pendapat


bapak/ibu terkait kebijakan tersebut?
2. Apakah permasalahan anak yang paling krusial di Kota Serang?
3. Bagaimana pendapat bapak/ibu menganai komitmen pemimpin di Kota
Serang terhadap KLA?
4. Apakah bapak/ibu memiliki peran dalam KLA?
5. Kewenangan apa yang dimiliki organisasi ini dalam pelaksanaan KLA?
6. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait upaya yang telah dilakukan
pimpinan di Kota Serang dalam melaksanakan KLA?
7. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait doktrin yang dilakukan oleh
pemimpin terhadap masyarakat dan dunia usaha?
8. Apa saja kegiatan organisasi bapak/itu dalam mendukung pelaksanaan
KLA? Apakah sudah mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak?
9. Bagaimana komunikasi/koordinasi dengan pemerintah?
10. Apakah organisasi bapak/ibu ikut serta dalam pelatihan dengan materi
KHA dalam rangka menjalankan KLA?
11. Bagaimana kondisi anak-anak Kota Serang setelah adanya kebijakan KLA
di Serang? Apakah perubahan yang signifikan?
12. Apakah organisasi bapak/ibu ikut serta menyumbangkan anggaran dalam
untuk pelaksanaan KLA?
13. Apakah kebijakan maupun program telah engutamakan kepentingan
terbaik bagi anak?
14. Apakah program yang sudah berjalan telah menyelesaikan permasalahan
krusial anak di Kota Serang?

DAFTAR PERTANYAAN KATEGORI MASYARAKAT DAN ANAK

1. Apa bapak/ibu telah mengetahui kebijakan KLA? Bagaimana pendapat


bapak/ibu terkait kebijakan tersebut?
2. Apakah bapak/ibu mengetahui sarana/prasarana maupun pelayanan yang
dilakukan pemerintah dalam upaya pemenuhan hak anak?
3. Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait upaya yang telah dilakukan
pimpinan di Kota Serang dalam melaksanakan KLA? (Tingkat Kota,
Kecamatan & Kelurahan)
4. Apakah masyarakat sudah merasa puas dengan program yang telah
berjalan?
5. Apakah program yang sudah berjalan telah menyelesaikan permasalahan
krusial anak di Kota Serang?
6. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa masyarakat juga memiliki peranan
membantu pemerintah dalam memenuhi hak-hak anak?
7. Apakah anak ikut terlibat dalam proses penyusunan kebijakan?
8. Apakah anak ikut terlibat dalam program pelaksanaan KLA?
9. Apakah peran anda dalam KLA di Kota Serang?
10. Bagaimana pendapat anda terkait komitmen para pelaksana KLA di Kota
Serang?
TRANSKRIP DATA

Peneliti: Adakah Kebijakan/peraturan perundang-undangan terkait KLA? Apa saja?


I 1-1 kita Perda sudah ada Perda Kota Serang No 6 Tahun 2015 tentang KLA dan Perda Kota Serang
No 7 Tahun 2013 tentang Perlindungan Anak dan Perempuan juga Perda Kota Serang No 3 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Selain itu kita ada Perwal No 48 tahun 2017
tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota Layak Anak Kota Serang dan ada SK untuk
Tim Gugus Tugas Pengembangan KLA. Hanya saja untuk Gugus Tugas tingkat Kecamatan dan
Kelurahan belum terbentuk, intinya sih komitmen mereka terhadap Kota Layak Anak
I 1-6 ada Perda KLA, ada Perda terkait perlindungan perempuan dan anak, yang pertama ditanya oleh
tim adalah prodak hukum. Prodak hukum yang telah dibuat sudah saya berikan ke Bappeda. Kita
bantu berkaitan aturan yang menyangkut bagaimana perlindungan terhadap anak dan perempuan,
kita sudah buat perda dan ditindaklanjuti oleh perwalnya. Kita kemarin baru mendapat sertifikat,
memang kan ada tingkatannya, kita masih harus banyak berbenah ya. Kalau dari sisi aturan saya
rasa sudah mencukupi apa yang diperlukan untuk KLA. Tinggal sekarang faktor pendukung
terhadap KLA. Contoh jalan jangan dipakai untuk berdagang, ada JPO, ada ZoSS. Untuk ZoSS ini
tidak hanya peran kota karena ada jalan kota ada jalan provinsi, jadi kita harus mengusulkan ke
provinsi. Kita juga ada perlindungan anak. memang terus terang saja masih ada kekerasan
terhadap anak. kebanyakan dengan keluarga, itu yang sering jadi permasalahan. Di satu sisi kita
ingin menegakan aturan, tapi di sisi lain kita dilema, ketika keluarga dipisah akan muncul masalah
bar, siapa yang akan bertanggungjawab. Tapi kita sekarang sedang berbenah, karena KLA tidak
hanya peran pemerintah, tapi juga peran masyarakat. Pihak keluarga pun terhadap perlindungan
anak menjadi prioritas, peran keluarga itu harus. Kalau pemerintah ya itu tadi melalui peraturan,
penyediaan fasilitas, sarana prasarana pendukung.
Terus kadang-kadang kita ada pekerja anak tapi tujuannya membantu orang tua, dia tidak fokus
bekerja tapi waktunya parsial saja, banyak kan begitu. Khawatir nih anak jalanan sama orang tua
dilepas, atau ada yang mengkoordinir, dimanfaatkan. Nah ini berkaitan dengan KLA ya kita ingin
mencoba terus sesuai dengan kemampuan pemerintah Kota Serang dan faktor yang
mendukungnya banyak.
Peneliti: Apakah kebijakan KLA telah teradvokasi dan tersosialisasi kepada semua OPD? Utamanya
pimpinan
I 1-1 sudah, tiap tahun kita evaluasi pasti kita lakukan, kordinasi pun kita sudah rutin. Cuma yang jadi
masalah itu ketika kita undang itu selalu beda beda orangnya, jadi pemahamannya beda-beda.
Kemarin yang sudah paham ternyata yang datang lagi yang baru lagi nah jadi terhambat. Susahnya
mungkin mereka tidak mentransfer infonya jadi hanya disimpan aja jadi kadang-kadang
programnya gak nyambung.
Gugus Tugas kan disitu langsung kepala OPD bunyinya jadi kita kirim undangan ke Kepala,
Kepala menugaskannya paling ke yang gaada kerjaan waktu itu, harusnya kan ke kasi yang
menanganinya ya jadi lebih nyambung.
I 1-2 Kalau untuk ke Gugus Tugas itu sudah karena kita ada yang namanya RAD yang dibahas di rapat
forum SKPD yang rutin dilaksanakan dan pembahasan mengenai KLA dilaksanakan setiap tahun
I 1-6 sosialisasi kita hanya untuk aparat saja, kebanyakan hal teknis pada masyarakat mungkin Bappeda
dengan DP3AKB
Peneliti: Bagaimana komitmen pemimpin terhadap pemenuhan hak anak di Kota Serang? Apakah sudah
terwujud?
I 1-1 Sebenernya kita sudah ada Perwal disitu kita sudah sosialisasi kan ada target tiap tahun, nah OPD
untuk perencanaan ke depan itu harusnya gampang komitmen mereka harusnya melihat dari
lampiran target tersebut. Misalkan Dindik program Sekolah Ramah Anak nah mereka targetnya
berapa disitu harus dicapai. Tapi terkadang di kita masih ego sektor, jadi walikota sudah
mengeluarkan beberapa peraturan tapi gapernah dilihat, jadi targetnya tuh meleset. Kalau
komitmen sudah ada kan data dalam perwal itu OPD mau ngapain lima tahun ke depan mereka
yang isi. Tapi ketika pelaksanaan mereka bilang tidak ada anggaran padahal mereka yang nulis
mereka harus tangungjawab dong.
I 1-2 bisa dikatakan belum maksimal, karena setiap kita koordinasi ke lapangan untuk memfasilitasi
pemenuhan hak anak sebetulnya agak kesulitan. DP3AKB sebagai leading sector dituntut untuk
berkordinasi dengan OPD terkait, OPD terkait sering bilang bahwa ketika mengusulkan anggaran
selalu tidak disetujui oleh DPRD. Jadi kita bingung miskomunikasinya entah dimana, hanya kita
juga selama ini berusaha untuk intens agar KLA itu bisa terwujud di Kota Serang.
Bahkan ketika pimpinan OPD maupun Kecamatan diundang itu bukan pimpinannya yang hadir,
hanya menugaskan staf atau kasi, jadi informasi tidak mengena secara langsung pada pembuat
kebijakan dan pengguna anggaran. Ya sekitar 50-70% lah. Sebetulnya kita ingin pemimpinnya
yang hadir bukan malah menugaskan bagian pengawas, jadi kan miskomunikasi, mungkin
tersampaikan oleh pengawas, tapi kalau bukan tanggungjawabnya kan khawatir berbeda.
Bapak Walikota pun jarang sekali bisa hadir memenuhi undangan rapat, hanya hadir pada momen
yang dianggap melibatkan masyarakat banyak, seperti peringatan Hari Anak Nasional, beliau
biasanya hanya mewakilkan pada bidang lainnya, padahal seharusnya beliau hadir untuk
membahas kebijakan.
Tingkat kecamatan pun belum berjalan antara kepala kelurahannya juga, karena kita baru
peralihan dari kabupaten ke Kota itu kita agak kesulitan,
Komitmen kecamatan juga kurang, Kecamatan kita itu dari lokasinya belum semua memadai dan
belum membentuk Gugus Tugas KLA tingkat Kecamatan, jadi bagaimana mau memfasilitasi
I 1-3 pemimpin di Kota Serang sebetulnya dari dulu sudah care ya, hanya kami dari DISDUKCAPIL
yang harus benar-benar kerja keras untuk bagaimana memperoleh cakupan akta kelahiran yang
tinggi. Konsep pemerintah itu kan bagaimana membahagiakan rakyat, terutama dalam
memperoleh dokumen catatan sipil. Semua anak harus dapat itu agar diakui
I 1-4 saya rasa sih dengan adanya Perda berarti komitmen pimpinan daerah sudah bagus ya, kalau
pelaksanaan tergantung dari semua instansi karena memang ramah anak juga ada OPD lain jadi
tergantung OPD masing-masing.
I 1-5 Pimpinan di Kota Serang mendorong, memantau dan mengevaluasi
I 1-6 kita sampai dapat penghargaan artinya sudah menunjukan upaya untuk menjadi Kota Layak Anak
tinggal ditingkatkan lagi.
kadang-kadang pemimpin itu perlu masukan dari bawah, Cuma kadang-kadang pemimpin
inginnya ini tapi dibawahnya belum bisa menangkap apa yang diinginkan, jadi akhirnya program
itu lamban, kan gitu. Karena ada satu hal, bawahan tidak boleh menilai pimpinan, sebetulnya yang
bisa menilai itu masyarakat yang merasakan, tapi dengan kami komunikasi baik baik saja. kalau
dari pandangan saya kota serang kondusif, pimpinannya tidak banyak masalah
I 1-8 dikota serang bagus, cuma dibutuhkan sarana-prasarana infrastruktur untuk menuju kota layak
anak harus berbagai bidang difokuskan
I 1-9 wong dari pemkotnya kaya gitu aja. Gebrakan sekali udah terusnya gaada kelanjutannya jadinya
melempem lagi kelurahannya. Dibentuk mah dibentuk cuma gaada tindak lanjutnya kedepannya
udah baru pemenuhan administratifnya aja.
I 1-10 selama ini kita sudah banyak dinas yang berkunjung, tapi sangat kurang sekali dalam hal bantuan
pendanaan, karena memang ada perhatian tapi hanya sebatas mengetahui. Bantuan anggaran dari
pemerintah belum pernah, selama ini kita swadaya masyarakat cuma untuk kunjungan-kunjungan
dan masukan-masukan itu intens dilakukan
I 2-1 sejauh ini kan LPA lebih banyak mendampingi dari unsur DP3AKB. Kami gak sampai pada
tataran walikota. Sebelumnya kan seingat saya ibu Vera sebagai koordinator KLA. Tapi semenjak
beliau selesai masa jabatannya jadi kami belum bisa menilai sampai sejauh mana. DP3AKB cukup
baik, komitmennya tinggi untuk bisa mencapai grade yang baik di KLA. Itu perjuangan
I 3-1 komitmen pemimpin di Kota Serang sebelumnya belum terlihat, dari OPD nya kadang kala
mengeluhkan soal anggaran, tidak ada inisiatif dan terobosan apa yang harus dikerjakan
potensi yang ada belum dimaksimalkan, seharusnya itu dari pemerintah kota ada instruksi kepada
tiap OPD terkait. Kalau kita membangun kan tidak hanya satu instansi terkait, harus saling bahu
membahu. Sekarang di Pipitan masyarakatnya udah bergerak, tinggal didorong, tapi ada
keseriusan gak dari pemerintahnya untuk memaksimalkan. Bahkan tingkat Kelurahan pun belum,
karena mungkin beda kepentingan ya, mungkin KLA bukan skala prioritas.Pengamatan saya
terkait sarana prasarana juga pemerintah belum bisa memenuhi hak hak anak, menurut saya
seharusnya kan di tiap-tiap tempat pelayanan itu disediakan tempat bermain anak, laktasi.
I 2-2 komitmen sudah terbangun Cuma belum serius. Contohnya waktu evaluasi di alun-alun masih
banyak IPS rokok. Padahal kan alun-alun sendiri setiap hari itu kan anak-anak banyak disitu, tapi
di sekelilingnya banyak Iklan Promosi Sponsor Rokok. Masih banyak pekerja anak di Banten
Lama. Mungkin terlihat sepele tapi kalau ada orang luar terus ngeliat terus didokumentasi terus
kesebar, itu bisa nurunin penilaian kita. Tapi dari beberapa sisi udah bagus banget kaya
pemenuhan hak sipil. Kita juga pernah minta IPS rokok diganti dengan spanduk edukasi.
Peneliti: Upaya apa saja yang telah dilakukan pimpinan di Kota Serang agar membangun komitmen
bersama dalam melaksanakan KLA?
I 1-1 kita untuk mendukung KLA baru kemarin sudah kerjasama dengan beberapa perusahaan MOU,
jadi yang memiliki KIA dapat diskon. Terus juga peran CSR dari Telkom untuk menuju KLA di
stadion ada sarana permainan skateboard. Kita juga ada Perda KTR, cuma mungkin
pelaksanaannya masih kurang.
I 1-2 upaya pimpinan yang baru ini dapat dilihat dari visi misi walikota ke depan yang ingin menjadikan
Kota Serang betul betul menjadi kota yang layak untuk anak, saat ini saya sudah kordinasi untuk
pembuatan RTH, beliau sudah merespon baik kedepannya di 2019 akan diupayakan 2 Kecamatan
di Kota Serang ada taman terbuka hijau. Komitmennya bagus untuk walikota baru ini, kita juga
sedang mengajukan bantuan ke Provinsi agar ada taman ramah anak, inginnya sih di pusat Kota,
kemarin ditawarin ditaman Kota di Cipocok tapi jauh dan jarang orang lewat kesitu, jadi kita ingin
di setiap kecamatan ada alun-alunn tersendiri jadi setiap kegiatan bisa memanfaatkan tempat
tersebut.
Kepemimpinan sebelumnya kurang greget, karena selama ini hanya memberikan janji janji tapi
pada kenyataanya untuk action itu agak kesulitan karena kita tidak bisa berjalan sendiri, apalah
kita tanpa bantuan OPD terkait untuk KLA ini, bisa dibilang upaya menggerakkan OPD terkait
agak kurang
I 1-3 pertama dari APBD yang sudah memfasilitasi kegiatan-kegiatan sehingga dari Dinas kan tinggal
bergerak saja. Selain itu di dukung juga dengan kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat.
Sedangkan dari kita ada inovasi lain, yaitu bagaimana ketika dalam satu waktu pengurusan bukan
hanya satu dokumen yang diperoleh, bisa 3 atau 4 sekaligus kebutuhan dokumen itu.
I 1-5 kita rujukan dari KLA kita buat Sekolah Ramah Anak secara spesifiknya
I 1-9 kemarin kita sudah pengukuhan PATBM di tingkat Kelurahan se Kecamatan Kasemen. Ada 10
Kelurahan, tiap Kelurahan itu 10 orang jadi kemarin 100 orang di sini acara PATBM. Tapi untuk
SK nya satu Kelurahan lagi belum dibuatkan, gatau itu kelurahan apa tidak disebutkan.
I 2-2 waktu itu kita minta kurangi asap rokok, mulai dari individu pada pemerintahan sendiri ditingkat
Kelurahan, sampai saat ini sih yang saya rasakan udah mulai sedikit aware sama larangan
merokok di tempat tempat tertentu. Di Kecamatan pun juga begitu, malahan udah ada Puskesmas
ramah anak. setiap kita ikut terlibat dalam kegiatan OPD kita selalu mengupayakan hak-hak anak,
alhamdulillah si udah pada ngerti.
Peneliti: Bagaimana sikap pemimpin dalam menggerakkan anggotanya? (mendoktrin)
I 1-1 sebenarnya peran pemimpin bisa dilihat saat evaluasi KLA. Sebetulnya mendukung cuma kurang
ada ketegasan ke bawahannya. Kalau dari atas bilang harus A OPD itu mungkin ngikut. Untuk
komitmen tertulis kan sudah ada hanya kurang ketegasan dalam mendoktrin
I 1-2 penekanannya kepada tiap OPD itu kurang tegas sehingga visi misi beliau tidak tersentuh, karena
doktrinnya tidak betul-betul
I 1-3 kami ada launching GISA (Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan), ada Walikota
datang dan 4 OPD terkait untuk penandatanganan kerjasama mengenai dokumen dan data
kependudukan yang ada di disdukcapil yang nanti digunakan oleh OPD yang lain. Ssalah satu
bentuk kerjasama ini artinya hasil dari doktrin pimpinan yang juga langsung terjun ke lapangan
I 1-5 pemimpin mendorong sesuai tutwuri handayani, kita mendorong, mengajak, mengawal,
mengevaluasi
I 1-6 sebetulnya pimpinan hanya tinggal memberikan intruksi, perintah. Bisa melalui surat perintah,
surat edaran, rapat evaluasi. itu isinya adalah penekanan penekanan kepada bawahannya kepada
OPD untuk melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi. Kepala Daerah hanya sebagai kebijakan
yang melaksanakannya kan OPD. Pimpinan itu harus lengkap, sikapnya harus jadi panutan, Cuma
kan kita tidak bisa menyamaratakan, tiap orang punya kelemahan dan kelebihan. Prinsipnya
pemimpin itu tidak melanggar aturan. Tapi kalau pemimpin bisa seperti apa kata ki hajar
dewantoro mah lebih bagus, jadi tauladan. Pimpinan kita sudah baik sudah mengantarkan, tinggal
sekarang mempertahankan dan meningkatkan.
I 1-7 instruksi dan pembicaraan dari pemimpin itu kan pengaruh tapi jarang untuk Kota Layak Anak ini.
Seandainya dari pimpinan di atas lebih tegas lagi untuk pelaksanaan KLA mungkin bawahnya
mengikuti, karena kita jenjang struktural kan anggaran juga dari atas. Komitmen sebenernya sudah
ada karena sejauh ini sudah bagus perhatiannya tinggal pelaksanaanya. Kalau dari Pak Camat
sendiri sih mendukung karena sudah instruksi ke kita langsung, responsif dan cepat tanggap lah.
I 1-9 kurang serius, kemarin pengukuhan PATBM di sini semua lurah-lurahnya pada keluar, kita yang
dengerin mah, lurahnya gaada yang ikut sampai selesai, alasannya ke toilet, masa ke toilet
barengan semuanya.
Peneliti: Apa tujuan dibentuknya Gugus Tugas KLA?
I 1-1 salah satu komitmen dalam menuju Kota Serang Layak Anak
I 1-2 agar mempermudah kita komunikasi dengan OPD yg masuk ke dalam GT, karena KLA itu
berkesinambungan satu sama lain, seperti dengan Dindik terkait SRA. Makanya tugas GT
menyampaikan informasi juga ke pihak terkait yg termasuk dalam perwujudan KLA. Kita saling
kerjasama
I 1-3 agar terintegrasi semua tugas dan fungsi masing-masing untuk menyatukan persepsi dengan tujuan
yang sama, yaitu hak anak semua bisa terpenuhi.
I 1-4 untuk pembagian tugas aja biar memudahkan kita apa yang harus kita laksanakan
I 1-5 karena kita basisnya sekolah, supaya sekolah-sekolah di Kota Serang mengacu kepada Gugus
Tugas tadi apa sih pointer yang dilaksanakan dalam ramah anak.
I 1-6 untuk membantu program kegiatan sesuai tupoksinya. Saya berkaitan dengan penyusunan prodak
hukum, sesuai dengan bidangnya.
I 3-1 tujuannya untuk kebijakan, kemudahan kelancaran kegiatan dan dana.
Peneliti: Harapan gugus tugas dimasa mendatang akan seperti apa? Dari segi kinerja dan sumberdaya?
I 1-1 tahun ini mungkin akan direvisi lagi SK nya. Sekarang kan hanya kepala OPD yang disebut
mungkin nanti akan langsung ke teknisnya disebutkan juga Kasi yang menangani. Ketika ada
tugas pun kita langsung bisa nunjuk, kemarin kan masih rancu nah nanti kita ingin sebutkan.
Mudah-mudahan sih setiap OPD bekerja sesuai tupoksinya, fokus ke programnya kita siap
mendampingi dan mungkin terkait data perlu juga didukung. Secara struktur sudah memenuhi
lima klaster tapi belum seuai dengan kebutuhan. Makanya kita memasukan yang benar-banar
terlibat dan mengarah langsung. Untuk penguatan kelambagaan secara khusus sih kita gaada ya,
belum ada rencana juga karena dari pusat pun belum mengarah kesitu. Penting sih hanya non
urusan jadi tidak langsung ke pelayanan.
I 1-2 harapannya dari segi SDM jangankan untuk Gugus Tugas, untuk kita sebagai leading sector
sangat2 kekurangan, karena kita dituntut untuk bergerak koordinasi ke lapangan dan administrasi.
Kita perlu penambahan SDM agar KLA dapat berjalan maksimal.
Dalam GT juga sangat perlu dilibatkan bagian pelaksana teknis yang membidangi seperti Kabid
dan Kasi.
Gugus Tugas tingkat Kecamatan belum terbentuk, begitupun Kelurahan semoga tahun ini bisa
terwujud.
I 1-3 ya Kota Serang harus sudah bisa memenuhi hak anak, sudah bisa jadi layak anak.
I 1-4 selama ini dinas kesehatan perannya justru di saya semua, padahal kan harusnya semua kepala
seksi berperan, tapi selama ini karena waktu itu yang rapatnya cuma saya jadi dibebankan
tugasnya semua ke saya. Padahal jelas indikatornya bidang lain termasuk jadi harapan saya
kedepannya perlu dicantumkan dalam struktur setiap bidangnya.
I 1-5 menurut ibu sudah cukup, Bappeda sudah memikirkan apa yang menjadi tupoksinya di klaster 4,
karena kita bekerja berdasarkan perintah pimpinan
I 1-6 sebetulnya prinsip banyak orang banyak yang ikut memikirkan lebih bagus, tapi kadang-kadang
banyak orang tidak melakukan kegiatan ya percuma. Kalau memang kurang ya ditambah, kalau
lebih ya dikurang
Peneliti: Bagaimana cara gugus tugas mendoktrin (mentransformasikan/menyalurkan nilai-nilai)
kepentingan terbaik bagi anak kepada masyarakat dan kepada dunia usaha?
I 1-1 selama ini kita undang perwakilan masyarakat, cuma mereka juga kurang pemahaman. Ada forum
anak juga ikut membantu terjun ke RT RW
I 1-2 dengan cara sosialisasi, tapi kalau ke dunia usaha sampai saat ini masih kecil sekali, di Kota
Serang CSR sangat2 kecil. Kita Gugus Tugas seperti Disdukcapil kerjasama dengan McD, ketika
anak punya KIA dapat potongan.
I 1-3 kita melakukannya dengan cara kita datang ke masyarakat. Kita melakukan sosialisasi,
mengundang DINKES, DINDIK, Kelurahan se Kota Serang juga sebanyak 100 orang disitu kami
menjelaskan fungsinya hak sipil terutama untuk anak. Hasilnya ya itu tadi jemput bola ke 8
Kelurahan
I 1-4 kami selama ini belum melibatkan swasta karena kan memang bukan teknis, kalau puskesmasnya
sendiri bisa saja
I 1-5 kita punya satuan pendidikan, kita sampaikan kepada kepala sekolah, guru, dan anak bahwa kota
Serang mengembangkan KLA bahwa Dinas Pendidikan mengembangkan SRA nah dari situ di
sosialisasikan lagi kepada orang tua siswa untuk menyampaikan program-program pengembangan
SRA
kalau dunia usaha dengan kemitraan dari sekolah, kalau kita kan mendorong sekolah sekolah agar
bekerjasama atau kemitraan dengan dunia usaha
I 1-6 sosialisasi kita hanya untuk aparat saja, kebanyakan hal teknis pada masyarakat mungkin Bappeda
dengan DP3AK.
Terkait dunia usaha ada Perda CSR, cuma kurang efektif. Karena OPD mungkin belum paham.
Bagiannya ada penanaman modal, bagian ekonomi, perdaginkop. Yang tau persis di sekretariat,
tapi mungkin dari kami dengan keluarnya perda itu perlu disampaikan selain kepada pemerintah
masyarakat termasuk juga dunia usaha
I 1-9 itu mah kita bilang aja ke masyarakat, sosialisasi kalo ada kekerasan pada anak dan rumah tangga
lapor ke pengurus nanti di proses tanpa biaya. Jadi dikasih tau jangan takut dan malu, kalau ada
kaya gitu lapor aja. Masyarakat kita juga paham. Tapi harusnya sih ada sekretariiatnya ya
Peneliti: Apakah setiap program yg direncanakan sudah mementingkan hak anak sehingga sesuai dengan
kebutuhan anak?
I 1-2 Kita mulai tahun 2018 di setiap musrenbang selalu melibatkan anak, perwakilan forum anak hadir
untuk mengaspirasikan suara mereka dalam pembangunan Kota Serang, ada juga musrenbang
khusus anak. dalam program dan kegiatan juga dilibatkan sepenuhnya karena forum juga sebagai
pelopor dan pelapor.
Tetapi belum semua sesuai dengan kebutuhan anak karena kita terbentur dianggaran. Sebetulnya
kebutuhan anak itu banyak sekali, ketika saya konsultasi ke inspektorat bahwa kebutuhan anak itu
harus dibedakan berdasarkan usia, tidak bisa disama ratakan. Maka ketika mengadakan kegiatan
kita tidak bisa sekali saja dengan menyatukan semua anak, kita terbentur di anggaran
I 1-3 ya jelas karena sesuai dengan amanat bahwa setiap anak harus mempunyai dokumen
kependudukan antara lain adalah akta kelahiran
I 2-1 tentu secara ideal belum semua. Tapi arah ke sana tetap ada, mereka punya semangat yang sama,
sehingga kalau maksimal tentu belum, karena kami paham PR Kota Serang itu banyak banget
Peneliti: Apakah ada upaya pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan KLA? berjalan dengan
baik/tidak?
I 1-1 kalau kelembagaan di masing-masing OPD. Kalau DP3AKB terkait kesekretariatan, memfasilitasi
sekretariat forum anak. ini juga saya inisiatif buat ini sekaligus sekretariat Gugus Tugas kayanya.
Kalau kelembagaan Kecamatan dan Kelurahan tadi itu belum terbentuk
I 1-2 sampai saat ini kita selalu mensosialisasikan kepada masyarakat baik di tingkat Kota maupun
kecamatan, setahun itu kita ada dua kali kegiatan penguatan kelembagaan. Ada dalam Rencana
Aksi. Yang selama ini kita lakukan dalam kaitannya dengan penguatan kelembagaan jadi yang
diundang siapa yang hadir siapa. Jadi informasi yang diberikan tidak tepat sasaran.
Maka kendalanya adalah kebijakan yang dibentuk tidak tepat sasaran. Di RAD dibuat tapi ketika
dilapangan banyak teknis yang tidak dikerjakan oleh Gugus Tugas yang terkait tersebut. Selama
ini dari anggaran juga sedikit sulit seperti di Kelurahan padahal sudah dititipkan tapi tidak ada,
kalau begitu ya sudah kita tidak bisa memaksakan. Kalau di saya alokasi itu untuk penguatan
kelembagaan dan fasilitasi kegiatan forum anak dan pemenuhan hak anak yang lainnya, kordinasi,
konsultasi
Peneliti: Apakah program atau kegiatan pada RAD KLA terlaksana dan termonitori dengan baik?
I 1-1 kita ada yang namanya rapat mitra bidang, tiap tahun ada ini untuk memantau Program itu sudah
berdasarkan Perwal atau belum, jangan sampai mubazir lah intinya, kita ingatkan disitu. Kalau kita
kan bidang pemerintahan, SDM, dan Sosmas, nah itu mitra yang terkait di kita aja, ada sekitar 20
OPD lah. Kalau kesulitannya mungkin OPD yang lain itu ada di bidang lain, kurang lebih ada 10
lah. Nah itu kita juga mungkin nitip lah sampaikan pada mereka. Jadi sebelum menyusun benar-
benar matang itu kita evaluasi lagi lah intinya. Nah untuk pelaksanaan kan waktu pembuatan dulu
OPD yang ngisi, itu mereka bikin target terlalu berat makanya yang berat berat dihapuskan, karena
kasian juga gabakal tercapai. Ini aja 2 tahun jalan banyak yang ga tercapai. Target capaian biar ga
terlalu tinggi.
I 1-2 alhamdulillah kita selama ini selalu bekerjasama dengan Bappeda untuk pelaksanaan dan
monitoring, kita selalu bekerjasama dengan baik. Bentuk monitoring kita pengawasan betul atau
tidak data yang ada dengan yang dilapangan itu sama. Kita menekankan kepada OPD terkait untuk
melaksanakan target yang sudah dilampirkan dalam RAD.
Terkadang kita sendiri yang melaksanakan secara teknisnya padahal kan kita ditunjuk untuk
mengkoordinasikan dan monitoring saja
Peneliti: Apa program Disdukcapil dalam pemenuhan hak anak terlaksana dengan baik?
I 1-3 sekarang program Kita sedang jemput bola ke beberapa Kelurahan,bertahap karena dalam bentuk
kegiatan, tahap pertama kita baru 8 Kelurahan ya. Ini teman-teman kita yang sedang mengerjakan.
Dokumen datang langsung cetak langsung jadi. Terintegrasi, buat akta kelahiran ada 3 dokumen
dalam satu waktu, akta kelahiran terbit, KK berubah, dan KIAnya dapat
Peneliti: Apa saja program dari DINKES dalam pemenuhan Hak Anak terlaksana dengan baik?
I 1-4 program kesehatan anak itu didalamnya ada Survey Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak dumulai dari 0-5 Tahun dilaksanakan di Posyandu, bidan Desa kami melaksanakan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang bekerjasama juga dengan PAUD di wilayah Posyandu tersebut. Ada juga
program Manajemen Terpadu Bayi Sakit. Setiap Puskesmas ada pemegang programnya untuk
MTBS. DDTK itu masuk ke program MTBS, kalau MTBS kan yang sakit kalau DDTK untuk
yang pencegahan. Jadi kita kan ada yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. DDTK kita
mencoba untuk gimana caranya agar perkembangan juga terpantau.
Untuk puskesmas Ramah Anak kami sudah ada tiga puskesmas dari 16 yang ada, yaitu Puskesmas
Kalodran, Puskesmas Ciracas, dan Puskesmas Unyur, walaupun mungkin secara kriteria yang ada
dalam peraturannya (SK Kepala Dinas) belum memenuhi karena memang kriteria kan banyak.
Tapi 3 puskesmas tersebut setidaknya punya sarana dulu deh. Untuk cakupan, capaian program
dan lainnya itu nanti kita akan bina lagi kedepannya.
Peneliti : Apakah SRA di Kota Serang sudah berjalan?
I 1-5 dalam SK ada 33 sekolah pilot project sebagai awal, tapi nanti kita merujuk ke semua di Kota
Serang ada 252 sekolah negeri dan swasta. 33 itu sudah mendekati sekolah ramah anak, belu
100%. karena memang kalau untuk SRA harus mengikuti aturan semua
yang kita lakukan dalam SRA selain kita pengembangan pendidikan karakter kita
mengembangkan juga sekolah hijau dan bersih termasuk pemilahan sampah organik dan non
organik, Zona aman untuk anak, itu contoh konkritnya
Peneliti: Bagaimana pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun di Kota Serang?
I 1-5 sudah kita laksanakan, karena sekarang program Dindik tidak ada anak putus sekolah, tapi kita
sampai kelas 9 karena dindik mengelola PAUD SD SMP kalau SMA SMK ke provinsi.
I 2-2 di Kota Serang masih banyak anak putus sekolah, salah satu suara yang kita bacain juga mohon
untuk menyekolahkan kembali anak-anak yang putus sekolah. Jawaban mereka emang gaada lagi
tapi faktanya masih banyak banget. Bahkan kalau ke Kasemen yang dibilangnya zona merah
masih banyak anak-anak yang seharusnya belajar malah gak sekolah
I 3-1 menurut saya sih pendidikan belum semua dapat akses. Pembelajaran dan edukasi penting supaya
gak ke jalanan
Peneliti: Bagaimana pemenuhan hak anak pada klaster perlindungan khusus?
I 1-6 kita ada yang namanya bantuan hukum pada masyarakat miskin. Apabila masyarakat miskin Kota
Serang dengan dibuktikan oleh KTP terkena masalah hukum kita bantu per orang 5 juta rupiah, itu
bukan diberikan kepada korban melainkan kita berikan kepada pengacara yang ditunjuk yang
sudah terakreditasi dari kemenkumham, jadi nanti yang beracaranya lawyer itu. Mungkin saja di
dalamnya ada anak-anak. Secara spesifik untuk kasus hukum anak-anak ada yang menangani,
anggotanya ada dari polres Serang, dilanjut atau tidak kan anak ada batasannya. Kalau
perbuatannya masih kita lakukan pembinaan mungkin dikembalikan pada orang tua.
Peneliti: Bagaimana Pelaksanaan Kecamatan Layak Anak di Kecamatan Taktakan?
I 1-7 kita sudah menerapkan KLA salah satunya ada tampat bermain anak di pelayanan sudah kita
wujudkan. Kita juga sudah mengajukan Zona Selamat Sekolah tapi yang disetujui baru itu tempat
bermain anak di indor.
Kegiatan sadar gizi memang waktu itu di Kecamatan kita laksanakan dengan bikin pos Gizi dan
ini sekarang dikembalikan lagi ke puskesmas wewenangnya. Penyuluhan kesehatan melalui
kelompok masyarakat juga puskesmas melalui Kecamatan. PKK di kita juga penyuluhan rutin tiap
bulan, dan juga pendidikan, ngasih pelatihan ke kader pembekalan keterampilan sekaligus
sosialisasi pada masyarakat tentang KLA walaupun tidak menyentuh anak langsung tapi melalui
ibu ibunya. Kalau kegiatan pentas seni dan budaya itu di HUT RI, HUT Kota Serang, kalau
pengelolaan kekayaan budaya ini masuknya ke MTQ, Mulud, Isra Mi’raj, Muharam
Peneliti: Apa yang menjadi nilai tambah sehingga Kelurahan Pipitan sebagai percontohan Kelurahan
Layak Anak di Kota Serang?
I 1-10 di sini salah satu Kelurahan yang memperhatikan layak anak. di sini kita punya taman bermain,
taman kreasi, itu salah satui tempat yang disenangi anak untuk bermain. Satu sisi ada kursus dan
memang ini pilot project di Kota Serang. Taman ini berdiri di tanah Desa sekarang menjadi aset
Kota artinya tanah pemerintah yang dikelola oleh pemuda dan masyarakat kita bersama-sama
menciptakan sesuatu hal yang positif, tadinya ini tempat sampah sekarang banyak kegiatan yang
dilaksanakan di taman kreatif. Kita juga ada rumah sehat sebagai contoh untuk warga di Taman
Pipitan Indah, disitu ada kelompok tani yang buat hidrofonik.
Peneliti: Apa saja kegiatan LPA yang mendukung KLA?
I 2-1 sejauh ini kami kami hanya mencoba mengadvokasi kasus dan sosialisasi, kampanye kekerasan.
Kami juga ada seacam kampanye perlindungan anak dan itu dikemas dalam bentuk perlombaan
slogan perlindungan anak. itu masuk ke dalam lomba LKBB. LKBB se Provinsi Banten SMP dan
SMPkurang lebih 1000 orang peserta. Kami adakan lomba itu menjadi salah satu bentuk
kampanye yang bisa kami lakukan. Inovasi selain sosialisasi terhadap masyarakat. Selain itu untuk
orang tua yang pertama kami beberapa kali mengisi acara parenting atas nama LPA, yang kedua
kami bekerja sama juga dengan DP3AKB terkait sosialisasi PATBM. Nah PATBM itu kan
sasarannya orang tua, nah disitu kami mengisi sebagai narasumber atau pemateri. Sau tahun
terakhir ini sih 5 sampai 6 kali. Bahkan pernah kita datang di kegiatan tingkat RW. Jadi ada
kegiatan khusus ibu-ibu masuk di dalamnya kegiatan PATBM, mereka arisan tapi arisannya diisi
dengan itu
Peneliti: Bagaimana partisipasi anak di Kota Serang dalam KLA?
I 1-1 sudah bagus hanya ya belum total. Ada musrenbang anak tingkat Kota Serang. Ada rencana tindak
lanjut dan salah satunya ada kegiatan dari tugas forum anak yang tidak kaitan dengan anggaran.
Ada kampanye bersepeda ke sekolah, kampanye akta kalahiran, kampanye ASI, nah itu kita
programkan 2020 karena di Perwalnya ada. Di bencana juga meraka selalu aktif.
I 1-2 belum maksimal, tapi selain yang tadi disebutkan kita akan memberikan keterampilan kepada
setiap forum anak agar mereka bisa menambah manfaat untuk dirinya maupun sekitar, sehingga
kita harapkan forum anak dapat terbentuk di setiap kelurahan sehingga Kelurahan Layak Anak
akan terwujud.
I 1-4 bagus karena kan ada forum anak. kami libatkan dalam setiap kegiatan yang menyangkut anak
I 1-10 banyak kegiatan-kegiatan anak termasuk kegiatan rutin setiap maghrib mengaji. Dalam
musrenbang kita libatkan anak dan ada pengajuan untuk anak-anak, termasuk untuk kelurahan
layak anak. ada forum anak juga kaitannya dengan program
I 3-1 sering diundang dalam musrenbang, kan ada musrenbang anak tingkat Kota itu kita diminta
perwakilan dua orang dan pendamping 1 orang. Kegiatannya juga sering diundang, semacam
PATBM, pameran, musrenbang, sering sih ya. Kebetulan Pipitan juga dapat penghargaan dari
Provinsi sebagai salah satu wilayah untuk Kota Layak Anak
Peneliti: Masukan anak apa saja yang ditindaklanjuti oleh pemerintah Kota Serang?
I 1-1 pengadaan taman digital kerjasama dengan telkom, RTH juga sebagian sudah ada. Tahun
ini sedang dibangun juga di Cipocok, mereka kan minta ada RTH di setiap kecamatan nah ini kita
bertahap tindak lanjuti. Mereka juga ingin ada bis sekolah nah kita kerjasama dengan Provinsi.
Sekretariat juga sudah ada baru pindah. Permintaan forum anak ke angkutan umum ini masih
acak-acakan trayeknya, Dishub harus buat kebijakan atau inovasi tuh, ada yang merokok berarti
belum berjalan Perda KTR nya ini
I 1-2 Dari hasil musrenbang anak-anak ingin dibuatkan RTH, itu sudah memfasilitasi di alun-alun dan
ada juga taman digitalnya. Dan saat ini ingin dibuatkan RTH disetiap Kecamatan
I 2-2 taman bermain, ZoSS, bus sekolah yang sudah direncanakan, Perda KTR, pokonya usulan yang
belum terealisasi diusulkan lagi.
Peneliti: Apakah masyarakat dan anak merasa puas dengan program yg telah dilaksanakan?
I 1-2 alhamdulillah anak antusias sekali, ketika kemarin kita bentuk kelurahan ramah anak di kel
taktakan, forum anak kita bentuk sudah mulai mengikutsertakan anak SD yang usianya 11-12
tahun, anak2 sangat antusias untuk tahu apa itu forum anak, kegiatan dan informasi apa saja
didalamnya mereka sangat menyambut sekali, ketika musrenbang pun mereka sekarang sudah bisa
menyuarakan suara mereka sendiri tanpa ada suara orang dewasa, mungkin kedepannya semakin
di fasilitasi akan semakin baik
I 1-3 luar biasa karena jemput bola dan aplikasi smartdukcapil jadi sedikit membantu masyarakat tidak
banyak melalui proses
I 1-4 kalau kepuasan masyarakat bisa dilihat dari puskesmas, atau UPT dibawahnya, karena kan kita
gak melayani, kita hanya program
Peneliti: Apakah program yang dilaksanakan telah diterima masyarakat/anak secara merata?
I 1-2 Dalam pelaksanaan belum secara merata karena program dilaksanakan di tempat yang ada forum
anaknya dulu sebab belum semua daerah ada forum anaknya karena agak sulit ketika kita beri
informasi
Peneliti: Apakah setiap program dan kegiatan KLA dilaksanakan oleh SDM yang terlatih PUHA?
I 1-1 belum semuanya, waktu itu hanya beberapa perwakilan yang mengikuti pelatihan KHA.
Kesehatan meliputi puskesmas, pendidikan, kemenag, forum anak apalagi ya lupa yang pasti
sudah pernah ada pelatihan
I 1-2 belum semua ya karena disini yang kemarin jadi fasilitator PUHA aja saya sendiri sebagai Kasi
untuk yang lain belum ada, karena kita tadi keterbatasan SDM
Peneliti: Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait kebijakan tersebut?
I 1-1 kebijakan ini kita sosialisasikan tiap tahun ya sudah bagus hanya masih banyak hambatannya
mulai dari OPD yang kurang mendukung, entah belum paham atau gimana ya kurang tau tapi itu
yang bikin menghambat, karena itu ganti-ganti orang tadi
I 1-2 kebijakan ini baik ya bagus, Cuma masih banyak yg perlu dilengkapi dan kekurangan yang perlu
dibenahi. Banyak hak hak anak yang belum pemkot serang berikan kepada anak-anak. mulai dari
pribadi hak sipil, banyak anak yg kesulitan memperoleh akta, masalah klaster lainnya juga harus
banyak yang dibenahi, mudah-mudahan kedepannya kita bisa mengatasi itu semua dengan kita
Gugus Tugas duduk bersama kita pecahkan masalah apa aja yang ada mudah-muahan bisa
menjadikan kota serang layak anak
I 1-3 Kota Layak Anak kalau dari segi hak sipil dan kebebasan tentu sangat bagus, OPD Disdukcapil
care terhadap anak yang belum mempunyai dokumen pencatatan sipil, terutama adalah akta dan
KIA. Sesuai amanat UU 24 Th 2013 ttg perubahan UU 23 Th 2006 ttg administrasi kependudukan
bahwa dokumen pencatatan sipil terkait dengan anak dan semua orang indonesia itu sangat
penting, karena identitas menandakan mereka sebagai warga negara
I 1-4 bagus, dengan adanya kebijakan kita kan bisa terarah alam melaksanakan pelayanan khususnya
dalam bidang kesehatan
I 1-5 karena memang anak butuh KLA untuk mereka nyaman di dalam kotanya sendiri sehingga anak
sebagai generasi penerus kita mendapatkan tempat yang memang seharusnya mereka dapatkan
I 1-6 dalam rangka menjaga tumbuh kembang anak, karena anak masa depan bangsa, jadi anak harus
menjadi prioritas
I 1-7 kalau saya sebenarnya bagus ya untuk fasilitasi pemenuhan hak anak. tapi harusnya
berkesinambungan, harusnya setiap tahun tidak hanya sosialisasi, bisa lebih dari itu
I 2-1 Saya tidak dalam posisi untuk membebani pemerintah untuk langsung menuju Grade yang paling
tinggi, karena permasalahan Kota Serang ini terlalu banyak. Dan ini kan saya bilang kota
prematur, Kota yang dibentuk tanpa persiapan, sama aja kaya baru merdeka gapunya apa-apa. Jadi
kota yang tidak direncanakan, tapi udah duluan di ketok palu jadi Kota Serang. Jadi saya pun
memahami bahwa gak bisa nih kalau kita semuanya sekaligus. Saya sih melihat ada upaya,
minimal kan ada niat dari pemkot untuk menuju KLA. Salah satu diantaranya yang paling terlihat
itu Kota Serang rajin mengirim perwakilannya untuk seminar untuk workshop, karena kami dekat
dengan DP3AKB jadi kami tahu. Jadi sebenarnya secara semangat sudah terbangun, tapi kan
gabisa sendiri. DP3AKB nya oke grand design A B C, tapi kami juga butuh dinas PU untuk
masalah infrastuktur, kami juga butuh dinas Pendidikan untuk masalah kebijakan kekerasan di
Sekolah. Sehingga yang penting buat saya adalah spirit itu terjaga dulu, maka tiap tahunnya ada
progress walaupun itu kecil gapapa. Walaupun misalnya masyarakat di luar bicara apapun itu yang
di dalam kan yang tahu. Makanya LPA dekat dengan unsur pemerintah itu biar tahu apa sih
kendalanya, apa yang bisa kami dilakukan. Artinya arahnya sudah jelas, tinggal eksekusi
I 3-1 sangat bagus ya. Ada sarana untuk bermain anak terus ada untuk kegiatan dan aspirasi anak.
tinggal realisasinya aja yang belum maksimal. Potensi-potensi yang ada haruasnya dimaksimalkan
Peneliti: Apakah anda telah mengetahui tentang kebijakan KLA?
I 1-9 kurang ngerti sih neng, pokonya tentang anak-anak, melindungi hak anak takutnya ada apa-apa
anak-anak itu harus dilindungi agar anak merasa aman
I 1-10 iya tahu, penghargaan dari Gubernur Banten pada saat itu di pendopo Gub Banten dari 8
Kabupaten Kota ada 8 Kelurahan yang dinobatkan menjadi Kelurahan Layak Anak, Kelurahan
Pipitan mewakili Kota Serang menerima penghargaan dari Gubernur Banten
Peneliti: Apakah sumberdaya telah mengikuti pelatihan PUHA?
I 1-1 Pelatihan PUHA belum semuanya tapi sebagian sudah. Yang sifatnya pelayanan kita sudah
undang, baru pertama kali jadi belum semua karena anggaran. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan
kita lakukan melalui pertemuan dan salah satunya pelatihan terkait KHA itu. Harusnya PUHA tiap
tahun tapi sekarang penanggungjawab programnya bukan di kita, kalau di kita pasti diadain lagi.
I 1-2 belum karena terkendala anggaran bukan kegiatan, untuk mengadakan sosialisasi fasilitasi PUHA
juga kita fasilitator belum cukup ya anggarannya, karena memang kita yang pertama itu anggaran.
Pelatihan itu karena saya baru di sini jadi saya kurang tahu, tapi saya ikut pelatihan PUHA dari
Provinsi di Oktober 2018
I 1-3 sudah pernah saya ikut, sering dikontek juga untuk datang koordinasi
I 1-4 iya pernah, kalau saya dua kali, dengan puskesmas juga diundang
I 1-5 belum, belum ada yang ngundang. Kita paling rapat kordinasi aja sesuai dengan tupoksi.
I 1-6 lupa lagi sih bahas apa ya lupa lagi sih
I 1-9 saya mah belum pernah, PATBM doang ikutnya
I 2-1 kalau di tingkat kota belum, yang sudah itu di tingkat provinsi
Peneliti: Anggaran yang digunakan untuk KLA sumbernya dari mana?
I 1-1 kita dari APBD tidak ada dari yang lain
I 1-2 kita hanya dari APBD Kota Serang. Yang menganggarkan dinas masing-masing. Kalo DP3AKB
kelembagaan dan sosialisasi, kalau untuk fasilitas kita kerjasama dengan OPD terkait
I 1-5 anggaran dari pemerintah Kota Serang untuk sosialisasinya dari APBD
I 1-6 anggaran dari kita sumbernya dari APBD
Peneliti: Berapa alokasinya untuk KLA?
I 1-1 kita belum hitung ya, itupun kalau kita minta ke OPD mereka belum paham, jadi selama ini yang
ngitung dari kita. Jadi kita lihat semua anggaran OPD yang terkait kita masukan. Jadi belum di
akumulasi sih Cuma kalau dilihat lumayan banyak , kan gak hanya berbunyi anak, seperti
pembangunan jalan kan gaada anaknya
I 1-2 tahun 2018 itu untuk kota layak anak kita hanya diberikan 108 juta. Kedepannya saya ingin ada
perubahan mudah-mudahan anggaran lebih besar sehingga terfasilitasi untuk KLA di DP3AKB.
Anggaran kita di sini untuk penguatan kelembagaan, sosialisasi UU 35, dan pemenuhan hak anak.
Peneliti: Bagaimana kerjasama pemerintah dengan DU/LSM terkait anggaran untuk KLA?
I 1-2 Sejauh ini sih tidak ada, kita hanya APBD, untuk proposal tapi di tingakat kecamatan dan
kelurahan saya pernah menyarankan pengajuan ke pabrik pabrik terdekat di sekitar wilayahnya.
Pengajuan tidak harus selalu mengharapkan uang nya deh, minta fasilitas tempat atau alat, kalau
seperti itu saya pikir siapa sih yang gak ngasih, karena kan mindsetnya juga belum begitu
mementingkan masyarakat ya.
Paling kita bekerjasama dengan LPA Kota dan Provinsi, kalau dunia usaha kita tidak ada. Dengan
LPA kita bergandengan tangan untuk pemenuhan hak anak. anggaran LPA juga masih dari
individu, kemarin LPA mengajukan dana hibah ke pemkot tapi belum dapat sampai saat ini. Paling
kita kerjasama juga dengan yayasan yatim piatu Yakenas juga. MOU dengan dunia usaha kita
belum ada
Peneliti: Apakah kota Serang memiliki potensi yang telah dikembangkan untuk pelaksanaan KLA?
Dimanfaatkan atau tidak?
I 1-1 karena potensi di Kota Serang kan perdagangan dan jasa ya. Kita ingin meningkatkan peran CSR
dan ingin ada APSAI. Kita ingin belajar seperti apa prosesnyta ke Surabaya karena mereka sudah
ada. Perda CSR juga belum jalan. Sebenarnya ada beberapa perusahaan di kita yang tergabung
dalam APSAI pusat cuma apakah konek gak dengan di daerah kalau ga konek berarti harus bikin
lagi yang baru di tingkat kota.
I 1-2 potensi itu semua berasal dari kesadaran manusianya sendiri ya, sebetulnya kita punya potensi itu
cuma kesadaran dari masyarakat juga rendah sekali. Ternyata hak anak di keluarga juga belum
terpenuhi, karena memang kita harus ballance antara saya dengan keluarga harus berjalan
seiringan, karena semua pemenuhan dalam keluarga atau masyarakat itu harus dipenuhi.
Sebetulnya potensi dunia usaha juga kita bisa bekerjasama dengan CSR tadi karena sampai saat ini
belum ada fasilitas ramah anak, mungkin penekanan ke CSR belum tegas semoga ke depan bisa
diperhatikan lagi. Keberlanjutan juga mungkin tidak ada monitoring dari Gugus Tugasnya.
Memang ada beberapa, kita terkendalanya hanya bisa sekedar sosialisasi, koordinasi sekedar itu
saja karena kembali lagi pada mereka semua yang punya kebijakan
I 1-3 sebetulnya kan potensi Kota Serang itu jasa dan perdagangan. Ya salah satu pemanfaatannya itu
tadi KFC dengan Toko buku
I 1-5 potensi kita meningkatkan mutu pendidikan di Kota Serang, pembinaan minat bakat dan prestasi
dengan pembangunan karakter sehingga anak mempunyai karakter yang diharapkan oleh negara,
masyarakat dan orang tua, karena yang bertanggungjawab dalam pendidikan adalah orang tua
masyarakat juga pemerintah
I 1-10 Alhamdulillah berjalan industri rumahan oleh ibu-ibu dimanfaatkan untuk anak-anak juga
I 3-1 Potensi-potensi yang ada harusnya dimaksimalkan
Peneliti: Adakah teknologi yang mendukung berjalannya kebijakan KLA?
I 1-1 saya gatau tuh ada kegiatan Teknologi Tepat Guna di DP3AKB gatau kegiatannya seperti apa, tapi
apakah nyambung tidak ya dengan KLA
I 1-2 sampai saat ini belum ada teknologi, yang adapun sosialisasinya sangat kurang
Peneliti: Apakah peranan instansi anda dalam pelaksanaan KLA?
I 1-1 Bappeda selaku ketua Gugus Tugas kita harus kordinasi dengan OPD lain, dari pendataan,
koordinasi, evaluasi kita laksanakan. Kecuali fisik ya kita gabisa
I 1-2 DP3AKB sebagai leading sector dan monitoring ke lapangan, kordinasi ttg kebijakan yang
menyangkut Gugus Tugas
I 1-3 peran kita ya terhadap pemenuhan hak sipil
I 1-4 pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak
I 1-5 di bidang ibu menjalankan SRA. Mendorong mengawal memantau mengevaluasi jalannya
program tersebut pada sekolah yang sudah ditunjuk.
I 1-6 kita mengingatkan kepada teman-teman OPD terkait, bahwa kita sudah ada Perda tolong
laksanakan, kalau sudah ada perda nya buat perwal, sosialisasikan, ini sudah ada aturannya
dilaksanakan. Kalau mereka punya program dan kegiatan kalau butuh anggaran kalau sudah ada
dasar hukumnya kan enak
I 1-7 menyediakan dan fasilitasi terhadap kebutuhan anak, kita menopang lembaga di atas kita. Tapi
untuk kelurahan sendiri kayanya belum sepenuhnya deh ma juga belum terbentuk di kelurahan
I 1-8 kami membantu dinas terkait, mendukung kegiatan dinas terkait, kalo butuh kami bantu tapi kalo
angaran tidak ada
I 1-10 kita memberikan masukan terkait masalah-masalah yang timbul, kalau untuk pendanaan kita
belum. Karena kebijakan CSR pun Kota Serang belum punya, sehingga ketika masyarakat
mengadakan kegiatan ya apa adanya
I 2-1 selain mediator dan memberikan masukan dalam KLA. dalam waktu dekat ini kami LPA Kota
Serang dan DP3AKB mungkin juga unsur pemerintahan dan unsur masyarakat lain yang terkait,
yaitu akan mengadakan pertemuan dengan deputi kemen PPPA untuk membahas diantaranya
mengenai kebijakan Kota Layak Anak. nah kami diminta untuk memikirkan grand design untuk
kemudian bagaimana bisa meningkatkan grade KLA di Kota Serang. Sejauh ini peran LPA baru
sampai situ, disamping kami juga terlibat dalam upaya pemenuhan dokumen
I 2-2 Terlibat dalam percepatan kepemilikan identitas anak, kita dapat undangan dari Bappeda
Sehingga dari pandangan kami dalam indikator KLA sudah jelas bahwa FA punya nilai yang
tinggi. Peran kita lebih sebagai jembatan anak-anak yang menyalurkan aspirasi mereka. Walaupun
memang FA belum begitu mudah buat nyampein aspirasinya, karena memang di Kota Serang
sendiri kadang masih melihat siapa yang berbicara bukan apa yang dibicarakan. Kita juga sebagai
pelopor dan pelapor. Kemarin kita di Kecamatan Kasemen ngasih KIA, kita jadi penggeraknya
juga karena kan di Kasemen masih banyak yang belum punya akte apalagi KIA yang masih baru
I 2-3 Secara detail belum tahu, karena belum disosialisasikan
I 3-1 Forum anak itu sebenarnya adalah pejuang hak-hak anak. 10 hak anak itu mereka perjuangkan.
Kan ada kongres anak, kesepakatan isu apa yang mau diangkat, dengan bimbingan dan
pendampingan terhadap anak
Peneliti: Kewenangan apa yang dimiliki instansi anda dalam pelaksanaan KLA?
I 1-1 kita sebagai perencana tiap tahun memberikan masukan kepada mereka dalam rakorbid,
musrenbang, semuanya kita kordinasikan. Cuma ya itu balik lagi ke OPD nya kadang-kadang ego
sektor itu masukan tidak dituliskan lagi-kagi tidak dijalankan. Sebetulnya powernya keluar
Bappeda cuma ya gatau lah. Mungkin 2020 kita ada sistem baru melakukan sistem online jadi
tidak bisa ada perubahan lagi untuk perencanaan itu kita input langsung untuk menghindari
perubahan itu tadi
I 1-2 kewenangan kita sebetulnya hanya mendampingi karena sampai saat ini sebagian anggaran kita
juga masih tersangkut di BAPPEDA. Padahal seharusnya segala sesuatu yang menyangkut
pemenuhan hak anak itu adanya di DP3AKB
I 1-3 Menerbitkan akta kelahiran dan KIA
I 1-4 yang sesuai dengan Gugus Tugas aja membidangi klaster 3
I 1-6 sesuai dengan tupoksi setda. menyusun kebijakan yang nanti akan dibuat
Peneliti: Bagaimana sistem komunikasi (koordinasi antar pihak) yang terbangun dalam Gugus Tugas
KLA? Dari setiap OPD yg terlibat?
I 1-1 rapat Gugus Tugas. Komitmen OPD terhadap KLA masih bermasalah, kurang pemahaman dan
kurang tanggungjawab karena merasa bukan tugas saya padahal kan di Gugus Tugas sudah jelas
OPD terkait.
Hambatannya, kita sudah mengundang OPD sebagai Gugus Tugas tapi masih ada yang belum
paham, anggapan yang belum paham ini KLA itu program baru. Padahal kan enggak, jadi
beberapa OPD kurang ada dukungan
I 1-2 kurang efektif, tidak komunikatif. Kalau rapat yang menyangkut penilaian kita rapat secara
kontinyu ya, seandainya untuk yang tidak ada penilaian kita hanya biasa lah karena dianggapnya
tidak urgent.
Ketika ada rapat kordinasi tidak mengena ke sasaran, yang datang siapa tidak disampaikan ke
pimpina jadi tidak tahu
I 1-3 karena ini kan program, sudah ada tugas pokok dan fungsinya, kita berkumpul mengadakan rapat
membahas itu semua. Fungsi saya sebagai pemenuhan hak sipil membahas inovasi yang kita
jalankan saya informasikan itu pada tim. Koordinasi sudang terbangun
I 1-4 agak kurang ya, jadi kita berjalan sendiri-sendiri saja
I 1-5 kita ada forum, bappeda nanti yang mengumpulkan, kita ada kordinasi dan kemitraan dengan OPD
lain, seperti Dishub, pol PP
I 1-6 tidak ada masalah. bagi kami prinsipnya yang butuh yang harus datang, jadi mereka yang harus
aktif. Rapat rutin sudah dilaksanakan
I 1-7 biasanya saya, tapi tahun 2018 saya kurang memperhatikan siapa yang ditugaskan itu. Karena
kadang kan kita dikasih undangan dan bentrok, jadi pak camat menugaskan yang lain yang penting
ada perwakilan
I 2-1 Dengan DP3AKB kordinasi dan komunikasi berjalan cukup baik
Peneliti: Siapa yang seharusnya merangkul pihak swasta agar terlibat dalam pemenuhan hak anak di Kota
Serang?
I 1-1 sebetulnya semua OPD punya tanggungjawab tinggal inovasi dan inisiatif mereka aja untuk
merangkul dunia usaha
I 1-2 sebetulnya pemerintah daerah ya, kaitannya dengan KLA ini selain DP3AKB juga ada dinas
penanaman modal dan disperindagkop. Tapi memang sampai saat ini belum ada pelibatan dunia
usaha untuk KLA. Kita belum advokasi ke dunia usaha. Biasanya kita proposal ke perbankan.
Fasilitasi APSAI belum kita jalankan, kita baru akan advokasi ke dunia usah dulu
Peneliti: Bagaimana sistem atau mekanisme pengumpulan data anak di Kota Serang?
I 1-1 kita kerjasama dengan untirta melibatkan pihak ketiga karena kalau tidak ada pihak lain waktunya
gabisa dan sudah ada anggarannya khusus. Kalau data ada yang dari kita tapi kebanyakan dari
pihak ketiga dengan OPD nya langsung
Peneliti: Bagaimana pendapat bapak/ibu terkait komitmen para pelaksana KLA?
I 1-3 luar biasa ya kalau bicara tugas kan kita harus jalankan. Ada rapat harus hadir jadi sudah tugasnya
jadi kita kan ingin membangun KLA maka programnya harus berhasil, kalau dari segi capil. Kalau
semua sama begitu semangatnya yang luar biasa kan tujuannya bisa tercapai
I 1-4 kalau komitmen kami insya Allah selalu komitmen, karena orientasi kegiatan kami mengarah pada
kesehatan ibu dan anak
I 1-5 kita melaksanakan apa yang menjadi tupoksi kita dan tugas dari pimpinan, itu tidak terbantahkan
I 2-1 itu saya tidak bisa menilai dengan objektif, jadi saya menolak untuk menjawab pertanyaan
I 2-2 komitmen sudah terbangun Cuma belum serius. Masih banyak pekerja anak di Banten Lama.
Mungkin terlihat sepele tapi kalau ada orang luar terus ngeliat terus didokumentasi terus kesebar,
itu bisa nurunin penilaian kita. Tapi dari beberapa sisi udah bagus banget kaya pemenuhan hak
sipil. Kita juga pernah minta IPS rokok diganti dengan spanduk edukasi.
LAMPIRAN FOTO-FOTO

Wawancara dengan Kasi Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Serang dan Kabid Pelayanan
Pencatatan Sipil Disdukcapil Kota Serang
(Sumber: Peneliti 2019)

Fasilitas yang dibangun oleh PT Telkom mendukung pemenuhan hak anak berkaitan dengan ruang
terbuka dan bermain di Kota Serang
(Sumber: Peneliti, 2019)

Pemenuhan hak anak oleh pemerintah dalam ruang partisipasi anak dalam pembangunan melalui
musrenbang dan penyediaan fasilitas bermain anak di Kecamatan Taktakan
(Sumber, Peneliti, 2019)
Bintek KHA dan Pengukuhan PATBM di Kecamatan Kasemen dalam rangka penguatan
kelembagaan KLA di Kota Serang
(Sumber: Bappeda Kota Serang, 2018 dan Nila Ariska, 2019)

Partisipasi dunia usaha dalam kebijakan dan partisipasi masyarakat dalam penyediaan ruang
bermain untuk mendukung pemenuhan hak anak di Kota Serang
(Sumber: Peneliti, 2019)
RIWAYAT HIDUP

Nama : Pradita Saldi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Sukabumi, 30 Oktober 1997

Agama : Islam

Alamat : Kp. Jamban 1 RT 03 RW 04 Desa Cikakak

Kecamatan Cikakak Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

E-mail : saldipradita30@gmail.com

Pendidikan Formal :

2003-2009 : SDN Neglasari

2009-2012 : SMPN 1 Cikakak

2012-2015 : SMAN 1 Cikakak

2015-2019 : Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengalaman Organisasi:

2016-2017 : Anggota Biro Danus HIMANE UNTIRTA 2016

2017-2018 : Bendahara Umum HIMANE UNTIRTA 2017

2017-2018 : Anggota Divisi Markas KSR PMI UPT UNTIRTA 2017

Anda mungkin juga menyukai