PENDAHULUAN
Banyak bisnis keluarga ((ami(v husiness) yang telah sukses dibangun dan
keluarga. Tidak sedikit kasus terjadi dimana suksesi bisnis keluarga menjadi pemicu
keluarga bisa menjadi penyebab keretakan (restless) antar anggota keluarga atau
bisnis yang dikelola secara protesionaL Hubungan antar anggota keluarga dalam bisnis
bersifat sensitif dibanding hubunga antar karyawan yang tidak memliki hubungan
menurut Danco (19991:53), karena orang-orang didalamnya dan hubungan satu sarna
lain. Dalam tulisannya yang lain Danco (1991:62), menyatakan bahwa 'lami(V husiness
are unique because they are composed 0/ aflml' through time (~( people u'ith cariflicting
needs, concern, abilities and riRlu, who also share one strongest bonds human heings can
have/amily relationship" .
Menurut Upton (1988:26), bisnis keluarga adalah suatu sistem yang kompleks
atau lebih tepatnya merupakan suatu joint system. Anggota-anggota keluarga yang
terlibat dalam bisnis adalah anggota-anggota dari dua sistem yang terpisah yakni suatu
task system dan sentient ~ystem. MasaJah dan konflik muncuJ ketika tujuan, poJa perilaku
2
dan aturan-aturan yang dipertahankan dalarn sistern keluarga tumpang tindih dengan
sistern bisnis. Hoover dan Hoover (1999:18) rnendukung pernyataan Upton. Menurutnya,
yang unik dari bisnis keluarga adalah fakta bahwa hubungan dibangun oleh
interdependensi keluarga dan ekonomi. Hal ini rnenjadi rnenjadi ikatan yang tidak hanya
menyatukan orang, tetapi juga mernbentuk hambatan utarna terhadap kebebasan rnereka.
Ciri tipikal yang lain dari bisnis keluarga adalah praktik paternaIistik dan
keponakan atau ipar dari pemiIik (owner) yang belum bekerja ditampung dalam
perusahaan. Anggota keluarga ini membalasnya dengan kesetiaan dan kejujuran. Manajer
anggota keluarga mudah memahami kebijakan dan sasaran perusahaan, karena latar
belakang yang sarna, Iebih bertanggung jawab dan menjamin kesinambungan dan
implementasi kebijakan perusahaan yang efektif Di lain pihak, faktor yang merugikan
pemecatan dan ketidak sesuaian latar belakang pendidikan dan keahlian anggota
keluarga.
Pada masa sekarang muncul kesadaran dari bisnis keluarga untuk mengurangi
dampak negatif nepotisme. Sadler (190:27) menyatakan banyak topik sensitif yang
berkaitan dengan bisnis keluarga adalah kompetensi manajeriaI. Pada masa laJu hak
berpartisipasi dalam manajemen bisnis keluarga telah dianggap sebagai tantangan. Pada
dalam peran manajerial telah ditambahkan pada kualifikasi. Walaupun tidak diminta
kompetensi sering dihargai lebih penting dari hubungan darah dan tradisi.
Bisnis keluarga menjadi telah menjadi bidang kajian tersendiri bagi akademisi di
Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Beberapa family business center telah
didirikan di sana. Mereka memberikan pelayanan konsultasi, menulis banyak artikel dan
beberapa jasa untuk mengelola bisnis keluarga. Pusat bisnis keluarga tersebut juga
membuka situs (web site) di jaringan internet. Banyak diantara konsultan bisnis keluarga
setiap tipe perusahaan. Apalagi bagi bisnis keluarga, perencanaan suksesi bersifat kritis
(Sales, 1990:31). Ketiadaan perencanaan suksesi adalah penyebab nomor satu kegagalan
dari bisnis keluarga untuk masuk ke generasi kedua atau ketiga (Karofsky, 2001:1). Peay
dan Dyer (1989:47) juga menyatakan bahwa salah satu penyebab kematian perusahaan
kemampuan kontak dengan pelanggan dan pemasok kunci dalam esensinya kepada
generasi penerus. Mereka juga mengungkapkan hasil studi yang mengindikasi bahwa
Kematian dari bisnis keluarga sering teIjadi prematur dan terprediksi (Rock,
1987:72). Fakta menunjukkan hanya 30 persen dari perusahaan keluarga tetap bertahan
pada generasi kedua, dengan implikasi bahw·a usaha transfer adalah tidak berhasil (Birley
dalam Fox et al.,1996:15). Churchil dan Lewis (dalarn Hunger & Wheleen, 1996:519)
mengungkapkan fal1:a yang sarna bahwa hanya 30 persen perusahaan keluarga yang
sukses sarnpai ke generasi kedua dan 13-15 persen yang tetap hidup sarnpai ke generasi
ketiga. Penyebabnya rnenurut Horowitz adalah isu-isu keluarga dan tidak adanya
perencanaan suksesi.
Fritz (1992: 103-1 04) mengemukakan beberapa sebab rnengapa hanya 30 persen
I bisnis keluarga yang bisa bertahan pada generasi kedua dan 10% pada generasi ketiga
I
I yak·
m:
Ward (dalam Hunger & Wheleen, 1996:520) juga rnenguraikan beberapa alasan
yakni:
5
Ward & Aronoff (dalam Hunger & Wheleen, 1996:520) juga menambahkan bahVv·a
Midwestern Amerika Serikat dan 34 pemilik bisnis keluarga Korea saat mej"eka
responden dari Amerika Serikat dan 20,1 persen dari Korea yang membuat pereneanaan
suksesi. Responden yang tidak menyiapkan suksesi menyatakan tidak tahu apa yang
harns dipersiapkan. PeneIitian Brown & Coverley (1999:95-96) yang dilakukan terhadap
small businesses di East Anglia, United Kingdom, menunjukkan hanya 38 persen dari
melakukannya.
tunggal bisnis, meskipun bisnis keluarga seringkali dimiliki oIeh beberapa anggota
keluarga, khususnya jika telah melewati generasi kedua dan seterusnya. Riset Bro''''TI &
pereneanaan suksesi. Hasil riset itu menunjukkan baik untuk bisnis beruk'1lTan keeil
perencanaan suksesi dan 50 persen tidak membuat rencana suksesi. Seluruh responden
mengetahui apa yang mereka butuhkan dari suksesornya, meskipun kebanyakan dari
mereka tidak mempunyai rencana untuk mencari orang yang akan dipilih menjadi
suksesor. Jika ada diantara responden yang menyusun daftar kebutuhan caJon prospektif,
merujuk pengalaman bisnis esensial. Brown & CoverIey menyarankan agar riset
kepada generasi penerus. Sukses menarik perhatian keturunan ke dalam bisnis mungkin
integrasi generasi muda ke dalam perusahaan keluarga adalah isu strategis penting,
meskipun menawarkan tantangan dan penemuan suatu tempat bagi anggota keluarga
I
I
, muda atau penyesuaian organisasi terhadap input dan pennintaan generasi baru sebagai
. isu yang tidak Iazim tennasuk sebagai tujuan perencanaan bisnis (Ambrose dalam Barach
et aI., 1988:49).
Suksesi dalam bisnis keluarga senng tidak berhasil, karena tidak dihargainya
yang baik (Shulman, 199 I:43). Entrepreneur mengambiI bermacam pendekatan untuk
perencanaan suksesi bisnis mereka (Dyer, 1992: 182). Proses transfer yang berhasil
generation) saling berperan dalam proses penyesuaian. Untuk menyiapkan suksesi dalam
bisnis, entrepreneur harus memiIih seorang atau beberapa suksesor, melatih dan
jawab, menyusun gUidelines dan peraturan yang mendasari bisnis, menyusun timetable
untuk transisi dan mengembangkan aturan bam untuk mereka sendiri (Dyer, 1992: 183).
Survei yang dilakukan bersarna oleh Laventhol & Howarth dan The American
3. Merencanakan untuk menjual perusahaan jika tidak ada anggota keluarga yang
HasiI dari riset yang sarna mengenai trend dalam perencanaan suksesi Juga
1. Menyiapkan seorang anak yang berusia muda untuk mengambil alih bisnis 35%
2. Merencanakan anak-anak bersaing untuk dipilih satu atau lebih suksesor dengan input
3. Merencanakan anak-anak bersaing untuk dipilih satu atau lebih suksesor dengan input
4. Merencanakan untuk membentuk executive camitle dari dua atau lebih anak 15%
Proses suksesi dalam bisnis keluarga yang berhasil akan dapat rnelahirkan
entrepreneur baru yang tangguh. Mengingat sebagian besar entitas bisnis di Indonesia
8
merupakan perusahaan keluarga, maka kajian tentang sukskesi akan sangat bernilai bagi
menja\\'ab bagaimana profil seorang wirausaha yang sukses dan apa yang dibutuhkan
pengelolaan bisnis keluarga di Indonesia masih sangat sedikit. Pada hal di Amerika
Serikat dan beberapa negara maju lainnya telah berkembang menjadi bidang riset
tersendiri.
berikut:
2. Sering melanggar prinsip "The right man in the right place". Penempatan anggota
keluarga dalam tugas yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat dan
kemampuannya.
3. Tidak ada pemisahan yang jelas antara pembagian keuntungan atas kepemilikan
dengan pemberian gaji sebagai balas jasa untuk anggota keluarga yang bekeIja.
struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas. Walaupun ada bagan struktur
organisasi secara tertulis, namun hal itu hanya bersifat formalitas untuk memenuhi
Menurut Dyer & Handler (1994:71), problema suksesi, tran.~fering leadership dan
kepemilikan kepada generasi berikutnya dari bisnis keluarga telah menarik perhatian
Penelitian ini untuk menelaah suksesi dari pendiri ke generasi kedua bukan
suksesi ke generasi ketiga atau generasi selanjutnya. Hal ini dipilih karen a bagi pendiri
proses suksesi ke generasi kedua sering menimbulkan dilema. Menurut Dyer (1992:
181), bagi seorang entreprenur yang mendirikan perusahaan dan telah memperoleh
banyak keberhasilan, maka bisnis menjadi sangat penting bagi dalam hidupnya. Ia
memiliki perasaan cinta yang dalam terhadap bisnisnya tersebut. Dilema bagi seorang
menyiapkan organisasi usahanya untuk masa depan dan pada waktu yang bersamaan
berarti meninggalkan peran yang sangat berarti bagi hidupnya. Banyak kesulitan dan isu
melihat dampak dari praktik perencanaan suksesi pada perusahaan yang sedang tumbuh.
Riset juga diperlukan karena tidak adanya empirical research pada semua aspek dari
perencanaan suksesi dan strategi perusahaan kecil. Pada hal kebanyakan perusahaan kecil
Terdapat berbagai bent uk praktik suksesi seperti pada hasil survei yang telah
bagi eksistensi bisnis keluarga di masa yang akan datang, terutama setelah peralihan atar
generasi, maka periu kajian bagaimana transfer kepemimpinan yang berhasil dan yang
gagal dari generasi pendiri ke generasi kedua dalam bisnis keluarga di Indonesia.
2. Mengapa suatu proses suksesi bisa efektif pada suatu perusahaan dan tidak efektif
3. Apa dampak dari efektif atau tidaknya proses suksesi terhadap praktik entrepreneurial
kepemimpinan dalam bisnis keluarga, maka penelitian ini akan dibatasi hanya pada aspek
, ini tidak membahas proses transfer kepemilikan. Peralihan kepemiIikan juga merupakan
I kajian lain yang menarik dalam suksesi bisnis keluarga. Aspek ini memerlukan kajian
3. Menemukan dampak dari proses suksesi yang efektif dan yang tidak efektif terhadap
1. Mengisi masih lar.gkanya penelitian empiris mengenai proses suksesi dan dampaknya
konteks bisnis keluarga di Indonesia. Walaupun penelitian ini berbentuk case study
yang tidak bisa digeneralisasi dalam situasi yang berbeda dari kasus perusahaan yang
diteliti.
Dilihat dari kepentingan aplikasi, hasil yang diperoleh dari penelitian ini secara
Instansi pembina usaha kecil dan menengah, dalam melakukan konsultasi atau
I
MILl"
PERPUSTAKAAN
UNIVER::;ITAS AIRLANGOA.
I ~)LJ t\H\Ytt.