Anda di halaman 1dari 10

COMMUNITY EMPOWERMENT

Vol.6 No.7 (2021) pp. 1139-1148


p-ISSN: 2614-4964 e-ISSN: 2621-4024

Resiliensi dan adaptasi pengusaha wanita di era new normal


Vembri Aulia Rahmi , Ifahda Pratama Hapsari
Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik, Indonesia

vembriaulia@umg.ac.id
https://doi.org/10.31603/ce.4961

Abstrak
Pandemi Covid-19 membawa tantangan sekaligus ancaman baru bagi keberlanjutan
bisnis pengusaha wanita (womenpreneur). Protokol kesehatan mempengaruhi proses
bisnis, penjualan dan pendapatan usaha womenpreneur. Sementara lain, keterampilan
womenpreneur terbatas dan membutuhkan keterampilan bisnis tambahan untuk
mendukung resiliensi dan adaptasi di era new normal. Tujuan pengabdian masyarakat
ini adalah berkontribusi bagi womenpreneur dengan kegiatan berbagi pengetahuan dan
pengalaman. Pendampingan partisipatif terhadap mitra dengan melibatkan peran
akademi, praktisi, womenpreneur dari mahasiswa dan UMKM adalah bentuk metode
pengabdian. Materi sosialisasi dan edukasi yang disampaikan adalah tentang perilaku
inovasi bisnis new normal dan legalitas produk. Hasil akhir pengabdian menunjukkan
bahwa mitra memperoleh inspirasi bisnis disertai pengetahuan dan pengalaman baru
untuk mendukung kemajuan bisnisnya. Kegiatan berbagi ilmu pada pengabdian
masyarakat secara implisit menyiratkan makna tentang begitu pentingnya sinergi pelaku
usaha, praktisi dan womenpreneur, baik dari UMKM maupun mahasiswa untuk
mendukung keberlanjutan usaha.
Kata Kunci: Womenpreneur; Resiliensi; Adaptasi; Sinergi

Resilience and adaptation of womenpreneurs in the new normal era


Abstract
The Covid-19 pandemic brings new challenges as well as new threats to the sustainability of the
business of women entrepreneurs (womenpreneurs). Health protocols affect the business
processes, sales and income of womenpreneurs. Meanwhile, womenpreneur skills are limited and
require additional business skills to support resilience and adaptation in the new normal era. The
purpose of this community service is to contribute to womenpreneurs by sharing knowledge and
experiences. Participatory assistance to partners by involving the role of academies, practitioners,
womenpreneurs from students and SMEs was a form of service method. The socialization and
education materials delivered were about new normal business innovation behavior and product
legality. The final result of the service shows that partners get business inspiration along with
new knowledge and experience to support their business progress. The activity of sharing
knowledge in community service implicitly implies the importance of the synergy of business
actors, practitioners and womenpreneurs, both from SMEs and students to support business
sustainability.
Keywords: Womenpreneur; Resilience; Adaptation; Synergy

1139
Community Empowerment

1. Pendahuluan
Pandemi Covid-19 dibarengi pembatasan sosial masyarakat telah membawa fenomena
baru dengan istilah new normal, yaitu bentuk sikap dan tindakan menyesuaikan diri
akibat terjadinya kondisi atau peristiwa tertentu. Instruksi pemerintah untuk
menjalankan konsep new normal tentu membutuhkan dukungan semua pihak demi
ketuntasan permasalahan atas wabah di Indonesia. Dampak new normal ini berimbas
pada dunia usaha, antara lain mempengaruhi proses bisnis, penjualan, pendapatan
masyarakat dan tentunya kesejahteraan masyarakat. Begitu juga bagi mereka
pengusaha berskala UMKM, seperti: pengusaha wanita.
Peran wanita sebagai pengusaha secara gender dianggap mampu menjadi stimulus
bagi ekonomi keluarga (Istiqomah, 2018), karena wanita dianggap memiliki wawasan
yang luas dalam meningkatkan taraf pendidikan bagi anak. Diketahui temuan di
lapangan bahwa wanita memiliki kontribusi mendukung ekonomi keluarga
(Hasbullah, 2018). Terdapat beberapa penyebutan kata populer untuk gender wanita
dan profesi wirausaha, seperti: womenpreneur, mompreneur, dan ladypreneur. Namun,
apapun nama populer disandangkan atas penamaan terhadap pelaku bisnis wanita,
tetapi kembali lagi pada tujuan tentang bagaimana mencapai kesuksesan dan
kontribusi bisnis wanita. Keterlibatan womenpreneur pada level bisnis UMKM di
Indonesia yang mampu bertahan di masa krisis ekonomi terbukti cukup besar,
sehingga keberadaannya patut untuk dikembangkan (Hendratni & Ermalina, 2018).
Wanita dipilih sebagai subyek pengamatan, karena dinilai memiliki kemampuan
mengerjakan peran ganda dalam kehidupan, baik sebagai perempuan bekerja maupun
perempuan wirausaha. Selain itu, berdasarkan data BPS tahun 2020 menunjukkan
bahwa jumlah populasi perempuan di Kecamatan Gresik cenderung lebih banyak
daripada populasi laki - laki, yaitu sebesar: 37.915 jiwa pada laki - laki, dan 38.432 jiwa
pada perempuan. Jumlah populasi dan diimbangi dengan produktivitas wanita adalah
potensi untuk wanita menjadi produktif, jika dilakukan pemberdayaan kompetensi
sumber daya manusia secara efektif. Akan tetapi, di masa pandemi pemberdayaan
wanita untuk meningkatkan kompetensi wirausaha membutuhkan inovasi metode,
diantaranya pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung praktik pada aplikasi
bisnis womenpreneur (Pancasasti & Khaerunnisa, 2017). Kemunculan era new normal di
Indonesia juga merupakan peluang baru untuk mendukung keterlaksanaan capaian
kemajuan bisnis pada situasi pandemi.
Pada umumnya kendala bisnis oleh womenpreneur UMKM di masa pandemi, meliputi
beberapa keterbatasan sumber daya manusia, jumlah modal, jejaring bisnis,
keterampilan teknologi, dan pengetahuan hukum bisnis (Aramia & Rochland, 2020).
Sementara lain permasalahan womenpreneur pada komunitas UKM di Kecamatan
Gresik dan Kebomas banyak pula terdampak akibat wabah, padahal beberapa
diantaranya merupakan tulang punggung keluarga karena posisi mereka sebagai
janda yang harus menghidupi anak. Masih sangat memungkinkan untuk memajukan
UKM di Indonesia bila diantara anggota komunitas UMKM saling bekerja sama, akan
tetapi temuan di lapangan menyatakan bahwa kelompok UMKM yang terbentuk
justru kurang menyatu setelah memiliki jumlah anggota yang semakin bertambah,
yaitu masing–masing anggota berbisnis dengan berjalan mandiri. Situasi demikian
terjadi akibat kurangnya komunikasi terstruktur oleh pemimpin komunitas UMKM

1140
Community Empowerment

terhadap anggotanya, dan juga kemungkinan bahwa komunitas belum terkoordinir di


bawah lembaga atau belum pernah mendapat dukungan dari kemitraan perusahaan.
Kesiapan womenpreneur UKM agar mampu tetap bertumbuh dan bertahan untuk
melanjutkan bisnis di era new normal adalah melalui perilaku inovatif (Agustina,
2020). Membangun motivasi perilaku inovatif membutuhkan dukungan pihak lain,
seperti misalnya kegiatan atas inisiasi akademi, lembaga, atau perusahaan
menciptakan ruang publik untuk saling berbagi manfaat, baik pengetahuan maupun
pengalaman bisnis. Berdasarkan permasalahan yang dikeluhkan oleh pengusaha
wanita tersebut, maka menebar kemanfaatan dengan saling kontribusi melalui
pengabdian masyarakat. Beberapa bentuk kegiatan pengabdian, antara lain:
pendampingan kewirausahaan diikuti oleh kegiatan berbagi pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan bisnis merupakan salah satu alternatif solusi menyikapi
resiliensi dan adaptasi UMKM di era new normal dalam mengantisipasi situasi
pandemi penuh tantangan.
Capaian luaran yang diinginkan adalah terciptanya kerja sama atas dasar berbagi
kepentingan antara akademisi dan pelaku usaha, di samping terbangunnya
pemahaman atas kesadaran terhadap unsur legalitas pada usaha, serta dibarengi
perbaikan kualitas layanan produk, sehingga mampu diperoleh penguatan terhadap
perilaku inovatif dalam berwirausaha.

2. Metode
Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan metode observasi lapangan yang
dilakukan sejak bulan Januari 2021. Namun, pelaksanaan kegiatan inti pengabdian,
meliputi kegiatan berbagi pengetahuan dan kolaborasi UMKM dilaksanakan pada
tanggal 10 Maret 2021. Jauh sebelum diadakan observasi lapangan, maka sebelumnya
(akhir Oktober 2020), mitra pengabdi diundang untuk saling berbagi pengalaman
tentang permasalahan dan kendala bisnis yang dialami UMKM selama pandemi.
Diketahui mitra pengabdian adalah womenpreneur (pengusaha wanita) dengan bidang
usaha ekonomi kreatif, khususnya kuliner dan juga bidang kegiatan menjahit pakaian
(permak) yang memiliki lokasi usaha di Kabupaten Gresik, yaitu Kecamatan Kebomas
dan Kecamatan Gresik. Sebagian besar mitra pengabdi merupakan pengusaha wanita
kelas mikro yang belum memiliki asosiasi bisnis, akan tetapi terdapat pula mitra
pengabdi dari womenpreneur yang tergabung dalam Asosiasi UMKM “Gading Mas”
yang merupakan binaan Diskoperindag Kabupaten Gresik.
Mengingat kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan untuk mengolaborasikan
antara UMKM dari mahasiswa, dan dari ibu rumah tangga, sehingga mitra dipilih dari
bidang usaha ekonomi kreatif, yaitu terutama bidang kuliner dan produk olahan
bahan mentah. Dalam hal ini, terdapat UMKM dari mahasiswa, yaitu mereka yang
memiliki usaha kuliner dengan cara pemasaran secara online. Permasalahan yang
dihadapi womenpreneur UKM serta seluruh potensi yang dimiliki oleh mitra menjadi
pertimbangan bagi akademisi untuk menetapkan beberapa metode yang akan
diterapkan pada kegiatan pengabdian masyarakat. Pertimbangan atas potensi para
UKM dilihat dari sudut pandang segala kemampuan, baik ditinjau dari material,
kompetensi, dan kesempatan dari pengusaha wanita tersebut. Sinergi antara pelaku
usaha, akademisi dan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan
dengan metode–metode sebagai berikut:

1141
Community Empowerment

2.1. Sosialisasi Program Kegiatan Berbagi


Mitra pengabdian berprofesi sebagai pelaku usaha wanita dari kalangan masyarakat
kelas menengah ke bawah dan kurang memiliki latar belakang pengetahuan dasar atas
konsep membangun bisnis dengan jaringan.
Tingkat lulusan pendidikan para UMKM yang masih di jenjang sekolah menengah,
bahkan terdapat putus sekolah dan keterbatasan akses mendapat informasi
pengembangan usaha dan menyebabkan kelemahan pemahaman adaptasi bisnis di
masa pandemi. Tujuan sosialisasi program pengabdian masyarakat dimaksudkan
untuk memberikan pengarahan tentang seberapa besar manfaat keikutsertaaan mitra
dalam kegiatan pengabdian, di mana selama ini beberapa diantara womenpreneur
belum pernah mendapatkan pembinaan reguler dari instansi tertentu mengenai
pengetahuan manajemen usaha serta legalitas produk. Metode sosialisasi dilaksanakan
sebagai bagian dari rangkaian pelaksanaan observasi lapangan, meliputi: survei dan
kunjungan pada lokasi usaha UMKM.
2.2. Kunjungan Lokasi dan Diskusi Mitra
Demi tercapai sasaran pengabdian masyarakat kepada womenpreneur UKM golongan
menengah ke bawah, maka beberapa rencana kegiatan disusun berdasarkan alur
bagan berikut ini.

Gambar 1. Alur Rencana Kegiatan

Tahapan pertama memulai implementasi pengabdian masyarakat oleh dosen dan


mahasiswa pada Gambar 1. adalah observasi dan survei awal terhadap UMKM
pengusaha wanita dengan maksud untuk mengetahui kondisi dan situasi lokasi usaha,
permasalahan dan menemukan solusi penyelesaian dari persoalan mitra. Diketahui
bahwa terdapat persoalan bisnis dikeluhkan oleh womenpreneur UMKM tentang
kondisi perdagangan sebelum dan selama masa pandemi diharapkan menjadi
masukan agar dapat tercerahkan melalui kegiatan yang dilakukan pada pengabdian
masyarakat, sehingga pada akhirnya mampu berkontribusi mewujudkan output dan
outcome luaran pengabdian. Output pengabdian diharapkan dapat meliputi: konsep
strategi inovasi bisnis, pengetahuan manajemen usaha diikuti pemahaman legalitas
produk, akun online dan keanggotaan mitra program binaan instansi. Dengan
demikian menjadi tambahan sumber daya untuk mencapai sasaran outcome, seperti:
peningkatan pendapatan, keterampilan bisnis, serta penguatan jaringan usaha.
2.3. Pelatihan dan Pendampingan Kegiatan
Sebelum kegiatan pelatihan kewirausahaan diberikan, terlebih dahulu dikondisikan
terselenggaranya agenda kegiatan berupa pengenalan profil pengusaha, di mana
terdapat sesi tanya jawab dan bertukar pendapat antara mitra bersama pakar.
Pelatihan kewirausahaan memberi pemahaman sesuai materi pengabdian dan juga
memperkenalkan konsep baru kewirausahaan berbasis kreatif dan adaptif

1142
Community Empowerment

(creativepreneurship) dengan tetap mempertahankan unsur pengetahuan kewirausahaan


khas perempuan. Kewirausahaan kreatif adaptif berusaha mengeksplorasi potensi
wanita dari beberapa mitra berdasarkan bidang usaha. Berikutnya adalah kegiatan
berbagi pengalaman mitra dalam mengadaptasi kebaruan informasi. Upaya
pendampingan dilaksanakan setelah seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi dan
pelatihan pada program pengabdian masyarakat telah berjalan dan diikuti oleh
selutuh mitra pengabdi. Pendampingan kegiatan merujuk pada aktivitas monitoring
(pengawasan) oleh tim pengabdi, karena metode pendampingan secara tidak langsung
akan memberikan penguatan semangat untuk meningkatkan keterampilan
berwirausaha bagi mitra.
2.4. Sinergi Kegiatan dan Kolaborasi Peran
Keterbatasan sumber daya pada womenpreneur UMKM merupakan bagian dari kendala
pengusaha wanita untuk memajukan bisnis, maka dibutuhkan sinergi kegiatan dalam
satu ruang publik untuk menjalin kolaborasi kepentingan yang saling
menguntungkan. Bentuk dukungan sinergi yang difasilitasi oleh dosen adalah
mempertemukan antara womenpreneur UMKM dan womenpreneur mahasiswa. Tujuan
penerapan metode pada tahap ini adalah terjadinya kerjasama saling melengkapi
kelebihan dan kekurangan masing–masing pengusaha wanita berbeda generasi
tersebut. Selanjutnya dari sinergi akan terjadi kolaborasi peran oleh pelaku usaha.
2.5. Evaluasi dan Umpan Balik Kegiatan
Tahap akhir pengabdian masyarakat adalah evaluasi atas serangkaian program
kegiatan yang telah dilakukan. Peserta kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman
adalah beberapa womenpreneur UMKM berbeda generasi, maka dibutuhkan tindakan
evaluasi. Tindak lanjut evaluasi kegiatan pengabdian akan menjadi sumber pokok
untuk menelusuri pola umpan balik kegiatan.

3. Hasil dan Pembahasan


Deskripsi seluruh tahap kegiatan pengabdian masyarakat diuraikan pada bagian hasil
dan pembahasan ini, yaitu memaparkan beberapa temuan di lapangan yang terjadi
mulai saat tahap sosialisasi sampai tahap evaluasi. Hasil kegiatan pengabdian
masyarakat dilengkapi dengan dukungan data pendukung berupa dokumentasi dalam
bentuk gambar, sehingga semakin memperjelas potret bagaimana proses kegiatan
pengabdian masyarakat yang menyinergikan akademisi dan pelaku usaha wanita
diimplementasikan. Kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman oleh mitra, pakar,
dan mahasiswa adalah wujud upaya berkontribusi terhadap womenpreneur UMKM
menghadapi resiliensi dan adaptasi saat pandemi. Era new normal memberi peluang
baru bagi masyarakat Indonesia menciptakan perubahan adaptif dan inovatif pada
bidang kewirausahaan, yaitu menciptakan sinergi dan kolaborasi dengan
pendayagunaan teknologi dan informasi dengan melibatkan kekuatan berjejaring
sosial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha pada skala UMKM diketahui bahwa
selama ini womenpreneur belum pernah mendapatkan muatan pengetahuan dan
keterampilan kewirausahaan. UMKM yang selama ini dijalankan oleh mitra UKM
adalah bisnis yang dibangun dengan tekad bermodal keberanian, karena situasi
desakan kebutuhan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja. Sementara lain, dasar
keterampilan berwirausaha dengan model bisnis tersistem masih belum begitu

1143
Community Empowerment

dipahami. Salah satu kunci kesuksesan bisnis adalah kemampuan pengusaha untuk
mampu mengelola mental menghadapi setiap tantangan perjalanan bisnis. Berikut ini
adalah beberapa kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan womenpreneur:
3.1. Sosialisasi Kegiatan Berbagi
Perwakilan pelaku usaha wanita diundang untuk datang pada laboratorium
kewirausahaan program studi di kampus untuk mensosialisasikan kegiatan berbagi
pengetahuan dan pengalaman. Pada kegiatan sosialisasi, terdapat womenpreneur
UMKM di bidang kuliner membawa contoh produk usahanya dan menyampaikan
beberapa harapan dan juga keluhan yang dihadapi selama masa pandemi. Harapan
womenpreneur UMKM adalah tersedianya dukungan dana demi penguatan modal
pengusaha, karena penjualan menurun dan sementara lain pembelian bahan tetap
dilakukan untuk produksi. Keluhan dari womenpreneur UMKM, antara lain:
keterbatasan kemampuan pengusaha dalam beradaptasi menggunakan media digital
sebagai sarana pemasaran.
Saat kunjungan mitra di laboratorium menyampaikan bila tidak memiliki kemampuan
membuat proposal bisnis untuk pengajuan dana. Dosen selaku pihak pengabdi
berusaha menampung seluruh keinginan dan permasalahan dari mitra, sembari
merancang perencanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang sesuai dengan
kebutuhan UMKM. Penyusunan konsep pelaksanaan rencana kegiatan melibatkan
koordinasi beberapa pihak yang akan dilibatkan untuk pelaksanaan acara inti
pengabdian masyarakat, di mana pada praktiknya koordinasi dilakukan secara per
individu atau melalui media pesan “whatsapp”. Tampak pada Gambar 2. adalah
kunjungan mitra UMKM.

Gambar 1. Kunjungan Mitra di Kampus

3.2. Kunjungan Lokasi dan Diskusi Mitra


Alih alih bertujuan agar dapat memfasilitasi apa saja kebutuhan para UMKM di masa
pandemi untuk mengadaptasi perilaku bisnis womenpreneur, maka tim pengabdi
melakukan observasi lapangan, yaitu: mendatangi lokasi usaha dan juga
mendiskusikan hasil koordinasi perencanaan kegiatan pengabdian yang akan
diagendakan. Akademisi menyadari bahwa kesibukan womenpreneur UMKM dari
profesi pengusaha wanita dan menjadi ibu rumah tangga, sehingga dibutuhkan
penjadwalan atas implementasi kegiatan. Kunjungan ke lokasi usaha juga
dimaksudkan untuk melakukan wawancara mendalam sekaligus diskusi tentang
material, proses produksi, dan rantai pasokan bisnis mitra pengabdi. Gambar 3,
Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6. menampilkan kegiatan survei lokasi usaha dan
wawancara. Kunjungan pada beberapa mitra dilakukan dalam beberapa waktu secara

1144
Community Empowerment

bergantian. Sesekali juga akademisi juga membeli produk atau memesan jasa untuk
produk non konsumsi.

Gambar 3. UMKM Produk Sambal Gambar 4. UMKM Permak Pakaian

Gambar 5. UMKM Toko Sembako Gambar 6. UMKM Produk Sambal

3.3. Kegiatan Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman (Pelatihan dan Pendampingan)


Kegiatan inti pengabdian masyarakat adalah membantu mitra menemukan solusi
mengenai kemampuan UMKM terhadap resiliensi dan adaptasi terhadap perilaku
bisnis di era new normal. Seperti diketahui bahwa selama pandemi terjadi penurunan
omset penjualan akibat ketidakmampuan beradaptasi terhadap metode digital dan
ketidakcakapan pembuatan proposal pengajuan dana pada organisasi. Gambar 7.
berikut ini menampilkan acara pelatihan dan pendampingan mitra.

Gambar 7. Pelatihan dan Pendampingan Mitra bersama Pakar

Ketidakberdayaan womenpreneur UMKM mempengaruhi motivasi berwirausaha,


sementara lain produk bisnis usahanya belum memiliki legalitas produk. Dengan
demikian, menjadi kewajiban tim pengabdi memfasilitasi kebutuhan mitra melalui
kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman. Agenda kegiatan pengabdian

1145
Community Empowerment

diadakan pada laboratorium kewirausahaan dan mempertemukan kepentingan antara


akademisi, praktisi, mahasiswa, dan mitra dalam satu ruang publik bersama. Pihak
akademisi berperan sebagai pakar pada bidang kewirausahaan, hukum, dan teknologi
pangan. Keterlibatan mahasiswa adalah mendampingi kegiatan berbagi.
3.4. Sinergi Kegiatan dan Kolaborasi Peran
Womenpreneur peserta kegiatan pengabdian masyarakat tidak hanya berasal UMKM,
namun juga mengajak pelaku usaha wanita dari mahasiswa, dan juga siswa sekolah
menengah dengan maksud membangun sinergi kewirausahaan melalui kegiatan
bersama. Deskripsi kegiatan terlihat pada pada Gambar 8. yang menunjukkan
sinergitas kegiatan pengabdian.

Gambar 8. Kegiatan Perbaikan Sarana dan Prasarana Perpustakaan Desa

Mahasiswa di dalam laboratorium membuat kreasi kuliner berbahan organik, di mana


hasil pembuatan produk akan direspon oleh mitra UMKM. Pakar bidang teknologi
pangan bersinergi dengan UMKM untuk mendiskusikan perihal gizi produk. Sebagian
besar mitra adalah pebisnis kuliner, sehingga menyesuaikan terhadap kolaborasi peran
dari peserta dan pemateri pengabdian masyarakat. Kolaborasi womenpreneur, baik
dari pelajar, mahasiswa, maupun UMKM diharapkan dapat membantu mendukung
adaptasi bisnis mereka, generasi milenial dipandang memiliki kemampuan
memasarkan secara digital dan juga membantu pembuatan proposal, sedangkan
UMKM dinilai memiliki pengalaman mengelola produk jadi. Peran akademisi
membantu menjembatani kepentingan dari kedua pihak tersebut.
3.5. Evaluasi dan Umpan Balik Kegiatan
Setelah perencanaan dan implementasi seluruh kegiatan terlaksana, maka evaluasi
hasil kegiatan pengabdian dapat dianalisis. Kehadiran mitra kegiatan pengabdian
terlihat pada Gambar 9. menunjukkan antusiasme peserta cukup tinggi untuk saling
menyemangati dan mendukung kemajuan usaha bersama.

Gambar 8. Evaluasi Hasil Kegiatan Pengabdian

1146
Community Empowerment

Diketahui bahwa terdapat peserta womenpreneur UKM tidak dapat menghadiri


undangan dikarenakan pesanan kuliner dengan kuantitas berlebih dan bersifat
mendadak. Ada pula peserta tidak hadir karena alasan kesehatan. Sementara lainnya
hadir tepat waktu dan juga datang terlambat. Meskipun kegiatan berjalan cukup
lancar, namun menjadi kurang maksimal disebabkan beberapa mitra belum dapat
menghadiri.
Umpan balik kegiatan pengabdian masyarakat dengan mitra adalah membangun
komunikasi lebih intensif dengan UMKM. Sisi positif lainnya, antara lain: mitra di
bidang usaha kuliner memahami unsur gizi dan kesehatan pada kandungan produk,
dan juga mulai mengenali peran penting legalitas usaha. Mitra dan mahasiswa bisa
saling berkolaborasi untuk membantu memasarkan produk. Selain itu, mitra dapat
bekerja sama dengan mahasiswa dalam membantu dokumentasi dan foto produk
untuk mendukung pemasaran digital.

4. Kesimpulan
Seluruh tahapan kegiatan pengabdian masyarakat kepada mitra telah terlaksana
dengan lancar, meskipun pada situasi pandemi saat ini masih dalam suasana
keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan untuk mengundang banyak
womenpreneur UMKM di satu ruang publik bersama. Respon positif dari mitra terlihat
dari antusiasme mitra untuk menghadiri undangan sosialisasi dan menyimak materi
pelatihan oleh tim pengabdi. Kendala mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat
dengan peserta pelaku usaha wanita UMKM adalah permasalahan ketepatan waktu
kehadiran peserta yang cenderung mengalami keterlambatan akibat kerepotan sebagai
ibu rumah tangga dan alasan pesanan mendadak atas penjualan bisnis, akan tetapi
sejauh ini sasaran kegiatan cukup berjalan kondusif.
Kolaborasi antara womenpreneur UMKM dan womenpreneur mahasiswa membawa
atmosfer baik untuk membangkitkan kembali semangat untuk tetap produktif di era
new normal, di mana kondisi ekonomi sedang menurun dan mempengaruhi
pendapatan UMKM. Solusi mengatasi resiliensi di masa pandemi bagi pelaku usaha
UMKM adalah melakukan adaptasi di era new normal dengan cara membangun
sinergi dan kolaborasi mutualisme antara akademisi dan juga pengusaha. Peran
mahasiswa untuk membantu pengembangan bisnis UMKM, misalkan: mendampingi
womenpreneur dalam mengelola manajemen usaha dengan pemanfaatan sarana digital.
Begitupun sama penting terhadap peran akademisi memfasilitasi penguatan bisnis
womenpreneur UMKM, melalui pengenalan legalitas produk.
Dalam rangka untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan program pengabdian
masyarakat, maka setiap aktivitas kegiatan yang direncanakan akan dilakukan
pencatatan atas respon, kendala, dan output dari mitra. Setiap hasil pencatatan akan
dijadikan bahan evaluasi terhadap metode pengabdian tentang tingkat kelayakan
untuk dapat ditinjau kembali. Kemungkinan lain yang dapat dijalankan oleh mitra
adalah tindaklanjut untuk program pengembangan UMKM dalam wadah binaan atas
instansi atau perusahaan yang memiliki kapasitas untuk mendukung kemajuan
UMKM.

1147
Community Empowerment

Acknowledgement
Apresiasi dan penyampaian rasa terima kasih kami selaku tim dosen pengabdi
terhadap LPPM dan Kaprodi Teknologi Pangan dari Universitas Muhammadiyah
Gresik dan mitra pengabdi, berikut seluruh pihak yang terlibat pada pelaksanaaan
kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman bersama womenpreneur UMKM dalam
upaya mewujudkan ketercapaian output dan outcome dari pengabdian masyarakat
dengan pendanaan internal kampus.

Daftar Pustaka
Agustina, T. S. (2020). Pengaruh Perilaku Inovatif pada Keberhasilan Womenpreneur
Etnis Madura sebagai Pedagang Pakaian Jadi. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis
Dan Manajemen Indonesia, 3(2), 153–161.
https://doi.org/10.31842/jurnalinobis.v3i2.127
Aramia, F., & Rochland, Y. (2020). Keunggulan Kompetitif Spesial sebagai Strategi
Keberlanjutan UKM di Era New Normal. Prosiding Seminar Stiami, 7(2), 104–
110.
Hasbullah, H. (2018). Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun Terhadap Ekonomi
Keluarga Di Desa Bukit Batu. Kafa`ah: Journal of Gender Studies, 8(2), 213–225.
https://doi.org/10.15548/jk.v8i2.204
Hendratni, T. W., & Ermalina, E. (2018). Womenpreneur, Peranan Dan Kendalanya
Dalam Kegiatan Dunia Usaha. Liquidity, 2(2), 170–178.
https://doi.org/10.32546/lq.v2i2.119
Istiqomah, T. (2018). Analisis Gender Peran Wanita Sebagai Stimulator Ekonomi
Keluarga Nelayan di Pesisir Kabupaten Sidoarjo. Fish Scientiae, 8(1), 25–37.
Pancasasti, R., & Khaerunnisa, E. (2017). Mengelola Perilaku Kewirausahaan
Mompreneur Berbasis Teknologi, Informasi Dan Komunikasi Di Kota
Tangerang Selatan. Tirtayasa Ekonomika, 12(1), 113–123.
https://doi.org/10.35448/jte.v12i1.4440

This work is licensed under a Creative Commons Attribution Non-


Commercial 4.0 International License

1148

Anda mungkin juga menyukai