Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika
Agriekonomika Volume 8, Nomor 2, 2019

Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia



Eri Yusnita Arvianti1, Masyhuri2, Lestari Rahayu Waluyati2, Dwijono Hadi Darwanto2
1
Doctoral Program in Agricultural Economics, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
2
Depertement of Socioeconomics, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Received: June 2019; Accepted: October 2019; Published: October 2019
DOI: https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v8i2.5429

ABSTRAK
Permasalahan ketenagakerjaan pertanian kita yaitu perubahan struktur demografi yang
kurang menguntungkan sektor pertanian yang mengarah pada penuaan petani. Petani
berusia tua jumlahnya semakin meningkat, sedangkan yang berusia muda semakin
berkurang. Semakin tingginya tingkat pendidikan pemuda di perdesaan, maka semakin
selektif dalam memilih pekerjaan. Mereka enggan bekerja di pedesaan karena adanya
ketidakcocokan antara ketrampilan dan tingkat pendidikan yang dimiliki dengan ketersediaan
pekerjaan di perdesaan. Padahal Indonesia membutuhkan petani-petani produktif untuk
memaksimalkan produksi pangan. Tujuan makalah ini menjelaskan perubahan struktural
tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena aging farmer dan menurunnya jumlah tenaga
kerja usia muda sektor pertanian di Indonesia, menjelaskan faktor penyebab perubahan
struktural tenaga kerja pertanian dan keengganan tenaga kerja usia muda masuk ke sektor
pertanian, menjelaskan kebijakan yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja muda
masuk ke sektor pertanian. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan deskriptif.
Hasilnya adalah masalah krisis petani muda harus ditanggulangi supaya tidak mengancam
ketahanan pangan Indonesia.
Kata kunci: Krisis, Petani, Regenerasi,Tenaga Kerja

Description of the Crisis of Young Farmers of Indonesia


ABSTRACT
The problem regarding our agricultural employment is the change in demographic structure
that is less favorable for the agricultural sector which leads to aging of farmers. Older farmers
(more than 55 years old) are increasing in number, but young workers are decreasing. The
higher the level of education of youth in rural areas, the more selective they are in choosing
jobs. They are reluctant to work in rural areas because of the incompatibility between the
skills and level of education they have with the availability of jobs in rural areas. Even though
in Indonesia needs productive farmers to maximize food production. The purpose of this
paper is to explain the structural changes in agricultural labor seen from the phenomenon
of aging farmer and the declining number of young workers in the agricultural sector in
Indonesia, explaining the various factors causing structural changes in agricultural labor and
the reluctance of young workers to enter the agricultural sector needed to support young
workers entering the agricultural sector. The method used is a literature study and descriptive.
The result is that the problem of the crisis of young farmers must be addressed immediately
so as not to threaten food security in Indonesia.
Keywords: Crisis, Farmers, Labor, Regeneration

Cite this as:


Arvianti, E. Y., Masyhuri., Waluyati, L. R., Darwanto, D. H. (2019). Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia.
Agriekonomika, 8(2). 168-180. https://doi.org/10.21107/agriekonomika.v8i2.5429

Corresponding author : © 2019 Universitas Trunojoyo Madura
Address : Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Ka-
p-ISSN 2301-9948 | e-ISSN 2407-6260
bupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogya-
Agriekonomika has been accredited as a scientific journal
karta 55281
by the Ministry of Research-Technology and Higher
Email : yusnitaarvianti@yahoo.co.id
Education Republic of Indonesia: No. 23/E/KPT/2019
Phone : +62 813-3417-1978
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 169

PENDAHULUAN yang dihadapi oleh pertanian Indonesia


Pembangunan pertanian yang ber- yaitu terkait usia dan produktifitas petani.
kelanjutan sangat bergantung pada peran Struktur umur petani di Indonesia sebesar
sumber daya manusia. Adanya pem- 60,8% diatas 45 tahun yang sudah tua
bangunan pertanian yang ber-kelanjutan dengan 73,97% hanya berpendidikan
melalui pengelolaan seluruh potensi sumber tingkat SD, dan kemampuan dalam me-
daya alam, manusia, kelembagaan, dan nerapkan teknologi baru masih rendah. Hal
teknologi diharapkan dapat meningkatkan tersebut menyebabkan produktivitas petani
kesejahteraan masyarakat secara ke- Indonesia lebih rendah dibandingkan
seluruhan. Oleh karena itu diperlukan dengan negara-negara di ASEAN .
sumber daya manusia yang berkualitas Kondisi tersebut perlu dipikirkan
dan memiliki komitmen membangun sektor bagaimana keberlanjutan usaha tani di
pertanian yang menjadi salah satu faktor masa yang akan datang. Sedikitnya jumlah
keberhasilan pembangunan pertanian pemuda yang mau meneruskan pekerjaan
berkelanjutan (Susilowati, 2016a). orang tua mereka dan mewariskan dari
Penyerapan tenaga kerja Indonesia generasi ke generasi dapat membuat sektor
di sektor pertanian memiliki konstribusi tersebut mengalami krisis generasi muda.
terbesar yaitu sekitar 35,3% (Kementrian Ironisnya pula, sebagian besar orang tua
Pertanian, 2015), namun sampai saat di daerah perdesaan tidak menginginkan
ini masih terdapat masalah mengenai anak-anaknya bekerja sebagai petani
ketenagakerjaan pertanian yakni perubah- sebagaimana pekerjaan mereka saat ini.
an struktur demografi yang kurang Penurunan jumlah petani berusia muda
menguntungkan bagi sektor pertanian. disebabkan oleh berkurangnya keinginan
Petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) pemuda, baik di daerah desa tempat
jumlahnya semakin meningkat, akan tinggalnya maupun di daerah perkotaan
tetapi tenaga kerja berusia muda semakin untuk bekerja di sektor pertanian. Mereka
berkurang. Sebagian besar penduduk yang memiliki kecenderungan untuk lebih
bermata pencaharian sebagai petani pada memilih pekerjaan di luar sektor pertanian
umunya memiliki kisaran usia 50 tahun. (Susilowati, 2016b). Menurut Susilowati
Berdasarkan Hasil Survei Pertanian Antar (2016a), ada berbagai alasan yang menjadi
Sensus 2018 menunjukkan bahwa jumlah penyebab menurunnya minat pemuda
rumah tangga usaha pertanian menurut untuk bekerja di sektor pertanian, salah
kelompok umur kepala rumah tangga satunya adalah sektor pertanian memiliki
diatas 54 tahun berjumlah 10.379.211. citra yang kurang bergengsi dengan
Sedangkan petani muda berumur 25- teknologi yang belum maju dan belum
34 tahun berjumlah 2.722.446. Data dapat memberikan pendapatan yang
Kementrian Pertanian (2018), menunjukkan memadai. Sektor pertanian di Indonesia
terjadi penurunan jumlah tenaga kerja mayoritas masih menggunakan teknologi
di sektor pertanian selama tahun 2017- yang tradisional dan adopsi teknologi
2018. Pada tahun 2017 jumlah tenaga yang masih rendah, sedangkan di sektor
kerja sebesar 36.956.111 jiwa mengalami industri dan jasa teknologi sudah sangat
penurunan sebesar 1.080.722 pada tahun maju sehingga banyak pemuda yang
2018. Angka tersebut cukup besar dan tertarik untuk bekerja di sektor tersebut.
dapat memberikan efek bagi keberlanjutan Selain itu, rendahnya pendapatan,
sektor pertanian di Indonesia. Menurut risiko yang tinggi pada usaha pertanian
Wiyono dkk. (2015), model pertanian di dan keuntungan yang tidak mencukupi
Indonesia yaitu model pertanian keluarga dibandingkan dengan usaha di sektor
yang diwariskan secara turun menurun lain membuat pertanian menjadi pilihan
dan mampu menjaga produksi serta terakhir dibandingkan pekerjaan lain
keberlangsungan kehidupan petani. Selain (Umunnakwe dkk., 2014). Oleh karena itu,
berkurangnya jumlah petani, masalah lain gambaran krisis petani muda di Indonesia
170 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

sangat penting untuk diteliti dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


melihat bagaimana perubahan struktural Perubahan Struktur Tenaga Kerja
tenaga kerja pertanian di Indonesia, apa Pertanian
saja faktor penyebab keengganan pemuda Perubahan struktural ketenagakerjaan
masuk ke sektor pertanian dan bagaimana di sektor pertanian mengarah pada
kebijakan yang diperlukan untuk men- penuaan petani. Hal tersebut dapat dilihat
dukung pemuda masuk ke dalam sektor semakin banyak petani yang berusia tua
pertanian. Makalah ini menyajikan dan sedikitnya generasi muda yang mau
review dari berbagai hasil kajian yang menggantikan generasi tua untuk bekerja
terkait dengan permasalahan tersebut, di sektor pertanian. Jumlah rumah tangga
maka tujuan dari makalah ini adalah (1) usaha pertanian menurut kelompok umur
menjelaskan perubahan struktural tenaga dan jenis kelamin tahun 2013 menunjukkan
kerja pertanian dilihat dari fenomena bahwa masih sedikit pemuda yang memilih
aging farmer dan menurunnya jumlah untuk bekerja sebagai petani. Padahal
tenaga kerja usia muda sektor pertanian di Indonesiausaha pertanian merupakan
di Indonesia, (2) menjelaskan berbagai usaha turun temurun yang diwariskan dari
faktor penyebab perubahan struktural generasi sebelumnya. Pada data sensus
tenaga kerja pertanian dan keengganan pertanian 2003 menunjukkan bahwa
tenaga kerja usia muda masuk ke sektor presentase petani dengan umur 25-44
pertanian, (3) menjelaskan kebijakan yang tahun mencapai 44,7% . Sedangkan pada
diperlukan untuk mendukung tenaga kerja sensus tahun 2013 presentase terbesar
muda masuk ke sektor pertanian. dengan umur 40-54 tahun yaitu 41%
.Hal tersebut menunjukkan jumlah petani
METODE PENELITIAN dengan umur 20 tahun masih rendah
Pada peneltian ini digunakan metode dan umur petani didominasi dengan usia
deskriptif dan studi literatur yaitu metode diatas 40 tahun. Komposisi usia tenaga
penelitian yang memusatkan pada kerja sektor pertanian telah bergeser
pemecahan masalah-masalah aktual di dengan didominasi petani berusia tua dan
masa sekarang. Informasi-informasi dari menurunnya presentase petani muda.
literatur dan data dikumpulkan kemudian Selain itu, pesatnya tingkat urbanisasi
dianalisis dan dijelaskan. Dalam penelitian pemuda yang berpindah ke kota untuk
ini, data literatur didapatkan dari penelitian- bekerja memiliki dampak terhadap
penelitian terdahulu, buku, dan refrensi- lambatnya regenerasi petani di Indonesia
refrensi lainnya. Sedangkan data yang (Gambar 1).
digunakan merupakan data sekunder
yang berasal dari Badan Pusat Statistik Faktor-Faktor Penyebab Keengganan
Indonesia (www.bps.go.id) berupa hasil Generasi Muda Bekerja Di Pertanian
sensus pertanian 2003 dan 2013 serta Fenomena menurunnya minat pemuda
data perkembangan tenaga kerja pertanian untuk bekerja di sektor pertanian mempunyai
dan non pertanian tahun 2013 sampai konsekuensi bagi keberlanjutan sektor
dengan 2017, data tenaga kerja pertanian pertanian di masa depan. Bertambahnya
tahun 2017-2018 dari Kementrian jumlah penduduk setiap tahun yang diikuti
Pertanian dan data dari Food Agriculture oleh permintaan pangan menyebabkan
Organization (www.fao.org/faostat) berupa beban sektor pertanian semakin berat.
data perkembangan jumlah penduduk Minat pemuda sebagai generasi penerus
perkotaan dan pedesaan dari tahun 1950 petani harus ditumbuhkan untuk kembali
sampai dengan 2017. Penelitian deskriptif ke sektor pertanian dan bertanggung
bertujuan untuk dapat memberikan jawab dalam peningkatan produksi dan
gambaran yang sistematis dari suatu fakta produktivitas pertanian dan penyediaan
dan karakteristik objek atau subjek secara pangan nasional (Susilowati, 2016a).
tepat. Selama sepuluh tahun terakhir jumlah
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 171

Sumber: Susilowati, 2014


Gambar 1
Komposisi Petani Indonesia Menurut Umur Tahun 2003 dan 2013
tenaga kerja perdesaan yang bekerja industri pertanian di desa kurang atau tidak
dan mencari pekerjaan di kota semakin berkembang, (7) suksesi pengelolaan
bertambah. Sebagian besar berorientasi usaha tani kepada anak rendah, (8) belum
pada pekerjaan di sektor non pertanian, ada kebijakan insentif khusus untuk petani
baik di sektor formal maupun nonformal muda atau pemula, (9) terbatasnya akses
(Sumaryanto dkk., 2015). Pada gambar 2 dukungan layanan pembiayaan dan
dapat dilihat perkembangan tenaga kerja penyuluhan pertanian, (10) terbatasnya
pertanian dan non pertanian d Indonesia infrastruktur produksi (air, listrik, jalan,
tahun 2013 sampai dengan 2017. telekomunikasi).
Perkembangan tenaga kerja di sektor Pendapatan orang tua dari hasil
pertanian berfluktuatif, namun memiliki usahatani juga dapat mempengaruhi
kecenderungan yang menurun dari tahun minat pemuda untuk berkeinginan atau
2013 sampai dengan 2017. Sedangkan di tidak meneruskan usahatani keluarga
sektor non pertanian jumlah tenaga kerja (Arimbawa & Rustariyuni, 2018). Pemuda
cenderung meningkat setiap tahunnya. yang memiliki minat berusahatani melihat
Menurut Susilowati (2016), terdapat prospek keuntungan sehingga pendapatan
faktor internal dan eksternal yang me- menjadi pertimbangan utama (Arvianti dkk.,
nyebabkan sektor pertanian semakin 2015; Oktaviani dkk., 2017). Oleh karena
ditinggalkan oleh pemuda. Faktor internal itu jika pendapatan di sektor pertanian
merupakan faktor yang disebabkan tinggi dan menguntungkan secara
oleh kondisi internal individu atau sektor ekonomi maka akan menumbuhkan minat
pertanian yang kurang memberikan daya petani muda untuk berkecimpung di sektor
tarik kepada pemuda untuk bekerja di pertanian, begitu pula sebaliknya. Menurut
pertanian. Faktor-faktor tersebut antara Sari dkk. (2017), dan Coxhead & Shrestha
lain: (1) luas lahan sempit dan status (2016), kemajuan pendidikan Indonesia
kepemilikan lahan, (2) sektor pertanian lebih mengarahkan pada pekerjaan di
kurang memberikan prestise sosial, kotor, sektor industri. Tingkat pendidikan di
dan berisiko, (3) ketidakcocokanantara Indonesia yang kurang memberikan
kualitas pendidikan dan kesempatan informasi mengenai pertanian membuat
kerja yang tersedia di desa, (4) anggapan generasi muda kurang memahami
pertanian berisiko tinggi sehingga kurang sehingga menyebabkan rendahnya minat
memberikan jaminan tingkat, stabilitas, petani muda di sektor pertanian (Prawesti
dan kontinuitas pendapatan, (5) tingkat dkk., 2010).
upah dan pendapatan di pertanian rendah, Faktor eksternal, adanya insentif yang
(6) diversifikasi usaha nonpertanian dan lebih tinggi di sektor non pertanian dan
172 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

Sumber: BPS Diolah, 2018


Gambar 2
Perkembangan Tenga Kerja Pertanian dan Non Pertanian
persepsi pemuda jika bekerja di sektor non Generasi Muda Lebih Memilih Urban-
pertanian di perkotaan lebih bergengsi. isasi dan Buruh Migran
Mereka lebih senang merantau ke kota Tertariknya sumberdaya manusia yang
meskipun hanya menjadi kuli bangunan potensial dari sektor pertanian ke sektor
atau bekerja di pekerjaan non formal industri dapat mempengaruhi dan meng-
lainnya. Bagi yang berpendidikan tinggi, hambat produktivitas pertanian karena
mereka bekerja di pekerjaan formal seperti sumberdaya manusia yang berkualitas
menjadi pegawai negeri, atau di sektor mampu menjadi penggerak pembangunan
industri, jasa, dan lainnya (Susilowati pertanian (Raya dan Subejo, 2010).
dkk., 2012). Faktor eksternal lainnya yang Sementara itu menurut (Sumodiningrat,
memicu kaum pemuda lebih memilih bekerja 1999), pembangunan pertanian dihadap-
di sektor non pertanian adalah pengaruh kan pada dilema yang sulit untuk
kota sebagai pusat pembangunan. Adanya dipecahkan secara cepat. Satu sisi lahan
pembangunan di perkotaan yang pesat pertanian yang semakin menyempit
membuat infrastruktur di kota berkembang karena penggunaan lahan pertanian untuk
dan mendorong pemuda untuk bekerja kegiatan industri dan perumahan. Di sisi
ke sektor-sektor industri, perdagangan, lain, budaya masyarakat terutama generasi
dan jasa. Selain itu, perubahan struktur muda yang semakin meninggalkan kegiat-
budaya dikalangan generasi muda akan an pertanian. Mereka menilai bahwa
mengubah gaya hidup, perilaku, aspirasi pertanian tidak banyak memberikan
sosial, dan pola pemikiran generasi muda, harapan yang nyata bagi masa depannya
selain itu terbatasnya akses informasi dan dan lebih cenderung beralih ke sektor
teknologi yang memadai di perdesaan non pertanian atau industri yang dapat
dan struktur pasar yang tidak adil dan memberi harapan di masa depan. Selain
eksploitatif dampak dari posisi rebut tawar itu, semakin tingginya tingkat pendidikan
yang sangat lemah membuat pemuda pemuda di perdesaan, maka mereka
lebih tertarik untuk bekerja atau pindah ke semakin selektif dalam memilih pekerjaan.
perkotaan (Susilowati, 2016). Dukungan Para pemuda mengalami perubahan
keluarga dan masyarakat sekitar sangat persepsi seiring dengan arus modernisasi
penting karena dapat mempengaruhi minat sehingga menjadi petani tidak lagi menjadi
pemuda untuk bertani (Oktaviani, 2017). pilihan utama mereka. Padahal Indonesia
membutuhkan petani-petani yang produktif
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 173

untuk memaksimalkan produksi pangan. di perdesaan ke perkotaan juga terjadi.


Orang muda pindah ke kota-kota Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
dimana institusi pendidikan kejuruan 3 yang memperlihatkan perkembangan
yang memberikan kesempatan kerja di jumlah penduduk di perdesaan dan
kota setelah lulus berada. Begitu mereka perkotaan dari tahun 1950 sampai tahun
menerima pendidikan tinggi atau kejuruan, 2017. Jumlah penduduk kota dari tahun
profesional muda tidak kembali ke daerah ke tahun cenderung bertambah dan mulai
pedesaan. Rendahnya tingkat upah dan tahun 2011 jumlah penduduk di kota
kondisi kerja dan kehidupan yang tidak melebihi jumlah penduduk di desa. Laju
memuaskan di daerah pedesaan tidak pertumbuhan penduduk di desa dari tahun
menarik bagi lulusan muda. Karena itu, 2011 terus mengalami penurunan sebesar
jumlah lulusan perguruan tinggi dan 0,4% setiap tahunnya. Sedangkan jumlah
institusi pendidikan menengah kejuruan penduduk di kota dari tahun ke tahun
yang kembali ke daerah perdesaan berkali- terus mengalami peningkatan sebesar
kali lebih rendah. Situasi ini menyebabkan 4%. Jika hal tersebut terus terjadi maka
masalah dalam menghasilkan tenaga kerja lahan pertanian yang umumnya terletak
khusus di daerah pedesaan (Bednarikofa di desa akan semakin ditinggalkan.
dkk., 2016). Selain itu, banyak penduduk Keengganan orang muda untuk bekerja
desa yang juga menjadi Tenaga Kerja di sektor pertanian dan spesialisasi
Indonesia (TKI). Menurut Karlina & Arif pertanian khususnya dikombinasikan
(2017), Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan keengganan orang-orang yang
merupakan program pemerintah untuk berpendidikan pertanian untuk bekerja
meningkatan kesejahteraan TKI dan di perusahaan pertanian terpencil dapat
keluarganya dengan memanfaatkan ke- memiliki konsekuensi negatif bagi bisnis
sempatan kerja internasional yang tersedia pertanian dan agroindustri, pasar tenaga
melaui peningkatkan kualitas sumber daya kerja pertanian dan pembangunan daerah.
manusia melalui pelatihan dan praktek.
Menurut Undang-undang Republik
Indonesia nomor 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri: “Tenaga
Kerja Indonesia yang kemudian disebut
TKI adalah setiap warga negara Indonesia
yang mempunyai syarat untuk bekerja di
luar negeri dalam hubungan kerja dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima
upah”. Banyak cerita kesuksesan para
TKI yang berhasil meningkatkan taraf
hidupnya dan keluarganya yang ada
Sumber: FAO, 2018
di daerah asal. Hal tersebut membuat
sebagian masyarakat menjadi tertarik Gambar 3
mencoba mengikuti jejak mereka agar Grafik Perkembangan Jumlah
memperoleh penghasilan yang lebih Penduduk di Perkotaan dan di
besar jika dibandingkan bekerja di dalam Perdesaan dari Tahun 1950-2017
negeri. Bekerja di luar negeri diharapkan
dapat memperbaiki taraf hidup pribadi dan Dampak Krisis Petani Terhadap Keta-
keluarga. hanan Pangan di Indonesia
Adanyan urbanisasi dan buruh migran Petani memiliki peranan penting dalam
membuat jumlah tenaga kerja di daerah perkembangan suatu bangsa. Salah
khususnya di pedesaan menjadi berkurang. satunya yaitu memenuhi kebutuhan hidup
Di Indonesia pergeseran jumlah penduduk suatu bangsa yakni penyedia pangan.
174 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

Keberhasilan petani dalam produksinya menerus, sedangkan permintaan pangan


dipengaruhi oleh berbagai faktor meningkat akan menyebabkan Indonesia
yang mendukung. Petani akan dapat terancam mengalami krisis pangan.
memproduksi hasil pertanian dengan baik Krisis pada petani membuat pemerintah
jika berbagai kebutuhannya dapat dipenuhi. kesulitan memenuhi pasokan pangan
Sehingga produksi untuk memenuhi dalam negeri. Petani yang tidak mampu
kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi. memenuhi kebutuhan pangan penduduk
Namun, seiring perkembangan jaman Indonesia mengakibatkan kelangkaan
petani dihadapi berbagai permasalahan pangan. Selain itu, jika pemerintah
dalam proses produksi yang dilakukannya. mengalami kesulitan dalam mengimpor
Permasalahan tersebut di pengaruhi pangan maka penduduk Indonesia akan
oleh berbagai faktor yang menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan pangan
kualitas produksi petani semakin menurun. yang dibutuhkannya. Akibatnya Indonesia
Banyaknya permasalahan yang dihadapi akan mengalami krisis pangan yang
membuat jumlah petani semakin menurun, menyebabkan berbagai masalah di negara
sehingga menyebabkan krisis petani Indonesia.
di Indonesia. Jika tidak ditanggulangi
dengan cepat, krisis petani yang terjadi di Kebijakan untuk Menarik Tenaga Kerja
Indonesia akan mengancam ketahanan Muda ke Sektor Pertanian
pangan di Indonesia. Fakta dan pandangan mengenai sektor
Berdasarkan data yang diperoleh pertanian yang kurang menjanjikan
dari FAO (2018), jumlah penduduk bagi peningkatan perekonomian dan
Indonesia setiap tahunnya mengalami laju kesejahteraan hidup, kualitas sumber daya
pertumbuhan sebesar 1,9 persen/ tahun. manusia yang rendah, lahan pertanian
Jadi setiap tahunnya rerata penduduk yang semakin sempit membuat minat
Indonesia akan bertambah sebanyak 2 generasi muda untuk memilih pertanian
juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia di masa depan semakin terkikis. Mereka
yang terus mengalami pertambahan lebih memilih untuk mencari pekerjaan ke
membuat pemerintah harus meningkatkan luar kota bahkan ke luar negeri. Selama
produksi pangan. Karena, pertumbuhan ini rata-rata pekerja yang bekerja di sektor
jumlah penduduk mengikuti deret ukur. pertanian adalah penduduk dengan
Sementara itu, peningkatan produksi usia lebih dari 50 tahun. Rendahnya
pangan mengikuti deret hitung yang minat generasi muda terhadap sektor
artinya laju pertumbuhan penduduk lebih pertanian menyebabkan krisis petani.
cepat dibandingkan ketersediaan pangan. Bidang pertanian sebagai pemasok bahan
Ketergantungan Indonesia yang pangan bagi manusia dimungkinkan tidak
besar terhadap impor sejumlah komoditas akan mengalami perkembangan. Hal
pangan utama menyebabkan Indonesia tersebut akan berimbas pada menurunnya
terancam menghadapi krisis pangan. jumlah bahan pangan yang dihasilkan.
Berdasarkan data dari UN Comtrade Hilangnya minat generasi muda cerdas
pada tahun 2017, Indonesia mengimpor terdidik dari dunia pertanian Indonesia
beras sebesar 3 juta ton. Selain itu, pada akan menyulitkan pembangunan sektor
tahun 2016 Indonesia mengimpor kedelai pertanian yang berkelanjutan.
sebanyak 2,2 juta ton. Jika Indonesia terus Dibeberapa negara juga memiliki
melakukan impor pangan maka dapat masalah mengenai regenerasi petani,
menyebabkan defist neraca perdagangan, misalnya di negara-negara Uni Eropa.
sehingga dapat menimbulkan banyak Uni Eropa dihadapkan pada dua masalah
permasalahan bagi negara Indonesia. yaitu kelangkaan petani muda dan
Kondisi tersebut dapat lebih parah penuaan populasi petani. Petani muda
jika krisis petani tidak segera diatasi. dapat membawa keterampilan dan energi
Berkurangnya jumlah petani secara terus baru, dan meniptakan manajemen yang
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 175

lebih profesional ke sektor pertanian. telah mengembangkan strategi dan meng-


Kondisi angkatan kerja pertanian yang implementasikan berbagai intervensi
menua, masa depan profesi petani harus untuk memfasilitasi keterlibatan pemuda
dipastikan. Di Uni Eropa terdapat kebijakan dalam agribisnis yaitu pengembangan ke-
pertanian CAP (Common Agricutural terampilan, memfasilitasi akses ke sumber
Policy) atau Kebijakan Pertanian Bersama daya, dan penggunaan teknologi dalam
Serikat Eropa yang memberikan perhatian agribisnis. Misalnya, pelatihan tentang
khusus pada penurunan jumlah petani literasi keuangan untuk membantu kaum
muda. Dukungan tersebut berupa fasilitas muda mengelola uang, dan keterampilan
dalam pendirian awal manajemen usaha- kewirausahaan yang bermanfaat bagi
tani setelah itu penyesuaian struktural kaum muda untuk memahami pasar
untuk kepemilikan usaha. Kebijakan dan mengembangkan rencana bisnis.
tersebut memberikan skema pensiun Intervensi tersebut dapat meningkatkan
dini terhadap petani yang lebih tua inovasi di kalangan pemuda dan menarik
dengan adanya insentif keuangan dan pemuda ke arah agribisnis. Hasil penelitian
mengalihkan kegiatan pertanian kepada Yami dkk., (2019), menunjukkan bahwa
petani yang lebih muda. Kemudian bagi adanya intervensi yang dilaksanakan oleh
pemuda yang akan masuk ke dalam usaha pemerintah dan mitra pembangunan di
pertanian dan menerima bantuan harus seluruh Afrika telah berhasil memperoleh
berusia kurang dari 40 tahun, memiiki hasil yang menguntungkan meskipun ada
ketrampilan dan kompetensi kerja yang beberapa keterbatasan.
memadai, dan menyerahkan rencana Upaya regenerasi petani di Indonesia
bisnis untuk pengembangan usahataninya sudah dilakukan sejak masa penjajahan
(Kontogeorgos dkk., 2014). Pada penelitian Belanda secara terencana. Bermula
Matthews (2013), pendatang baru di dari Sekolah Pertanian Rendah (SPR),
pertanian menghadapi tiga kendala. Petani kemudian menjadi Sekolah Tani Rakyat
tersebut merasa sulit untuk memperoleh (STR) dan Kursus Pemuda Tani (KPT).
kepemilikan usahatani yang a) layak secara Tujuannya adalah untuk meningkatkan
ekonomi; b) menyediakan pekerjaan pengetahuan pertanian para pemuda
penuh waktu; dan c) memungkinkan agar menjadi petani modern yang dinamis
mereka untuk mendapatkan penghasilan sehingga diharapkan para pemuda
yang memadai. Selain itu, dukungan dapat menjadi kader dan penggerak
CAP mendorong harga tanah meningkat pertanian di desanya. Setelah merdeka,
sehingga menambah waktu yang regenerasi petani dilakukan melalui
dibutuhkan untuk petani pendatang baru pembentukan kelompok pemuda tani-
yang tidak mewarisi untuk mengumpulkan nelayan (taruna tani), Saka Taruna Bumi
modal yang diperlukan. (Kepramukaan), pertukaran pemuda
Di Afrika juga telah dilakukan be- tani ke luar negeri (berpola 4-H Clubs
berapa kebijakan yang berkomitmen untuk Amerika Serikat), Sekolah Lapang PHT
melibatkan kaum muda dalam agribisnis. dan program magang. Beberapa program
Komitmen tersebut diakukan melalui pemberdayaan pemuda pedesaan juga
beberapa inisiatif seperti adopsi Piagam diterapkan Kemenpora dan Kementan,
Pemuda Afrika (AYC) oleh Uni Afrika seperti Program Sarjana Membangun
pada tahun 2006, deklarasi Rencana Desa, Pendampingan, Indonesia Mengajar
Aksi Dekade Pemuda (2009 hingga (Setiawan, 2015)
2018), pembentukan Youth Desk di New Menurut Kementrian Pertanian
Kemitraan untuk Pembangunan Afrika (2015), dalam Rencana Startegis
(NEPAD) dan Program Pengembangan Kementrian Pertanian 2015-2019, salah
Pertanian Afrika Komprehensif (CAADP). satu tantangan pertanian ke depan adalah
Berdasarkan inisiatif tersebut, banyak bagaimana menarik minat dan mengubah
pemerintah Afrika dan mitra pembangunan pola pikir generasi muda terhadap
176 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

pertanian bahwa masih banyak potensi struktur pertanian di perdesaan,


pertanian yang masih belum dimanfaatkan 2. Meningkatkan kapasitas sumber daya
secara optimal. Berdasarkan Rencana manusia generasi muda pertanian
Strategis Kementrian Pertanian 2015- yang lebih baik, dan
2019 untuk menumbuhkan minat generasi 3. Mendorong kebijakan dan regulasi
muda telah dilakukan berbagai upaya yaitu yang tepat terutama dalam kaitannya
mengembangkan dan memperkenalkan dengan kepastian mendapatkan
teknologi yang memberikan kemudahan lapangan kerja yang sesuai dengan
dalam melakukan produksi di tingkat on- keahlian dan keterampilan para
farm dan off farm. Selain itu, dibuka akses generasi muda.
yang lebih besar pada pemuda, terutama Menurut Susilowati (2016a), produk-
pemuda yang telah menyelesaikan tivitas dan profitabilitas usaha pertanian,
pendidikan di tingkat SLTA atau perguruan kesempatan kerja yang tersedia, serta
tinggi untuk dapat membuka usaha di kenyamanan dan kepuasan kerja di-
bidang pertanian. Dalam meningkatkan perlukan untuk menarik generasi muda
keterampilan petani juga telah di- untuk bekerja di bidang pertanian. Di
kembangkan Pusat Pelatihan Pertanian sisi lain, generasi muda sebagai juga
dan Perdesaan Swadaya (P4S). Lembaga memerlukan perbaikan dan peningkatan
pelatihan tersebut merupakan lembaga pendidikan dan keterampilan agar sesuai
yang dimiliki dan dikelola oleh petani dengan kebutuhan pertanian. Beberapa
secara swadaya baik perorangan maupun kebijakan yang diperlukan untuk menarik
kelompok. Selain itu, dikembangkan generasi muda bekerja di sektor pertanian,
pula Lembaga Mandiri yang Mengakar antara lain: (1) mengubah persepsi
di Masyarakat (LM3) yang merupakan generasi muda terhadap pertanian, (2)
kegiatan pendidikan moral dan sosial mengembangan agroindustri sehingga
di dalam masyarakat, serta mempunyai menciptakan nilai tambah yang tinggi di
kekuatan dan potensi untuk dikembangkan sektor hilir, (3) inovasi teknologi untuk
sebagai penggerak pembangunan pe- menarik minat pemuda bertani atau
desaan. LM3 dikembangkan pada berkebun di lahan-lahan perkotaan, (4)
lembaga–lembaga keagamaan seperti insentif khususnya kepada petani muda
pesantren, seminari, paroki, pasraman atau petani pemula yang ingin memulai
dan vihara. Saat ini Kementrian Pertanian usaha di bidang pertanian.
juga telah mengembangkan program Tani Menurut Mahudin & Shabahati (2017),
Milenial untuk menarik minat generasi upaya untuk meningkatkan minat generasi
muda. Program ini melibatkan santri dari muda ke pertanian yaitu (1) optimalisasi
seluruh Indonesia melalui dialog dan dana desa untuk kemajuan pertanian,
pelatihan agribisnis agar bisa menerapkan (2) penambahan lembaga pendidikan
praktik usaha modern pertanian dari hulu vokasional untuk meningkatkan minat
ke hilir. Pemerintah juga memberikan membangun sektor pertanian, (3) peran
bantuan fasiitas berupa benih unggu, alat lembaga pendidikan untuk mengubah pola
pertanian, dan sebagainya. piker, (4) kontribusi langsung mahasiswa
Pembangunan pertanian lebih maju di sektor pertanian yang diharapkan dapat
dan modern berbasis inovasi dan teknologi melakukan pembaruan di bidang teknologi
yang mampu menghasilkan produk yang pertanian serta memberikan pengarahan
bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan tentang penggunaan teknologi tersebut
pasar merupakan salah satu upaya yang kepada para petani konvensional, (5)
dapat dilakukan untuk meningkatkan daya mendukung agripreneur
tarik generasi muda pada sektor pertanian. Adanya insentif pemerintah di sektor
Untuk itu beberapa hal penting harus pertanian akan mendorong seseorang
dipersiapkan di perdesaan, yaitu: untuk berkarir di bidang pertanian (Mishra,
1. Membangun dan memperbaiki infra- 2016). Menurut Nugroho & Waluyati (2018),
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 177

adanya insentif seperti pelatihan akan ke kalangan petani muda lain di desanya.
semakin menarik banyak generasi muda Kegiatan penumbuhan karakter
untuk beraktivitas di sektor pertanian. Selain minat pada sektor pertanian pada
itu, dukungan alat mesin modern membuat anak juga perlu dimulai sejak usia dini
generasi muda tertarik dengan pertanian dengan cara mengajak anak tersebut
karena kemudahan dalam pengelolaan untuk terjun langsung dalam mengolah
komoditas. Penelitian yang dilakukan usaha pertanian. Mengajarkan hal-hal
oleh Pardian dkk. (2017), menunjukkan kecil yang mampu menumbuhkan minat
bahwa dengan adanya pelatihan dapat mereka dalam berusahatani. Kurikulum
memberikan presepsi dan minat petani ekstrakurikuler di sekolah mulai dari TK
muda terhadap cara budidaya sehingga sampai dengan SMA perlu ditingkatkan
petani muda memiliki kemauan untuk lebih guna memacu ketertarikan mereka
mendalami dan menggelutinya. Selain di dunia pertanian menuju wirausaha
itu, peran komunitas sangat berpengaruh pertanian. Menyadarkan para orangtua
terhadap keinginan petani muda untuk mengenai keberlanjutan pertanian itu
bertahan di sektor pertanian (May dkk., penting demi ketahanan pangan di
2019). Selain itu, pertanian Indonesia Indonesia dan demi keberlanjutan usaha
yang cenderung sebagai pertanian pertanian keluarga. Adanya sosialasi
keluarga yang turun temurun sangat yang tepat dan berkelanjutan guna
penting untuk keberlangsungan pertanian menumbuh kembangkan minat petani
di masa yang akan datang (Graeub dkk., muda dalam berusahatani dan menekuni
2016). Dukungan keluarga dan pengaruh bidang pertanian. Penyuluh dan para
keluarga juga dapat memberikan pengaruh petani muda harus saling bersinergi
untuk memutuskan pengembangan dalam pengembangan usaha pertanian.
usaha pertanian kedepannya (Hansson Diperlukan kerjasama yang tepat yang
dkk., 2013; Pechrová dkk., 2018). Selain mampu menyadarkan para petani muda
dari keluarga dukungan kelompok juga supaya tetap berminat di usaha pertanian.
sudah baik karena petani mendapatkan Aplikasi teknologi baru juga sangat
motivasi, teman berdiskusi, bantuan, dan diperlukan guna mendukung usaha
kekerabatan yang erat. pertanian dan untuk menarik minat kaum
Adanya kebijakan pemberian insentif muda. Selain itu, dalam mengatasi kondisi
kepada petani muda dalam hal penguasaan lingkungan yang tidak menentu perlu adanya
tanah. Kegiatan pemberian sertifikat tanah teknologi pertanian digital sesuai dengan
pertanian perlu dilanjutkan. Terutama bagi zamannya. Sehingga memungkinkan per-
petani muda yang mampu menunjukkan kiraan dalam peningkatan hasil pertanian
prestasinya di usaha pertanian. Menurut dalam menghadapi dampak lingkungan
Suratha (2013), adanya kompensasi hidup yang sekarang ini. Diperlukan pula
dari pihak pemerintah terhadap petani pengembangan usaha agribisnis yang
sangat penting terutama yang bersedia berkelanjutan di desa sehingga di desa
melakukan usaha pertanian. Selain itu tidak hanya berpaku pada kegiatan on
diperlukan adanya pemetaan yang tepat farm tapi juga sampai ke kegiatan yang
sehingga tanah pertanian tidak tergerus bersifat pengolahan hasil pertanian.
oleh adanya modernisasi dengan adanya Munculnya desa wisata dan pabrik-pabrik
pembangunan perumahan, pertokoan, pengolahan hasil pertanian dan pasar-
dan sebagainya. Kompetensi petani muda pasar di desa akan dapat menunjang
di bidang pertanian juga perlu ditingkatkan perekonomian desa dan dapat menarik
dengan mengirim petani muda berprestasi minat paraa pemuda untuk menjadi
ke luar negeri dan mengikutsertakan pada petani yang berhasil di desanya serta
kegiatan diklat - diklat pertanian yang ada mampu memperluas lapangan kerja yang
di dalam negeri guna mengembangkan ada di desa. Selain itu, pemberian kredit
potensi diri dan mampu menyebarluaskan usaha seperti di JASINDO sangatlah
178 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

bagus dan perlu dilanjutkan, apalagi secara ekonomi, dan terbatasnya akses
prosesnya dipermudah supaya petani bisa dukungan layanan pembiayaan (modal)
menghadapi resiko apabila terjadi gagal bagi petani muda, sedangakan faktor
panen. eksternalnya yaitu dukungan keluarga dan
Dalam menarik minat pemuda di- lingkungan masyarakat. Kebijakan yang
butuhkan intervensi pemerintah untuk me- perlu dilakukan untuk menarik generasi
ngintegrasikan pengembangan kapasitas muda masuk ke sektor pertanian yaitu
sumber daya manusia melalui pelatihan, adanya kebijakan intensif kepada petani
dukungan fasilitas, dan pendampingan muda dalam hal penguasaan lahan,
atau monitoring yang berkelanjutan peningkatan kompetisi di bidang pertanian,
dalam aspek teknis maupun keuangan. kegiatan penumbuhan karakter minat
Selain itu penghargaan bagi petani muda bertani pada anak sejak dini,menyadarkan
yang berprestasi juga perlu dilakukan orangtua pentingnya keberlanjutan
untuk mendorong petani muda semakin pertanian, sosialisasi yang tepat dan
mengembangkan usahataninya. Selain berkelanjutan untuk mengembangkan
itu, dibutuhkan pendekatan terpadu yang minat petani muda, pengembangan
mempertimbangkan keragaman aspirasi usaha agribisnis yang berkelanjutan di
dari pemuda dan kemampuan, minat, desa, dan pemberian kredit usaha untuk
serta tantangan yang terkait dengan akses mempermudah petani muda dalam
ke sumber daya serta permasalahan di menghadapi resiko.
sektor pertanian. Kemitraan yang kuat
antara masyarakat pedesaan, akademisi, UCAPAN TERIMAKASIH
penelitian, dan sektor swasta untuk Ucapan terimakasih kepada :
peningkatan pembangunan pertanian 1. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
yang berkelanjutan juga penting untuk di tempat studi penulis
lakukan. Masyarakat pedesaan sangat 2. Beasiswa BUDI DN
penting untuk memberikan dorangan moral 3. Universitas Trunojoyo Madura
bagi petani muda untuk berusahatani di DAFTAR PUSTAKA
pertanian serta bersama-sama membangun
pertanian berkelanjutan. Akademisi dan Arimbawa, I. P. E., & Rustariyuni, S.
peneliti juga diperlukan untuk memacu D. (2018). Respon Anak Petani
petani muda melakukan inovasi-inovasi Meneruskan Usaha Tani Keluarga di
dan memberikan pendampingan dalam Kecamatan Abiansemal. E-Jurnal EP
usahataninya. Pendampingan tersebut Unud, 7(7), 1558–1586.
dapat berupa memberikan pelatihan, Arvianti, E. Y., Asnah, & Prasetyo, A.
monitoring, dan konsultasi. Sedangkan (2015). Minat Pemuda Tani terhadap
sektor swasta dapat memberikan bantuan Transformasi Sektor Pertanian di
dalam bidang input (saprodi) ataupun Kabupaten Ponorogo. Buana Sains,
output (pemasaran). 15(2), 181–188.
SIMPULAN Bednarikofa, Z., Bavorov, M., & Ponkina,
Perubahan struktural tenaga kerja E. V. (2016). Migration Motivation
pertanian disebabkan karena citra buruk of Agriculturally Educated Rural
sektor pertanian serta perubahan persepsi Youth : The case of Russian Siberia.
generasi muda seiring arus modernisasi Journal of R, 45, 99–111. https://doi.
sehingga sektor pertanian bukan org/10.1016/j.jrurstud.2016.03.006
merupakan pilihan utama bagi mereka.
Faktor yang menyebabkan perubahan
struktural tenaga kerja dan kengganan
generasi muda yaitu faktor internal yaitu
luas lahan sempit, pendidikan, keuntungan
Agriekonomika, 8(2) 2019: 168-180 | 179

Coxhead, I., & Shrestha, R. (2016). Could May, D., Arancibia, S., Behrendt, K., &
a Resource Export Boom Reduce Adams, J. (2019). Preventing Young
Workers ’ Earnings ? The Labour Farmers from Lleaving the Farm :
Market Channel in Indonesia. Bulletin Investigating the Farm Effctiveness
of Indonesian Economics Studies, of the Young Farmer Payment
4918(May). https://doi.org/10.1080/0 Using a Behavioural Approach.
0074918.2016.1184745 Land Use Policy, 82(2019), 317–
327. https://doi.org/10.1016/j.
Graeub, B. E., Chappell, M. J., & Wittman,
landusepol.2018.12.019
H. (2016). The State of Family Farms
in the World. World Development, Mishra, A. K. (2016). Determinants of
87, 1–15. https://doi.org/10.1016/j. decisions to enter the u . S . Farming
worlddev.2015.05.012 sector. Journal of Agricultural and
Applied Economics, 1, 73–98. https://
Hansson, H., Ferguson, R., Olofsson, C.,
doi.org/10.1017/aae.2015.25
& Rantamäki-lahtinen, L. (2013).
Farmer’s Motives for Diversifying Nugroho, A. D., & Waluyati, L. R. (2018).
their Farm Business e the Influence Upaya Memikat Generasi Muda
of Family Journal of Rural Studies, Bekerja pada Sektor Pertanian di
32(2013), 240–250. https://doi. Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
org/10.1016/j.jrurstud.2013.07.002 Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik
UMA, 6(1), 76–95.
Karlina, E., & Arif, M. (2017). Pengaruh
Bekerja di Luar Negeri terhadap Oktaviani, L., Azhar, & Usman, M. (2017).
Tingkat Ekonomi dan Perceraian. Analisis Pendapatan dan Faktor-
Social Science Education Journal, faktor yang Mempengaruhi Minat
4(1), 54–60. https://doi.org/10.15408/ Petani Terhadap Usahatani Padi
sd.v4i1.4342.Permalink/DOI Sawah Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Ilmiah
Kementrian Pertanian. (2015). Rencana
Pertanian Unsyiah, 2(1), 191–199.
Strategis Kementrian Pertanian
Tahun 2015-2019. Jakarta Selatan: Pardian, P., Rasmikayati, E., Djuwendah,
Kementrian Pertanian RI. E., & Saefudin, B. R. (2017).
Persepsi dan Minat Petani Muda
Kontogeorgos, A., Michailidis, A.,
dalam Budidaya Sayuran Swiss
Chatzitheodoridis, F., & Loizou,
Chard Organik. Jurnal Aplikasi Ipteks
E. (2014). “New Farmers” a
untuk Masyarakat, 6(3), 163–166.
Crucial Parameter for the Greek
Primary Sector : “New Farmers” a Pechrová, M. Š., Šimpach, O., Medonos,
Crucial Parameter for the Greek T., Spěšná, D., & Delín, M. (2018).
Primary Sector : Assessments and Agris on-line Papers in Economics
Perceptions. Procedia Economics and Informatics What Are the
and Finance, 14(November), 333– Motivation and Barriers of Young
341. https://doi.org/10.1016/S2212- Farmers to Enter the Sector ? Agris
5671(14)00721-7 Online Papers in Economics and
Informatics, X(4), 79–87. https://
Mahudin, F. N., & Shabahati, I. (2017).
doi.org/10.7160/aol.2018.100409.
Krisis Petani Muda Masa Depan.
Introduction.
Kinerja Logistik Indonesia Hingga
Kini, 2(21), 3–8. Prawesti, N., Witjaksono, R., & Raya, A. B.
(2010). Motivasi Anak Petani menjadi
Matthews, A. (2013). Wasting Money on
Petani. Agro Ekonomi, 17(1), 11–18.
Young Farmers. Retrieved from
http://capreform.eu/wasting-money-
on-young-farmers/.
180 | Eri Yusnita Arvianti dkk., Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia

Raya, A., & Subejo, S. (2010). Opini Susilowati, S. H. (2016a). Femomena


Masyarakat terhadap Citra Penuaan Petani dan Berkurangnya
Komoditas Pangan Lokal. Jurnal Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya
Ilmu-Ilmu Pertanian, 6 (1), 116–141. bagi Kebijakan Pembangunan
Pertanian. Forum Penelitian Agro
Sari, M. P., Arjawa, I. G. P. B. S., &
Ekonomi, 34(1), 35–55.
Kamajaya, G. (2017). Pergeseran
pekerjaan remaja dari sektor Susilowati, S. H. (2016b). Kebijakan
pertanian ke sektor industri. Jurnal Insentif untuk Petani Muda:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembelajaran dari Berbagai Negara
Universitas Udayana. Bali. dan Implikasinya bagi Kebijakan
di Indonesia Incentive Policy for
Setiawan, I. (2015). Study of Role of
Young Farmers: Lesson Learned
Agribussiness Young Actors
from Various Countries and the
on Optimalization of Private.
Implications for Indonesian Policy.
International Journal of Humanities
Forum Penelitian Agro Ekonomi,
and Social Science, 5(9), 161–169.
34(2), 103–123.
Sumaryanto, Hermanto, Ariani, M.,
Umunnakwe, V. C., Pyasi, V. K., & Pande,
Suhartini, S. H., Yofa, R. D., &
A. K. (2014). Factors influencing
Azahari, D. H. (2015). Pengaruh
involvement in agricultural livelihood
Urbanisasi terhadap Suksesi
activities among rural youth in
Sistem Pengelolaan Usahatani dan
Jabalpur district of Madhya Pradesh,
Implikasinya terhadap Keberlanjutan
India. International Journal of
Swasembada Pangan. Bogor.
Agricultural Policy and Research,
Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan 2(8), 288–295.
Masyarakat dan Jaring Pengaman
Wiyono, S., Sangadji, M., Ahsan, M. U.,
Sosial. Jakarta: Gramedia.
& Abdullah, S. (2015). Regenerasi
Suratha, I. K. (2013). Krisis Petani Petani. Bogor.
Berdampak pada Ketahanan Pangan
Yami, M., Feleke, S., Abdoulaye, T., Alene,
di Indonesia. Media Komunikasi
A. D., Bamba, Z., & Manyong,
Geografi, 16(1), 67–80.
V. (2019). African Rural Youth
Susilowati, S. H. (2014). Attracting the Engagement in Agribusiness :
Young Generation to Engage in Achievements , Limitations , and
Agriculture. Jeonju, Korea: FFTC- Lessons. Sustainability, 11(185),
RDA International Seminar. 1–15. https://doi.org/10.3390/
su11010185

Anda mungkin juga menyukai