Anda di halaman 1dari 7

REGENERASI SEBAGAI SOLUSI KETAHANAN EKONOMI

PERTANIAN DALAM SEKTOR PANGAN DI MASA DEPAN


Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ekonomi Makro
Dosen Pengampu: Dr. Endang Tri Astutiningsih

Oleh
Nulqy Syaqila 2030311050

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi petani muda yang berada di Indonesia saat ini sedang berada pada fase kritis
regenerasi. Latar belakang negara agraris, pertanian seharusnya menjadi sektor yang
menyerap tenaga kerja terbanyak dibanding sektor lain. Adanya krisis ini, mengakibatkan
berkurangnya tenaga kerja petani. Tenaga kerja petani yang semakin berkurang akan
berdampak terhadap produktivitas pertanian yang akan bermuara pada penurunan
ketahanan pangan di Indonesia. Generasi muda saat ini cenderung memilih bekerja pada
bidang industri non pertanian serta perkantoran dibandingkan dengan sektor pertanian.
Hal ini disebabkan karena adanya pandangan bahwa usaha di bidang pertanian ini kurang
menguntungkan dari segi perekonomian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hal lain
yang menyebabkan kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian yaitu
mengenai luas kepemilikan lahan. Petani di Indonesia lebih banyak memiliki luas lahan
yang kecil, dengan rata-rata kurang dari 0,5 ha. Skala usaha dalam hal ini belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga dengan kondisi yang memadai,
sehingga banyak anak muda di pedesaan yang mulai memalingkan pandangannya untuk
bekerja sebagai petani.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk memenuhi salah satu tugas UAS mata kuliah Ekonomi Makro serta untuk
wawasan dan ilmu kami tentang Perekonomian di Indonesia saat ini
2. Mengetahui perkembangan ekonomi pertanian di Indonesia?
3. Mengetahui seberapa minat para Regenerasi muda di Indonesia dalam bidang
pertanian?
4. Mengetahui pentingnnya ketahanan pangan di masa yang akan datang ini

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Ekonomi pertanian
Sektor Pertanian di Indonesia saat ini masih menjadi ruang untuk rakyat kecil. Kurang
lebih 100 juta jiwa atau hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia bekerja di sektor
pertanian. Untuk itu Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk
membina para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) agar menjadi pondasi yang kuat
dalam mendukung ekonomi Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah dengan menggelar pelatihan manajemen agrobisnis untuk pelaku usaha kecil dan
menengah bekerjasama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan Cornel
University.
Peran strategis sektor pertanian sebagai mesin penggerak perekonomian Indonesia di
tahun 2020 perlu dipertahankan dan ditingkatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi
tahun 2021. Sebagai salah satu strategi Pemerintah dalam mewujudkan target tersebut,
Kemenko Perekonomian menyusun Outlook Ekonomi Pertanian 2021.
“Outlook Ekonomi Pertanian 2021 merupakan hasil kajian Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian yang harapannya dapat dijadikan sebagai acuan bagi seluruh
stakeholder terkait untuk bersinergi dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan untuk
mendorong pertumbuhan sektor pertanian khususnya di tahun 2021,” tutur Asisten Deputi
Pangan Kemenko Perekonomian Muhammad Saifulloh dalam Sosialisasi Outlook
Ekonomi Pertanian 2021. Senada dengan maksud dan tujuan digelarnya acara sosialisasi
siang ini, Saifulloh menyatakan bahwa Outlook Ekonomi Pertanian 2021 tersebut masih
bersifat dinamis, sehingga masih dapat mengakomodir masukan dari berbagai pihak.
Mengacu pada Outlook Ekonomi Pertanian 2021, sektor pertanian diproyeksikan tumbuh
sebesar 3,30% hingga 4,27%. Subsektor peternakan juga diproyeksikan mengalami
pemulihan pada tahun 2021 dengan pertumbuhan sebesar 3,72% sampai dengan 4,68%
setelah pada tahun 2020 mengalami kontraksi. “Untuk mencapai pertumbuhan sesuai
proyeksi tersebut dibutuhkan dorongan dari sisi produksi disertai dukungan sisi
permintaan,”

2.2 Regenerasi Muda Di Bidang Pertanian


Krisis petani saat ini banyak dialami diberbagai wilayah Indonesia. Hal tersebut
diakibatkan rendahnya tingkat regenerasi petani yang diakibatkan oleh menurunnya minat
generasi muda untuk bertani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pengabdian berupa pelatihan
pertanian organik kepada generasi muda. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan generasi muda serta minat generasi muda
terhadap pertanian. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini
adalah PRA (Partisipatory Rural Appraisal), yaitu peran serta aktif seluruh masyarakat
yang terlibat pada kegiatan ini. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: persiapan,
penyuluhan, pelatihan, pendampingan, dan evaluasi. Hasil kegitan menunjukkan
peningkatan minat generasi muda dibidang pertanian sebesar 20% menjadi sangat tertarik

2
untuk menjalankan usaha di bidang pertanian, peningkatan pengetahuan sebesar 40%, dan
peningkatan keterampilan sebesar 60%. Hasil kegiatan juga menunjukkan sebanyak 80%
tertarik untuk budidaya jahe dan 100% tertarik untuk budidaya vanili.
Penyuluh dan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian merupakan ujung tombak dalam
memajukan pertanian. Oleh karena itu diperlukanya generasi muda sebagai penerus
pembangunan pertanian di masa yang akan datang. Kurangnya minat generasi muda
dalam pertanian disebabkan karena dunia pertanian yang katanya identik dengan dunia
kotor, kumuh, miskin, dan komunitas yang terpinggirkan, serta dianggap tidak
menjanjikan. Padahal sektor pertanian berpengaruh besar dalam menunjang ketahanan
pangan, stabilitas nasional, serta penghasil devisa negara. Oleh karena itu, Balai Besar
Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, memiliki tujuan untuk menumbuhkan minat,
pengetahuan, dan kepedulian generasi muda terhadap dunia pertanian. "Bawa mereka ke
kebun buah, kebun bunga, sayur sayuran, pasti mereka tertarik. Katakan juga kepada
mereka bahwa betapa menguntungkan kalau kita geluti pertanian secara modern.
Keuntungannya sangat tinggi. Dari situ kita bisa berharap mereka mencintai pertanian.
Jangan bawa mereka ke kandang sapi yang kotor, tapi tunjukkan kepada mereka hasil dari
pertanian. Tunjukkan kepada mereka bahwa pertanian itu bukan kotor," ujar Kepala Balai
Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Ir. Bandel Hartopo, M.Sc. pada acara
Lokakarya Dukungan Perbenihan dan Perbibitan Dalam Pembangunan Pertanian,
Kontribusi Insan Media Dalam Sosialisasi, di BPPT Lembang, Jumat (13/10).
Terkait rendahnya minat generasi muda di bidang pertanian, menurut Yunandar, belum
ada sikap yang mendukung. Menyitir pendapat Ajzen terkait Planned Behavior Theory,
disebutnya, sikap merupakan anteseden pertama bagi minat dan perilaku. Oleh karena itu,
upaya membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha
pertanian perlu didukung dengan strategi membentuk sikap yang positif. “Sikap terbentuk
berdasarkan basis informasi. Secara umum, sikap dapat dibentuk oleh berbagai faktor,
namun dalam penelitian mengajukan ini model pembentukan sikap yang dibangun oleh
personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung. Penelitian menekankan
peranan pengalaman diri langsung dalam model yang diajukan karena adanya peranan
penting pengalaman diri langsung dalam pembentukan sikap," ucapnya. Dari penelitian
dinyatakan sikap positif generasi muda terdidik dapat dibentuk dengan strategi
peningkatan personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung: kualitas
informasi, konsultasi, magang, studi banding, FGD. Sikap positif generasi muda terdidik
hendaknya didorong agar terwujud menjadi minat dan perilaku berwirausaha pertanian,
dengan cara: membangun norma subjektif yang positif, yaitu lingkungan sekitar yang
mendukung untuk berwirausaha pertanian, dan menciptakan kontrol perilaku yang juga
positif, yaitu dengan menyediakan kemudahan, terutama dengan meningkatkan
kompetensi (pelatihan, magang, dll), fasilitasi akses pasar, modal, dan kerjasama.

2.3 Pentingnya ketahanan Pangan Dimasa Depan


Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan seperti diuraikan di atas agar dapat
dicapai ketahanan pangan berkelanjutan menuju 2025, perlu ada penyesuaian atau
perubahan arah kebijakan yang saat ini diimplementasikan. Perubahan pendekatan arah
kebijakan yang disarankan meliputi tujuan, cara, dan sasaran pembangunan ketahanan
pangan.

3
Pertama, tujuan untuk mencapai swasembada pangan diubah menjadi mencapai
kemandirian pangan. Dengan pendekatan swasembada, seringkali untuk pencapaiannya
dilakukan dengan mengabai-kan prinsif efisiensi usaha dan kelayakan teknis, ekonomi,
ataupun sosial, sehingga dapat terjadi misalokasi sumber daya untuk pembangunan.
Dengan pendekatan keman-dirian pangan, sesuai arahan UU Pangan, pencapaiannya
dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan negara dan bangsa dalam
memproduksi pangan yang ber-anekaragam dengan memanfaatkan potensi sumber daya
(alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal) secara bermartabat. Praktik
operasional pencapaiannya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip keunggulan
komparatif atau kompetitif, dan prinsip efisiensi dan dayasaing. Dengan pendekatan ini,
dalam RPJMN harus sudah ditetapkan rancangan pengembangan produksi pangan ke
dalam tiga kelompok komoditas, yaitu: (a) jenis komoditas pangan yang dapat
dikembangkan tidak hanya mencapai swasembada tetapi juga mengisi pasar ekspor
(promosi ekspor), (b) jenis pangan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri dengan pemanfaatan teknologi yang
telah tersedia dan dapat diimplementasikan segera (substitusi impor), dan (c) beberapa
jenis pangan yang memang sebagian atau seluruhnya terpaksa harus diimpor karena ada
permintaan untuk pangan tersebut di dalam negeri, namun Indonesia belum memiliki
dayasaing untuk memproduksinya.
Kedua, cara pencapaian ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan diubah
menjadi peningkatan pendapatan petani dan masyarakat perdesaan. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani telah memberikan tuntunan cara memberdayakan petani untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi dan dayasaing (Suryana, 2013c). Untuk para petani kecil yang
mengusahakan lahan rata-rata kurang dari 1,0 ha, dalam upaya meningkatkan efisiensi
dan keuntungan petani, rekayasa sosial-ekonomi seperti usahatani korporasi (corporate
farming), usahatani koperasi (cooperative farming), atau pendekatan sekolah lapang (field
school approach) dapat dipertimbangkan untuk diterapkan secara luas.
Ketiga, sasaran pemenuhan konsumsi pangan secara kuantitas diubah menjadi pemenuhan
konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA). Untuk itu perlu
dilakukan promosi penganekaragaman pangan dari sisi penyediaan dan sisi pe-
manfaatannya. Pengembangan sumber pangan dan jenis makanan baru yang mempunyai
cita rasa, citra, dan harga yang bersaing perlu dilakukan. Di sisi lain, kampanye
diversifikasi konsumsi pangan dengan meningkatkan pe-mahaman masyarakat akan
pentingnya meng-konsumsi pangan B2SA perlu dijadikan gerakan nasional. Untuk itu,
pemanfaatan teknologi pangan dalam rangka pengembangan produk pangan baru atau
memperkenalkan pola konsumsi dan pemanfaatan pangan berbasis sumber pangan lokal
menjadi suatu keharusan.
Dengan ketiga pendekatan baru untuk menuju ketahanan pangan Indonesia berke-lanjutan
2025, strategi umum pembangunan ketahanan pangan adalah untuk: (1) mengembangkan
kapasitas nasional dalam peningkatan produksi pangan secara mandiri dan berkelanjutan;
(2) mempromosikan diver-sifikasi pangan berbasis sumber daya pangan lokal untuk
mencapai pola konsumsi pangan B2SA; (3) menyediakan pangan yang cukup dari sisi
jumlah, keragaman, kualitas, dan keamanan, dengan tingkat harga terjangkau daya beli
masyarakat luas, serta menjaga stabilitas harga pangan pokok; dan (4) menyediakan

4
pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pendistribusian
bantuan pangan atau pangan bersubsidi.

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Mungkin sebagai langkah awal perubahan Regenerasi baru ini harus adanya pola pikir
masyarakat indonesia tentang dunia pertanian, terutama mengubah cara pandang tentang
profesi petani yang sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebuah
profesi yang menjanjikan, karena sebelumnya kita ketahui bersama bahwa indonesia
terancam permasalahan regenerasi petani yang mengalami krisis, karena anak-anak muda
menganggap petani bukanlah sebuah profesi yang menjanjikan dan bergengsi
Oleh karena itu, dengan mengedepankan kedekatan melalusi sosial media dengan
mendesain dan merancang sebuah gerakan, diharapkan nantinya perencangan ini akan
menjadi acuan untuk membantu permasalahan nasional ketahanan pangan yang dimulai
dengan mempersiapkan sebuah gerakan untuk menanggulagi krisis regenerasi petani
nantinya

DAFTAR PUSTAKA
https://bogor.terkini.id/2021/05/06/regenerasi-petani-sebagai-solusi-ketahanan-pangan-di-
masa-depan/
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2564
https://www.ugm.ac.id/id/berita/18792-menumbuhkan-minat-generasi-muda-
berwirausaha-pertanian
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2297
https://media.neliti.com/media/publications/56153-ID-menuju-ketahanan-pangan-
indonesia-berkel.pdf

5
6

Anda mungkin juga menyukai