Anda di halaman 1dari 20

KOMUNIKASI BISNIS

STRATEGI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN DESA


AGRIWISATA WIYU SEBAGAI STRATEGI
REGENERASI PETERNAK

Oleh:
Suwigda Agung Novandinata
216050100141001

MINAT AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER PETERNAKAN
PASCA SARJANA PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan dan pertanian merupakan salah sektor yang menyangga
kebutuhan pangan nasional. Kedua sektor ini sangat penting dalam menjaga
keseimbangan dan kesejahteraan rakyat. Namun demikian, terjadi sebuah
fenomena di mana petani dan peternak saat ini adalah orang dengan usia tua
dengan tahun kelahiran di bawah tahun 1980-an, yang berarti hal ini berbahaya
pada regenerasi petani dan peternak ke depannya. Regenerasi petani dan peternak
menjadi hal yang penting dalam menjaga stabilitas pangan dan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan jumlah peternak-petani usia
muda dan tua, dan juga minat generasi muda saat ini. Hal-hal tersebut
menyebabkan dorongan terjadinya fenomena urban sprawl, Urban Sprawl
merupakan fenomena yang sering terjadi di kota-kota besar yang tingkat
kepadatan penduduknya semakin tinggi sejalan dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi.
Seperti yang dikemukakan oleh Bruegmann (2015), gejala urban sprawl
akan timbul ke permukaan ketika sebuah kota sudah berada pada posisi
kematangan ekonomi dan kesejahteraan penduduk yang memadai. Mereka yang
mempunyai kemampuan memilih akan pindah ke wilayah pinggiran kota
dan secara alami (karena kemampuan membayar dan preferensi sosial)
akan berkumpul dan membentuk komunitas yang relatif homogen (Leisch
2002). Kemudahan akses sosial merupakan salah satu alasan besar dari
penduduk desa atau luar desa yang memutuskan untuk pindah menuju kota,
hal ini mengakibatkan perluasan wilayah industridi kota hingga membuat alih
fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri di desa semakin menguat.
Urban sprawl akan menimbulkan proses ekslusi sosial pada kelompok masyarakat
tertentu, khususnya pada masyarakat desa yang terdampak pada urban sprawl dan
tidak mampu beradaptasi dengan proses pergeseran lahan pertanian menuju lahan
industri yang disebabkan oleh faktor yang spesifik seperti kapabilitas, pendidikan,
modal sosial dan lain sebagainya (Yunita 2018). Sebagai contoh pada Kabupaten
Mojokerto, yang merupakan salah satu daerah industri di Jawa Timur, saat ini
banyak generasi muda yang lebih tertarik pada sektor manufaktur dibanding
dengan sektor pertanian-peternakan, sehingga lebih banyak manula yang
berprofesi sebagai petani dan peternak. Hal tersebut tidak sebanding dengan
potensi daerah-daerah tertentu di Kabupaten Mojokerto, sebagai penghasil produk
pertanian-peternakan. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam memaksimalkan
produk pertanian-peternakan di kemudian hari.
Kondisi pemuda tani yang ada di Indonesia sangat krisis, dengan latar
belakang Indonesia sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan salah satu
sektor yang menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi. Disisi lain, penurunan pada
bidang pertanian akan berdampak pada berkurangnya tenaga kerja petani.
Penurunan sektor pertanian juga berimplikasi terhadap ketahanan pangan di
Indonesia pada masa depan sejalan dengan penurunan profesi sebagai petani. Pada
era millennial sekarang, generasi muda memiliki minat yang kurang terhadap
bidang pertanian. Dari aspek usia, hasil Sensus Pertanian Tahun 2013
menunjukkan, bahwa sebanyak 61.8% petani berusia lebih dari 45 tahun, dan
hanya 12.2% saja yang berusian di bawah 35 tahun, ini menunjukan semakin
berkurangnya minat generasi muda pada bidang pertanian (Santoso, dkk. 2020).
Dalam aspek ekonomi, keberadaan desa sangat memegang peran penting,
terutama sebagai salah satu indikator kuat atau lemahnya perekonomian suatu
daerah bahkan negara. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi
desa sangat penting karena mayoritas masyarakat desa menggantungkan hidupnya
pada sektor tersebut. Maka diperlukan penguasaan lahan pertanian dan kreativitas
untuk meraih keunggulan bersaing dalam ekonomi. Implementasi dari penguasaan
lahan agar bernilai ekonomi dapat diwujudkan dengan menggabungkan sektor
pertanian dan pariwisata yaitu agriwisata. Implementasi dari penguasaan lahan
agar bernilai ekonomi dapat diwujudkan dengan menggabungkan sektor pertanian
dan pariwisata yaitu agriwisata. Pengembangan agriwisata secara langsung dan
tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat akan
pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Selain itu menurut Subowo
dan Budiarti, pengembangan agriwisata dapat melestarikan sumber daya,
melestarikan kearifan dan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani
atau masyarakat di sekitar agriwisata.
Pengembangan desa agriwisata sebagai bentuk usaha yang dapat
berbentuk badan usaha milik daerah dapat menjadi kunci dalam menarik perhatian
generasi milenial terhadap pertanian-peternakan. Hal tersebut penting dalam
rangka regenerasi petani-peternak. Pacet yang merupakan daerah wisata dan juga
daerah pertanian dan peternakan memiliki potensi yang besar dalam
mengintegrasikan pariwisata dan pertanian-peternakan, terlebih karena struktur
daerah yang sudah mendukung akan kedua sektor ini. Pengembangan daerah
agriwisata juga mampu meningkatkan kepercayaan diri peternak yang mulai
tersudutkan oleh perkembangan zaman, melalui sentra wisata yang berbasis
pertanian, peternakan, serta perkebunan. Kepercayaan diri peternak dapat
meningkat, melalui meningkatnya produktifitas maupun pendapatan melalui
penjualan produk sentra agrikultur dan juga tarif wisata, mampu memberikan
daya Tarik tersendiri bagi milenial.
Perumusan strategi dalam pengembangan desa agriwisata sangat penting,
dalam mencapai sebuah competitive advantage serta menjamin sebuah sistem
usaha yang sustainable, sehingga lebih menjamin kesuksesan dalam
meningkatkan regenerasi petani-peternak. Sama halnya dengan Kota Batu, yang
merupakan daerah pertanian, peternakan, dan perkebunan yang besar, namun
mampu menarik generasi muda sebagai petani-peternak. Hal tersebut yang
mendorong penulis dalam merumuskan sebuah strategi dalam pengembangan
Desa Wiyu, Kecamatan Pacet menjadi desa agriwisata, sehingga mampu menarik
perhatian generasi muda terhadap sektor pertanian-peternakan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan mengenai pengembangan desa
agriwisata ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sektor agriwisata mampu meningkatkan kepercayaan diri
petani-peternak?
2. Bagaimana sektor agriwisata mampu mewujudkan regenerasi petani-
peternak?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan mengenai pengembangan desa agriwisata ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepercayaan diri petani-peternak melalui pengembangan
desa agriwisata.
2. Mewujudkan generasi petani-peternak dengan pengembangan desa
agriwisata.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan mengenai pengembangan desa agriwisata ini
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kepercayaan diri petani-peternak.
2. Mendorong regenerasi petani-peternak dari generasi milenial.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Degenerasi Petani-Peternak


Kondisi pemuda tani yang ada di Indonesia sangat krisis, dengan latar
belakang Indonesia sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan salah satu
sektor yang menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi. Disisi lain, penurunan pada
bidang pertanian akan berdampak pada berkurangnya tenaga kerja petani.
Penurunan sektor pertanian juga berimplikasi terhadap ketahanan pangan di
Indonesia pada masa depan sejalan dengan penurunan profesi sebagai petani. Pada
era millennial sekarang, generasi muda memiliki minat yang kurang terhadap
bidang pertanian. Dari aspek usia, hasil Sensus Pertanian Tahun 2013
menunjukkan, bahwa sebanyak 61.8% petani berusia lebih dari 45 tahun, dan
hanya 12.2% saja yang berusian di bawah 35 tahun, ini menunjukan semakin
berkurangnya minat generasi muda pada bidang pertanian. Hal ini diperkuat dari
hasil penelitian Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP. 2016), bahwa terdapat
54 persen anak petani hortikulura tidak ingin menjadi petani, sementara anak
petani padi sawah lebih banyak yang tidak berminat yaitu sebesar 63 persen.
Kondisi ini lah yang juga diduga sebagai penyebab rendahnya generasi muda
perdesaan dalam kegiatan pembangunan pertanian. Keaktifan pemuda yang umur
18 – 24 tahun sebesar 31 persen, sedangkan kelompok umur 25 – 35 tahun sebesar
25 persen.

2.2 Pengembangan Desa Agriwisata


Desa yang merupakan pemerintahan paling kecil berpengaruh terhadap
masa depan perekonomian negara. Dalam aspek ekonomi, keberadaan desa sangat
memegang peran penting, terutama sebagai salah satu indikator kuat atau
lemahnya perekonomian suatu daerah bahkan negara. Karakteristik ekonomi di
desa diindikasi oleh terbatasnya infrastruktur ekonomi, sedikitnya kesempatan
kerja, jauh dari pasar dan kondisi sumber daya alam. Menurut Ahmad Erani
Yustika dari indikator tersebut tiga indikator pertama memiliki kuantitas terbatas
di daerah tertinggal. Realitas tersebut menyebabkan akses masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup terbatas (Yustika, 2015). Agar perekonomian desa
tetap berlanjut, maka masyarakat desa memilih memanfaatkan SDA (Sumber
Daya Alam) dalam bentuk sektor pertanian sebagai penunjangnya. Peranan sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi desa sangat penting karena mayoritas
masyarakat desa menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Oleh karena itu
diperlukan penguasaan lahan pertanian dan kreativitas untuk meraih keunggulan
bersaing dalam ekonomi.
Implementasi dari penguasaan lahan agar bernilai ekonomi dapat
diwujudkan dengan menggabungkan sektor pertanian dan pariwisata yaitu
agrowisata. Pengembangan agrowisata secara langsung dan tidak langsung akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat akan pentingnya pelestarian
sumber daya lahan pertanian. Selain itu menurut Subowo dan Budiarti,
pengembangan agrowisata dapat melestarikan sumber daya, melestarikan kearifan
dan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat di
sekitar agrowisata (Gunawan, 2016). Kreativitas ekonomi (economy creativity)
merupakan proses dinamis yang mengarah pada inovasi teknologi, praktik bisnis,
pemasaran, dan usaha lainnya untuk meraih keunggulan bersaing dalam ekonomi
(Suryana, 2013). Supaya kreativitas tersebut menghasilkan sesuatu (produk
kreatif) yang baru dan bernilai ekonomis, maka tidak cukup hanya berpikir dan
berkata saja, melainkan adanya tindakan sehingga menghasilkan produk baru dan
berbeda.
Adanya kecenderungan masyarakat desa menjadi petani didasarkan karena
adanya kebudayaan. Kebudayaan yang hidup pada desa itu sendiri adalah mampu
memenuhi kebutuhan sendiri khususnya kebutuhan pangan dan papan yang mana
alam menjadi penopang hidup dan sektor pertanian menjadi penunjangnya
(Soetarto, 2014). Selain itu peranan sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi desa sangat penting karena mayoritas masyarakat desa menggantungkan
hidupnya pada sektor tersebut. Namun ada beberapa aspek yang perlu dipikirkan
dalam sektor pertanian: pertama, pengoptimalan sumber daya alam yang
mengorbankan aspek kelestariannya, kedua, produksi pertanian tidak dapat
meningkat tanpa penguasaan teknologi, ketiga, keterbatasan petani dalam
mengelola hasil pertaniannya dan keempat adalah pentingnya aspek kebudayaan
sebagai pendorong keberhasilan pertanian. Ini artinya bahwa pembangunan
pertanian yang berhasil tergantung pada aspek manusia dan kebudayaanya.
Berdasarkan aspek ketiga, dikatakan bahwa sektor pertanian belum mampu
mendayagunakan sumber daya yang ada karena keterbatasan petani. Untuk
mengatasi adanya keterbatasan tersebut dengan cara adanya regenerasi petani.
Regenerasi menjadi kebutuhan untuk memfasilitasi produktivitas pelaku usaha
tani yang tidak memiliki daya saing atau kompetensi dalam mengupayakan usaha
tani dan agribisnis.
Pengembangan aktivitas agrowisata secara langsung dan tidak langsung
akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat akan arti pentingnya
pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata dapat
melestarikan sumber daya, melestarikan kearifan dan teknologi lokal, dan
meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat di sekitar agrowisata.
Pengembangan agowisata akan menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani. Beberapa
dampak positif pengembangan agrowisata antara lain meningkatkan nilai jual
komoditi pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber-sumber
pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat seperti
penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainnya yaitu kantin, penjualan cindera
mata, dan lain-lain. Selain itu, agrowisata merupakan salah satu wahana yang
efektif dalam rangka promosi produk-produk pertanian dan budaya Nusantara.
Hal tersebut karena selain dapat menikmati hasil pertanian secara langsung dari
sumbernya, para pengunjung akan terkesan dengan sensasi wisata alam yang unik
dan segar yang akan terbawa hingga mereka kembali ke tempat asalnya bahkan
mereka akan bercerita kepada keluarganya. (Palit, dkk, 2017)
Menurut Inwood dan Sharp regenerasi petani merupakan isu penting
dalam hubungan pedesaan yang mana memainkan peran penting dalam sosialisasi
dan adaptasi bisnis. Regenerasi atau pewarisan petani dari pertanian semakin
dianggap sebagai fenomena kompleks yang tidak hanya mempengaruhi dimensi
inti kehidupan keluarga petani tetapi juga sektor pertanian yang lebih luas
(Anwarudin, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa regenerasi merupakan
pewarisan usaha tani kepada keturunannya tanpa melihat pihak luar petani yang
masuk menjadi petani. Proses regenerasi petani dilakukan berupa dorongan orang
tua (petani) yang diwujudkan berupa transfer ilmu dalam bentuk teori maupun
praktik dari kepada turunannya agar usaha tani yang dikelolanya tetap berlanjut
(Mishra dkk, 2010). Strategi untuk meningkatkan minat para petani maka
regenerasi petani modern diwujudkan, dengan menggunakan sistem wisata.
Pengembangan agrowisata dalam hal ini menjadi solusi bagi generasi muda untuk
menuangkan kreativitasnya tanpa melupakan sisi pertanian.
BAB III ANALISIS DAN SOLUSI

3.1 Analisis Strategi


3.1.1 Analisis SWOT Strategi Social Disruption
Pengembangan sektor pertanian-peternakan yang diintegrasikan dengan
sektor pertanian, banyak dilakukan dengan tujuan meningkatkan produktifitas
petani-peternak, serta dimanfaatkan untuk mendongkrak minat generasi muda
untuk menjadi petani maupun peternak. Berikut adalah analisis dari strategi
regenerasi petani-peternak dengan membangun sektor agriwisata:
1. What
Agriwisata yang dimaksud adalah membuat sentra bisnis pariwisata
yang berbasis wisata dan edukasi pada sektor pertanian, peternakan,
dan perkebunan. Desa Wiyu merupakan daerah dengan lahan yang
dominasinya digunakan sebagai lahan pertanian, peternakan, dan
perkebunan. Pada tahap persiapan, dilakukan penyuluhan terhadap
pemilik lahan pertanian, peternakan, dan perkebunan agar membentuk
suatu kelompok bisnis, sehingga mampu mengkondisikan pemilik
lahan terhadap sebuah model baru yang diterapkan. Konsep agriwisata
mencontoh model bisnis agrowisata Batu dan agrobakti alam
Pasuruan, dimana pengunjung dapat berinteraksi, mencoba proses
hingga hasil pertanian, peternakan dan perkebunan.
2. Who
Terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah mendorong perluasan
industri, sehingga melahirkan stereotip profesi pekerja industri lebih
baik dari pada petani-peternak. Kultur peternak selama ini berupa
pewarisan, dimana generasi peternak yang sudah tua, akan mewariskan
profesinya kepada anak-anak mereka. Adanya hal tersebut
menyebabkan pergesaran minat pada generasi muda. Generasi muda
lebih tertarik pada pekerjaan di sektor industri dibanding meneruskan
profesi orang tuanya sebagai petani ataupun peternak. Hal tersebut
jelas memutus rantai regenerasi petani-peternak. Strategi yang
dilakukan mencakup pemberdayaan petani-peternak, serta
menciptakan daya Tarik kepada generasi muda untuk Kembali pada
profesi petani maupun peternak.
3. Why
Proses regenerasi petani berkaitan juga dengan keluarga. Anak-anak
muda yang terjun ke dunia pertanian umumnya terjadi melalui proses
regenerasi petani dalam keluarga yang berarti pengelolaan usaha
pertanian diwariskan dari orang tua kepada anaknya (Anwarudin dan
Satria, 2020). Upaya pertanian keluarga ini telah terjadi sejak puluhan
tahun yang lalu. Proses regenerasi petani yang terjadi dalam keluarga
merupakan proses yang kompleks. Dalam beberapa tahun terakhir,
terdapat beberapa penelitian yang berupaya untuk menggambarkan
lebih dalam kompleksitas permasalahan regenerasi petani di Indonesia
maupun secara global. Melalui program desa Agriwisata, ekonomi
desa akan meningkat, dimana akan meningkatkan kesejahteraan petani
maupun peternak, serta secara tidak langsung akan mempengaruhi
minat generasi muda akan profesi pada bidang agrikultur.
Kesejahteraan pada suatu profesi akan mempengaruhi minat untuk
memilih profesi tersebut.
4. Where
Pelaksanaan program dilakukan di Desa Wiyu, yang memiliki lahan
pertanian, peternakan, dan perkebunan yang luas, dan memiliki akses
yang mudah. Pelaksanaan program dapat dilakukan dengan lancer
dengan melakukan pendekatan terhadap warga sekitar, sehingga tidak
mengganggu kenyamanan warga, dikarenakan perlu melalui
perumahan warga. Sistemasi program harus memerhatikan geografis
daerah yang berada di ketinggian antara Kota Batu dan Kabupaten
Pasuruan, agar mampu menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
harapan.
5. When
Saat ini sektor pariwisata menjadi sektor yang banyak berkontribusi
dalam meningkatkan perekonomian daerah, selain sektor industri.
Penerapan strategi ini tidak boleh terburu-buru, sehingga memperkecil
resiko yang dapat terjadi. Fokus utama dari program inclusi ini adalah
meningkatkan kesejahteraan petani-peternak, sehingga mampu
membangkitkan daya Tarik generasi muda pada profesi ini.
6. How
Pengembangan Desa wisata berbasis pertanian, peternakan, dan
perkebunan perlu memperhatikan sumber daya manusia yang tersedia,
promosi terhadap petani-peternak serta promosi terhadap potential
consumer, sumber daya alam dan lingkungan, dukungan sarana dan
prasarana, dan kelembagaan. Pengembangan potensi-potensi local
akan meningkatkan perekonomian daerah, dimana akan meningkatkan
kesejahteraan petani-peternak yang selama ini sudah mulai tersingkir.
Peningkatan kesejahteraan petani-peternak akan mempengaruhi
persepsi generasi muda secara tidak langsung, sehingga akan
meningkatkan daya Tarik profesi petani-peternak.

3.2 Solusi Strategi Strategi Social Disruption


Regenerasi profesi petani-peternak tergolong sulit untuk saat ini
dikarenakan rendahnya kesejahteraan dan tertinggalnya model usaha (tidak
menggunakan teknologi). Terjadi perubahan budaya yang signifikan pada daerah-
daerah pertanian, peternakan, dan perkebunan, dikarenakan pembangunan daerah,
sehingga banyak industri yang mengakibatkan peningkatan taraf hidup
masyarakat, dan menggeser profesi petani-peternak. Teknologi yang mendukung
pertanian, peternakan, serta perkebunan juga tertinggal drbandingkan industri
lainnya. Perlu diperhatikan dalam menghadapai permasalahan tersebut, perlu
adanya penyetaraan kualitas SDM, promosi, SDA, sarana-prasarana, dan
kelembagaan. Setiap variabel yang mempengaruhi ini, harus dimaksimalkan,
sehingga mengurangi resiko yang fatal di kemudian hari. Hal itu perlu dilakukan
agar menciptakan suatu bentuk usaha yang sustain sehingga lebih mampu
menjamin kesejahteraan petani-peternak, yang secara jangka panjang akan
mempengaruhi minat generasi muda.
Pengembangan Desa Wisata berbasis pertanian, peternakan, dan
perkebunan juga merupakan salah satu pemberdayaan petani-peternak.
Pemberdayaan petani-peternak menjadi kunci dalam upaya meningkatkan kualitas
petani-peternak, sehingga mampu menampilkan produktifias yang lebih baik.
Pemberdayaan petani-peternak meliputi manajemen dan pelatihan terhadap
teknologi, serta teknis pengembangan sektor agriwisata. Ketertinggalan teknologi
yang menjadi salah satu alasan terasingnya profesi petani-peternak, perlu
diperhatikan, karena teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
produksi, dan dapat menaungi beberapa sistem dalam pertanian-peternakan,
sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah. Hal tersebut juga akan menjadi daya
Tarik bagi generasi muda, yang saat ini mudah termakan oleh kecanggihan suatu
teknologi, dan memiliki karakteristik tidak mau mengalami beban yang dikira
menyusahkan.

3.3 Teknis Strategi Strategi Social Disruption


Pengembangan desa agriwisata perlu memerhatikan sumber daya manusia
yang terlibat dan/atau bersinggungan, promosi terhadap mitra maupun potential
consumer, sumber daya alam dan lingkungan, dukungan sarana dan prasarana, dan
kelembagaan. Setiap factor harus berintegrasi sehingga mampu menghadirkan
desa agriwisata yang baik. Berikut tahapan dari pelaksanaan/teknis desa wisata
berbasis pertanian, peternakan, dan perkebunan:
 Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan sebagai pendekatan
kepada mitra pemodal/pemilik lahan dan petani-peternak. Penyuluhan
akan berisi tentang desa agriwisata, dan apa saja program pemberdayaan
yang termasuk dalam program tersebut. Tahap kedua adalah melakukan
promosi melalui media social dan platform promosi lainnya sehingga
dapat mencapai potential consumer yang lebih luas. Produk yang ingin
menjadi unggulan dalam desa wisata juga harus memiliki keunikan dan
memberikan pengalaman yang unik dan berkesan, sehingga konsumen
tidak hanya sekedar mencoba, melainkan memiliki trust, dan melakukan
repeating order. Persiapan yang matang juga meliputi menyediakan
sarana-prasarana, baik bagi petani-peternak, maupun bagi konsumen.
Kelembagaan menjadi suatu yang penting sehingga dapat konsisten dalam
setiap pengambilan keputusan.
 Pada dasarnya, strategi ini juga merupakan suatu bentuk pembentukan
working space, sehingga akan menyerap tenaga kerja lebih banyak dari
berbagai macam usia. Sebagai poin utama, desa wisata sebagai usaha milik
desa, akan meningkatkan perekonomian desa, sehingga akan menjadi daya
Tarik bagi pemuda desa, yang awalnya lebih memilih berkerja di luar desa
sebagai buruh pabrik dan lain-lain.

3.4 Analisis Strategi Komunikasi


3.4.1 Komunikasi Internal
Komunikasi internal berlangsung antara fungsi internal perusahaan atau
unit kegiatan. Komunikasi internal meliputi komunikasi antara pemilik, manajer,
dan pekerja yang terlibat. Komunikasi internal ditujukan untuk menyampaikan
target yang ingin dicapai, media yang digunakan untuk berkomunikasi, serta
strategi dalam mencapai tujuan. Berikut adalah komunikasi internal dari strategi
pengembangan Desa agriwisata Wiyu sebagai strategi regenerasi petani-peternak:
A. Pihak Internal
Pihak internal merupakan pihak yang menjalankan usaha, dan merupakan
pondasi dalam membangun Desa agrowisata. Pihak-pihak yang terkait
merupakan para pemilik lahan sawah, kebun, peternakan, dan kolam ikan.
Petani lepas/sewa serta pemuda desa selanjutnya sebagai pekerja sektor
pertanian dan peternakan, serta wisata.
B. Strategi Komunikasi
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membentuk kelompok tani dan
peternak, lalu menentukan pemimpin dari kelompok tersebut. Hal tersebut
perlu dilakukan untuk menyatukan suara dan tujuan dalam pemberdayaan
SDM. Selanjutnya, ketua kelompok akan menetapkan fungsi keuangan,
fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi SDM, sehingga memiliki
job desk yang spesifik. Ketua kelompok juga menetapkan coordinator,
sehingga alur komunikasi dapat berlangsung secara efektif, dengan
penugasan yang bertanggungjawab dalam menyampaikan tujuan pada
pekerja, melakukan pengawasan, serta pelaporan kegiatan pada ketua
kelompok. Pekerja bertugas dalam melakukan fungsi produksi serta
melakukan pencatatan, sehingga memudahkan dalam melakukan
pelaporan ke atas.

C. Media Komunikasi
Ruang diskusi serta perkumpulan, memiliki fungsi penting dalam
menyamakan persepsi dan tujuan, meliputi ketua kelompok hingga
pekerja. Forum memiliki fungsi dalam mengumpulkan semua aspirasi dari
setiap pihak yang berperan dalam pembentukan Desa agriwisata Wiyu,
sebagai strategi regenerasi petani-peternak.
D. Alur Komunikasi Internal

Gambar 1. Alur Komunikasi Internal

3.4.2 Komunikasi Eksternal


Komunikasi eksternal berlangsung di luar fungsi internal, yang meliputi
komunikasi dengan konsumen, supplier, distributor, dan pemerintah, serta
akademisi. Masing-masing pihak memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan sustainability dari unit usaha yang akan dibangun. Berikut
komunikasi eksternal dari strategi pengembangan Desa agriwisata Wiyu sebagai
strategi regenerasi petani-peternak:
A. Akademisi
Akademisi sebagai intelktual merupakan bagian institusi formal, informal,
dan non-formal yang memiliki peran sebagai pendorong atau katalis
lahirnya ilmu dan gagasan sebagai sumber kreativitas. Knowledge
transfers menjadi kunci penting dalam meningkatkan performa dari fungsi
industri, dimana dalam memastikan keberhasilan knowledge transfers,
akademisi juga akan berperan sebagai pembimbing dan pengawas terhadap
pemerintah maupun pihak usaha. Selanjutnya akademisi juga merupakan
tenaga ahli yang menguasai teknologi dan inovasi yang diterapkan.
B. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai fasilitator, regulator dan katalisator bagi
industri kreatif sehingga mampu berkembang. Pemerintah berperan dalam
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan inovasi UMKM melalui
peningkatan dan pemberdayaan pada UMKM, menerapkan teknologi
informasi yang canggih, dan menciptakan produk yang inovatif serta
berkualitas (Rasyid dan Fentje, 2018). Pemerintah berperan sebagai
fasilitator, regulator, dan katalisator dalam memelihara sistem yang
berkenaan dengan kegiatan UMKM. Pemerintah berperan dalam
menyediakan pasar dengan kondisi yang baik (proper market) bagi segala
bentuk usaha atau dikenal dengan istilah fasilitator. Pemerintah perlu
memastikan sebuah pasar dengan kondisi persaingan yang sehat dan
sempurna, dan tidak terdapat monopoli pihak tertentu.
C. Distributor dan Supplier
Peran distributor dan supplier sangat penting dalam membentuk
sustainability dari Desa agrowisata Wiyu. Supplier yang dimaksud adalah
supplier pupuk, bibit, dan lain-lain. Membentuk komunikasi yang baik
perlu dilakukan dengan cara komunikasi dua arah atau forum diskusi,
sehingga mampu mengefektifkan alur bisnis baik dari pihak supplier
maupun pihak Desa agrowisata. Distributor juga berperan dalam
mengedarkan hasil usaha dari desa agrowisata, serta dalam memperluas
daya jangkau pasar.
D. Konsumen
Konsumen menjadi poin utama yang perlu diperhatikan dengan
memperhatikan kebutuhan serta penilaian konsumen. Hal tersebut dapat
menjadi sebuah evaluasi bagi Desa agrowisata Wiyu. Konsumen yang
dijadikan segmentasi adalah middle up dengan sasaran keluarga yang
berlibur. Wisata alam menjadi salah satu destinasi yang favorit, sehingga
mengadaptasi wisata alam dengan pertanian-peternakan-perkebunan-
perikanan, serta dimodifikasi dengan menambahkan unsur modern seperti
kafe alam, menjadi salah satu solusi dalam menarik perhatian konsumen.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan “Regenerasi Petani-Peternak Milenial
Melalui Pengembangan Desa Agriwisata di Kecamatan Pacet” adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan suatu daerah yang meningkatkan pendapatan dan
merubah gaya hidup, menyebabkan perubahan social, yang juga terjadi
pada petani-peternak. Perubahan social yang terjadi telah menggeser
profesi petani-petenak, sehingga menurunkan kepercayaan diri pada
petani-peternak, dan makin hilang setiap pergantian generasi.
Pengembangan desa wisata meliputi pemberdayaan petani-peternak,
yang termasuk adalah penerapan teknologi sebagai daya Tarik serta
media dalam mencapai efisiensi dan efektifitas sistem hulu dan hilir.
Peningkatan produktifitas juga akan meningkatkan pendapatan petani-
peternak, sehingga meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan yang
meningkat akan mempengaruhi kepercayaan diri petani-peternak yang
sebelumnya adalah profesi yang mulai ditinggalkan.
2. Regenerasi petani-peternak, selama ini bersifat pewarisan dimana akan
diturnkan dari orang tua ke anak. Hal itu juga akan menurunkan minat
dari generasi muda untuk terjun dalam sektor agrikultur. Terlebih
pergesaran kultur social yang terjadi, mendorong minat generasi muda
semakin menjauh dari profesi petani-peternak. Pengembangan desa
agriwisata, meliputi penerapan teknologi serta pemberdayaan petani-
peternak, sehingga meningkatkan produktifitas mereka, yang
berkorelasi dengan meningkatnya kesejahteraan. Hal tersebut sebagai
daya Tarik pertama bagi generasi muda dalam melanjutkan profesi
orang tua mereka. Daya Tarik kedua akan terletak pada sektor wisata
yang ditawarkan, dan bersinggungan langsung dengan pertanian,
peternakan, dan perkebunan. Daya tari terakhir adalah pada sektor
pertanian, peternakan, dan perkebunan yang semakin maju dengan
adanya integrasi dengan sektor wisata dan pemanfaatan teknologi,
sehingga memberikan daya Tarik lebih bagi pemuda-pemuda desa.
4.2 Saran
Adapun saran dari penulisan “Regenerasi Petani-Peternak Milenial
Melalui Pengembangan Desa Agriwisata di Kecamatan Pacet” adalah sebagai
berikut:
1. Perlu ada persiapan yang matang dan menyeluruh dalam pembentukan
sistem desa agriwisata, sehingga usaha dapat berjalan secara sustain.
2. Perlu adanya inovasi yang menjadi daya Tarik bagi generasi muda,
sehingga bersedia meneruskan profesi orang tua mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Anwarudin, Oeng dkk. 2018. A Review on Farmer regeneration and Its


Detetmining Factor In Indonesia, Vol. 10, No. 2.
Bruegmann, Robert. 2015. ‘Urban Sprawl’. In International Encyclopedia of the
Social & Behavioral Sciences: Second Edition.
Gunawan, Gugun dkk, 2016, Strategi Pengembangan Agrowisata Di Kapung
Kramat Tanjung Desa Bunihara Kecamatan Anyer Kabupaten Serang
dalam jurnal Agribisnis Terpadu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 9
No. 1.
Leisch, Harald. 2002. ‘Gated Communities in Indonesia’. Cities.
Mishra, K. Ashok, dkk. 2010. Succession Decisions in U.S. Family Farm
Businesses. Jurnal. Journal of Agricultural and Resource Economics No.35
Volume 1.
Palit, I. G., & dkk. 2017. Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata Rurukan.
Jurnal Agri Sosio Ekonomi Volume 13 Nomor 2A, Juli, hlm. 22.
Santoso, A. W., L. Effendy & E. Krisnawati. 2020. Percepatan Regenerasi Petani
Pada Komunitas Usahatani Sayuran di Kecamatan Samarang Kabupaten
Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Inovasi Penelitian 1 (3): 325-336.
Soetarto, Endriatmo dan Martua Sihaloh. 2014. Pembangunan Masyarakat Desa:
Desa dan Kebudayaan Petani. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan
Peluang. Jakarta: Salemba Empat.
Yunita, S.Sos., M.Si, Desi. 2018. ‘Eksklusi Sosial Pada Masyarakat Petani’.
Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi.
Yustika, Ahmad Erani dan Rukavina Baksh, 2015, Konsep Ekonomi
Kelembagaan Pedesaan, Pertanian dan Kedaulatan Pangan, Malang:
Empat Dua.

Anda mungkin juga menyukai