Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Regenerasi petani merupakan proses pewarisan atau penerusan usahatani ke

kaum muda yang sudah terjun di sektor pertanian ataupun seorang yang baru

mengenal sektor pertanian. Mayoritas petani yang ada saat sekarang adalah petani

yang berusia lanjut atau sudah tua. Petani yang berusia lanjut akan kesusahan atau

lambat dalam mengolah usahatani yang sedang dijalankan. Keadaan tersebut

membuat petani susah dalam menangkap informasi dan menerapkan teknologi

terbaru di sektor pertanian. Hal ini dapat berimbas pada produktivitas hasil

pertanian. Keadaan ini akan sangat berbeda apabila banyak petani Indonesia yang

berusia muda.

Petani muda akan mampu mengolah usahataninya lebih baik daripada petani

yang berusia lanjut. Hal ini dikarenakan tenaga yang dimiliki lebih kuat, mudahnya

menyerap atau memahami informasi terbaru di sektor pertanian, serta mampu

menerapkan atau menggunakan teknologi terbaru di sektor pertanian. Peran

pemerintah dalam regenerasi petani juga sangat penting demi menjaga minat dan

keberlangsungan pertanian di Indonesia. Pemerintah dapat mengupayakan

dukungannya melalui berbagai cara seperti penyuluhan, permudah pinjaman

permodalan untuk petani, serta meningkatkan investasi di sektor pertanian. Pihak

eksekutif dan legislatif beserta perangkat kerja pemerintah pusat sampai ke daerah
2

memprogramkan regenerasi petani berikut kelengkapan legal, finansial, dan aspek

akademik (Ibrahim, 2020).

Kabupaten Mojokerto merupakan daerah yang terletak di Jawa Timur.

Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 kecamatan, dan 304 desa. Luas wilayah secara

keseluruhan adalah 692,15 km². Kabupaten Mojokerto mempunyai jumlah

penduduk sebesar 1 025 443 jiwa. Selama tiga tahun terakhir Kabupaten Mojokerto

mengalami bonus demografi. Komposisi kependudukan didominasi oleh penduduk

usia produktif (15-64 tahun) sebesar 70%. Pemanfaatan bonus demografi yang

efektif akan memberikan perubahan yang cukup besar untuk kemajuan

kesejahteraan penduduk Kabupaten Mojokerto. Penduduk yang bekerja secara garis

besar dibagi menjadi 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa.

Pada tahun 2019, jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto yang bekerja dibidang

pertanian berkurang sebesar 9,73% dari tahun 2018. Desa Watukenongo merupakan

salah satu desa yang wilayahnya bernuansa pertanian, namun disekitar desa banyak

berdiri pabrik.

Tabel 1. Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Watukenongo


Jenis Pekerjaan

Petani Buruh Pedaga PNS/ Pegawai Jasa Tukang Pensiunan


Tani ng dan TNI/ Swasta dan lain-
Wiras POL lain
wasta RI

654 386 189 60 853 27 57 52

Sumber : Data Sekunder, diolah 2020.


3

Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja sebagai

petani berjumlah 654 jiwa, 386 sebagai buruh tani, 189 jiwa sebagai pedagang dan

wiraswasta, 60 jiwa sebagai PNS/TNI/POLRI, 853 jiwa sebagai pegawai swasta,

27 jiwa bekerja dibidang jasa, 57 jiwa sebagai tukang, dan 52 jiwa merupakan

pensiunan dan lain-lain. Jumlah tertinggi terdapat pada jenis pekerjaan pegawai

swasta. Hal ini dikarenakan wilayah daerah yang dekat dengan banyaknya pabrik.

Jumlah terendah terdapat pada jenis pekerjaan jasa. Jumlah penduduk Desa

Watukenongo sebesar 4892 jiwa yang tersebar di lima dusun. Lima dusun tersebut

yaitu Jetak, Brenet, Dakon, Tengger, dan Kenongo. Luas wilayah Desa

Watukenongo yaitu sebesar 204 817 Ha. Profesi sebagai petani lumayan baik

posisinya di Desa Watukenongo, terbukti dengan besarnya jumlah orang yang

bekerja di sektor pertanian. Mayoritas petani di Desa Watukenongo merupakan

petani tanaman pangan.

Pertanian merupakan salah satu kegiatan yang dianggap masyarakat kurang

menguntungkan. Masyarakat menganggap hasil ekonomi dari kegiatan bertani itu

rendah, sehingga banyak yang kurang melirik kegiatan pertanian. Masyarakat lebih

cenderung bekerja sebagai karyawan maupun buruh pabrik. Hal tesebut dapat

berkembang dengan pesat karena wilayah sekitar desa adalah wilayah industri.

Mobilitas tersebut tidak dapat terjadi secara otomatis. Menurut Ibrahim & Mazwan,

(2020) beberapa persyaratan mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor

non pertanian adalah: (1) Banyaknya lapangan kerja yang ditawarkan oleh sektor

non pertanian yang sangat bergantung pada jenis teknologi dan perluasan pasar
4

produk industri. (2) Kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor non

pertanian dapat dipenuhi oleh kualitas tenaga kerja dari sektor pertanian. Dan (3)

Upah riil yang ditawarkan oleh sektor non pertanian lebih tinggi dari pada yang

ditawarkan oleh sektor pertanian. Secara sosial kegiatan atau profesi sebagai petani

masih dianggap profesi yang rendah di lingkungan masyarakat. Hal ini terjadi

karena pola pikir masyarakat yang dulu masih terbawa hingga saat ini. Pola pikir

tersebut yang turun temurun tertanam di sudut pandang masyarakat, sehingga

banyak masyarakat mulai dari yang muda hingga yang tua (usia produktif) enggan

untuk terjun dibidang pertanian. Lahan pertanian dengan status kepemilikan pribadi

juga rata-rata terbagi dalam skala kecil. Hal tersebut juga mempengaruhi dalam

kegiatan pertanian. Fenomena di atas sangat berbahaya untuk kelangsungan

regenerasi petani.

Selama tiga tahun terakhir masyarakat yang bekerja dibidang pertanian

menurun drastis. Fenomena ini dapat dimaknai positif karena jumlah petani yang

menurun menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi sektor non pertanian

semakin berkembang dan dimaknai negatif berarti berkurangnya tenaga kerja

pertanian beserta implikasi lainnya (Ibrahim, 2020). Kejadian tersebut perlu

mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah agar dapat menjaga keberlangsungan

kegiatan pertanian, sehingga mampu swasembada pangan. Hal tersebut dapat

menjaga regenerasi petani tetap berjalan dengan baik.


5

Berdasarkan uraian di atas maka penting dilakukan penelitian dengan judul

“Persepsi Pemuda Pada Pertanian di Desa Watukenongo Kecamatan Pungging

Kabupaten Mojokerto”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan suatu masalah yaitu :

1. Bagaimana persepsi pemuda terhadap pertanian di Desa Watukenongo,

Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi pemuda terhadap pertanian di

Desa Watukenongo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan suatu masalah yaitu :

1. Menganalisis persepsi pemuda terhadap pertanian di Desa Watuenongo,

Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.

2. Menganalisis faktor-fakor yang mempengaruhi persepsi pemuda pada pertanian

di Desa Watukenongo Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian persepsi pemuda pada pertanian di Desa

Watukenongo Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

kajian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang khususnya Program

Studi Agribisnis tentang regenerasi petani.

2. Bagi masyarakat atau pemuda atau petani agar dapat mengenal atau memahami

kegiatan pertanian, serta memahami pentingnya regenerasi petani untuk

keberlangsungan pertanian.

3. Bagi pemerintah agar dapat lebih intens dalam menanggulangi tingkat

regenerasi petani dan menjaga ketahanan pangan Negara.

1.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional yang terdapat dalam penelitian persepsi

pemuda terhadap pertanian di Desa Watukenogo Kecamatan Pungging Kabupaten

Mojokerto adalah sebagai berikut :

1. Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses pemberian makna, interpretasi dari

stimuli dan sensasi yang diterima oleh individu, dan sangat dipengaruhi faktor

faktor internal maupun ekternal masing – masing individu tersebut.

2. Petani adalah profesi yang disandang seseorang yang sedang mengusahakan

atau mengolah produk pada sebidang tanah dengan memanfaatkan alam yang

ada.
7

3. Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting

pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga

puluh) tahun.

4. PLS (Partial Least Square) adalah suatu teknik statistik multivariat yang dapat

digunakan dalam menangani banyak variabel independen.

5. Inner model merupakan model yang menggambarkan hubungan antara sesama

variabel laten yang ingin dievaluasi.

6. Outer model yang dikenal sebagai model pengukuran merupakan model yang

menggambarkan hubungan antara indikator dengan variabel laten.

Anda mungkin juga menyukai