Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian
biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan
tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Sektor
pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional.(Wikipedia, 2010).
Di era modernisasi saat ini, kebanyakan masyarakat pasti memilih jenis pekerjaan yang
memiliki prospek cerah bagi dirinya dimasa depan. Ada yang bercita-cita menjadi dokter, guru,
polisi, dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan petani, profesi sebagai seorang petani dinilai
sebagai profesi yang tidak cukup menjanjikan bagi masyarakat, sehingga sangat jarang ada orang
yang benar-benar ingin menjadi seorang petani. Akibatnya, jumlah orang turun ke dunia pertanian
semakin berkurang. Hal ini dapat dipahami karena secara umum banyak petani yang hidup di
bawah garis kemiskinan.
Padahal, dengan komposisi pemuda saat ini saja yang hampir dua per tiga dari total
populasi, tentu ini sebuah potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk membangun pertanian.
Apalagi selama ini kita dikenal sebagai bangsa agraris dengan dukungan iklim, sumber daya alam
dan sumber daya manusia (muda) yang melimpah, tentunya sangat ironis jika kondisi pertanian
kita tetap seperti saat ini. Intinya, melibatkan pemuda atau dengan kata lain menyegerakan
regenerasi petani adalah suatu hal yang sangat urgen bagi bangsa agraris ini. Namun persoalannya,
sejauh mana pertanian itu mampu menarik hati bagi pemuda?
Adanya kecenderungan para pemuda terutama yang tinggal di kawasan pedesaan yang kurang
tertarik terhadap dunia pertanian tentu berakibat pada sektor ini hanya di dominasi oleh generasi
tua yang acapkali kurang responsif terhadap perubahan. Umumnya dalam pandangan pemuda,

1
bertani adalah pekerjaan tradisional yang kurang bergengsi dan hasilnya disamping tidak segera
dapat dinikmati juga jumlahnya relatif tak memadai.

I.II RUMUSAN MASALAH

1. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi kurangnya minat para pemuda dalam bidang
pertanian?
2. Bagaimana sudut pandang anak muda terhadap pertanian?
3. Apa itu pertanian?
4. Seperti apa pentingnya bidang pertanian didalam kehidupan bermasyarakat?
5. Apa saja solusi atau pendapat agar pemuda tertarik dalam bidang pertanian?

I.III TUJUAN

1. Agar kita sebagai anak muda tau faktor-faktor yang membuat kurangnya minat pemuda
dalam bidang pertanian.
2. Agar dapat mengetahui pentingnya pertanian dalam kehidupan sehari-hari.
3. Agar dapat mengetahui solusi serta dapat meningkatkan minat pemuda supaya tertarik
pada bidang pertanian.

2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

II.I Hal-hal yang mempengaruhi kurangnya minat para pemuda dalam bidang pertanian.

Sektor pertanian dalam kaitannya dengan sektor yang penting dalam pembangunanpun
tidak terhindar dari masalah, terdapat pergeseran kesempatan kerja di lahan pertanian. Dapat
dilihat bahwa pekerja di sektor pertanian rata-rata berusia tua sedangkan tenaga kerja untuk yang
berusia muda mulai jarang didapati bekerja di lahan pertanian. Pekerjaan di lahan pertanian sudah
mulai berkurang sejak kurangnya minat generasi muda untuk bergabung atau bekerja sebagai
petani, sehingga tidak jarang terlihat bahwa para petani sekarang lebih banyak melibatkan
teknologi untuk mengelolah lahan. Sebagai lahan pertanian terbesar didunia, Indonesia dengan
sumber daya alam yang bermacam-macam. Jika dilihat dari pekerjaannya maka jelas terlihat
bahwa pekerjaan di bidang pertanian sebagian besar adalah orang tua. Generasi muda yang
termasuk kedalam tenaga kerja hanya sedikit, karena generasi muda memiliki persepsi tersendiri
terhadap pekerjaan pertanian. Generasi muda merupakan salah satu aset bangsa yang memiliki
sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan kegiatan pertanian.
Kurangnya ketertarikan pemuda di bidang pertanian biasanya di pengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: sedikitnya lapangan pekerjaan, kurangnya wawasan serta pengetahuan mengenai
pentingnya pertanian, gengsi, dan lain-lain. Para pemuda saat ini umumnya berfikir bahwa
pertanian adalah pekerjaan yang menjijikan, melelahkan, membosankan, dan untuk mendapatkan
uang/ hasil yang memuaskan mereka perlu bekerja panas-panasan, hujan-hujanan, dan juga harus
menunggu lama untuk mendapat hasil panen. Tentu saja hal ini akan berimbas pada sektor
pertanian terutama pada sektor ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia. Penyebab dari ini
semua tidak lain karena membudayanya pandangan bahwa bertani adalah pekerjaan kelas dua,
disamping masih sempitnya kesadaran dan pemahaman akan potensi pertanian.
Level gengsi di masyarakat juga alasan yang banyak dipakai oleh para pemuda untuk
menjadi alasan kenapa mereka tidak turun ke bidang pertanian. Stigma dari masyarakat (
lingkungan sekitar ) sering kali menambah beban ini. Masyarakat sering berfikir bila bekerja
menjadi petani lebih biasa-biasa saja dibanding bekerja sebagai pegawai. Stigma-stigma tersebut
menyebabkan generasi muda merasa gengsi untuk turun kedunia pertanian.

3
Pemerintah juga memiliki andil dalam kurangnya minat pemuda di bidang pertanian.
Pentingnya penyuluhan tentang pertanian memiliki efek yang cukup besar. Banyak pemuda karena
kurangnya pengetahuan mengenai ilmu pertanian membuat mereka malas untuk terjun langsung
ke dunia pertaian.
Sektor pertanian di era digital semakin menarik dan mulai banyak digeluti oleh generasi
muda. Era ini semakin membuktikan bahwa pertanian tidak lagi diremehkan. Apalagi, digitalisasi
dan penggunaan internet untuk pertanian terus digencarkan oleh pemerintah, yang dimana
pemerintah mulai mentransformasikan pertanian tradisional menjadi pertanian moderen.
Generasi muda di Indonesia lebih menyukai hal-hal yang bersifat teknologi, kreasi, seni
dan olahraga dibandingkan harus berkotor-kotoran,membajak, berkebun di sawah atau harus
mencangkul atau membajak sawah, karena mereka pikir gengsi dan juga harga diri lebih penting
dari pada meningkatkan pertanian Indonesia. Mereka mulai terhipnotis oleh budaya-budaya luar
yang memberikan segala hal yang membuat mereka lebih terpandang oleh orang lain, tanpa
mereka memikirkan dari mana nasi, ayam, ikan, sayur-mayur dan atau daging yang mereka makan
sehari-hari. Mereka hanya berfikir bertani hanya dikerjakan oleh kaum bawah, pekerjaan kotor,
tidak keren dan juga tidak akan terpandang jika dinilai orang. Mereka tidak berfikir banyak petani
di Indonesia yang sudah sukses, memiliki banyak lahan, semua hasilnya di ekspor ke luar negri
dan membuat mereka lebih kaya dan sukses dibandingkan orang-orang yang berada diperkotaan.
Minimnya pengetahuan akan pertanian yang diberikan oleh sekolah dan universitas turut
memberikan efek yang cukup kuat dalam menurukan minat para pemuda untuk memilih terjun ke
dalam dunia pertanian, banyak para pemuda setelah lulus sma lebih untuk memilih jurusan
teknologi,eksakta dan juga seni, jarang yang memilih jurusan pertanian, perikanan, kedokteran
hewan, kehutanan dan pertenakan, mereka hanya berfikir bahwa memilih jurusan teknologi,
eksakta dan seni akan memberikan mereka penghidupan yang layak dan gaji yang besar dan juga
bekerja di pertanian tidak memberikan masa depan yang cerah dan segala cita-cita mereka tidak
akan tercipta jika harus memilih sektor pertanian.
Menurut saya, akhir-akhir ini meskipun perubahan tata guna lahan yang cukup signifikan
terjadi saya kira tidak akan terjadi kepunahan di pertanian Indonesia karena banyak juga petani-
petani modern yang tidak menggunakan lagi lahan seluas dulu untuk menanami bahan pangan,
banyak yang menggunakan halaman rumahnya sebagai lahan namun demikian tidak tertutup

4
kemungkinan nasi sebagai makanan pokok orang Indonesia (pada umumnya) digantikan dengan
bahan pangan yang lain.
Saat ini kebanyakan kita masih memahami pertanian dalam arti sempit, kita hanya
mengenal pak tani yang membawa cangkul dan caping tapi lupa mendeskripsikan tugas mulia apa
yang dilakukan. Padahal, kita hidup atas kerja keras petani. Berapapun jumlah uang yang kita
punya, jika tidak ada sumber makanan yang dihasilkan petani, maka apalah artinya uang kita
itu.Saat ini mulai berkembang konsep “petani muda berdasi” sebagai upaya membangun mainset
bahwa bertani itu tidak melulu mencangkul. Tapi banyak hal lain yang dapat dilakukan. Berbagai
upaya untuk meng-interpreneur-kan hasil pertanian terus digenjot. Agar citra pertanian terbangun.
Saat ini mulai banyak berkembang pangan organik yang memiliki pangsa pasar khusus. Hasil2
pertanian dengan kualitas tinggi juga mulai masuk ke restoran2, toko swalayan dan mall-mall.
Oleh karena itu, mungkin orang yang mengganggap pertanian itu pekerjaan yang rendah adalah
pihak pihak yang masih terkunci dengan gambar petani yang membawa cangkul.

II.II Sudut pandang anak muda terhadap pertanian.

Pertanian, dan pertanian skala kecil khususnya, sampai sekarang masih menjadi mata
pencaharian utama bagi kaum muda di pedesaan. Namun begitu, masyarakat di seluruh Indonesia
– dan juga di sebagian besar negara lain, baik negara maju maupun berkembang – mengatakan
bahwa 'kaum muda tidak lagi tertarik pada pertanian'. Para petani sendiri berharap bahwa anaknya
akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada menjadi petani. Apakah ini berarti bahwa
tidak akan ada lagi generasi penerus petani yang akan menyediakan beras dan bahan pangan lain
untuk penduduk Indonesia yang jumlahnya kian meningkat?
Di sebagian besar desa, sistem kepemilikan tanah yang tidak adil, membuat kaum muda
tidak memiliki kesempatan untuk menjadi petani – paling tidak selama mereka masih muda.
Jumlah petani yang tidak memiliki lahan kian bertambah dan petani yang memiliki sendiri lahan
yang diolahnya tidak mencapai setengah dari jumlah seluruh petani yang ada. Orang-orang yang
berkesempatan untuk memiliki tanah saat mereka masih muda hanyalah orang yang berasal dari
keluarga kaya dan memiliki lahan yang luas. Namun, pada umumnya keturunan dari keluarga kaya
tersebut memilih untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan meniti masa depan
melalui pekerjaan yang memberikan gaji tetap; dimana orang tua mereka juga memiliki sumber

5
daya untuk mendapatkan pekerjaan semacam ini bagi anaknya. Mereka mungkin suatu saat akan
mewarisi dan memiliki tanah orang tuanya, tetapi mereka akan menggunakannya sebagai sumber
pendapatan melalui sewa – mereka tidak tertarik untuk mengolah sendiri tanah tersebut.
Bagaimanapun ada banyak urgensi yang sebenarnya terjadi pada pertanian Indonesia.
Mulai dari kekeliruan sudut pandang, yang menganggap bahwa pedesaan hanyalah tempat yang
didominasi oleh lahan sawah dan perkebunan saja, jelas tidak akan bisa maju. Maka pedesaan
perlu direkontruksi menjadi perkotaan dengan meningkatkan corak industri dan jasa, agar
pedesaan lebih maju.
Saya sendiri merasa, peran pemuda untuk terjun ke dunia pertanian masih sangat minim.
Dibuktikan dengan minat masuk ke fakultas pertanian di universitas-universitas sangat rendah
dibanding dengan fakultas lain seperti fakultas ekonomi atau fakultas kedokteran. Mungkin,
karena anak muda zaman sekarang masih berfikir kalaun peluang kerja dibidang pertanian masih
kurang banyak dibanding dibidang lain. Padahal bidang pertanian memiliki masa depan yang
cukup menjanjikan karena suatu negara tidak mungkin tidak melakukan kegiatan pertanian.
Ini sudah menjadi tanda paling sederhana bahwa menjadi petani adalah sesuatu yang tidak
pernah diharapkan. Kebanyakan petani adalah mereka yang telah "kalah" dalam persaingan bursa
kerja lalu terpaksa menjadi petani daripada tidak bekerja. Akhirnya kualitas pertanian pun tidak
pernah berkembang, karena ilmu yang dipakai tidak pernah diupgrade dan dipergunakan. Bertani
hanya sekadar menyambung hidup. Mereka tidak berkeinginan untuk mencari dan melakukan cara
lain yang lebih modern. Apalagi selama ini gambaran tentang petani adalah mereka dengan
pendidikan rendah dan hidup di bawah garis kemiskinan.
Jika hanya mengandalkan upaya dan peran pemerintahan saja rasanya kurang cukup untuk
membantu meningkatkan kualitas pertanian kita, pembentukan karakter dan merevitalisasi
paradigma masyarakat menjadi kewajiban bagi kita juga. Bekerja dalam bidang pertanian
bukanlah sesuatu yang identik dengan kegagalan. Menjadi petani bagi kaum elite milenial pun
sebenarnya bisa menjadi kesuksesan yang besar, karena sekali lagi pangan adalah sesuatu yang
akan selamanya dibutuhkan oleh manusia.
Dalam benak saya, sudah saatnya kita berbenah untuk memperbaiki dan terus
meningkatkan lagi prestasi pada sektor pertanian agar berjaya lebih tinggi. Mulai dari lapisan
elemen masyarakat manapun, juga perlu turut andil. Untuk para sarjana-sarjana dan mahasiswa
pertanian, juga kaum para pemuda misalnya bisa memulai dengan membangun komunitas-

6
komunitas kecil yang berarah gerak pada bidang pertanian, lalu bekerjasama menciptakan
pertanian yang berkemajuan.
Dalam benak saya, sudah saatnya kita berbenah untuk memperbaiki dan terus
meningkatkan lagi prestasi pada sektor pertanian agar berjaya lebih tinggi. Mulai dari lapisan
elemen masyarakat manapun, juga perlu turut andil. Untuk para sarjana-sarjana dan mahasiswa
pertanian, juga kaum para pemuda misalnya bisa memulai dengan membangun komunitas-
komunitas kecil yang berarah gerak pada bidang pertanian, lalu bekerjasama menciptakan
pertanian yang berkemajuan.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada jaman sekarang,
maka pola pikir dan prilaku masyarakat juga berubah karena dipengaruhi oleh faktor-faktor
tersebut. Melihat keadaan ini banyak sekali keadaan yang harus menjadi renungan kita semua,
apalagi pada generasi muda sekarang banyak sekali yang beranggapan bahwa penemuan yang baru
adalah yang terbaik. Disini dapat terlihat dari pengambilan berbagai studi yang diambil oleh
kalangan pemuda sekarang, meraka kebanyakan mengambil studi mengenai teknik, kedokteran
dan ekonomi yang notabene cabang ilmu studi ini adalah baru dibandingkan dengan pertanian,
bahkan mereka tidak mau terjun dalam bidang pertanian yang mana bidang pertanian ini adalah
pondasi umat manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Jika dilihat dari sudut pandang kegiatannya studi pertanian lebih mengutamakan ke masa
depan pada aspek alam dan juga sosialnya, karena pertanian ini selain mereka memberi kebutuhan
pangan akan hidupnya umat manusia, pertanian ini juga bisa menjaga keseimbangan alam dengan
memperhatikan tanaman apa yang bisa dimanfaatkan tetapi tanaman ini harus tetap bisa menjaga
keseimbangan alam. Tetapi apabila teknik itu sebaliknya, karena dengan lahirnya ilmu teknik ini
maka eksploitasi bumi secara terus menerus dilakukan yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan alam, sehingga banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari studi teknik ini.
Sehingga jika hal ini terus terjadi yang mana banyak generasi muda yang enggan terjun ke dalam
sektor pertanian, maka dampaknya akan dirasakan juga oleh negara, karena kedaulatan suatu
negara ditentukan oleh terjaminnya ketahanan pangan negara tersebut. Maka dari itu sumber daya
manusia pada bidang pertanian sangat dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan negara ini. Jangan
sampai negara kita yang notabene negara agraris tetapi masih mengandalkan impor pangan dari
negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan negaranya sendiri.

7
II.III Pengertian pertanian

Pertanian ialah kegiatan manusia di dalam memanfaatkan sumber daya hayati supaya bisa
menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan baku industri serta untuk mengelola
lingkungannya, itulah arti dari pertanian pada umumnya. Tapi arti pertanian tidak hanya pada
umumnya tersebut melainkan masih ada arti yang lainnya.
Pengertian pertanian secara luas ialah pemanfaatan dari sumber daya hayati yang di
lakukan oleh manusia dengan menggunakan cara menanam tanaman yang produktif yang bisa
menghasilkan serta dapat di pergunakan bagi kehidupan. Ataupun seluruh kegiatan yang
mencakup kedalam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan juga perikanan yang
hasilnya bisa digunakan bagi kehidupan manusia. Tetapi arti pertanian secara sempit ialah proses
dari budidaya tanaman pada suatu lahan yang hasilnya bisa mencukupi dari kebutuhan manusia.
Ataupun proses dari bercocok tanam yang dilakukan di lahan yang sudah di siapkan sebelumnya
dan kemudian di kelola menggunakan cara yang manual dan tidak terlalu banyak menggunakan
manajemen.
Sedangkan aktivitas pertanian yang terdapat di indonesia mempunyai dua macam antara
lain pertanian basah dan juga kering. Pertanian lahan basah ialah merupakan lahan yang digenangi
oleh air atau yang lebih dikenal dengan sawah. Pertanian ini biasanya lebih banyak dilakukan di
daratan rendah dan biasanya lebih sering berlokasi sekitar 300 m diatas permukaan laut. Karena
pada umumnya diwilayah tersebut terdapat banyak sungai dan juga adanya irigasi untuk pengairan.
Sedangkan pertanian lahan kering ialah pertanian yang lahannya tidak tergenang oleh air dan tentu
tanaman yang ditanam tidak membutuhkan genangan air pada lahan tumbuhan dan juga biasanya
berlokasi di atas 500 m di atas permukaan laut tetapi banyak juga yang di lakukan pada daratan
rendah.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian
selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi,
permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani
(farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani,

8
sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock)
secara khusus disebut sebagai peternak.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena
semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang
semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung
kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi
teknis semakin berkurang. Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas
pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena
pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta
saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin
berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global
semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian. Kelompok
ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari
ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan
waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia,
dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah
kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan
tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk,
pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua
aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara
ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara
pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan
pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.

II.IV Pentingnya pertanian di kehidupan yang akan datang.

Masalah ekonomi di Indonesia semakin komplek saja,hal ini mencakup pendapatan rakyat
rendah, tingkat kemiskinan tinggi, pengangguran banyak, hutang luar negeri yang relatif tinggi,

9
ketahanan pangan keropos, dan kemerosotan mutu lingkungan hidup. Tuntutan konsumen di
lapangan selalu saja terjadi perubahan, tuntutan tersebut antara lain terhadap keamanan pangan,
nilai gizi, cita rasa, serta ketersediaan pangan. Para petanilah yang berperan sebagai produsen,
yang dituntut untuk mampu menyediakan pangan sesuai dengan keinginan konsumen. Hal inilah
yang menjadi tantangan bagi petani ketika faktanya adalah SDM (Sumber Daya Manusia) dalam
masyarakat kita termasuk rendah, inilah kendala serius dalam pembangunan pertanian.
Kemampuan petani dalam perannya sebagai produsen pun dipertanyakan. Pentingnya peran
pertanian di Indonesia didasari oleh: (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2)
pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan
hidupnya pada sector ini, dan (4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Untuk itu, bagaimana
petani dan pertanian di Indonesia ini dapat mempertahankan eksistensinya serta mampu berperan
sebagai produsen aktif dalam kehidupan, maka pertanian berkelanjutan pun harus dilakukan demi
pertanian masa depan, yaitu pertanian dengan memperhatikan segala aspek yang berpengaruh.
Agar tercapainya kemakmuran pangan yang bukan hanya sementara waktu, namun untuk
selanjutnya.
Produktivitas lahan Pada awalnya untuk menghasilkan lebih banyak pangan memerlukan
luasan lahan budidaya, sehingga lahan merupakan sumberdaya pertanian yang utama. Dengan
dimulainya revolusi hijau (intesifikasi pertanian), kepentingan nisbi lahan berkurang karena
masukan pertanian ~ pupuk, mekanisasi, pestisida, irigasi, dan benih unggul ~ memberikan
sumbangan yang signifikan terhadap kenaikan produksi pangan. Sebagian kebutuhan lahan disulih
oleh teknologi. Saat ini kebutuhan lahan kembali mencuat karena hasil panen yang semakin
menurun sehubungan dengan penurunan produksi dan penyempitan lahan pertanian yang dialih-
fungsikan, sedangkan kebutuhan pangan terus meningkat. Pulau Jawa setidaknya kehilangan
20.000 ha lahan pertanian setiap tahun akibat pemekaran kota di mana luasan lahan tersebut
mampu menyediakan beras untuk 378.000 orang tiap tahun. Akibatnya lahan menjadi sumberdaya
pertanian yang nilainya terus meningkat. Penurunan produktivitas lahan pertanian disebabkan oleh
terdegradasinya fungsi hayati lahan, yaitu kemampuan/kapasitasnya mengubah hara menjadi
bentuk yang dapat dimanfaatkan tanaman.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor ini merupakan sektor yang
tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai

10
dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini.
Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin
menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga
saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Potensi pertanian Indonesia
yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak
yang termasuk golongan miskin dan tidak mampu. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah
pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian
keseluruhan. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni
hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang
sentralistik.
Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha
dengan:
1. Skala kecil
2. Modal yang terbatas
3. Penggunaan teknologi yang masih sederhana
4. Sangat dipengaruhi oleh musim
5. Wilayah pasarnya lokal
6. Umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi
pertanian (pengangguran tersembunyi)
7. Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendaH
Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat
pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu
bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak
meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut
pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia.

11
II.V Solusi agar pemuda tertarik pada sektor pertanian.

Generasi muda Indonesia saat ini semakin banyak yang menjauhi profesi sebagai petani,
bahkan telah terjadi di kalangan sarjana lulusan fakultas pertanian itu sendiri. Bagaimana
mengatasi permasalahan tersebut ? Makna profesi petani sejauh ini, baik di kalangan umum
maupun di kalangan lulusan fakultas pertanian adalah profesi petani masih saja digambarkan
sebagai sebuah pekerjaan lapangan yang melelahkan, penuh lumpur dan kotor, merepotkan dan
hasil yang diperoleh tidak seimbang bila dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan.
Sudut pandang negatif dari profesi petani perlu dirubah terlebih dahulu jika kita ingin membuat
deskripsi baru makna dari petani, perlu terlebih dahulu memahami bahwa substansi dari profesi
petani adalah menghasilkan pangan, menjaga stok pangan dan memberikan penghormatan kepada
para petani sepuh yang masih tetap sedia menanam padi meskipun keuntungan yang diperolehnya
tidak seberapa. Bila bekerja selalu diorientasikan pada keuntungan rupiah maka tidak akan ada
sama sekali generasi muda yang mau menyisihkan perhatiannya untuk mengurusi masalah ini.
Namun bila bekerja dijadikan sebagai ladang ibadah untuk menghasilan beras untuk
keberlangsungan hidup umat manusia maka profesi petani bisa menjadi ladang berkah.
Bagi generasi muda, petani, dan masyarakat secara umum, kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran mereka terhadap berbagai pengetahuan, baik lokal maupun introduksi
luar, yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengembangan pertanian di lokasi kegiatan.
Pendekatan agribisnis kreatif yang berwawasan lingkungan menjadi isu utama dalam kegiatan ini.
Secara khusus, pengetahuan yang didiseminasikan kepada generasi muda diharapkan dapat
meningkatkan minat mereka untuk beragribisnis, khususnya padi pandanwangi pada seluruh
subsistem. Di samping itu juga diharapkan tumbuh kesadaran masyarakat (khususnya generasi
muda) terhadap pentingnya berkelompok dan berjejaring, serta berupaya mengembankan
komunitas kreatif berbasis pertanian di perdesaan.
Ada empat langkah strategis yang harus dilakukan untuk membawa pertanian Indonesia
yang lebih baik. Yaitu pertanahan, proses produksi, distribusi dan kelembagaan petani.
1. Pertama pertanahan.
Melalui sejumlah kebijakan pertanahan yang dapat dilihat di bagian sebelumnya, nampak betapa
pemerintah masih belum atau tidak menyadari pentingnya penguasaan alat produksi, dalam hal
inimtanah, bagi kepentingan perkembangan kesejahteraan kaum tani.

12
2. Kedua produksi.
Sistem produksi pertanian yang bersifat agribisnis, seperti yang saat ini didorong pemerintah
Indonesia, hanya akan membuat pangan dan pertanian berada dalam kontrol perusahaan mulai dari
input hingga produksinya. Sistem tersebut hanya akan membuat petani dan rakyat Indonesia
menjadi buruh di tanahnya sendiri. Upaya untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian saat
ini, jangan sampai menjadi Revolusi Hijau jilid II yang membuat petani tergantung dan terikat
pada perusahaan-perusahaan penghasil input pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida. Saatnya
pemerintah Indonesia membangun kemandirian dan kedaulatan kaum tani.
3. Ketiga distribusi.
Kebijakan distribusi yang ada saat ini juga sangat merugikan petani. Dengan serbuan impor pangan
murah, petani kehilangan insentif untuk terus berproduksi. Bukan hanya petani, rakyat Indonesia
secara luas juga mengalami kerugian dengan sistem distribusi yang ada. Secara nasional juga
pemerintah tidak berdaya menghadapi spekulasi perdagangan hasil pertanian dan pangan.
Perubahan kebijakan distribusi pertanian harus segera dilaksanakan, dan dalam jangka pendek
sejumlah alternatif yang bisa dilakukan antara lain; (1) pengaturan tata niaga bahan pangan yang
harus diatur oleh badan pemerintah, jangan diserahkan kepada mekanisme pasar yang sifatnya
oligopoli bahkan pada komoditas tertentu dimonopoli oleh beberapa korporasi dalam negeri
maupun asing.(2) Menetapkan harga dasar terutama untuk kebutuhan pokok yang dapat menutupi
ongkos produksi dan memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga petani. Harga harus sesuai
dengan ongkos produksi dan keuntungan petani dan kemampuan konsumen. (3) Melakukan
pengaturan ekspor impor produk pertanian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan bukan dengan
melihat keuntungan yang diperoleh. (4) Mengambil langkah tegas untuk mencegah terjadinya
spekulasi produk pertanian yang dapat merugikan masyarakat luas. Perlunya melakukan
investigasi dan penyelidikan terhadap kemungkinan penimbunan bahan pangan yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis pangan dan spekulan.
4. Keempat kelembagaan petani.
Beberapa hal untuk membangun kelambagaan petani dan pertanian yang harus dilakukan adalah
(1) dibangunnya pemahaman agraria secara nasional sehingga kelembagaan yang dibentuk oleh
pemerintah tidaklah sepotong-sepotong.(2)Memberikan kesempatan yang sama kepada berbagai
organisasi tani dalam mendapatkan pelayanan baik dalam subsidi maupun pelatihan tekhnik
pertanian.

13
BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Pertanian adalah salah satu sektor yang berperan dalam perekonomian suatu negara.
Terutama untuk negara-negara agraris yang mana penduduknya sebagian besar adalah petani.
Namun banyak masalah yang membuat pertanian suatu negara sulit untuk maju baik faktor teknik
maupun sektor non-teknik. Maka dari itu perlu peran pemerintah dalam dunia pertanian untuk
menanggulangi masalah- msalah yang terjadi, dan untuk meningkatkan hasil pertanian Indonesia,
agar dapat memberikan kontribusi yang besar untuk perekonomian Indonesia.
Pembangunan pertanian merupakan hal yang harus bagi setiap negara untuk terus
memperbaharui produktifitas hasil buminya yang berupa tanaman, seperti tanamn pangan,
tanaman hortikultura maupun tanaman perkebunan untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi
bangsanya yang terus meningkan. Selain itu juga bisa menghasilkan devisa yang cukup besar bagi
negara. Pada masa Orde Baru presiden Soeharto giat melakukan pembangunan pertanian dengan
melakukan beberapa kebijakan seperti REPELITA, Revolusi Hijau, BIMAS, INMAS, INSUS, dan
Panca Usaha Pertanian untuk meningkatkan pembangunan pertanian khususnya dalam
peningkatana produktifitas tanaman pangna yang akhirnya mampu mewujudkan Indonesia
swasembada pangan. Kebijakan-kebijakan juga terus berlanjut pada masa Reformasi hingga
sekarang yang menghasilkan cara-cara yang lebih modern dan tidak menyulitkan bagi para petani
untuk memberikan hasil terbaik dari sektor pertanian Indonesia seperti pembuatan areal irigasi
maupun penemuan bibit-bibit unggul yang menghasilkan hasil terbaik dari sektor pertanian.
Semoga dengan makalah diatas, pemuda yang membaca makalah ini dapat memahami dan
mengerti betapa pentingnya sektor pertanian bagi kehidupan kita sehari-hari. Dan, agar kita sendiri
mau memajukan sektor pertanian Indonesia.

14
III.II Saran
Pembangunan sistem pertanian di Indonesia menghasilkan beberapa kemajuan yang cukup
pesat bagi bangsa ini. Tapi pada beberapa persoalan terdapat hal-hal yang mengalami kekurangan
yang mengakibatkan pembangunan pertanian berjalan tidak seimbang.
Pada sistem pertanian pada daerah yang masih menggunakan sistem pertanian yang lebih
tertinggal dari daerah lainnya hendaknya meningkatkan penyuluh pertanian untuk memberikan
penyuluhan bagi para petani.
Selain itu pembangunan areal irigasi hendaknya merata pada setiap daerah, begitupun dengan
pengembangan sistem SRI yang dinilai cukup memberikan banyak keuntungan untuk
diaplikasikan secara merata.

15

Anda mungkin juga menyukai