Anda di halaman 1dari 3

PERSOALAN-PERSOALAN EKONOMI PEERTANIAN DI INDONESIA

DAN SOLUSINYA

PAPER

OLEH:

 NAZIR HAMDI / 180301221


 RYAN AMAL PERDANA / 180301216
 SITI SYUFIA HUMAYRA LUBIS / 180301192
 MUHAMMAD ZULFANULQADRI R. LUBIS / 180301176
KELOMPOK 06
AGROTEKNOLOGI 4

MATA KULIAH EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
PERSOALAN-PERSOALAN EKONOMI PEERTANIAN DI INDONESIA
DAN SOLUSINYA

Pendahuluan
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan
sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu
pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program- program pembangunan
pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini
pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat
banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum
dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan
petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di
Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada
beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar
dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya
pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan
masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian
Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar
dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,
yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal
yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat
dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha
dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat
rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai
oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan
petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang
menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria
(konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak
terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan
pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak
meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi
Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya
penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan
pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Lahan pertanian di Indonesia semakin hari semakin berkurang jumlahnya


karena alih fungsi lahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak beretika
secara lingkungan. Lahan-lahan produktif untuk pertanian dijadikan gedung-
gedung tinggi, sehingga hasil produksi pertanian semakin berkurang. Ironisnya,
justru pertanian di Indonesia dituntut untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya
dan bisa mencapai swasembada pangan. Persoalan pengolahan lahan yang terlalu
mementingkan hasil dan mengabaikan keadaan lingkungan dan kondisi lahan
menjadi masalah berikutnya. Lahan-lahan yang mulanya produktif, karena
pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan prosedur, maka akan menurunkan
kesuburaan tanah tersebut dan berimbas pada tidak stabilnya hasil produksi
tanaman pangan khusunya padi yang ada di Indonesia.

Teknologi yang berkembang saat ini juga belum dikembangkan dengan baik.
Banyak penelitian mengenai penanganan lahan-lahan yang tidak produktif di
Indonesia, misalnya saja lahan gambut yang ada di daerah Kalimantan. Akan
tetapi pada kenyataannya masih belum ada penanganan khusus yang ditujukan
untuk penggunaan lahan tersebut menjadi lahan pertanian. Padahal lahan kritis
yang ada di indonesia masih sangat banyak. Aplikasi pupuk di Indonesia dalam
masalah pertanian tanamanan pangan di Indonesia masih saja menggunakan cara-
cara yang konvensional dan terkadang tidak efisien. Pupuk yang digunakan sangat
banyak, sedangkan kebutuhan yang diserap tanaman lebih sedikit daripada pupuk
yang menjadi residu. Pupuk yang digunakan petani di Indonesia masih cenderung
menggunakan pupuk sintesis dan aplikasinya tidak sesuai dosis yang dianjurkan,
sehingga terjadi pemborosan pemakaian pupkuk dan juga peningkatan residu
akibat pupuk kimia yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai