2
pertanian indonesia
2. Memberikan gambaran mengenai usahatani di berbagai negara
3. Menambah pengetahuan mengenai tantangan usahatani di era global
4. Studi kasus : Usahatani Rumah Tangga di Selandia Baru
Page 2 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
Potensi lahan berdasarakan data BPS 2013, dari luas daratan 191,09 juta
hektar, sekitar 95,81 juta hektar yang potensial untuk pertanian, yang terdiri dari
70,59 juta hektar berada di lahan kering, 5,23 juta hektar di lahan basah non rawa,
dan 19,99 juta hektar di lahan rawa. Dari luasan lahan potensial tersebut sebagian
besar sudah dimanfaatkan untuk pertanian, sehingga sebagai lahan cadangan
sekitar 34,7 juta hektar, yang berada di kawasan budidaya (APL) seluas 7,45 juta
hektar, HPK 6,79 juta hektar dan sekitar 20,46 juta hektar di kawasan Hutan
Produksi (HP).
Dukungan perkembangan teknologi pertanian Indonesia juga berkembang
dengan pesat dari proses produksi di hulu hingga pengolahan di hilir. Aplikasi
teknologi yang digunakan dalam industri pertanian modern di Indonesia bertujuan
mencapai hasil produksi yang tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Melalui Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian
spesifik lokasi, untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang efisien, dengan
memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi tersebut
diantaranya adalah pengelolaan sumberdaya air seperti teknologi panen air,
teknologi pemanfaatan air secara efisiensi melalui irigasi tetes, jaringan irigasi
tingkat desa (JIDES) dan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT).
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebesar 237 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,49 persen per tahun
menjadikan daya beli masyarakat meningkat serta jumlah penduduk Indonesia
yang sangat besar merupakan pasar dalam negeri yang sangat potensial bagi
produk-produk pertanian yang dihasilkan petani. Sampai saat ini, lebih dari 35 juta
tenaga kerja nasional atau 26,14 juta rumahtangga masih menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian. Besarnya jumlah tenaga kerja tersebut belum
tersebar secara proporsional sesuai dengan sebaran luas potensi lahan serta belum
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk pengembangan
pertanian yang berdaya saing.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pembangunan pertanian tanaman
pangan yang telah dilaksanakan sampai saat ini, permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pertanian Indonesia meliputi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim,
infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem
perbenihan dan perbibitan nasional; akses petani terhadap permodalan
kelembagaan petani dan penyuluh; keterpaduan antar sektor, dan kinerja
pelayanan birokrasi pertanian. Secara rinci permasalahan yang dihadapidalam
pembangunan pertanian juga meliputi konversi lahan yang tidak terkendali,
Page 3 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
Page 4 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
1 Rata-rata luas lahan Ha/petani 0,86 0,18 2,13 3,27 0,89 1,80
garapan
3 Hasil Panen (GKP) Ton/ha 6,76 6,64 4,70 5,53 6,81 6,38
Thailand memiliki garapan padi mutu unggul 14 ribu are dengan produksi
gabah kering giling setiap tahun 20 juta ton. Tahun lalu Thai mengekpor beras 8,9
Page 5 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
juta ton, konsumsi domestik 6,5 juta ton, cadangan negara 2,2 juta ton, dan yang
lain diolah menjadi makanan jenis beras. Ekspor beras Thai menghasilkan devisa
sekitar US$ 4 miliar, sehingga negara ini menduduki peringkat pertama ekspor
beras dunia selama 10 tahun berturut-turut. Pemerintahpun mengalokasikan dana
yang cukup besar untuk petani, baik dalam berbagai skema subsidi maupun untuk
membangun bendungan dan jaringan irigasi. Selain memberikan subsidi kredit
ekspor dan pinjaman bank tanpa agunan, Thailand memiliki skema paddy mortgage
oleh Bank of Agriculture and Cooperative. Semua dilakukan untuk satu tujuan
utama: memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (self sufficiency).
3. STUDI KASUS
Tinggal di negara yang memiliki empat musim dalam satu tahun, membuat
masyarakat Selandia Baru harus menerima keadaan bahwa asupan kebutuhan
konsumsi akan sayur mayur tidak dapat diperoleh sepanjang tahun. Fluktuasi
harga sayuran yang sangat mencolok terutama dimusim panas dan dimusim dingin
juga harus dirasakan oleh masyarakat Selandia Baru. Seperti contohnya,
masyarakat dinegara ini dapat membeli tomat dimusim panas dengan harga NZD1
saja per kilonya, dan bahkan bisa kurang dari harga tersebut diwaktu-waktu
tertentu dimusim panas. Akan tetapi dimusim dingin harga tomat ini bisa
melambung menjadi NZD15 per kilonya. Keadaan ini mengharuskan masyarakat
Selandia Baru menjadi lebih kreatif untuk mengatur pengeluaran rumah tangga
dikala kenaikan harga-harga sayur dan buah sedang mencapai puncaknya,
terutama dibulan Juli hingga September.
Cara masyarakat Selandia Baru menghemat pengeluaran akan buah dan
sayur adalah dengan cara menyisakan sedikit lahan dipekarangan depan,
belakang, atau samping kiri dan kanan rumah untuk bercocok tanam sayur dan
buah demi mencukupi kebutuhan akan konsumsi produk tersebut selama harga
buah dan sayur dipasar atau disupermarket meroket tajam. Kebiasaan bercocok
tanam ini, kiranya sudah diperkenalkan sedari dini. Sekolah-sekolah dasar di
Selandia Baru memiliki kelompok yang bernama Enviro Group yang menampung
anak-anak yang memiliki ketertarikan akan dunia cocok tanam untuk langsung
terjun kelapang melakukan usaha tani. Anak-anak ini, selain bertugas
menggemburkan sepetak lahan yang disediakan oleh sekolah (termasuk mengatur
jumlah cacing yang harus dbagikan disetiap petaknya), juga diwajibkan menjaga
Page 6 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil yang didapat dari petak lahan tersebut
biasanya ditawarkan oleh sekolah kepada orang tua/ wali murid, yang
pendapatannya nanti akan masuk ke kas sekolah. Anak-anak yang masuk didalam
Enviro Group ini juga memiliki tugas mengawasi pertumbuhan tanaman-tanaman
disekitar sekolah secara bergantian pada jam istirahat sekolah. Diharapkan
nantinya, dengan adanya kegiatan ini dapat menumbuhkan kecintaan sedari dini
akan bercocok tanam, sehingga anak-anak juga dapat mengaplikasikan apa yang
didapat disekolah dirumah masing-masing, yang tentunya juga akan berlanjut
kegenerasi penerus mereka dimasa yang akan datang.
Gambar 2. Sedikit hasil panen yang didapat oleh anak tersebut dirumahnya
(Credit photo: Mr. Pandu Satriawan)
Suatu kegiatan usaha tani tidak akan berhasil jikalau tidak didukung oleh
sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Untuk kegiatan usaha tani rumah
Page 7 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
tangga seperti ini, pemerintah Selandia Baru sangat memberikan dukungan secara
penuh. Contohnya, secara berkala koran lokal akan membahas masalah tata cara
bercocok tanam dirumah. Terutama jika memasuki pergantian musim. Koran lokal
tersebut akan membahas bagaimana mempersiapkan tanah dipetak lahan yang
akan ditanami; sayur, buah, dan bunga apa saja yang cocok dan akan tumbuh
dengan baik dimusim berikutnya; dan bagaimana aplikasi dan pestisida serta
vitamin apa yang cocok untuk pertumbuhannya. Sementara itu, koran nasional
akan lebih banyak membahas prakiraan cuaca serta pergerakan arah angin secara
garis besar disetiap hari Sabtu, dan bagaimana dampaknya terhadap tanaman.
Departemen Pertanian akan menyebarkan pamflet dari rumah ke rumah. Pamflet
tersebut membahas tentang hama dan gulma yang diwaspadai akan tumbuh atau
berkembang biak secara subur dimusim yang akan datang.
Page 8 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
Selain itu, dikarenakan banyak dari masyarakat Selandia Baru yang juga
memiliki usaha peternakan seperti domba, kuda, sapi, dan kijang, mereka
biasanya menjual kotoran ternak mereka dipinggir jalan raya seharga NZD1 per
karung. Cara mereka menjual adalah dengan menggunakan konsep “honesty box”,
yaitu meninggalkan karung-karung kotoran tersebut dipinggir jalan, disertain
dengan kotak untuk menaruh koin pembayaran bagi si pembeli serta papan
keterangan yang mencantumkan harga per karung kotoran hewan tersebut. Hal
semacam inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Selandia Baru untuk
mengembangkan usaha tani rumahan mereka.
Ketika hasil usaha tani rumah tangga melebihi dari konsumsi rumah tangga
masing-masing, biasanya masyarakat Selandia Baru akan menjual hasil usaha tani
mereka. Seperti penjualan kotoran hewan diatas, masyarakat Selandia Baru juga
menjual hasil panen usaha tani rumah tangga mereka dipinggir jalan depan
rumah. Untuk skala yang lebih besar, pemerintah Selandia Baru juga menyediakan
lahan untuk masyarakatnya berjualan hasil usaha tani rumah tangga mereka.
Seperti contohnya Sunday Market di Christchurch, yang mana ditempat tersebut
pengunjung tidak hanya menemukan produk-produk hasil kebun tetapi juga
makanan camilan dan hiburan musik yang dapat dinikmati secara bersamaan
dalam satu waktu.
Page 10 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa melakukan usaha tani tidak hanya
memerlukan sarana dan prasarana yang baik serta dukungan dari banyak pihak
yang terkait, akan tetapi juga kebiasaan dan kecintaan yang perlu dilatih sedari
usia dini.
REFERENSI
Fajri Iyan. 2015. Analisis Usaha Tani Padi Lahan Irigasi. Tabloit Sahabat Petani
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019. Kementrian Pertanian Republik Indonesia
Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil, UI-Press- Jakarta
Sugiarto Sigit. 2015. Perbandingan Pertanian di Indonesia dengan di China.
Kajian Pertanian
PROPAGASI
Cari artikel mengenai usahatani di negara-negara berkembang. Reviewlah artikel
tersebut maksimal 3 lembar; tambahkanlah pendapat anda dan informasi-
informasi lain yang terkait artikel tersebut dari berbagai sumber. (Tugas Individu)
Page 11 of 11