Anda di halaman 1dari 11

Pertanian Global, Aspek Sosial Kultural,

Ekonomi dan Ekologi


Hesthi Nugroho, SP., Grad. Dip. EMD, M.EMD
Imaniar Ilmi Pariasa, SP., M.P., M.BA
Laboratorium of Productions and Operations Management of Agribusiness
Faculty of Agriculture, University of Brawijaya

Tujuan pembelajaran: MODUL


1. Memperdalam informasi mengenai potensi, permasalahan dan tantangan

2
pertanian indonesia
2. Memberikan gambaran mengenai usahatani di berbagai negara
3. Menambah pengetahuan mengenai tantangan usahatani di era global
4. Studi kasus : Usahatani Rumah Tangga di Selandia Baru

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


1. POTENSI, PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN PERTANIAN INDONESIA
Melanjutkan bahasan modul sebelumnya yang mengulas
mengenai perkembangan usahatani di Indonesia, maka modul ini
bertujuan memperdalam pengetahuan mengenai perkembangan
usahatani Indonesia. Indonesia telah dikenal memiliki potensi
sumberdaya yang sangat besar dan sangat penting dalam
pembangunan pertanian. Berdasarkan laporan Kementrian
Pertanian, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki
(SPEED)

keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Salah satu potensi


Indonesia adalah memiliki sumberdaya biofisik yang cukup
beragam untuk mendukung pengembangan pertanian antara lain
adalah ketersedian tanah, hara, dataran rendah dan tinggi, curah
hujan yang merata di sebagian wilayah, sinar matahari yang terus
menyinari sepanjang tahun, kelembaban udara dan organisme-
organisme.
Usahatani University of Brawijaya 2016

Page 2 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

Potensi lahan berdasarakan data BPS 2013, dari luas daratan 191,09 juta
hektar, sekitar 95,81 juta hektar yang potensial untuk pertanian, yang terdiri dari
70,59 juta hektar berada di lahan kering, 5,23 juta hektar di lahan basah non rawa,
dan 19,99 juta hektar di lahan rawa. Dari luasan lahan potensial tersebut sebagian
besar sudah dimanfaatkan untuk pertanian, sehingga sebagai lahan cadangan
sekitar 34,7 juta hektar, yang berada di kawasan budidaya (APL) seluas 7,45 juta
hektar, HPK 6,79 juta hektar dan sekitar 20,46 juta hektar di kawasan Hutan
Produksi (HP).
Dukungan perkembangan teknologi pertanian Indonesia juga berkembang
dengan pesat dari proses produksi di hulu hingga pengolahan di hilir. Aplikasi
teknologi yang digunakan dalam industri pertanian modern di Indonesia bertujuan
mencapai hasil produksi yang tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Melalui Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian
spesifik lokasi, untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang efisien, dengan
memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi tersebut
diantaranya adalah pengelolaan sumberdaya air seperti teknologi panen air,
teknologi pemanfaatan air secara efisiensi melalui irigasi tetes, jaringan irigasi
tingkat desa (JIDES) dan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT).
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia
tercatat sebesar 237 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,49 persen per tahun
menjadikan daya beli masyarakat meningkat serta jumlah penduduk Indonesia
yang sangat besar merupakan pasar dalam negeri yang sangat potensial bagi
produk-produk pertanian yang dihasilkan petani. Sampai saat ini, lebih dari 35 juta
tenaga kerja nasional atau 26,14 juta rumahtangga masih menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian. Besarnya jumlah tenaga kerja tersebut belum
tersebar secara proporsional sesuai dengan sebaran luas potensi lahan serta belum
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk pengembangan
pertanian yang berdaya saing.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pembangunan pertanian tanaman
pangan yang telah dilaksanakan sampai saat ini, permasalahan-permasalahan yang
dihadapi pertanian Indonesia meliputi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim,
infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem
perbenihan dan perbibitan nasional; akses petani terhadap permodalan
kelembagaan petani dan penyuluh; keterpaduan antar sektor, dan kinerja
pelayanan birokrasi pertanian. Secara rinci permasalahan yang dihadapidalam
pembangunan pertanian juga meliputi konversi lahan yang tidak terkendali,

Page 3 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

keterbatasan dalam pencetakan lahan baru, penurunan kualitas lahan, rata-rata


kepemilikan lahan yang sempit, serta menurunnya minat generasi muda.
Konversi lahan sawah sekitar 80 % terjadi di wilayah sentra produksi pangan
nasional yaitu Pulau Jawa. Hal ini berdampak pada persoalan ketahanan pangan,
mau tidak mau harus didukung oleh lahan yang produktif. Sebagian besar lahan
pertanian di Indonesia sudah mengalami penurunan kualitas, bahkan banyak yang
termasuk kategori kritis. Hal ini akibat pemakaian bahan kimia anorganik
berlebihan. Pemakaian pupuk kimia anorganik berlebihan menyebabkan struktur
tanah menjadi padat dan daya dukung tanah bagi pertumbuhan tanaman menurun.
Hal ini didukung dengan artikel pada Sahabat Petani, 2015 bahwa Indonesia
menempati negara dengan biaya usaha tani tertinggi setelah China disebabkan oleh
biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dan pestisida lebih tinggi dibanding
negara lainnya. Tingginya biaya usaha tani di China, lebih disebabkan oleh
mahalnya biaya tenaga kerja yang diakibatkan adanya pengembangan sektor
industri yang sangat pesat, sehingga biaya untuk tenaga kerja sektor pertanian
menjadi mahal. Hal menarik lainnya dari komponen biaya usaha tani adalah,
Indonesia merupakan negara dengan biaya tertinggi dalam penggunaan pestisida
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi.
Pada tahun 2012, luas penguasaan lahan per petani yaitu 0,22 hektar dan
diperkirakan akan menjadi 0,18 hektar pada tahun 2050. Hal ini menyulitkan upaya
peningkatan kesejahteraan petani, penyempitan penguasaan lahan mengakibatkan
tidak efisien dalam berusahatani. Tantangan ke depan adalah bagaimana
mengubah pola pikir generasi muda kita terhadap pertanian, bahwa masih banyak
potensi pertanian yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tarik generasi muda pada
sektor pertanian adalah membangun pertanian lebih maju dan modern berbasis
inovasi dan teknologi yang mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomi
tinggi yang dibutuhkan pasar.

2. GAMBARAN USAHATANI DI BERAGAI NEGARA


Indonesia dan China dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduknya
yang sangat besar dan dikenal sebagai Negara agraris, sehingga pertanian pun
menjadi salah satu bidang penting bagi kedua negara tersebut. China dikenal
sebagai negara yang mengandalkan pertaniannya sebagai penggerak utama sektor
perekonomianya, sistem pertanian China pun masih tradisional sama denga
pertanian di Indonesia akan tetapi upaya intensif dari pemerintah meningkatkan

Page 4 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

teknologi di berbagai bidang termasuk di bidang pertanian telah diterapan dan


China berhasil menerapkan program diversifikasi pangan tidak sama halnya dengan
Indonesia yang masih mengkonsumsi satu jenis komoditas (beras).
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan utama yaitu beras, Pemerintah
Indonesia telah menerapkan berbagai macam teknologi di sektor pertanian untuk
mencapai ketahanan pangan dalam pembangunan pertanian. Usaha pembangunan
pertanian secara terus menerus ditingkatkan melalui kegiatan intensifikasi,
ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Kebutuhan beras Indonesia mencapai 31.2 juta ton
pertahun yang setidaknya mampu dipenuhi dengan lahan seluas 7.8 juta hektar
dengan produksi 6.5 ton per hektar dalam sekali produksi. Sedangkan kebutuhan
beras China per kapitanya sebesar 60% dari kebutuhan per kapita rakyat Indonesia
yaitu sekitar 93.6 juta ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus
disediakan lahan beririgasi teknis seluas 23.4 juta hektar areal panen setiap tahun
nya dengan produktivitas padi 6.5 ton per hektar. Pembangunan pertanian di China
dilakukan secara menyeluruh, yaitu mengitegrasikan pembangunan hutan sebagai
reservoir air, penggunaan teknologi, yang tepat guna, pemilihan komoditi spesifik
lokasi, orientasi pasar, dan yang tidak kalah pentingnya pemberdayaan rakyat.
Thailand merupakan negara di Asia yang usahatani berasnya menjadi
penyumbang devisa Negara dan mampu bersaing dengan negara-negara produsen
beras lain di Asia. Meskipun lahannya sempit, biaya produksi padi di Thailand
tergolong tinggi, US$ 129 per ton dan menjadi eksportir beras utama dengan
pangsa 40-45% dari total beras di pasar dunia, diikuti Amerika Serikat, India,
Pakistan, dan China. Berikut sebagai perbandingan usahatani beras sebagai
komoditas pangan utama di berbagai negara di Asia:

No Parameter satuan Negara

Indonesia China India Thailand Vietnam Philipina

1 Rata-rata luas lahan Ha/petani 0,86 0,18 2,13 3,27 0,89 1,80

garapan

2 Biaya Usaha Tani

– Benih Rp/ha 248.400 1.046.280 606.120 1.698.120 819.960 837.420

– Pupuk Rp/ha 1.836.840 1.791.960 1.138.920 2.463.600 3.009.720 2.592.840

– Pestisida Rp/ha 2.224.440 737.280 270.120 1.607.160 1.751.760 473.280

– Tenaga Kerja Rp/ha 12.023.760 14.775.120 3.598.920 2.491.800 3.132.240 9.188.880

Total Biaya Rp/ha 16.333.440 24.986.160 5.068.572 8.260.680 7.975.716 13.092.420

3 Hasil Panen (GKP) Ton/ha 6,76 6,64 4,70 5,53 6,81 6,38

4 Harga Gabah Rp/Kg 4.584 5.880 2.832 4.908 2.340 4.200

5 Pendapatan Rp/Ha 30.987.840 39.043.200 13.310.400 27.141.240 15.935.400 26.796.000

6 Keuntungan Rp/Ha 14.654.400 14.057.040 8.241.828 18.880.560 7.959.684 13.703.580

Sumber data : IRRI, 2014 dalam Tabloid Sahabat Petani 2015

Thailand memiliki garapan padi mutu unggul 14 ribu are dengan produksi
gabah kering giling setiap tahun 20 juta ton. Tahun lalu Thai mengekpor beras 8,9

Page 5 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

juta ton, konsumsi domestik 6,5 juta ton, cadangan negara 2,2 juta ton, dan yang
lain diolah menjadi makanan jenis beras. Ekspor beras Thai menghasilkan devisa
sekitar US$ 4 miliar, sehingga negara ini menduduki peringkat pertama ekspor
beras dunia selama 10 tahun berturut-turut. Pemerintahpun mengalokasikan dana
yang cukup besar untuk petani, baik dalam berbagai skema subsidi maupun untuk
membangun bendungan dan jaringan irigasi. Selain memberikan subsidi kredit
ekspor dan pinjaman bank tanpa agunan, Thailand memiliki skema paddy mortgage
oleh Bank of Agriculture and Cooperative. Semua dilakukan untuk satu tujuan
utama: memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (self sufficiency).

3. STUDI KASUS

Usaha Tani Rumah Tangga di Selandia Baru


Hesthi Nugroho, SP., Grad.Dip.EMD, M.EMD

Tinggal di negara yang memiliki empat musim dalam satu tahun, membuat
masyarakat Selandia Baru harus menerima keadaan bahwa asupan kebutuhan
konsumsi akan sayur mayur tidak dapat diperoleh sepanjang tahun. Fluktuasi
harga sayuran yang sangat mencolok terutama dimusim panas dan dimusim dingin
juga harus dirasakan oleh masyarakat Selandia Baru. Seperti contohnya,
masyarakat dinegara ini dapat membeli tomat dimusim panas dengan harga NZD1
saja per kilonya, dan bahkan bisa kurang dari harga tersebut diwaktu-waktu
tertentu dimusim panas. Akan tetapi dimusim dingin harga tomat ini bisa
melambung menjadi NZD15 per kilonya. Keadaan ini mengharuskan masyarakat
Selandia Baru menjadi lebih kreatif untuk mengatur pengeluaran rumah tangga
dikala kenaikan harga-harga sayur dan buah sedang mencapai puncaknya,
terutama dibulan Juli hingga September.
Cara masyarakat Selandia Baru menghemat pengeluaran akan buah dan
sayur adalah dengan cara menyisakan sedikit lahan dipekarangan depan,
belakang, atau samping kiri dan kanan rumah untuk bercocok tanam sayur dan
buah demi mencukupi kebutuhan akan konsumsi produk tersebut selama harga
buah dan sayur dipasar atau disupermarket meroket tajam. Kebiasaan bercocok
tanam ini, kiranya sudah diperkenalkan sedari dini. Sekolah-sekolah dasar di
Selandia Baru memiliki kelompok yang bernama Enviro Group yang menampung
anak-anak yang memiliki ketertarikan akan dunia cocok tanam untuk langsung
terjun kelapang melakukan usaha tani. Anak-anak ini, selain bertugas
menggemburkan sepetak lahan yang disediakan oleh sekolah (termasuk mengatur
jumlah cacing yang harus dbagikan disetiap petaknya), juga diwajibkan menjaga
Page 6 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil yang didapat dari petak lahan tersebut
biasanya ditawarkan oleh sekolah kepada orang tua/ wali murid, yang
pendapatannya nanti akan masuk ke kas sekolah. Anak-anak yang masuk didalam
Enviro Group ini juga memiliki tugas mengawasi pertumbuhan tanaman-tanaman
disekitar sekolah secara bergantian pada jam istirahat sekolah. Diharapkan
nantinya, dengan adanya kegiatan ini dapat menumbuhkan kecintaan sedari dini
akan bercocok tanam, sehingga anak-anak juga dapat mengaplikasikan apa yang
didapat disekolah dirumah masing-masing, yang tentunya juga akan berlanjut
kegenerasi penerus mereka dimasa yang akan datang.

Gambar 1. Seorang anak dari Lincoln Primary School, Canterbury, New


Zealand, anggota dari Enviro Group sedang mengaplikasikan usaha tani yang dia
peroleh dari sekolah ke sepetak kecil lahan yang ada dirumahnya. Dipetak ini dia
menanam daun bawang, bunga kol, paprika, buah bit, kubis (dibagian kiri lahan),
strawberry (dibagian tengah lahan), dan beberapa bunga seperti lavender
(dibagian kanan lahan). (Credit photo: Mr. Pandu Satriawan).

Gambar 2. Sedikit hasil panen yang didapat oleh anak tersebut dirumahnya
(Credit photo: Mr. Pandu Satriawan)

Suatu kegiatan usaha tani tidak akan berhasil jikalau tidak didukung oleh
sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Untuk kegiatan usaha tani rumah
Page 7 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

tangga seperti ini, pemerintah Selandia Baru sangat memberikan dukungan secara
penuh. Contohnya, secara berkala koran lokal akan membahas masalah tata cara
bercocok tanam dirumah. Terutama jika memasuki pergantian musim. Koran lokal
tersebut akan membahas bagaimana mempersiapkan tanah dipetak lahan yang
akan ditanami; sayur, buah, dan bunga apa saja yang cocok dan akan tumbuh
dengan baik dimusim berikutnya; dan bagaimana aplikasi dan pestisida serta
vitamin apa yang cocok untuk pertumbuhannya. Sementara itu, koran nasional
akan lebih banyak membahas prakiraan cuaca serta pergerakan arah angin secara
garis besar disetiap hari Sabtu, dan bagaimana dampaknya terhadap tanaman.
Departemen Pertanian akan menyebarkan pamflet dari rumah ke rumah. Pamflet
tersebut membahas tentang hama dan gulma yang diwaspadai akan tumbuh atau
berkembang biak secara subur dimusim yang akan datang.

Gambar 3. Koran lokal “Selwyn Times” membahas persiapan usaha tani


dimusim dingin (Source: Selwyn Times, 17 th May 2016. Credit photo: Mr. Pandu
Satriawan).

Page 8 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

Gambar 4. Koran lokal, “Selwyn Times” membahas persiapan berkebun dan


usaha tani untuk musim semi (Source: Selwyn Times, 7 th June 2016. Credit photo:
Mr. Pandu Satriawan).

Selain kemudahan akses informasi yang diberikan oeh pemerintah Selandia


Baru, kemudahan untuk mengembangkan usaha tani rumah tangga juga diberikan
oeh pihak-pihak terkait yang berada dilingkungan sekitar masyarakat tersebut.
Keberadaan supermarket atau waralaba disekitar tempat tinggal masyarakat
Selandia Baru, tidak hanya menyediakan kebutuhan dasar rumah tangga seperti
pangan, akan tetapi juga kebutuhan akan bercocok tanam. Seperti contohnya,
pupuk, pestisida, peralatan bercocok tanam, benih jadi dan benih yang masih
berupa biji-bijian.

Gambar 5. Salah satu Waralaba di Christchurch, Selandia Baru, yang tidak


hanya menyediakan kebutuhan dan perlengkapan rumah tangga pada umumnya,
tetapi juga menyediakan kebutuhan berkebun dan usaha tani rumah tangga
(Credit photo: Mr. Pandu Satriawan)
Page 9 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

Selain itu, dikarenakan banyak dari masyarakat Selandia Baru yang juga
memiliki usaha peternakan seperti domba, kuda, sapi, dan kijang, mereka
biasanya menjual kotoran ternak mereka dipinggir jalan raya seharga NZD1 per
karung. Cara mereka menjual adalah dengan menggunakan konsep “honesty box”,
yaitu meninggalkan karung-karung kotoran tersebut dipinggir jalan, disertain
dengan kotak untuk menaruh koin pembayaran bagi si pembeli serta papan
keterangan yang mencantumkan harga per karung kotoran hewan tersebut. Hal
semacam inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Selandia Baru untuk
mengembangkan usaha tani rumahan mereka.

Gambar 6. Salah satu peternak kuda menjual kotoran ternak kudanya


dipinggir Shands Road, Lincoln (Credit photo: Mr. Pandu Satriawan)

Ketika hasil usaha tani rumah tangga melebihi dari konsumsi rumah tangga
masing-masing, biasanya masyarakat Selandia Baru akan menjual hasil usaha tani
mereka. Seperti penjualan kotoran hewan diatas, masyarakat Selandia Baru juga
menjual hasil panen usaha tani rumah tangga mereka dipinggir jalan depan
rumah. Untuk skala yang lebih besar, pemerintah Selandia Baru juga menyediakan
lahan untuk masyarakatnya berjualan hasil usaha tani rumah tangga mereka.
Seperti contohnya Sunday Market di Christchurch, yang mana ditempat tersebut
pengunjung tidak hanya menemukan produk-produk hasil kebun tetapi juga
makanan camilan dan hiburan musik yang dapat dinikmati secara bersamaan
dalam satu waktu.

Page 10 of 11
Usahatani University of Brawijaya 2016

Gambar 7. Berjualan hasil usaha tani rumah tangga di Sunday Market,


Christchurch (Credit photo: Mr. Pandu Satriawan).

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa melakukan usaha tani tidak hanya
memerlukan sarana dan prasarana yang baik serta dukungan dari banyak pihak
yang terkait, akan tetapi juga kebiasaan dan kecintaan yang perlu dilatih sedari
usia dini.

REFERENSI
Fajri Iyan. 2015. Analisis Usaha Tani Padi Lahan Irigasi. Tabloit Sahabat Petani
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun
2015-2019. Kementrian Pertanian Republik Indonesia
Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil, UI-Press- Jakarta
Sugiarto Sigit. 2015. Perbandingan Pertanian di Indonesia dengan di China.
Kajian Pertanian

PROPAGASI
Cari artikel mengenai usahatani di negara-negara berkembang. Reviewlah artikel
tersebut maksimal 3 lembar; tambahkanlah pendapat anda dan informasi-
informasi lain yang terkait artikel tersebut dari berbagai sumber. (Tugas Individu)

Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai