Anda di halaman 1dari 3

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman tanaman budidaya.
Hampir semua jenis tanaman yang ada pada bumi dapat dibudidayakan di Indonesia, tidak
terkecuali tanaman puring, mawar stroberi, dan bawang merah. Tanaman-tanaman tersebut
termasuk dalam komoditas hortikultura. Menurut Suci dan Heddy (2018), puring merupakan
salah satu tanaman hortikultura yang menjadi ciri khas Kota Malang sebagai Kota Bunga.
Puring dikenal juga dengan istilah Croton, yakni tanaman hias yang memiliki keindahan pada
corak dan warna daun. Sebagai tanaman hias, puring ternyata tidak hanya indah dipandang,
namun tanaman ini mampi menyerap polutan di udara berupa plumbum sebanyak 2,05
mg/liter. Sama halnya seperti puring, mawar juga termasuk tanaman hias yang memiliki
aroma harum pada bagian bunga. Mawar merupakan kelompok tanaman hias yang menjadi
kebanggaan bagi masyarakat Indonesia dan sangat populer karena memiliki keindahan pada
bunga, harum, dan memiliki banyak khasiat. Namun, perbanyakan mawar secara vegetatif
yakni dengan stek batang memerlukan waktu yang lama. Selain itu, banyak prasyarat untuk
menjadikan batang sebagai bibit. Meskipun demikian, hal tersebut dapat diatasi dengan
penggunaan ZPT Fadhillah dan Aini (2019).

Menurut Ni'matillah dkk (2018), stroberi merupakan tanaman komoditas hortikultura


kelompok buah-buahan yang dapat tahan beberapa tahun, namun umumnya hanya
dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Stroberi banyak ditemukan di negara-negara
subtropis. Perbanyakan buah yang memiliki rasa masam ini dapat dilakukan, baik secara
generatif maupun vegetatif. Perbanyakan stroberi secara generatif dengan biji sangat jarang
ditemukan. Pada umumnya, tanaman ini diperbanyak dengan vegetatif secara stolon dengan
bibit yang berkualitas.

Bawang merah merupakan salah satu tanaman hortikultura dari kelompok umbi lapis.
Bawang merah sering dijadikan sebagai rempah-rempah pelengkap bumbu masak. Menurut
Halifah dkk (2014), bawang merah banyak ditemukan di daerah Nganjuk, Sumenep, Kediri,
dan Malang. Tanaman ini mampu hidup sekitar 60-70 hari. Syarat untuk menanam bawang
merah harus di lahan dengan kondisi yang gembur dan memiliki kandungan organik yang
tinggi.

Media tanam merupakan wadah yang menjadi tempat tumbuh tanaman. Media tanam
dibedakan menjadi dua, yaitu media tanam tanah dan media tanam nontanah. Media tanam
tanah merupakan media yang berasal dari tanah. Secara lebih lanjut, tanah merupakan hasil
dari organisme, iklim, dan topografi yang memengaruhi bahan induk dalam kurun waktu
tertentu. Keistimewaan tanah yang telah menyediakan unsur hara makro dan mikro, air,
udara, dan organisme lain, menjadikan tanah sebagai media tanam yang paling umum dipakai
dalam pembudidayaan tanaman. Namun, dalam optimalisasi pembudidayaan harus
mengetahui sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimiawi, maupun biologi tanah. Selain itu, perlu
adanya pengolahan lahan untuk memperbaiki kualitas tanah.
Sedangkan media tanam nontanah merupakan wadah atau tempat tumbuh tanaman yang
berasal dari bahan selaim tanah. Media tanam nontanah dibedakan menjadi dua, yakni media
organik dan media anorganik. Media organik merupakan media yang berasal dari sisa-sisa
bagian tanaman yang mengalami pelapukan dan juga berasal dari kotoran hewan yang telah
steril. Beberapa contoh dari media organik: Kompos, pupuk kandang, batang pakis, sabut
kelapa (cocopeat), humus, moss, dan sekam. Sedangkan media anorganik berasal dari bahan
sintesis atau kimia. Beberapa contoh media anorganik: rockwoll, vermikulit, perlit, spons,
hidroton, kerikil, pasir, pecahan batu bata, dan hidrogel. Namun, penggunaan media
anorganik perlu dikolaborasi dengan media organik agar lebih optimal karena media
anorganik tidak menyediakan unsur hara sebagai makanan bagi tanaman yang
dibudidayakan, terkecuali pada hidrogel yang telah memiliki unsur hara.

Menurut Permatasari dan Herlina (2018), media tanam dapat dikombinasikan dalam rangka
meningkatkan produksi tanaman. Kombinasi media tanam yang tepat ialah kombinasi yang
dapat menjaga kelembaban media dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Pengaturan
komposisi media tanam yang akan dikombinasikan harus sesuai dengan jenis tanaman.
Pengaturan yang tepat tentu akan meningkatkan produktivitas tanaman.

Bahan tanam merupakan suatu bagian dari tamaman yang digunakan ketika mengawali
budidaya. Secara lebih lanjut, bahan tanam dibedakan menjadi dua, yakni benih dan bibit.
Benih merupakan tanaman atau bagian tanaman (umumnya biji) yang telah mengalami
perlakuan tertentu sehingga dapat dijadikan sebagai bahan tanam. Sedangkan bibit
merupakan bagian tanaman yang sudah tumbuh atau berkecambah. Perbanyakan tanaman
dengan biji disebut dengan perbanyakan generatif atau perkawinan dua tanaman induk yang
kemudian mengalami penyerbukan. Selain itu tanaman dapat diperbanyak dengan cara
vegetatif, yaitu perbanyakan tanaman menggunakan organ vegetatif tanaman.
Perkembangbiakan vegetatif ini dibedakan menjadi dua, alami dan buatan. Keuntungan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif, yakni: (1) keturunan memiliki sifat yang sama dengan
induknya, (2) tidak memerlukan peralatan khusus, (3) dapat digunakan secara kontinyu, dan
(4) tidak tergantung pada ketersediaan benih (Adinugraha dkk, 2007).

Pada Praktikum Media dan Bahan Tanam ini akan dilakukan penanaman/pembudidayaan
puring, mawar, stroberi, dan bawang merah. Media tanam yang digunakan, antara lain: (1)
tanah 100%, (2) cocopeat 50% + pupuk kandang 50%, (3) kompos 50% + arang sekam 50%,
dan (4) tanah 75% + kerikil 25%. Sedangkan perbanyakan tanaman dilakukan secara
grafting, bulb (umbi lapis), stek batang, dan stolon.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Praktikum Media dan Bahan Tanam ini adalah untuk memahami
dan mendeskripsikan komposisi media tanam yang paling optimum dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta memahami cara perbanyakan tanaman, baik
secara vegetatif alami maupun vegetatif buatan pada tanaman puring, mawar, stroberi, dan
bawang merah.

Referensi:

Adinugraha, H.A., S. Pudjiono, dan H. Toni. 2007. Teknik perbanyakan vegetatif jenis
Tanaman Acacia magium. Buletin Info Teknis Vol. 5(2): 11-20. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Fadhillah S. dan A. Nurul. 2019. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman ZPT
Sintetis Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Mawar (Rosa multiflora L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 7 (2): 361-369.

Halifah, U.N., S. Roedy, dan S. Mudji. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik (Blotong)
dan Pupuk Anorganik (ZA) Terhadap Tanaman Bawang Merah
(Alium ascalonicam L.). Jurnal Produksi Tanaman. 2 (8): 665-672.

Ni'matillah, Z.A., A. Hasim, S. Roedy, dan H. Ninuk. 2014. Pengaruh Macam Baham Tanam
Pada Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Stroberi (Fragia sp). Jurnal
Produksi
Tanaman. 2 (2): 162-171.

Permatasari, Z.P. dan H. Ninuk. 2018. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Jumlah
Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kalian (Biassica
Oleraceae L. var. Alboglabia). Jurnal Produksi Tanaman. 6 (8): 1982-1991

Susi, C.W., dan H. Suwasono. 2018. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Keragaan
Tanaman
Puring (Cadiaeum variegtum). Jurnal Produksi Tanaman. 6 (1): 161-169

Anda mungkin juga menyukai