Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan yang
cukup bagi para penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan
bahan baku industri dan ekspor, meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani
melalui penyediaan kesempatan kerja dan berusaha, memberi sumbangan pada
pengembangan wilayah. Misi penting dari sektor pertanian adalah menghasilkan
pangan yang cukup dan berkualitas bagi seluruh penduduk. Pencapaian dalam hal
ini akan memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel
R Djamali, 2000: 2).
Melihat latar belakang geografis, sektor pertanian seharusnya menjadi
tumpuan hidup masyarakat Indonesia, namun kenyataannya sektor pertanian tidak
menjadi skala prioritas sehingga produktivitasnya tertinggal jauh dibandingkan
sektor lain. Bahkan dalam kehidupan modern dapat dilihat bahwa orang tidak
bangga menekuni bidang pertanian, karena memang profesi ini dianggap sebagai
kelompok yang inferior. Adanya anggapan bahwa petani tidak inovatif, lamban
serta tidak intelektual dalam arti tidak ingin menjadi yang lebih maju, anggapan
bahwa perekonomian perdesaan bersifat tertutup serta usaha pertanian itu tidak
komersial merupakan anggapan yang tidak benar. Sektor pertanian merupakan
sektor yang terbuka, komersian dan sangat inovatif (Abdoel R Djamali, 2000: 2).
Perkembangan pertanian pada saat ini telah memasuki era baru setelah
beberapa dekade berbenah diri dalam upaya peningkatan fungsinya sebagai
penyedia pangan. Beberapa dekade belakangan ini, pertanian di Indonesia telah
mengalami sektor perubahan besar, yang terbukti negara ini bisa berswasembada
beras selama beberapa tahun. Perubahan pada sektor pertanian juga dapat dilihat
dari berbagai industri teknologi pertanian. Guna menaikkan produksi pertanian,
petani harus menggunakan produk-produk industri untuk pertanian. Modernisasi
pertanian memang memperlihatkan dampak positif seperti perbaikan gizi
masyarakat, berkurangnya impor beras, dan lain sebagainya, meskipun dampak

1
negatif juga sulit dihindarkan. Beberapa dampak negatif pada modernisasi
pertanian, diataranya adalah:
1. Ketergantungan para petani terhadap teknologi modern yang diproduksi oleh
sektor industri modern. Ketergantungan ini dapat menimbulkan dampak
negatif antara lain kerusakan lingkungan pertanian, karena obat-obatan
(pestisida) akan merusak struktur tanah dan dapat membahayakan para
konsumen dan petani itu sendiri.
2. Ketergantungan petani dengan produk-produk pertanian yang instan (siap
pakai) menambah pengeluaran dalam pertanian yang nantinya akan
menambah modal dari petani itu sendiri. Misal dengan adanya bibit siap tebar
yang memudahkan petani untuk membuat benih, sedangkan dulu mereka
degan sabar mengolah benih dari hasil panen sebelumnya.
Sekian lama para petani berada dalam kondisi ketergantungan pada
produk-produk industri pertanian dan setelah mereka sadar dan merasakan
dampak negatif ketergantungan itu, para petani mulai berupaya untuk keluar dari
keadaan itu. Konsumen produk pertanian pun mulai mengerti akan pentingnya
masalah pengaruh dari "pertanian kimia" pada kesehatan manusia. Produk
pertanian non kimia di negara maju memiliki harga jual tinggi karena lebih sehat
dan lebih bermutu. Dampak penerapan teknologi yang dilaksanakan melalui
program intensifikasi sering mengancam kelangsungan keberhasilan
pembangunan dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani yang
didapat saat ini. (Said E. Gumbira, 2001: 17).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana meningkatkan produksi pertanian?
2. Bagaimana memelihara lahan agar lahan terhindar dari erosi dan tetap
subur?
3. Bagaimana perlakuan pascapanen yang baik?
4. Bagaimana adopsi teknologi yang baru harus di lakukan?
5. Bagaimana melaksanakan kerjasama kelompok?
6. Bagaimana meningkatkan rumah tangga petani?
7. Bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan?

2
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Memberikan informasi cara meningkatkan produksi pertanian.
2. Memberikan informasi untuk memelihara lahan agar lahan terhindar dari
erosi dan tetap subur.
3. Memberikan informasi cara perlakuan yang baik pascapanen.
4. Memberikan informasi tentang adopsi teknologi yang baru.
5. Memberikan informasi tata cara melaksanakan kerjasama kelompok.
6. Memberikan informasi cara meningkatkan rumah tangga petani.
7. Memberikan informasi dalam berpartisipasi untuk kegiatan di pedesaan.

D. Manfaat Penelitian
Dapat bermanfaat sebagai sumber tambahan materi pembelajaran
mengenai untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Meningkatkan Produksi Pertanian


Meskipun terkenal sebagai negera agraris dan menjadi salah satu
lumbung padi di dunia, nyatanya hal tersebut tidak sama dengan realita yang
ada. Peningkatan jumlah permintaan pangan tidak diimbangi dengan jumlah
lahan pertanian yang sesuai. Banyaknya pembangunan yang dilakukan
semakin mempersempit lahan subur untuk pertanian.
Namun pemerintah tak tinggal diam saja melihat masalah ini. Ada
beberapa metode yang diterapkan untuk meningkatkan produksi pertanian di
Indonesia yaitu sebagai berikut :
a. Cetak Sawah
Metode cetak sawah diusulkan oleh pemerintah demi memperkuat
kedaulatan dan ketahanan pangan nasional. Caranya adalah dengan
menggelar gulungan karpet dan membentangkannya pada ribuan hektare
sawah di beberapa wilayah yang potensial. Sawah-sawah tersebut
selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bagi petani.
Dalam pengelolaannya, petani harus selalu melakukan pengecekan
pada sistem pengairannya. Hal ini lantaran lahan yang baru terbentuk
belum ada lapisan kedap air. Bisa juga ada perubahan sifat tanah yang
akan mengganggu kesuburan tanaman. Petani juga harus siaga akan
keberadaan gulma, tanaman pengganggu lainnya, serangan hama seperti
burung dan tikus, serta hama dari ternak warga.
Kementerian Pertanian mengajak jajaran TNI dalam upaya
pengoptimalan metode cetak sawah. Kelengkapan yang dimiliki oleh
anggota TNI bisa mempercepat laju percetakan sawah untuk mencapai
target luasan lahan dan mengurangi biaya ideal cetak sawah. Lahan
pertanian dari hasil cetak sawah diberikan kepada petani untuk bebas
dikelola selama empat tahun. Baru kemudian diterapkan sistem sewa. Hal
ini tidak hanya meningkatkan produksi pertanian, tetapi juga membuka
ladang penghasilan bagi petani baru.

4
b. Optimalisasi Lahan Rawa
Langkah lain yang ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan
produksi pertanian di Indonesia adalah dengan melakukan optimalisasi
potensi lahan rawa untuk dijadikan sawah produktif. Indonesia sendiri
memiliki luas lahan rawa potensial sebanyak 33.4 juta hektare. Dimana
14.2 juta hektare di antaranya sudah dimanfaatkan untuk sawah, 3.1 juta
hektare untuk hortikultura, dan 1.9 juta hektare untuk tanaman tahunan.
Kementerian Pertanian (Kementan) bahkan menerapkan program
Selamatkan Rawa, Selamatkan Petani (SERASI) yang sudah berhasil
meningkatkan indeks pertanaman dari yang mulanya 100, menjadi 200.
SERASI juga sudah bisa meningkatkan produktivitas padi dari 2
ton/hektare menjadi 6 ton/hektare.
Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan normalisasi tata air
pada bagian saluran, pintu, tanggul, dan pompa. Selain itu juga dengan
penggunaan varietas unggul, peningkatan pengolahan tanah, pengendalian
hama penyakit, pemupukan berimbang, pengelolaan pasca panen, dan
pemanfaatan kearifan lokal.

c. Penggunaan Alsintan
Tidak hanya berfokus pada usaha perluasan lahan saja, pemerintah
juga memberikan alat dan mesin pertanian (alsintan) kepada petani untuk
meningkatkan produktivitas lahannya. Penggunaan alsintan dimulai sejak
pengolahan lahan, panen, hingga pasca panen.
Pengadaan alsintan bukan hanya sebagai langkah modernisasi pada
pertanian, tetapi sebagai langkah nyata meningkatkan produksi pangan
seiring dengan jumlah petani yang sudah tua di Indonesia sehingga
mungkin saja tidak maksimal dalam pengolahan lahan.
Mesin tanam pindah bibit (transplanter) padi yang diberikan
pemerintah kepada para petani bisa meningkatkan kerja kegiatan tanam
padi, menghemat tenaga, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam
per satuan, serta menurunkan biaya produksi. Melihat hasil positif yang

5
ada di lapangan, pemerintah juga mencanangkan untuk menambah alat
mesin pertanian untuk mendukung peningkatan produktivitas pangan.
Demi mencapai kesuksesan peningkatan produksi pangan di
Indonesia, bukan hanya pemerintah saja yang bertindak, tetapi besar juga
harapan agar petani terbuka dengan metode yang diusulkan serta ikut
menerapkannya.

2. Memelihara Lahan Agar Terhindar Dari Erosi dan Tetap Subur


Kemiringan lereng adalah kemiringan suatu lahan terhadap hiding
horizontal. Semakin besar sudut kemiringan lahan tertentu akan semakin besar
kemungkinan erosi dan longsor.
Kestabilan lahan pertanian daerah miring dan untuk mengurangi
tingkat erosi tanah, maka diperlukan beberapa langkah berikut :
1. Terasering, Yaitu menanam tanaman dengan system berteras-teras untuk
mencegah erosi tanah.
2. Contour Farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga
perakaran dapat menahan tanah.
3. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasilm erosi.
4. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi
alur-alur horizontal.
5. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi
bidang tanah itu dengan bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti
garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok. Masing–masing ditanami
tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling (tumpang
sari).
6. Crop Rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak
kehabisan salah satu unsur hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis
tanaman
7. Reboisasi, menanami kembali hutan- hutan yang gundul.

6
Tingkat erosi suatu lahan akan sangat berpengaruh terhadap
kesuburan tanah untuk pertanian. Semakin tinggi / besar tingkat erosi tanah
permukaannya berarti semakin tidak subur dan tidak cocok untuk tanaman
petanian pangan.
Pengaturan air (drainage) suatu lahan juga berpengaruh terhadap
kondisi kesuburan tanah. Jika pengaturan air jelek, maka tanah akan tergenang
bagian permukaannya.
Tidak semua lahan di permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh manusia karena terdapat kendala-kendala tertentu, seperti
adanya lahan yang tertutup es yang tebal yaitu lahan di kutub dan di
pegunungan tinggi, tanah-tanah yang gersang dengan suhu terlalu tinggi
seperti lahan-lahan di gurun, lahan-lahan yang tidak subur, serta lahan-lahan
yang terdiri atas batu cadas, yang semuanya sangat sulit diolah. Hanya lahan-
lahan yang secara kualitatif sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia disebut lahan potensial.
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan
oleh manusia untuk nonpertanian antara lain dalam bentuk :
1. Pemanfaatan untuk lokasi industri.
2. Pemanfaatan untuk lokasi perdagangan.
3. Pemanfaatan untuk wilayah pemukiman.
4. Pemanfaatan untuk fasilitas-fasilitas sosial seperti hiburan, prasarana,
transportasi dan fasilitas- fasilitas sosial lainnya.

Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut:


a) Pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk
buatan, dan pupuk kompos.
b) Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan.
c) Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan.
d) Menanami lereng-lereng yang telah gundul.
e) Menyelanggarakan pertanian di daerah miring secara benar.

7
3. Perlakuan Pascapanen Yang Baik
Tindakan pasca panen bertujuan untuk mempertahankan suatu produk
hasil tanaman tertentu hingga sampai tahap konsumen. Penanganan pasca
panen membutuhkan keseriusan agar penanaman pada periode berikutny bisa
menghasilkan produk yang sesuai standar mutu.
Teknik penanganan pasca panen yang baik akan menurunkan tingkat
kehilangan hasil produk penanaman. Selain itu, teknik ini akan meminimalisir
kerusakan dan penyusutan hasil pertanian.
Maksud lain dari teknik penanganan pasca panen adalah untuk
memperlama daya simpan sehingga nilai ekonomis suatu produk akan tetap
stabil hingga sampai tahap akhir. Penanganan pasca panen diharapkan dapat
salah unsur dalam mencapai produk yang bermutu.
Teknik pasca panen merupakan suatu langkah yang harus dilakukan
agar mutu suatu produk yang dihasilkan tetp sesuai standar nasional yang
berlaku. Penanganan pasca panen yang baik akan memberikan dampak positif
terhadap nilai jual produk di pasaran.

Penanganan ini akan memberikan jaminan kualitas yang sesuai standar


komoditas tersebut. Kualitas yang baik akan terlihat dari kondisi produk
tersebut, misalnya dalam hal kesegaran produk tersebut juga jaminan
keamanan dalam hal konsumsi. Ada beberapa faktor yang menjadi bahan
pertimbangan konsumen dalam membeli produk tertentu, misalnya
penampakan suatu produk, tekstur dan bau.

a. Keuntungan menggunakan teknik pasca panen


Seperti yang tertulis di atas bahwa penggunaan teknik pasca panen
yang tept kan menghasilkan beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan
yang paling mendasar adalah meningkatnya hasil produksi suatu
komoditas tertentu.
Peningkatan ini dihasilkan dari beberapa faktor seperti minimnya
resiko kegagalan dan kualitas tanaman yang baik. Penggunaan teknik

8
pasca panen yang baik akan menghasilkan ketepatan dalam waktu
pemanenan karena pengolahan yang dilakukan pasca panen.

b. Faktor yang mempengaruhi hasil pasca panen


Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil
produk tanaman terutama dari produk holtikultura. Oleh karena, teknik
perlakuan pasca panen juga wajib mempertimbangkan perawatan produk
tersebut.
a) Suhu
Kebanyakan penurunan hasil mutu produk sangat dipengaruhi oleh
faktor ini. Perubahan suhu yang tidak sesuai dapat mengakibatkan
produk menjadi kehilangan mutu. Pengendalian suhu terutama pasca
panen memegang peranan penting dalam menjaga kualitas produk.
b) Kelembaban
Teknik penyimpanan produk juga harus mempertimbangkan
kelembaban. Kondisi kelembaban yang tidak sesuai akan
mengakibatkan munculnya cendawan yang mengikis mutu produk.
Pada jenis hasil tanaman tertentu, kelembaban akan memengaruhi
durasi daya tahan.
c) Cuaca
Pengaruh cuaca sangat dominan dalam mempengaruhi kualitas suatu
produk. Pada cuaca yang panas, untuk jenis produk tertentu akan
mengalami cepat layu sehingga akan mempercepat kebusukan.
Sedangkan pada cuaca basah akan menimbulkan resiko timbulnya
cendawan pada hasil produk.
d) Transpirasi
Transpirasi biasanya akan memengaruhi penampakan produk.
Transpirasi biasanya berhubungan dengan kandungan air yang terdapat
pada suatu komoditi. Kehilangan air akan mengakibatkan penyusutan,
keriput dan hilangnya kesegaran pada produk.

9
e) Respirasi
Merupakan proses penguapan yang terjadi pada buah. Respirasi
merupakan laju pernafasan dan penguapan yang terjadi pada jenis hasil
tanaman tertentu sperti tomat. Respirasi terjadi karena pemecahan
karbohidrat menjadi protein agar buah bisa melakukan metabilolisme.
f) Perubahan komposisi kimia
Perubahan kimia terjadi ketika buah memasuki masa kematangan.
Buah yang masih muda akan mengalami perubahan komposisi kimia
sehingga menjadi matang. Laju perubahan komposisi kimia pada buah
yang akan menghasilkan kebusukan jika tidak dicegah.
g) Produksi etilen
Etilen merupakan hormon pada buah yang memengaruhi tingkat
kemasakan. Tanaman secara alami akan menghasilkan hormon ini
untuk mematangkan buah. Beberapa jenis tanaman bisa memproduksi
jumlah etilen dengan sangat tinggi sehingga diperlukan teknik
penanganan yang sesuai.

4. Adopsi Teknologi Yang Baru


Berbagai teknologi pertanian terus dikembangkan dan diintroduksikan
kepada petani untuk bisa diterapkan oleh petani. Hasil evaluasi dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat
pemanfaatan inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) cenderung lambat, bahkan menurun.
Fenomena ini terlihat jelas di tingkat petani inovasi teknologi usahatani seperti
SRI, Jajar Legowo dan PHSL (Pemupukan Hara Spesifik Lokasi) yang telah
diperkenalkan belum sepenuhnya diadopsi oleh seluruh petani khususnya
petani padi. Penulisan ini bertujuan untuk:
1) Merumuskan konsep penyuluhan,
2) Merumuskan konsep adopsi inovasi,
3) Menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi oleh
petani, dan

10
4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku petani.
Metode penulisan ini yaitu dengan menggunakan metode analisa terhadap
data-data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka.

Hasil dari penulisan ini yaitu penyuluhan adalah suatu kegiatan


pendidikan di luar sekolah untuk para petani dan keluarganya sehingga petani
mampu mengatasi masalah di dalam kegiatan berusahatani yang dilihat dari
adanya perubahan perilaku petani baik dari pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Adopsi inovasi yaitu suatu proses yang melibatkan mental
seseorang atau individu pada keputusan untuk menerima atau menolak suatu
ide-ide baru, gagasan, praktek-praktek baru, informasi, program serta
perilaku baru sehingga dapat meningkat produktivitas usaha tani dan
meningkatkan kesejahteraan petani.

5. Melaksanakan Kerjasama Kelompok


Kerjasama kelompok tani adalah kerjasama antara anggota dengan
pihak luar, baik dengan kelompok yang lain maupun pihak – pihak lain
misalnya : lembaga pemerintah, Bank, Perusahaan, LSM dan lain sebagainya.
Bentuk kerjasama yang dilakukan dapat bermacam-macam misalnya :
penyediaan saprodi, kerjasama pemasaran hasil, penyediaan modal,
penyediaan teknologi, atau tempat belajar , kerjasama dengan LSM dalam
pengembangan organisasi kelompok dan masih banyak lagi bentuk – bentuk
kerjasama lainnya yang bisa dilakukan.
a. Manfaat Kerjasama
1. Adanya saling tukar pengalaman diantara kedua belah pihak.
2. Meringankan tugas yang dihadapi oleh masing-masing anggota
kelompok tani.
3. Penggabungan sumberdaya dari kedua belah pihak atau lebih akan
menghasilkan tujuan yang lebih baik (efisen dan efektif).
4. Memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk dapat
mengembangkan kemampuan.

11
b. Mengembangkan Kerjasama
1. Tahap persiapan
a) Identifikasi kebutuhan kerjasama
Kerjasama diperlukan bila ada masalah atau kekurangan
yang tidak mampu diatasi sendiri. Dilihat kebutuhan-kebutuhan
mana yang paling prioritas untuk segera ditindaklanjuti. Penetapan
prioritas kebutuhan harus disepakati oleh semua anggota kelompok
tani.
b) Inventarisasi pihak-pihak yang mungkin diajak kerjasama
Langkah selanjutnya adalah menyusun daftar lembaga atau
pihak lain yang mempunyai peluang untuk diajak kerjasama sesuai
kebutuhan atau keperluannya. Informasi mengenai lembaga atau
pihak – pihak lain tersebut dapat diperoleh dari berbagai media
cetak dan elektronik maupun Penyuluh Pertanian Lapangan yang
dapat dihubungi.
Pada saat melakukan inventarisasi ini sebaiknya juga
dikumpulkan informasi selengkapnya mungkin tentang lembaga
atau pihak tersebut misalnya : dimana alamatnya, siapa yang bisa
dihubungi, apa bidang usahanya termasuk bagaimana reputasinya
(kejujurannya).
c) Menyiapkan pokok – pokok pikiran
Pokok – pokok pikiran ini menyangkut
 Masalah yang perlu dikerjasamakan.
 Apa saja yang dapat ditawarkan.
 Beberapa alternatif hubungan kerjasama yang dapat dilakukan.
 Jangka waktu kerjasama.
d) Menyusun proposal kerjasama
Proposal kerjasama, yaitu uraian kegiatan yang akan
diusulkan atau ditawarkan kepada pihak-pihak lain sebagai bentuk
kerjasama , antara lain : alasan mengapa kegiatan dilakukan, tujuan
kegiatan, bagaimana kegiatan dilakukan, siapa yang akan
melakukan, dimana dilakukan, kapan dan berapa lama kegiatan

12
dilakukan, apa hasil atau manfaat yang diperoleh dari kegiatan,
analisis keuntungan yang akan diperoleh apabila kegiatan yang
dilakukan merupakan kegiatan usaha produktif, komponen –
komponen keiatan apa saja yang perlu kerjasma , bentuk kerjasama
yang ditawarkan dan informasi-informasi penting lain yang
mendukung proses negosiasi.

2. Tahap negosiasi
Pada tahap ini berlangsung tawar – menawar seperti tentang :
a) Pembagian keuntungan dan kerugian.
b) Pembagian tugas dan tanggungjawab.
c) Sangsi bila salah satu pihak tidak disiplin.
d) Atuan-aturan lain yang dianggap penting.
Hasil dari tahap negosiasi/perundingan ini ini adalah kesepakatan.
Kesepakatan yang baik adalah yang memberikan keuntungan yang
sama sesuai beban tugasnya.

3. Tahap pelaksanaan dan pengendalian kerjasama kerjasama


Pada waktu tertentu selama periode pelaksanaan kegiatan, perlu
diadakan pertemuan untuk membicarakan perkembangan/kemajuan
yang telah dicapai yaitu yang biasa disebut proses pengendalian
(monitoring ). Maksudnya adalah untuk menjaga agar semua kegiatan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Yang
penting dalam proses pengendalian adalah :
a) Disiplin untuk melaksanakan apa yang telah disepakati.
b) Jujur.
c) Terbuka.
d) Ada komunikasi.

13
c. Kemitraan Agribisnis
Kemitraan : adalah kerjasama antara dua orang atau perusahaan
atau lebih, dalam suatu kegiatan usaha tertentu untuk mencapai tujuan
bersama yaitu memperoleh keuntungan.
Ada beberapa model kemitraan agribisnis yang berkembang selama
ini antara lain :
a) Berdasarkan Jangka Waktu.
1. Kemitraan Insidentil
Kemitraan insidentil adalah bentuk kemitraan yang didasari atas
kepentingan ekonomi bersama dalam jangka pendek dan
dihentikan bilamana kegiatan yang bersangkutan telah
selesai. Kemitraan ini dijalin biasanya dalam pengadaan sarana
produksi dan pemasaraan hasil usahatani.
Contoh : Kemitraan antara petani sayuran dengan pasar swalayan.
2. Kemitraan Jangka Menengah
Kemitraan jangka menengah adalah : bentuk kemitraan
berdasarkan motif ekonomi bersama dalam jangka
menengah/musim produksi tertentu. Kemitraan seperti ini dapat
dilakukan dengan atau tanpa perjanjian tertulis
(kontrak/kesepakatan).
Contoh : Pemilikan perusahaan oleh petani/koperasi : Tebu Inti
rakyat (TRI).

b). Berdasakan Pola Kerjasama Yang Dijalin.


1. Pola kontrak kerja.
Dalam pola ini petani/koperasi dan perusahaan agribisnis
menjalin hubungan kerjasama dengan melakukan kontrak kerja
baik dalam penyediaan saprodi dari perusahaan maupun jaminan
pemasaraan hasil produksi petani ke perusahaan. Dengan demikian
kegiatan agribisnis perusahaan hanya terbatas pada proses
pengolahan (agroindusri) dan pemasaran komuditas yang
dihasilkan.

14
2. Pola Kontrak manajemen
Bentuk kemitraan dengan pola ini berupa bantuan
manajemen usahatani dari lembaga yang berpengalaman dalam
manajemen usahatani seperti : koperasi jasa manajemen,
perusahaan agroindustri yang telah memiliki kemampuan dalam
mengelola agribisnis kepada petani/lembaga tani dalam ikatan
kontrak. Dalam pola ini, koperasi jasa manajemen/perusahaan
agroindustri sekaligus melakukan bimbingan dan pembinaan
kepada petani dan pengurus koperasi.
3. Pola Unit Pelaksana Proyek
Pola ini menyertakan peran aktif pemerintah dalam
pembentukan usaha agribisnis sejak awal sampai saatnya
dikonversikan kepada petani. Pengadaan saprodi, proses produksi,
pengolahan hasil dan pemasaran hasil mendapatkan bantuan serta
dukungan pembinaan dan pengendalian dari pemerintah. Hanya
saja bantuan yang merupakan pinjaman harus dikembalikan.
4. Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR)
Pada pola ini, perusahaan agroindustri yang memiliki skala
usaha besar bertindak sebagai inti, sedangkan petani disekitarnya
sebagai plasma. Inti sangat besar peranannya dalam penyediaan
sarana produksi, pengolahan lahan, pengolahan hasil, pemasaran
dan pelayanan teknis dan manajerial. Dengan kemampuan teknis
dan manajerial yang cukup baik, diharapkan pembinaan
kepada plasma berjalan dengan baik pula.
5. Pola Perusahaan Petani
Pada pola ini, petani yang pada umumnya kesulitan dalam
hal modal, membentuk usaha patungan berupa suatu perusahaan
baru (misalnya : perusahaan penyalur saprodi) dengan perusahaan
agroindustri dengan menyertakan saham masing-masing. Secara
bertahap , dengan mampunya petani menjalankan perusahaan,
pemilik keseleruhan saham dialihkan kepada petani.

15
6. Pola Perusahaan Petani terpadu.
Pembentukan perusahaan baru dengan pola ini sama seperti
pola perusahaan petani, hanya saja dalam pola ini saham milik
perusahaan agroindustri tetap ada pada perusahaan baru tersebut.
Keseluruhan kegiatan agribisnis perusahaan dilakukan secara
bersama-sama. Perusahaan semacam ini memerlukan perwakilan
petani dalam jajaran manajemen perusahaan baik pada tingkat
operasional maupun pada tingkat pengawasan.

d. Agrobisnis ( Bisnis Pertanian)


Agrobisnis adalah semua mulai dari pengadaan sarana produksi
pertanian sampai pada tataniaga produk pertanian yang dihasilkan
usahatani atau hasil olahannya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka agrobisnis meliputi :
1. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian seperti :
bibit/benih, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dll.
2. Usaha tani seperti : Tanaman pangan dan hortikultura, peternakan ,
perikanan, perkebunan, nelayan dll.
3. Pengolahan hasil, penyimpanan, distribusi dan tataniaga.

6. Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Petani


Ada empat cara yang umumnya dapat ditempuh untuk meningkatkan
pendapatan petani, yaitu memperluas lahan garapan, menurunkan harga sarana
produksi yang dibutuhkan, meningkatkan harga produk yang dihasilkan, atau
meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan garapan. Kebijakan
pembangunan pertanian yang diciptakan selama ini biasanya merupakan
kombinasi dari keempat cara tersebut.
Petani di Indonesia pada umumnya memiliki lahan sempit dengan
tingkat kesejahteraan yang rendah. Kepemilikan lahan garapan per keluarga
petani memang semakin menyempit dari waktu ke waktu.
Pada waktu lalu, saat ekonomi Indonesia sedang dalam masa
pertumbuhan yang tinggi, banyak lahan pertanian yang subur dan bahkan

16
memiliki sarana irigasi teknis yang baik dikonversi untuk peruntukan lainnya.
Akibatnya, lahan pertanian di sekitar Jabotabek dan kota-kota besar di
Indonesia secara perlahan-lahan dan pasti berubah menjadi kawasan
permukiman ataupun kawasan industri.
Pada saat aksesibilitas petani terhadap sentra pasar semakin baik karena
adanya pembangunan sarana dan prasarana transportasi, pada saat itu juga
peluang pemanfaatan lahan untuk nonpertanian semakin terbuka. Apalagi
dengan masuknya fasilitas listrik ke daerah pertanian dan perdesaan.
Peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai fasilitas itu menyebabkan
nilai lahan di pedesaan meningkat, terutama bagi keperluan perumahan
maupun industri. Ternyata, semuanya bisa berdampak negatif bagi
ketersediaan lahan pertanian. Kebijakan perbaikan fasilitas itu tentu tidak
salah, dan memang sangat diperlukan, karena secara praktis akan menurunkan
biaya produksi.
Di samping itu, perbaikan aksesibilitas ke pedesaan dan daerah
pertanian akan meningkatkan derajat kompetisi di pasar desa di mana petani
menjual produknya. Jadi, perbaikan itu berpengaruh positif terhadap harga
produk sekaligus membuka berbagai peluang usaha bagi keluarga petani.
Tetapi, ketiadaan aturan, ataupun penerapan aturan yang tidak jelas
tentang konversi atau alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi
nonpertanian, menjadi penyebab utama banyaknya lahan pertanian yang
produktif menghilang. Peningkatan nilai ekonomi lahan ternyata belum tentu
sepenuhnya jatuh pada petani dan penduduk di pedesaan. Para pengembang
perumahan ataupun industri ikut menikmati peningkatan nilai rent tersebut.
Jika peningkatan nilai ekonomi itu jatuh pada pihak nonpetani, atau yang
bukan masyarakat pedesaan, seharusnya ada mekanisme kompensasinya.
Jika pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat berpengaruh negatif pada
luas lahan pertanian, terutama di sekitar perkotaan, perekonomian yang
merosot pun berdampak negatif pada luas garapan per petani. Sebab,
kemerosotan kesempatan kerja di luar pertanian membuat keluarga petani
mengalami kesulitan untuk memperoleh kerja di luar sektor pertanian. Apalagi
tingkat pendidikan mereka rata-rata hanya sekolah dasar bahkan lebih rendah

17
lagi. Luas lahan garapan yang sudah sempit pun, makin sempit, karena
pembagian lahan di antara keturunan para petani.
Dalam jangka pendek, perbaikan kesejahteraan petani tidak mungkin
dilakukan melalui peningkatan luasan lahan per petani. Bahkan diperkirakan,
penyempitan lahan garapan per petani akan terus berlanjut seandainya
perekonomian tidak tumbuh dengan cepat dan kesempatan kerja di sektor off-
farm tidak segera tercipta.
Oleh sebab itu, stabilitas moneter memang diperlukan, di samping
perbaikan pada aspek keamanan agar investor kembali bersedia menanamkan
modalnya.
Sempitnya peluang peningkatan luas garapan per petani, membuat
peluang yang mungkin meningkatkan pendapatan mereka adalah melalui
penurunan harga sarana produksi pertanian, peningkatan harga jual produk
yang dihasilkan petani, dan atau peningkatan produktivitas.
Penurunan harga sarana produksi biasanya dilakukan dengan pemberian
subsidi. Namun, cara ini perlahan-lahan dihapus karena dianggap melanggar
aturan perdagangan, khususnya jika produk itu untuk pasaran ekspor. Atau,
subsidi dihapus karena alasan anggaran yang tidak mencukupi serta alasan
efek distortif yang dapat menurunkan efisiensi.
Peningkatan harga produk petani juga semakin sulit dilakukan, bahkan
di pasaran internasional harga-harga cenderung merosot, terutama produk
pangan pokok. Kebijakan atau upaya untuk mengisolasi pasar Indonesia
terhadap pasar internasional tidak layak diterapkan, karena akan merugikan
konsumen ataupun dapat menciptakan distorsi pasar dan berbagai dampak
negatifnya.
Sementara, peningkatan harga melalui mekanisme harga dasar atau
subsidi juga sulit dilakukan mengingat terbatasnya anggaran serta tidak
jelasnya efek distributifnya. Masih diragukan, apakah mekanisme tersebut
dapat menjamin sepenuhnya bahwa yang diuntungkan adalah buruh tani
ataupun petani kecil berlahan sempit. Peningkatan harga produk pertanian,
terutama bahan pangan pokok, juga dianggap dapat merugikan konsumen

18
miskin di perkotaan yang berdampak pada peningkatan tensi politik di kota-
kota besar.
Kemajuan teknologi budi daya tanaman, sejak hulu sampai hilir,
merupakan cara terbaik meningkatkan pendapatan petani. Pengalaman
revolusi hijau pada usahatani padi dapat dijadikan contoh yang baik. Melalui
program yang dahulu disebut Panca Usahatani, produktivitas usahatani padi
dapat ditingkatkan dengan nyata, yang sekaligus membuahkan stabilitas harga
maupun stabilitas sosial-politik.
Namun, cerita sukses pada masa lalu itu tampaknya berhenti sampai di
situ saja. Hingga kini, belum ada terobosan teknologi budidaya maupun
kelembagaan yang secara nyata mampu meningkatkan produktivitas lahan.
Karena itu, perlu diciptakan suasana kondusif dalam upaya perbaikan
teknologi budi daya sejak penciptaan benih unggul sampai pada penanaman
dan pemanenan di tingkat usahatani, bahkan hingga produk berada di tangan
konsumen. Pada akhirnya, petanilah yang menentukan apakah alternatif
teknologi yang tercipta memang mampu meningkatkan pendapatan atau kese-
jahteraan keluarganya atau tidak.

7. Berpartisipasi Dalam Kegiatan Pedesaan


a. Partisipasi Petani
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan se-bagai keterlibatan
mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam
berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata.
Partisipasi dapat di-artikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi
atau perasaan seseorang dalam situasi ke-lompok yang mendorongnya
untuk memberikan sum-bangan kepada kelompok dalam usaha mencapai
tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Partisipasi adalah keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai
tanggung jawab terhadap kepent-ingan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama (Sastroepoetra, 2004), sedangkan Mikkelsen (2003),

19
mendifinisikan partisipasi adalah sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri.
Partisipasi berbasis masyarakat adalah suatu proses aktif dimana
penduduk desa secara langsung ikut serta dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan yang
mereka miliki dengan tujuan untuk menum-buhkan kemandiriaannya,
meningkatkan pendapa-tannya dan pengembangan (Porawouw, 2005).
Partisipasi petani merupakan keikutsertaan dari petani baik secara
individu maupun secara ke-lompok dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab dalam bidang usaha pertanian. Didalam melaksanakan program
penyuluhan pertanian, partisipasi petani se-bagai sasaran penyuluhan
pertanian merupakan faktor yang sangat penting. Partisipasi tersebut dapat
berupa menghadiri pertemuan, mengajukan pertanyaan kepa-da PPL saat
pertemuan penyuluhan. Menurut Van Den Ban dan Hawkins, ditinjau dari
segi motivasinya, partisipasi masyarakat terjadi karena :
1. Takut/ terpaksa, partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut
biasanya akibat adanya perintah
2. yang kaku dari atasan sehingga masyarakat sea-kan-akan terpaksa
untuk melaksanakan rencana yang telah ditentukan.
3. Ikut-ikutan, partisipasi dalam ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa
solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat desa, apalagi yang
memulai adalah pemimpin mereka, sehingga keikutsertaan mereka
bukan karena dorongan hati sendiri, tetapi merupakan perwujudan
kebersamaan saja.
4. Kesadaran, partisipasi yang timbul karena ke-hendak dari pribadi
anggota masyarakat. Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari
hati nu-rani sendiri. Partisipasi bentuk yang sesungguhnya sangat
diharapkan dapat berkembang dalam masyarakat desa. Dengan adanya
partisipasi yang didasarkan atas kesadaran, maka masyarakat dapat
diajak memelihara dan meraa memiliki objek pembangunan yang
diselengarakan didesa tersebut.

20
b. Jenis Partisipasi Kelompok Tani
Menurut (Sutami, 2009) dikemukakan bahwa jenis-jenis partisipasi
meliputi:
(a) Tenaga
(b) Pikiran
(c) Pikiran dan tenaga
(d) Keahlian
(e) Barang dan uang.

Dari jenis-jenis partisipasi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:


1. Pikiran: pikiran merupakan jenis partisipasi pada level pertama dimana
partisipasi tersebut merupa-kan partisipasi dengan menggunakan
pikiran seseorang atau kelompok yang bertujuan untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan.
2. Tenaga: merupakan jenis partisipasi pada level kedua dimana
partisipasi tersebut dengan mendayagunakan seluruh tenaga yang
dimiliki secara kelompok maupun individu untuk men-capai sesuatu
yang diinginkan.
3. Pikiran dan Tenaga: merupakan jenis partisipasi pada level ketiga
dimana tingkat partisipasi terse-but dilakukan bersama-sama dalam
suatu ke-lompok dalam mencapai tujuan yang sama.
4. Keahlian: merupakan jenis partisipasi pada level keempat dimana
dalam hal tersebut keahlian men-jadi unsur yang paling diinginkan
untuk menen-tukan suatu keinginan.
5. Barang: merupakan jenis partisipasi pada level kelima dimana
partisipasi dilakukan dengan se-buah barang untuk membantu guna
mencapai hasil yang diinginkan.
6. Uang: merupakan jenis partisipasi pada level kee-nam dimana
partisipasi tersebut menggunakan uang sebagai alat guna mencapai
sesuatu yang di-inginkan. Biasanya tingkat partisipasi tersebut
dilakukan oleh orang-orang kalangan atas.

21
Keikutsertaan masyarakat adalah sangat pent-ing di dalam
keseluruhan proses program. Partisipasi masyarakat dalam program
pemberdayaan selayaknya mencakup keseluruhan proses mulai dari awal
sampai tahap akhir. Oleh karena itu, partisipasi publik dapat terjadi pada 4
(empat) jenjang, yaitu:
1. Partisipasi dalam tahap proses pembentukan keputusan;
2. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan
3. Partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil;
4. Partisipasi dalam tahap evaluasi.

Partisipasi Anggota Kelompok tani dalam kegiatan kelompok tani adalah


sebagai berikut :
1. Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Perencanaan
Kegiatan Dalam Kelompok Tani. Pengambilan keputusan pada
kelompok tani mufakat di desa Banua Padang Hilir dengan men-
gadakan rapat yang mengharuskan seluruh ang-gota kelompok tani
berhadir agar kesepakatan yang ingin dicapai pada pengambilan
keputusan dapat di capai. Partisipasi kehadiran anggota ke-lompok tani
mufakat sudah cukup baik, dengan melibatkan seluruh anggota dalam
setiap kegiatan rapat-rapat pengambilan keputusan. Perencanaan
kegiatan yang biasanya dilakukan masyarakat yai-tu untuk
merncanakan kegiatan penanaman padi, dari penyemaian, penanaman,
pemupukan hingga panen. Selain itu pengambilan keputusan dalam
kelompok tani mufakat juga dilakukan jika ingin mencari solusi dari
berbagai masalah pertanian yang dihadapi dengan musyawarah yang
dil-akukan seluruh anggota kelompok tani.
2. Partisipasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ke-lompok Tani partisipasi
pelaksanaan kegiatan ke-lompok tani Mufakat di desa banua Padang
Hilir selalu di ikuti anggota kelompok tani mufakat dengan aktif.
Kegiatan kelompok tani yang dil-akukan secara umum yaitu kegiatan
Sekolah Lapang, sarana kerjasama antar anggota ke-lompok tani dan
sarana satu kesatuan usaha (unit produksi usaha tani).Kegiatan belajar

22
mengajar pada kelompok tani mufakat dilakukan satu minggu sekali
Baik SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) maupun
SLPHT (sekolah Lapang Pengelolaan Hama terpadu). Da-lam kegiatan
sekolah lapang petani dapat saling berinteraksi untuk meningkatkan
pengetahuan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara cetak sawah yang
diusulkan oleh pemerintah demi memperkuat kedaulatan dan ketahanan
pangan nasional. Optimalisasi lahar rawa dengan melakukan optimalisasi
potensi lahan rawa untuk dijadikan sawah produktif. Dan menggunakan
Alsintan.
2. Untuk memelihara lahan agar halan terhindar dari erupsi yaitu dengan cara
system berteras-teras, menanami lahan menurut garis kontur, membajak
searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal, bercocok tanam
dengan cara membagi bidang tanah itu dengan bentuk sempit dan
memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-
belok. Agar tanah subur lakukan dengan cara pemupukan, system irigasi
yang baik, membuat hutan cadangan pada lereng gunung, dan menanami
lereng-lereng yang gundul.
3. Penanganan pasca panen adalah untuk memperlama daya simpan sehingga
nilai ekonomis suatu produk akan tetap stabil hingga sampai tahap akhir.
Penanganan pasca panen diharapkan dapat salah unsur dalam mencapai
produk yang bermutu.
4. Teknologi pertanian terus dikembangkan dan diintroduksikan kepada
petani untuk bisa diterapkan oleh petani
5. Kerjasama kelompok sangatlah penting bagi petani untuk sampainya
produksi petani kemasyarakat. Dan mempermudah petani untuk
mendapatkan alat dan bahan yang di perlukan oleh petani.
6. Meningkatkan pendapatan rumah tangga petani sangatlah penting bagi
para petani tersebut. Agar kiranya petani bisa semangat dan terus
meningkatkan pertaniannya untuk di konsumsi banyak orang.

24
7. Berpartisipasi kegiatan di pedesaan sangatlah bagus dalam lingkungan
pertanian. Untuk itu masyarakat berperan aktif dalam partisipasinya untuk
memajukan kesejahteraan petani di seluruh indonesia.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka saran yang dapat diberikan
adalah :
1. Bagi petani anggota kelompoktani untuk lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan pertemuan kelompok dan penyuluhan yang diadakan oleh Dinas
Pertanian guna lebih meningkatkan kemampuan manajemen usahatani
lebih baik dan efisien, sedangkan bagi petani non-anggota kelompoktani
mencoba lebih terbuka dan menerima saran untuk lebih mengenal
kelompoktani dengan harapan ingin bergabung kedalam kelompoktani
guna memperbaiki manajemen usahatani menjadi lebih baik.
2. Kepada Kementerian Pertanian terkait diharapkan dapat memberikan
pemahaman lebih kepada petani yang belum tergabung dalam
kelompoktani agar mempunyai keinginan untuk bergabung, dan
diharapkan pemerintah lebih mempermudah akses permodalan dan 175
sarana produksi bagi petani yang sudah tergabung dalam kelompoktani
sebagaimana anjuran pemerintah.
3. Bagi peneliti lain, disarankan agar membahas lebih lanjut mengenai
keterkaitan intensitas pelatihan manajeman usahatani, bantuan sarana
produksi terhadap efisiensi, pendapatan usahatani dan partisipasi anggota
kelompoktani.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/18894/3/BAB%201%20%2809405244027%29.pdf

https://kumparan.com/techno-geek/3-metode-meningkatkan-produksi-pertanian-
di-indonesia-1550481060826248094

https://blog.ub.ac.id/dianchibby/2012/06/07/menjaga-kesuburan-tanah-dan-usaha-
mengurangi-erosi-tanah/

https://agroteknologi.id/bagaimana-cara-penanganan-pasca-panen-yang-baik/

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/studipustaka/article/v
iew/2968

https://agronomipertanian.blogspot.com/2016/07/kerjasama-kelompok-tani.html

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F14900/Peluang
%20yang%20Tersisa.htm

https://media.neliti.com/media/publications/3507-ID-partisipasi-kelompok-tani-
dalam-kegiatan-penyuluhan-pertanian-di-desa-kanonang-l.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai