Anda di halaman 1dari 13

REVOLUSI HIJAU DI

INDONESIA

KELOMPOK 2

Langgeng Surya A (13030118130060)


Donna Fierrelanda (13030120140032)
John Winley S (13030120120012)
Fatma Shofani (13030120140030)
Febie Andayani (13030120133082)
LATAR BELAKANG REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA

• Revolusi Hijau di Indonesia dimulai sejak berlakunya UU Agraria pada tahun


1870 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga di
Indonesia dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman.

• Dalam perkembanganya pada masa orde baru, program Revolusi Hijau


dilaksanakan secara sistematis, terprogram, dan terus-menerus yang
digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan di
Indonesia, terutama produksi beras.

• Pada masa orde baru, istilah Revolusi Hijau lebih dikenal dengan “Panca
Usaha Tani”. Revolusi Hijau di Indonesia sudah digalakkan sejak masa
Soekarno melalui “Rencana Kasino” namun hal tersebut tidak terlaksana
karena terkendala dana yang ada.
Lanjutan......
• Pemerintah dan para intelektual IPB menjadi aktor penting dalam pelaksanaan revolusi
hijau di Indonesia. Berhasilnya pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan Revolusi
Hijau karena keberhasilannya dalam menggandeng para intelektual ITB dan
pemerintah yang menyodorkan kemajuan akan Revolusi Hijau yang modern.

• Usaha yang dilakukan Pemerintah orde baru dalam revolusi hijau untuk meningkatkan
produksi pangan dan pertanian umum. Mencakup lima usaha pokok, yaitu:

1. Intensifikasi pertanian
2. Ekstensifikasi pertanian
3. Diversifikasi Pertanian
4. Rehabilitasi Pertanian
5. Mekanisasi Pertanian
Program-Program Revolusi Hijau di Indonesia

1. Program Bimbingan Massal (BIMAS)


● Bimbingan massal atau bimas adalah suatu program dengan sistem penyuluhan
pertanian yang bersifat massal yang diterapkan pada masa Orde Baru.
● Tujuan dilaksanakannya program Bimas adalah
○ untuk peningkatan produksi padi sehingga dapat mencapai swasembada pangan
serta perbaikan kualitas gizi masyarakat agar terwujud ketahanan dan keamanan
pangan.
○ meningkatkan pendapatan dan taraf hidup serta meningkatkan kesejahteraan
petani dan keluarganya.
○ meningkatkan kemampuan petani dalam menguasai dan menerapkan teknologi
pertanian.
○ meningkatkan kemampuan kelembagaan pertanian dalam mengembangkan
agribisnis dan agroindustri.
Lanjutan……
● Program Bimas antara lain berisi: penggunaan bibit unggul,
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pengairan dan
perbaikan dalam cara bercocok tanam. Tetapi program ini mengalami
hambatan karena para petani tidak mau untuk membeli pupuk dan
peralatan pertanian yang modern.
● Selama program Bimas diterapkan penerapan varietas terus meluas,
dan jalinan kelembagaan semakin baik, untuk mengantisipasi
kebutuhan kredit yang melampaui kemampuan Bimas maka di tahun
1968 Bimas melakukan intensifikasi secara massal atau inmas.
2. Program Intensifikasi Massal (INMAS)
 Pemerintah Orde Baru kemudian mengembangkan program Bimas menjadi
Inmas atau Intensifikasi Massal. Program ini dilaksanakan pada tahun 1969.
Format program ini sebenarnya hampir sama dengan Bimas, yang berbeda
adalah Inmas memiliki target pengoptimalan produktivitas lahan dan kualitas
hasil pertanian, terutama padi. Pemerintah pada saat itu juga memberikan
subsidi varietas bibit unggul, pupuk, pestisida, dan teknologi pertanian lainnya.

 Program Inmas menerapkan sistem intensifikasi pertanian, yaitu pengelolaan


lahan pertanian dengan sebaik-baiknya, terutama di lahan pertanian yang
sempit. Program ini dilakukan melalui Panca Usaha Tani dan dilanjutkan
dengan program Sapta Usaha Tani, yaitu dengan melakukan pengolahan
tanah yang baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan,
pemberantasan hama dan penyakit tanaman serta pengolahan pascapanen
3. Program Intensifikasi Khusus (INSUS) > Supra Insus

 Pemerintah Orde Baru juga melakukan penataan program ini jadi Intensifikasi Khusus
atau Insus, yang merupakan upaya peningkatan produksi
 per unit, yaitu pengembangan peningkatan hasil dari setiap hektar sawah. Program ini
dianggap cukup berhasil karena berhasil meningkatkan produksi pertanian sebanyak dua
kali lipat. Program Insus bukan hanya diterapkan hanya diterapkan pada daerah yang
agroekosistemnya potensial seperti swah irigasi dan tadah hujan, tetapi juga pada daerah
yang agroekosistemnya marjinal seperti lahan pasang surut, lebak, dan lahan kering.
 Pemerintah kemudian juga mengembangkan Insus menjadi Supra Insus, yang bertujuan
untuk dapat meningkatkan swasembada beras, dengan mengembangkan teknologi
pertanian dengan penggunaan zat perangsang tumbuhan. Program-program di atas
dikembangkan melalui intensifikasi pertanian, yaitu upaya peningkatan produksi per unit
dan ekstensifikasi, yaitu upaya perluasan areal pertanian.
4. Sapta Usaha Tani dan Panca Usaha Tani
Panca Usaha Tani meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.Mekanisme dalam pengolahan tanah
2.Menggunakan irigasi yang mapan
3.Menggunakan pupuk untuk meningkatkan kesuburan dan hasil pertanian
4.Menggunakan obat penyemprot hama untuk membasmi hama perusak tanaman
5.Menggunakan bibit unggul
Jelas bahwa Revolusi Hijau yang dijabarkan ke dalam Program Panca Usaha Tani merupakan
modernisasi pertanian di Indonesia. Kemudian untuk meningkatkan serta mengembangkan industri
pertanian dari 5 langkah-langkah dari panca usaha tani tersebut ditingkatkan dengan menambah 2
langkah untuk meningkatkan dan mengembangkan pertanian di Indonesia dengan yakni
menekankan pengolahan dan penjualan pasca panen serta pemasaran yang dikenal dengan
program lanjutan Panca Usaha Tani. Dengan adanya program ini maka diharapkan bisa
menstimulasi pengembangan industri pertanian seperti pupuk, obat-obatan, peralatan pertanian,
dan sebagainya.
Dampak Revolusi Hijau di Indonesia
DAMPAK POSITIF
DAMPAK NEGATIF
• Produksi padi dan gandum meningkat
• Kesuburan tanah menurun dan menjadi
sehingga pemenuhan pangan semakin
tandus karena pengunaan pupuk. Terus
tinggi salah satu contohnya bagi bangsa
menerus dan terjadi ketergantungan.
Indonesia adalah Indonesia yang tadinya
• Penurunan keanekaragaman hayati
merupakan pengimpor beras menjadi
sehingga ekosistem rusak dan tidak
mampu dalam Swasembada beras.
seimbang. • Menguatnya kesadaran masyarakat
• Munculnya kapitalisasi dalam sektor
pedesaan akan pentingnya adaptasi
pertanian.
teknologi.
• Menimbulkan kesenjangan karena • Menguatnya perekonomian pedesaan.
pengunaan teknologi yang belum merata. • Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Kesimpulan
● Kebijakan Revolusİ Hijau merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintahan
Soeharto pada saat rezım Orde Baru masih berkuasa. Latar belakang pelaksanaan
revolusİ hijau adalah kelangkaan pangan beras sepanjang rezim Orde Lama
berkuasa. Oleh karena İtü rezim Orde Baru menyadari pentingnya ketersediaan
pangan, khususnya beras dalam menjaga stabilitas nasional. Pelaksanaan program
kebijakan revolusİ hijau selama pemerintahan Orde Baru telah mengantarkan
bangsa Indonesia berhasİl menjadİ negara Swasembada pangan beras pada tahun
1984 hingga tahun 1990-an.
● Pelaksanaan kebijakan Revolusİ Hijau di Indonesia telah mengubah kebiasaan
sistem pertanian darİ tradisional ke sistem pertanian modern. Pelaksanaan
kebijakan Revolusİ Hijau di Indonesia dapat diketahui darİ penggunaan bibit unggul
(padi), penggunaan pupuk kimia, pestisida, penggunaan alat-alat pertanian modern
(traktor, sabit, sprayer: mesin huller padi) dan pembangunan bendungan İrİgasİ.
● Dalam penerapan kebijakan Revolusİ Hijau di Indonesia mendapat 'respons baİk ,
respons positif maupun respon negatif dari masyarakat. Masyarakat merespon
secara positif dalam penggunaan pupuk kimia dan pembangunan bendungan
irigasi. Sedangkan dalam penggunaan bibit unggul padi masyarakat cenderung
memberİ respons negatif karena masyarakat menganggap penggunaan bibit padi
unggul membutuhkan perawatan yang lebih sulit. Oleh karena itu sebagian
masyarakat Indonesia secara umum menanam benih padi lokal.
● Penerapan kebijakan Revolusi Hijau di Indonesia mempunyai dampak positif dan
negatif. Adapun dampak positif penerapan Revolusİ Hijau di Indonesia, yaitu
masyarakat Indonesia mampu untuk meningkatkan produksi padi setiap tahunnya,
Selaİn itu petani dapat mengolah lahan pertanian yang lebih luas karena
penggunaan alat-alat modern seperti traktor: sabit dan juga ketersediaan
bendungan irigasi. Sedangkan dampak negatif dari penerapan kebijakan Revolusi
Hijau di Indonesia, yaitu tingginya ketergantungan pada penggunaan pupuk dan
pestisida pada pangan beras, hilangnya kearifan mengkonsumsi pangan lokal
hingga semakin memudarnya budaya gotong royong dalam masyarakat, selain itu
dalam jangka panjang penggunaan pupuk dan pestisida kimia juga berdampak
buruk terhadap lingkungan dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusunan Buku Revolusi Hijau. 2012. Merevolusi Revolusi Hijau: Pemikiran
Guru Besar IPB. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Wahyuni, Sri. Kurnia Suci Indraningsih. 2003. “Dinamika Program Dan Kebijakan
Peningkatan Produksi Padi”. Forum Penelitian Agro EkonomI, 21(2):143-156.
Nugroho, Wahyu Budi. 2018. “Konstruksi Sosial Revolusi Hijau Di Era Orde Baru”.
Soca, 12(1): 54-62.
Gultom, Ferdi. & Sugeng Harianto. 2021. “Revolusi Hijau Merubah Sosial Ekonomi
Masyarakat Petani”. Jurnal Pembangunan Sosial, 4(2): 145-154.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai