Anda di halaman 1dari 9

REVOLUSI HIJAU

N I K O L A U S M A R V I N L I A Y A S A

Presentasi Sejarah
DAFTAR ISI
REVOLUSI HIJAU

Pendahuluan

Latar Belakang

Isi Materi

Pengembangan Materi

Kesimpulan
PENDAHULUAN
REVOLUSI HIJAU

Revolusi Hijau merupakan sebuah usaha dalam


mengembangkan teknolosi pertanian yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan yang dimulai
pertama kali di Meksiko pada tahun 1940-an. Revolusi
ini dengan kata lain mengubah pertanian yang
sebelumnya menggunakan teknologi tradisional,
menjadi pertanian dengan teknologi modern.

Revolusi Hijau ini berfokus pada penemuan varietas


bibit unggul biji-bijian seperti gandum, padi, dan
jagung. Upaya tersebut turut didorong dengan
penggunaan pupuk kimia, agrokimia, pasokan air yang
terkontrol (yang umumnya melibatkan irigasi), dan
metode penanaman yang lebih baru, yang lebih
modern.

1
LATAR BELAKANG
Revolusi Hijau
Revolusi Hijau dilatarbelakangi pemikiran Thomas Robert
Malthus, seorang tokoh dari negara Inggris yang memiliki peran
di bidang ekonomi, politik, dan demografi yang berpemikiran
kemiskinan merupakan hal yang tidak dapat dihindari karena
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, yang tidak
dibarengi dengan peningkatan produksi pangan.

Pemikiran Robert ini kemudian mendorong lembaga bernama


Ford Foundation and Rockefeller Foundation untuk melakukan
penelitian di negara Meksiko dan Filipina.

Di Meksiko, kedua lembaga tadi mengembangkan penelitian


mengenai varietas gandum baru yang dianggap lebih produktif
dan lebih tahan terhadap serangan hama. Penelitian varietas
gandum yang digabungkan dengan teknologi pertanian modern
akhirnya membuat Meksiko berhasil menjadi negara pengimpor
gandum pada tahun 1960-an.

Pada tahun 1962, kedua lembaga itu mendirikan sebuah badan


penelitian tanaman di Los Banos, yang dinamakan International
Rice Research Institute (IRRI). IRRI ini kemudian berhasil
mengembangkan varietas bibit padi baru yang produktif, yang
Thomas Robert Malthus
kemudian disebut padi ajaib atau padi IR-8
Norman Borlaug
Ilmuwan Amerika Serikat, yang telah menciptakan
varietas gandum di Meksiko kemudian disebut
sebagai bapak dari Revolusi Hijau

REVOLUSI HIJAU DI
INDONESIA
Di Indonesia, gerakan Revolusi Hijau ini terjadi pada zaman Orde Baru.
Saat itu pemerintah memasukkan program tersebut untuk meningkatkan
hasil pertanian melalui kebijakan modernisasi pertanian.

Ide modernisasi pertanian pertama kali digemakan pada tahun 1960 oleh
mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, dalam sebuah
kegiatan yang dinamakan Demonstrasi Massal atau yang disingkat
Demas.

Demas pada saat itu menerapkan penggunaan varietas bibit unggul,


pupuk kimia, pestisida, perbaikan tata cara bertanam, dan penyediaan
sarana irigasi yang baik. Kegiatan ini kemudian berkembang dan dikenal
dengan nama Panca Usaha Tani. Pemerintah Orde Baru kemudian pada
tahun 1964 memformulasikan program tersebut menjadi program
pembangunan pertanian, dengan nama Bimbingan Massal atau Bimas.

Demas merupakan usaha untuk memaksimalkan


hasil pertanian, agar bisa mendapatkan keuntungan
yang tinggi dengan cara menerapkan prinsip-prinsip
bertani yang modern di sekelompok petani
tradisional
REVOLUSI HIJAU DI
INDONESIA
Program Bimas ini tidak menyasar petani sebagai individu, tapi
lebih ditujukan ke kelompok petani. Kelompok petani ini
menjadi objek penyuluhan pertanian mengenai bagaimana cara
bertani yang modern dan pemberian subsidi. Jadi, selain
kelompok petani tersebut dilatih untuk bertani secara lebih
modern, mereka juga diberi modal dan subsidi untuk
melakukan kegiatan bertani mereka.

Pemerintah Orde Baru kemudian mengembangkan program


Bimas menjadi Inmas atau Intensifikasi Massal. Program ini
dilaksanakan pada tahun 1969. Inmas memiliki target
pengoptimalan produktivitas lahan dan kualitas hasil pertanian,
terutama padi.

Pemerintah Orde Baru juga melakukan penataan program ini jadi


Intensifikasi Khusus atau Insus, yaitu pengembangan peningkatan
hasil dari setiap hektar sawah. Program ini dianggap cukup berhasil
karena berhasil meningkatkan produksi pertanian sebanyak dua
kali lipat. Pemerintah kemudian juga mengembangkan Insus
menjadi Supra Insus, yaitu mengembangkan teknologi pertanian
dengan penggunaan zat perangsang tumbuhan.
DAMPAK REVOLUSI
HIJAU
Revolusi Hijau berdampak pada peningkatan hasil pertanian,
khususnya padi. Hal inilah yang membuat Indonesia mampu
melakukan swasembada beras pada tahun 1979 dan 1985. Pada
dua tahun tersebut Indonesia berhasil meningkatkan produksi
pangan sampai 49%. Tetapi tidak terjadi lagi di tahun-tahun
selanjutnya.

Revolusi Hijau juga berpengaruh pada sistem perekonomian. Hasil


pertanian sebagian diperjualbelikan untuk mendapatkan uang.
Uang tersebut mengalir ke pedesaan sehingga menghidupkan
ekonomi di tingkat lokal, terutama di beberapa desa yang pada saat
itu masih belum mengenal sistem uang menjadi mengenai sistem
uang

Dampak negatif Revolusi Hijau ini paling dirasakan para petani di


tingkat lokal. Para petani lokal yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi tersebut jadi kehilangan
pendapatan sebagai buruh tani. Hal ini terjadi karena pekerjaan
mereka mulai tergantikan oleh mesin-mesin tersebut. Selain itu,
karena ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi
hama, biaya produksi menjadi tinggi dan harus ditanggung para
petani.
SAVE ENVIRONTMENT

OUR VISION
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do
eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut
enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris
nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor
in reprehenderit in voluptate velit esse aute irure dolor in cillum
dolore eu fugiat nulla pariatur.

Presentation Design

Anda mungkin juga menyukai