Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SEJARAH

REVOLUSI HIJAU

DISUSUN OLEH:

Kelompok 5

1.Ruy Nahotasih Hutabarat

2.Maria Agnes Sitompul

Kelas: XII MIA 2

Guru Pembimbing: Bu D.L Sihombing

SMA NEGERI 3 SIBOLGA

TAHUN AJARAN 2022/2023


Revolusi Hijau

Konflik antar negara yang menyebabkan meletusnya Perang Dunia I dan Perang Dunia II
merupakan salah satu alasan mengapa Revolusi Hijau muncul. Perang tersebut menjadi penyebab
hancurnya lahan-lahan pertanian. Kondisi tersebut membuat pasokan kebutuhan makanan dunia
mengalami defisit yang signifikan.

Hadirnya Revolusi Hijau juga menjadi bagian dari perkembangan sektor pertanian, baik
berupa alat pertanian, rotasi tanaman, serta irigasi. Masa transisi tersebut melalui proses panjang
hingga masuk ke wilayah Afrika dan Asia, termasuk Revolusi Hijau di Indonesia.

Pengertian Revolusi Hijau

Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi untuk menggambarkan perubahan fundamental
dalam penggunaan teknologi budidaya pertanian. Revolusi ini dimulai pada tahun 1950-an hingga
1980-an oleh negara-negara berkembang, terutama negara di kawasan Asia.

Adanya revolusi ini menghasilkan capaian berupa swasembada beberapa jenis bahan pangan
di berbagai negara yang sebelumnya selalu mengalami kekurangan sediaan bahan pangan, seperti
India, China, Bangladesh, Vietnam, Thailand dan Indonesia.

Orang yang dipandang sebagai konseptor utama gerakan Revolusi Hijau adalah Norman
Borlaug. Ia pernah menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1970.

Namun sebelum itu, revolusi bidang pertanian ini telah diawali oleh Ford dan Rockefeller
Foundation yang mengembangkan gandum di Meksiko pada tahun 1950) dan padi di Filipina pada
tahun 1960.

Latar Belakang

Lahirnya Revolusi Hijau dilatarbelakang oleh berbagai kondisi global masa itu, antara lain:

1. Hancurnya lahan pertanian akibat Perang Dunia I dan Perang Dunia II


2. Laju pertambahan penduduk yang meningkat drastis sehingga kebutuhan pangan
juga bertambah
3. Banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan
4. Upaya peningkatan produksi pertanian

Jauh sebelum itu, Revolusi Hijau sebenarnya adalah gagasan dari hasil penelitian dan tulisan
Thomas Robert Malthus pada tahun 1766-1834. Ia menjelaskan bahwa masalah kemiskinan
merupakan masalah yang tidak terhindarkan.

Thomas Robert Malthus ialah seorang ekonom sekaligus pencetus teori kependudukan dari
Inggris. Melalui bukunya yang berjudul “Essay on the Principles of Population”, ia menyatakan jika
kemiskinan adalah hal yang tidak dapat dihindari karena pertumbuhan penduduk tidak sebanding
dengan peningkatan produksi pertanian (tanaman pangan).
Tulisan Thomas Robert Malthus ternyata berhasil membawa pengaruh dan memunculkan
beberapa gerakan, yaitu:

1. Gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan mengontrol angka kelahiran


2. Gerakan menemukan dan meneliti bibit tanaman unggul dalam sektor pertanian

Sejarah Revolusi Hijau

Perkembangan revolusi hijau berawal setelah Perang Dunia I selesai. Perang Dunia I
menyebabkan rusaknya banyak lahan pertanian di Eropa sehingga mengancam produksi pangan saat
itu. Untuk mengatasi masalah tersebut, para pengusaha di Amerika Serikat berupaya untuk
mengembangkan pertanian guna menjamin cukupnya kebutuhan pangan melalui berbagai
penelitian. Ford and Rockefeller adalah sponsor utama penelitian tersebut.

Penelitan bidang pertanian kala itu banyak dilakukan di negara-negara berkembang, seperti
Meksiko, Filipina, Pakistan dan India. Para peneliti terus berusaha mencari berbagai temuan varietas
tanaman penghasil biji-bijian yang dapat berproduksi tinggi (terutama beras dan gandum).

Selain itu, alat-alat pertanian modern juga mulai dikembangkan dan berpengaruh terhadap
suksesnya Revolusi Hijau. Penggunaan mesin baja, alat penyemprot serta penggunaan mesin
penggiling padi adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi pertanian.

Revolusi ini terus berkembang hingga pasca Perang Dunia II yang juga menyebabkan
hancurnya lahan-lahan pertanian. Upaya peningkatan produksi pangan pertanian terus dilakukan
dengan membuka lahan-lahan baru, pembuatan mekanisme pertanian efektif dan efisien,
penggunaan pupuk serta pengembangan berbagai metode pemberantasan hama dan penyakit
tanaman.

Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan
persilangan (breeding) antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul
untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur
pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis tradisional) dan
mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara lain:

 tersedia cukup air;


 pemupukan teratur;
 tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit;
 tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu.

Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga
memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Keuntungan Revolusi Hijau bagi umat
manusia, antara lain sebagai berikut.

 Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek


sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali
menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang
dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan
hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja.
 Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi,
biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya
akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian
tradisional.
 Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya
akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung pandangan atau harapan
bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani,
dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.
 Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil
melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di
masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara, misalnya di Indonesia.

Revolusi Hijau di Indonesia

Di negara kita Indonesia revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi
pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan
lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, (lima usaha tani)

 Teknik pengolahan lahan pertanian


 Pengaturan irigasi
 Pemupukan
 Pemberantasan hama
 Penggunaan bibit unggul

Perubahan dalam bidang pertanian di dunia juga berdampak terhadap Indonesia, salah
satunya adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Revolusi Hijau juga menjadi proyek utama
pada masa Orde Baru untuk memacu hasil produk pertanian dengan menerapkan teknologi modern.

Revolusi Hijau dianggap sebagai jawaban akan tantangan ketersediaan pangan yang
diprediksi akan terus meningkat. Meski telah dimulai sejak tahun 1970-an, dampaknya baru mulai
dirasakan pada masa 1980-an.

Pemerintah Indonesia mendorong penanaman padi, pemakaian bibit impor, penggunaan


pupuk kimia, pestisidan dan sebagainya. Hingga pada akhirnya pada tahun 1990-an Indonesia
berhasil mencapai swasembada beras.

Akan tetapi pada tahun yang sama pula, para petani mulai mendapat serangan hama, serta
mengalami kemerosotan kesuburan lahan. Selain itu penggunaan pupuk dan pestisida sudah tidak
lagi manjur, serta harga gabah diatur oleh pemerintah.

Bahan kimia yang digunakan untuk lahan pertanian menimbulkan kerusakan pada struktur,
kimia dan biologi tanah. Bahan-bahan pestisida yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi
pertanian justru merusak ekosistem dan habitat hewan-hewan yang menguntungkan karena
menjadi predator alami hama-hama tertentu. Pestisida juga menyebabkan imunitas pada beberapa
hama.
Lambat laun kerusakan ekologi seakan tak terhindarkan dan produksi pangan kembali
menurun serta ongkos pertanian cenderung meningkat. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan
produksi tidak lagi efisien dan menurunkan minat masyarakat dalam sektor pertanian.

Dampak Revolusi Hijau

Meski berhasil meningkatkan produksi gabah di Indonesia, akan tetapi Revolusi Hijau juga
berakibat sebagai berikut:

1. Musnahnya organisme penyubur tanah


2. Kesuburan tanah menurun dan menjadi tandus
3. Tanah mengandung resido akibat endapan pestisida
4. Hasil pertanian mengandung bahan kimia pestisida
5. Ekosistem rusak dan tidak lagi seimbang
6. Terjadi ledakan serangan hama dan penyakit

Bahkan Revolusi Hijau juga mengunga hakekat para petani. Petani yang semula
mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan potensi alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia secara mandiri, kemudian berubah menjadi petani yang tidak boleh mengembangkan
benih sendiri.

Bibit yang disediakan adalah hasil rekayasa genetik dan memiliki ketergantungan terhadap
pupuk dan pestisida kimia. Karena terlalu menggantungkan tanaman pertanian terhadap bibit
unggul tersebut, sekitar 1.5000 varietas padi lokal punah dalam kurun 15 tahun terakhir.

Padahal dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1992 disebutkan bahwa “petani memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudi-dayaannya”, tetapi ayat
tersebut dimentahkan lagi oleh ayat berikutnya, yakni “petani berkewajiban berperan serta dalam
mewujudkan rencana pengembangan dan produksi budidaya tanam” (program pemerintah).

Pemerintahan Orde Baru menjadikan Revolusi Hijau sebagai tolak ukur keberhasilan dalam
bidang pertanian. Meskipun faktanya terjadi peningkatan produksi, namun juga menyebabkan
penderitaan bagi kaum petani. Alam dan lingkungan pun turut terkena dampaknya, yaitu kerusakan
sistem ekologi pertanian yang tidak dapat dihitung dengan uang.Revolusi Hijau yang dikembangkan
berdasarkan teknologi dan ilmu pengetahuan modern, meliputi genetika dan kimia terapan
dikhawatirkan di masa depan akan merusak sistem pertanian itu sendiri.

Pelopor pertanian alami Jepang, Masanobu Fukuoka menyatakan jika “Peranan ilmuwan
dalam masyarakat itu analog dengan peranan diskriminasi di dalam pikiran-pikiran Anda sendiri”.
Perkataan tersebut terkut bahwa penerapan Revolusi Hijau di Indonesia memberikan dampak
negatif bagi lingkungan karena ketergantungan terhadap pestisida dan pupuk kimia. Revolusi hijau
mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang
bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak
memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Selain kritik tersebut di atas masih ada kritik lain
lagi yitu Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak
memberi dampak nyata di wilayah Afrika.

Anda mungkin juga menyukai