yakni system pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan
seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-
jangka pendek mungkin mampu memacu produktivitas lahan dan hasil. Namun,
dalam jangka panjang biasanya hanya akan berakhir dengan kehancuran lingkungan.
Kita yakin betul bahwa hukum alam adalah kuasa tuhan. Manusia sebagai umat-Nya
HISTORI
Sekitar pertengahan tahun tujuh puluhan dunia diguncang dua krisis, yaitu
krisis energy dan krisis lingkungan. Saat itu, permintaan dunia akan minyak bumi dan
derivatnya cenderung meningkat. Di sisi lain, pasokan dan cadangan minyak bumi
Akibatnya, terjadi inflasi yang cukup tinggi (high inflation), terutama di negara-
negara industry. Sebaliknya, di negra penghasil minyak bumi terjadi booming oil dan
Pada saat yang bersamaan dunia juga dilanda krisis lingungan yang
kendaraan bermotor, mesin-mesin industry berat, dan sebagainya. Polusi udara dan
industri di seluruh dunia. Sektor agroindustry juga mulai kebanjiran pupuk kimia,
21
obat-obatan pemberantas hama dan penyakit, serta mesin-mesin pertanian berbahan
bakar solar. Ternyata masuknya energi dari luar ekosistem memberikan dampak
manusia.
pestisida, dan bahan kimia lainnya. Arus pemikiran utama dan asumsi yang
berkembang pada saat itu adalah bahwa bahan-bahan kimia dan mesin-mesin
pertanian akan mampu menaikkan produktivitas pertanian secara signifikan, dan pada
gilirannya akan menghasilkan keuntungan agrobisnis yang cukup besar; namun tidak
pertanian dipacu untuk menghasilkan bahan baku bagi agroindustry dan bahan
kebutuhan pangan.
pertanian. Pada sekitar tahun 1930-an di Amerika Serikat muncul konsep pertanian
lingkungan (eco agriculture) sebagai solusi atas kemunduran produktivitas lahan dan
bagian. Kemudia pada awal tahun 1940-an mulai terdapat keseimbangan antara
penggunaan teknologi kimia dan biologi, memalui konsep pengendalian hayati hama
22
Namun demikian, setelah tahun 1950-an atau setelah Perang Dunia II
meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, saat terjadi krisis
energy dunia. Pada periode setelah Perang Dunia II, masing-masing negara tidak lagi
intersifikasi usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan mendorong
pemakaian benih varietas unggul (high variety yield), pupuk kimia, dan obat-obatan
pemberantas hama dan penyakit. Kebijakan pemerintah saat itu memang secara jelas
merekomendasikan penggunaan energy luar, yang dikenal dengan paket Panca Usaha
Tani yang salah satunya menganjurkan pemakaian pupuk kimia dan pestisida.
Kebijakan ini juga didukung dengan pemberian sumsidi harga pupuk dan obat-
obatan, sehingga sangat terjangkau oleh petani-petani kecil. Pupuk kimia dan
pestisida sangat diyakini sebagai jaminan keberhasilan produk usaha tani, sehingga
harganya disubsidi sampai 80% oleh pemerintah. Sistem penyalurannya pun diatur
dengan sangat rapih dari pusat (lini I) hingga darah-daerah (lini IV). Prosedurya
diatur dengan jadwal yang ketat tanpa memperhitungkan ada atau tidaknya hama,
23
sehingga istilah usaha “mencegah” dan “melindungi” tanaman dari serangan hama
atau penyakit dipahami secara keliru. Pemerintah memiliki ambisi yang besar dan
political will yang kuat untuk mengukir prestasi pembangunan pertanian, khususnya
padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai skitar awal tahun 1980-an oleh
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu untuk memenuhi
jawaban dari kegamangan dampak green revolution yang antara lain ditenggarai oleh
seeds), namun ternyata juga memiliki sisi buruk atau eksternalitas negative, misalnya
erosi tanah yang berat, punahnya keanekaragaman hayati, pencemaran air, bahaya
bukan sesuatu yang baru. King (1911) op.cit Zamora (1995) menuliskan bahwa
teknik usaha tani dengan metode organic atau pertanian permanen (organic farming)
24
yang mengintregasikan pengelolaan kesuburan tanah dengan system ekologi telah
dilakukan oleh para para petani di daratan Cina, Jepang, dan Korea sekitar empat
abad yang lalu. Dengan Demikian, isu paradigm pertanian yang berkembang
memaksa para pakar pertanian dan lingkungan berpikir keras dan mencoba
merumuskan kembali system pertanian organic yang ramah lingkungan atau back to
basic ata tepatnya back to nature. Jadi, system pertanian berkelanjutan sebenarnya
abad ke-21 ini. Bila dicermati, fenomena ini merupakan suatu keteraturan siklus
Merujuk pada teori siklus sosial, setiap entitas social (mislanya masyarakat
menurut suatu pola tetap yang berulang dengan interval waktu yang relative tetap.
Pola perulangan itu mirip dengan teori product life cycle dalam ilmu pemasaran.
Dalambudya Jawa juga terdapat keyakinan adanya siklus nasib seseorang sepanjang
kehidupannya, yang dikenal dengan istilah cakra manggilingan. Satu siklus terbagi
dalam empat era, yaitu era bangkit atau lahir, tumbuh, dewasa, dan uzur. Siklus
teknologi yang diadopsi oleh suatu masyarakat manusai turut menentukan semangat,
corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi; sosial, politik, dan budaya. Atas dasar
25
sudut pandang ini, Alvin Toffler membagi sejarah evolusi kultur masyarakat manusia
ke dalam empat gelombang kultur atau budaya, yaitu gelombang budaya pertanian,
dan sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada dalam masa transisi
26
mendefinisikan paradigma pembangunan berkelanjutan (suitanable development).
Peristiwa kedua adalah Konferensi Dunia di Rio de Janeiro pada tahun 1992, yang
Agriculture and Rural Development (SARD) yang membawa pesan moral kepada
arti yang luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan
pertanian.
semakin meningkat, sejalan dengan tuntutan era globalisasi dan perdagangan bebas.
Hal ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju, misalnya Amerika dan
27
pertanian organic. IFOAM sudah beranggotakan 80 organisasi yang tersebar di 30
negara. Salah satu anggota, yaitu California Certified Organic Farmers (CCOF),
memiliki lokasi paling luas di dunia, dalam lima tahun terakhir berkembang 25% per
tahun dan terus melakukan sertifikasi produk organic mulai tahun 1988 sampai
tampak masih terpuruk dan berkutat dengan dampak negatif green revolution. Lahan-
lahan sawah di Pulau Jawa sebagai sentra produksi padi menunjukkan indikasi kuat
pelandaian produktivitas karena pemakaian pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah
secara berleihan dan tidak rasional. Namun, kelanjutan program ini kurang terjamin
dan tidak didukung dengan kebijakan nasinal lain yang lebih progresif dan serius,
berkelanjutan.
kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan paling tidak tujuh macam
28
memerdekakan petani, menjaga stabilitas lingkungan (aman, bersih, seimbang,
lapangan maupun atas inisiatif magang, melakukan studi banding, atau mengikuti
pendidikan non formal pada pelaku sistem pertanian berdasar kemandirian petani
dalam melakukan usaha tani. Jiwa demokrasi (dari – oleh – untuk) dan kebebasan
petani dalam melakukan usaha tani akan lebih mewarnai interaksi ekonomi maupun
lingkungan
4. meningkatkan produktivitas
penignkatan produksi pertanian, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, dengan
yang dimaksud adalah pembangunan pertanian dalam arti luas atau komprehensif,
30
kehutanan, peternakan, perikanan, dan kelautan. Pembangunan pertanian harus
dilakukan secara seimbang dan disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga
rungan positifyang Inendorong sistem budi daya pertanian harus berkelanjutan, yaitu
Denmark dan Jerman, jumlah petani organik meningkat sangat pesat. Demikian juga
di Swedia; dalam kurun waktu empat tahun luas pertanian organik meningkat hampir
300%. Data pertumbuhan luas areal pertanian organik di Eropa secara lengkap
produk pertanian organik yang diakui oleh setiap negara dan memenuhi persya-ratan
31
standar kesehatan. Komoditas pertanian yang disebut produk hijau (green product)
menjadi jaminan bahwa produk tersebut sehat dan aman, baik bagi ma-nusia ataupun
peternakan, namun juga hasil perikanan (organic fish). Nasional Organic Standard
1. komponen pakan ikan dan udang sebaiknya berasal dari protein hewan-hewan air
2. Vitamin, mineral, dan enzim boleh ditambahkan dalam pakan ikan, asalkan
3. Bahan-bahan sintetik sebaiknya tidak ditambahkan pada pakan ikan dan pe-
pertanian yang boros energi atau tidak efisien sudah dimulai dua dasawarsa yang lalu.
Kesadaran mereka untuk menerapkan pertanian dengan input luar rendah merupakan
solusi alternatif atas kegagalan revolusi hijau yang dapat membahayakan kesehatan
lingkungandan juga oleh para peneliti yang concern pada masalah-masalah pertanian
nian akrab lingkungan, misalnya Dr. Loekman Soetrisno dari UGM yang membina
para petani organik di Sleman Yogyakarta dan Dr. I Wayan Wididana dan Institut
32
Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) yang mendirikan pusat pen-didikan dan
naik 10% — 30% per tahun. Masyarakat menghendaki jenis makanan sehat atau
makanan alami yang benar-benar bebas zat aditif. Permintaan produk Pertanian
(sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging) selalu dalam keadaan segar dan
sehat. Di Jerman terdapat ± 4.500 toko yang khusus menjual produk -produk
jual produk-produk pertanian organik, terutama beras dan palawija, yang selalu ramai
pembeli dari keluarga kelas menengah ke atas. Peredaran dan penjualan pupuk
organik padat ataupun cair juga mulai merambah kios-kios pertanian di berbagai
daerah. Beberapa media massa juga banyak mengekspos pertanian ramah lingkungan
yang mulai bermunculan di tanah air. Kecenderungan positif ini menandakan dan
secara perlahan-lahan dan menunjukkan hasil yang mulai tampak nyata manfaatnya.
Keterkaitan antara petani dan konsumen menjadi langkah awal atau ke-
33
mengembangkan pertanian organik. Misalnya, tingginya permintaan akan buah-
buahan dan sayuran organik oleh orang asing dan tamu di hotel-hotel di Jakarta,
mengilhami petani berdasi seperti Bob Sadino untuk menanam sayur dan buah-
tidak lagi hanya berorientasi hasil (product oriented), tetapi juga dengan
memperhatikan aspek kelestarian sumber daya alam secara serius. UU No. 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budi Daya mengisyaratkan bahwa dominasi dan campur tangan
tidak lagi hanya berperan sebagai obyek, tetapi menjadisubyek dan penentu utama
keberhasilan usaha tani yang dilakukannya. Kelahiran beberapa LSM yang peduli
pada nasib petani dapat menjadi motivator, dinamisator, dan katalisator proses
harus berkelanjutan.
produk domestik bruto adalah sekitar 20% dan menyerap 50% lebih tenaga kerja di
pedesaan. Dari 210 juta penduduk Indonesia, ± 150 juta orang mencari penghidupan
kehutanan.
34
Kedua, sebagai negara agraris, agrobisnis dan agroindustri memiliki peran-an
yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sektor lainnya. Peng-alaman masa
lalu, yakni pada saat sektor industri dan perbankan mengalami krisis ekonomi, sektor
agrobisnis dan agroindustri di tanah air mengalami booming karena nilai tukar rupiah
jadi keharusan agar sumber daya alam yang ada sekarang ini dapat terus diman-
faatkan untuk kurun waktu yang relatiflama. Sektor pertanian akan tetap mendu-duki
35