Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan
menjadi ‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem
pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas
kehidupan di pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk
mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian,
meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas
kehidupan masyarakat di pedesaan. Tiga indikator besar yang dapat dilihat dari
lingkungannya lestari, ekonominya meningkat (sejahtera) dan secara sosial
diterima oleh masyarakat petani.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-
komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan
sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia
dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-
bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Pembangunan pertanian berkelanjutan lebih mentitikberatkan pada
keadaan yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan, seperti kekurangan
pangan akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan
penduduk yang luar biasa. Yang menjadi permasalahn yang harus dapat diatasi
adalah bagaimana cara yang harus dilakukan untuk dapat menekan jumlah
penduduk dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional maupun
internasional. Pembangunan pertanian seharusnya dilakukan dengan mengadopsi
model tertentu, dimana model pertanian itu harus dirubah secara total. Pertanian
tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan
pangan dalam jumlah besar dan cepat. Dengan menerapkan sistem pertanian
berkelanjutan maka kemungkinan besar masalah-masalah tersebut akan dapat
teratasi. Karena dengan pertanian berkelanjutan ini dilihat dari segi teknologi
sudah sangat mendukung, bibit unggul tersedia, pemilihan lahan yang tepat dan
sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Pada dasarnya sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem
perubahan dari pertanian tradisional dengan tujuan untuk dapat memenuhi target-
target maksimal yang telah direncanakan, mengatasi permasalahan perekonomian
dunia dan memaksimalkan kebutuhan yang cepat dan siap saji. Hal tersebut juga
didasarkan pada pengelolaan sumberdaya yang ada dengan maksimal,
memanfaatkan, mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas lingkunagn
serta konservasi sumberdaya alam.
Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan
secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan
dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan
menguntungkan secara ekonomis.
Dari beberapa urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian
berkelanjutan untuk dapat diterapkan oleh berbagai negara yang ada dibelahan
dunia dengan semaksimal mungkin. Pada paper ini diuraikan tentang definisi
pertanian berkelanjutan, sifat dan ciri pada pertanian berkelanjutan, dampak
positif maupun negatifnya dan indikator serta aplikasi pertanian berkelanjutan.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut:
 Mengetahui sistem pertanian berkelanjutan
 Mengetahui prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan
 Mengetahui ciri dan sifat sistem pertanian berkelanjutan
 Mengetahui indikator pada penerapan yang terdapat pada sistem
pertanian berkelanjutan.
 Mengetahui aplikasi pada penerapan yang terdapat pada sistem
pertanian berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Perkembangan Sistem Pertanian Berkelanjutan


Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang
berlanjut untuk saat ini dan saat yang akan datang dan selamanya, Artinya
pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan
bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan
saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu
kita.
Ada pun definisi lain dari sistem pertanian berkelanjutan adalah sebagai
alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat
menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.
Sistem pertanian Berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai keberhasilan
dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi
kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan.
Sedangkan tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan
mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk
hidup lainnya.
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi,
sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini
dan yang akan datang.
Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi
meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an., dimana pada tahun
yang sama terjadi krisis energi. Semua negara berlomba-lomba memacu
produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian
seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.
Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program
intensiifikasi usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan
mendorong pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk kimia
dan obat-obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat
itumemang secara jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal
dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya menganjurkan penggunaan
pupuk kimia dan pestisida.
Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai
padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an
oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri
mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campurtangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah
pertanian berkelanjutan dengan agro ekosistem yang berupaya memadukan antara
produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi
semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah
jawaban kegamangan dampak green revolution anatara lain di tenggarai oleh
semakin merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off).
Kegagalan pertanian modern memaksa pakar pertanian dan lingkungan
berpikir keras dan mencobamerumuskan kembali sistem pertanian ramah
lingkungan atauback to nature. Jadi sebenarnay sistem pertaninan berkelanjutan
merupakan paradigma lama yang mulai diaktualisasikan kembali menjelang
masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan fenomena keteraturan siklus alamiah
sesuai dengan pergantian abad.
Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi
(information technology) yang disertai pesatnya penggunaan teknologi super
canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan internet, telepon
seluler, dan lain sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada
dalam masa transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya
industri. Teknologi yang diadopsi oleh masyarakat manusia turut menentukkan
semangat, corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan budaya.
Ada dua peristiwa penting yang melahirkan paradigma baru sistem
pertanian berkelanjutan, peristiwa pertama adalah laporan Brundland dari komisi
Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987, yang
mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan
berkelanjutan. Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de Jeneri Brazil pada
tahun 1992, yang memuat pembahasan agenda 21 dengan mempromosikan
Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang membawa pesan
moral pada dunia bahwa ”without better enviromental stewardship, development
will be undermined”berbagai agenda penting termasuk pembahasan bidang yang
termasuk dalam pembahasan bidang pertanian dalam konferensi tersebut antara
lain sebagai berikut :
 Menjaga kontinuitas produksi dan keuntungan usaha dibidang pertanian
dalam arti yangluas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peikanan, dan peternakan) untuk jangka panjang, bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
 Melakukan perawatan dan penigkatan SDA yang berbasis pertanian
 Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat
merugikan bagi kesuburan lahan dan kesehatan manusia.
 Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan
pendekatan pembangunan pertanian berkelanjutan.

Memasuki abad 21 ini, kesadaran akan ertabiab yang anah lingkungan


semakin meningkat, sejalan dengan tuntuan era globalisasi dan perdagangan
bebas, ha ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju, misalnya negara-
negara Amerika dan negara-negara Eropa. Smsentara itu negara-negara
berkembang misalnya Indonesia, tampaknya masih terpuruk an berkutat dengan
dampak negatif green revolution. Lahan-lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra
produksi padi menunjukkan indikasi adanya oenuruanan produktifitas. Sawah-
sawah mengalami kejenuhan berat atau pelandaian produktivitas karena pemakain
pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan
dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin
ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi
kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.
Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik
mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan
antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat
kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga
matra atau aspek sebagai berikut:
1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian
tidak boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada.
Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis
yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam.
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang
lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam
sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian
harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di
junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani
akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri.
Mungkin secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang
layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang
kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem
pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk
dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial
pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas.
Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan
1. Kelayakan ekonomis (economic viability)
2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and
friendly)
3. Diterima secara sosial (Social just)
4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)
5. Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)
B. Prinsip Dasar Sistem Pertanian Berkelanjutan
Menurut Jaker PO (Jaringan Kerja Pertanian Organik) dan IFOAM
(International Federation of Organic Agriculture Movement), ada 4 prinsip dasar
dalam membangun gerakan pertanian berkelanjutan :
1. Prinsip ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme
dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara,
iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus seoptimal
mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus sejalan dengan
upaya pemanfaatan.
2. Prinsip teknis
Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk
mengupayakan suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari
transisi lahan model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan, cara
pengelolaannya, pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan
teknologi yang digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik
setempat.
3. Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial
dan secara ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong
berkembangnya kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan
mendorong kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan
dengan upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam
upaya produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.
C. Ciri-ciri sistem pertanian berkelanjutan
1. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan
(economically viable).
Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang
cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
2. Berwawasan ekologis (ecologically sound).
Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga
keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian
yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
3. Berkeadilan sosial.
Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan
kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa
membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
4. Manusiawi dan menghargai budaya lokal.
Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis
mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari
konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal.
5. Mampu berdaptasi (adaptable).
Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti
pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan
konstalasi pasar.
Berdasarkan Lembaga Konsultasi Penelitian Pertanian Internasional,
pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber
daya alam. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1. Mantap secara ekologis, berarti kualitas sumber daya alam dipertahankan
dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan mulai dari manusia,
tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Berarti tanah
harus dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis. Sumber daya lokal digunakan
secara ramah dan dapat diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis.
3. Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi
dan begitu pula hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang
memadai serta bantuan teknis yang terjamin.
4. Manusiawi, menghargai martabat dasar semua makhluk hidup dan
menghargai budaya lokal.
5. Luwes, masyarakat memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri
(mampu beradaptasi) dengan perubahan kondisi usaha pertanian.
6. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan. Para
petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang
cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang masih bisa ditolelir/diterima.
7. Berkeadilan sosial, ini yang sering mendapat hambatan, sistem ini harus
menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan,
modal, informasi dan pasar bagi yang terlibat, tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, jenis kelamin, agama, maupun etnis.
D. Sifat-sifat sistem pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan memiliki lima sifat, diantaranya:
a. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian
itu sendiri.
b. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak
bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi.
Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya.
c. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya
tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain.
d. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana
harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah
ada.
e. Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis
bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.
E. Indikator Sistem pertanian berkelanjutan
a. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas
memadai.
b. Membudidayakan tanaman secara alami.
c. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem
pertanian.
d. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang.
e. Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan
teknik pertanian.
f. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian.
Konsep sistem pertanian berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi
keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan
kehidupan sosial manusia (people), dan keberlanjutan ekologi alam (planet).
Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan
yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang
menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indicator utama dimensi
ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai
tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan
nebutuhan ekonomi manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan
akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis
(termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal
sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan,
partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-
indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.
Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas
ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam.
Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya tekstur
bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan
lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika
ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan bukan pada konservasi sustu
kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi tersebut
saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus dipertimbangkan secara
berimbang. Sistem sosial yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan
lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi, sementara kesejahteraan
ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya
maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
F. Aplikasi pertanian berkelanjutan
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka
panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk
mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi,
budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan
resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
a. Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk
mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama
sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
b. Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi
sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
c. Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk
menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap
fungisida sintetis.
d. Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama
setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang
ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan
biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan
waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan
rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain
ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal
pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi
atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh
erosi angin maupun erosi air.
Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
a) Menciptakan jalur-jalur konservasi.
b) Menggunakan dam penahan erosi.
c) Melakukan penterasan.
d) Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting
dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah
dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan
penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida.
Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
a. Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan
tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air
tanah (water table).
b. Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
c. Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
d. Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk
mencegah peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian
yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir
musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat
termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan
meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian
dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan
harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti
pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap
konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang
bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
a. Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi
katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan
insek.
b. Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan
pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan
menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi
tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya
nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan
(leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik
yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara
lain:
a) Pengomposan
b) Penggunaan kascing
c) Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
d) Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
a. Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen,
dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau
dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif
untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan
memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi.
b. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan
sistem agroforestri ini antara lain:
 Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman
musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
 Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering
terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
c. Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri
memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara
berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat
melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan
setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil
daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian
yang seimbang antara ekosistem, ekonomi, lingkungan dan manusia yang
berkelanjutan untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sistem pertanian
berkelanjutan juga mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, sifat-sifat, dampak
positif maupun negatif, indikator dan aplikasi dalam menjalankan
pertanian yang sustainable agar dapat berjalan dengan seimbang.
2. prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan adalah prinsip ekologis,
prinsip sosial ekonomi, prinsip teknis, dan prinip politik prinsip.
3. Ciri dari sistem pertanian berkelanjutan adalah Secara ekonomi
menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable).
Berwawasan ekologis (ecologically sound). Berkeadilan sosial. Manusiawi
dan menghargai budaya lokal. dan mampu beradaptasi. Sifat sistem
pertanian berkelanjutan adalah Mampertahankan fungsi ekologis, berlanjut
secara ekonomis, adil manusiawi, dan luwes.
4. Indikator dari sistem pertanian berkelanjutan adalah menghasilkan produk
pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, membudidayakan
tanaman secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis
dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan kesuburan
tanah jangka panjang, menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang
diakibatkan penerapan teknik pertanian,memelihara keragaman genetik
sistem pertanian.
5. Aplikasi pada penerapan yang terdapat pada sistem pertanian
berkelanjutan adalah engendalian hama terpadu, sistem rotasi dan
budidaya rumput, konservasi lahan, menjaga kualitas air/lahan basah,
tanaman pelindung, diversifikasi tanaman dan lahan, pengolahan nutrisi
tanaman, dan agroforestry.
DAFTAR PUSTAKA

AnonimA. Sistem Pertanian Berkelanjutan.


http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/sistem-pertanian-berkelanjutan-
gambaran-kecil-untuk-indonesia/. Diakses pada Kamis tanggal 30 September
2021 pkul 20.59 WITA.
AnonimB. Pertanian Berkelanjutan. http://organichcs.com/2014/01/15/pertanian-
berkelanjutan/. Diakses pada Kamis tanggal 30 September 2021 pkul 20.30
WITA.
Outerbridge, P. B . 1991. Limbah Padat di Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia.
Teruo Higa. 1997. EM Technology Serving The World. Jakarta. Seminar Nasional
Pertanian Organik.
Trubus No. 363. 2000. Pertanian Organik. Jakarta. Yayasan Tani Membangun.

Anda mungkin juga menyukai