Anda di halaman 1dari 4

ONLINE NATIONAL ESSAY COMPETITION 2018

KOMUNITAS SAINS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

JUDUL ESSAY:

PENERAPAN SOLUSI TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN


PERTANIAN BERKELANJUTAN

DIUSULKAN OLEH:

DWI RARA FEBRIYANA

03031281823034

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KAMPUS INDRALAYA

2018
Teknik Kimia adalah cabang ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari pemrosesan bahan
mentah menjadi barang yang lebih berguna, dapat berupa barang jadi atau barang setengah jadi. Ilmu
teknik kimia diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan proses-proses kimia, baik
dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti pabrik. Pada teknik kimia, ada 2 subgrup besar
yang di antaranya mendesain, membangun dan mengoperasikan pembangkit/pabrik dan proses-proses
kimia di dalamnya dan menembangkan substansi baru atau pengembangan dari substansi sebelumnya
pada berbagai produk yang rentangnya mulai dari makanan dan minuman sampai kosmetik,
pembersih, dan obat-obatan.

Seorang insinyur teknik kimia yang pekerjaannya bertanggung jawab terhadap perancangan
dan perawatan pada skala pabrik dan dikenal sebagai insinyur proses. Proses kimia modern juga
melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan material-material dan teknik-teknik baru,
yang kadang-kadang juga berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti nanoteknologi,
sel bahan bakar, dan teknik biomedis seperti halnya pada bidang farmasi.

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyakarat di berbagai wilayah
Indonesia.

Pengertian pertanian dalam arti luas adalah semua yang mencakup kegiatan pertanian
(tanaman pangan dan holtikultura), perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sedangkan
pengertian pertanian dalam arti sempit adalah suatu budidaya tanaman ke dalam suatu lahan yang
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Pertanian dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pertanian
tradisional, pertanian konvensional, dan pertanian berkelanjutan.

Pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan tidak
memaksimalkan input yang ada. Pertanian tradisional bersifat tidak menentu atau menggunakan
sistem ladang berpindah. Dalam keadaan demikian, pertanian tradisional ditujukan hanya untuk
memenuhi kehidupan keluarga petani. Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang
ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya, hanya saja
produksinya tidak mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus
meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka berkembanglah pertanian konvensional yang
dinilai cukup efektif untuk menjawab persoalan yang terjadi.

Pertanian konvensional adalah sistem pertanian modern yang saat ini telah banyak
dikembangkan di seluruh dunia pertanian yang berorientasi pada industri, pengolahan, bibit hybrida,
pupuk kimia, dan penggunaan herbrisida dan insektisida. Pertanian konvensional dilandasi oleh
pendekatan industrial dengan orientasi pertanian agribisnis skala besar, padat modal, padat inovasi
teknologi, penanaman benih unggul, serta ketergantungan pada masukan energi dari luar yang boros
energi yang tidak bisa diperbaharui seperti penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan alat mesin
pertanian.

Secara teoritis dan perhitungan ekonomi, pertanian konvensional dianggap sebagai alternatif
yang tepat untuk menyelesaikan masalah kekurangan pangan dan gizi serta ketahanan pangan yang
dihadapi penduduk dunia. Ketika sudah setengah abad menerapkan sistem pertanian konvensional,
muncul berbagai dampak negatif yang membuat masyarakat ragu akan keberlangsungan ekosistem
pertanian dalam menopang kehidupan manusia di masa mendatang.

Penerapan sistem pertanian konvensional pada tahap-ahap permulaan mampu meningkatkan


produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, namun kemudian efisiensi produksi semakin
menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan. Bila kita terapkan
prinsip ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan biaya lingkungan dalam perhitungan neraca
ekonomi suatu usaha dan program pertanian, maka yang diperoleh pengusaha dan negara adalah
kerugian besar.

Peningkatan produksi pangan dalam jangka pendek cenderung mendorong dan meningkatkan
praktik pengurasan dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan terus menerus
sehingga mengakibatkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan pertanian dalam menyangga
kegiatan-kegiaan pertanian. Bila kebijakan dan praktik pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan petani masih bertumpu pada kebijakan dan praktik konvensional akan membahayakan masa
depan petani, lingkungan pertanian, masyarakat, bangsa negara serta satu dunia.

Kebijakan dan praktik pertanian konvensional harus diubah menjadi kebijakan dan praktik
pertanian berkelanjutan yang bertujuan memenuhi kebutuhan produk pertanian dan pangan masa kini
tanpa mengorbankan hak kebutuhan produk pertanian dan pangan generasi mendatang. Bahkan hal ini
dibahas secara internasional pada Agenda 21 yang merupakan agenda berbagai program aksi
pembangunan berkelanjutan yang disepakai oleh para pemimpin dunia di KTT Bumi Rio De Jeneiro
tahun 1992.

Pertanian berkelanjutan menurut FAO adalah setiap prinsip, metode, praktek, dan falsafah
yang bertujuan agar pertanian layak ekonomi, secara lingkungan dapat dipertanggungjawabkan,
berkeadilan, secara sosial budaya dapat diterima dan sesuai dengan keadaan setempat, serta
dilaksanakan dengan pendekatan holistik. Pertanian berkelanjutan merupakan sisem usaha tani yang
mampu mempertahankan produktivitas, dan kemanfaatannya bagi masyarakat dalam waktu yang tidak
terbatas. Pertanian berkelanjutan mengutamakan pengelolaan ekosistem pertanian yang mempunyai
keanekaragaman hayati yang tinggi. Ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi lebih stabil dan
tahan goncangan, resiko terjadinya kerugian finansial lebih kecil, dapat mengurangi dampak bencana
kekeringan dan banjir, melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dari kendala alam
lainnya.

Tujuan utama program pertanian berkelanjutan adalah meningkatkan produksi pangan dengan
cara yang berkelanjutan serta memperkuat ketahanan pangan. Program ini meliputi berbagai kegiatan
mulai dari praksara pendidikan, pemanfaatan insentif ekonomi, pengembangan teknologi yang tepat
guna hingga dapat menjamin persediaan pangan yang cukup dan bergizi, akses terhadap persediaan
pangan tersebut, produksi untuk didistribusikan ke pasar, peningkatan pekerjaan dan penghasilan
untuk mengentaskan kemiskinan, serta pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati, ekosistem, dan budaya yang sangat tinggi.
Namun, pertanian di Indonesia dihadapkan pada semakin sempitnya lahan pertanian. Sehingga perlu
adanya penambahan luas lahan pertanian dan lahan pertanian yang ada perlu dijaga kesuburan
tanahnya dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan. Penyeragaman kebijakan, rekomendasi,
dan praktik pertanian konvensional yang diberlakukan untuk semua kondisi lokal tidak tepat untuk
mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat, termasuk peningkatan ketahanan pangan.

Tekonologi pertanian yang diterapkan harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi lokal
dalam menopang penerapan suatu tekonolgi. Berbagai teknologi dan kearifan lokal yang diterapkan
dan dikembangkan masyarakat lokal untuk meningkatkan produksi dan kualitas pangan perlu
dipertahankan dan dikembangkan kualitasnya. Bila setiap masyarakat lokal dapat meningkatkan
ketahanan pangan sesuai dengan kondisinya masing-masing, ketahanan pangan nasional yang lebih
mantap dan berjangka panjang akan tercapai.

Untuk itu diperlukan komitmen pemerintah terhadap penerapan konsep pertanian


berkelanjutan. sektor pertanian harusnya menjadi sektor andalan pembangunan di Indonesia,
mengingat lebih dari 60% penduduk Indonesia hidup di pedesaan dan bergantung dari sektor
pertanian. Petani yang seharusnya menjadi subyek utama pembangunan pertanian di Indonesia saat ini
sedang dalam keadaan yang tidak berdaya, tidak mandiri, dan sangat bergantung pada pihak pihak
lain. Ketergantungan mereka terhadap program-program pemerintah pusat dan pemerintah daerah
membuat mereka terlalu berharap akan bantuan pemerintah. Karena ketergantungan dan
ketidakberdayaan tersebut berbagai potensi petani seperti inisiaif, kreativitas, inovasi, dan kearifan
lokal menjadi tidak berkembang. Berbagai kendala dan keterbatasan yang ada pada petani kita seperti
kualitas SDM, kepemilikan lahan dan modal, akses terhadap pasar dan informasi mengakibatkan
petani tetap dalam posisi menjadi objek pembangunan bukan sebagai subjek atau penentu
pembangunan pertanian. Permasalahan yang kita hadapi sekarang, masih sangat sedikit petani
Indonesia yang telah sadar dan mampu menuntut hak kedaulatan pangan yang mereka inginkan.

Pemerintah dan pihak-pihak lain termasuk pihak swasta dan perguruan tinggi perlu membantu
dan memfasilitasi usaha-usaha untuk mendorong kemandirian petani dan kelompok tani dengan
metode pendidikan dan pelatihan petani yang sesuai dan efektif. Melaksanakan pelatihan petani secara
partisipasi melalui sistem Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang benar, maka
kemandirian, profesionalisme, dan kepercayaan petani dapat dihidupkan dan dikembangakn kembali.
Dengan petani yang mandiri dan profesional serta berani mengambil keputusan dalam menerapkan
konsep pertanian berkelanjutan, ketahanan pangan lokal dan nasional yang mapan dan berlanjut akan
tercapai.

Anda mungkin juga menyukai